Oleh :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang.
Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
serta inayah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah tentang Perubahan
Sosiokultural. Interaksi Sosial, Egoisme dan Local Genius Akibat Pandemi Covid 19.
Makalah ini sudah disusun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
sumber terpercaya sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu,
penulis menyampaikan terimakasih kepada semua berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini. Terlepas dari segala hal tersebut, penulis sadar sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan, baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya penulis dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah mengenai bencana letusan gunung
Merapi ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.3. Tujuan Penulisan
4
BAB II
TEORI-TEORI TERKAIT
5
menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat.
Dalam masyarakat pasti akan ada interaksi sosial, yang bermula dari individu
melakukan tindakan sosial terhadap orang lain. Tindakan sosial merupakan perbuatan
yang ditunjukan atau dipengaryhi orang lain untuk maksud dan tujuan tertentu oleh
karena adanya sifat mempengaruhi satu sama lain, tindakan ini menyebabkan
hubungan sosial. Jika sosial ini berlangsung timbal-balik maka akan menciptakan
interaksi sosial (Soerjono,2004).
Maryati da suryawati (2003), interaksi sosial adalah kontak atau hubungan
timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu dan kelompok.
Murdiyatmoko dan Handayani (2004), interaksi sosial adalah hubungan antara manusia
yang menghasilkan suatu proses pengaruh - mempengaruhi yang menghasilkan
hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial. Young
dan Raymond W. Mack juga menyatakan bahwa interaksi sosial adalah hubungan-
hubungan sosial yang dinamis dan menyangkut hubungan-hubungan antar individu
dengan kelompok maupun antar kelompok dengan kelompok. Interaksi sosial adalah
kunci utama dari semua kehidupan sosial, oleh karena itu tanpa interaksi sosial, tak
akan mungkin ada kehidupan bersama. (Soekanto: 2002:61).
Lebih lanjut dikatakan, bertemunya orang perorangan secara badaniah belaka
tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan
hidup semacam itu baru akan terjadi apabila orang perorang atau kelompok-kelompok
manusia bekerja sama, saling berbicara, dan seterusnya untuk mencapai suatu tujuan
bersama, mengadakan persaingan, pertikaian dan lain sebagainya. Maka dapat
dikatakan bahwa interaksi sosial adalah dasar proses sosial, pengertian mana menunjuk
pada hubunganhubungan sosial yang dinamis
6
2.2.2. Kearifan Lokal (Local Genius)
Kearifan lokal dapat diartikan sebagai kearifan dalam kebudayaan tradisional
suku-suku bangsa. Setiap suku bangsa memiliki nilai-nilai kearifan lokal, baik yang
tumbuh dari budaya tradisional setempat, sebagai hasil adopsi budaya dari luar
(termasuk adopsi nilai ajaran Agama) maupun sebagai hasil adaptasi budaya dari luar
terhadap tradisi setempat (Sedyawati, 2006). Usaha manusia dengan menggunakan
akal budinya (kognisi) untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau
peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu dipahami sebagai kearifan lokal (local
wisdom) (Ridwan, 2007).
Kearifan lokal merupakan entitas yang sangat menentukan harkat dan martabat
manusia dalam komunitasnya (Geertz, 2007). Suatu sintesa budaya yang
diciptakan oleh aktor-aktor lokal melalui proses yang berulang-ulang, melalui
internalisasi dan interpretasi ajaran agama dan budaya yang disosialisasikan
dalam bentuk norma-norma dan dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari
disebut kearifan lokal (Harmoni, 2010).
Local genius tidak persis sama dengan kearifan lokal. Local genius kegeniusan
lokal untuk melokalisasikan budaya dari luar yang di dalamnya melibatkan kreativitas
dan sekaligus juga kearifan untuk menghasilkan budaya khas antara lain berbentuk
kearifan lokal. Keduanya memang memuat langkah yang arif, yakni satu dalam konteks
mengolah-lokalisasi, sedangkan yang lain dalam konteks memakainya-produk sebagai
habitus. Kearifan lokal berfungsi sebagai resep bertindak guna mewujudkan manusia
arif dan bijaksana. Kearifan lokal diwariskan secara turun temurun dan dipelihara, tidak
semata-mata karena kefungsionalannya sebagai resep bertindak, tetapi juga karena
benar dilihat dari sudut pandang kepragmatisan sehingga memiliki nilai guna dalam
konteks mewujudkan masyarakat harmonis (Atmaja et al., 2016).
7
BAB III
PEMBAHASAN
8
seseorang tidak diperkenankan untuk berjabat tangan serta menjaga jarak setidaknya 1
meter saat berinteraksi dengan orang lain, terutama dengan orang yang sedang sakit
atau berisiko tinggi menderita COVID-19.
Social distancing dikombinasikan dengan upaya meningkatkan daya tahan tubuh
serta menjaga kebersihan diri, perlu dilakukan. Selain itu, social distancing membantu
mengurangi beban pada sistem layanan kesehatan. Jangan sampai menggampangkan
atau menganggap remeh kondisi ini, dan selalu melakukan usaha sebaik mungkin untuk
mencegah penularannya.
Walaupun memang banyak dampak positif dari social distancing ini seperti
angka kriminalitas dan kematian karena kecelakaan menurun drastis, lapisan ozon
kembali menutup karena tingkat populasi dunia menurun, dan masih banyak lagi.
Meski demikian, sifat alamiah manusia tetaplah sebagai makhluk sosial, dan fakta
inilah yang membuat mereka kesulitan hidup tanpa berinteraksi dengan lainnya. Dan
social distancing pun terpaksa menciptakan perubahan sosial dan budaya di masyarakat
serta memunculkan egoisme karena ketakutan kekahawatiran yang berlebihan terhadap
corona.
9
Dalam pelaksanaan pernikahan salah satu contohnya. Pemerintah melarang
untuk sementara waktu menggelar resepsi pernikahan. Pemerintah hanya mengizinkan
menikah di lembaga pemerintah seperti KUA dan tidak membuat pesta di gedung atau
rumah sendiri untuk menghindari terjadinya keramaian. Bukan hanya budaya
Indonesia yang biasanya menggelar pesta pernikahan sesuai adat dan tradisi masing-
masing, tetapi juga sekaligus nilai sosial seperti hubungan dengan kerabat dan keluarga
pun tidak akan terjadi selama covid19 ini.
Contoh lainnya, di bulan Ramadhan adalah bulan dimana biasanya masyarakat
akan pulang kampung atau disebut dengan mudik. Mengunjungi sanak saudara dan
menjalin hubungan kembali setelah lama berpisah. Namun, pemerintah pun kini
melarang warga untuk mudik. Akan ada sesuatu yang sangat berbeda pada bulan
Ramadah tahun ini. Memang bukan salah pemerintah, ini semua di lakukan untuk
kebaikan kita sendiri. Agar pandemi ini mereda dengan segera.
Saat ini pun kita harus tetap menjunjung tinggi budaya gotong royong kita.
Dimana kita harus bisa saling bekerja sama untuk menenggulangi bencana ini untuk
kebaikan bersama. Pemerintah memikirkan upaya dan membuat kebijakan dan selalu
mengawasi pergerakan covid19, tim medis yang mengobati pasien, dan kita sebagai
masyarakat harus percaya dan bantu pemerintah dengan tetap dirumah sebisa mungkin.
Jangan meremehkan pandemi ini namun juga jangan terlalu cemas. Yakinlah bahwa
kita bisa bila bersama.
10
didatangi tamu untuk mencegah penyebaran, akibat khawatir virus corona. Ya,
memang untuk sementara hanya itu yang bisa kita lakukan sebagai masyarakat untuk
membantu pemerintah dan tenaga medis sekarang ini. Jika seluruh masyarakat
indonesia mematuhi ujaran pemerintah, pastinya keadaan yang seperti ini tidak akan
berlangsung lama.
11
satu contohnya yaitu suku minangkabau di sumatera barat. Saat pertama kali corona
menyerang Indonesia, semua orang menjadi panik dan khawatir secara berlebihan.
Sementara itu, di Sumatera Barat, masyarakat setempat diminta untuk tidak panik dan
tetap tenang. Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas (UNAND) Sumatra
Barat DR.Hasanuddin,M.Si mengatakan, bahwa Sumatera Barat memiliki kearifan
lokal dalam menangkal berbagai macam bencana berupa ritual-ritual seperti Bakaua
agar terhindar dari wabah dan malapetaka seperti virus corona. Menurutnya, ritual
Bakaua yang dilakukan masyarakat jaman dahulu, yakni dengan berkeliling kampung,
membacakan do’a bersama-sama sambil membakar kemenyan, sebagai bentuk bahwa
manusia merupakan makhluk bagian yang lemah dari alam ini. Ada langkah preventif
yang mereka lakukan untuk pencegahan dan penangkalan menghadapi wabah, salah
satunya adalah dengan memanjatkan do’a kepada Yang Maha Kuasa melalui upacara
Tolak Bala.
Selain di Sumatera Barat, di kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat justru
punya cara lain yang terbilang unik. Imbauan Dinas Dukcapil Dompu kepada warga
justru melalui pendekatan budaya yang sudah mengakar sejak ratusan tahun. Dinas
Dukcapil menyebut "Lawan corona cukup dengan rimpu mpida". Apa itu 'rimpu
mpida'? Inilah cara berpakaian warga Dompu untuk menutup aurat. Dengan cara
menutup sebagian wajah ini diharapkan bisa mencegah virus corona covid-19 masuk
ke dalam tubuh. Walaupun belum teruji secara medis bahwa dengan berbusana rimpu
mpida dapat menangkal penyebaran virus corona covid-19, tetapi dengan pakaian
rimpu mpida diharapkan bisa meminimalisasi penularan karena rimpu mpida bisa
menghindari kontak langsung. Kedua contoh diatas merupakan kearifan lokal
masyarakat dalam menghadapi bencana sesuai dengan kepercayaan dan adat
istiadatnya.
12
BAB IV
KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
Herimanto dan Winarno. (2009). Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta. PT Bumi
Akasara.
14