Anda di halaman 1dari 15

PERUBAHAN SOSIOKULTURAL, INTERAKSI SOSIAL,

EGOISME DAN LOCAL GENIUS AKIBAT DARI PANDEMI


COVID 19

disusun untuk memenuhi


tugas mata kuliah ilmu sosial dan budaya dasar

Oleh :

HALWA HURIYA WANDA


1908109010008

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang.
Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
serta inayah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah tentang Perubahan
Sosiokultural. Interaksi Sosial, Egoisme dan Local Genius Akibat Pandemi Covid 19.
Makalah ini sudah disusun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
sumber terpercaya sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu,
penulis menyampaikan terimakasih kepada semua berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini. Terlepas dari segala hal tersebut, penulis sadar sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan, baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya penulis dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah mengenai bencana letusan gunung
Merapi ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.

Tapak Tuan, 13 April 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 1

DAFTAR ISI ................................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ .....3

1.1. Latar Belakang............ ........................................................................................... .3

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................. 3

1.2. Tujuan Penulisan .................................................................................................... 4

BAB II TEORI-TEORI TERKAIT........... .....................................................................5

2.1. Perubahan Sosiokultural dan Interaksi … .............................................................. 5

2.1.1. Perubahan Sosiokultural … ............................................................................ 5

2.1.2. Interaksi Sosial … ........................................................................................... 5

2.2. Egoisme Dan Local Genius .................................................................................. ..6

2.2.1. Egoisme … ..................................................................................................... 6

2.2.2. Local Genius … .............................................................................................. 7

BAB III PEMBAHASAN........... ..................................................................................8

3.1. Pengertian COVID19 dan Upaya Pemerintah …................................................... 8

3.2. Perubahan Sosiokultural ….................................................................................... 9

3.3. Interaksi Sosial … .................................................................................................. 10

3.4. Egoisme Dan Local Genius Akibat COVID19 .................................................... ..11

BAB IV KESIMPULAN........... ......................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................14

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Virus Corona atau COVID-19 adalah virus yang menyerang sistem pernapasan
manusia. Virus ini masih berhubungan dengan penyebab SARS dan MERS yang sempat
merebak beberapa tahun lalu. Sampai saat ini belum diketahui penyebab dari virus
Corona, tetapi diketahui virus ini disebarkan oleh hewan dan mampu menjangkit dari satu
spesies ke spesies lainnya, termasuk manusia. Diketahui virus Corona berasal dari Kota
Wuhan di China dan muncul pada Desember 2019. Berdasarkan penelitian, bahaya virus
Corona bisa menyebabkan kematian. Bahkan, pasien yang terinfeksi dan sembuh akan
mengalami kerusakan permanen pada paru-paru dan antibodi. WHO pun menetapkan
bahwa virus ini telah menjadi pandemi yang mengancam dunia.
Tercatat (08/4), total jumlah kasus positif Covid-19 di dunia, telah ada 1,4 juta
kasus positif corona, sedangkan di Indonesia lebih dari 3000 kasus dan angka ini
diprediksi akan terus bertambah. Pemerintah Indonesia pun memilih tindakan social
distancing yang juga banyak diterapkan oleh banyak negara di dunia. Social
distancing merupakan salah satu langkah pencegahan dan pengendalian infeksi virus
Corona dengan menganjurkan orang sehat untuk membatasi kunjungan ke tempat ramai
dan kontak langsung dengan orang lain. Ketika menerapkan social distancing, seseorang
tidak diperkenankan untuk berjabat tangan serta menjaga jarak setidaknya 1 meter saat
berinteraksi dengan orang lain, terutama dengan orang yang sedang sakit atau berisiko
tinggi menderita COVID-19.
Oleh karenanya, covid 19 telah banyak menyebabkan perubahan-perubahan dalam
tatanan kehidupan kita, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Mulai
dalam bidang sosiokultural, interaksi sosial dan egoisme, dan bidang lainnya. Walaupun
kini WHO telah mengganti istilah social distancing dengan physical distancing, namun
dalam hal ini pembatasan sosial tetap terjadi dan aktivitas normal manusia tetap saja
terganggu.

1.2. Rumusan Masalah

1) Pengertian covid19 dan upaya pemerintah


2) Perubahan sosiokultural
3) Interaksi sosial
4) Egoisme dan Local Genius

3
1.3. Tujuan Penulisan

1) Mengetahui apa yang dimaksud dengan covid19


2) Memahami perubahan yang tejadi dalam bidang sosiokultural
3) Mengetahui perubahan interaksi sosial
4) Mengetahui egoisme dan local genius yang terjadi selama pandemi covid19

4
BAB II
TEORI-TEORI TERKAIT

2.1. Perubahan Sosiokultural dan Interaksi


2.1.1. Perubahan Sosiokultural
Hampir semua perubahan besar mencakup aspek sosial budaya. Oleh
karena itu dalam menggunakan istilah perubahan sosial dan perubahan budaya,
perbedaan di antara keduanya tidak terlalu diperhatikan. Di samping itu, kedua istilah
tersebut seringkali ditukar - pakaikan; kadangkala digunakan istilah perubahan sosial -
budaya ( sosiocultural change ) agar dapat mencakup kedua jenis perubahan tersebut.
Yang jelas perubahan - perubahan sosial dan kebudayaa mempunyai satu aspek yang
sama yaitu kedua – duanya bersangkut-paut dengan suatu penerimaan cara-cara baru
atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhan –
kebutuhannya (PB Horton dan CL Hunt, 1992).
Suatu penyebab seringkali diartikan sebagai suatu fenomena yang
diperlukan dan cukup mampu untuk menimbulkan akibat yang bisa diprakirakan.
Diperlukan, mengandung pengertian bahwa kita tidak akan pernah menemukan suatu
akibat tanpa adanya penyebab, dan cukup mampu mengandung pengertian bahwa
gejala itu sendiri selalu menimbulkan akibat/sebagai sumber akibat (Paul B Horton dan
CL Hunt, 1992). Untuk menelusuri penyebab terjadinya perubahan sosial, perlu
mencermati fenomena yang cukup kompleks; namun secara umum dibedakan antara
penyebab yang bersumber dari dalam (internal) masyarakat itu sendiri dan yang
bersumber dari luar (eksternal) masyarakat tersebut. (James M. Henslin, 2007; PB
Horton dan CL Hunt, 1992; Soerjono Soekanto, 2000)

2.1.2. Interaksi Sosial


Masyarakat adalah manusia yang hidup bersama disuatu wilayah tertentu dalam
waktu yang cukup lama yang saling berhubungan dan berinteraksi dan mempunyai
kebiasaan, tardisi, dan perasaan, persatuan yang sama. Sedangkan interaksi sosial
adalah suatu hubungan antar sesame manusia yang saling mempengaruhi satu sama
lain baik itu dalam hubungan antar individu antar kelompok maupun antar individu dan
kelompok.
Masyarakat setidaknya memuat unsur sebagai berikut : Beranggotakan minimal
dua orang, anggotanya sadar sebagai satu kesatuan, berhubungan dengan waktu yang
cukup lama yang menghasilkan manusia baru yang saling berkomunikasi dan membuat
aturan-aturan hubungan antar anggota masyarakat, menjadi sistem hidup bersama yang

5
menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat.
Dalam masyarakat pasti akan ada interaksi sosial, yang bermula dari individu
melakukan tindakan sosial terhadap orang lain. Tindakan sosial merupakan perbuatan
yang ditunjukan atau dipengaryhi orang lain untuk maksud dan tujuan tertentu oleh
karena adanya sifat mempengaruhi satu sama lain, tindakan ini menyebabkan
hubungan sosial. Jika sosial ini berlangsung timbal-balik maka akan menciptakan
interaksi sosial (Soerjono,2004).
Maryati da suryawati (2003), interaksi sosial adalah kontak atau hubungan
timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu dan kelompok.
Murdiyatmoko dan Handayani (2004), interaksi sosial adalah hubungan antara manusia
yang menghasilkan suatu proses pengaruh - mempengaruhi yang menghasilkan
hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial. Young
dan Raymond W. Mack juga menyatakan bahwa interaksi sosial adalah hubungan-
hubungan sosial yang dinamis dan menyangkut hubungan-hubungan antar individu
dengan kelompok maupun antar kelompok dengan kelompok. Interaksi sosial adalah
kunci utama dari semua kehidupan sosial, oleh karena itu tanpa interaksi sosial, tak
akan mungkin ada kehidupan bersama. (Soekanto: 2002:61).
Lebih lanjut dikatakan, bertemunya orang perorangan secara badaniah belaka
tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan
hidup semacam itu baru akan terjadi apabila orang perorang atau kelompok-kelompok
manusia bekerja sama, saling berbicara, dan seterusnya untuk mencapai suatu tujuan
bersama, mengadakan persaingan, pertikaian dan lain sebagainya. Maka dapat
dikatakan bahwa interaksi sosial adalah dasar proses sosial, pengertian mana menunjuk
pada hubunganhubungan sosial yang dinamis

2.2. Egoisme Dan Local Genius


2.2.1. Egoisme
Egoisme merupakan kata bentukan dari kata latin ego yang berarti “aku”,
“saya”. Egoisme adalah sikap yang berpusat pada diri, mementingkan diri sendiri, dan
mencari kepentingan diri tanpa memperhatikan kepentingan orang lain, bahkan
cenderung meniadakannya (Mangunhardjana, 1997: 58).
Willis (2009: 15) menjelaskan yang lebih berbahaya lagi adalah
sifat egosentrisme. Sikap egosentrisme suami dan isteri merupakan penyebab
terjadinya konflik rumah tangga yang dapat berujung pada pertengkaran yang terus
menerus. Egosentrisme adalah sifat yang menjadikan diri seseorang sebagai pusat
perhatian yang diusahakan olehnya dengan segala cara. Pada orang yang seperti ini,
orang lain tidaklah penting. Dia mementingkan dirinya sendiri, dan bagaimana menarik
perhatian pihak lain agar mengikutinya, minimal memperhatikannya.

6
2.2.2. Kearifan Lokal (Local Genius)
Kearifan lokal dapat diartikan sebagai kearifan dalam kebudayaan tradisional
suku-suku bangsa. Setiap suku bangsa memiliki nilai-nilai kearifan lokal, baik yang
tumbuh dari budaya tradisional setempat, sebagai hasil adopsi budaya dari luar
(termasuk adopsi nilai ajaran Agama) maupun sebagai hasil adaptasi budaya dari luar
terhadap tradisi setempat (Sedyawati, 2006). Usaha manusia dengan menggunakan
akal budinya (kognisi) untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau
peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu dipahami sebagai kearifan lokal (local
wisdom) (Ridwan, 2007).
Kearifan lokal merupakan entitas yang sangat menentukan harkat dan martabat
manusia dalam komunitasnya (Geertz, 2007). Suatu sintesa budaya yang
diciptakan oleh aktor-aktor lokal melalui proses yang berulang-ulang, melalui
internalisasi dan interpretasi ajaran agama dan budaya yang disosialisasikan
dalam bentuk norma-norma dan dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari
disebut kearifan lokal (Harmoni, 2010).
Local genius tidak persis sama dengan kearifan lokal. Local genius kegeniusan
lokal untuk melokalisasikan budaya dari luar yang di dalamnya melibatkan kreativitas
dan sekaligus juga kearifan untuk menghasilkan budaya khas antara lain berbentuk
kearifan lokal. Keduanya memang memuat langkah yang arif, yakni satu dalam konteks
mengolah-lokalisasi, sedangkan yang lain dalam konteks memakainya-produk sebagai
habitus. Kearifan lokal berfungsi sebagai resep bertindak guna mewujudkan manusia
arif dan bijaksana. Kearifan lokal diwariskan secara turun temurun dan dipelihara, tidak
semata-mata karena kefungsionalannya sebagai resep bertindak, tetapi juga karena
benar dilihat dari sudut pandang kepragmatisan sehingga memiliki nilai guna dalam
konteks mewujudkan masyarakat harmonis (Atmaja et al., 2016).

7
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Pengertian Covid19 dan Upaya Pemerintah


Nama koronavirus berasal dari bahasa Latin corona dan bahasa Yunani κορώνη
(korṓnē, "lingkaran, untaian"), yang berarti mahkota atau lingkaran cahaya. Namanya
mengacu pada penampilan karakteristik virion (bentuk infektif virus) dalam mikroskop
elektron, yang memproyeksikan pinggiran permukaan virus yang besar dan bulat yang
menghasilkan gambar yang mengingatkan pada mahkota atau korona matahari.
Korona virus atau coronavirus (istilah populernya: virus korona, virus corona,
atau virus Corona) adalah sekumpulan virus dari subfamili Orthocoronavirinae
dalam keluarga Coronaviridae dan ordo Nidovirales. Kelompok virus ini yang dapat
menyebabkan penyakit pada burung dan mamalia (termasuk manusia). Pada manusia,
koronavirus menyebabkan infeksi saluran pernapasan yang umumnya ringan, seperti
pilek, meskipun beberapa bentuk penyakit seperti SARS , MERS, dan COVID-19
sifatnya lebih mematikan. Manifestasi klinis yang muncul cukup beragam pada spesies
lain seperti pada ayam, koronavirus menyebabkan penyakit saluran pernapasan atas,
sedangkan pada sapi dan babi menyebabkan diare. Belum ada vaksin atau untuk
mencegah atau mengobati infeksi koronavirus pada manusia.
Penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh sindrom pernapasan akut coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Penyakit ini
pertama kali diidentifikasi pada Desember 2019 di Wuhan , ibu kota
provinsi Hubei Cina, dan sejak itu menyebar secara global, mengakibatkan pandemi
koronavirus 2019-20 yang sedang berlangsung. Gejala umum termasuk demam,
batuk, dan sesak napas. Gejala lain mungkin termasuk kelelahan, nyeri otot, diare, sakit
tenggorokan, kehilangan bau dan sakit perut. Waktu dari paparan hingga timbulnya
gejala biasanya sekitar lima hari, tetapi dapat berkisar dari dua hingga 14 hari. Pada 9
April 2020, lebih dari 1,48 juta kasus telah dilaporkan di lebih dari 200 negara dan
wilayah, dan hal tersebut mengakibatkan lebih dari 88.600 kematian. Lebih dari
331.000 orang telah pulih.
Sama halnya dengan negara-negara lain yang terkena pandemi ini, pemerintah
telah melakukan upaya-upaya untuk mengatasi virus ini dan salah satunya dengan
social distancing. Social distancing adalah pembatasan jarak sosial dan kontak fisik
dengan tujuan untuk memutus rantai penyebaran virus. Social distancing atau yang kini
juga disebut physical distancing, dilakukan dengan tidak pergi ke tempat-tempat ramai
seperti pusat perbelanjaan, pasar, konser, bioskop, kantor, atau sekolah. Semua
kalangan masyarakat dihimbau untuk tetap dirumah. Bahkan pemerintah meliburkan
sekolah dan universitas, serta perkantoran. Ketika menerapkan social distancing,

8
seseorang tidak diperkenankan untuk berjabat tangan serta menjaga jarak setidaknya 1
meter saat berinteraksi dengan orang lain, terutama dengan orang yang sedang sakit
atau berisiko tinggi menderita COVID-19.
Social distancing dikombinasikan dengan upaya meningkatkan daya tahan tubuh
serta menjaga kebersihan diri, perlu dilakukan. Selain itu, social distancing membantu
mengurangi beban pada sistem layanan kesehatan. Jangan sampai menggampangkan
atau menganggap remeh kondisi ini, dan selalu melakukan usaha sebaik mungkin untuk
mencegah penularannya.
Walaupun memang banyak dampak positif dari social distancing ini seperti
angka kriminalitas dan kematian karena kecelakaan menurun drastis, lapisan ozon
kembali menutup karena tingkat populasi dunia menurun, dan masih banyak lagi.
Meski demikian, sifat alamiah manusia tetaplah sebagai makhluk sosial, dan fakta
inilah yang membuat mereka kesulitan hidup tanpa berinteraksi dengan lainnya. Dan
social distancing pun terpaksa menciptakan perubahan sosial dan budaya di masyarakat
serta memunculkan egoisme karena ketakutan kekahawatiran yang berlebihan terhadap
corona.

3.2. Perubahan Sosiokultural


Perubahan sosial merupakan perubahan kehidupan masyarakat yang
berlangsung terus-menerus dan tidak akan pernah berhenti, karena tidak ada
satu masyarakatpun yang berhenti pada suatu titik tertentu sepanjang masa.
Artinya, meskipun para Sosiolog memberikan klasifikasi terhadap masyarakat
statis dan dinamis, namun yang dimaksud masyarakat statis adalah masyarakat
yang sedikit sekali mengalami perubahan dan berjalan lambat, artinya di dalam
masyarakat statis tersebut tetap mengalami perubahan. Adapun masyarakat
dinamis adalah masyarakat yang mengalami berbagai perubahan secara cepat. Selain
terjadi secara cepat, juga menyangkut hal-hal yang mendasar bagi
kehidupan masyarakat serta lembaga-lembaga kemasyarakatan, dan sering
menimbulkan disintegrasi dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik.
Perbedaan keadaan yang menjadi perhatian sosiologi adalah perbedaan yang
berarti ( bermakna ), yaitu jika struktur dan fungsi masyarakat mengalami perubahan
sedemikian rupa sehingga berbeda / tidak bekerja lagi seperti sebelumnya; perubahan
seperti itu dimaknai sebagai Perubahan Sosial, baik perubahan itu lambat atau cepat,
perubahan itu kecil atau besar, maupun direncanakan atau tidak. dalam hal ini,
perubahanyang terjadi akibat pandemi covid19 ini adalah termasuk perubahan
sosiokultural yang cepat. Karena dalam waktu singkat, masyarakat terpaksa untuk
menekan kehidupan sosial mereka dan merubah nya secara drastis sehingga berdampak
pada perubahan sosial budaya.

9
Dalam pelaksanaan pernikahan salah satu contohnya. Pemerintah melarang
untuk sementara waktu menggelar resepsi pernikahan. Pemerintah hanya mengizinkan
menikah di lembaga pemerintah seperti KUA dan tidak membuat pesta di gedung atau
rumah sendiri untuk menghindari terjadinya keramaian. Bukan hanya budaya
Indonesia yang biasanya menggelar pesta pernikahan sesuai adat dan tradisi masing-
masing, tetapi juga sekaligus nilai sosial seperti hubungan dengan kerabat dan keluarga
pun tidak akan terjadi selama covid19 ini.
Contoh lainnya, di bulan Ramadhan adalah bulan dimana biasanya masyarakat
akan pulang kampung atau disebut dengan mudik. Mengunjungi sanak saudara dan
menjalin hubungan kembali setelah lama berpisah. Namun, pemerintah pun kini
melarang warga untuk mudik. Akan ada sesuatu yang sangat berbeda pada bulan
Ramadah tahun ini. Memang bukan salah pemerintah, ini semua di lakukan untuk
kebaikan kita sendiri. Agar pandemi ini mereda dengan segera.
Saat ini pun kita harus tetap menjunjung tinggi budaya gotong royong kita.
Dimana kita harus bisa saling bekerja sama untuk menenggulangi bencana ini untuk
kebaikan bersama. Pemerintah memikirkan upaya dan membuat kebijakan dan selalu
mengawasi pergerakan covid19, tim medis yang mengobati pasien, dan kita sebagai
masyarakat harus percaya dan bantu pemerintah dengan tetap dirumah sebisa mungkin.
Jangan meremehkan pandemi ini namun juga jangan terlalu cemas. Yakinlah bahwa
kita bisa bila bersama.

3.3. Interaksi Sosial


Seluruh Indonesia saat ini sedang melakukan upaya social distancing.
Dibeberapa kota besar di Indonesia telah memberlakukan PSBB yaitu pembatasan
sosial berskala besar. Seluruh masyarakat diwajibkan menggunakan masker, pengguna
angkutan umum pun diwajibkan menggunkaan masker dan duduk berjauhan.
Pemerintah daerahnya pun melarang berkumpul lebih dari lima orang walaupun dalam
jarak 1 meter. Dan bagi yang melanggar semua peraturan PSBB akan menerima
hukuman yang telah ditetapkan. Hal ini makin menambah efek terhadap perubahan
sosiokultural.
Padahal, sebelum pandemi ini menyerang, Indonesia merupakan negara yang
dikenal dengan keramah-tamahan dan sopan santun. Budaya bercengkrama,
mengobrol, saling sapa dan berjabat tangan adalah hal yang biasa dilakukan di
kalangan masyarakat. Namun sekarang mau tidak mau harus dirasakan masyarakat.
Dampak psikologis yang terjadi saat ini adalah semua dibatasi! Ada tembok tebal dan
tinggi memisahkan satu sama lain untuk tidak menyapa dan berjarak. Semua diminta
mengurung diri.
Keramah tamahan antar warga pun kian berkurang karena dampak dari covid19
ini, Bahkan sekarang banyak warga yang menutup rapat pintu rumahnya agar tidak

10
didatangi tamu untuk mencegah penyebaran, akibat khawatir virus corona. Ya,
memang untuk sementara hanya itu yang bisa kita lakukan sebagai masyarakat untuk
membantu pemerintah dan tenaga medis sekarang ini. Jika seluruh masyarakat
indonesia mematuhi ujaran pemerintah, pastinya keadaan yang seperti ini tidak akan
berlangsung lama.

3.2. Egoisme dan Local Genius Akibat Covid19


Di tengah banyak orang bekerja melawan corona, tapi di sisi lain banyak orang
yang egois—mengeruk keuntungan pribadi. Mereka memborong pangan di pasaran.
Bisa untuk diri atau keluarganya. Ada juga menjadi spekulan yang mengambil untung
dari jualan masker dan hand sanitizer. Parahnya lagi, mata uang dolar Amerika terus
perkasa di tengah ancaman Covid-19. Fenomena panic buying dimulai. Rak-rak yang
biasanya berisi aneka rupa bahan makanan mulai beras, gula, minyak goreng, telur,
hingga mie instan di supermarket tiba-tiba kosong melompong. Pemandangan serupa
tampak di deretan rak yang biasa berisi produk kebersihan diri dan rumah tangga. Stok
aneka bahan pokok itu sejatinya tak benar-benar habis. Hanya, gerai-gerai retail
modern yang memiliki kemampuan terbatas untuk mengisi toko dengan cepat.
Normalnya, proses distribusi hingga barang dari gudang dapat terpajang perlu waktu
1-2 hari. Ketua Umum Asosiasi.
Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N. Mandey pun mengimbau
masyarakat Indonesia tidak melakukan panic buying akibat fobia wabah corona di
Indonesia. Karena tindakan yang berlebihan ini justru membuat kepanikan baru di saat
seluruh kebutuhan masyarakat sebetulnya dapat terpenuhi. Ancaman Inflasi Fenomena
panic buying dapat menyebabkan kelangkaan barang akibat lonjakan permintaan dalam
waktu singkat. Sejumlah pihak meminta pemerintah mewaspadai ancaman inflasi
sebagai dampak lanjutan akibat merebaknya virus corona.
Berharap krisis Covid-19 ini jangan sampai terjadi seperti krisis di era tahun
1997-1998. Dampak paling buruk yang akan dirasakan adalah munculnya
ketidakpercayaan di tengah masyarakat. Rakyat saling curiga karena tidak nyaman
berdekatan. Pertemanan terancam rapuh. Wabah corona menjadi momen bersatu.
Mengintrospeksi diri. Selama ini lalai. Egois, tidak peduli dengan orang lain. Saatnya
merekatkan kembali, memerangi wabah yang sudah mendunia dengan rasa senasib,
karena diserang Covid-19. Dalam situasi mencekam seperti ini untuk saling ingat
mengingatkan. Tidak saling meremehkan, juga ingin paling benar sendiri. Karena
semua itu malah akan meningkatkan stigma negatif terhadap sesama dan tidak
menyelesaikan masalah.
Local genius atau kearifan lokal pun berpengaruh terhadap penanganan virus ini.
Negara indonesia kaya akan suku dengan adat istiadat yang berbeda-beda. Kearifan
lokal setiap daerah pun bebeda-beda tergantung kepercayaan masyarakatnya. Salah

11
satu contohnya yaitu suku minangkabau di sumatera barat. Saat pertama kali corona
menyerang Indonesia, semua orang menjadi panik dan khawatir secara berlebihan.
Sementara itu, di Sumatera Barat, masyarakat setempat diminta untuk tidak panik dan
tetap tenang. Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas (UNAND) Sumatra
Barat DR.Hasanuddin,M.Si mengatakan, bahwa Sumatera Barat memiliki kearifan
lokal dalam menangkal berbagai macam bencana berupa ritual-ritual seperti Bakaua
agar terhindar dari wabah dan malapetaka seperti virus corona. Menurutnya, ritual
Bakaua yang dilakukan masyarakat jaman dahulu, yakni dengan berkeliling kampung,
membacakan do’a bersama-sama sambil membakar kemenyan, sebagai bentuk bahwa
manusia merupakan makhluk bagian yang lemah dari alam ini. Ada langkah preventif
yang mereka lakukan untuk pencegahan dan penangkalan menghadapi wabah, salah
satunya adalah dengan memanjatkan do’a kepada Yang Maha Kuasa melalui upacara
Tolak Bala.
Selain di Sumatera Barat, di kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat justru
punya cara lain yang terbilang unik. Imbauan Dinas Dukcapil Dompu kepada warga
justru melalui pendekatan budaya yang sudah mengakar sejak ratusan tahun. Dinas
Dukcapil menyebut "Lawan corona cukup dengan rimpu mpida". Apa itu 'rimpu
mpida'? Inilah cara berpakaian warga Dompu untuk menutup aurat. Dengan cara
menutup sebagian wajah ini diharapkan bisa mencegah virus corona covid-19 masuk
ke dalam tubuh. Walaupun belum teruji secara medis bahwa dengan berbusana rimpu
mpida dapat menangkal penyebaran virus corona covid-19, tetapi dengan pakaian
rimpu mpida diharapkan bisa meminimalisasi penularan karena rimpu mpida bisa
menghindari kontak langsung. Kedua contoh diatas merupakan kearifan lokal
masyarakat dalam menghadapi bencana sesuai dengan kepercayaan dan adat
istiadatnya.

12
BAB IV
KESIMPULAN

Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut.


a) Pandemi covid19 adalah masalah bersama diseluruh dunia, bukan hanya
pemerintah dan tenaga medis, tapi kita semua dari berbagai kalangan
masyarakat dengan adat kebiasaan dan kepercayaan masing-masing harus
bekerja sama demi menanggulanginya dengan berbagai cara pula.
b) Sosiokultural dan interaksi sosial dalam masyarakat memang mengalami
perubahan yang merupakan dampak dari corona, tapi itu bukan lah alasan untuk
menumbuhkan sikap egoisme dalam masyarakat.
c) Dengan kearifan lokal yang begitu beragam, berbagai daerah di Indonesia satu
persatu mulai memanfaatkannya demi membantu menghentikan penyebaran
virus ini dan membantu pemerintah.
d) Kesadaran untuk mentaati kebijakan pemerintah dalam masyarakat sangat
diperlukan disaat sekarang ini, karena dengan begitu tidak akan terjadi hal-hal
negatif yang tidak diinginkan seperti panic buying, penyebaran yang tidak
terkontrol dan lain-lain.

13
DAFTAR PUSTAKA

Alodokter.com. 2020. https://www.alodokter.com/pentingnya-menerapkan-social-


distancing-demi-mencegah-covid-19. Diakses pada tanggal 11 April 2020.

Henslin, James M. (2007). Essential of Sociology : A Down-to-Earth Approach


(Sosiologi dengan Pendekatan Membumi). Penerjemah: Kamanto Sunarto.
Jakarta. Penerbit Erlangga.

Herimanto dan Winarno. (2009). Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta. PT Bumi
Akasara.

Liputan6.com. 2020. https://www.liputan6.com/news/read/4218088/opini-social-


distancing-perubahan-sosial-lewat-komunikasi-digital-menghadapi-wabah-corona-covid-19.
Diakses pada tanggal 12 April 2020.

Wikipedia. 2020. https://en.m.wikipedia.org/wiki/Coronavirus_disease_2019. Diakses


pada tanggal 11 April 2020.

14

Anda mungkin juga menyukai