Anda di halaman 1dari 10

BAB 5

Implementasi Kebijakan

5.1 Pengertian Implementasi


Secara etimologis pengertian implementasi menurut Kamus Webster
yang dikutip oleh Solichin Abdul Wahab (2004) adalah Konsep implementasi
berasal dari bahasa inggris yaitu to implement. Dalam kamus besar webster,
to implement (mengimplementasikan) berati to provide the means for carrying
out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu) dan to give practical
effect to (untuk menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu).
Kata implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to implement yang
berarti mengimplementasikan. Implementasi merupakan penyediaan sarana
untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat
terhadap sesuatu. Sesuatu tersebut dilakukan untuk menimbulkan dampak
atau akibat itu dapat berupa undang–undang, Peraturan Pemerintah,
Keputusan Peradilan dan Kebijakan yang dibuat oleh Lembaga–Lembaga
Pemerintah dalam kehidupan kenegaraan.
Pengertian implementasi yang dikemukakan diatas, dapat dikatakan
bahwa implementasi adalah tindakan–tindakan yang dilakukan oleh pihak–
pihak yang berwenang dan berkepentingan, baik pemerintah maupun swasta
yang bertujuan untuk mewujudkan cita–cita serta tujuan yang telah
ditetapkan. Implementasi berkaitan dengan berbagai tindakan yang dilakukan
untuk melaksanakan dan merealisasikan program yang telah disusun demi
tercapainya tujuan dari program yang telah direncanakan, karena pada
dasarnya setiap rencana yang ditetapkan memiliki tujuan atau target yang
hendak dicapai.
Menurut Hanifah Harsono dalam bukunya yang berjudul Implementasi
Kebijakan dan Politik, (2002) mengemukakan pendapatnya mengenai
implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut:
Implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan kebijakan menjadi
tindakan kebijakan dari politik kedalam administrasi. Pengembangan
kebijakan dalam rangka penyempurnaan suatu program.
Pengertian Implementasi yang dikemukakan oleh Hanifah Harsono,
dapat dikatakan bahwa implementasi adalah suatu kebijakan dalam
penyelesaian keputusan demi terciptanya tujuan yang baik dengan
bergantung bagaimana implementasi yang berjalan dengan baik dalam
melaksanakan proses penyempurnaan akhir. Oleh karena itu suatu
implementasi baik diharapkan dalam setiap program untuk terciptanya tujuan
yang diharapkan.

5.2 Pengertian Kebijakan


Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman
dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan
cara bertindak. Istilah ini dapat diterapkan pada pemerintahan, organisasi
dan kelompok sektor swasta, serta individu. Kebijakan berbeda dengan
peraturan dan hukum.
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman
dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan
cara bertindak. Istilah ini dapat diterapkan pada pemerintah, organisasi, dan
kelompok sektor swasta, serta individu. Kebijakan berbeda dengan peraturan
dan hukum. Jika hukum dapat memaksakan atau melarang suatu perilaku
(misalnya suatu hukum yang mengharuskan pembayaran pajak penghasilan),
kebijakan hanya menjadi pedoman tindakan yang paling mungkin
memperoleh hasil yang diinginkan.
Kebijakan atau kajian kebijakan dapat pula merujuk pada proses
pembuatan keputusan-keputusan penting organisasi, termasuk identifikasi
berbagai alternatif seperti prioritas program atau pengeluaran, dan
pemilihannya berdasarkan dampaknya. Kebijakan juga dapat diartikan
sebagai mekanisme politis, manajemen, finansial, atau administratif untuk
mencapai suatu tujuan eksplisit.
Menurut Noeng Muhadjir kebijakan merupakan upaya memecahkan
problem sosial bagi kepentingan masyarakat atas asas keadilan dan
kesejaheraan masyarakat. Dan dalam kebijakan setidaknya harus memenuhi
empat hal penting yakni;
a. Tingkat hidup masyarakat meningkat,
b. Terjadi keadilan: By the law, social justice, dan peluang prestasi dan
kreasi individual,
c. Diberikan peluang aktif partisipasi masyarakat (dalam membahas
masalah, perencanaan, keputusan dan implementasi), dan
d. Terjaminnya pengembangan berkelanjutan.
Sementara menurut Weihrich dan Koontz dikutip dari Amin priatna
bahwa kebijakan adalah alat membersihkan hati atau harapan yang
mendorong, inisiatif tetatp dalam keterbatasan. Kebebasan tergantung pada
kebijakan dan sebaliknya akan mereflesikan posisi dan kekuasaan dalam
organisasi.3Kebijakan juga adalah rencana, kebijakan itu sebagai peryataan
atau pemahaman atau pengertian yang mengarahkan pikiran dalam
membuat keputusan. Tidak semua kebijakan merupakan pernyataan, tetapi
sering diimplikasikan dari tindakan menejer.4Sementara Koontz, Donnell dan
Weihrich mengatakan bahwa kebijakan adalah sebagai tuntunan dalam
berfikir untuk mengambil keputusan, keputusan tersebut
Lebih lanjut Muhadjir mengatakan bahwa kebijakan dapat dibedakan
menjadi dua yaitu kebijakan subtantif dan kebijakan implementatif. Kebijakan
subtantif adalah keputusan yang dapat diambil berupa memilih alternatif yang
dianggap benar untuk mengatasi masalah. Tindak lanjut dari kebijakan
subtantif adalah kebijakan implemtatif yaitu keputusan-keputusan yang
berupa upaya-upaya yang harus dilakukan untuk melaksanakan kebijakan
subtantif.7Secara empiris kebijakan berupa undang-undang, petunjuk, dan
program, dalam sebuah Negara kebijakan dianggap sebagai rangkaian
tindakan yang dikembangkan oleh badan atau pemerintah yang mempunyai
tujuan tertentu diikuti dan dilaksanakan oleh seseorang atau sekelompok
pelaku untuk memecahkan masalah tertentu.
Dengan demikian berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas,
dapat disimpukan bahwa kebijakan adalah sebagai rangkaian konsep dan
azas yang menjadi garis besar dari dasarpada masalah yang menjadi
rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan dan cara
bertindak, pernyataan cita-cita, prinsip, atau maksuddalam memecahkan
masalah sebagai garis pedoman untuk manajeman dalam usaha mencapai
sasaranatau tujuan. Dengan kata lain sebagai pedoman untuk bertindak bagi
pengambilan keputusan. Dengan demikian, pengertian perumusan kebijakan
menyangkut suatu proses yang terdiri dari sejumlah langkah-langkah. Ripley
(1985) menjelaskan beberapa langkah dalam kebijakan, yaitu:
a. Agenda setting
b. Formulation dan legitimination
c. Program Implementations
d. Evaluation of implementation, performance, and impacts
e. Decisions about the future of the policy and program.

Tindakan Deskripsi Evaluasi Rekomendasi


Kebijakan
Sebelum prediksi - Preskripsi
Tindakan (ex-
ante)
Sesudah deskripsi Evaluasi -
Tindakan (ex-
pose)

Penjelasan dari istilah pada tindakan kebijakan diatas adalah:


a. Definisi yang menghasilkan pengetahuan mengenai kondisi-kondisi
yang menimbulkan masalah kebijakan.
b. Prediksi adalah menyedikan informasi mengenai konsekuensi dimasa
mendatang dari penerapan alternatif kebijakan, termasuk jika tidak
melakukan sesuatu.
c. Preskripsi adalah menyediakan informasi mengenai nilai konsekuensi
alternatif kebijakan dimasa yang akan datang
d. Deskripsi adalah menghasilkan informasi mengenai nilai konsekuensi
alternatif kebijakan dimasa sekarang dan masa lalu
e. Evaluasi adalah kegunaan alternatif kebijakan dalam memecahkan
permasalahan.
Untuk lebih memamahi kebijakan maka perlu mengkaji tentang analisis
kebijakan, karena kebijakan pada esensinya adalah suatu proses dalam
upaya untuk membuat perubahan kearah yang lebih baik, sehingga
berdampak pada kesejahteraan bangsa. Pembuat kebijakan publik pada
umumnya adalah unsur birokrat atau pejabat pemerintah termasuk para
pegawai senior pemerintah, yang tugasnya adalah memberikan pelayanan
demi kebaikan publik.untuk itu para ahli mencoba menjelaskan pengertian
analisis kebijakan.
Berdasarkan prosedur analisis tindakan kebijakan ini bertujuan akhir pada
pemecahan masalah yang dihadapi, sehingga perlu dibuat kebijakan untuk
mengataasi permasalahan tersebut. Untuk itu analisis kebijakan akan
memperkirakan apa yang akan terjadi apabila alternatif yang dipilih
ditetapkan untuk dilaksanakan, memperkirakan apa yang akan terjadi
kemudian apa yang harus dilakukan serta dampak apa yang akan terjadi dari
kebijakan tersebut. Selanjutnya, apabila tidak dilakukan alternatif kebijakan
tersebut maka tantangan yang akan terjadi baik kondisi politik, sosial, dan
budaya apabila kebijakan itu tidak dilaksnakan. Kemudian analisis kebijakan
mendeskripsikan kebijakan yang telah dilaksanakan dan yang akan
dilaksanakan sehingga diperoleh gambaran apa kekurangan dari kebijakan
yang telah dilakukan dan apa kelebihan dari kebijakan yang telah
dilaksanakan, sehingga diperoleh alternatif yang tepat. Melalui evaluasi
kebijakan akan diperoleh gambaran sejauh mana kebijakan yang
dilaksanakan dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
Kegagalan atau keberhasilan pelaksanaan kebijakan dapat dievaluasi dari
sudut kemampuannya secara nyata dalam meneruskan atau
mengoperasikan program-program yang telah dirancang sebelumnya.
Sebaliknya, keseluruhan proses pelaksanaan kebijakan dapat dievaluasi
dengan cara mengukur atau mambandingkan antara hasil akhir dari program-
program tersebut dengan tujuan-tujuan kebijakan.

5.3 Pengertian Kebijakan Kesehatan


Kebijakan publik bersifat multidisipliner termasuk dalam bidang
kesehatan sehingga kebijakan kesehatan merupakan bagian dari kebijakan
publik. Dari penjelasan tersebut maka diuraikanlah tentang pengertian
kebijakan kesehatan yaitu konsep dan garis besar rencana suatu pemerintah
untuk mengatur atau mengawasi pelaksanaan pembangunan kesehatan
dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang optimal pada seluruh
rakyatnya (AKK USU, 2010).
Kebijakan kesehatan merupakan pedoman yang menjadi acuan bagi
semua pelaku pembangunan kesehatan, baik pemerintah, swasta, dan
masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan dengan
memperhatikan kerangka desentralisasi dan otonomi daerah (Depkes RI,
2009).

5.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan


1. Faktor Komunikasi (Communication)
Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari
komunikator kepada komunikan. Sementara itu, komunikasi kebijakan
merupakan proses penyampaian informasi kebijakan dari pembuat
kebijakan (policy makers) kepada pelaksana kebijakan (policy
implementors).
Widodo kemudian menambahkan bahwa informasi yang perlu
disampaikan kepada pelaku kebijakan agar pelaku kebijakan dapat
memahami apa yang menjadi isi, tujuan, arah, kelompok sasaran (target
group) kebijakan, sehingga pelaku kebijakan dapat mempersiapkan hal-
hal apa saja yang berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan agar
proses implementasi kebijakan bisa berjalan dengan efektif serta sesuai
dengan tujuan kebijakan itu sendiri.
Komunikasi dalam implementasi kebijakan mencakup beberapa
dimensi penting yaitu transformsi informasi (transimisi), kejelasan
informasi (clarity) dan konsistensi informasi (consistency). Dimensi
transformasi menghendaki agar informasi tidak hanya disampaikan
kepada pelaksana kebijakan tetapi juga kepada kelompok sasaran dan
pihak yang terkait. Tiga hal penting dalam komunikasi adalah:
a. Transmisi.
Sebelum pejabat dapat mengimplementasikan suatu keputusan, ia
harus menyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat dan suatu
perintah untuk pelaksanaannya telah dikeluarkan. Banyak ditemukan
keputusan-keputusan yang terabaikan dan kesalahpahaman terhadap
keputusan-keputusan yang telah dikeluarkan.
b. Konsistensi.
Jika implementasi kebijakan diharapkan berlangsung efektif, maka
perintah-perintah pelaksanaan harus konsisten dan jelas. Apabila
perintah bertentangan maka akan menyulitkan para pelaksana untuk
melaksanakan tugasnya dengan baik.
c. Kejelasan.
Jika kebijakan-kebijakan diimplementasikan sebagaimana yang
diinginkan, maka petunjuk-petunjuk pelaksana tidak harus diterima
oleh para pelaksana kebijakan tetapi juga komunikasi kebijakan
tersebut harus jelas.
2. Sumber Daya (Resources)
Sumber daya memiliki peran penting dalam implementasi kebijakan, ini
diartikan bahwa, bagaimanapun jelas dan konsistensinya ketentuan-
ketentuan dan aturan-aturan serta bagaimanapun akuratnya
penyampaian ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan tersebut, jika para
pelaksana kebijakan yang bertanggung jawab untuk melaksanakan
kebijakan kurang mempunyai sumber daya untuk melaksanakan
kebijakan secara efektif maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan
efektif.
Sumber daya disini berkaitan dengan segala sumber yang dapat
digunakan untuk mendukung keberhasilan implementasi kebijakan.
Sumber daya ini mencakup sumber daya manusia, anggaran, fasilitas,
informasi dan kewenangan yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Sumber Daya Manusia (Staff)
Implementasi kebijakan tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan
dari sumber daya manusia yang memenuhi kualitas dan kuantitas.
Kualitas sumber daya manusia berkaitan dengan keterampilan,
dedikasi, profesionalitas, dan kompetensi di bidangnya, sedangkan
kuantitas berkaitan dengan jumlah sumber daya manusia apakah
sudah cukup untuk melingkupi seluruh kelompok sasaran. Sumber
daya manusia sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
implementasi, sebab tanpa sumber daya manusia yang mempunyai
kehandalan, implementasi kebijakan akan berjalan lambat.
b. Anggaran (Budgetary)
Dalam implementasi kebijakan, anggaran berkaitan dengan
kecukupan modal atau investasi atas suatu program atau kebijakan
untuk menjamin terlaksananya kebijakan tersebut, sebab tanpa
adanya dukungan anggaran yang memadai kebijakan tidak akan
berjalan dengan efektif dalam mencapai tujuan dan sasaran.
c. Fasilitas (Facility)
Fasilitas atau sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor
yang berpengaruh dalam implementasi kebijakan. Pengadaan fasilitas
yang layak, seperti gedung, tanah, dan peralatan perkantoran akan
menunjang dalam keberhasilan implementasi suatu program atau
kebijakan.
d. Informasi dan Kewenangan (Information and Authority)
Informasi juga menjadi factor penting dalam implementasi kebijakan,
terutama informasi yang relevan dan cukup terkait bagaimana
mengimplementasikan suatu kebijakan. Sementara wewenang
bereperan penting terutama untuk meyakinkan dan menjamin bahwa
kebijakan yang dilaksanakan sesuai dengan yang apa yang dituju.
3. Disposisi (Disposition)
Kecenderungan perilaku atau karakteristik dari pelaksana
kebijakan berperan penting untuk mewujudkan implementasi kebijakan
yang sesuai dengan tujuan atau sasaran. Karakter penting yang harus
dimiliki oleh pelaksana kebijakan misalnya kejujuran dan komitmen yang
tinggi. Kejujuran mengarahkan implementor untuk tetap berada dalam asa
program yang telah digariskan, sedangkan komitmen yang tinggi dari
pelaksana kebijakan akan membuat mereka selalu antusias dalam
melaksanakan tugas, wewenang, fungsi, dan tanggung jawab sesuai
dengan peraturan yang telah ditetapkan. Aktor/tenaga pelaksana telah
dipilih berdasarkan keahlian dan jam kerja pengabdian yang telah
memenuhi beberapa tahap persyaratan.
Sikap dari pelaksana kebijakan akan sangat berpengaruh dalam
implementasi kebijakan. Apabila implementator memiliki sikap yang baik
maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa
yang diinginkan oleh pembuat kebijakan, sebaliknya apabila sikapnya
tidak mendukung maka implementasi tidak akan terlaksana dengan baik.
4. Struktur Birokrasi (Bureucratic Structure)
Struktur organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
implementasi kebijakan. Aspek struktur organisasi ini melingkupi dua hal
yaitu mekanisme dan struktur birokrasi itu sendiri. Aspek pertama adalah
mekanisme, dalam implementasi kebijakan biasanya sudah dibuat
Standart Operation Procedure (SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap
implementator dalam bertindak agar dalam pelaksanaan kebijakan tidak
melenceng dari tujuan dan sasaran kebijakan. Aspek kedua adalah
struktur birokrasi, struktur birokrasi yang terlalu panjang dan
terfragmentasi akan cenderung melemahkan pengawasan dan
menyebabkan prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks yang
selanjutnya akan menyebabkan aktivitas organisasi menjadi tidak
fleksibel.
5.5 Pentingnya Implementasi Kebijakan
a. Implementasi merupakan proses yang penting dalam kebijakan, dan tak
terpisahkan dari proses formulasi kebijakan.
b. Implementasi jauh lebih penting dari pembuatan kebijakan. Kebijakan
hanya berupa impian atau rencana yang bagus dan tersimpan dalam
arsip kalau tidak diimplementasikan.
c. Tanpa implementasi kebijakan tidak akan bisa mewujudkan hasilnya.
d. Implementasi bukanlah proses yang sederhana, tetapi sangan komplek
dan rumit.
e. Benturan kepentingan antara actor baik administrator, petugas lapangan,
maupun sasaran sering terjadi.
f. Selama implementasi sering terjadi beragam interprestasi atas tujuan
target maupun strateginya.
g. Implementasi dipengaruhi oleh berbagai variable, baik variable individual
maupun organisasional.

5.6 Implementasi Kebijakan Pelayanan Pasien di Rumah Sakit


a. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat, Rawat Inap, Rawat Intensif,
Laboratorium dan Radiologi dilaksanakan dalam 24 jam. Pelayanan
Rawat Jalan sesuai dengan jadwal praktik dokter. Pelayanan Kamar
Operasi dilaksanakan dalam jam kerja, dan dilanjutkan dengan sistem on
call.
b. Pelayanan pasien Instalasi Gawat Darurat harus diutamakan dengan
waktu pelayanan yang lebih cepat.
c. Pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien.
d. Seluruh staf RS harus bekerja sesuai dengan standar profesi,
pedoman/panduan dan standar prosedur opersional yang berlaku, serta
sesuai dengan etika profesi, etika RS dan etiket RS yang berlaku.
e. Seluruh staf RS dalam melaksanakan pekerjaannya wajib selalu sesuai
dengan ketentuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3),
termasuk dalam penggunaan alat pelindung diri (APD).

Anda mungkin juga menyukai