Anda di halaman 1dari 11

“ Masalah Etik dan Hukum Keperawatan terhadap Sebuah Kasus Sistem

Kardiovaskuler“

DISUSUN OLEH

Febby Ardian Pratama ( 201811093 )


Supian (

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIJAYA HUSADA
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan
karunianya sehingga makalah yang berjudul “Masalah Etik dan Hukum
Keperawatan terhadap Sebuah Kasus” ini dapat diselesaikan. Makalah ini
dibuat untuk memenuhi salah satu nilai mata kuliah keperawatan profesional
pada khususnya dan untuk memberikan pengetahuan kepada calon perawat
tentang etik keperawatan dan hukum keperawatan. Kami memohon maaf
apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, karena kesempurnaan itu
hanyalah milik-Nya semata. Kami harap para pembaca berkenan kiranya
menyampaikan kritik, usul, dan saran kepada kami sehingga karya tulis yang
sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca kelak

Bogor, 5 oktober 2020


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perawatan merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan langsung baik kepada individu, keluarga dan masyarakat.
Sebagai salah satu tenaga profesional, keperawatan menjalankan dan
melaksanakan kegiatan praktek keperawatan dengan mengunakan ilmu
pengetahuan dan teori keperawatan yang dapat dipertanggung jawabkan.
Dimana ciri sebagai profesi adalah mempunyai body of knowledge yang dapat
diuji kebenarannya serta ilmunya dapat diimplementasikan kepada masyarakat
langsung. Pelayanan kesehatan dan keperawatan yang dimaksud adalah
bentuk implementasi praktek keperawatan yang ditujukan kepada pasien/klien
baik kepada individu, keluarga dan masyarakat dengan tujuan upaya
peningkatan kesehatan dan kesejahteraan guna mempertahankan dan
memelihara kesehatan serta menyembuhkan dari sakit, dengan kata lain upaya
praktek keperawatan berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi.
Dalam melakukan praktek keperawatan, perawat secara langsung
berhubungan dan berinteraksi kepada penerima jasa pelayanan, dan pada saat
interaksi inilah sering timbul beberapa hal yang tidak diinginkan baik disengaja
maupun tidak disengaja, kondisi demikian inilah sering menimbulkan konflik
baik pada diri pelaku dan penerima praktek keperawatan. Oleh karena itu
profesi keperawatan harus mempunyai standar profesi dan aturan lainnya
yang didasari oleh ilmu pengetahuan yang dimilikinya, guna memberi
perlindungan kepada masyarakat. Dengan adanya standar praktek profesi
keperawatan inilah dapat dilihat apakah seorang perawat melakukan
malpraktek, kelalaian ataupun bentuk pelanggaran praktek keperawatan
lainnya.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini, secara umum adalah mahasiswa dapat
memahami hak pasien dalam proses keperawatan dilihat dari dimensi etik dan
dimensi hukum. Dan secara khusus mahasiswa dapat menjelaskan tentang
pengertian, kriteria dan unsur-unsur terjadinya hal tersebut.
1.3 Manfaat
Dengan adanya penyusunan makalah ini kita mampu memahami tata cara
beretika dalam pemecahan suatu kasus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kode Etik Keperawatan


A. Definisi Etik
Etik adalah terminology dengan berbagai makna. Etik berhubungan
dengan bagaimana sesorang harus bertindak dan bagaimana mereka
melakukan hubungn dengan orang lain. Etik tidak hanya menggambarkan
sesuatu, tetapi lebih kepada perhatian dengan penetapan norma atau standar
kehidupan seseorang dan yang seharusnya dilakukan. Etik dititik beratkan pada
pertanyaan atas apa yang baik dan yang buruk, karakter, motif atau tindakan
yang benar dan yang salah. Jika didefinisikan secara umum, terminology moral
dan etik adalah sama, meskipun terdapat sedikit perbedaan makna.
B. Etik Dalam Keperawatan
Untuk menjadi seorang profisional dewasa yang mampu secara aktif
berpartisipasi dalam dimensi etik praktik mereka, seorang perawat harus terus
mengembangkan suatu perasaan yang kuat tentang identitas moral mereka,
mencari dukungan dari sumber professional, dan mengembangkan
pengetahuan serta kemampuan mereka dalam bidang etik. Posisi atau
identitas moral perawat yang disebut “etik perawatan”. Etik perawatan
dihubungkan dengan hubungan antar masyarakat dan dengan karakter
perawat terhadap orang lain.

1. Dasar Untuk Pertimbangan Etis.


“melakukan etik” meliputi berpartisipasi dalam proses pemikiran kritis
mengenai apa yang benar dan salah, baik dan buruk atau seringkali berfikir
mengenai situasi dimana seseorang memiliki lebih dari satu tindakan yang
“benar”. Tindakan itu merupakan sebuah proses yang terjadi dalam berbagai
interaksi klien-perawat.

2. Prinsip Etis.
Ketika mengambil keputusan etis, perawat seringkali mengandalkan
pertimbangan mereka dengan menggunakan kedua konsekwensi dan prinsip
dan kewajiban moral yang unifersal. Hal yang paling fundamental dari prinsip
ini adalah penghargaan atas sesama.
a. Prinsip – prinsip Legal dalam Praktik Keperawatan
1. Menghormati hak pasien
2. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
3. Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
4. Memberikan informasi
5. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan
6. Melakukan catatan perawatan dengan baik
b. Kode Etik Keperawatan
1. Otonomi ( Autonomy )
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir
logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap
kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki
berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip
otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang
sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi
merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut
pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat
menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan
dirinya.

2. Beneficience ( Berbuat Baik )


Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain.
Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini
dengan otonomi.

3. Justice ( Keadilan )
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang
lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini
direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi
yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

4. Non Maleficiance ( Tidak Merugikan )


Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada
klien. Non maleficienci memberikan standar minimum dimana praktsi selalu
memegangnya. Dalam situasi klinis, sering sulit untuk menggambarkan garis
antara bahaya yang tidak berarti dan melakukan yang baik. Dalam menentukan
hal baik dalam situasi perawatan kesehatan kita harus memperhitungkan
resiko dan maslahat dalam setiap kasus.

5. Moral right
Posisi perawat yang mempunyai jam kerja 8 sampai 10 atau 12 jam
memungkinkannya mempunyai banyak waktu untuk mengadakan hubungan
baik dan mengetahui keunikan klien sebagai manusia holistik sehingga
berposisi sebagai pendamping klien ( curtin, 1986 ).
Pada dasarnya, peran perawat sebagai pendamping klien adalah memberi
informasi dan memberi bantuan kepada klien atas keputusan apa pun yang di
buat kilen, memberi informasi berarti menyediakan informasi atau penjelasan
sesuai yang dibutuhkan klien

6. Nilai dan norma masyarakat


Pandangan masyarakat terhadap institusi kesehatan sangat
memprihatinkan,karena mereka tidak mampu dibidang ekonomi,selain itu
terbatasnya juga jamkesmas yang belum masuk ke seluruh pelosok desa.

7. Kejujuran ( Fidelity )
Kewajiban untuk mengungkapkan kebenaran. Prinsip mengatakan yang
sebenarnya ( kejujuran ) mengarahkan praktisi untuk menghindari melakukan
kebohongan pada klien atau menipu mereka. Kejujuran tidak hanya
berimplikasi bahwa perawat harus berkata jujur, namun juga membutuhkan
adanya sikap positif dalam memberikan imformasi yang berhubungan dengan
situasi klien. Kadang hal ini dapat menimbulkan masalah bagi perawat dan
menekankan pentingnya penghargaan atau pendekatan kelompok bagi
perawat kesehatan. Dalam prinsip kejujuran, pengajaran dan perlindungan
klien dalam situasi ini harus dilakukan dengan menggunakan pendekatan
kelompok. Hal- hal yang diidentifikasi oleh perawat harus diajukan dalam
diskusi oleh klien dan tim perawatan kesehatan.

8. Kerahasiaan( Veracity )
Kerahasiaan adalah prinsip etika dasar yang menjamin kemandirian klien.
Perawat menghindari pembicaraan mengenai kondisi klien dengan siapapun
yang tidak secara langsung terlibat dalam perawatan klien. Konflik kewajiban
mungkin akan muncul ketika seoarnag klien memilih untuk merahasiakan
informasi tertentu yang dapat membahayakan klien atau orang lain. Prinsip
kejujuran mengarahkan perawat dalam mendorong klien untuk berbagi
informasi mengenai penyakit mereka. Prinsip kerahasiaan membantu perawat
memahami implikasi serius dari pemberian informasi rahasia dan keinginan
klien yang kompeten.

9. Kesetiaan
Prinsip kesetiaan menyatakan bahwa perawat harus memegang janji yang
dibuatnya, rasa percaya yang snagat penting dalam hubungan perawat-klien
akan terbentuk. Ketika klien dan keluarga tidak dapat bergantung pada
perawat untuk menjalankan perjanjian tersebut, mereka berada pada resiko.

10. Avoid Killing


Prinsip avoiding killing menekankan perawat untuk menghargai kehidupan
manusia (pasien), tidak membunuh atau mengakhiri kehidupan. Thomhson
( 2000 : 113).
Menjelasakan tentang masalah avoiding killing sama dengan Euthanasia yang
kata lainyatindak menentukan hidup atau mati yaitu istilah yang digunakan
pada dua kondisi yaitu hidup dengan baik atau meninggal Ketika menghadapi
pasien dengan kondisi gawat maka seorang perawat harus mempertahankan
kehidupan pasien dengan berbagai cara.
Tetapi menurut Chiun dan Jacobs (1997 : 40) Perawat harus menerapkan etika
atau prinsip moral terhadap pasien pada kondisi tertentu misalnya pada pasien
koma yang lama yaitu prinsip avoiding killing. Pasien dan keluarga mempunyai
hak-hak menentukan hidup atau mati. Sehingga perawat dalam mengambil
keputusan masalah etik ini harus melihat prinsip moral yang lain yaitu
beneficience, nonmaleficience dan otonomy yaitu melakukan yang terbaik,
tidak membahayakan dan menghargai pilihan pasien serta keluarga untuk
hidup atau mati. Mati disini bukan berarti membunuh pasien tetapi
menghentikan perawatan dan pengobatan dengan melihat kondisi pasien
dengan pertimbangan beberapa prinsip moral diatas.
Mengenai hak hidup islam menjelaskan “Dan janganlah kamu
membunuh jiwa yang diharamkan Allah membunuhnya melainkan dengan
suatu alasan yang benar”

2.2 Hukum Keperawatan


A. Aspek dalam keperawatan
Hukum adalah kumpulan peraturan yang berisi kaidah-kaidah hukum,
sedangkan etika adalah kumpulan peraturan yang berisi kaidah-kaidah non
hukum, yaitu kaidah-kaidah tingkah laku (etika). (Supriadi, 2001)
Hukum adalah ” A binding custom or practice of acommunity: a rule of conduct
or action, prescribed or fomally recognized as binding or enforced by a
controlling authority “ (Webster’s, 2003).
Banyak sekali definisi-definisi yang berkaitan dengan hukum, tetapi yang
penting adalah hukum itu sifatnya rasionalogic, sedangkan tentang hukum
dalam keperawatan adalah kumpulan peraturan yang berisi kaidah-kaidah
hukum keperawatan yang rasionalogic dan dapat dipertanggung jawabkan.

 Fungsi hukum dalam keperawatan, sebagai berikut:


a. Memberi kerangka kerja untuk menetapkan kegiatan praktek perawatan apa
yang legal dalam merawat pasien.
b. Membedakan tanggung jawab perawat dari profesi kesehatan lain
c. Membantu menetapkan batasan yang independen tentang kegiatan
keperawatan
d. Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan dengan
membuat perawat akuntabilitas dibawah hukum yang berlaku

 Dasar hukum perundang-undangan praktek keperawatan.


Beberapa perundang-undangan yang melindungi bagi pelaku dan penerima
praktek keperawatan yang ada di Indonesia, adalah sebagai berikut:
a. Undang – undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, bagian kesembilan
pasal 32 (penyembuhan penyakit dan pemulihan)
b. Undang – undang No.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
c. Peraturan menteri kesehatan No.159b/Men.Kes/II/1998 tentang Rumah
Sakit
d. Peraturan Menkes No.660/MenKes/SK/IX/1987 yang dilengkapi surat
ederan Direktur Jendral Pelayanan Medik
No.105/Yan.Med/RS.Umdik/Raw/I/88 tentang penerapan standard praktek
keperawatan bagi perawat kesehatan di Rumah Sakit.
e. Kepmenkes No.647/SK/IV/2000 tentang registrasi dan praktik perawat dan
direvisi dengan SK Kepmenkes No.1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang registrasi
dan praktik perawat.
f. Pasal 23 Undang-undang Nomor 23 Tahun1992 tentang Kesehatan telah
menetapkan bahwa: “Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan
hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
g. Pemerintah mengundangkan Undang-undang tentang Perlindungan
Konsumen Nomor 8 Tahun 1999. Satu diantara ketentuannya adalah bahwa:
Pasien sebagaikonsumen pelayanan jasa kesehatan, berhak atas keamanan,
kenyamanan, dan keselamatan, informasi yang benar, jelas, dan jujur serta
menuntut ganti rugi apabila dokter atau tenaga kesehatan lainnya selama
melakukan pelayanan kesehatan ternyata melakukan kesalahan atau kelalaian
yang merugikan pasien.
h. Dalam Pasal 24 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1996, yang
dimaksud dengan perlindungan hukum adalah bentuk-bentuk perlindungan
yang antara lain berupa: rasa aman dalam melaksanakan tugas profesinya,
perlindungan terhadap keadaan membahayakan yang dapat mengancam
keselamatan fisik atau jiwa, baik karena alam maupun perbuatan manusia.”
Perlindungan hukum akan senantiasa diberikan kepada pelaku profesi apa pun
sepanjang pelaku profesi tersebut bekerja dengan mengikuti prosedur baku
sebagaimana tuntutan bidang ilmunya, sesuai dengan etika serta moral yang
hidup dan berlaku dalam masyarakat.
i. ketentuan Pasal 1365 BW (Burgerlijk Wetboek), atau Kitab Undangundang
Hukum Perdata. Apabila tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya
melakukan tindakan yang mengakibatkan kerugian pada pasien, maka tenaga
kesehatan tersebut dapat digugat oleh pasien atau keluarganya yang merasa
dirugikan itu berdasarkan ketentuan Pasal 1365 BW, yang bunyinya sebagai
berikut: “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada
orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian
yang disebabkan kelalaian atau kurang hati-hati.”
j. Tanggung jawab dari segi hukum administratif, tenaga kesehatan dapat
dikenai sanksi berupa pencabutan surat izin praktik apabila melakukan
tindakan medik tanpa adanya persetujuan dari pasien atau keluarganya.
Tindakan administratif juga dapat dikenakan apabila seorang tenaga
kesehatan:
1. Melalaikan kewajiban;
2. Melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat oleh seorang
tenaga kesehatan, baikmengingat sumpah jabatannya maupun mengingat
sumpah sebagai tenaga kesehatan;
3. Mengabaikan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh tenaga
kesehatan
4. Melanggar suatu ketentuan menurut atau berdasarkan undangundang.
Perlindungan hukum baik bagi pelaku dan penerima praktek keperawatan
memiliki akuntabilitas terhadap keputusan dan tindakannya. Dalam
menjalankan tugas sehari-hari tidak menutup kemungkinan perawat berbuat
kesalahan baik sengaja maupun tidak sengaja. Oleh karena itu dalam
menjalankan prakteknya secara hukum perawat harus memperhatikan baik
aspek moral atau etik keperawatan dan juga aspek hukum yang berlaku di
Indonesia. Fry (1990) menyatakan bahwa akuntabilitas mengandung dua
komponen utama, yakni tanggung jawab dan tanggung gugat. Hal ini berarti
tindakan yang dilakukan perawat dilihat dari praktik keperawatan, kode etik
dan undang-undang dapat dibenarkan atau absah (Priharjo, 1995).
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
3.1 Kasus
Di sebuah Rumah Sakit ada pasangan yang memiliki bayi dengan gangguan
jantung. Bayi mengalami TF, suami pasien meminta kepada tenaga kesehatan
( dokter/perawat ) di Rumah Sakit tersebut untuk tidak memberitahukan
keadaan bayinya pada istrinya. Dokter dan perawat merasa memiliki kewajiban
memberitahukan keadaan bayi pada ibu demi perkembangan bayi. Bagaimana
menyelesaikan dilema etis yang dialami oleh perawat tersebut sesuai tahap
pengambilan keputusan etik dan hukum

3.2 Identifikasi Kasus


A. Analisa Kasus
 Identifikasi dan Pengembangan data dasar
Mengidentifikasi dan mengembangkan data dasar yang terkait dengan kasus
dilema etis yang dialami perawat. Tindakan yang akan dilakukan adalah bahwa
perawat harus tetap memberitahukan kepada ibu pasien tentang apa yang
terjadi pada anaknya karena hal tersebut sudah menjadi kewajiban seorang
perawat. Dengan kata lain sebelum memberitahukan kepada ibu pasien,
perawat harus memberikan konseling/pengertian terlebih dahulu kepada ayah
pasien bahwa hal tersebut harus dilakukan demi kebaikan bayi itu sendiri.
 Identifikasi Munculnya Konflik
Ibu pasien belum mengetahui keadaan sebenarnya yang terjadi pada anaknya.
Dikarenakan sang ayah tidak memberitahukan pada istri dan juga tidak
membolehkan perawat atau dokter memberitahukan keadaan yang
sebenarnya kepada ibu pasien. Dan hal terebut dam menghambat
perkemabangan dari si bayi tersebut.
 Menentukan Tindakan Alternatif yang Direncanakan
Adapun tindakan alternatif yang dilakukan oleh perawat adalah memberikan
konseling kepada ayah pasien bahwa dengan memberitahukan informasi
tentang kesehatan anaknya kepada istrinya dapat membantu dalam
penyembuhan atau perkembangan si bayi itu sendiri,dan itu juga demi
kebaikan sang bayi.
 Menentukan Siapa Penganbil Keputusan
Pada kasus ini yang akan dilakukan pihak yang berwenang dalam pengambilan
sebuah keputusan adalah sang ayah pasien untuk tetap memberitahukan
keadaan bayinya kepada istrinya, dengan bantuan perawat yang
memberitahukan bahwa hal tersebut demi kebaikan sang bayi yang mengalami
gangguan jantung, karena hal tersebut demi perkembangan bayinya sen diri.

 Menjelaskan Kewajiban Perawat


Kewajiban perawat yang harus dilakukan adalah meyakinkan pada klien atas
tindakan yang akan dilakukan adalah tindakan yang sudah dipikirkan secara
matang oleh klien, demi kesembuhan bayinya.
 Mengambil Keputusan yang Tepat
Pengambilan keputusan pada kasus ini memiliki keuntungan kepada klien.
Perawat dan dokter perlu mempertimbangkan pendekatan yang paling tepat
dan menguntungkan untuk klien. Karena jika sang ibu mengetahui keadaan
bayinya yang sebenarnya dapat memberikan kebaikan pada bayinya demi
perkembangan si bayi. Namun sebelum keputusan tersebut diambil perlu
diupayakan alternatif tibdakab yaitu merawat klien sesuai kewenangn dan
kewajiban perawat.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perawat merupakan seorang profesional dewasa yang mampu secara aktif
berpartisipasi dalam dimensi etik praktik mereka, seorang perawat harus terus
mengembangkan suatu perasaan yang kuat tentang identitas moral mereka,
mencari dukungan dari sumber professional, dan mengembangkan
pengetahuan serta kemampuan mereka dalam bidang etik. Posisi atau
identitas moral perawat yamg disebut “etik perawatan”. Etik perawatan
dihubungkan dengan hubungan antar masyarakat dan dengan karakter
perawat terhadap orang lain. Perawat juga diharuskan dapat mengambil
keputusan etik yang baik pada saat mengalami dilema dalam berbagai kasus
yang ditemui.
4.2 Saran
Setelah memperoleh kesimpulan tentang Masalah Etik dan Hukum
Keperawatan terhadap Sebuah Kasus maka penyusun dapat mengemukakan
saran sebagai berikut :
1. Bagi Pembaca
Diharapkan penyusunan ini memberi masukan dan dapat diaplikasikan di
kehidupan dan membaca serta dapat memahami.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan penyusunan ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk

Anda mungkin juga menyukai