Anda di halaman 1dari 47

MENYIAPKAN PSIKOLOGIS

ORANGTUA DAN ANAK


PADA PEMBELAJARAN TATAP MUKA
Nyi Mas Diane Wulansari
Motivational Speaker (Certified Mercury International)
Praktisi Pendidikan Keluarga
Penulis Buku Anak dan Keayahbundaan
Talent Observer

Jakarta, 17 November 2020


dianewulan

dee_indonesia

0813 9818 1976


0877 8855 6476
Nyi Mas Diane Wulansari /
Dee Motivational
Nyi Mas Diane Wulansari
(Dee Motivational)
ASSESMENT PERSONALITY :
1. BAKAT & KEKUATAN
2. JURUSAN AKADEMIS
3. PRE-MARITAL ASSESSMENT & COACHING
Hari ini kita akan membicarakan :

1. Apa :
a. Penerimaan (Acceptance)
b. Adaptasi

2. Mengapa :
Perlu Melakukan Penerimaan & Adaptasi ?

3. Solusi dan Implementasi


Kiat-Kiat Menyiapkan Psikologis Anak dan
Orangtua
WFH, SFH, LFH
Apakah kita dapat melaluinya ?
Apakah kita menemukan
zona nyaman baru?
Apakah kita berhasil
menyesuaikan diri ?
Apa yang harus dilakukan guna membuat
situasi “ the new normal ” pendidikan ini
menjadi lebih nyaman dan lancar bagi
semua pihak ?
1. Menerima dengan ikhlas dengan penuh kesadaran diri dan
terima kenyataan atas keadaan yang sedang terjadi adalah diluar
kendali Anda dan Tetap Berdoa kepada Tuhan YME, agar
keluarga diberi kekuatan dalam menghadapi wabah Covid 19 dan
tetap berdoa agar wabah Covid 19 segera berakhir.

2. Penerimaan dapat diartikan Berdamai dengan Covid 19 dan


tetap menjalankan protokol kesehatan yang dianjurkan Pemerintah.
3. Penerimaan bisa diartikan dengan Memaafkan

Sebaiknya, kita berdamai dengan keadaan dan memaafkan apa yang


telah terjadi. Setelah itu, kita fokus pada apa yang bisa kita lakukan
untuk masa depan.

Selain itu, memaafkan bisa memberi kita berbagai manfaat


diantaranya ; mengurangi stres dan rasa marah, meningkatkan kasih
sayang, menumbuhkan empati menumbuhkan hubungan interpersonal
yang lebih kuat.

4. Penerimaan, bisa diartikan juga menggunakan waktu dengan


seimbang
Penggunaan waktu yang seimbang berdampak baik pada emosi dan
kesehatan mental.
Perubahan besar dan mendadak pada
kehidupan akan membuat stress
❑ China : 29,3% orang mengalami tekanan
psikologis ringan hingga sedang, 5,5%
mengalami tekanan berat (Newby, et.al, 2020)

❑ Meksiko : 50,3% orang mengalami tekanan


psikologis sedang hingga mengalami tekanan
berat (Newby, et.al, 2020)

❑ Bangladesh : 26,5% anak mengalami gangguan


sedang ke berat (Yeasmin, et.al, 2020)

❑ India : gejala depresi, kecemasan dan stress


sedang cenderung ke berat ditemukan 25%,
28%, dan 11,6% berturut-turut pada populasi
umum (Newby, et.al, 2020)
Menurut Sarafino (1994) stress adalah kondisi
yang disebabkan oleh interaksi antara individu
dengan lingkungan, menimbulkan persepsi
jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal
dari situasi yang bersumber pada sistem
biologis, psikologis dan sosial dari seseorang.

Stress adalah tekanan internal maupun


eksternal serta kondisi bermasalah lainnya
dalam kehidupan (an internal and eksternal
pressure and other troublesome condition in
life).
Ardani dkk (2007) mendefinisikan stress
merupakan suatu keadaan tertekan baik itu
secara fisik maupun psikologis.
Biasanya stressfull live event terjadi pada area
yang penting dalam kehidupan seseorang,
seperti: ekonomi, pendidikan, agama, interaksi
dan sosial .
Kemampuan seseorang
untuk mengubah reaksi dan
interaksi agar sesuai dengan
situasi baru
Mengapa Perlu Melakukan
Penerimaan & Adaptasi
Ketika penerimaan & adaptasi
tidak berhasil dilakukan, apa
yang terjadi ?
maka stress dan kecemasan
sangat mungkin muncul.
Penelitian beberapa ahli kesehatan seputar
C19, bahwa ketika pikiran dipenuhi dengan
hal negatif yang menjadikan stress dan cemas,
maka imunitas tubuh juga akan menurun dan
virus mungkin akan masuk karena sistem
kekebalan tubuh kita lemah.

Hal tsb sejalan dengan penelitian


Lyubomirsky dkk (2005) yang
mengatakan bahwa emosi negatif
mengantarkan peningkatan gangguan
pada irama jantung dan system syaraf
otonom yang akhirnya membuat sistem
imun tubuh menurun.
Dee Motivational
Kunci dari transisi
“ the new normal ” adalah
Menerima dan Beradaptasi
Bagaimana Menyiapkan Psikologis Orangtua
dan Anak Untuk Pembelajaran Tatap Muka
Keluarga Sehat Jiwa Raga,
Sejahtera dan Bahagia

Afektif : (komponen emosional/perasaan)


berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang
A terhadap objek perilaku.

Behavior (komponen perilaku atau action


component) berhubungan dengan kecenderungan
B bertindak terhadap objek.

Cognitif (perseptual) dikaitkan dengan


pengetahuan, pandangan, dan keyakinan
C yang berhubungan dengan cara seseorang
membuat persepsi terhadap perilaku atau
kejadian yang sedang dialami.

D Do It (action component) :
lakukan sekarang, tidak perlu
menunda.

Dee Motivational
Parents
Orangtua
1. Afektif (sisi emosi):

• Kurangi kecemasan anda, lakukan regulasi diri.

• Batasi informasi tentang COVID-19


• Tempatkan diri orang tua pada posisi anak
2. Behavior (sisi perilaku) :
❑ Anda adalah contoh bagi anak Anda.
❑ Lakukan penyesuaian yang dibutuhkan.

❑ Latih Kedisiplinan

❑ Evaluasi belajar dari rumah

❑ Membuat Jadwal

❑ Mengajak anak untuk tetap sibuk

❑ Ingat untuk relaksasi


c. Cognitif (sisi pikiran) :
a. Kontrol pikiran Anda.
Kita punya kontrol atas pikiran kita, sebagaimana kita
memiliki kontrol atas badan kita. Pikiran yang tidak
memberadayakan akan mengarahkan kita pada perilaku
yang tidak berguna, dan sebaliknya.
b. Imbangi antara asumsi dan fakta
Asumsi seringkali menguasai kita dibandingkan fakta-
fakta yang sebenarnya, maka carilah fakta-fakta untuk
mengimbangi asumsi-asumsi, sehingga Anda bisa
menjaga emosi dengan lebih baik.
Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah :
1. Mencari informasi yang benar tentang protokol
kesehatan yang dilakukan di sekolah nantinya
(termasuk pelayanan Kesehatan jika ada yg
sakit)
2. Hubungi pihak sekolah untuk
mendapatkan informasi selengkap mungkin,
agar anda juga dapat menjelaskan dengan
lebih baik kepada anak.
Anak-Anak
1. Afektif (sisi emosi):
a. Siapkan mental anak
• Menanyakan kondisi emosi anak tentang kembali ke sekolah. Agar
orang tua bisa menguatkan hal yang membuat anak cemas,
sehingga anak menjadi seimbang kondisi emosionalnya.

Refleksi diri :
Apakah sebelum memulai aktifitas, Ayah dan
Bunda selalu menanyakan perasaan Ananda ?
b. Ajak anak untuk bercerita
Dunia anak-anak yang penuh dengan agenda bermain akan
memungkinkan mereka untuk saling berinteraksi secara berdekatan.
Hal ini bisa membuka peluang dalam penyebaran virus C19
Sehingga, Ayah & Bunda perlu mengetahui apa saja kegiatan yang
sudah dilakukan anak selama di sekolah. Ajak anak untuk bercerita
mengenai kegiatan mereka pada hari itu.

c. Memberikan Afirmasi positif


Memberikan afirmasi positif begitu
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari,
baik untuk diri sendiri atau anggota
keluarga lainnya, walaupun dengan
kalimat sederhana, karena afirmasi positif
dapat memberikan dukungan secara
mental.
Yakinkan pada sang buah hati kalau
mereka dapat menyesuaikan diri dan
menjalani semuanya dengan lancar.
2. Behavior (sisi perilaku) :

Hirarki Pengendalian
2. Behavior (sisi perilaku) :
1. Praktek 5 M
a. Makan dengan gizi seimbang.
Ingat !, pada saat ke sekolah membawa bekal makanan dan
alat makan sendiri dan tidak berbagi makanan/meminjamkan alat makan
kepada teman.
2. Behavior (sisi perilaku) :
b. Menjaga Imun Tubuh, diantaranya dengan melakukan bbrp hal sbb :
Melakukan PHBS (Pola hidup sehat dan bersiih), Minum Vitamin C dan
Multivitamin, berjemur dibawah sinar matahari (sesuai anjuran dokter)

c. Melakukan Latihan protokol kesehatan COVID-19.


Lakukan simulasi di rumah, biasakan untuk menjaga jarak min.2 m.
Minta anak untuk mengulang.

Setiap anak
menduduki luasan
minimum 4 m
persegi bebas dari
orang lain
d. Memakai Masker
HARUS Rajin mencuci tangan, yaitu pada saat sebelum
makan, setelah makan, setelah memegang benda-benda
disekolah, bermain atau memegang mainan ataupun setelah dari
toilet, dll.
2. Hindari bersalaman dengan guru, orangtua lainnya, warga sekolah

3. Menjauhi kontak langsung dengan warga sekolah yang sakit.

4. Tidak menyentuh area wajah.

5. Ajarkan buang sampah hasil bersin.

6. Hindari kerumunan dan tetap menjaga jarak.

7. Meminimalisir memegang benda-benda disekolah (tangga,


tiang bendera, mainan, dll) Jika sudah dipegang, segera
cuci tangan

8. Melaporkan pada orang terpercaya (Walas, Kepsek, BK), jika


ada anak atau warga sekolah yang sakit atau hal penting
lainnya.
3. Cognitif (sisi pikiran)
a. Informasikan kepada anak apa itu New normal. New Normal adalah
kondisi dimana aktivitas tetap berlangsung seperti biasa termasuk
sekolah, namun bukan berarti virus C19 sudah berakhir..
b. Pelajari kembali peraturan sekolah yang ada, lalu komunikasikan dan
jelaskan dengan anak sebagai persiapan beradaptasi kembali bersekolah,
dengan bahasa yang sederhana sesuai usia anak.
c. Memberitahukan dan terus memonitor kepada anak-anak Anda terkait hal
yang harus di lakukan dan tidak boleh dilakukan. Gunakan bahasa yang
sesuai dengan usia dan pemahaman anak, terutama karena orangtua
menjelaskan tentang COVID-19 yang abstrak dan tidak terlihat kasat mata.
Hal ini mungkin akan sulit dimengerti bagi anak dengan usia yang lebih
rendah dan minta anak untuk mengulangi arahan dari Ayah & Bunda.

d. Cari contoh video dari sekolah di luar negri yang sudah bersekolah lebih
dulu. Video tersebut dapat digunakan sebagai media diskusi dan belajar
agar sebagai persiapan bersekolah nanti, agar anak terbayang secara
visual dan auditori, dan tidak kaget dengan situasi belajar yang berbeda.
4. Do It (action content)
lakukan sekarang, tidak perlu menunda.
• Mengingat tingginya risiko penularan, harus
ada asesmen yang rinci untuk pembukaan
Pesan SEKOLAH di masa pandemi ini

• Diperlukan upaya yang lebih, mulai dari


orangtua, kesiapan guru, edukasi ke anak-anak
untuk persiapan mengikuti PEMBELAJARAN
TATAP MUKA termasuk pengaturan jam belajar

Diperlukan protokol tambahan :


Pemantauan harian kondisi Orangtua,
Pesdik, Guru, Kepsek, Tendik dan
Warga Sekolah.
Dee Motivational
“ Solusi Terbaik dalam Pengasuhan
adalah 11 kata : Saya Disini, Saya Ada
Untukmu, Saya Mendengarkanmu,
Bagaimana Saya Dapat Membantumu ? “
Selamat Berkarya
Untuk Putra/I Tercinta… 47

Anda mungkin juga menyukai