Anda di halaman 1dari 51

80

BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

Sejak dulu Kabupaten Lingga telah dikenal beberapa abad yang silam sebagai
Kerajaan Melayu Lingga dan mendapat julukan “Negeri Bunda Tanah Melayu”. Pada
kurun waktu tahun 1722 - 1911, terdapat dua Kerajaan Melayu yang ber-kuasa dan
berdaulat yaitu Kerajaan Riau Lingga yang mana pusat kerajaannya berada di Daik
Lingga dan untuk Kerajaan Melayu Riau di Pulau Bintan.
Sebelum ditandatanganinya Treaty of London, maka kedua Kerajaan Melayu
tersebut dilebur menjadi satu sehingga kerajaan tersebut menjadi semakin kuat.
Wilayah kekuasaannya pun tidak hanya terbatas di Kepulauan Riau saja, tetapi telah
meliputi daerah Johor dan Malaka (Malaysia), Singapura dan sebagian kecil wilayah
Indragiri Hilir. Pusat kerajaannya terletak di wilayah Pulau Penyengat dan menjadi
terkenal di seluruh wilayah nusantara dan juga kawasan Semenanjung Malaka.
Setelah Sultan Riau meninggal pada tahun 1911, Pemerintah Hindia Belanda
menempatkan amir - amirnya sebagai Districh Thoarden untuk daerah yang besar dan
Onder Districh Thoarden untuk daerah yang agak kecil. Pemerintah Hindia Belanda
akhirnya menyatukan wilayah Riau Lingga dengan Indragiri untuk dijadikan sebuah
keresidenan yang dibagi menjadi dua afdelling yaitu :
1. Afdelling Tanjungpinang yang meliputi Kepulauan Riau – Lingga, Indragiri Hilir,
dan Kateman yang kedudukannya bera-da di wilayah Tanjungpinang dan sebagai
penguasanya ditunjuk seorang Residen.
2. Afdelling Indragiri yang berkedudukan di Rengat diperintah oleh asisten residen
(dibawah) perintah residen. Pada tahun 1940, Keresidenan ini dijadikan menjadi
Residente Riau dengan dicantumkannya Afdelling Bengkalis (Sumatera Timur)
dimana berdasarkan Besluit Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada tanggal 17
Juli 1947 No.9, maka dibentuklah daerah Zelf Bestur (daerah Riau).
Berdasarkan Surat Keputusan dari delegasi Republik Indonesia (RI), maka
Propinsi Sumatera Tengah tanggal 18 Mei 1950 No.9/Deprt. menggabungkan diri ke
81

dalam Republik Indonesia dan Kepulauan Riau diberi status daerah Otonom Tingkat
II yang dikepalai oleh Bupati sebagai kepala daerah dengan membawahi empat
daerah kewedanan sebagai berikut :
1. Kewedanan Tanjungpinang meliputi wilayah Kecamatan Bintan Selatan
(termasuk Kecamatan Bintan Timur, Galang, Tanjungpinang Barat, dan
Tanjungpinang Timur sekarang).
2. Kewedanan Karimun meliputi wilayah Kecamatan Karimun, Kundur, dan Moro.
3. Kewedanan Lingga meliputi wilayah Kecamatan Lingga, Kecamatan Singkep,
dan Kecamatan Senayang.
4. Kewedanan Pulau Tujuh meliputi wilayah Kecamatan Jemaja, Siantan, Midai,
Serasan, Tambelan, Bunguran Barat dan Bunguran Timur.
Kemudian berdasarkan atas dari Surat Keputusan No. 26/K/1965 dengan
mempedomani Instruksi Gubernur Riau tanggal 10 Pebruari 1964 No. 524/A/1964
dan Instruksi No. 16/V/1964 dan Surat Keputusan Gubernur Riau per - tanggal 9
Agustus 1964 No. UP/247/5/1965, tanggal 15 Nopember 1965 No.UP/256/5/1965
menetapkan terhitung mulai Tanggal 1 Januari 1966 semua daerah administratif
kewedanaan dalam Kabupaten Kepulauan Riau dihapuskan.
Berdasarkan Undang - Undang No. 53 Tahun 1999 dan UU No. 13 Tahun
2000, Kabupaten Kepulauan Riau dimekarkan menjadi 3 kabupaten yang terdiri dari:
Kabupaten Kepulauan Riau, Kabupaten Karimun dan Kabupaten Natuna. Wilayah
Kabupaten Kepulauan Riau hanya meliputi 9 kecamatan saja yang mana terdiri dari:
Kecamatan Singkep, Kecamatan Lingga, Kecamatan Senayang, Kecamatan Teluk
Bintan, Kecamatan Bintan Utara, Kecamatan Bintan Timur, Kecamatan Tambelan,
Kecamatan Tanjungpinang Barat, dan Kecamatan Tanjungpinang Timur.
Kemudian dengan dikeluar-kannya Undang - Undang No. 5 tahun 2001,
maka Kota Administratif Tanjung pinang berubah menjadi Kota Tanjung pinang yang
mana statusnya sama dengan kabupaten yang membawahi Kecamatan Tanjung pinang
Barat dan Tanjung pinang Timur. Dengan demikian, maka Kabupaten Kepulauan
82

Riau hanya meliputi Kecamatan Singkep, Lingga, Senayang, Teluk Bintan, Bintan
Utara, Bintan Timur dan Tambelan.
Pada akhir tahun 2003 dibentuklah Kabupaten Lingga sesuai dengan UU No.
31/2003 tanggal 18 Desember 2003, yang mana memiliki wilayah Kecamatan
Singkep, Singkep Barat, Lingga, Lingga Utara dan Senayang.

3.1 Kondisi Umum Wilayah Studi


3.1.1 Letak Geografis
Secara ruang wilayah, kegiatan Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Lingga ini mencakup wilayah administrasi Kabupaten Lingga -
Provinsi Kepulauan Riau dengan luas wilayah daratan dan lautan berdasarkan dengan
undang-undang Republik Indonesia nomor 31 tahun 2003 tentang Pembentukan
Kabupaten Lingga di Provinsi Kepulauan Riau.
Berdasarkan UU RI seperti tersebut di atas wilayah Kabupaten Lingga
mempunyai luas wilayah daratan dan lautan mencapai 211,772 km 2 dengan luas
daratan 2.117,72 km2 (1 %) dan lautan 209,654 km2 (99%). Secara adminitrasi
pemerintahan Kabupaten Lingga terdiri dari 5 Kecamatan (Kecamatan Singkep,
Kecamatan Singkep Barat, Kecamatan Lingga, Kecamatan Lingga Utara dan
Kecamatan Senayang). Jumlah pulau yang terdapat di Kabupaten Lingga sebanyak
531 pulau besar dan kecil 447 buah pulau diantaranya belum berpenghuni.
Kabupaten Lingga terletak di antara 0° 00’ - 1° 00’ Lintang Selatan dan 103°
30’ - 105°00’ Bujur Timur. Adapun batas wilayah Kabupaten Lingga, antara lain:

a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Galang Kota Batam


dan Laut Natuna.
b. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Laut Natuna.
c. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Laut Bangka dan Selat Berhala.
d. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Laut Indragiri (Provinsi Riau).
83

Tabel III.1
Banyaknya Pulau Dan Luas Wilayah Menurut Kecamatan
DI KABUPATEN LINGGA
Kecamatan Banyaknya Pulau Luas (Km2) Jumlah
No
Sudah dihuni Belum di huni Jumlah Daratan Lautan Jumlah Desa Kelurahan
Singkep
1 12 40 52 337,10 * * 8 1
Barat
2 Singkep 4 32 36 491,90 * * 9 2
3 Lingga 9 60 69 609,51 * * 17 1
4 Lingga Utara 1 12 12 283,21 * * 7 1
5 Senayang 59 303 362 396,00 * * 10 1
Jumlah 84 447 531 2.117,72 209,654 211,772 51 6
Keterangan : (*) Data Belum Tersedia, Pulau Gabung dengan Kecamatan Lingga
Sumber : BPS Kabupaten Lingga (Kabupaten Lingga Dalam Angka 2008)

Tabel III.2
Jumlah Desa/Kelurahan yang ada di Kabupaten Lingga
No Kecamatan Desa/Kelurahan
1 Singkep Barat Raya Sungai Buluh
Bakong Sungai Raya
Kuala Raya Sungai Harapan
Marok Tua Jagoh
Posek
2 Singkep Dabo Berhala
Dabo Lama Tanjung Harapan
Berindat Batu Berdaun
Kote Batu Kacang
Lanjut Sedamai
Marok Kecil
3 Lingga Daik Panggak Darat
Pekajang Panggak Laut
Kelombok Musai
Mapar Kerandi
Penuba Pekaka
Selayar Keton
Kelumu Sei Pinang
Mentuda Bukit Langkap
Merawang Kudung
4 Lingga Utara Pancur Resun
Bukit Harapan Sekanah
Duara Teluk
Limbung Linau
5 Senayang Senayang Mensanak
Mamut Tanjung Kelit
Pasir Panjang Pulau Batang
Rejai Benan
Temiang Batu Belubang
84

No Kecamatan Desa/Kelurahan
Pulau Medang
Sumber : BPS Kabupaten Lingga (Kabupaten Lingga Dalam Angka 2008)

3.1.2 Kondisi Fisik Dasar


A. Daya Dukung Lingkungan
Sub bab ini berisi uraian mengenai karakteristik umum wilayah Kabupaten
Lingga, yang mencakup gambaran umum, hasil analisis dan perencanaan karakteristik
fisik dasar pada sumber daya alam.
a) Iklim dan Hidrologi
Berdasarkan data–data yang ada maka dapat diketahui bahwa iklim di daerah
tersebut mempunyai sifat-sifat yaitu suhu rata-rata 26,8⁰ C; kelembaban relatif
rata-rata 84 %; Kecepatan angin rata-rata 5 Knot; tekanan udara rata-rata
1009,4 millibar; jumlah curah hujan rata-rata 13,5mm/hari; Penyinaran
matahari rata-rata 52 %. Di Kabupaten Lingga mempunyai potensi air yang
surplus sepanjang tahun, dengan jumlah curah hujan yang berkisar antara
2000-3500 mm/thn dengan kondisi air surplus maka potensi sumber daya air
cukup besar yang dapat dimanfaatkan, berikut merupakan uraian potensi
ketersediaan air lahan :
Tabel III.3
POTENSI KETERSEDIAAN AIR LAHAN DI KABUPATEN LINGGA
Curah Air Kondisi Air
Nama
Hujan Tersedia (mm/th)
Daerah
(mm/th) (mm) Defisit Surplus
Lingga 2600,7 64 0 968
Singkep 2600,7 82,2 0 968
Senayang 2600,7 62,7 0 968
Sumber : RTRW Kabupaten Lingga, Tahun 2010 dan Hasil Analisis 2009

b) Ketinggian dan Topografi


85

Ketinggian di Kabupaten Lingga berkisar antara 0 – 1.272 m dpl, sebagian


besar daerah di Kabupaten Lingga adalah berbukit-bukit. Data dari Badan
Pertanahan Nasional (BPN), terdapat 73.947 ha berupa daerah berbukit-bukit,
sementara daerah datarnya hanya sekitar 11.015 ha. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada (Lihat Tabel 3.4)
Kebupaten Lingga memiliki kemiringan yang ideal untuk dikembangkan
sebagai kawasan perkotaan, karena hampir mencapai 65 %, dengan
kemiringan 0 – 2 %, disusul oleh wilayah dengan kemiringan di atas 40 %
yaitu mencapai hampir 17 %. (Lihat Tabel 3.4)

Tabel III.4
TINGGI RATA-RATA DARI PERMUKAAN LAUT MENURUT KECAMATAN -
KABUPATEN LINGGA
No Kecamatan Tinggi (m dpl)
1. Singkep Barat 0 - 415
2. Singkep 0 - 519
3. Lingga 0 - 1.272
4. Lingga Utara 0 - 800
5. Senayang 0 - 200
Sumber : BPS Kabupaten Lingga (Kabupaten Lingga Dalam Angka 2008)

Tabel III.5
KELAS LERENG DENGAN LUAS PENYEBARAN DI KABUPATEN LINGGA
0 - 2% 2 - 15% 15 - 40% > 40% Jumlah (Ha)
No. Kecamatan Luas Luas Luas
Luas (Ha) (%) (Ha) (%) (Ha) (%) (Ha) (%) Luas (Ha) (%)
1 Singkep Barat 13,810.34 40.97 4,790.96 14.20 11,203.17 33.18 3,905.53 11.56 33,798.34 100
2 Singkep 31,250.60 63.53 13,696.30 27.81 3,726.88 7.56 516.22 1.05 49,288.90 100
3 Lingga 35,281.80 57.89 1,421.89 2.33 3,354.13 5.50 20,893.18 34.24 61,016.71 100
4 Lingga Utara 16,571.13 58.51 - - 1,478.35 5.21 10,271.52 36.19 28,384.72 100
5 Senayang 39,247.41 99.11 - - 352.59 0.89 - - 39,700.00 100
Jumlah 136,161.28 64.30 19,909.15 9.39 20,115.12 9.48 35,586.45 16.77 212,188.68 100
Sumber : Bakosurtana dan Hasil Analisisl, 2009

c) Geomorfologi
86

Berdasarkan bentuk bentang alam dan sudut lerengnya, daerah penyelidikan


dapat dibagi menjadi 6 (enam) satuan morfologi, yaitu:
1) Dataran
Penyebaran satuan ini adalah di bagian timur daerah pemetaan, yaitu
sekitar Kecamatan Senayang, Kecamatan Lingga Utara, dan sebagian di
Kecamatan Singkep Barat.
2) Perbukitan berelief halus
Penyebaran satuan ini antara lain menempati daerah sebagian di
Kecamatan Singkep Barat dan Kecamatan Singkep.
3) Perbukitan berelief sedang
Berada di sekitar sebagian Kecamatan Singkep Barat dan Kecamatan
Singkep serta sebagian di Kecamatan Lingga.
4) Perbukitan berelief agak kasar
Berada di sekitar Kecamatan Singkep, sebagian kecil di Kecamatan
Singkep Barat, sebagian kecil di Kecamatan Lingga dan Kecamatan
Lingga Utara.
5) Perbukitan berelief kasar
Berada di Kecamatan Lingga dan sebagian kecil di Kecamatan Lingga
Utara serta sebagian kecil di sekitar Kecamatan Singkep.
6) Perbukitan berelief sangat kasar sampai hampir tegak
Berada di Kecamatan Lingga dan sebagian kecil di Kecamatan Lingga
Utara serta sebagian kecil di sekitar Kecamatan Singkep.

B. Kemampuan Lahan
Berbagai aspek geologi tata lingkungan yang ditemui di Kabupaten Lingga
antara lain, kemampuan lahan hidrogeologi, kemampuan lahan morfologi - kestabilan
lereng, kemampuan lahan pertambangan dan kemampuan lahan bencana alam.
Karakteristik lahan mencerminkan potensi, kendala dan limitasi yang berperan
87

sebagai faktor penunjang dan penghambat dalam pengembangan pola tataguna lahan,
yaitu :
 Lahan yang dapat dikembangkan (disebut Wilayah Kemungkinan),
merupakan wilayah yang mempunyai kendala relatif kecil.
 Lahan yang mungkin dikembangkan dengan berbagai konsekuensi
ekonomi dan fisik (Wilayah Kendala).
 Lahan yang tidak mungkin dikembangkan, karena merupakan limitasi
mutlak yang berkonsekuensi luas secara ekonomi maupun fisik (Wilayah
Limitasi).
a) Kemampuan Lahan Morfologi-Kestabilan Lereng
Untuk wilayah Kabupaten Lingga, sifat tanah/batuan pada umumnya juga
dapat dikatakan stabil, kecuali wilayah yang terdiri dari endapan lempung
laut (M), serta endapan sungai yang muda.
b) Kemampuan Lahan Sumber Air
Kemampuan lahan hidrogeologi Kabupaten Lingga adalah kemampuan
lahan mata air, kemampuan lahan air tanah dangkal dan kemampuan lahan
air daerah pantai.
c) Kemampuan Lahan Mata Air
Wilayah di Kabupaten Lingga yang memiliki kemampuan sebagai lahan
mata air adalah diantaranya:
 Sungai Sergang di Kecamatan Singkep
 Pulau Kecamatan Singkep
 Pulau Penuba Kecamatan Lingga
 Putis Kecamatan Lingga
 Sekitar Sungai Ketan Kecamatan Lingga
 Kudung Kecamatan Lingga
 Teluk tebing Kecamatan Lingga Utara
 Sekitar Limbong dan Sungai Limbong Kecamatan Lingga Utara
88

d) Kemampuan Lahan Air Tanah Bebas


Kemampuan lahan air tanah bebas mempunyai pengaruh atas ketersedian
air tanah dangkal yang sangat bermanfaat untuk kehidupan. Litologi di
daerah ini berupa endapan aluvial yaitu endapan limpah banjir dan endapan
sungai muda (sungai aktif). Batuan di daerah zona air tanah bebas ini
umumnya telah lapuk menjadi lempung (tanah liat) berwarna abu-abu
kecoklatan. Sebagian besar wilayah di Kabupaten Lingga mempunyai zona
lahan air tanah bebas (zona air tanah dangkal).
e) Kemampuan Lahan Hidrologi Pantai
Kemampuan lahan hidrologi pantai sangat mempengaruhi tata air dengan
fungsi penahan intrusi air laut dan abrasi air laut, yang termasuk kawasan
pantai adalah sepanjang pantai timur dan utara Lingga termasuk
Kecamatan Lingga Utara, Kecamatan Lingga bagian Selatan. Kemampuan
lahan hidrologi pantai ini dibagi dua zona, yaitu zona pantai sendiri dan
zona rawa.

C. Rawan Bencana
a) Gerakan Tanah
Bencana gerakan tanah (tanah longsor/gempa) merupakan peristiwa alam
yang seringkali mengakibatkan banyak kerusakan, baik berupa kerusakan lingkungan
maupun kerusakan prasarana dan sarana fisik hasil pembangunan, serta menimbulkan
kerugian berupa harta benda maupun korban jiwa manusia.
1) Faktor Kemiringan Lereng
Pengaruh kemiringan lereng terhadap kejadian gerakan tanah cukup dominan
di daerah penelitian, ini terlihat dari distribusi kejadian gerakan tanah pada
tiap-tiap kemiringan lereng berdasarkan pengamatan lapangan yang tertera
pada Tabel 3.6.
89

Tabel III.6
DISTRIBUSI KEJADIAN GERAKAN TANAH PADA TIAP-TIAP KEMIRINGAN
LERENG
JENIS KEMIRINGAN LERENG
0-5 % 5-15 % 15-30 % 30-50 % 50-70% >70 %
GERAKAN TANAH
Longsoran Bahan Rombakan - - - 45 51 69
Nendatan - 2 6 4 3 1
Runtuhan Batu - - - - - 1
Sumber : RTRW Kabupaten Lingga Tahun 2010 dan Hasil Analisis, 2009

2) Faktor Batuan dan Tanah


Di Kabupaten Lingga tidak setiap satuan batuan dan tanah pelapukannya
terjadi gerakan tanah, pada daerah dengan batuan penyusun yang bersifat
kompak dan tanah pelapukan yang teguh/padat proses gerakan tanah tidak
berkembang. Adapun distribusi kejadian gerakan tanah pada tanah hasil
pelapukan masing-masing satuan batuan yang ada kejadian gerakan tanah dan
pengaruhnya terhadap kemiringan lereng.
3) Faktor Kedudukan Batuan
Pada umumnya daerah yang sering terjadi gerakan tanah adalah merupakan
perselingan antara batuan yang bersifat lulus air berada di bagian atas dengan
batuan yang bersifat kedap air berada di bagian bawah. Sebagai contoh adalah
perselingan antara batuan breksi di bagian atas dengan batuan tufa berada di
bagian bawah, apabila breksi dalam keadaan jenuh air menyebabkan bobot
massanya meningkat dan kuat gesernya mengecil, sedangkan tufa bersifat
kedap air dan dalam keadaan jenuh bersifat lunak, sangat plastis atau bahkan
membubur, sehingga lereng akan mudah longsor.
4) Faktor Struktur Geologi
Struktur Geologi juga merupakan salah satu faktor pendukung penyebab
terjadinya gerakan tanah seperti lipatan, sesar dan kekar. Struktur kekar yang
berkembang pada satuan batuan dapat pula menyebabkan terjadinya
longsoran. Hal ini bisa terjadi apabila terdapat perpotongan bidang kekar dan
90

keseimbangan lereng terganggu. Keseimbangan lereng dapat terganggu


karena pengaruh dari dalam maupun dari luar. Faktor pengaruh dalam
misalnya terjadi gempa bumi, sedang pengaruh dari luar misalnya
pemotongan lereng, peledakan, getaran mesin dan lain sebagainya.
5) Faktor Keairan
Keairan merupakan faktor penting lainnya yang dapat memicu terjadinya
gerakan tanah. Air permukaan yang berasal dari air hujan, sebagian akan
meresap ke dalam tanah atau batuan melalui ruang antar butir (pori-pori)
tanah atau retakan-retakan yang terdapat pada batuan dan sebagian lagi akan
mengalir di atas permukaan tanah. Hal ini akan menyebabkan perubahan
terhadap sifat fisik tanah, sehingga kekuatan geser tanah berkurang,
sedangkan bobot massa tanahnya bertambah.
6) Faktor Pengaruh Aktivitas Manusia
Pengaruh aktivitas manusia seringkali menjadi penyebab terjadinya gerakan
tanah. Beberapa aktivitas manusia yang kemungkinan dapat menjadi penyebab
terjadinya gerakan tanah yaitu pemotongan lereng, penambangan,
penambahan beban, ledakan, getaran mesin, penggundulan hutan dan
pengelolaan lahan yang tidak sesuai dengan kondisi alam setempat. Dari
beberapa aktivitas tersebut yang paling banyak berpengaruh terhadap kejadian
gerakan tanah di daerah penelitian adalah adanya pemotongan lereng dan
pengelolaan lahan yang tidak sesuai dengan kondisi alamnya.
7) Faktor Tata Guna Lahan
Pengelolaan lahan baik untuk pesawahan maupun tegalan, terutama pada
daerah-daerah yang mempunyai kemiringan lereng terjal dapat mengakibatkan
tanah menjadi gembur. Tanah yang kehilangan vegetasi penutup akan menjadi
retak-retak pada musim kemarau dan pada musim hujan air akan mudah
meresap ke dalam lapisan tanah melalui retakan tersebut dan dapat
menyebabkan lapisan tanah menjadi jenuh air.
91

Tabel III.7
POTENSI TINGKAT KEJADIAN GERAKAN TANAH PADA TIAP KECAMATAN
No Kecamatan Luas (Ha) Ket
1 Singkep Barat 47,774.61 22.56 Potensi Terjadi Gerakan Tanah Rendah
2 Singkep 31,532.21 14.89 Potensi Terjadi Gerakan Tanah Rendah
3 Lingga 16,444.45 7.77 Potensi Terjadi Gerakan Tanah Menengah
36,969.03 17.46 Potensi Terjadi Gerakan Tanah Rendah
4 Lingga Utara 2,359.96 1.11 Potensi Terjadi Gerakan Tanah Menengah
30,863.97 14.57 Potensi Terjadi Gerakan Tanah Rendah
5 Senayang 486.31 0.23 Potensi Terjadi Gerakan Tanah Menengah
45,341.46 21.41 Potensi Terjadi Gerakan Tanah Rendah
Kabupaten Lingga 211,772.00 100.00
Sumber : Sumber : RTRW Kabupaten Lingga Tahun 2010 dan Hasil Analisis, 2009

b) Banjir
Pada umumnya banjir yang terjadi di Kabupaten Lingga merupakan Banjir
luapan yang diakibatkan kapasitas sungai yang tidak mampu untuk menampung air
masuk dari sistem drainase yang tersedia, diperparah pada saat banjir di sungai terjadi
bersamaan dengan pasang tinggi (spring tide) di laut. Selain itu sistem drainase yang
masih kurang memadai sehingga akibat adanya hujan tinggi air permukaan yang
mengalir sebagian menggenang pada jalan atau permukiman. Penyebaran lokasi
rawan bencana banjir di Kabupaten Lingga adalah pada daerah – daerah yang
berbatasan dan bersentuhan langsung dengan sungai – sungai yang tersebar di
kabupaten Lingga, yaitu pada Kelurahan Daik Kecamatan Lingga, Kelurahan Dabo
dan Desa Marok Kecil di Kecamatan Singkep.

3.2 Potensi Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut


Kajian potensi sumberdaya pesisir dan laut Kabupaten Lingga adalah satu
tujuan yang ingin dicapai dari studi ini yang kenudian dipakai untuk menyusun
arahan pengembangan wilayah berdasarkan pusat pengembangan kegiatan
sumberdaya laut yang ada.
3.2.1 Hutan Mangrove
Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tang didominasi oleh
beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah
92

pasang-surut dipantai berlumpur. Indonesia memiliki keragaman jenis tertinggi di


dunia, yaitu sekitar 47 dari 70 species mangrove sejati tang tumbuh di pesisir
Nusantara. Di Kabupaten Lingga 24 jenis mangrove yang termasuk dalam 18 marga
dan suku (Lihat Tabel 3.9). Masing-masing lokasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Pulau Hantu
Di pulau ini ketebalan mangrove hanya sekitar 10 meter dari ketinggian 4 - 6
meter. Di tempat ini ditemukan mangrove yang berupa belta (diameter 2 - < 10
cm) sebanyak 6 jenis dengan kepadatan antara 300 – 900 batang per hektar dan
jenis yang dominan adalah Rhizophora Stylosa.
2) Desa Limbung
Ketebalan mangrove di tempat ini berkisar 40 – 50 meter yang umumnya
didominasi oleh jenis Avicennia aiba untuk bagian depan sedang untuk bagian
belakang ditemukan Rhizophora aplculata. Di tempat ini ditemukan mangrove
dalam bentuk belta dengan kepadatan 500 – 1200 batang perhektar dengan
ketinggian 4 – 9 meter dan ditemukan 11 jenis (Lihat Tabel 3.8).
3) Desa Limbung
Ditempat ini hanya ditemukan 4 jenis, bagian depan untuk pohon ditemukan jenis
Avicennia aiba, Sonneratla dan Rhizophora aplculata. Sedangkan bagian
belakang didominasi oleh Rhizophora aplculata dengan ketinggian ada yang
mencapai 20 meter.
4) Pulau Baru
Kondisi mangrove ditempat ini hanya bergerombol tipis sekitar 5 meter dan hanya
didapatkan 3 jenis (tabel xx6). Hanya ditemukan mangrove dalam bentuk bekta
dengan kepadatan 500 – 800 batang perthektar dan ketinggian 3 – 6 meter.
5) Pulau Kekek
Ketebalam mangrove mencapai 20 meter, pada bagian depan didominasi jenis
Rhizophor stylosa dan bagian belakang didominasi Sonneratla alba. Jenis yang
ditemukan sebanyak 7 jenis belta dengan kepadatan 500 -1000 batang perhektar
dan ketinggian 4 – 7 meter.
93

6) Desa Limbung
Ditempat ini Rhizophor stylosa mendominasi bagian depan dengan ketinggian 4 –
6 meter berupa belta dengan dengan kepadatan 1000 – 2000 batang per hektar.
Sedangkan di bagian belakang didominasi oleh Rhizophor stylosa.
7) Pulau Pongole
Ketebalan mangrove ditempat ini mancapai 20 meter, di temukan 8 jenis bentuk
belta dengan kepadatan 750 – 1500 batang per hektar. Zonasi depan di dominasi
jenis Rhizophor stylosa, sedangkan bagian belakang didominasi jenis Brugulera
gymnorrhiza. Ditempat ini ditemukan jenis Rhizophora lamarckii yang
merupakan persilangan antara Rhizophor stylosa dan Rhizophora apiculate, jenis
ini bersifat steril yang artinya mempunyai hypocotyls yang tidak bias tumbuh
menjadi semai.
8) Pulau Ujung Beting
Bagian depan di tempat ini di dominasi Rhizophora stylosa dan bagian belakang
didominasi oleh Sonneratia alba. Ketebalan mangrove sekitar 20 meter dengan
kepadatan belta 800 – 1600 batang per hektar yang mempunyai ketinggian
berkisar 4 – 8 meter.
9) Pulau Alut
Ketebalan mangrove di tempat ini 15 meter, bagian depan ditemukan Sonneratia
alba dalam bentuk pohon ada yang berdiameter 80 cm dengan ketinggian 15
meter dan kepadatan 300 batang per hektar, untuk belta didominasi Rhizophoro
styfosa dengan kepadatan 600 – 1000 batang per hektar dan ketinggian mencapai
4 – 6 meter.
10) Pulau Lingga
Bagian depan belta yang didominasi adalah Rhizophora stylosa, sedangkan
dibagian belakang banyak ditemukan Rhizophora mucronata. Ketebalan
mangrove sekitar 20 meter dengan kepadatan belta antar 1000 – 1600 batang per
hektar dan ketinggian mencapai 4 – 7 meter.
94

11) Pulau Buluh


Ketebalan mangrove di tempat ini mencapai 50 meter, zonasi bagian depan
didominasi oleh Rhizophora stylosa, yang berupa belta dengan kepadatan berkisar
3000 – 4000 batang perhektar dengan ketinggian 4 – 6 meter. Bagian belakang
ditemukan mangrove yang berupa pohon (Bruguiera gymnorrhiza) dengan
diameter 20 – 22 cm dan tingginya mencapai 20 meter. Untuk belta didominasi
Rhizophor mucronata dengan kepadatan antara 3000 – 4000 batang per hektar
dan ketinggian berkisar 4 – 6 meter.
12) Pulau Kongka Kecil
Pertubuhan mangrove hanya ditemukan di pantai bagian barat dengan ketebalan
berkisar antara 15 ingga 75 meter terdiri atas 15 jenis, umumnya didominasi oleh
Rhizophora stylosa (lihat Tabel 3.9). Kepadatan pohon diameter > 10 cm, hanya
berkisar 100 – 200 batang per hektar, sedangkan belta mencapai belta mencapai
400 – 600 batang per hektar dengan habitat berupa pasir dank oral mati dengan
campuran lumpur.
13) Pulau Kongka Besar
Ketebalan mangrove di tempat ini berkisar antar 160 – 300 meter dan
menempatkan adanya zonasi walaupun tipis. Zona pertama yang berdekatan
dengan laut adalah Rhizophora mucronata (0 – 10 meter), disusul oleh
Rhizophora stylosa (50 - 150 meter) dan pada zona berikutnya adalah Rhizophora
apiculate (50 – 150 meter), sedangkan yang berdekatan dengan daratan adalah
Xylocarpus granatum (150 - 160 meter). Rata-rata jumlah pohon dan belta
berkisar 600 – 1200 batang per hektar dengan habitat berupa pasir limpuran.
14) Pulau Ileuh
Kondisi mangrove mempunyai ketebalan sekitar 20 meter yang mendominasi oleh
Rhizophora stylosa. Jenis lain yang ditemukan adalah Sonneratia alba,
Lumnizera racemes, Aegiceras comiculatum, Rhizophora apiculate, Xylocarpus
granatum, Bruguiera gymnorrhiza, Avicennia maria clan Ceriops tagal. Tinggi
tinggi mangrove berkisar antara 4 – 8 meter dengan diameter berkisar 4 – 12 cm
95

dan kepadatan mencapai 300 batang per hektar. Habitat berupa hamparan terumbu
karang yang mati yang dilapisi sedikit pasir/pecahan koral.
15) Pulau Kecil didepan pulau Ileuh
Lokasi ini meruoakan pulau tanpa nama, terletak didepan Pulau Ileuh. Ketebalan
mangrove hanya sampai 15 meter yang didominasi Rhizophora stylosa, dengan
ketinggian 10 meter dan ketebalan 400 – 8 batang per hektar.
16) Pulau Berang Kecil
Di sebelah utara pada pulau ini jenis yang mendominasi adalah Rhizophora
stylosa demikian juga didaerah selatan didominasi oleh jenis yang sama. Jenis
lain yang dijumpai adalah Rhizophora mucronata, Sonneratia alba, Aegiceras
comiculatum, Bruguiera cylindrical, Heritiera littoralis, pemphis addula,
Excoecaria agallocga, Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora apiculata,
Oncosperma filamentosa, Baringtonia racemosa dan Thespesia populnea.
Keadaan zonasi ini tidak begitu tampak, jenis dominan Rhizophora stylosa
hamper dijumpai pada bagian depan sampai belakang yang berjarak sekitar 50
meter. Tinggi pohon berkisar antara 4 – 10 meter dengan diameter antara 6 – 12
cm dan kepadatan antara 200 – 400 batang per hektar. Habitat berupa hampara
terumbu karang yang sudah mati yang dilapisi pasir tipis.
17) Pulau Malin
Bagian depan didominasi Rhizophora mucronata yang berasosiasi dengan
Rhizophora stylosa dengan ketinggian 3 – 5 meter dan kepadatan berkisar 800 –
1400 batang per hektar. Zonasi belakang didominasi Sonneratia alba dengan
ketinggian 5 – 7 meter yang berasosiasi dengan bruguiera cylindrical, Rhizophora
apiculata sehingga x=sevara keseluruhan didapatkan 5 jenis (Lihat Tabel 3.8).
18) Pulau Ujung Kayu
Di bagian barat pulau ini hamper semua pantai ada mangrove yang didominasi
jenis Rhizophora stylosa bagian depan dengan ketinggian 4 – 5 meter. Bagian
belakang Rhizophora apiculata merupakan jenis dominan. Kepadatan belta secara
96

keseluruhan berkisar 800 – 1000 batang per hektar dengan jenis yang didapatkan
hanya 5 jenis (Lihat Tabel 3.8).
19) Pulau Bugai
Di pantai ini tidak dijumpai mangrove yang mumi hanya dijumpai asosiasinya
saja yang berjumlah 4 jenis (Lihat Tabel 3.8).
20) Sta. 20
Bagian timur pulau ini dijumpai mangrove dengan ketebalan berkisar 10 – 20
meter. Bagian depan dijumpai mangrove Sonneratia alba dalam bentuk pohon
berkisar 400 -500 batang per hektar dengan ketinggian 4 – 6 meter. Bagian
belakang hanya hanya di dapat mangrove dalam bentuk belta dengan kepadatan
900 – 1200 batang per hektar dengan ketinggian 4 – 5 meter. Secara keseluruhan
didapatkan hanya 3 jenis (Lihat Tabel 3.8).
21) Pulau Pelabuhan Baru
Ketebalan mangrove berkisar 10 – 20 meter dengan kepadatan belta berkisar 2000
– 3000 batang per hektar dan ketinggiannya mencapai 3 – 6 meter. Bagian depan
didominasi jenis Aegiceras comiculatum. Bagian belakang banyak ditemukan
Rhizophora stylosa ddengan ketinggian, sedangkan untuk pohon dijumpai jenis
Xylocarpus granatum dan Lumnitzera littoralis, kepadatan pohon berkisar 100 –
200 batang per hektar dengan ketinggian 6 – 7 meter, sehingga keseluruhan
didapatkan 6 jenis (Lihat Tabel 3.8).

Dari beberapa jenis mangrove yang termasuk dalam 108 marga dan suku.
Sekita 90 % wilayah Kabupaten Lingga dan pulau-pulau kecil lainnya dipantai
ditumbuhi mangrove. Untuk lebih jelasnnya mengenai sebaran sumberdaya hutan
mangrove di wilayah Kabupaten Lingga.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa umumnya mangrove
di wilayah Kabupaten Lingga dan pulau-pulau kecil sekitarnya didominasi jenis
Rhizophora stylosa walau pun sebagian juga ada zona depan didominasi Rhizophora
97

mucronata yang umumnya hidup pada lumpu yang agak lembek. Kebanyakan
habitatnya berupa batuan koral yang sudah mati atau pasir bercampur sedikit lumpur.

A
B

Gambar: 3.1
Tanaman mangrove A. Sonneratia dan B Rhizophora
98

Tabel III.8
Jenis-Jenis Mangrove yang Terdapar di Wilayah Kabupaten Lingga
Lokasi
No Jenis
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 Aaostichum aureum - + - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
2 Aegiceras corniculatum - - - - - - - + - - - + + + - - - - - - +
3 Avicennia alba - + + - - - - - - - - - - - - - - - - - -
4 Bruguiera cilindrica - - - - + - - - - + - - - - - - + - - - -
5 B. gymnorrhiza - - - - + + + - - + + + + + - - - - - - +
6 B. parviflora - + - - - - - - - - + - - - - - - - - - -
7 Calophyllum inophyllum + - - - - - - - - - - - - + - - - - + - -
8 Cerbera odullum - - - - - - - - - + - + + + - - - - - - -
9 Ceriops tagal - - - - - - - - - - - + + - - - - - - +
10 Excoecaria agallocha - + - - - - - + - + - + + + - + - - - - -
11 Lumnitzera littorea - + - - + + + + - + - + - + - - - - - - +
12 Nypa fruticans - + - - - - - - - - - - - + - - - - - - -
13 Pandanus tectonus - - - - - - + + - - - - - - - - - - - - -
14 Phemphis acidula + - - - - - - - - - - + + - - - - - + - -
15 Rhizophora apiculata - + + + - - - - - - - + + - - - + - - - -
16 R. lamarckii - - - - - - + - - - - + - - - - - - - - -
17 R. mucronata - - - - - - - + - + + + + + - + + + - - -
18 R. stylosa + + - - + + + + + + + + + + + - + + - + +
19 Scaevola taccada + + - + - - + + - - - - - + - - - + + + -
20 Sonneratia alba + + + + + - + + + - + + + - + + + - - + -
21 Terminalia cattapa + - - - - - - - - - - - - + - - - - - - -
22 Thesepesia populnea - + + - + - - + - - - + + + - - - + + - -
23 Xylocarpus granatum - - - - + - - + - - + + + - - - - - - - +
24 X. moluccensis - - - - - - - + - - + + + - - - - - - - -
Sumber: CRITC – COREMAP Keterangan: (+) Terdapat (-) Tidak terdapat
99

Tabel III.9
Jenis Marga dan Suku Mangrove di Wilayah Kabupaten Lingga
No Suku No Jenis
1 Apocynaceae 1 Cerbera odullum
2 Avicenniaceae 2 Avicennia alba
3 Combretaceae 3 Lumnitzera littorea
4 Terminalia cattapa
4 Euphorbiaceae 5 Excoecaria agallocha
5 Doogeniaceae 6 Scaevola taccada
6 Guttiferae 7 Calophyllum inophyllum
7 Lythaceae 8 Phemphis acidula
8 Malvaceae 9 Thesepesia populnea
9 Meliaceae 10 Xylocarpus granatum
11 X. moluccensis
10 Myrsinanceae 12 Aegiceras corniculatum
11 Palmae 13 Nypa fruticans
12 Pandanaceae 14 Pandanus tectonus
13 Pteridaceae 15 Aaostichum aureum
14 Rhizophoraceae 16 Bruguiera cilindrica
17 B. gymnorrhiza
18 B. parviflora
19 Ceriops tagal
20 Rhizophora apiculata
21 R. lamarckii
22 R. mucronata
23 R. stylosa
15 Sonneratiaceae 24 Sonneratia alba
Sumber: CRITC – COREMAP

3.2.2 Terumbu Karang (Coral Reef)


Sebagai salah satu sumberdaya di wilayah Kabupaten Lingga, terumbu karang
dengan keunikan dan keindahan yang mempesona memiliki nilai ekologis dan
ekonomi bagi pembangunan daerah, dimana keindahan ekosistem terumbu karang ini
merupakan modal dasar yang sangat besar untuk pengembangan pariwisata bahari di
wilayah Kabupaten Lingga. Terumbu karang yang ada ada wilayah Kabupaten
Lingga dan pulau-pulau kecil yang tepatnya berada pada daerah Limbung kondisi
terumbu karangnnya lebih baik dari pada yang ditemukan di daerah Sekanah.
100

Dilokasi seperti Pulau Bulu, Pulau Kongka Besar, Pulau Kongka Kecil, pulau Penooh
dan Pulau Empoh kondisiterumbu karangnya cukup baik untuk perairan seperti
Kepulauan Riau yang pereirannya relative keruh dan pesisir pulaunya lebih banyak
ditumbuhi mangrove. Tutupan terumbu karang di pulau – pulau tersebut berkisar
antara 25 – 65%, persentase tertinggi berada pada Pulau Kongka Besar. Untuk karang
Acropora persentase tutupan tertinggi 30% berada pada Pulau Kongka Besar. Untuk
karang non-Acropora persentase tutupannya tertinggi pada Pulau Kongka Besar
sekitar 59,4%.
Ada beberapa lokasi yang di wilayah Kabupaen Lingga yang kondisi terumbu
karangnnya cukup baik dimana persentase tutupan karangnya hidup berkisar antara
30,90 – 71,27 %. Persentase tutupan tertinggi berada di Pulau Buli, di Selat Dasi, dan
terendah di daerah Duara (Limbung).secara rinci dapat dijelaskan pada masing-
masing lokasi. dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Pulau Kongka Kecil
Perairan sedikit keruh, rataan terumu agak sempit dilanjutkan dengan lereng
terumbu yang landai. Pertumbuhan terumbu karang dicatathanya sampai
kedalaman 5 atau 6 meter saja dan sdasar perairan terdiri dari pasir halus.
Persentase tutupan karang Acropora sekitar 3,33% sedangkan non- Acropora
cukup tinggi sekitar 62,23%. Kenyataan ini membuktikan bahwa pertumbuhan
terumbu karang dilokasi ini sangat baik karna persentase tutupan antara 50 – 74%.
Untuk katagori DCA karang mati yang sudah ditumbuhi alga persentase sebesar
31,81%, terdiri dari bongkahan terumbu karang massif dan patahan terumbu
karang bercabang yang sudah lama mati. Pertumbuhan karang didominasi oleh
karang massif dengan ukuran koloni sedang, dari kelompok Porites spp, dan sub-
masf dari jenis Porites cylindrical dan Pavona frodifera.
2) Pulau Kongka Besar
Perairan sedikit keruh, rataan terumu agak sempit dilanjutkan dengan lereng
terumbu yang landai. Pertumbuhan terumbu karang hanya sampai kedalam 6
meter dan pada kedalaman selanjutnya dasar perairan terdiri dari pasir halus
101

bercampur lumpur. Persentase tutupan karang Acropora sekitar 0,77 %


sedangkan non- Acropora cukup tinggi sekitar 64,87%. Pertumbuhan karang
masuk kedalam katagori sangat baik. Untuk katagori DCA persentase sebesar
27,30 %. Biota lain terdiri dari spong sebesar 1,77%. Pertumbuhan karang
didominasi oleh karang massif dengan ukuran koloni sedang, dari kelompok
Porites spp, dan sub-masf dari jenis Porites cylindrical dan Pavona frodifera.
3) Pulau Ileuh / Pulau Berang
Kondisi perairan lebih keruh dari pada lokasi sebelumnya. Pantai sempit
dilanjutkan dengan rataan terumbu yang sempit dengan dasar perairan terdiri batu
kerikil dan batu bulat seperti batu kali (batu andesit), terdiri dari karang sub-masif
dari jenis Porites cylindrical. lereng terumbu landai, pertumbuhan karang hanya
sampai kedalaman 5 meter. Tidak ditemukan karang Acropora dililokasi transek.
Persentase tutupan karang non-Acropora sebesar 62,37 %. Walaupun tidak ada
kelompok Acropora di lokasi transek, kondisi terumbu karang cukup baik. DCA
sebesar 62.37 %. Katagori abiotik yaitu “silt” sebesar 6,53 %. Jenis karang
dominan adalah Porites cylindrical.
4) Pulau Alut
Kondisi perairan yang agak keruh, kurang lebih sama dengan Pulau Ileuh. Pantai
sempit, dilanjutkan dengan rataan terumbu karang yang sempit. Lereng terumbu
landai, pertumbuhan terumbu karang sampai kedalaman 6 meter dan pada
kedalaman selanjutnya dasar perairan terdiri dari lumpur. Persentase tutupan
karang hidup 67,07 % terdiri dari persentase non-Acropora. Kondisi karang di
lokasi ini dikatagorikan cukup baik. Katagori biotic bentik lain sangat kecil,
terdiri dari spong dengan persentase tutupan 3,10 % dan alga 5,10 %. Katagori
abiotik tutupannya sedikit terdiri dari pasir 14,53 %. Karang batu didominasi oleh
kelompok Porites dan Pavona frondifera.
5) Pulau Buluh, Cawa
Kondisi pantai, rataan terumbu dan lereng terumbu tidak beda jauh dengan Pulau
Kongka. Pertumbuhan terumbu karang hanya sampai kedalaman 6 meter.
102

Persentase tutupan karang hidup 56,30 %, terdiri dari persentase tutupan


Acropora 23,30 % dan merupakan tertinggi yang ada di perairan wilayah
Kabupaten lingga yang tepatnya berada pada kecamatan Lingga Utara, sedangkan
persentase tutupan tutupan non-Acropora 33,00 %. Kondisi karang di lokasi ini
dikatagorikan cukup baik walaupun pesentase tutupannya lebih rendah dari lokasi
sebelumnya. Hal ini ditunjang dengan adanya kelompok Acropora yang
persentasenya cukup baik untuk kondisi perairan seperti ini. Katagori biotic
bentik lain yang cukup baik adalah spong dengan persentase tutupan 27,53 5.
Katagori lain termasuk abiotik tutupannya sangat sedikit dan tidak menunjukkan
nilai yang berarti.
6) Pulau Duara, Limbung
Terletak pada mulut teluk, berdekatan dengan daratan utama Pulau Lingga
berhadapan dengan Pulau Alut. Perairan ini sangat keruh dan jarak pandang
kurang dari 1 meter. Pesisir pantai ditumbuhi mangrove. Rataan terumbu sempit
dilanjutkan dengan lereng terumbu yang landai. Pertumbuhan karang hanya
sampai kedalaman 5 meter. Kondisi terumbu karang kurang baik, persentase
tutupan karang hidup sebesar 30,90 % dan terdiri dari karang non-Acropora
terutama dari bentuk pertumbuhan sub-masif dan seperti lembaran daun (foliosa).
Pertumbuhan alga mendominasi perairan ini, dan terdiri dari makroalga dari jenis
Sargassum sp. Dan Turbinaria sp. Persentase tutupannya 30,30 %. Persentase
tutupan karang mati sudah ditumbuhi alga 13,57 %, sedangkan biotic bentik
lainnya seperti spong sebesar 2,77 % dan karang lunak sebesar 1,27 %. Katagori
abiotik yaitu pasir sebesar 14,83 %.
7) Pulau Buli, Selat Dasi
Dekat ke dataran utama Pulau Lingga. Walaupun letaknya berdekatan dengan
daratan utama yang pesisirnya ditumbuhi mangrove namun kondisi karangnya
cukup baik. Persentase tutupan karang tertinggi sebesar 71,27 % pada lokasi ini.
Karang hiduo didominasi oleh karang non-Acropora dan tidak ditumukan karang
Acropora dilokasi transek. Karang mati yang sudah ditumbuhi alga (DCA)
103

persentase tutupannya 16,53 %, Spong 2,07 % dan biota lainnya hanya sedikit
sebesar 0,6 %. Katagori abiotik terdiri daari pasir sebesar 8,13% dan patahan
karang mati sebesar 1,40 %. Pertumbuhan karang sangat baik, karna posisinya di
selat kecil memungkinkan sirkulasi arus yang cukup baik. Karang batu
didominasi oleh Kelompok Porites spp dan Pavona frondifera.
8) Pulau Gaja, Selat Dasi
Lokasi ini berekatan dengan Pulau Buli dan terletak di pesisir Pulau Gaja, hanya
dipisahkan oleh selat kecil. Pertumbuhan karang cukup baik sama halnya dengan
di Pulau Buli. Perserntase tutupan karang sebesar 69,39 %, terdiri dari persentase
tutupan Acropora 4,83 % dan non-Acropora 64,47 5. Karang mati yang sudah
ditumbuhi alga persentase tutupannya cukup tinggi 23,67 %, Spong 4,63 % dan
biota lain hanya sedikit sekitar 0,97 %. Katagori abiotik terdiri patahan karang
mati hanya sedikit sebesar 0,53 %. Sama halnya dengan di lokasi Pulau Buli,
pertumbuhan karang dilokasi ini cukup baik karna dipengaruhi oleh sirkulasi air
di daerah selat. Karang batu didominasi oleh kelompok Porites spp dan Pavona
frondifera.
Persentase tutupan karang hidup di perairan wilatah Kabupaten lingga masuk
dalam katagori baik (50 – 74,5 %) kecuali di perairan duara, Limbing (30,90 %) yang
masuk dalam katagori sedang (25 – 49,9 %). Perairan di sini sangat keryh, karna
terletak dimuara. Di lokasi ini banyak ditemukan alga, 30,30 % (fleshy sweed). Alga
ini terdiri dari Sargassum sp dan Turbinaria sp yang merupakan alga musiman.
3.2.3 Padang Lamun (Seagrass)
Padang lamun adalah tempat hidup bagi banyak organism seperti ikan,
kepiting, udang, dan lain-lain. Hampir sebagian besar organism Lamun umumnya
membentuk padang lamun yang luas di dasar laut yang masih dapat di jangkau oleh
cahaya matahari dengan sirkulasi air yang baik yang memadai bagi pertumbuhannya.
Perairan yang dangkal di Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau
terdapat 7 jenis lamun lihat pada (Tabel 3.11). Tumbuhan laut yang terdiri dari
kelompok lamun dan rumput laut hampir menyebar di seluruh kelompok pulau dan
104

berasosiasi dengan ekosistem hutan bakau dan terumbu karang. Jenis-nenis lamun
yang dijumpai antara lain : Cymodocea rotundata, C.serrulata, Enhalus acoroides,
Thalassia hemprichii, Holodule pinnifolia, H. Uninervis, Holophila ovalis,
Syringodium isoetifolium dan Thalassodendrum ciliatum.

Tabel III.10
Jenis Lamun di Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau
Jenis Lamun
No
Famili Latin Indonesia
1 Patamogetonaceae Cymodocea rotundata Lamun Berujung Bulat
2 Patamogetonaceae Cymodocea serrulata Lamun Bergigi
3 Hydrocharitaceae Enhalus acoroides Lamun tropika
4 Patamogetonaceae Thalassia hemprichii Lamun Dugong
5 Hydrocharitaceae Holodule pinnifolia Lamun Serabut
6 Patamogetonaceae Holodule Uninervis Lamun Serabut
7 Hydrocharitaceae Holophila ovalis Lamun Senduk
8 Patamogetonaceae Syringodium isoetifolium Lamun Alat Suntik
9 Patamogetonaceae Thalassodendrum ciliatum Lamun Dugong
Sumber: CRITC - COREMAP

Padang lamun di Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau pada tipe


lamun yang berasosiasi dengan terumbu karang. Padang lamun dimanfaatkan sebagai
daerah penangkapan beberapa jenis ikan.

3.2.4 Rumput Laut (Seaweeds)


Rumput laut adalah nama umum yang dipakai untuk semua jenis ganggang
berukuran sedang dan besar yang hidup di laut. Sesuai dengan lingkungan terumbu
karang dan padang lamun, tumbuhan rumput laut ini hanya dapat hidup pada perairan
yang masih dapat di jangkau oleh cahaya matahari. Rumput laut mendapatkan
makanannya langsung dari air laut.
Terdapat beberapa jenis rumput laut yang banyak ditemukan di rataan
terumbu karang maupun lamun antara lain kelompok algae merah (Gelidiella,
Hypnea, Gracilaria, Neoginiolithon, Lithothamnion, Dictyota, Laurencia, Fauche),
105

Kelompok alga hijau ( Caulerpa, Halimeda, Cahemorpha, Udoea, Chlorodermis,


Valonia, Ulva) dan kelompok alga coklat ( Sargassum, Padina, Turbinaria).

3.2.5 Ikan
Pusat penangkapan ikan Kabupaten Lingga tergantung tempat tinggal nelayan.
Di desa Temiang, lokasi penangkapan ikan meliputi perairan di sekitar Laut Nyamuk,
Remang, Ompos, Air Tombu, Tue, Terumbu Raye, Tajur, Pulau Belang, ujung Pulau
Batang, Cik Nen, Pulau Senang, Kibon, Air Jambu, Pulau Tuju, Pulau Paku Tinjul
dan Teban. Lokasi penangkapan ikan di desa Benan diantaranya Benan, Kepala
Katang, LautTimor, Malang Tongkang, Karang Laut dan Karang Pesisir. Lokasi
penangkapan ikan di Sekanah diantaranya Karang Pulau, Selat Putut, Karang Sasah,
Karang Laut dan Pulau Burung. Lokasi penangkapan ikan di desa Limbung
diantaranya Pulau Barok, Pulau Kekek, Muara Sakeke dan Pulau Telom. Lokasi
penangkapan ikan di desa Berjung diantaranya Pulau Buaya, Pulau Bulat, Pulau Sipat
dan Pulau Sadai. Lokasi penangkapan ikan di desa Mamut diantaranya Pulau Bugai,
Pulau Kalan, Sungai Sebong, Suak Ratai, Pulau Malim, Pulau Laya, Terumbu
Panjang, Pulau Pelonggot, Pulau Peragi dan Pulau Paku.
Jenis-jenis ikan yang ditangkap nelayan di wilayah Kabupaten Lingga sangat
bervariasi. Ada beberapa jenis ika dan 8 jenis biota laut liannya seperti cumi-cumi,
kepiting, teripang, udang dan tiram. Jenis tangkapan dapat dikelompokkan menjadi
kelompok ikan karang, non ikan dan kelompok ikan karang. Tangkapan dari
kelompok non ikan karang terdiri dari tenggiri, pari dan hiu. Dari ketiga jenis
tersebut, terlihat bahwa tenggiri merupakan ikan yang paling banyak tertangkap. Hal
ini karna ikan tenggiri memiliki ukuran yang relative besar. Kelompok non ikan,
yaitu sotong dan ketam rajungan memberikan kontribusi masing-masing sebesar
334,27 kd dan 306,2 kg. kedua jenis ini memang merupakan komoditi yang dicari
oleh nelayan. Ketam rajungan lebih banyak ditangkap oleh nelayan di desa
Limbungan. Desa ini terdapat usaha mengelola kepiting ini dilakukan oleh ibu-ibu di
desa ini.
106

Dari seluruh jenis ikan karang yang tertangkap dan telah diidentifikasi terlihat
bahwa jenis yang paling banyak tertangkap adalah ikan selar (Decapterus tabl) dan
ikan mentimun (Lutjanus decussates). Ada 10 jenis ikan karang yang dominan
tertangkap, dapat dilihat pada Tabel 3.11.

Tabel III.11
Jenis-jenis Ikan Karang Dominan di Perairan Wilayah Kabupeten Lingga
No Nama Lokal Nama Ilmiah
1 Selar Decapterus tabl
2 Mentimun Lunjanus decussatus
3 Dingkis Siganus argenteus
4 Lebam Siganus guttatus
Plectorhinchus flavomaculatus
5 Ketarap Scarus sp
Caesio teres
Caranx caerule opinnatus
Cephalopholis minata
6 Tokak Choerodon anchorago
Sumber: Data Primer CREEL, Tahun 2008

3.2.6 Pantai
Salah satu sumber daya yang paling bernilai dari gugusan pulau-pulau kecil
obyek wisaha bahari adalah pantai. Kabupaten Lingga yang banyak memiliki
potensial untuk pengembangan berbagai kegiatan seperti budidaya rumput laut dan
pariwisata. Beberapa pantai yang cukup terkenal yang berada di Kabupaten lingga,
diantaranya:
Pantai Pasir Pandak yang berada di Kecamatan Lingga. Keadaan alam
disekitar pantai ini masih natural sehingga menambah keindahan pantai, apalagi
didukung oleh hamparan pasir putih yang halus disepanjang pantainya. Pantai Pulau
Berhala yang berada di Kecamatan Singkep. Keadaan alam disekitar pantai ini sangat
indah seperti tebing-tebing dan hutan yang sangat alami serta hamparan pasir putih
yang sangat halus. Pantai Dungun, pantai ini terletak di desa Teluk Kecamatan
Lingga Utara. Di pantai ini pernah terdampar “Gajah Mina” (sebutan penduduk
setempat) salah satu mahkluk yang ditemukan oleh penduduk setempat pada tanggal
107

13 Januari 2005. Sampai saat ini masih dilakukan penelitian ilmiah yang dikerjakan
oleh Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI) Jakarta untuk mengidentifikasi
mahkluk tersebut. keseluruhan tulang dan sisa-sisa tulang mahkluk ini dikumpulkan
oleh bapak Umar sanen kemudian diserahkan kepada museum Mini Linggam Cahaya
yang berada di Daik Lingga pada tangga 6 Januari 2006.
Kabupaten Lingga mempunyai pantai dengan jumlah yang cukup banyak dan
sebagian besar pantai ini belum terjamah dan berada diluar area pemukiman
penduduk. Sebagian pantai yang ada sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai
tempat wisata. Selain untuk memiliki pemandangan alam yang indah dan menawan.

3.2.7 Fishing Festival


Lingga Fishing Festival adalah salah satu event unggulan tahunan Kabupaten
Lingga Provinsi Kepulauan Riau sebagai upaya mempromosikan potensi wisata
bahari yang dimiliki. Festival yang ditunggu-tunggu para penggemar memancing baik
dari dalam dan luar negri ini tidak saja mengetangahkan lomba memancing sebagai
kegiatan utama, tetapi juga kegiatan lomba dayung sampan, kano, snorkeling, diving,
volley pantai, mengunjungi pantai-pantai pulau-pulau tempat penyu bertelur,
mengelilingi tempat tinggal suku laut serta menangkap cumi sebagai kegiatan
pendukung.
3.3 Demografi dan Kondisi Sosial Budaya
Dalam usaha pengembangan wilayah hal utama yang penting adalah
ketersediaan sumberdaya manusia berkualitas memadai dan mampu menjadi
motivator untuk memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan menangkap peluang-
peluang yang timbul dari hasil pembangunan.
3.3.1 Gambaran Umum Demografi Wilayah Kabupaten Lingga
Perencanaan merupakan suatu proses yang berkesinambungan dan
berkelanjutan. sejak dari tahap input data yang di butuhkan. analisis data. hingga
menghasilkan output rencana yang akan digunakan. Pada kenyataannya proses
108

perencanaan merupakan kegiatan yang tidak pernah selesai karena selalu memerlukan
peninjauan ulang guna memberikan umpan balik dalam proses evaluasi.
Selain sebagai objek dalam suatu pembangunan, penduduk juga sebagai
subjek pembangunan yang dimana dapat menentukan arah atas pembangunan yang
telah direncanakan. Untuk menentukan dan merumuskan baik potensi maupun
permasalahan yang ada di suatu kota maka dibutuhkan analisis kependudukan.
Adapun penduduk yang akan dikaji dalam aspek ini merupakan penduduk
Kabupaten Lingga yang terdiri 5 Kecamatan. yaitu Kecamatan Singkep Barat,
Kecamatan Singkep, Kecamatan Lingga, Kecamatan Lingga Utara dan Kecamatan
Senayang.
Pada dasarnya aspek sosial kependudukan yang dikaji di Kabupaten Lingga
ini terdiri atas jumlah penduduk. struktur penduduk (menurut umur. jenis kelamin.
mata pencaharian. tingkat pendidikan dan agama). Serta kondisi sosial budaya yang
ada di Wilayah Kabupaten Lingga tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
penjelasan dibawah ini.

3.3.2 Jumlah Penduduk


Jumlah penduduk yang begitu besar dan terus bertambah setiap tahun tidak
diimbangi dengan persebaran penduduk. Pada Tahun 2009 penduduk dari Kabupaten
Lingga tercatat 89.736 jiwa dengan kepadatan penduduk 42 jiwa per km2.
Dibandingkan dengan tahun 2008 penduduk bertambah sebanyak 1.404 jiwa atau
mengalami kenaikan sebesar 1,59 persen.
Penduduk terbanyak dan kepadatan tertinggi tercatat di Kecamatan Singkep
yaitu sebanyak 28.106 jiwa dengan kepadatan 57 jiwa per km2. Kecamatan yang
memiliki penduduk paling rendah adalah Kecamatan Lingga Utara yaitu 10.445 jiwa.

Tabel III.12
Jumlah Penduduk di Kabupaten Lingga
TAHUN 2008-2010
109

Luas Wil Jumlah Penduduk (Jiwa)


No Kecamatan daratan
(Km2) 2008 2009 2010
1 Singkep Barat 337,10 15.735 16.085 16.449
2 Singkep 491,90 29.357 29.748 30.179
3 Lingga 609,51 16.443 16.688 16.915
4 Lingga Utara 283,21 11.123 11.276 11.424
5 Senayang 396,00 19.774 19.986 20.228
Jumlah 22.117,72 92.462 93.783 95.199
Sumber data: Kabupaten Lingga dalam Angka, Tahun 2009

Berdasarkan data tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten Lingga yaitu


sebesar 95.199 jiwa. dimana jumlah penduduk laki-laki lebih mendominasi sebesar
45.212 jiwa sedangkan jumlah penduduk perempuannya yaitu sebesar 44.524 jiwa.
Dengan luas wilayah sebesar 22.117,72 ha. Jumlah penduduk tertinggi di Kabupaten
Lingga berada di Kecamatan Singkep yaitu sebesar 30.179 jiwa dan yang terkecil
berada di Kecamatan Lingga Utara yaitu sebesar 11.424 jiwa.

3.3.3 Struktur Penduduk


Adapun kajian struktur penduduk di wilayah studi terdiri dari penduduk
menurut kelompok umur, pendidikan, dan mata pencaharian. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada uraian dibawah ini.
A. Struktur Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat membedakan jumlah
penduduk berjenis kelamin laki - laki dengan banyaknya jumlah penduduk
perempuan di Wilayah Kabupaten Lingga tersebut. Jumlah penduduk Wilayah
Kabupaten Lingga jika dilihat dari data yang ada. Pada tahun 2009 jumlah penduduk
di Wilayah Kabupaten Lingga di dominasi oleh Laki-laki dengan selisih jumlah
penduduk yang tidak cukup signifikan antara perempuan dan laki - laki. Di
Kabupaten Lingga secara menyeluruh setiap 100 penduduk wanita terdapat 107
penduduk pria. Hal ini berdasarkan data tahun 2009 yang menunjukkan bahwa
jumlah penduduk pria sebanyak 48.401 jiwa (51,61%) dan jumlah penduduk
wanitanya sebanyak 45.382 jiwa (48,39 %). Pada Tahun 2007 secara menyeluruh
110

besar kelahiran mencapai 779 jiwa dan tingkat kematian mencapai 226 jiwa. Dengan
melihat hal tersebut, tingkat kelahiran di Kabupaten Lingga ini mencapai lebih dari
300 %. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3.14 berikut ini.

Tabel III.13
Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Di Kabupaten Lingga Tahun 2009
No Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
1 0-4 5.546 5.074 10.620
2 5-9 4.486 4.186 8.672
3 10 - 14 4.277 4.123 8.400
4 15 - 19 3.750 3.791 7.541
5 20 - 24 4.069 4.782 8.851
6 25 - 29 4.431 5.440 9.871
7 30 - 34 4.480 4.919 9.399
8 35 - 39 3.940 3.694 7.634
9 40 - 44 3.144 2.548 5.692
10 45 - 49 2.359 1.901 4.260
11 50 - 54 1.691 1.432 3.123
12 55 - 59 1.213 985 2.198
13 60 - 64 760 624 1.384
14 65 - 69 466 452 918
15 70 - 74 355 281 636
16 75 + 245 292 537
Jumlah / Total 45.212 44.524 89.736
Sumber: BPS Kabupaten Lingga

Data tabel tersebut menunjukan bahwa bahwa perbandingan antara jumlah


penduduk laki - laki dengan jumlah penduduk perempuan pada Kabupaten Lingga
perbedaan perbandingan jumlahnya tidak terlalu signifikan yaitu dari tahun 2009. Hal
ini menjelaskan bahwa hampir di seluruh Wilayah Kabupaten Lingga jumlah
penduduk antara laki-laki dan perempuan perbandingannya relatif berimbang.

B. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Kemampuan suatu masyarakat untuk merencanakan dan melaksanakan
pembangunan antara lain tergantung kepada taraf pendididkan masyarakatnya.
Tingkat pendidikan penduduk merupakan salah satu informasi yang sangat penting
111

untuk mengetahui kualitas sumberdaya manusia, terutama bagi penduduk yang


termasuk angkatan kerja.
Untuk analisis penduduk menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Lingga,
akan ditinjau dari tingkat pendidikan penduduk menurut pendidikan tertinggi yang
ditamatkan. Berdasarkan statistik pendidikan tahun 2009, terlihat jumlah penduduk
yang tidak tamat SD (Sekolah Dasar) lumayan besar yaitu sebanyak 21, 79 orang, dan
yang tamat SD sebanyak 31,51 orang, tamat SLTP sebanyak 10,87 orang, kemudian
yang tamat SMU 18,54 orang, sedangkan yang menamatkan pendidikan sampai
Perguruang Tinggi sampai jenjang Diploma I sampai III dan Akademik hanya
berjumlah 2,73 jiwaa (lihat pada tabel). Angka tersebut menunjukkan relative
rendahnya jumlah sumberdaya manusia di wilayah Kabupaten Lingga.
Tabel III.14
.14
Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas
Menurut Tingkat Pendidikan yang di Tamatkan dan Jenis Kelamin
di Kabupaten Lingga Tahun 2009
No Tingkat Pendidikan Laki-Laki Perempuan Jumlah
01. Tidak/Belum Pernah Sekolah 9,01 20,49 14,56
02. Tidak/Belum Tamat SD 22,75 20,75 21,79
03. SD/MI/Sederajat 30,94 32,12 31,51
04. SMP/Sederajat 12,88 8,72 10,87
05. SMA/Sederajat 21,12 15,79 18,54
06. DI/DII/DIII/DIV/S1/S2/S3 3,29 2,13 2,73
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Lingga Dalam Angka, Tahun 2009

Di samping masalah-masalah pendidikan yang bersifat kuantitatif, yaitu


masalah-masalah yang baru diuraikan di atas. Kabupaten Lingga menghadapi pula
beberapa masalah pendidikan yang bersifat keilitatif, yaitu mengenai rendanya mutu
pendidikan. Ada beberapa faktor yang menimbulkan keadaan yang demikian,
diantaranya adalah kurangnya fasilitas-fasilitas seperti ketersediaan buku teks,
perpustakaan, alat-alat teknis, dan bangunan sekolah yang kondisinya rusak. Hal ini
disebabkan oleh keadaan wilayahnya yang terpencar antar pulau satu ke pulau
lainnya.

C. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama


112

Jumlah penduduk berdasarkan agama yang terdapat di wilayah Selatan


Kabupaten Lingga sebagian besar adalah mayoritas beragama Islam, yaitu ada sekitar
87.006 jiwa yang beragama Islam pada Wilayah Kabupaten Lingga tahun 2009.
dimana jumlah tersebut tersebar di semua kecamatan yang ada di Wilayah Kabupaten
Lingga saat ini. Pada Kecamatan Lingga ternyata terdapat juga masyarakat yang
beragama protestan yaitu sebanyak 417 jiwa. yang beragama Khatolik sebanyak 571
jiwa yang beragama hindu dan sebanyak 53 jiwa berada pada kecamatan Senayang,
juga yang beragama budha yaitu sebanyak 2.922 jiwa yang beada pada Kecamatan
Singkep, dan juga yag beragama Konghucu sebanyak 116 jiwa pada Kecamatan
Senayang. Berbagai macam agama yang dianut oleh masyarakat, ini menunjukan
bahwa Wilayah Kabupaten Lingga memiliki berbagai macam agama yang dianut oleh
masyarakatnya. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3.16 berikut ini.
Tabel III.15
Penduduk Menurut Kecamatan dan Agama yang Dianut
Di Kabupaten Lingga Tahun 2009
No Kecamatan Islam Protestan Khatolik Hindu Budha Konghucu
1 Singkep Barat 14.939 150 23 3 1.467 4
2 Singkep 26.922 356 123 3 2.922 8
3 Lingga 15.957 417 51 2 762 -
4 Lingga Utara 10.114 307 169 - 892 15
9 Senayang 19.004 392 571 53 1.144 116
Jumlah 87.006 1.622 937 61 7.187 143
Sumber: Departemen Agara Kabupaten Lingga

D. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian


Pertambahan usia produktif di Kabupaten Lingga ternyata tidak dapat
diimbangi dengan pertambahan kesempatan kerja yang diciptakan oleh kegiatan-
kegiatan ekonomi yang baru, terutama di sektor Listrik, Gas, Air Minum dan
Lembaga Keuangan, Real Estate,Usaha Persewaan, Jasa Perusahaan. Sebagian besar
penduduk usia produktif di Kabupaten Lingga berkerja di sektor primer (Pertanian,
Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan) sebesar 39,54 orang, menyusul
kegiatan jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan sebesar 20,34 orang dan sektor
perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi sebesar 16,00 orang. Selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 3.17 berikut ini.
113

Tabel III.16
.16
Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja
menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin
di Kabupaten Lingga Tahun 2009
No Lapangan Usaha Laki-Laki Perempuan Jumlah
Pertanian, Perkebunan, Kehutanan,
01. 47,59 21,47 39,54
Perburuan dan Perikanan
02. Pertambangan dan Penggalian 5,18 0,55 3,76
03. Industri 6,96 16,07 9,76
04. Listrik, Gas dan Air Minum 0,22 0,00 0,15
05. Konstruksi 5,56 0,00 3,85
Perdagangan, Rumah Makan Dan Jasa
06. 11,91 25,21 16,00
Akomodasi
Transportasi, Pergudangan Dan
07. 6,55 3,57 5,64
Komunikasi
Lembaga Keuangan, Real Estate,Usaha
08. 1,11 0,61 0,96
Persewaan Dan Jasa Perusahaan
Jasa Kemasyarakatan, Sosial, Dan
09. 14,91 32,52 20,34
Perorangan
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka, Tahun 2009

3.3.4 Sosial Budaya


Perkembangan sosial budaya masyarakat Kabupaten Lingga menunjukkan
adanya adat, budaya, tradisi dan warisan budaya yang sampai saat ini masih dipegang
kuat meskipun terjadi perkembangan yang pesat menuju modernisasi. Untuk
mengetahui perkembangan sosial budaya penduduk Kabupaten Lingga lebih dalam,
akan dibahas lebih lanjut bawah ini.
A. Adat, Budaya dan Warisan Budaya
Mayoritas masyarakat Kabupaten Lingga adalah melayu dan sebagian
kecilnya adalah pendatang yang bergabung melebur bersama masyarakat setempat
dan para pendatang tersebut masih tetap mempertahankan tradisi dan adat mereka.
Demikian pula dalam penggunaan bahasa, masyarakat asli dan pendatang
menggunakan Bahasa Melayu namun tetap ditemukan bahasa para pendatang seperti
Cina, dan, lainnya.
a) Budaya
114

Pengaruh dominan dari adat istiadat masyarakat Kabupaten Lingga puncaknya


pada zaman Kerajaan Lingga – Riau, dengan dasar Agama Islam yang
sangat kuat, sehingga menjadikan Islam sebagai budaya melayu atau melayu
identik dengan Islam. Pemuka adat, pemuka adama dan pemuka masyarakat
masih menjadi panutan penduduk dalam lingkungannya, mereka masih
dianggap pemimpin informal yang selalu diminta pendapatnya dalam berbagai
kondisi. Bahasa dan status masih terkait dengan tingkatan keturunan, seperti
Tengku, Said, Raja, Datuk, Encik, Wan dan sebagainya. Pengaruh keturunan
ini sangat terlihat berpengaruh dalam berbagai adat istiadat, terutama dalam
upacara perkawinan.
b) Bahasa
Bahasa Melayu Kepulauan Lingga menjadi bahasa lingua franka atau bahasa
pergaulan, karena bahasa melayu mempunyai struktur kalimat yang mudah
dimengeri dan sudah memiliki ejaan yang baik, sehingga bahasa melayu
dijadikan sebagai bahasa nasional Indonesia.
c) Pakaian Tradisional
Jenis pakaian tradisional yang dikenal orang Melayu Kepulauan Lingga
adalah Baju Kurung. Baju ini bentuknya bermacam – macam, seperti Cekak
Musang, Teluk Belanga, Empat Saku, Pesak Sebelah, Gunting Jubah, Kancing
Tujuh dan Belah Bentan. Sedangkan kelengkapan baju kurung tersebut
adalah: tanjak, yaitu tutup kepala yang terbuat dari kain songket. Tanjak
sendiri bermacam – macam, yaitu Tanjak Sultan, Raja Bendahara,
Temenggung, Laksemana, Datuk, Hulubalang, Balong Ayam dan Elang
Menyongsong Angin.

B. Kesenian Rakyat
Masyarakat Melayu Riau memiliki daya tarik yang kuat terhadap kesenian.
Bahkan sampai sekarang banyak yang terus dikembangkan dan dikenalkan, seperti
kesusasastraan, seni tari rakyat, seni theater dan lainnya.
115

a) Gurindam
Gurindam merupakan karya yang berisikan petuah dan nasehat. Gurindam 12
ini adalah karya dari Raja Ali Haji, beliau merupakan pujangga Istana masa
Kerajaan Lingga – Riau. Konstum yang dikenakan untuk melantunkan
Gurindam ini adalah baju kurung melayu, dengan peralatan musiknya berupa
serunai, kompang dan gong.
b) Teater Bangsawan
Teater Bangsawan adalah salah satu seni pertunjukan tradisional komedi
stambul dengan cerita seputar kehidupan istana, keseniaan ini juga dikenal
dengan nama wayang Bangsawan.
c) Joget
Joget adalah salah satu tarian tradisional masyarakat melayu. Joget
diantaranya: Joget Tandak atau Joget Lambak, disebut tandak karena
penarinya bisa menjadi “ebeng”, dengan laki – lakinya yang menbayar disebut
“Pandak”.
d) Zapin
Sebenarnya kesenian tari Zapin ini berasal dari Arab yang mentradisi
Masayarak Melayu. Kesenian ini dibawa oleh kaum laki-laki karena tarian ini
memang bayak mengeluarkan tenaga (energik). Seiring perkembangan jaman
tarian ini tidak hanya dimonopoli oleh kaum lelaki tetapi kaum wanita juga
ikut menarikannya.
e) Gazal
Kesenian ini juga berasal dari timur tengah. Gazal adalah bahasa Arab yang
berarti Sajak. Kesenian Gazal juga merupakan alat dakwah untuk penyebaran
agama Islam, namun sekarang ini lebih berfungsi sebagai salah satu hiburan.
f) Kompang
Kompang adalah kesenian yang menyerupai hadrah dengan para pemain
melantunkan syair berbahasa Arab – Parsi yang berisi puji – pujian terhadap
Tuhan YME yang diiringi dengan lantunan rebana. Kesenian ini biasanya
116

diselenggarakan pada pesta perkawinan, khitanan, penyambutan tamu dan


lainnya.

3.4 Perekonomian Wilayah Studi


Untuk mengetahui perkembangan kegiatan perekonomian di Kabupaten
Lingga, akan dianalisis dari PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), struktur
perekonomian, kegiatan ekonomi sektoral. Pendekatan analisis dalam kajian ini
bersifat kuantitatif dan deskriptif, yang bertujuan untuk memberikan gambaran
mengenai kondisi dan potensi kegiatan perekonomian diwilayah serta implikasi dari
kondisinya tersebut kepada kemungkinan untuk mengembangkan ekonomi wilayah.
3.4.1 Distribusi PDRB Kabupaten Lingga
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator
yang mempengaruhi perkembangan suatu wilayah, terutama yang menyangkut
perkembangan kegiatan usaha/sektor. Pembahasan Pendapatan Domestik Regional
Bruto meliputi perkembangan dan proyeksinya serta pola kontribusi dari setiap
sektor. Dalam melihat perkembangan perekonomian yang ada di Kabupaten Lingga,
maka sangat penting untuk melihat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Kabupaten Lingga sendiri. Untuk dapat lebih jelasnya maka dapat dilihat pada table
berikut :
Tabel III.17
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lingga
(Atas Dasar Harga Berlaku) Tahun 2007 - 2009 (Juta Rupiah)
Atas Dasar Harga Berlaku
LAPANGAN USAHA
2007 2008 2009
1. Pertanian 291.138,50 319.891,57 341.026,37
2. Pertambangan & penggalian 12.739,18 14.846,24 16.788,13
3. Industri pengolahan 95.856,61 97.754,57 98.849,42
4. Listrik, gas & air bersih 1.739,86 1.919,83 2.058,52
5. Bangunan 58.720,30 71.820,83 84.066,28
6. Perdag., hotel & restoran 150.064,72 177.543,78 202.711,26
7. Pengangkutan & komunikasi 66.334,34 79.590,85 91.045,95
8. Keu. persewaan, & jasa perusahaan 28.919,75 33.331,95 38.070,02
9. Jasa-jasa 36.056,13 41.664,85 46.882,28
PDRB KABUPATEN LINGGA 741.569,41 838.364,37 921.498,23
Sumber : BPS Kabupaten Lingga
117

Berdasarkan data PDRB Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2007 -2009 diatas
dapat kita ketahui bahwa Kabupaten Lingga memiliki sektor unggulan di sektor
pertanian. Dimana sektor pertanian memiliki kontribusi pemasukan terbesar yang
setiap tahunnya, Sedangkan sektor yang paling rendah kontribusinya adalah sektor
listrik, gas dan air bersih, mengingat wilayah Kabupaten Lingga tidak memiliki
potensi dalam bidang tersebut, sehingga nilai kontribusinya sangat rendah dibanding
sektor lainnya.
Tabel III.18
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lingga
(Atas Dasar Harga Konstan) Tahun 2007 - 2009 (Juta Rupiah)
Atas Dasar Harga Konstan
LAPANGAN USAHA
2007 2008 2009
1. Pertanian 206.878,66 215.910,88 223.596,65
2. Pertambangan & penggalian 8.449,68 9.355,48 10.359,33
3. Industri pengolahan 75.960,31 75.223,49 75.163,31
4. Listrik, gas & air bersih 712,25 759,90 804,01
5. Bangunan 25.313,17 28.641,86 32.411,13
6. Perdag., hotel & restoran 99.322,01 110.536,90 122.982,43
7. Pengangkutan & komunikasi 37.265,94 41.761,58 46.784,38
8. Keu. persewaan, & jasa perusahaan 19.610,82 21.897,44 24.438,17
9. Jasa-jasa 22.288,84 24.667,43 27.297,77
PDRB KABUPATEN LINGGA 495.801,68  528.754,96  563.837,17
Sumber : BPS Kabupaten Lingga

Untuk PDRB Atas Dasar Harga Konstan tahun 2007 -2009 diatas dapat kita
ketahui bahwa sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar di Kabupaten Lingga,
hampir setiap tahunnya. Sedangkan yang memberikan nilai kontribusi terkecil
terdapat pada sektor listrik, gas dan air bersih.

3.4.2 Perkembangan Kegiatan Ekonomi Sektoral


A. Tanaman Pangan
Sub sektor tanaman bahan makanan adalah merupakan salah satu sub sektor pada
sektor pertanian. Sub sektor tersebut mencakup tanaman ubi kayu dan ubi jalar. Luas
tanam ubi kayu tahun 2009 mencapai 31 Ha, apabila dibandingkan dengan tahun 2008
sebesar 102 Ha, maka terjadi penurunan sekitar 69,60 persen.
118

Produksi dari tanaman sayur - sayuran pada tahun 2009 mencapai 35,97 ton,
Produksi tertinggi didominasi oleh cabe yakni sebesar 13 ton, kemudian diikuti kacang
panjang sebesar 9,1 ton. Sebaliknya produksi terendah adalah sawi yaitu 1,6 ton.

Tabel III.19
Produksi Bahan Makanan/Palawija Meneurut Komoditas
Per Kecamatan di Kabupaten Lingga Tahun 2009 (Ton)
No Kecamatan Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar Talas Kacang Jumlah
1. Singkep Barat 5,2 105 52 - - 162,2
2. Singkep 5,2 90 52 - 12 159,2
3. Lingga 7,8 120 52 - 16 195,8
4. Lingga Utara 5,2 90 52 - 16 163,2
5. Senayang - 60 52 - - 112
Jumlah Total 23,4 465 260 - 44 792,4
Sumber : Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lingga

Sebagian besar komoditi pertanian tanaman pangan ini adalah untuk memenuhi
konsumsi lokal. Rendannya produksi tanaman pangan tersebut, lebih disebabkan masih
terbatasnya kemampuan petani dalam melakukan intensifikasi, pemeliharaan tanaman
dan keterbatasan lahan untuk kegiatan ekstensifikasi karena faktor tutupan lahan.

B. Perkebunan
Perkembangan luas tanaman dan produksi perkebunan rakyat tahun 2009 dapat
dilihat pada Tabel 3.20 Produksi Perkebunan pada tahun 2009 mencapai 16.749,753
ton. Produksi tertinggi didominasi oleh sagu sebesar 12.439,564 ton, kemudian diikuti
karet sebesar 3.117,949 ton.
Tabel III.20
Luas Lahan Perkebunan Menurut Jenis Komoditas Per Kecamatan di
Kabupaten Lingga Tahun 2009
No Komoditi Singkep Singkep Lingga Lingga Senayang
Barat Utara
1. Karet 4182,4 3.507,07 1.081,23 282,89 221,50
2. Kelapa 687,42 1.256,40 440,31 270,98 132,35
3. Lada 19,75 7,01 19,06 16,41 10,84
4. Sagu - - 1.662,36 1.729,33 -
119

Jumlah Total 4.889,57 4.770,48 3.202,96 2.299,61 364,69

Sumber : Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lingga

Komoditas wilayah membatasi kemampuan petani untuk kegiatan produksi,


adanya keterbatasan kondisi tanah yang lebih dominan tutupan batu, terbatasnyasarana
dan prasarana yang dapat dipergunakan untuk akses produksi. Selain itu, permasalah
utama lainnya dalam pengembangan kegiatan perkebunan adalah terbatasnya kegiatan
proses produksi.

C. Peternakan
Populasi ternak besar terdiri dari sapi, kambing dan babi pada tahun 2005 secara
berturut-turut adalah 1.613 ekor, 1.340 ekor, dan 580 ekor. Dan pada tahun 2009
populasi sapi tercatat 1.300 ekor, kerbau 3 ekor, kambing 624 ekor dan babi 320 ekor.
Bila dibandingkan tahun sebelumnya populasi ternak besar mengalami kenaikan untuk
sapi sebesar 6,12 persen, kambing mengalami penurunan sebesar 5,17 persen, dan babi
mengalami penurunan juga sebesar 1,53 persen.
Populasi unggas pada tahun 2009 berjumlah sama dengan tahun 2008 yaitu
sebanyak 73.272 ekor. Sementara itu populasi ayam petelur dan ayam pedaging tidak
mengalami perubahan dibanding tahun lalu sedikit peningkatan sebesar 1,1 persen.
Sebaliknya populasi itik mengalami kenaikan dari 120 di tahun 2008 menjadi 1897 ekor
di tahun 2009.
Tabel III.21
Populasi Ternak Meneurut Jenis Per Kecamatan di Kabupaten Lingga
Tahun 2009 (Ekor)
No Kecamatan Sapi Kerbau Kambing Babi
1. Singkep Barat 322 3 173 231
2. Singkep 147 - 67 89
3. Lingga 582 - 190 -
4. Lingga Utara 214 - 78 -
5. Senayang 35 - 116 -
Jumlah Total 1.300 3 624 320
Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lingga
120

D. Perikanan
Untuk sub sektor perikanan di Kabupaten Lingga pada umumnya adalah perikanan
laut. Pada tahun 2008 volume produksi perikanan laut sebesar 17.184,78 ton, pada
tahun 2009 bertambah menjadi 18.310,988 ton atau mengalami peningkatan sebesar
6,55 persen.
Jumlah kapal/perahu penangkap ikan dari tahun ke tahun cenderung mengalami
penambahan, namun untuk jumlah kapal/perahu di Kabupaten Lingga pada tahun 2009
mengalami penurunan dibanding dengan pada tahun 2008, yaitu sebesar 20,70 persen.

Tabel III.22
Volume Produksi Perikanan Laut dan Perikanan Darat Per Kecamatan di
Kabupaten Lingga Tahun 2009 (Ton)
Perikanan Laut Perikanan Darat Jumlah
No Kecamatan
Penangkapan Budidaya Budidya Air Tawar Total
1. Singkep Barat 4.291,842 43,755 − 4.335,597
2. Singkep 2.248,108 1,033 0,0007 2.249,141
3. Lingga 3.559,504 2,768 0,0158 3.562,288
4. Lingga Utara 2.435,450 1,927 0,006 2.437,383
5. Senayang 5.722,456 4,122 - 5.726,578
Jumlah Total 18.257,360 53,605 0,023 18.310,988
Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lingga

Hasil penangkapan nelayan umumnya bersifat fluktuasi, karna disebabkan oleh


adanya hambatan faktor ombak dan arus kuat serta peralatan yang digunakan nelayan.
Serta permasalahan lainnya adalah kurangnya modal untuk lebih mengembangkan
peralatan penangkapan ikan.

3.4.3 Sumberdaya Pariwisata


Berikut ini merupakan beberapa obyek wisata yang potensial untuk
dikembangkan dan dipasarkan di wilayah studi Kabupaten Lingga, yang
dikelompokkan kedalam empat kelompok wisata, diantaranya:
1. Obyek wisata alam
2. Obyek wisata minat khusus
121

3. Obyek wisata situs dan makam


4. Obyek wisata budaya
Selain itu, obyek-obyek wisata ini, difokuskan pengembangannya yaiyu pada
obyek wisata, karena pada pengembangannya terkait erat dengan keruangan yang
perlu penataan.
Tabel III.23
Obyek Wisata menurut Kecamatan di Kabupaten Lingga
Tahun 2009
Kecamatan Objek Wisata
Singkep Barat  Air Terjun Cik Latif
 Pulau Pekajang Pasir Keliling
 Pulau Serak
 Sumur Hangtuah
 Pantai Marok Tua
 Pantai Pasir Bulan
 Ait Terjun Tg. Baru
 Bukit Tomang
Singkep  Pantai Batu Berdaun
 Pantai Cemara
 Pantai Nusantara
 Pemandian Batu Ampar
 Pemandian Air Panas
 Pantai Tg. Sawang
 Pantai Kute
 Pantai Penat
 Pemandian Air Bedegam
 Pantai Indah Sergang Laut
 Gunung Muncung
 Pagoda
 Gedung Nasional
 Pantai Singa
 Masjid Azzulfa
 Pasar Dabo
 Meriam
 Pulau lalang
 Cetya Darma Ratna
 Pulau Berhala
 Pantai Tanjung Jodoh
Lingga  Perkampungan Damnah
 Pendakian Bukit Permata
122

Kecamatan Objek Wisata


 Pendakian Gunung Daik
 Benteng Bukit Cening
 Benteng Mepar (Desa Wisata P. Mepar)
 Pantai Teluk Mabok
 Pantai Pasir Panjang Karang Bersulam
 Batu Buaya/Batu Babi
 Monumen Mini Khatulistiwa
 Pantai Serim
 Benteng Kuala Daik
 Komplek Makam Bukit Cengkeh
 Air Terjun Tanda
 Air Terjun Hulu Daik
 Masjid Lama
 Masjid Sultan Lingga
 Rumah Jil
 Benteng Kubu Parit
 Benteng Tanjung Cengkeh
 Sungai Tanda
 Lubuk Batang
 Lubuk Patimah
 Lubuk Solok
 Perkampungan Suku Laut Desa Kelumu
 Pantai Mempanak
 Pantai Busung Penuba
 Air Terjun Kado

Lingga Utara  Pancur (Wisata Belanja)


 Air Terjun Resun (Desa Wisata Resun)
 Pantai Dungun
 Kelenteng Sambau
Senayang  Pulau Belading
 Pulau Pena’ah (Kmp. Wisata P. Pena’ah)
 Pantai Tajur Biru
 Pulau Mensemut
 Pulau Buaya
 Pulau Laboh
 Pantai Indah Belakang Senayang
 Pulau Adu
 P. Benan dan Sekitarnya
 Pulau Duyung
 Pantai Indah
 Pantai Buaya
123

Kecamatan Objek Wisata


 Pantai dan Laut Pulau Gelombang
 Batu Duyung
 Pulau Mahmud
 Pulau Mensanak
 Pulau Burung
 Busung
 Perkampungan Suku Laut Pulau Penaah
 Belakang Hantu
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lingga

3.5 Kondisi Sosial


Perkembangan suatu wilayah pada dasarnya sangat ditentukan ketersediaan
infrastruktur pendukungnya. Sarana prasarana pendukung dirasakan sangat penting
dalam rangka peningkatan aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat di Kabupaten
Lingga, diantaranya adalah transportasi dan perdagangan. Bila fasilitas penunjang
tersebut cukup tersedia, maka masyarakat akan lebih akses ke produksi maupun
pemasaran.
3.5.1 Kondisi Sarana Prasarana Transportasi
Sarana transportasi dalam percepatan pertumbuhan ekonomi adalah
tersediannya sarana dan prasarana, baik darat, udara dan terutama laut. Semuanya
nanti bias berperan dalam proses produksi, koleksi, hingga distribusi barang dan jasa.
Selain itu juga untuk membuka isolasi wikayah serta memperlancar pergerakan
penduduk.
A. Transportasi Darat
Jalan merupakan salah satu prasarana pengangkutan darat yang penting untuk
memperlancar kegiatan sektor perekonomian. Dengan semakin meningkatnya usaha
pembangunan, maka akan pula menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk
memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari suatu
daerah ke daerah lain.
Panjang jalan di Kabupaten Lingga pada tahun 2009 mencapai 504,65 km. Pada
tahun tersebut jalan yang diaspal sebesar 46,7 persen dari total panjang jalan yang
ada.
124

Tabel III.24
Panjang Jalan Dirinci menurut Jenis Permukaan dan Status Jalan di Kabupaten Lingga
Tahun 2009
Jenis permukaan Jumlah
No Jenis Jalan
Beraspal Kerikil Tanah Total
1. Jalan Negara 44,1 10,3 - 54,40
2. Jalan Propinsi 57,9 18,6 9 85,50
3. Jalan Kabupaten 133,77 32,25 198,72 364,74
Jumlah Total 235,77 61,15 207,72 504,640
Sumber: Dinas Perkerjaan Umum Kabupaten Lingga

B. Transportasi Laut
Angkutan laut merupakan sarana perhubungan yang sangat vital dan strategis
bagi masyarakat Kabupaten Lingga sebagai daerah kepulauan. Oleh karena itu, maka
pembangunan di bidang pelayaran terus ditingkatkan dan diperluas termasuk
penyempurnaan manaje-men dan dukungan fasilitas pelabuhan. Di Pelabuhan Dabo
Singkep, angkutan barang luar negeri yang dimuat pada tahun 2009 mencapai
853.935 ton. Berbeda dengan angkutan barang antar pulau, maka pada tahun 2009
barang yang dibongkar pada angkutan antar pulau tercatat sebesar 105.078 ton.

Tabel III.25
Banyak Barang antar Pulau yang Dibongkar dan Dimuat Dirinci
menurut Bulan di Dabo Singkep Tahun 2009
No. Bulan Bongkar (Ton) Muat (Ton)
1. Januari 8.881 1.234
2. Pebruari 2.575 460
3. Maret 4.524 605
4. April 2.190 3.407
5. Mei 50.182 2.639
6. Juni 3.237 2.695
7. Juli 5.335 491
8. Agustus 2.502 477
9. September 7.091 1.207
10. Oktober 2.491 413
11. Nopember 3.175 586
125

No. Bulan Bongkar (Ton) Muat (Ton)


12. Desember 12.895 625
Jumlah Total 105.078 14.839
Kantor: Pelabuhan Dabo Singkep

C. Transportasi Udara
Lalu lintas pesawat dan penumpang dari dan ke Kabupaten Lingga melalui
Bandara Dabo Singkep tahun 2009 terlihat cukup berfluktuasi. Jika dilihat selama
tahun 2009 lonjakan penumpang yang datang dan berangkat dari Bandara Dabo
Singkep terjadi pada bulan Januari. Untuk bongkar muat bagasi, barang, dan pos
paket perkembangannya juga bervariasi.

Tabel III.26
Banyak Pesawat Udara Yang Datang dan Berangkat
Melalui Bandara Dabo Singkep Tahun 2009
No. Bulan Bongkar (Ton) Muat (Ton)
1. Januari 18 18
2. Pebruari 16 16
3. Maret 14 14
4. April 15 15
5. Mei 14 14
6. Juni 6 6
7. Juli 15 15
8. Agustus 17 17
9. September 16 16
10. Oktober 9 9
11. Nopember 14 14
12. Desember 5 5
Jumlah Total 159 159
Sumber: Kantor Bandar Udara Dabo Singkep

3.5.2 Sarana Kegiatan Sosial


Untuk mengetahui perkembangan kegiatan sosial, maka akan dilihat pada
ketersediaan sarana pendidikan dan kesehatan. Masalah kesehatan dan pendidikan
akan menjadi hal penting, karena hal ini merupakan faktor yang sangat mendukung
126

keberhasilan dalam peningkatan mutu sumberdaya manusia di wilayah Kabupaten


Lingga.
A. Sarana Pendidikan
Salah satu dari keberhasilan pembangunan di suatu negara adalah apabila
didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas melalui jalur pendidikan.
Pemerintah berupaya untuk menghasilkan dan meningkatkan sumber daya manusia
yang berkualitas. Wajib belajar 6 tahun yang dilanjutkan dengan wajib belajar 9 tahun
serta program pendidikan lainnya adalah bentuk upaya pemerintah dalam rangka
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang pada akhirnya akan tercipta
sumber daya manusia tangguh yang siap bersaing pada era globalisasi.
Ketersediaan fasilitas pen-didikan baik sarana maupun pra-sarana akan sangat
menunjang dalam meningkatkan mutu pendidikan. Gambaran secara umum dari
perkembangan pendidikan di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Lingga dapat
dilihat sebagai berikut :
a) Pendidikan Dasar
Pada tahun 2009/2010, Taman Kanak - Kanak berjumlah 11 sekolah, 569
murid dan 50 guru dengan rasio murid terhadap guru 11,4 dan rasio murid terhadap
sekolah 51,7. Selanjutnya pada tahun yang sama Sekolah Dasar berjumlah 125 buah dan
SLTP berjumlah 33, dengan rasio murid terhadap guru 8,5 untuk SD dan 11 untuk SMP.
b) Pendidikan Menengah
Data statistik pendidikan menengah terbatas pada SMA dan SMK di
lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Lingga saja. Pada tahun 2009/2010 terdapat
7 SMA dan 3 SMK dengan jumlah murid SMA sebesar 2.060 dan murid SMK sebesar
297, sedangkan jumlah guru SMA 149 orang dan guru SMK 34 orang. Rasio murid
terhadap guru SMA 13,8 dan SMK 8,7.
Tabel III.27
Banyaknya Sarana Pendidikan di Kabupaten Lingga
Tahun 2009/2010
Jumlah Fasilitas (unit)
No Kecamatan
TK SD SMP SMU/SEDERAJAT
1. Singkep Barat 1 19 7 1
127

2. Singkep 5 25 5 5
3. Lingga 2 30 8 2
4. Lingga Utara 2 15 4 1
5. Senayang 1 38 11 4
Total 11 127 32 13
Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Tahun 2009

Fasilitas pendidikan tingkat Sekolah Dasar (SD) pada umumnya telah tersebar
cukup merata di setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Lingga, bahkan di beberapa
kecamatan terdapat lebih dari satu gedung SD. Sebaliknya pada tingkat SMP, fasilitas
sudah cukup menyebar disetiap kecamatan. Sedangkan untuk tingkat SMU/Sederajat
fasilitas hanya terdapat di masing-masing ibu kota kecamatan. Kondisi tersebut cukup
membantu penduduk usia sekolah yang ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan
mereka.

B. Sarana Kesehatan
Pembangunan kesehatan menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia. Bila
pembangunan kesehatan berhasil dengan baik maka dengan sendirinya tentu akan
meningkatkan kesejahteraan rakyat secara langsung. Selain dari itu, pembangunan
kesehatan juga memuat mutu dan upaya kesehatan yang sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan dari fasilitas kesehatan dengan menciptakan akses pelayanan kesehatan
dasar yang didukung oleh sumber daya yang memadai seperti : rumah sakit, puskesmas,
adanya tenaga kesehatan dan ketersediaan obat
Upaya yang dilakukan pemerintah pusat maupun daerah dalam menyediakan
fasilitas kesehatan seperti puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling dan
balai pengobatan tidak mengalami peningkatan yang signifikan.
Tenaga kesehatan me-rupakan sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan
karena dengan bantuan mereka banyak kemungkinan penyakit dapat disembuhkan.
Jumlah dokter umum tahun 2009 tercatat 18 orang , dokter spesialis 3 orang dan dokter
gigi sebanyak 10 orang.Untuk jumlah paramedis mengalami peningkatan, dimana pada
tahun 2009 jumlah paramedis sebanyak 248 orang dibandingkan pada tahun 2008 yang
hanya sebesar 188 orang.
128

Tabel III.28
Banyaknya Sarana Kesehatan di Kabupaten Lingga
Tahun 2009
Rumah Puskesmas Puskesmas Balai Poliklinik
No Kecamatan Puskesmas
Sakit pembantu Keliling Pengobatan Desa
1. Singkep Barat - 1 7 1 - 7
2. Singkep - 2 4 3 - 4
3. Lingga 1 1 12 1 - 10
4. Lingga Utara - 1 6 - - 6
5. Senayang - 2 7 2 - 18
Jumlah Total 1 7 36 7 - 45
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ling

Jika dibandingkan antara jumlah penduduk (89.736 jiwa) dengan sarana


prasarana kesehatan dan tenaga medis yang tersedia nampak belum memadai. Dari
uraian tersebut, diketahui bahwa tidak seimbangnya rasio jumlah penduduk terhadap
fasilitas kesehatan yang tidak terlalu ada disetiap pulau sehingga masyarakat relatif sulit
menjangkaunya sehingga berpotensi angka kejadian penyakit akan semakin besar pula.

C. Keagamaan
Pembangunan dibidang fisik harus diimbangi dengan pembangunan dibidang
mental spiritual, sehingga diharapkan akan ada keseimbangan dan keserasian antara
kepentingan duniawi dan ukhrawi. Kehidupan beragama yang harmonis antara umat
beragama di Kabupaten Lingga telah terjalin dengan kokoh. Melaksanakan ibadah
haji merupakan salah satu rukun Islam. Jumlah jemaah haji dari Kabupaten Lingga
yang diberangkatkan pada tahun 2009 adalah sebanyak 45 orang atau naik 25 persen
dibandingkan dengan tahun 2008.

Tabel III.29
Banyaknya Sarana Peribadatan di Kabupaten Lingga
Tahun 2009
Gereja Gereja
No Kecamatan Masjid Mushala Pura Kekenteng Vihara
Protestan Katolik
1. Singkep Barat 43 1 3 1 - 4 -
129

2. Singkep 23 38 3 1 - 1 1
3. Lingga 22 7 1 1 - 5 2
4. Lingga Utara 34 4 1 1 - 2 1
5. Senayang 32 29 1 - - 3 -
154 79 9 4 - 15 4
Sumber: Departement Agama Kabupaten Lingga

Fasilitas peribadatan pada umumnya telah tersebar dengan merata pada setiap
kecamatan yang ada di Kabupaten Lingga. Dengan demikian masyarakat dapat
menikmati fasilitas dengan aman dan nyaman.

3.5.3 Jaringan Listrik, Telekomunikasi, Air Bersih


Sebagian besar kebutuhan listrik di Kabupaten Lingga dipenuhi oleh PT.
Perusahaan Listrik Negara (PLN). Pada tahun 2008 total daya terpasang sebanyak
4.382 kwh dengan produksi sebesar 15.755.975 kwh. Sedangkan pada tahun 2009
daya terpasangnya lebih tinggi sebesar 5.632 kwh dengan produksi listrik yang
dihasilkan sebesar 17.563.178 kwh.
Ketersediaan air minum yang sehat sangat dibutuhkan masyarakat. Seperti
pada tahun sebelumnya, pada tahun 2009 jumlah perusahaan air minum di Kabupaten
Lingga mencapai dua perusahaan. Untuk jumlah tenaga kerja yang berkerja di kedua
perusahaan tersebut ada sebanyak 25 orang. Seiring meningkatnya ke-butuhan
masyarakat akan air minum yang bersih dan sehat, jumlah air minum yang telah di
distribusikan tahun 2009 sebanyak 194.240 meter kubik dengan pelanggan sebanyak
780 orang di PDAM Cabang Daik sementara di PDAM cabang Dabo didistribusikan
sebanyak 429.933 meter kubik dngan pelanggan sebanyak 2.046 orang.
Pelayanan pos saat ini tidak hanya melayani jasa pengiriman surat - menyurat
saja, sering dengan perkembangan jaman, pelayanan jasa pos jauh lebih kompleks
dengan berbagai pe-layanan yang ditawarkan oleh PT. Pos Indonesia. Untuk
memperluas jangkauan pelayanan, pemerintah telah banyak membangun kantor pos
baru. Surat tercatat yang dikirim tahun 2009 sebanyak 487 surat. Surat kilat khusus
yang diterima dan dikirim masing-masing sebanyak 5.307 dan 5.771 surat. Sedangkan
jumlah paket pos diterima sebanyak 343 paket dan dikirim sebanyak 230 paket.
130

Anda mungkin juga menyukai