BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
Sejak dulu Kabupaten Lingga telah dikenal beberapa abad yang silam sebagai
Kerajaan Melayu Lingga dan mendapat julukan “Negeri Bunda Tanah Melayu”. Pada
kurun waktu tahun 1722 - 1911, terdapat dua Kerajaan Melayu yang ber-kuasa dan
berdaulat yaitu Kerajaan Riau Lingga yang mana pusat kerajaannya berada di Daik
Lingga dan untuk Kerajaan Melayu Riau di Pulau Bintan.
Sebelum ditandatanganinya Treaty of London, maka kedua Kerajaan Melayu
tersebut dilebur menjadi satu sehingga kerajaan tersebut menjadi semakin kuat.
Wilayah kekuasaannya pun tidak hanya terbatas di Kepulauan Riau saja, tetapi telah
meliputi daerah Johor dan Malaka (Malaysia), Singapura dan sebagian kecil wilayah
Indragiri Hilir. Pusat kerajaannya terletak di wilayah Pulau Penyengat dan menjadi
terkenal di seluruh wilayah nusantara dan juga kawasan Semenanjung Malaka.
Setelah Sultan Riau meninggal pada tahun 1911, Pemerintah Hindia Belanda
menempatkan amir - amirnya sebagai Districh Thoarden untuk daerah yang besar dan
Onder Districh Thoarden untuk daerah yang agak kecil. Pemerintah Hindia Belanda
akhirnya menyatukan wilayah Riau Lingga dengan Indragiri untuk dijadikan sebuah
keresidenan yang dibagi menjadi dua afdelling yaitu :
1. Afdelling Tanjungpinang yang meliputi Kepulauan Riau – Lingga, Indragiri Hilir,
dan Kateman yang kedudukannya bera-da di wilayah Tanjungpinang dan sebagai
penguasanya ditunjuk seorang Residen.
2. Afdelling Indragiri yang berkedudukan di Rengat diperintah oleh asisten residen
(dibawah) perintah residen. Pada tahun 1940, Keresidenan ini dijadikan menjadi
Residente Riau dengan dicantumkannya Afdelling Bengkalis (Sumatera Timur)
dimana berdasarkan Besluit Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada tanggal 17
Juli 1947 No.9, maka dibentuklah daerah Zelf Bestur (daerah Riau).
Berdasarkan Surat Keputusan dari delegasi Republik Indonesia (RI), maka
Propinsi Sumatera Tengah tanggal 18 Mei 1950 No.9/Deprt. menggabungkan diri ke
81
dalam Republik Indonesia dan Kepulauan Riau diberi status daerah Otonom Tingkat
II yang dikepalai oleh Bupati sebagai kepala daerah dengan membawahi empat
daerah kewedanan sebagai berikut :
1. Kewedanan Tanjungpinang meliputi wilayah Kecamatan Bintan Selatan
(termasuk Kecamatan Bintan Timur, Galang, Tanjungpinang Barat, dan
Tanjungpinang Timur sekarang).
2. Kewedanan Karimun meliputi wilayah Kecamatan Karimun, Kundur, dan Moro.
3. Kewedanan Lingga meliputi wilayah Kecamatan Lingga, Kecamatan Singkep,
dan Kecamatan Senayang.
4. Kewedanan Pulau Tujuh meliputi wilayah Kecamatan Jemaja, Siantan, Midai,
Serasan, Tambelan, Bunguran Barat dan Bunguran Timur.
Kemudian berdasarkan atas dari Surat Keputusan No. 26/K/1965 dengan
mempedomani Instruksi Gubernur Riau tanggal 10 Pebruari 1964 No. 524/A/1964
dan Instruksi No. 16/V/1964 dan Surat Keputusan Gubernur Riau per - tanggal 9
Agustus 1964 No. UP/247/5/1965, tanggal 15 Nopember 1965 No.UP/256/5/1965
menetapkan terhitung mulai Tanggal 1 Januari 1966 semua daerah administratif
kewedanaan dalam Kabupaten Kepulauan Riau dihapuskan.
Berdasarkan Undang - Undang No. 53 Tahun 1999 dan UU No. 13 Tahun
2000, Kabupaten Kepulauan Riau dimekarkan menjadi 3 kabupaten yang terdiri dari:
Kabupaten Kepulauan Riau, Kabupaten Karimun dan Kabupaten Natuna. Wilayah
Kabupaten Kepulauan Riau hanya meliputi 9 kecamatan saja yang mana terdiri dari:
Kecamatan Singkep, Kecamatan Lingga, Kecamatan Senayang, Kecamatan Teluk
Bintan, Kecamatan Bintan Utara, Kecamatan Bintan Timur, Kecamatan Tambelan,
Kecamatan Tanjungpinang Barat, dan Kecamatan Tanjungpinang Timur.
Kemudian dengan dikeluar-kannya Undang - Undang No. 5 tahun 2001,
maka Kota Administratif Tanjung pinang berubah menjadi Kota Tanjung pinang yang
mana statusnya sama dengan kabupaten yang membawahi Kecamatan Tanjung pinang
Barat dan Tanjung pinang Timur. Dengan demikian, maka Kabupaten Kepulauan
82
Riau hanya meliputi Kecamatan Singkep, Lingga, Senayang, Teluk Bintan, Bintan
Utara, Bintan Timur dan Tambelan.
Pada akhir tahun 2003 dibentuklah Kabupaten Lingga sesuai dengan UU No.
31/2003 tanggal 18 Desember 2003, yang mana memiliki wilayah Kecamatan
Singkep, Singkep Barat, Lingga, Lingga Utara dan Senayang.
Tabel III.1
Banyaknya Pulau Dan Luas Wilayah Menurut Kecamatan
DI KABUPATEN LINGGA
Kecamatan Banyaknya Pulau Luas (Km2) Jumlah
No
Sudah dihuni Belum di huni Jumlah Daratan Lautan Jumlah Desa Kelurahan
Singkep
1 12 40 52 337,10 * * 8 1
Barat
2 Singkep 4 32 36 491,90 * * 9 2
3 Lingga 9 60 69 609,51 * * 17 1
4 Lingga Utara 1 12 12 283,21 * * 7 1
5 Senayang 59 303 362 396,00 * * 10 1
Jumlah 84 447 531 2.117,72 209,654 211,772 51 6
Keterangan : (*) Data Belum Tersedia, Pulau Gabung dengan Kecamatan Lingga
Sumber : BPS Kabupaten Lingga (Kabupaten Lingga Dalam Angka 2008)
Tabel III.2
Jumlah Desa/Kelurahan yang ada di Kabupaten Lingga
No Kecamatan Desa/Kelurahan
1 Singkep Barat Raya Sungai Buluh
Bakong Sungai Raya
Kuala Raya Sungai Harapan
Marok Tua Jagoh
Posek
2 Singkep Dabo Berhala
Dabo Lama Tanjung Harapan
Berindat Batu Berdaun
Kote Batu Kacang
Lanjut Sedamai
Marok Kecil
3 Lingga Daik Panggak Darat
Pekajang Panggak Laut
Kelombok Musai
Mapar Kerandi
Penuba Pekaka
Selayar Keton
Kelumu Sei Pinang
Mentuda Bukit Langkap
Merawang Kudung
4 Lingga Utara Pancur Resun
Bukit Harapan Sekanah
Duara Teluk
Limbung Linau
5 Senayang Senayang Mensanak
Mamut Tanjung Kelit
Pasir Panjang Pulau Batang
Rejai Benan
Temiang Batu Belubang
84
No Kecamatan Desa/Kelurahan
Pulau Medang
Sumber : BPS Kabupaten Lingga (Kabupaten Lingga Dalam Angka 2008)
Tabel III.4
TINGGI RATA-RATA DARI PERMUKAAN LAUT MENURUT KECAMATAN -
KABUPATEN LINGGA
No Kecamatan Tinggi (m dpl)
1. Singkep Barat 0 - 415
2. Singkep 0 - 519
3. Lingga 0 - 1.272
4. Lingga Utara 0 - 800
5. Senayang 0 - 200
Sumber : BPS Kabupaten Lingga (Kabupaten Lingga Dalam Angka 2008)
Tabel III.5
KELAS LERENG DENGAN LUAS PENYEBARAN DI KABUPATEN LINGGA
0 - 2% 2 - 15% 15 - 40% > 40% Jumlah (Ha)
No. Kecamatan Luas Luas Luas
Luas (Ha) (%) (Ha) (%) (Ha) (%) (Ha) (%) Luas (Ha) (%)
1 Singkep Barat 13,810.34 40.97 4,790.96 14.20 11,203.17 33.18 3,905.53 11.56 33,798.34 100
2 Singkep 31,250.60 63.53 13,696.30 27.81 3,726.88 7.56 516.22 1.05 49,288.90 100
3 Lingga 35,281.80 57.89 1,421.89 2.33 3,354.13 5.50 20,893.18 34.24 61,016.71 100
4 Lingga Utara 16,571.13 58.51 - - 1,478.35 5.21 10,271.52 36.19 28,384.72 100
5 Senayang 39,247.41 99.11 - - 352.59 0.89 - - 39,700.00 100
Jumlah 136,161.28 64.30 19,909.15 9.39 20,115.12 9.48 35,586.45 16.77 212,188.68 100
Sumber : Bakosurtana dan Hasil Analisisl, 2009
c) Geomorfologi
86
B. Kemampuan Lahan
Berbagai aspek geologi tata lingkungan yang ditemui di Kabupaten Lingga
antara lain, kemampuan lahan hidrogeologi, kemampuan lahan morfologi - kestabilan
lereng, kemampuan lahan pertambangan dan kemampuan lahan bencana alam.
Karakteristik lahan mencerminkan potensi, kendala dan limitasi yang berperan
87
sebagai faktor penunjang dan penghambat dalam pengembangan pola tataguna lahan,
yaitu :
Lahan yang dapat dikembangkan (disebut Wilayah Kemungkinan),
merupakan wilayah yang mempunyai kendala relatif kecil.
Lahan yang mungkin dikembangkan dengan berbagai konsekuensi
ekonomi dan fisik (Wilayah Kendala).
Lahan yang tidak mungkin dikembangkan, karena merupakan limitasi
mutlak yang berkonsekuensi luas secara ekonomi maupun fisik (Wilayah
Limitasi).
a) Kemampuan Lahan Morfologi-Kestabilan Lereng
Untuk wilayah Kabupaten Lingga, sifat tanah/batuan pada umumnya juga
dapat dikatakan stabil, kecuali wilayah yang terdiri dari endapan lempung
laut (M), serta endapan sungai yang muda.
b) Kemampuan Lahan Sumber Air
Kemampuan lahan hidrogeologi Kabupaten Lingga adalah kemampuan
lahan mata air, kemampuan lahan air tanah dangkal dan kemampuan lahan
air daerah pantai.
c) Kemampuan Lahan Mata Air
Wilayah di Kabupaten Lingga yang memiliki kemampuan sebagai lahan
mata air adalah diantaranya:
Sungai Sergang di Kecamatan Singkep
Pulau Kecamatan Singkep
Pulau Penuba Kecamatan Lingga
Putis Kecamatan Lingga
Sekitar Sungai Ketan Kecamatan Lingga
Kudung Kecamatan Lingga
Teluk tebing Kecamatan Lingga Utara
Sekitar Limbong dan Sungai Limbong Kecamatan Lingga Utara
88
C. Rawan Bencana
a) Gerakan Tanah
Bencana gerakan tanah (tanah longsor/gempa) merupakan peristiwa alam
yang seringkali mengakibatkan banyak kerusakan, baik berupa kerusakan lingkungan
maupun kerusakan prasarana dan sarana fisik hasil pembangunan, serta menimbulkan
kerugian berupa harta benda maupun korban jiwa manusia.
1) Faktor Kemiringan Lereng
Pengaruh kemiringan lereng terhadap kejadian gerakan tanah cukup dominan
di daerah penelitian, ini terlihat dari distribusi kejadian gerakan tanah pada
tiap-tiap kemiringan lereng berdasarkan pengamatan lapangan yang tertera
pada Tabel 3.6.
89
Tabel III.6
DISTRIBUSI KEJADIAN GERAKAN TANAH PADA TIAP-TIAP KEMIRINGAN
LERENG
JENIS KEMIRINGAN LERENG
0-5 % 5-15 % 15-30 % 30-50 % 50-70% >70 %
GERAKAN TANAH
Longsoran Bahan Rombakan - - - 45 51 69
Nendatan - 2 6 4 3 1
Runtuhan Batu - - - - - 1
Sumber : RTRW Kabupaten Lingga Tahun 2010 dan Hasil Analisis, 2009
Tabel III.7
POTENSI TINGKAT KEJADIAN GERAKAN TANAH PADA TIAP KECAMATAN
No Kecamatan Luas (Ha) Ket
1 Singkep Barat 47,774.61 22.56 Potensi Terjadi Gerakan Tanah Rendah
2 Singkep 31,532.21 14.89 Potensi Terjadi Gerakan Tanah Rendah
3 Lingga 16,444.45 7.77 Potensi Terjadi Gerakan Tanah Menengah
36,969.03 17.46 Potensi Terjadi Gerakan Tanah Rendah
4 Lingga Utara 2,359.96 1.11 Potensi Terjadi Gerakan Tanah Menengah
30,863.97 14.57 Potensi Terjadi Gerakan Tanah Rendah
5 Senayang 486.31 0.23 Potensi Terjadi Gerakan Tanah Menengah
45,341.46 21.41 Potensi Terjadi Gerakan Tanah Rendah
Kabupaten Lingga 211,772.00 100.00
Sumber : Sumber : RTRW Kabupaten Lingga Tahun 2010 dan Hasil Analisis, 2009
b) Banjir
Pada umumnya banjir yang terjadi di Kabupaten Lingga merupakan Banjir
luapan yang diakibatkan kapasitas sungai yang tidak mampu untuk menampung air
masuk dari sistem drainase yang tersedia, diperparah pada saat banjir di sungai terjadi
bersamaan dengan pasang tinggi (spring tide) di laut. Selain itu sistem drainase yang
masih kurang memadai sehingga akibat adanya hujan tinggi air permukaan yang
mengalir sebagian menggenang pada jalan atau permukiman. Penyebaran lokasi
rawan bencana banjir di Kabupaten Lingga adalah pada daerah – daerah yang
berbatasan dan bersentuhan langsung dengan sungai – sungai yang tersebar di
kabupaten Lingga, yaitu pada Kelurahan Daik Kecamatan Lingga, Kelurahan Dabo
dan Desa Marok Kecil di Kecamatan Singkep.
6) Desa Limbung
Ditempat ini Rhizophor stylosa mendominasi bagian depan dengan ketinggian 4 –
6 meter berupa belta dengan dengan kepadatan 1000 – 2000 batang per hektar.
Sedangkan di bagian belakang didominasi oleh Rhizophor stylosa.
7) Pulau Pongole
Ketebalan mangrove ditempat ini mancapai 20 meter, di temukan 8 jenis bentuk
belta dengan kepadatan 750 – 1500 batang per hektar. Zonasi depan di dominasi
jenis Rhizophor stylosa, sedangkan bagian belakang didominasi jenis Brugulera
gymnorrhiza. Ditempat ini ditemukan jenis Rhizophora lamarckii yang
merupakan persilangan antara Rhizophor stylosa dan Rhizophora apiculate, jenis
ini bersifat steril yang artinya mempunyai hypocotyls yang tidak bias tumbuh
menjadi semai.
8) Pulau Ujung Beting
Bagian depan di tempat ini di dominasi Rhizophora stylosa dan bagian belakang
didominasi oleh Sonneratia alba. Ketebalan mangrove sekitar 20 meter dengan
kepadatan belta 800 – 1600 batang per hektar yang mempunyai ketinggian
berkisar 4 – 8 meter.
9) Pulau Alut
Ketebalan mangrove di tempat ini 15 meter, bagian depan ditemukan Sonneratia
alba dalam bentuk pohon ada yang berdiameter 80 cm dengan ketinggian 15
meter dan kepadatan 300 batang per hektar, untuk belta didominasi Rhizophoro
styfosa dengan kepadatan 600 – 1000 batang per hektar dan ketinggian mencapai
4 – 6 meter.
10) Pulau Lingga
Bagian depan belta yang didominasi adalah Rhizophora stylosa, sedangkan
dibagian belakang banyak ditemukan Rhizophora mucronata. Ketebalan
mangrove sekitar 20 meter dengan kepadatan belta antar 1000 – 1600 batang per
hektar dan ketinggian mencapai 4 – 7 meter.
94
dan kepadatan mencapai 300 batang per hektar. Habitat berupa hamparan terumbu
karang yang mati yang dilapisi sedikit pasir/pecahan koral.
15) Pulau Kecil didepan pulau Ileuh
Lokasi ini meruoakan pulau tanpa nama, terletak didepan Pulau Ileuh. Ketebalan
mangrove hanya sampai 15 meter yang didominasi Rhizophora stylosa, dengan
ketinggian 10 meter dan ketebalan 400 – 8 batang per hektar.
16) Pulau Berang Kecil
Di sebelah utara pada pulau ini jenis yang mendominasi adalah Rhizophora
stylosa demikian juga didaerah selatan didominasi oleh jenis yang sama. Jenis
lain yang dijumpai adalah Rhizophora mucronata, Sonneratia alba, Aegiceras
comiculatum, Bruguiera cylindrical, Heritiera littoralis, pemphis addula,
Excoecaria agallocga, Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora apiculata,
Oncosperma filamentosa, Baringtonia racemosa dan Thespesia populnea.
Keadaan zonasi ini tidak begitu tampak, jenis dominan Rhizophora stylosa
hamper dijumpai pada bagian depan sampai belakang yang berjarak sekitar 50
meter. Tinggi pohon berkisar antara 4 – 10 meter dengan diameter antara 6 – 12
cm dan kepadatan antara 200 – 400 batang per hektar. Habitat berupa hampara
terumbu karang yang sudah mati yang dilapisi pasir tipis.
17) Pulau Malin
Bagian depan didominasi Rhizophora mucronata yang berasosiasi dengan
Rhizophora stylosa dengan ketinggian 3 – 5 meter dan kepadatan berkisar 800 –
1400 batang per hektar. Zonasi belakang didominasi Sonneratia alba dengan
ketinggian 5 – 7 meter yang berasosiasi dengan bruguiera cylindrical, Rhizophora
apiculata sehingga x=sevara keseluruhan didapatkan 5 jenis (Lihat Tabel 3.8).
18) Pulau Ujung Kayu
Di bagian barat pulau ini hamper semua pantai ada mangrove yang didominasi
jenis Rhizophora stylosa bagian depan dengan ketinggian 4 – 5 meter. Bagian
belakang Rhizophora apiculata merupakan jenis dominan. Kepadatan belta secara
96
keseluruhan berkisar 800 – 1000 batang per hektar dengan jenis yang didapatkan
hanya 5 jenis (Lihat Tabel 3.8).
19) Pulau Bugai
Di pantai ini tidak dijumpai mangrove yang mumi hanya dijumpai asosiasinya
saja yang berjumlah 4 jenis (Lihat Tabel 3.8).
20) Sta. 20
Bagian timur pulau ini dijumpai mangrove dengan ketebalan berkisar 10 – 20
meter. Bagian depan dijumpai mangrove Sonneratia alba dalam bentuk pohon
berkisar 400 -500 batang per hektar dengan ketinggian 4 – 6 meter. Bagian
belakang hanya hanya di dapat mangrove dalam bentuk belta dengan kepadatan
900 – 1200 batang per hektar dengan ketinggian 4 – 5 meter. Secara keseluruhan
didapatkan hanya 3 jenis (Lihat Tabel 3.8).
21) Pulau Pelabuhan Baru
Ketebalan mangrove berkisar 10 – 20 meter dengan kepadatan belta berkisar 2000
– 3000 batang per hektar dan ketinggiannya mencapai 3 – 6 meter. Bagian depan
didominasi jenis Aegiceras comiculatum. Bagian belakang banyak ditemukan
Rhizophora stylosa ddengan ketinggian, sedangkan untuk pohon dijumpai jenis
Xylocarpus granatum dan Lumnitzera littoralis, kepadatan pohon berkisar 100 –
200 batang per hektar dengan ketinggian 6 – 7 meter, sehingga keseluruhan
didapatkan 6 jenis (Lihat Tabel 3.8).
Dari beberapa jenis mangrove yang termasuk dalam 108 marga dan suku.
Sekita 90 % wilayah Kabupaten Lingga dan pulau-pulau kecil lainnya dipantai
ditumbuhi mangrove. Untuk lebih jelasnnya mengenai sebaran sumberdaya hutan
mangrove di wilayah Kabupaten Lingga.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa umumnya mangrove
di wilayah Kabupaten Lingga dan pulau-pulau kecil sekitarnya didominasi jenis
Rhizophora stylosa walau pun sebagian juga ada zona depan didominasi Rhizophora
97
mucronata yang umumnya hidup pada lumpu yang agak lembek. Kebanyakan
habitatnya berupa batuan koral yang sudah mati atau pasir bercampur sedikit lumpur.
A
B
Gambar: 3.1
Tanaman mangrove A. Sonneratia dan B Rhizophora
98
Tabel III.8
Jenis-Jenis Mangrove yang Terdapar di Wilayah Kabupaten Lingga
Lokasi
No Jenis
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 Aaostichum aureum - + - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
2 Aegiceras corniculatum - - - - - - - + - - - + + + - - - - - - +
3 Avicennia alba - + + - - - - - - - - - - - - - - - - - -
4 Bruguiera cilindrica - - - - + - - - - + - - - - - - + - - - -
5 B. gymnorrhiza - - - - + + + - - + + + + + - - - - - - +
6 B. parviflora - + - - - - - - - - + - - - - - - - - - -
7 Calophyllum inophyllum + - - - - - - - - - - - - + - - - - + - -
8 Cerbera odullum - - - - - - - - - + - + + + - - - - - - -
9 Ceriops tagal - - - - - - - - - - - + + - - - - - - +
10 Excoecaria agallocha - + - - - - - + - + - + + + - + - - - - -
11 Lumnitzera littorea - + - - + + + + - + - + - + - - - - - - +
12 Nypa fruticans - + - - - - - - - - - - - + - - - - - - -
13 Pandanus tectonus - - - - - - + + - - - - - - - - - - - - -
14 Phemphis acidula + - - - - - - - - - - + + - - - - - + - -
15 Rhizophora apiculata - + + + - - - - - - - + + - - - + - - - -
16 R. lamarckii - - - - - - + - - - - + - - - - - - - - -
17 R. mucronata - - - - - - - + - + + + + + - + + + - - -
18 R. stylosa + + - - + + + + + + + + + + + - + + - + +
19 Scaevola taccada + + - + - - + + - - - - - + - - - + + + -
20 Sonneratia alba + + + + + - + + + - + + + - + + + - - + -
21 Terminalia cattapa + - - - - - - - - - - - - + - - - - - - -
22 Thesepesia populnea - + + - + - - + - - - + + + - - - + + - -
23 Xylocarpus granatum - - - - + - - + - - + + + - - - - - - - +
24 X. moluccensis - - - - - - - + - - + + + - - - - - - - -
Sumber: CRITC – COREMAP Keterangan: (+) Terdapat (-) Tidak terdapat
99
Tabel III.9
Jenis Marga dan Suku Mangrove di Wilayah Kabupaten Lingga
No Suku No Jenis
1 Apocynaceae 1 Cerbera odullum
2 Avicenniaceae 2 Avicennia alba
3 Combretaceae 3 Lumnitzera littorea
4 Terminalia cattapa
4 Euphorbiaceae 5 Excoecaria agallocha
5 Doogeniaceae 6 Scaevola taccada
6 Guttiferae 7 Calophyllum inophyllum
7 Lythaceae 8 Phemphis acidula
8 Malvaceae 9 Thesepesia populnea
9 Meliaceae 10 Xylocarpus granatum
11 X. moluccensis
10 Myrsinanceae 12 Aegiceras corniculatum
11 Palmae 13 Nypa fruticans
12 Pandanaceae 14 Pandanus tectonus
13 Pteridaceae 15 Aaostichum aureum
14 Rhizophoraceae 16 Bruguiera cilindrica
17 B. gymnorrhiza
18 B. parviflora
19 Ceriops tagal
20 Rhizophora apiculata
21 R. lamarckii
22 R. mucronata
23 R. stylosa
15 Sonneratiaceae 24 Sonneratia alba
Sumber: CRITC – COREMAP
Dilokasi seperti Pulau Bulu, Pulau Kongka Besar, Pulau Kongka Kecil, pulau Penooh
dan Pulau Empoh kondisiterumbu karangnya cukup baik untuk perairan seperti
Kepulauan Riau yang pereirannya relative keruh dan pesisir pulaunya lebih banyak
ditumbuhi mangrove. Tutupan terumbu karang di pulau – pulau tersebut berkisar
antara 25 – 65%, persentase tertinggi berada pada Pulau Kongka Besar. Untuk karang
Acropora persentase tutupan tertinggi 30% berada pada Pulau Kongka Besar. Untuk
karang non-Acropora persentase tutupannya tertinggi pada Pulau Kongka Besar
sekitar 59,4%.
Ada beberapa lokasi yang di wilayah Kabupaen Lingga yang kondisi terumbu
karangnnya cukup baik dimana persentase tutupan karangnya hidup berkisar antara
30,90 – 71,27 %. Persentase tutupan tertinggi berada di Pulau Buli, di Selat Dasi, dan
terendah di daerah Duara (Limbung).secara rinci dapat dijelaskan pada masing-
masing lokasi. dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Pulau Kongka Kecil
Perairan sedikit keruh, rataan terumu agak sempit dilanjutkan dengan lereng
terumbu yang landai. Pertumbuhan terumbu karang dicatathanya sampai
kedalaman 5 atau 6 meter saja dan sdasar perairan terdiri dari pasir halus.
Persentase tutupan karang Acropora sekitar 3,33% sedangkan non- Acropora
cukup tinggi sekitar 62,23%. Kenyataan ini membuktikan bahwa pertumbuhan
terumbu karang dilokasi ini sangat baik karna persentase tutupan antara 50 – 74%.
Untuk katagori DCA karang mati yang sudah ditumbuhi alga persentase sebesar
31,81%, terdiri dari bongkahan terumbu karang massif dan patahan terumbu
karang bercabang yang sudah lama mati. Pertumbuhan karang didominasi oleh
karang massif dengan ukuran koloni sedang, dari kelompok Porites spp, dan sub-
masf dari jenis Porites cylindrical dan Pavona frodifera.
2) Pulau Kongka Besar
Perairan sedikit keruh, rataan terumu agak sempit dilanjutkan dengan lereng
terumbu yang landai. Pertumbuhan terumbu karang hanya sampai kedalam 6
meter dan pada kedalaman selanjutnya dasar perairan terdiri dari pasir halus
101
persentase tutupannya 16,53 %, Spong 2,07 % dan biota lainnya hanya sedikit
sebesar 0,6 %. Katagori abiotik terdiri daari pasir sebesar 8,13% dan patahan
karang mati sebesar 1,40 %. Pertumbuhan karang sangat baik, karna posisinya di
selat kecil memungkinkan sirkulasi arus yang cukup baik. Karang batu
didominasi oleh Kelompok Porites spp dan Pavona frondifera.
8) Pulau Gaja, Selat Dasi
Lokasi ini berekatan dengan Pulau Buli dan terletak di pesisir Pulau Gaja, hanya
dipisahkan oleh selat kecil. Pertumbuhan karang cukup baik sama halnya dengan
di Pulau Buli. Perserntase tutupan karang sebesar 69,39 %, terdiri dari persentase
tutupan Acropora 4,83 % dan non-Acropora 64,47 5. Karang mati yang sudah
ditumbuhi alga persentase tutupannya cukup tinggi 23,67 %, Spong 4,63 % dan
biota lain hanya sedikit sekitar 0,97 %. Katagori abiotik terdiri patahan karang
mati hanya sedikit sebesar 0,53 %. Sama halnya dengan di lokasi Pulau Buli,
pertumbuhan karang dilokasi ini cukup baik karna dipengaruhi oleh sirkulasi air
di daerah selat. Karang batu didominasi oleh kelompok Porites spp dan Pavona
frondifera.
Persentase tutupan karang hidup di perairan wilatah Kabupaten lingga masuk
dalam katagori baik (50 – 74,5 %) kecuali di perairan duara, Limbing (30,90 %) yang
masuk dalam katagori sedang (25 – 49,9 %). Perairan di sini sangat keryh, karna
terletak dimuara. Di lokasi ini banyak ditemukan alga, 30,30 % (fleshy sweed). Alga
ini terdiri dari Sargassum sp dan Turbinaria sp yang merupakan alga musiman.
3.2.3 Padang Lamun (Seagrass)
Padang lamun adalah tempat hidup bagi banyak organism seperti ikan,
kepiting, udang, dan lain-lain. Hampir sebagian besar organism Lamun umumnya
membentuk padang lamun yang luas di dasar laut yang masih dapat di jangkau oleh
cahaya matahari dengan sirkulasi air yang baik yang memadai bagi pertumbuhannya.
Perairan yang dangkal di Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau
terdapat 7 jenis lamun lihat pada (Tabel 3.11). Tumbuhan laut yang terdiri dari
kelompok lamun dan rumput laut hampir menyebar di seluruh kelompok pulau dan
104
berasosiasi dengan ekosistem hutan bakau dan terumbu karang. Jenis-nenis lamun
yang dijumpai antara lain : Cymodocea rotundata, C.serrulata, Enhalus acoroides,
Thalassia hemprichii, Holodule pinnifolia, H. Uninervis, Holophila ovalis,
Syringodium isoetifolium dan Thalassodendrum ciliatum.
Tabel III.10
Jenis Lamun di Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau
Jenis Lamun
No
Famili Latin Indonesia
1 Patamogetonaceae Cymodocea rotundata Lamun Berujung Bulat
2 Patamogetonaceae Cymodocea serrulata Lamun Bergigi
3 Hydrocharitaceae Enhalus acoroides Lamun tropika
4 Patamogetonaceae Thalassia hemprichii Lamun Dugong
5 Hydrocharitaceae Holodule pinnifolia Lamun Serabut
6 Patamogetonaceae Holodule Uninervis Lamun Serabut
7 Hydrocharitaceae Holophila ovalis Lamun Senduk
8 Patamogetonaceae Syringodium isoetifolium Lamun Alat Suntik
9 Patamogetonaceae Thalassodendrum ciliatum Lamun Dugong
Sumber: CRITC - COREMAP
3.2.5 Ikan
Pusat penangkapan ikan Kabupaten Lingga tergantung tempat tinggal nelayan.
Di desa Temiang, lokasi penangkapan ikan meliputi perairan di sekitar Laut Nyamuk,
Remang, Ompos, Air Tombu, Tue, Terumbu Raye, Tajur, Pulau Belang, ujung Pulau
Batang, Cik Nen, Pulau Senang, Kibon, Air Jambu, Pulau Tuju, Pulau Paku Tinjul
dan Teban. Lokasi penangkapan ikan di desa Benan diantaranya Benan, Kepala
Katang, LautTimor, Malang Tongkang, Karang Laut dan Karang Pesisir. Lokasi
penangkapan ikan di Sekanah diantaranya Karang Pulau, Selat Putut, Karang Sasah,
Karang Laut dan Pulau Burung. Lokasi penangkapan ikan di desa Limbung
diantaranya Pulau Barok, Pulau Kekek, Muara Sakeke dan Pulau Telom. Lokasi
penangkapan ikan di desa Berjung diantaranya Pulau Buaya, Pulau Bulat, Pulau Sipat
dan Pulau Sadai. Lokasi penangkapan ikan di desa Mamut diantaranya Pulau Bugai,
Pulau Kalan, Sungai Sebong, Suak Ratai, Pulau Malim, Pulau Laya, Terumbu
Panjang, Pulau Pelonggot, Pulau Peragi dan Pulau Paku.
Jenis-jenis ikan yang ditangkap nelayan di wilayah Kabupaten Lingga sangat
bervariasi. Ada beberapa jenis ika dan 8 jenis biota laut liannya seperti cumi-cumi,
kepiting, teripang, udang dan tiram. Jenis tangkapan dapat dikelompokkan menjadi
kelompok ikan karang, non ikan dan kelompok ikan karang. Tangkapan dari
kelompok non ikan karang terdiri dari tenggiri, pari dan hiu. Dari ketiga jenis
tersebut, terlihat bahwa tenggiri merupakan ikan yang paling banyak tertangkap. Hal
ini karna ikan tenggiri memiliki ukuran yang relative besar. Kelompok non ikan,
yaitu sotong dan ketam rajungan memberikan kontribusi masing-masing sebesar
334,27 kd dan 306,2 kg. kedua jenis ini memang merupakan komoditi yang dicari
oleh nelayan. Ketam rajungan lebih banyak ditangkap oleh nelayan di desa
Limbungan. Desa ini terdapat usaha mengelola kepiting ini dilakukan oleh ibu-ibu di
desa ini.
106
Dari seluruh jenis ikan karang yang tertangkap dan telah diidentifikasi terlihat
bahwa jenis yang paling banyak tertangkap adalah ikan selar (Decapterus tabl) dan
ikan mentimun (Lutjanus decussates). Ada 10 jenis ikan karang yang dominan
tertangkap, dapat dilihat pada Tabel 3.11.
Tabel III.11
Jenis-jenis Ikan Karang Dominan di Perairan Wilayah Kabupeten Lingga
No Nama Lokal Nama Ilmiah
1 Selar Decapterus tabl
2 Mentimun Lunjanus decussatus
3 Dingkis Siganus argenteus
4 Lebam Siganus guttatus
Plectorhinchus flavomaculatus
5 Ketarap Scarus sp
Caesio teres
Caranx caerule opinnatus
Cephalopholis minata
6 Tokak Choerodon anchorago
Sumber: Data Primer CREEL, Tahun 2008
3.2.6 Pantai
Salah satu sumber daya yang paling bernilai dari gugusan pulau-pulau kecil
obyek wisaha bahari adalah pantai. Kabupaten Lingga yang banyak memiliki
potensial untuk pengembangan berbagai kegiatan seperti budidaya rumput laut dan
pariwisata. Beberapa pantai yang cukup terkenal yang berada di Kabupaten lingga,
diantaranya:
Pantai Pasir Pandak yang berada di Kecamatan Lingga. Keadaan alam
disekitar pantai ini masih natural sehingga menambah keindahan pantai, apalagi
didukung oleh hamparan pasir putih yang halus disepanjang pantainya. Pantai Pulau
Berhala yang berada di Kecamatan Singkep. Keadaan alam disekitar pantai ini sangat
indah seperti tebing-tebing dan hutan yang sangat alami serta hamparan pasir putih
yang sangat halus. Pantai Dungun, pantai ini terletak di desa Teluk Kecamatan
Lingga Utara. Di pantai ini pernah terdampar “Gajah Mina” (sebutan penduduk
setempat) salah satu mahkluk yang ditemukan oleh penduduk setempat pada tanggal
107
13 Januari 2005. Sampai saat ini masih dilakukan penelitian ilmiah yang dikerjakan
oleh Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI) Jakarta untuk mengidentifikasi
mahkluk tersebut. keseluruhan tulang dan sisa-sisa tulang mahkluk ini dikumpulkan
oleh bapak Umar sanen kemudian diserahkan kepada museum Mini Linggam Cahaya
yang berada di Daik Lingga pada tangga 6 Januari 2006.
Kabupaten Lingga mempunyai pantai dengan jumlah yang cukup banyak dan
sebagian besar pantai ini belum terjamah dan berada diluar area pemukiman
penduduk. Sebagian pantai yang ada sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai
tempat wisata. Selain untuk memiliki pemandangan alam yang indah dan menawan.
perencanaan merupakan kegiatan yang tidak pernah selesai karena selalu memerlukan
peninjauan ulang guna memberikan umpan balik dalam proses evaluasi.
Selain sebagai objek dalam suatu pembangunan, penduduk juga sebagai
subjek pembangunan yang dimana dapat menentukan arah atas pembangunan yang
telah direncanakan. Untuk menentukan dan merumuskan baik potensi maupun
permasalahan yang ada di suatu kota maka dibutuhkan analisis kependudukan.
Adapun penduduk yang akan dikaji dalam aspek ini merupakan penduduk
Kabupaten Lingga yang terdiri 5 Kecamatan. yaitu Kecamatan Singkep Barat,
Kecamatan Singkep, Kecamatan Lingga, Kecamatan Lingga Utara dan Kecamatan
Senayang.
Pada dasarnya aspek sosial kependudukan yang dikaji di Kabupaten Lingga
ini terdiri atas jumlah penduduk. struktur penduduk (menurut umur. jenis kelamin.
mata pencaharian. tingkat pendidikan dan agama). Serta kondisi sosial budaya yang
ada di Wilayah Kabupaten Lingga tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
penjelasan dibawah ini.
Tabel III.12
Jumlah Penduduk di Kabupaten Lingga
TAHUN 2008-2010
109
besar kelahiran mencapai 779 jiwa dan tingkat kematian mencapai 226 jiwa. Dengan
melihat hal tersebut, tingkat kelahiran di Kabupaten Lingga ini mencapai lebih dari
300 %. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3.14 berikut ini.
Tabel III.13
Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Di Kabupaten Lingga Tahun 2009
No Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
1 0-4 5.546 5.074 10.620
2 5-9 4.486 4.186 8.672
3 10 - 14 4.277 4.123 8.400
4 15 - 19 3.750 3.791 7.541
5 20 - 24 4.069 4.782 8.851
6 25 - 29 4.431 5.440 9.871
7 30 - 34 4.480 4.919 9.399
8 35 - 39 3.940 3.694 7.634
9 40 - 44 3.144 2.548 5.692
10 45 - 49 2.359 1.901 4.260
11 50 - 54 1.691 1.432 3.123
12 55 - 59 1.213 985 2.198
13 60 - 64 760 624 1.384
14 65 - 69 466 452 918
15 70 - 74 355 281 636
16 75 + 245 292 537
Jumlah / Total 45.212 44.524 89.736
Sumber: BPS Kabupaten Lingga
Tabel III.16
.16
Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja
menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin
di Kabupaten Lingga Tahun 2009
No Lapangan Usaha Laki-Laki Perempuan Jumlah
Pertanian, Perkebunan, Kehutanan,
01. 47,59 21,47 39,54
Perburuan dan Perikanan
02. Pertambangan dan Penggalian 5,18 0,55 3,76
03. Industri 6,96 16,07 9,76
04. Listrik, Gas dan Air Minum 0,22 0,00 0,15
05. Konstruksi 5,56 0,00 3,85
Perdagangan, Rumah Makan Dan Jasa
06. 11,91 25,21 16,00
Akomodasi
Transportasi, Pergudangan Dan
07. 6,55 3,57 5,64
Komunikasi
Lembaga Keuangan, Real Estate,Usaha
08. 1,11 0,61 0,96
Persewaan Dan Jasa Perusahaan
Jasa Kemasyarakatan, Sosial, Dan
09. 14,91 32,52 20,34
Perorangan
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka, Tahun 2009
B. Kesenian Rakyat
Masyarakat Melayu Riau memiliki daya tarik yang kuat terhadap kesenian.
Bahkan sampai sekarang banyak yang terus dikembangkan dan dikenalkan, seperti
kesusasastraan, seni tari rakyat, seni theater dan lainnya.
115
a) Gurindam
Gurindam merupakan karya yang berisikan petuah dan nasehat. Gurindam 12
ini adalah karya dari Raja Ali Haji, beliau merupakan pujangga Istana masa
Kerajaan Lingga – Riau. Konstum yang dikenakan untuk melantunkan
Gurindam ini adalah baju kurung melayu, dengan peralatan musiknya berupa
serunai, kompang dan gong.
b) Teater Bangsawan
Teater Bangsawan adalah salah satu seni pertunjukan tradisional komedi
stambul dengan cerita seputar kehidupan istana, keseniaan ini juga dikenal
dengan nama wayang Bangsawan.
c) Joget
Joget adalah salah satu tarian tradisional masyarakat melayu. Joget
diantaranya: Joget Tandak atau Joget Lambak, disebut tandak karena
penarinya bisa menjadi “ebeng”, dengan laki – lakinya yang menbayar disebut
“Pandak”.
d) Zapin
Sebenarnya kesenian tari Zapin ini berasal dari Arab yang mentradisi
Masayarak Melayu. Kesenian ini dibawa oleh kaum laki-laki karena tarian ini
memang bayak mengeluarkan tenaga (energik). Seiring perkembangan jaman
tarian ini tidak hanya dimonopoli oleh kaum lelaki tetapi kaum wanita juga
ikut menarikannya.
e) Gazal
Kesenian ini juga berasal dari timur tengah. Gazal adalah bahasa Arab yang
berarti Sajak. Kesenian Gazal juga merupakan alat dakwah untuk penyebaran
agama Islam, namun sekarang ini lebih berfungsi sebagai salah satu hiburan.
f) Kompang
Kompang adalah kesenian yang menyerupai hadrah dengan para pemain
melantunkan syair berbahasa Arab – Parsi yang berisi puji – pujian terhadap
Tuhan YME yang diiringi dengan lantunan rebana. Kesenian ini biasanya
116
Berdasarkan data PDRB Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2007 -2009 diatas
dapat kita ketahui bahwa Kabupaten Lingga memiliki sektor unggulan di sektor
pertanian. Dimana sektor pertanian memiliki kontribusi pemasukan terbesar yang
setiap tahunnya, Sedangkan sektor yang paling rendah kontribusinya adalah sektor
listrik, gas dan air bersih, mengingat wilayah Kabupaten Lingga tidak memiliki
potensi dalam bidang tersebut, sehingga nilai kontribusinya sangat rendah dibanding
sektor lainnya.
Tabel III.18
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lingga
(Atas Dasar Harga Konstan) Tahun 2007 - 2009 (Juta Rupiah)
Atas Dasar Harga Konstan
LAPANGAN USAHA
2007 2008 2009
1. Pertanian 206.878,66 215.910,88 223.596,65
2. Pertambangan & penggalian 8.449,68 9.355,48 10.359,33
3. Industri pengolahan 75.960,31 75.223,49 75.163,31
4. Listrik, gas & air bersih 712,25 759,90 804,01
5. Bangunan 25.313,17 28.641,86 32.411,13
6. Perdag., hotel & restoran 99.322,01 110.536,90 122.982,43
7. Pengangkutan & komunikasi 37.265,94 41.761,58 46.784,38
8. Keu. persewaan, & jasa perusahaan 19.610,82 21.897,44 24.438,17
9. Jasa-jasa 22.288,84 24.667,43 27.297,77
PDRB KABUPATEN LINGGA 495.801,68 528.754,96 563.837,17
Sumber : BPS Kabupaten Lingga
Untuk PDRB Atas Dasar Harga Konstan tahun 2007 -2009 diatas dapat kita
ketahui bahwa sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar di Kabupaten Lingga,
hampir setiap tahunnya. Sedangkan yang memberikan nilai kontribusi terkecil
terdapat pada sektor listrik, gas dan air bersih.
Produksi dari tanaman sayur - sayuran pada tahun 2009 mencapai 35,97 ton,
Produksi tertinggi didominasi oleh cabe yakni sebesar 13 ton, kemudian diikuti kacang
panjang sebesar 9,1 ton. Sebaliknya produksi terendah adalah sawi yaitu 1,6 ton.
Tabel III.19
Produksi Bahan Makanan/Palawija Meneurut Komoditas
Per Kecamatan di Kabupaten Lingga Tahun 2009 (Ton)
No Kecamatan Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar Talas Kacang Jumlah
1. Singkep Barat 5,2 105 52 - - 162,2
2. Singkep 5,2 90 52 - 12 159,2
3. Lingga 7,8 120 52 - 16 195,8
4. Lingga Utara 5,2 90 52 - 16 163,2
5. Senayang - 60 52 - - 112
Jumlah Total 23,4 465 260 - 44 792,4
Sumber : Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lingga
Sebagian besar komoditi pertanian tanaman pangan ini adalah untuk memenuhi
konsumsi lokal. Rendannya produksi tanaman pangan tersebut, lebih disebabkan masih
terbatasnya kemampuan petani dalam melakukan intensifikasi, pemeliharaan tanaman
dan keterbatasan lahan untuk kegiatan ekstensifikasi karena faktor tutupan lahan.
B. Perkebunan
Perkembangan luas tanaman dan produksi perkebunan rakyat tahun 2009 dapat
dilihat pada Tabel 3.20 Produksi Perkebunan pada tahun 2009 mencapai 16.749,753
ton. Produksi tertinggi didominasi oleh sagu sebesar 12.439,564 ton, kemudian diikuti
karet sebesar 3.117,949 ton.
Tabel III.20
Luas Lahan Perkebunan Menurut Jenis Komoditas Per Kecamatan di
Kabupaten Lingga Tahun 2009
No Komoditi Singkep Singkep Lingga Lingga Senayang
Barat Utara
1. Karet 4182,4 3.507,07 1.081,23 282,89 221,50
2. Kelapa 687,42 1.256,40 440,31 270,98 132,35
3. Lada 19,75 7,01 19,06 16,41 10,84
4. Sagu - - 1.662,36 1.729,33 -
119
C. Peternakan
Populasi ternak besar terdiri dari sapi, kambing dan babi pada tahun 2005 secara
berturut-turut adalah 1.613 ekor, 1.340 ekor, dan 580 ekor. Dan pada tahun 2009
populasi sapi tercatat 1.300 ekor, kerbau 3 ekor, kambing 624 ekor dan babi 320 ekor.
Bila dibandingkan tahun sebelumnya populasi ternak besar mengalami kenaikan untuk
sapi sebesar 6,12 persen, kambing mengalami penurunan sebesar 5,17 persen, dan babi
mengalami penurunan juga sebesar 1,53 persen.
Populasi unggas pada tahun 2009 berjumlah sama dengan tahun 2008 yaitu
sebanyak 73.272 ekor. Sementara itu populasi ayam petelur dan ayam pedaging tidak
mengalami perubahan dibanding tahun lalu sedikit peningkatan sebesar 1,1 persen.
Sebaliknya populasi itik mengalami kenaikan dari 120 di tahun 2008 menjadi 1897 ekor
di tahun 2009.
Tabel III.21
Populasi Ternak Meneurut Jenis Per Kecamatan di Kabupaten Lingga
Tahun 2009 (Ekor)
No Kecamatan Sapi Kerbau Kambing Babi
1. Singkep Barat 322 3 173 231
2. Singkep 147 - 67 89
3. Lingga 582 - 190 -
4. Lingga Utara 214 - 78 -
5. Senayang 35 - 116 -
Jumlah Total 1.300 3 624 320
Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lingga
120
D. Perikanan
Untuk sub sektor perikanan di Kabupaten Lingga pada umumnya adalah perikanan
laut. Pada tahun 2008 volume produksi perikanan laut sebesar 17.184,78 ton, pada
tahun 2009 bertambah menjadi 18.310,988 ton atau mengalami peningkatan sebesar
6,55 persen.
Jumlah kapal/perahu penangkap ikan dari tahun ke tahun cenderung mengalami
penambahan, namun untuk jumlah kapal/perahu di Kabupaten Lingga pada tahun 2009
mengalami penurunan dibanding dengan pada tahun 2008, yaitu sebesar 20,70 persen.
Tabel III.22
Volume Produksi Perikanan Laut dan Perikanan Darat Per Kecamatan di
Kabupaten Lingga Tahun 2009 (Ton)
Perikanan Laut Perikanan Darat Jumlah
No Kecamatan
Penangkapan Budidaya Budidya Air Tawar Total
1. Singkep Barat 4.291,842 43,755 − 4.335,597
2. Singkep 2.248,108 1,033 0,0007 2.249,141
3. Lingga 3.559,504 2,768 0,0158 3.562,288
4. Lingga Utara 2.435,450 1,927 0,006 2.437,383
5. Senayang 5.722,456 4,122 - 5.726,578
Jumlah Total 18.257,360 53,605 0,023 18.310,988
Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lingga
Tabel III.24
Panjang Jalan Dirinci menurut Jenis Permukaan dan Status Jalan di Kabupaten Lingga
Tahun 2009
Jenis permukaan Jumlah
No Jenis Jalan
Beraspal Kerikil Tanah Total
1. Jalan Negara 44,1 10,3 - 54,40
2. Jalan Propinsi 57,9 18,6 9 85,50
3. Jalan Kabupaten 133,77 32,25 198,72 364,74
Jumlah Total 235,77 61,15 207,72 504,640
Sumber: Dinas Perkerjaan Umum Kabupaten Lingga
B. Transportasi Laut
Angkutan laut merupakan sarana perhubungan yang sangat vital dan strategis
bagi masyarakat Kabupaten Lingga sebagai daerah kepulauan. Oleh karena itu, maka
pembangunan di bidang pelayaran terus ditingkatkan dan diperluas termasuk
penyempurnaan manaje-men dan dukungan fasilitas pelabuhan. Di Pelabuhan Dabo
Singkep, angkutan barang luar negeri yang dimuat pada tahun 2009 mencapai
853.935 ton. Berbeda dengan angkutan barang antar pulau, maka pada tahun 2009
barang yang dibongkar pada angkutan antar pulau tercatat sebesar 105.078 ton.
Tabel III.25
Banyak Barang antar Pulau yang Dibongkar dan Dimuat Dirinci
menurut Bulan di Dabo Singkep Tahun 2009
No. Bulan Bongkar (Ton) Muat (Ton)
1. Januari 8.881 1.234
2. Pebruari 2.575 460
3. Maret 4.524 605
4. April 2.190 3.407
5. Mei 50.182 2.639
6. Juni 3.237 2.695
7. Juli 5.335 491
8. Agustus 2.502 477
9. September 7.091 1.207
10. Oktober 2.491 413
11. Nopember 3.175 586
125
C. Transportasi Udara
Lalu lintas pesawat dan penumpang dari dan ke Kabupaten Lingga melalui
Bandara Dabo Singkep tahun 2009 terlihat cukup berfluktuasi. Jika dilihat selama
tahun 2009 lonjakan penumpang yang datang dan berangkat dari Bandara Dabo
Singkep terjadi pada bulan Januari. Untuk bongkar muat bagasi, barang, dan pos
paket perkembangannya juga bervariasi.
Tabel III.26
Banyak Pesawat Udara Yang Datang dan Berangkat
Melalui Bandara Dabo Singkep Tahun 2009
No. Bulan Bongkar (Ton) Muat (Ton)
1. Januari 18 18
2. Pebruari 16 16
3. Maret 14 14
4. April 15 15
5. Mei 14 14
6. Juni 6 6
7. Juli 15 15
8. Agustus 17 17
9. September 16 16
10. Oktober 9 9
11. Nopember 14 14
12. Desember 5 5
Jumlah Total 159 159
Sumber: Kantor Bandar Udara Dabo Singkep
2. Singkep 5 25 5 5
3. Lingga 2 30 8 2
4. Lingga Utara 2 15 4 1
5. Senayang 1 38 11 4
Total 11 127 32 13
Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Tahun 2009
Fasilitas pendidikan tingkat Sekolah Dasar (SD) pada umumnya telah tersebar
cukup merata di setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Lingga, bahkan di beberapa
kecamatan terdapat lebih dari satu gedung SD. Sebaliknya pada tingkat SMP, fasilitas
sudah cukup menyebar disetiap kecamatan. Sedangkan untuk tingkat SMU/Sederajat
fasilitas hanya terdapat di masing-masing ibu kota kecamatan. Kondisi tersebut cukup
membantu penduduk usia sekolah yang ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan
mereka.
B. Sarana Kesehatan
Pembangunan kesehatan menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia. Bila
pembangunan kesehatan berhasil dengan baik maka dengan sendirinya tentu akan
meningkatkan kesejahteraan rakyat secara langsung. Selain dari itu, pembangunan
kesehatan juga memuat mutu dan upaya kesehatan yang sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan dari fasilitas kesehatan dengan menciptakan akses pelayanan kesehatan
dasar yang didukung oleh sumber daya yang memadai seperti : rumah sakit, puskesmas,
adanya tenaga kesehatan dan ketersediaan obat
Upaya yang dilakukan pemerintah pusat maupun daerah dalam menyediakan
fasilitas kesehatan seperti puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling dan
balai pengobatan tidak mengalami peningkatan yang signifikan.
Tenaga kesehatan me-rupakan sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan
karena dengan bantuan mereka banyak kemungkinan penyakit dapat disembuhkan.
Jumlah dokter umum tahun 2009 tercatat 18 orang , dokter spesialis 3 orang dan dokter
gigi sebanyak 10 orang.Untuk jumlah paramedis mengalami peningkatan, dimana pada
tahun 2009 jumlah paramedis sebanyak 248 orang dibandingkan pada tahun 2008 yang
hanya sebesar 188 orang.
128
Tabel III.28
Banyaknya Sarana Kesehatan di Kabupaten Lingga
Tahun 2009
Rumah Puskesmas Puskesmas Balai Poliklinik
No Kecamatan Puskesmas
Sakit pembantu Keliling Pengobatan Desa
1. Singkep Barat - 1 7 1 - 7
2. Singkep - 2 4 3 - 4
3. Lingga 1 1 12 1 - 10
4. Lingga Utara - 1 6 - - 6
5. Senayang - 2 7 2 - 18
Jumlah Total 1 7 36 7 - 45
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ling
C. Keagamaan
Pembangunan dibidang fisik harus diimbangi dengan pembangunan dibidang
mental spiritual, sehingga diharapkan akan ada keseimbangan dan keserasian antara
kepentingan duniawi dan ukhrawi. Kehidupan beragama yang harmonis antara umat
beragama di Kabupaten Lingga telah terjalin dengan kokoh. Melaksanakan ibadah
haji merupakan salah satu rukun Islam. Jumlah jemaah haji dari Kabupaten Lingga
yang diberangkatkan pada tahun 2009 adalah sebanyak 45 orang atau naik 25 persen
dibandingkan dengan tahun 2008.
Tabel III.29
Banyaknya Sarana Peribadatan di Kabupaten Lingga
Tahun 2009
Gereja Gereja
No Kecamatan Masjid Mushala Pura Kekenteng Vihara
Protestan Katolik
1. Singkep Barat 43 1 3 1 - 4 -
129
2. Singkep 23 38 3 1 - 1 1
3. Lingga 22 7 1 1 - 5 2
4. Lingga Utara 34 4 1 1 - 2 1
5. Senayang 32 29 1 - - 3 -
154 79 9 4 - 15 4
Sumber: Departement Agama Kabupaten Lingga
Fasilitas peribadatan pada umumnya telah tersebar dengan merata pada setiap
kecamatan yang ada di Kabupaten Lingga. Dengan demikian masyarakat dapat
menikmati fasilitas dengan aman dan nyaman.