Oleh:
Wadi Renah NIM P102202049
Waode Putri Agustina.W NIM P102202067
A.Rahayu Wahyudi NIM P102202036
SEKOLAH PASCASARJANA
PROGRAM MAGISTER ILMU KEBIDANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Segala Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PLASENTA
PREVIA dan SOLUTIO PLASENTA , yang mana makalah ini disusun bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah “Patologi Kehamilan,Persalinan dan Nifas.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat bimbingan, bantuan dan arahan
dari.dr.Deviana,SpOg, selaku dosen pengampu mata kuliah Patologi Kehamilan,Persalinan dan
Nifas. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang tidak
terhingga kepada Beliau yang telah banyak membimbing dan banyak membantu terselesainya
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyajian
materi dalam makalah ini, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dalam Teknik
pengetikan.
Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR BAGAN
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR ISI v
BAB I PENDAHULUAN 1
3.1 Kesimpulan 18
3.2 Saran 19
DAFTAR PUSTAKA
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah salah satu indikator untuk mengukur derajat kesehatan
perempuan. Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia menyatakankan bahwa diperkirakan diseluruh
dunia lebih dari 585 ribu meninggal saat hamil atau bersalin setiap tahunnya. Artinya setiap menit
ada satu perempuan yang meninggal, sedangkan proporsi kematian bayi baru lahir di dunia sangat
tinggi dengan estimasi sebesar 4 juta kematian bayi baru lahir pertahun dan 1,4 juta kematian pada
bayi baru lahir pada bulan pertama di Asia Tenggara. Untuk kematian ibu yang di sebabkan oleh
perdarahan khususnya akibat Plasenta Previa dilaporkan berkisar 15-20% kematian ibu dan
insidennya adalah 0,8-1,2% untuk setiap kelahiran. (Iswara R., 2017)
Angka kematian ibu di negara berlembang seperti Myanmar sebesar 178/100.000 kelahiran
hidup, Filipina 114/100.000 kelahiran hidup, dan Timor Leste 215/100.000 kelahiran hidup.
Sedangkan AKI di Inggris hanya 9/100.000 kelahiran hidup, angka kematian ibu di Amerika
Serikat sebesar 14/100.000 kelahiran hidup, Belanda 7/100.000 kelahiran hidup, dan Jepang
5/100.000 kelahiran hidup (WHO, 2015). Di Indonesia, angka kematian ibu mengalami penurunan
dari tahun 2012 yaitu sebesar 359/100.000 kelahiran hidup menjadi 305/100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2015. Namun, angka ini masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan target
pembangunan berkelanjutan (SDGs) yaitu sebesar 70/100.000 kelahiran hidup (“United Nations”,
2016). Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2015, disebutkan bahwa salah satu provinsi
dengan jumlah kematian ibu terbesar adalah Sumatera Utara.(WHO, 2015)
Menurut data dari Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik, kasus obstetrik pada tahun 2005
yang disebabkan oleh plasenta previa adalah 4.725 kasus (2,77%) yang merupakan kasus obstetrik
ketiga tersering dengan CFR (Case Fatality Rate) 0,85% yang merupakan penyebab kematian
maternal terbanyak keempat di Indonesia((Depkes RI, 2006). Pada studi yang dilakukan oleh Imna
menunjukkan ibu yang mengalami plasenta previa sebanyak 167 orang dari 4633 persalinan pada
tahun 2006 – Juni 2010. (Imna, 2010)
2
1.1 Manfaat Penulisan
1. Manfaat Ilmiah
1. Memberikan kemudahan dalam memahami definisi dari plasenta previa dan
solution plasenta
2. Manfaat Praktis
Diharapkan dapat menjadi sumber informasi dibidang Kesehatan serta dapat
dijadikan sebagai bahan acuan bagi penulis selanjutnya.
1.2 Metode Penulisan
Makalah ini di ambil dari berbagai sumber materi text book dan jurnal tentang
plasenta previa dan solution plasenta .
1.3 Ruang Lingkup
Makalah ini hanya membahas seputar plasenta previa dan solution plasenta.
1.4 Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan urutan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan : latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, metode penulisan, ruang lingkup penulisan, sistematika
penulisan.
BAB II :Pembahasan: definisi Plasenta Previa, klasifikasi placenta previa, patologi
placenta previa, etiologi placenta previa, gejala dan dampak placenta previa,
Penegakkan diagnosis, Penatalaksanaan placenta previa, Cara menyelesaikan
persslinan denngan placenta previa, komplikasi placenta previa, alur placenta
previa, definisi solutio placenta, klasifikasi solutio placenta, etiologi solutio
placenta, patofisiologi solucio placenta, gambaran klinis solucio placenta,
diaognosis solucio placenta, komplikasi solucio placenta,Penatalaksanaan
solution plasenta.
BAB III : Penutup : Kesimpulan dan saran
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
sedemikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagaian dari ostium uteri internum
sehingga plasenta berada di depan jalan lahir (Maryunani dan Eka, 2013:136).
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi sebagian atau
seluruh ostium uteri internum (Sastrawinata, et al, 2005:83).
Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah rahim
kearah proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut
berimigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan kala
1 bisa mengubah luas pembukaan serviks yang tertutup oleh plasenta.Fenomena ini
berpengaruh pada derajat atau klasifikasi dari plasenta previa ketika pemeriksaan dilakukan
baik dalam masa antenatal maupun dalam masa intranatal, baik dengan ultrasonografi
maupun pemeriksaan digital. Oleh karena itu, pemeriksaan ultrasonografi perlu diulang
secara berkala dalam asuhan antenatal maupun intranatal (Prawirohardjo, 2010:495).
4
(1) (2) (3) (4)
b. Dampak
1. Bahaya pada ibu dengan plasenta previa jika terjadi, yaitu perdarahan yang hebat,
Infeksi sepsis dan emboli udara.
2. Sementara bahaya untuk janinnya antara lain yaitu Hipoksia, Perdarahan dan
6
syok. (Maryunani, 2013:138)
10
Endometrium cacat, bekas
operasi SC, kuretase dan
Umur>35 tahun dan paritas tinggi: Tumor seperti mioama uteri,
manual plasenta
< 25 tahun >3 polip endometrium
Plasenta
Previa
Perawatan konservatif:
Konservatif gagal
Hamil >37
Amniotomi minggu/ aterm
Hamil <37 minggu/ preterm
Seksio caesarea apabila:
Perawatan konservatif
1. Perdarahan
banyak tanpa
Persalinan pervaginam henti
2. Presentasi abnormal
3. Panggul sempit
Konservatif
Terjadi penyulit:
gagal 4. Serviks belum matang
5. Gawat janin
1. Perdarahan banyak dan
cepat Perdarahan
2. Gawat janin Gawat janin
11
2.2.2 Klasifikasi Solutio Plasenta
Plasenta dapat terlepas hanya pada pinggirnya saja (ruptura sinus marginalis), dapat
pula terlepas lebih luas (solusio parsialis), atau bisa seluruh permukaan maternal plasenta terlepas
(solusio plasenta totalis). Perdarahan yang terjadi dalam banyak kejadian akan merembes anatara
plasenta dan miometrium untuk seterusnya menyelinap di bawah selaput ketuban dan akhirnya
memperoleh jalan ke kanalis servikalis dan keluar melalui vagina (revealed hemorrhage). Akan
tetapi, ada kalanya, walaupun jarang, perdarahan tersebut tidak keluar melalui vagina (concealed
hemorrhage) jika
1. Bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat pada dinding Rahim
2. Selaput ketuban masih melekat pada dinding Rahim
3. Perdarahan masuk ke dalam kantong ketuban setelah ketuban pecah karenanya
4. Bagian terbawah janin, umumnya kepala, menempel ketat pada segmen bawah rahim.
Dalam klinis solusio plasenta dibagi ke dalam berat ringannya gambaran klinik sesuai
dengan luasnya permukaan plasenta yang terlepas, yaitu solusio plasenta ringan, solusio plasenta
sedang dan solusio plasenta berat. Yang ringan biasanya baru di ketahui setelah plasenta lahir
dengan adanya hematoma yang tidak luas pada permukaan maternal atau adanya ruptura sinus
marginalis. Pembagian secara klinik ini baru definitif bila ditinjau retrospektif karena solusio
plasenta sifatnya berlangsung progresif yang berarti solusio plasenta yang ringan bisa berkembang
mejadi lebih berat dari wktu kewktu. Keadaan umum penderita bisa menjadi buruk apabila
perdarahannya cukup banyak pada kategori concealed hemorrhage.
1. Solusio Placenta Ringan
Luas plasenta yang terlepas tidak sampai 25% tetapi atau ada yang menyebutkan
kurang dari 1/6 bagian. Jumlah darah yang keluar biasanya kurang dari 250 ml. Tumpahkan darah
yang keluar terlihat seperti pada haid bervariasi dari sedikit sampai seperti menstruasi yang banyak.
Gejala-gejala perdarahan sukar dibedakan dari plasenta previa kecuali warba darah yang
kehitaman. Komplikasi terhadap ibu dan janin belum ada.
2. Solusio Placenta Sedang
Luas plasenta yang terlepas telah melebihi 25%, tetapi belum mencapai separuhnya
(50%). Jumlah darah yang keluar biasanya kurang dari 250 ml tetapi belum mencapai 1.000 ml.
Umumnya pertumpahan darah terjadi ke luar dan ke dalam bersama-sama. Gejala-gejala dan tanda-
tanda sudah jelas seperti rasa nyeri pada perut yang terus menerus, denyut jantung janin menjadi
cepat, hipotensi dan takikardia
3. Solusio Placenta Berat
Luas plasenta yang terlepas telah melebihi 50%, dan jumlah darah yang keluar telah
mencapai 1.000 ml atau lebih. Pertumpahan darah bisa terjadi ke luar dan kedalam bersama-sama.
Gejala-gejala dan tanda-tanda klinik jelas, keadaan umum penderita buruk disertai syok, dan
hampir semua janinnya telah meninggal. Komplikasi koagulopati dan gagal ginjal yang ditandai
pada oliguri biasanya telah ada. Klasifikasi ini dibuat berdasarkan tanda-tanda klinisnya, sesuai
derajat terlepasnya plasenta. Pada solusio placenta, darah dari tempat pelepasan mencari jalan
keluar antara selaput janin dan dinding rahim dan akhirnya keluar dari serviks dan terjadi solusio
placenta dengan pendarahan keluar / tampak. Kadang-kadang darah tidak keluar tapi berkumpul di
belakang placenta membentuk hematom retroplasenta. Perdarahan ini disebut perdarahan ke
dalam/tersembunyi. Kadang-kadang darah masuk ke dalam ruang amnion sehingga perdarahan
teteap bersembunyi.
12
2.2.3 Etiologi Solutio Plasenta
Penyebab primer belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi
predisposisi.
1.Faktor kardio-reno-vaskuler Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial,
sindroma preeklamsia dan eklamsia. Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat
hipertensi pada separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi
tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik, sisanya hipertensi yang disebabkan oleh
kehamilan.
2. Faktor trauma
a. Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.
b. Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas, versi luar
atau tindakan pertolongan persalinan
c. Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.
3. Faktor paritas ibu Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara.
Beberapa penelitian menerangkan bahwa makin tinggi paritas ibu makin kurang baik keadaan
endometrium
4. Faktor usia ibu Makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.
5. Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan silusio
plasenta apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung leiomioma.
6. Faktor pengunaan kokain Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan
darah dan peningkatan pelepasan katekolamin yang bertanggung jawab atas terjadinya
vasospasmepembuluh darah uterus dan berakibat terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis ini
belum terbukti secara definitive
7. Faktor kebiasaan merokok Ibu yang perokok juga merupakan penyebab
peningkatan kasus solusio plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu)
bungkus per hari. Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis,
diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya
8. Riwayat solusio plasenta sebelumnya Hal yang sangat penting dan menentukan
prognosis ibu dengan riwayat solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini
pada kehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak
memiliki riwayat solusio plasenta
9. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena
cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan, dan lain-lain.
2.2.4 Patofisiologi
Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan ke dalam desidua basalis yang
kemudian terbelah dan meningkatkan lapisan tipis yang melekat pada mometrium sehingga
terbentuk hematoma desidual yang menyebabkan pelepasan, kompresi dan akhirnya penghancuran
plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut. Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua
menyebabkan hematoma retro plasenta yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah,
hingga pelepasan plasenta makin luas dan mencapai tepi plasenta, karena uterus tetap berdistensi
dengan adanya janin, uterus tidak mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah
tersebut. Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban. Sesungguhnya
13
solusio plasentra merupakan hasil akhir dari suatu proses yang bermula dari suatu keadan yang
mampu memisahkan vili-vili korialis plasenta dari tempat implantasinya pada desidua basalis
sehingga terjadi perdarahan. Oleh karena itu patosiologinya bergantung pada etilogi. Pada trauma
abdomen etiologinya jelas karena robeknya pembuluh darah desidua. Dalam banyak kejadian
perdarahan berasal dari kematian sel (apoptosis) yang disebabkan oleh iskemia dan hipoksia.
Semua penyakit ibu yang dapat meneyebabkan pembekuan trombosis dalam pembuluh darah
desidua atau dalam vaskular vili dapat berujung kepada iskemia dan hipoksia setempat yang
menyebabkan kematian sejumlah sel dan mengakibatkan perdarahan sebagai hasil akhir.
Perdarahan tersebut menyebabkan desidua basalis terlepas kecuali selapisan tipis yang tetap
melekat pada miometrium. Dengan demikian, pada tingkat permulaan sekali dari proses terdiri
ataspembentukab hematom yang bisa menyebabkan pelepasan yang lebih luas, kompresi dan
kerusakan pada bagian plasenta kecuali terdapat hematom pada bagian belakang plasenta yang baru
lahir. Dalam beberapa kejadian pembentukan hematom retroplasenta disebabkan oleh putusnya
arteria spiralis dalam desidua. Hematoma retroplasenta mempengaruhi penyampaian nutrisi dan
oksigen dari sirkulasi maternal/plasenta ke sirkulasi janin. Hematoma yang terbentuk dengan cepat
meluas dan melepaskan plasenta lebih luas/banyak sampai ke pinggirnya sehingga darah yang
keluar merembes antara selaput ketuban dan miometrium untuk selanjutnya keluar melalui serviks
ke vagina (revealed hemorrhage). Perdarahan tidak bisa berhenti karena uterus yang lagi
mengandung tidak mampu berkontraksi untuk menjepit pembuluh arteria spiralis yang terputus.
Walaupun jarang, terdapat perdarahan tinggal terperangkap di dalam uterus (concealed
hemorrhage).
2.2.6 Diagnosis
Anamnesis terdapat gejala:
1. Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut
2. Perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat dan sekonyong-konyong( non-
recurrent) terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuan darah yang berwarna
kehitaman
3. Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti
4. Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang.
5. Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain. Inspeksi Pasien
gelisah, sering mengerang karena kesakitan.
6. Pucat, sianosis dan berkeringat dingin.
7. Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu).
8. Palpasi :
1. Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
2. Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois (wooden
uterus) baik waktu his maupun di luar his.
3. Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas.
4. Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus) tegang. Auskultasi
Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila DJJ terdengar biasanya di atas
140, kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang
terlepas lebih dari 1/3 bagian.
5. pada Pemeriksaan dalam: Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup,
Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang.
6. Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini
akan turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus
placenta
7. Pemeriksaan umum :Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien
sebelumnya menderita penyakit vaskuler, tetapi akan turun dan pasien jatuh
dalam keadaan syok. Nadi cepat dan kecil
15
9. Pemeriksaan laboratorium
a. Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder
dan leukosit.
b. Darah : Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-match test.
Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan
darah hipofibrinogenemia
2.2.7 Komplikasi
1. Syok perdarahan Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta
hampir tidak dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila persalinan telah
diselesaikan, penderita belum bebas dari perdarahan postpartum karena kontraksi uterus yang tidak
kuat untuk menghentikan perdarahan pada kala III . Pada solusio plasenta berat keadaan syok
sering tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang terlihat (1,10,17)
2. Gagal ginjal Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita
solusio plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan yang
terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya masih dapat
ditolong dengan penanganan yang baik.
3. Kelainan pembekuan darah Kelainan pembekuan darah biasanya disebabkan oleh
hipofibrinogenemia.
4. Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire) Pada solusio plasenta yang berat terjadi
perdarahan dalam otot-otot rahim dan di bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam
ligamentum latum. Perdarahan ini menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna uterus
berubah menjadi biru atau ungu yang biasa disebut Uterus couvelaire L. Prognosis Solusio plasenta
mempunyai prognosis yang buruk baik bagi ibu hamil dan lebih buruk lagi bagi janin. Solusio
plasenta ringan masih mempunyai prognosis yang baik bagi ibu dan janin karena tidak ada
kematian dan morbiditasnya rendah. Solusio plasenta sedangmempunyai prognosis yang lebih
buruk terutama terhadap janinnya karena morbiditas ibuyang lebih berat. Solusio plasenta berat
mempunyai prognosis paling buruk terhadap ibulebih-lebih terhadap janinnya. Umumnya pada
keadaan yang demikian janin telah mati danmortalitas maternal meningkat akibat salah satu
komplikasi. Pada solusio plasenta sedang danberat prognosisnya juga tergantung pada kecepatan
dan ketepatan bantuan medik yangdiperoleh pasien. Transfusi darah yang banyak dengan segera
dan terminasi kehamilan tepatwaktu sangat menurunkan morbiditas dan mortalitas maternal dan
perinatal
16
2.2.8 Penatalaksanaan Solutio Plasenta
1. Terapi Spesifik Terhadap Komplikasi
a. Atasi syok perdarahan
b. Tatalaksana oliguria atau ATN ( tubuler nekrosis akut) (restorasi cairan),
memperbaiki hemodinamika dan pertahankan fungsi ekresi system urinaria
c .Atasi hypofibrinogenemia (bedside coagulation test), restorasi cairan / darah
restorasi cairan/darah, menghindari koagulopati
d. Atasi anemia
2. Tindakan Obstetrik Solutio Plaenta
Persalinan diharapkan dapat terjadi dalam 3 jam, umumnya dapat pervaginam.
Dilaksanakan section secaria apabila:
a. CITO bila janin hidup pembukaan belum lengkap atau janin hidup, gawat
persalinan pervaginam tidak dapat dijalankan dengan segera. Atau janin mati,
kondisiserviks tidak mungkin persalinan pervaginam berlangsung dalam waktu
singkat dan cepat.
b. Persiapan untuk section secaria
c. Stabilisasi dan tatalaksana komplikasi
d. Segera lahirkan bayi karena operasi merupaan satu- satunya cara efktif untuk
menghentikan perdarahan.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada kasus plasenta previa, posisi plasenta tidak bergerak dari bawah rahim hingga
mendekati waktu persalinan. Sementara itu, solusio plasenta adalah kondisi plasenta atau ari-ari
terlepas dari dinding rahim bagian dalam sebelum proses persalinan yang bisa menyebabkan
komplikasi.
Perbedaan Plasenta previa dan Solusio plasenta dari Gejala Klinis
Plasenta Previa :
1. Terjadi perdarahan tanpa disertai rasa nyeri
2. Perdarahan dapat terjadi berulang
3. Perdarahan timbulnya perlahan-lahan
4. Darah yang keluar berwarna merah segar
5. Bisa terjadi anemia dan syok hipovolemik sesuai dengan keluarnya jumlah darah yang bisa
kita amati
6. Terjadi pada saat kehamilan
7. Rahim biasanya tidak berkontraksi
8. Rahim teraba biasa (tidak tegang)
9. Denyut jantung janin ada
10. Teraba jaringan plasenta pada pemeriksaan dalam vagina
11. Penurunan kepala masih belum masuk pintu atas panggul
12. Ada pengaruh dari presentasi janin yang mungkin abnormal.
Solusio Plasenta :
1. Terjadi perdarahan dengan disertai rasa nyeri
2. Perdarahan tidak terjadi berulang
3. Perdarahan timbulnya tiba-tiba
4. Darah yang keluar berwarna merah coklat
5. Bisa terjadi anemia dan syok hipovolemik meskipun keluarnya jumlah darah hanya terlihat
sedikit (pendarahan internal yang tak terlihat)
6. Terjadi saat kehamilan hingga menjelang kelahiran bayi
7. Rahim biasanya berkontraksi
8. Rahim teraba tegang
9. Denyut jantung janin biasanya tidak ada
10. Teraba ketuban pada pemeriksaan dalam vagina
11. Penurunan kepala dapat masuk pintu atas panggul
12. Tidak berhubungan dengan presentasi janin
18
3.2 Saran
Sebaiknya menganjurkan kepada ibu hamil agar rajin memeriksakan kehamilannya di
RS atau Puskesmas terdekat yang memiliki fasilitas lengkap apabila terjadi komplikasi yang
dapat membahayakan klien, serta memberikan pemahaman kepada anggota keluarga bahwa
keterlibatan keluarga sangat diperlukan untuk lebih memfokuskan perhatian terhadap ibu
hamil.
19
DAFTAR PUSTAKA
Fauziyah, Y,. 2012. Obstetri Patologi untuk Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan.
Yogyakarta: Nuha Medika
Hartono, F, dkk. 2011. Faktor Risiko Kejadian Plasenta Previa Pada Ibu Hamil di RSU dr.
Soedarso Pontianak Tahun 2009-2011. http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=111626&val =2307. 15 Februari 2017 (16:32)
Huon H [et.al..]. 2009. Kardiologi. Jakarta : Penerbit Erlangga
I Anik Maryunani & Eka Puspita Sari (2013) Asuhan Keperawatan Daruratan Maternitas dan
Neonatal: Jakarta : Trans Info Media.
JURNAL MIDWIFERY Vol 1No2 Tahun 2019 Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal
pada Ibu dengan Masalah Plasenta Previa Disertai Anemia di RSUD Syekh Yusuf Gowa
Tanggal 02-04 Agustus 2018
Maryunani, A, dan E, Puspita. 2013. Asuhan kegawatdaruratan maternal dan neonatal.
Jakarta: Trans Info Media
Mansjoer. Arif. dkk . 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Widya Medika 16
Mufdlilah, dkk. 2009.Buku Panduan Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil.
Yogyakarta: Nuha Medika
Mochtar, Rustam. 2011. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
Nugroho, Taufan. 2010. Buku Ajar Ginekologi untuk Mahasiswi Kebidanan. Yogyakarta:
Nuha Medika
Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. 4 ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2010.495
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP – S Gray,
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sastrawinata, dkk. 2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi. Jakarta : EGC.
Sukarni, I dan Sudarti. 2014. Patologi Kehamilan dan Masa Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika.
(Depkes RI, 2006). (2006). Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006, Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2005, Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2006.
F Martini. (2012). Fundamentals of Anatomy & Physiology (9 ed.) (Pearson Education (ed.)).
Imna. (2010). Imna, 2010, Gambaran Riwayat Obstetri (Persalinan) Ibu yang Mengalami Plasenta
Previa di RSU dr. Pirngadi Medan Periode Januari 2006-Juni 2010, Medan: Universitas
Sumatra Utara. Gambaran Riwayat Obstetri (Persalinan) Ibu Yang Mengalami Plasenta
Previa Di RSU Dr. Pirngadi Medan.
Iswara R. (2017). Iswara R. (2017).Hubungan Paritas Ibu Hamil dengan Plasenta Previa Periode
2015-2016 di RSU Sundari. Hubungan Paritas Ibu Hamil Dengan Plasenta Previa.
WHO. (2015). World Health Organization. (2015). Trends in maternal mortality: 1990 to 2014.
20
Diakses dari https://www.unfpa.org/publications/trends-maternalmortality-1990-2015. Trends
in Maternal Mortality: 1990 to 2014. Diakses Dari
Https://Www.Unfpa.Org/Publications/Trends-Maternalmortality-1990-2015.
21