Anda di halaman 1dari 12

KESEHATAN MASYARAKAT

Sunday, 12 May 2013


Masalah Kependudukan dan Program KB

Masalah Kependudukan dan Program KB

Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini tercermin
dari hasil sensus penduduk 2010, Indonesia menunjukkan gejala ledakan penduduk. Jumlah
penduduk Indonesia tahun 2010 tercatat 237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan 1,49 persen
pertahun, sementara pada tahun 2008 masih tercatat 288,53 juta jiwa. Laju pertumbuhan
penduduk ini jika tetap pada angka itu, pada 2045 jumlah penduduk Indonesia diperkirakan
mencapai 450 juta jiwa. Peningkatan penduduk yang tinggi ini akan mengakibatkan
permasalahan jika tidak dikendalikan (BKKBN, 2010).
Upaya untuk mengatasi ledakan jumlah pendudukan tersebut salah satunya adalah melalui
program Keluarga Berencana (KB). KB ini merupakan bagian integral dari pembangunan
Nasional yang bertujuan melembagakan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera
(NKKBS).
Program KB saat ini sudah merupakan suatu keharusan dalam upaya menanggulangi
pertumbuhan penduduk dunia umumnya dan penduduk Indonesia khususnya. Berhasil tidaknya
kita melaksanakan program KB ini akan menentukan berhasil tidaknya dalam mewujudkan
kesejahteraan bangsa Indonesia (BKKBN, 2010).
Program pencapaian kesejahteraan bangsa menjadi target Millenium Development Goals
(MDGs) hingga tahun 2015. Program KB Nasional telah memiliki visi dan misi terbaru yaitu
dengan visi penduduk tumbuh seimbang 2015 dan misinya mewujudkan pembangunan yang
berwawasan kependudukan serta mewujudkan kelurga kecil bahagia sejahtera (Muryanta, 2010).
Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2008, persentase wanita
berumur 10 tahun ke atas pernah kawin dengan jumlah anak yang dilahirkan hidup terbesar
adalah 0-2 orang (49,72%) dan 3-5 orang (35,83%) untuk daerah perkotaan dan pedesaan.
Proporsi wanita 15-49 tahun yang berstatus kawin dan sedang memakai/menggunakan alat KB
menurut Susenas tahun 2008 sebesar 56,62%, hal ini menunjukkan tidak mengalami
perkembangan sejak tahun 2004. Persentase wanita pengguna alat kontrasepsi hingga tahun 2008
tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pilihan alat kontrasepsi suntik dan pil KB
masih terbanyak diminati oleh para wanita yang berstatus kawin dengan persentase 58,7%
untuk kontrasepsi suntik dan 23,9% untuk pil KB (Depkes RI, 2009).
Jenis kontrasepsi suntik yang di sediakan dalam program KB Nasional salah satunya adalah
Depo Provera 150 mg, yang diberikan setiap tiga bulan. Kontrasepsi suntik ini mempunyai daya
kerja yang lama, yakni dalam rentang waktu tiga bulan pemakaian, akan tetapi setiap metode
kontrasepsi tentu mempunyai efek samping. Efek samping yang sering ditemukan pada
kontrasepsi suntik ini salah satunya adalah perubahan berat badan, dan gangguan haid, depresi,
keputihan, jerawat dan sebagainya (Hartanto, 2003).
Gangguan pola haid yang terjadi tergantung pada lama pemakaian. Gangguan pola haid yang
terjadi seperti perdarahan bercak/flek, perdarahan irreguler, amenore dan perubahan dalam
frekuensi, lama dan jumlah darah yang hilang (Hartanto, 2003).
Perempuan memiliki panjang siklus menstruasi yang tidak sama satu dengan yang lainnya. Hal
ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain hormon estrogen yang dimiliki, tingkat
stres, asupan gizi dan faktor keturunan serta penyakit. Berkaitan dengan KB suntik sebagai
kontrasepsi hormonal dapat merangsang ovarium untuk membuat estrogen dan  progesteron.
Kedua hormon tersebut yang dapat mencegah terjadinya ovulasi sehingga dapat mempengaruhi
siklus menstruasi (Hanafi, 2004).
Penelitian yang dilakukan oleh Murdiyanti & Putri (2007) yang meneliti tentang perbedaan
siklus menstruasi antara ibu yang menggunakan alat kontrasepsi IUD dengan kontrasepsi suntik
didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara keduanya dimana pada responden
yang menggunakan KB suntik memiliki kecenderungan terjadinya haid yang tidak teratur.
Bahan k2

SABANGSAMPAIMERAOKE
The blog is not perfect but limited edition blog

Menu utama
Skip to content

 Beranda
 MASALAH KEPENDUDUKAN DAN SOLUSINYA
 KEPENDUDUKAN INDONESIA DAN PROGRAM KB
 PENDIDIKAN KEPENDUDUKAN

KEPENDUDUKAN INDONESIA DAN


PROGRAM KB
Bangsa Indonesia merupakan Bangsa dengan jumlah penduduk terbanyak ke-tiga di dunia, ini
merupakan sebuah tantangan bagi Bangsa yang besar, bagaimana mewujudkan cita-cita luhur
suatu Bangsa yakni membawa rakyatnya dalam kesejahteraan.

Jumlah penduduk Indonesia diperkirakan meningkat setiap tahunnya,

 2010 sebanyak 237,6 juta jiwa.


 2015 sebanyak 247,6 juta jiwa.
 2025 sebanyak 273,0 juta jiwa
 2050 sebanyak 308,0 juta jiwa.

Meningkatnya penduduk di Indonesia tidak diimbangi oleh tanah sebagai tempat tinggal
penduduk, akibatnya fatal, semua lahan kosong digunakan untuk membangun tempat tinggal
yang akan mengakibatkan berkurangnya lahan pertanian. Sedangkan sektor pertanian merupakan
aspek besar dalam berlangsungnya Bangsa ini. Ketika lahan pertanian semakin sempit, maka
barang hasil pertanian sulit didapatkan, dan ini akan berdampak pada mahalnya harga kebutuhan
pokok. Semakin tingginya harga kebutuhan pokok, maka akan semakin banyak orang yang ingin
memiliki penghasilan untuk menutupi kebutuhan sehari-hari.

Ini merupakan suatu masalah yang berantai, apabila sumbernya tidak diatasi, maka hal ini akan
berakibat pada hilangnya rasa nasionalisme, karena setiap orang hanya akan memikirkan
kebutuhan untuk dirinya dan keluarganya.

Setidaknya kasus ini dapat digunakan pemerintah untuk terus berupaya menanggulangi ledakan
penduduk yang semakin bertambah banyak/

Salah satu caranya adalah dengan mengadakan program intensif guna tercapainya kesejahteraan
di Bangsa Indonesia ini. Sehingga diharapkan Bangsa Indonesia mampu bersaing dengan negara
yang lain untuk menyejahterakan rakyatnya.

KB Program Unggulan

Salah satu program yang harus dijalankan adalah program Keluarga Berencana (KB). Meskipun
program ini sudah berjalan sejak lama, namun dalam pelaksanaannya kurang maksimal, terlihat
dengan banyaknya instansi atau lembaga yang berhubungan dengan program KB tidak
menjalankan tugasnya dengan baik. Namun, akhir-akhir ini program KB sudah mulai digalakkan
kembali dengan hadirnya lembaga terkait ke tengah-tengah masyarakat. Program ini sangat baik
jika dalam pelaksanaannya dapat terwujud dengan baik. Karena secara umum program ini
bertujuan untuk mengurangi ledakan penduduk yang diperkirakan akan meningkat setiap
tahunnya. Peran lain program KB adalah untuk memberikan kehidupan yang lebih baik, di
sinilah kehadiran program KB menjadi kebutuhan yang utama ketika ancaman ledakan penduduk
menimpa Bangsa ini.

Soerjono Soekanto dalam bukunya, Sosiologi Sebuah Pengantar (2010) mengatakan, bahwa
masalah angka kelahiran akan dapat diatasi dengan melaksanakan program keluarga berencana
yang bertujuan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu-ibu dan anak-anak maupun
meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat dengan mengurangi angka kelahiran sehingga
pertumbuhan penduduk tidak melebihi kapasitas produksi.

Dengan demikian, program KB menjadi pilihan yang sangat tepat guna membatasi jumlah anak
dalam suatu keluarga secara umum dan menunda masa perkawinan dini agar dapat mengurangi
jumlah angka kelahiran yang tinggi. Selain itu, cara lain yang dapat dilakukan untuk
mengimbangi ledakan jumlah penduduk adalah penambahan dan penciptaan lapangan kerja,
meningkatkan kesadaran dan pendidikan kependudukan, mengurangi kepadatan penduduk
dengan program transmigrasi, dan meningkatkan produksi.

Penulis sangat yakin dengan beberapa cara tersebut ancaman ledakan jumlah penduduk
bisa minimalis sehingga angka kemiskinan dan pengangguran dapat ditekan se-
minimal mungkin. Jika angka kemiskinan dan pengangguran berkurang otomatis kesempatan
dan akses masyarakat terhadap kesehatan dan pendidikan benar-benar dinikmati oleh seluruh
rakyat Indonesia dan pada gilirannya kesejahteraan yang dicita-citakan para pendiri bangsa ini
akan terwujud.
Bahan k3

Search her

 Home
 Menulis di Kebidanan.org
 Tentang
 Penulis

Beranda » Keluarga Berencana » Perkembangan KB di Indonesia

Perkembangan KB di Indonesia
Oleh: Lusa Rochmawati di: Keluarga Berencana

Latar Belakang
Latar belakang atau dasar pemikiran lahirnya KB di Indonesia adalah adanya permasalahan
kependudukan. Aspek-aspek yang penting dalam kependudukan adalah:

1. Jumlah besarnya penduduk


2. Jumlah pertumbuhan penduduk
3. Jumlah kematian penduduk
4. Jumlah kelahiran penduduk
5. Jumlah perpindahan penduduk

Teori Malthus
Malthus adalah orang pertama yang mengemukakan tentang penduduk. Dalam “Essay on
Population”, Malthus beranggapan bahwa bahan makanan penting untuk kelangsungan hidup,
nafsu manusia tak dapat ditahan dan pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dari bahan
makanan.

Menurut pendapatnya, faktor pencegah dari ketidakseimbangan penduduk dan manusia antara
lain Preventive checks (penundaan perkawinan, mengendalikan hawa nafsu dan pantangan
kawin); Possitive checks (bencana alam, wabah penyakit, kejahatan dan peperangan).

Kontroversi Teori Malthus

Salah sama sekali, karena mengabaikan peningkatan teknologi, penanaman modal dan
perencanaan produksi. Pengikut Malthus (Neo Malthusionism), berpendapat: untuk mencegah
laju cepatnya peningkatan penduduk dilakukan Methode Birth Control dengan menggunakan alat
kontrasepsi.

Pengikut Malthus

Pengikut teori Malthus antara lain:

 Francis Flace (1771 – 1854) : menulis buku yang berjudul “Illustration And Proofs of The
Population” atau penjelasan dari bukti mengenai asas penduduk.
 Richard Callihie (1790 – 1843) : menulis buku “What’s love ?” (Apakah Cinta Itu?).
 Any C. Besant (1847-1933) : menulis buku berjudul “Hukum Penduduk, Akibatnya dan Artinya
Terhadap Tingkah Laku dan Moral Manusia”.
 dr. George Drysdale : keluarga berencana dapat dilakukan tanpa merugikan kesehatan dan
moral.

Sejarah Lahirnya Keluarga Berencana


Sebelum abad XX, di negara barat sudah ada usaha pencegahan kelangsungan hidup anak karena
berbagai alasan. Caranya adalah dengan membunuh bayi yang sudah lahir, melakukan abortus
dan mencegah / mengatur kehamilan. KB di Indonesia dimulai pada awal abad XX.

Di Inggris, Maria Stopes. Upaya yg ditempuh u/ perbaikan ekonomi keluarga buruh dg mengatur
kelahiran. Menggunakan cara-cara sederhana (kondom, pantang berkala).

Amerika Serikat, Margareth Sanger. Memperoleh pengalaman dari Saddie Sachs, yang berusaha
menggugurkan kandungan yang tidak diinginkan. Ia menulis buku “Family Limitation”
(Pembatasan Keluarga). Hal tersebut merupakan tonggak permulaan sejarah berdirinya KB.
Perkembangan KB di Indonesia
1. Periode Perintisan dan Peloporan
2. Periode Persiapan dan Pelaksanaan

Periode Perintisan dan Pelaporan

1. Sebelum 1957 – Pembatasan kelahiran secara tradisional (penggunaan ramuan, pijet, absistensi/
wisuh/ bilas liang senggama setelah coitus).
2. Perkembangan birth control di daerah – Berdiri klinik YKK (Yayasan Kesejahteraan Keluarga) di
Yogyakarta. Di Semarang : berdiri klinik BKIA dan terbentuk PKBI tahun 1963. Jakarta : Prof.
Sarwono P, memulai di poliklinik bagian kebidanan RSUP. Jawa dan luar pulau Jawa (Bali,
Palembang, Medan).

Periode Persiapan dan Pelaksanaan

Terbentuk LKBN (Lembaga Keluarga Berencanan Nasional) yang mempunyai tugas pokok
mewujudkan kesejahteraan sosial, keluarga dan rakyat. Bermunculan proyek KB sehingga mulai
diselenggarakan latihan untuk PLKB (Petugas Lapangan keluarga Berencana).

Organisasi KB
1. PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia)
2. BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional)

PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia)

Terbentuk tanggal 23 Desember 1957, di jalan Sam Ratulangi No. 29 Jakarta. Atas prakarsa dari
dr. Soeharto yang didukung oleh Prof. Sarwono Prawirohardjo, dr. H.M. Judono, dr. Hanifa
Wiknjosastro serta Dr. Hurustiati Subandrio.

Pelayanan yang diberikan berupa nasehat perkawinan termasuk pemeriksaan kesehatan calon
suami isteri, pemeriksaan dan pengobatan kemandulan dalam perkawinan dan pengaturan
kehamilan.

Visi PKBI

Mewujudkan masyarakat yang sejahtera melalui keluarga.

Misi PKBI

Memperjuangkan penerimaan dan praktek keluarga bertanggungjawab dalam keluarga Indonesia


melalui pengembangan program, pengembangan jaringan dan kemitraan dengan semua pihak
pemberdayaan masyarakat di bidang kependudukan secara umum, dan secara khusus di bidang
kesehatan reproduksi yang berkesetaraan dan berkeadilan gender.
BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional)

Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 1970 tentang pembentukan badan untuk mengelola program
KB yang telah dicanangkan sebagai program nasional.

Penanggung jawab umum penyelenggaraan program ada pada presiden dan dilakukan sehari-hari
oleh Menteri Negara Kesejahteraan Rakyat yang dibantu Dewan Pembimbing Keluarga
Berencana.

Dasar pertimbangan pembentukan BBKBN

1. Program keluarga berencana nasional perlu ditingkatkan dengan jalan lebih memanfaatkan dan
memperluas kemampuan fasilitas dan sumber yang tersedia.
2. Program perlu digiatkan pula dengan pengikut sertaan baik masyarakat maupun pemerintah
secara maksimal.
3. Program keluarga berencana ini perlu diselenggarakan secara teratur dan terencana kearah
terwujudnya tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Tugas pokok BBKBN

1. Menjalankan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi terhadap usaha-usaha pelaksanaan program


keluarga berencana nasional yang dilakukan oleh unit-unit pelaksana.
2. Mengajukan saran-saran kepada pemerintah mengenai pokok kebijaksanaan dan masalah-
masalah penyelenggaraan program Keluarga Berencana Nasional.
3. Menyusun Pedoman Pelaksanaan Keluarga Berencana atas dasar pokok-pokok kebijaksanaan
yang ditetapkan oleh Pemerintah.
4. Mengadakan kerja sama antara Indonesia dengan negara-negara asing maupun badan-badan
internasional dalam bidang keluarga berencana selaras dengan kepentingan Indonesia dan
sesuai dengan prosedur yang berlaku.
5. Mengatur penampungan dan mengawasi penggunaan segala jenis bantuan yang berasal dari
dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri sesuai dengan kebijaksanaan yang
ditetapkan oleh pemerintah.

Pelita I yaitu tahun 1969-1974 daerah program Keluarga Berencana meliputi 6 propinsi yaitu
Jawa Bali (DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali).
Merupakan daerah perintis dari BKKBN.

Tahun 1974 muncul program-program integral (Beyond Family Planning) dan gagasan tentang
fase program pencapaian akseptor aktif.

Berdasar Keppres 38 tahun 1978 BKKBN bertambah besar jangkauan programnya tidak terbatas
hanya KB tetapi juga program Kependudukan.
Perkembangan BBKBN dimasa sekarang

VISI

Keluarga berkualitas 2015.

MISI

Membangun setiap keluarga Indonesia untuk memiliki anak ideal, sehat, berpendidikan,
sejahtera, berketahanan dan terpenuhi hak-hak reproduksinya melalui pengembangan kebijakan,
penyediaan layanan promosi, fasilitasi, perlindungan, informasi kependudukan dan keluarga,
serta penguatan kelembagaan dan jejaring KB.

Tugas pokok

Melaksanakan tugas pemerintahan dibidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Landasan hukum

TAP MPR No. IV/1999 ttg GBHN; UU No. 22/1999 ttg OTODA; UU No. 10/1992 ttg PKPKS;
UU No. 25/2000 ttg PROPENAS; UU No. 32/2004 ttg PEMERINTAHAN DAERAH; PP No.
21/1994 ttg PEMBANGUNAN KS; PP No. 27/1994 ttg PERKEMBANGAN
KEPENDUDUKAN; KEPPRES No. 103/2001; KEPPRES No. 110/2001; KEPPRES No.
9/2004; KEPMEN/Ka.BKKBN No. 10/2001; KEPMEN/Ka.BKKBN No. 70/2001

Filosofi BBKBN

Menggerakkan peran serta masyarakat dalam keluarga berencana.

Grand Strategi:

1. Menggerakkan dan memberdayakan seluruh masyarakat dalam program KB.


2. Menata kembali pengelolaan program KB.
3. Memperkuat SDM operasional program KB.
4. Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui pelayanan KB.
5. Meningkatkan pembiayaan program KB.

Nilai-nilai yang terkandung dalam grand strategi adalah integritas, energik, profesional
kompeten, partisipatif, konsisten, organisasi pembelajaran, kreatif/ inovatif.

Kebijakan dari adanya grand strategi adalah pndekatan pemberdayaan, pendekatan desentralisasi,
pendekatan kemitraan, pendekatan kemandirian, pendekatan segmentasi sasaran, pendekatan
pemenuhan hak (rightbased), pendekatan lintas sektor.
Strategi

1. Re-Establishment adalah mmbangun kembali sendi-sendi pogram KB nasional sampai ke tingkat


lini lapanngan pasca penyerahan kewenangan.
2. Sustainability adalah memantapkan komitmen program dan kesinambungan dukungan oleh
segenap stakeholders dari tingkat pusat sampai dengan tingkat daerah.

Tujuan

Tujuannya adalah:

1. Keluarga dengan anak ideal.


2. Keluarga sehat.
3. Keluarga berpendidikan.
4. Keluarga sejahtera.
5. Keluarga berketahanan.
6. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya.
7. Penduduk tumbuh seimbang (PTS )

Program KB
1. Keluarga berencana
2. Kesehatan reproduksi remaja
3. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
4. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
5. Keserasian kebijakan kependudukan
6. Pengelolaan SDM aparatur
7. Penyelenggaran pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
8. Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara

Daftar Pustaka
Arjoso, S. Rencana Strategis BKKBN. Maret, 2005.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan BKKBN. Sejarah Perkembangan Keluarga Berencana dan
Program Kependudukan. Jakarta, 1981.
Makalah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia.
bkkbn.go.id

Anda mungkin juga menyukai