Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KONSEP MEDIKAL BEDAH

(RANGE OF MOTION)
Dosen Pembimbing : Simon Sani Kleden, SKep, Ns, M.Kep (SSK)

OLEH KELOMPOK 3:
1. ESTER MARGARITHA BUKA (PO530320119161)
2. EVITA ISABELWULANDARI BEDA (PO530320119162)
3. FABIOLA GLORIA SERANIAN (PO530320119163)
4. FENDI OBEHETAN (PO530320119164)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN KUPANG


PRODI DIII
KEPERAWATAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmatnya yang sangat besar,sehingga kami pada akhirnya bisa menyelasaikan makalah
KONSEPMEDIKALBEDAH dalam hal ini “Range Of Motion”.
Rasa terima kasih kami ucapkan kepada bapak/ibu dosen yang selalu memberikan
dukungan setiap bimbingannya,sehingga makalah kami dapat selesaiakan.
Semoga makalah “Range Of Motion”. yang telah kami kerjakan bisa menambahakan
pengetahuan dan pengalaman.Selayak kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatau
yang sempurna.Kami juga menyadari bahwa makalah ini juga asih memiliki banyak
kekurangan.Maka dari itu kami mengharapkan saran serta masukan dari pada penysun
makalah dengan tema serupa yang lebih baik.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap melakukan aktivitas terkadang kita tidak memperhatikan postur tubuh yang baik,
sehingga membuat postur tubuh yang condong ke depan, atau badan yang bungkuk. Banyak
orang mengira, semua itu terjadi secara alami. Postur tubuh yang baik merupakan bagian
integral dari kesehatan fisik dan mental. Postur yang kurang baik bisa dikoreksi, karena kalau
tidak, postur buruk itu akan jadi permanen. Anda pun menderita di kemudian hari.
Sementara Body alignment adalah susunan geometric bagian-bagian tubuh dalam
hubungannya dengan bagian-bagian tubuh yang lain. Body alignment baik akan
meningkatkan keseimbangan yang optimal dan fungsi tubuh yang maksimal, baik dalam
posisi berdiri, duduk, maupun tidur. Body aligment yang baik: keseimbangan pada
persendian otot, tendon, ligamen. 
Body Alignment yang baik dapat meningkatkan fungsi tangan yang baik, mengurangi
jumlah energi yang digunakan untuk mempertahankan keseimbangan, mengurangi kelelahan,
memperlyas ekspansi paru Meningkatkan sirkulasi renal dan fungsi gastrointestinal. Body
alignment yang buruk dapat: Mengurangi penampilan individu dan mempengaruhi kesehatan
yang dapat mengarah pada gangguan. Perawat merupakan role model yang penting dalam
mengajarkan kebiasaan yang sehat/baik: postur tubuh yang baik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan Bagaimana Cara Mengukur Kekuatan Otot
2. Jelaskan tentang Melatih Rom
3. Jelaskan Bagaimana Memberikan Obat Sesuai Program Terapi

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa Mampu Mampu Memahami Pengelolaan Pasien Dengan Gangguan
Kebutuhan Aktifitas, Kebutuhan Istirahat Tidur Akibat Patologis System Persyarafan.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Bagaimana Cara Mengukur Kekuatan Otot
2. Mahasiswa Mampu Menjelaskan tentang Melatih Rom
3. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Bagaimana Memberikan Obat Sesuai Program Terapi
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Mengukur Kekuatan Otot
Mengukur kekuatan otot adalah hal yang dilakukan kan untuk menilai disfungsi dari
kekuatan otot pasien. Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan aktifitas. Semua
gerakan merupakan hasil dari adanya peningkatan tegangan otot sebagai respon motorik.
Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot menahan beban berupa beban
eksternal mapun beban internal. Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem
neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf mengaktivasi otot untuk
melakukan kontraksi. Kekuatan otot dapat diukur pada ekstremitas atas dan bawah. Kekuatan
otot ekstremitas atas adalah kemampuan otot pada ekstremitas atas, ektremitas atas dibagi
atas daerah bahu (hubungan antara lengan dan beban), lengan atas, lengan bawah dan tangan.
Kekuatan otot ekstremitas bawah ialah kemampuan otot pada ekstremitas bawah untuk
melakukan fungsinya antara lain berpindah tempat, penopangan beban berat, dan menjadi
tumpuan yang stabil sewaktu berdiri. Ekstremitas atas terdiri dari tungkai atas dan tungkai
bawah.

Sumber : https://gustinerz.com/cara-penilaian-skala-kekuatan-otot/

Derajat kekuatan otot dinyatakan dalam skala pengukuran menggunakan angka, dimulai
dari angka nol hingga lima. Semakin kecil angka maka semakin lemah kekuatan otot,
sebaliknya semakin besar angka maka semakin besar kekuatan otot. Berikut interpretasi dari
pengukuran derajat kekuatan otot :

 Derajat 0: tidak terdapat kontraksi otot sama sekali, atau lumpuh total
 Derajat 1: terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak dapat menggerakan persendian
 Derajat 2: pasien mampu menggerakkan ekstremitas, namun gerakan ini tidak mampu
melawan gaya berat, misalnya pasien mampu menggeser lengan namun tidak dapat
mengangkatnya
 Derajat 3: kekuatan otot sangat lemah, akan tetapi anggota tubuh dapat digerakkan
melawan gaya gravitasi
 Derajat 4: kekuatan otot lemah, tetapi anggota tubuh dapat digerakkan melawan gaya
gravitasi, dan dapat pula menahan sedikit tahanan yang diberikan
 Derajat 5: tidak didapatkan kelumpuhan, atau kondisi normal
Pemeriksaan Kekuatan Otot Ekstremitas Atas :

Pemeriksaan ini dapat dilakukan dalam berbagai posisi pemeriksaan, antara lain duduk,
berdiri, atau berbaring. Pemeriksa menahan gerakan otot untuk menilai kekuatan otot.
Pemeriksaan dilakukan pada sisi yang sehat terlebih dahulu kemudian dibandingkan dengan
sisi yang sakit. Pemeriksaan kekuatan otot-otot ekstremitas atas adalah :

 Pemeriksaan kekuatan fleksi dan ekstensi otot lengan bawah


 Pemeriksaan kekuatan adduksi dan abduksi otot lengan
 Pemeriksaan kekuatan fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
 Pemeriksaan kekuatan fleksi dan ekstensi sendi metakarpal
 Pemeriksaan kekuatan abduksi dan adduksi jari tangan
 Pemeriksaan kekuatan menggenggam
Pemeriksaan Kekuatan Otot-Otot Ekstremitas Bawah :

Lakukan pemeriksaan pada sisi yang sehat terlebih dahulu, bandingkan dengan kekuatan otot
pada sisi yang sehat. Lakukan penilaian kekuatan otot dengan cara menahan gerakan otot,
lalu merujuk pada derajat kekuatan otot. Pemeriksaan kekuatan otot-otot ekstremitas bawah
adalah :

 Pemeriksaan kekuatan fleksi dan ekstensi otot paha


 Pemeriksaan kekuatan adduksi dan abduksi otot tungkai
 Pemeriksaan kekuatan fleksi dan ekstensi persendian lutut
 Pemeriksaan kekuatan dorsofleksi dan plantarfleksi otot-otot kaki 
Sumber: https://www.alomedika.com/tindakan-medis/neurologi/pemeriksaan-sistem-
motorik/teknik#:~:text=Pemeriksaan%20kekuatan%20otot%20digunakan%20untuk,maka
%20semakin%20besar%20kekuatan%20otot.

2.2 Melatih ROM (Rangeof Motion)


Pelatihan ROM (Range of Motion) adalah latihan gerak sendi yang memungkinkan
terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing
persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. (Potter and Perry,
2005).
MANFAAT MELATIH ROM:

a. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot


b. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
c. Mencegah kontraktur, kelainan bentuk dan kekakuan pada sendi

JENIS ROM:

a. Latihan Aktif ROM


Merupakan latihan gerak yang dilakukan dengan menggerakkan masing-masing
persendian sesuai dengan rentang gerak normal. Sendi yang digerakkan meliputi seluruh
sendi dari kepala sampai ujung kaki secara aktif.
b. Latihan Aktif Asistif
Latihan dilakukan sesuai dengan kemampuan pasien dan sisanya dibantu oleh
perawat
c. Latihan Pasif ROM
Merupakan latihan pergerakan perawat atau petugas lain yang menggerakkan
persendian pasien sesuai dengan rentang geraknya.
Syarat - syarat melakukan latihan ROM

      INDIKASI:

 Stroke atau penurunan tingkat kesadaran


 Kelemahan otot
 Fase rehabilitasi fisik
 Klien dengan tirah baring lama
 Penting untuk mempertahankan normal sendi dan jaringan lunak.

      KONTRA INDIKASI

 Klien dengan gangguan pada sistem kardiovaskuler dan sistem pernapasan


 Pembengkakan dan peradangan pada sendi
 Cedera di sekitar sendi.

GERAKAN – GERAKAN:

 Fleksi, yaitu gerakan menekuk


persendian
 Ekstensi, yaitu gerakan meluruskan
persendian
 Abduksi, yaitu gerakan menjauhi sumbu
tubuh
 Adduksi, yaitu gerakan mendekati
sumbu tubuh
 Rotasi, yaitu gerakan memutar atau
menggerakkan satu bagian melingkari
aksis tubuh
 Pronasi, yaitu gerakan memutar ke
bawah/ menelungkupkan tangan
 Supinasi, yaitu gerakan memutar ke atas/
menengadahkan tangan
 Inversi, yaitu gerakan ke dalam
 Eversi, yaitu gerakan ke luar

a. Kepala
Kepala : Tundukkan kepala ke bawah menuju dada lalu kembalikkan ke posisi semula,
naikkan kepala ke atas dan kembali ke bawah
b. Tangan
Bahu: Naikkan lengan ke atas dan kembalikan ke bawah.
Abduksi adduksi : Gerakan lengan menjauhi dan mendekati tubuh

Siku: bengkokkan siku hingga jari-jari tangan menyentuh dagu kemudian kembalikan posisi
semula.

Pergelangan tangan: dibengkokkan ke bawah dan keatas


Memutar pergelangan tangan.

Gerakan jari jari tangan : Tangan mengenggam mengepal dan kembalikan ke posisi semula.

Gerakan jari jari tangan : Memutar jari jari tangan

Oposisi : Sentuhkan masing– masing jari tangan dengan ibu jari tangan
c.Kaki
Gerakkan atau tekuk lutut kearah paha Kembalikan lutut atau kaki ke posisi semula.

Memutar telapak kaki ke samping dalam dan luar. Menekuk jari jari kaki ke bawah dan
kembalikan ke posisi semula. Regangkan jari-jari kaki yang satu dengan yang lainnya,
rapatkan kembali bersama-sama.

Sumber : https://www.bhaktirahayu.com/artikel-kesehatan/rom-range-of-motion-untuk-
pasien-pasca-stroke#:~:text=Pelatihan%20ROM%20(Range%20of%20Motion)%20adalah
%20latihan%20gerak%20sendi%20yang,baik%20secara%20aktif%20ataupun%20pasif.
SOP ROM PASIF DAN AKTIF
 Melakukan latihan ROM aktif dan pasif

No Komponen Penilaian
.
1. Persiapkan pasien:
- Kontrak
- Jelaskan tujuan
- Jaga privasi
Prosedur kerja:
- Cuci tangan
- Kaji kebutuhan RPS,identifikasi RPS pasif atau aktif
- Dekatkan klien dengan tempat tidurnya dengan perawat dengan posisi berdiri
dan agar memudahkan dalam melatih klien
Lakukan RPS pada kepala:
- Fleksi-ekstensi : tekuk kepala kedepan hingga dagu menempel di dada,
kemudian kembali ke posisi tegak
- Fleksi lateral : tekuk kepala ke arah samping (kea rah bahu) kanan dan kiri
bergantian
- Rotasi lateral : palingkan muka ke kanan dan ke kiri
Lakukan RPS pada bahu :
- Elevasi dan depresi :luruskan tangan di samping tubuh,lalu bersamaan angkat
kedua bahu dan turunkan
- Fleksi-ekstensi : angkat tangan dari samping tubu ke atas sehingga mencapai
kepala,kembalikan ke posisi semula
- Abduksi-aduksi(anterior dan posterior) : angkat tangan klien ke samping
tubuh sehingga sejajar bahu lalu kembalikan sampai melewati sumbu tubub
( anterior dan posterior )
- Rotasi internal-eksternal : posisikan tangan sejajar bahu lalu tekuk siku.
Gerakan tangan ke atas sehingga jari-jari menghadap bawah
- Fleksi horizontal bahu
- Sirkumduksi bahu
Lakukan RPS pada siku :
- Fleksi-ekstensi : gerakan siku hingga jari-jari menyentuh bahu dan kemudian
luruskan
- Supinasi-pronasi : putar lengan bawah ke arah luar sehingga telapak tangan
menghadap atas lalu putar kearah sebaliknya sehingga telapak tangan
menghadap bawah
Lakukan RPS pada pergelangan tangan :
- Fleksi-ekstensi-hiperekstensi : tekuk telapak tangan kearah bawah , kemudian
luruskan, lalu tekuk ke atas
- Abduksi/fleksi radial-aduksi/fleksi ulnar : bengkokan telapak tangan ke
samping kea rah ibu jari,luruskan kembali,kemudian bengkokan kearah
kelingking
- Sirkumduksi : putar telapak tangan dengan pergelangan tangan sebagai poros
Lakukan pada jari-jari tangan :
- Fleksi-ekstensi : kepalkan jari-jari tangan klien dan kemudian luruskan
kembali
- Hiperekstensi : bengkokan jari-jari kebelakang sejauh mungkin
- Abduksi-aduksi : kembangkan jari-jari tangan dan kemudian rapatkan
kembali
Lakukan RPS pada ibu jari :
- Abduksi-aduksi ibu jari : rentangkan ibu jari ke samping dengan jari- jari lain
rapat,kemudian dekatkan kembali
- Oposisi : sentuhkan ibu jari dengan jari-jari lainnya secara bergantian
Lakukan RPS pada pinggul dan lutut :
- Fleksi-ekstensi : angkat kaki lurus lalu tekuk lutut. Gerakan lutut kearah dada
sejauh mungkin. Turunkan kaki, luruskan kaki, kembali ke posisi semula
- Abduksi-adduksi : gerakan kaki kesamping menjauhi sumbu tubuh lalu
gerakan kearah sebaliknya sehingga melewati sumbu tubuh menyilang kaki
lainnya
- Rotasi internal –eksternal : putar kaki kearah dalam lalukesamping tubuh
Lakukan RPS pada pergelangan kaki :
- Dorso fleksi- plantar fleksi : dorong telapak kaki keatas, kembalikan ke posisi
semula lalu dorong keatas
- Eversi-inversi : putar telapak kaki keluar lalu kedalam
- Sirkumduksi : putar telapak kaki dengan poros pada sendi tumit
Lakukan RPS pada jari-jari kaki :
- Fleksi-ekstensi : dorong jari-jari kaki kearah atas dan kebawah
- Abduksi-aduksi : lebarkan jari kaki kemudian dekatkan jari kaki bersama-
sama

Dokumentasikan hasil tindakan,respon klien dsbnya.


3. Sikap
1. Komunikasi terapeutik
2. Bekerja dengan hati-hati dan cermat
3. Tanggap terhadap respon klien
4. Bekerja sistematis

2.3 Pemberian Obat Sesuai Program Terapi


Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi, untuk manusia (UU No. 36 Thn 2009).
Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat – obatan yang aman,entah itu melalui
oral,sublingual,topikal,supositoria,atau pun pemberian obat injeksi melalui intra cutan, intra
vena,sub cutan dan intramuskular. Perawat harus mengetahui semua komponen dari perintah
pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau
dosis yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan.
Sebelum memberikan obat kepada pasien, ada beberapa persyaratan yang perlu
diperhatikan untuk menjamin keamanan dalam pemberian obat, di antaranya:
1. Tepat Obat
Sebelum mempersiapkan obat ke tempatnya petugas medis harus memerhatikan
kebenaran obat sebanyak tiga kali, yakni: ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan
obat, saat obat diprogramkan, dan saat mengembalikan obat ketempat penyimpanan.

2. Tepat Dosis
Untuk menghindari kesalahan dalam pemberian obat, maka penentuan dosis harus
diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi alat tetes,
gelas ukur, spuit atau sendok khusus; alat untukmembelah tablet; dan lain-lain. Dengan
demikan, penghityungan dosis benar untuk diberikan ke pasien.
3. Tepat Pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan. Hal ini
dilakukan dengan mengidentifikasi kebenaran obat, yaitu mencocokan nama, nomor
regisyter, alamat, dan program pengobatan pada pasien.
4. Tepat Jalur Pemberian
Kesalahan rute pemberiandapat menimbulkan sistemik yang fatal pada pasien. Untuk itu,
cara pemberiannya adalah dengan melihat cara pemberian/jalur obat pada label
5. Tepat Waktu
Pemberian harus benar-benar sesuai dengan waktu yang diprogramkan, karena
berhubungan dngan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat.

Adapun standar dan reaksi obat:


a) Standar Obat
Obat merupakan subtansi asing yang dimasukan ke dalam tubuh manusia guna untuk
menimbulkan atau menghasilkan efek – efek pengobatan atau terapi. Dalam penggunaanya,
tentus aja oabt ini tidak boleh digunakan asal – asalan apalagi jika sampai digunakan karena
berdasarkan insting belaka, hal – hal tersebut tentu saja dapat membahayakan. Maka dari itu
sebelum pemberian obat dilakukan, alangkah lebih baik jika kita mengetahui bagaimana
standar obat yang baik, diantaranya :
a. Kemurnian, yaitu bahwa obat mengandungg unsure keaslian, tidak ada
percampuran.
b. Standar potensi yang baik.
c. Memiliki bioavailability yaitu keseimbangan setiap senyawa di dalam obat.
d. Adanya keamanan.
e. Efektivitas.
b) Reaksi Obat
Reaksi obat dapat dihitung dalam satuan waktu paruh, yakni suatu interval waktu yang
diperlukan dalam tubuh untuk proses eliminasi, sehingga terjadi pengurangan konsentrasi
setengah dari kadar puncak obat dalam tubuh.

Adapun Faktor yang Mempengaruhi Reaksi Obat:


Untuk menghasilkan efek terapi yang baik, maka obat juga harus mengalami reaksi yang
baik pula, adapun beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi obat di dalam tubuh ialah
sebagai berikut :
1. Absobsi Obat
Absorbsi obat atau penyerapan zat aktif adalah masuknya molekul-molekul obat kedalam
tubuh. Sebelum obat diabsorpsi, terlebih dahulu obat itu larut dalam cairan biologis.
Kelarutan serta cepat-lambatnya melarut menentukan banyaknya obat terabsorpsi.
2. Distribusi Obat
Distribusi obat adalah transfer obat dari darah ke jaringan/organ lain. Permeabilitas
membran dan perfusi darah juga berperan di sini. Permeabilitas membran. Semakin
permeabel(menembus) suatu membran, semakin cepat kecepatan distribusinya. Perfusi darah,
yaitu berapa banyak darah yang mengalir pada organ/jaringan tersebut. Semakin banyak
darah yang mengalir pada tempat target, semakin cepat obat didistribusikan.
3. Metabolisme Obat
Metabolisme obat adalah proses modifikasi biokimia senyawa obat oleh organisme
hidup, pada umumnya dilakukan melalui proses enzimatik. Proses metabolisme obat
merupakan salah satu hal penting dalam penentuan durasi dan intensitas khasiat farmakologis
obat.
4. Eksresi Sisa
Setelah obat mengalami metabolisme atau pemecahan akan terdapat sisa zat yang tidak
dapat dipakai. Sisa zat ini tidak bereaksi kemudian keluar melalui ginjal dalam bentuk urine,
dari interstinal dalam bentuk feses dan dari paru-paru dalam bentuk udara.
Dalam beberapa sumber disebutkan pula bahwa reaksi obat tidak terjadi sama pada setiap
orang, dalam beberapa sumber lain dijelaskan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi reaksi
obat selain dari pada yang sudah dijelaskan di atas juga dapat di pengaruhi oleh hal – hal
sebagai berikut, diantaranya :
1. Usia dan berat badan.
2. Jenis kelamin.
3. Faktorgenetis.
4. Faktor psikologis.
5. Kondisi patologis.
6. Waktu.
7. Cara pemberian.
8. Lingkungan.

Masalah dalam Pemberian Obat dan Intervensi Keperawatan:


Obat diberikan semata – mata hanya bertujuan untuk menghasilkan reaksi terapi atau
reaksi pengobatan guna untuk mengurangi hingga menyembuhkan penyakit yang di derita
oleh klien atau pasien. Namun dalam proses pemberiannya terkadang ada beberapa hal yang
sering kali terjadi ketika proses pemberian obat akan dilakukan, diantaranya ialah :
1. Menolak pemberian obat
Pasien sering kali menolak ketika pemberian obat akan diberikan, hal ini biasanya
disebabkan karena adanya rasa takut terjadi sesuatu pada diri mereka ataupun karena hal – hal
kecil seperti tidak menyukai aroma obat tersebut. Jika pasien menolak pemberian obat,
intervensi keperawatan pertama yang dapat dilakukan adalah dengan menanyakan alasan
pasien melakukan hal tersebut. Kemudian, jelaskan kembali kepada pasien alasan pemberian
obat. Jika pasien terus menolak sebaiknya tunda pengobatan, laporkan ke dokter dan catat
dalam pelaporan.
2. Kerusakan Integritas kulit terganggu
Kerusakan integritas kulit adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau
beresiko terhadap kerusakan jaringan epidermis dan dermis (Carpenito, 2000; 302). Batasan
karakteristik mayor harus terdapat gangguan jaringan epidermis dan dermis. Untuk mengatasi
masalah gangguan integritas kulit, lakukan penundaan dalam pengobatan, kemudian laporkan
ke dokter dan catat ke dalam laporan.
3. Disorientasi dan bingung
Masalah disorientasi dan bingung dapat diatasi oleh perawat dengan cara melakukan
penundaan pengobatan. Jika pasien ragu, laporkan ke dokter dan catat ke dalam pelaporan.
4. Menelan obat bukal atau sublingual
Sebagai perawat yang memiliki peran dependen, jika pasien menelan obat bukal atau
sublingual, maka sebaiknya laporkan kejadian tersebut kepada dokter, untuk selanjutnya
dokter yang akan melakukan intervensi.
5. Alergi kulit
Apabila terjadi alergi kulit atas pemberian obat kepada pasien, keluarkan sebanyak
mungkin pengobatan yang telah diberikan, beritahu dokter, dan catat dalam pelaporan.

Sumber:
https://www.academia.edu/8425382/Prosedur_Pemberian_Obat_Dalam_Keperawatan
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mengukur kekuatan otot adalah hal yang dilakukan kan untuk menilai disfungsi dari
kekuatan otot pasien. Salah satu penyakit yang membuat orang mengukur kekuatan otot
adalah stroke ataupun kelemahana kibat cidera olahraga. Salah satu latihan yang biacanya
berkaitan dengan melakukan latihan ROM pasif dan aktif. ROM pasif aktif melatih setiap
anggota tubuh dari kepala, leher,tangan,jari tangan ,kak,lutut dan pergelangan
kaki.jikamelakukan latihan ini maka perawat dapat mengukur tingkat kekuatan otot dengan
baik.
Tidak hanya itu, untuk kelemahan otot di butuhkan program terapi obat yang baik dan
harus sesuai pemeriksaan perawat maupu dokter di layanan kesehatan manapun.
3.2 Saran
Dalam melakukan latihan ROM pasif aktif maupun terapi obat sebaiknya harus sesuai
anjuran dokter ataupun setelah selesai melakukan pemeriksaan di layanan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai