Makalah Konsep Medikal Bedah
Makalah Konsep Medikal Bedah
(RANGE OF MOTION)
Dosen Pembimbing : Simon Sani Kleden, SKep, Ns, M.Kep (SSK)
OLEH KELOMPOK 3:
1. ESTER MARGARITHA BUKA (PO530320119161)
2. EVITA ISABELWULANDARI BEDA (PO530320119162)
3. FABIOLA GLORIA SERANIAN (PO530320119163)
4. FENDI OBEHETAN (PO530320119164)
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa Mampu Mampu Memahami Pengelolaan Pasien Dengan Gangguan
Kebutuhan Aktifitas, Kebutuhan Istirahat Tidur Akibat Patologis System Persyarafan.
Sumber : https://gustinerz.com/cara-penilaian-skala-kekuatan-otot/
Derajat kekuatan otot dinyatakan dalam skala pengukuran menggunakan angka, dimulai
dari angka nol hingga lima. Semakin kecil angka maka semakin lemah kekuatan otot,
sebaliknya semakin besar angka maka semakin besar kekuatan otot. Berikut interpretasi dari
pengukuran derajat kekuatan otot :
Derajat 0: tidak terdapat kontraksi otot sama sekali, atau lumpuh total
Derajat 1: terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak dapat menggerakan persendian
Derajat 2: pasien mampu menggerakkan ekstremitas, namun gerakan ini tidak mampu
melawan gaya berat, misalnya pasien mampu menggeser lengan namun tidak dapat
mengangkatnya
Derajat 3: kekuatan otot sangat lemah, akan tetapi anggota tubuh dapat digerakkan
melawan gaya gravitasi
Derajat 4: kekuatan otot lemah, tetapi anggota tubuh dapat digerakkan melawan gaya
gravitasi, dan dapat pula menahan sedikit tahanan yang diberikan
Derajat 5: tidak didapatkan kelumpuhan, atau kondisi normal
Pemeriksaan Kekuatan Otot Ekstremitas Atas :
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dalam berbagai posisi pemeriksaan, antara lain duduk,
berdiri, atau berbaring. Pemeriksa menahan gerakan otot untuk menilai kekuatan otot.
Pemeriksaan dilakukan pada sisi yang sehat terlebih dahulu kemudian dibandingkan dengan
sisi yang sakit. Pemeriksaan kekuatan otot-otot ekstremitas atas adalah :
Lakukan pemeriksaan pada sisi yang sehat terlebih dahulu, bandingkan dengan kekuatan otot
pada sisi yang sehat. Lakukan penilaian kekuatan otot dengan cara menahan gerakan otot,
lalu merujuk pada derajat kekuatan otot. Pemeriksaan kekuatan otot-otot ekstremitas bawah
adalah :
JENIS ROM:
INDIKASI:
KONTRA INDIKASI
GERAKAN – GERAKAN:
a. Kepala
Kepala : Tundukkan kepala ke bawah menuju dada lalu kembalikkan ke posisi semula,
naikkan kepala ke atas dan kembali ke bawah
b. Tangan
Bahu: Naikkan lengan ke atas dan kembalikan ke bawah.
Abduksi adduksi : Gerakan lengan menjauhi dan mendekati tubuh
Siku: bengkokkan siku hingga jari-jari tangan menyentuh dagu kemudian kembalikan posisi
semula.
Gerakan jari jari tangan : Tangan mengenggam mengepal dan kembalikan ke posisi semula.
Oposisi : Sentuhkan masing– masing jari tangan dengan ibu jari tangan
c.Kaki
Gerakkan atau tekuk lutut kearah paha Kembalikan lutut atau kaki ke posisi semula.
Memutar telapak kaki ke samping dalam dan luar. Menekuk jari jari kaki ke bawah dan
kembalikan ke posisi semula. Regangkan jari-jari kaki yang satu dengan yang lainnya,
rapatkan kembali bersama-sama.
Sumber : https://www.bhaktirahayu.com/artikel-kesehatan/rom-range-of-motion-untuk-
pasien-pasca-stroke#:~:text=Pelatihan%20ROM%20(Range%20of%20Motion)%20adalah
%20latihan%20gerak%20sendi%20yang,baik%20secara%20aktif%20ataupun%20pasif.
SOP ROM PASIF DAN AKTIF
Melakukan latihan ROM aktif dan pasif
No Komponen Penilaian
.
1. Persiapkan pasien:
- Kontrak
- Jelaskan tujuan
- Jaga privasi
Prosedur kerja:
- Cuci tangan
- Kaji kebutuhan RPS,identifikasi RPS pasif atau aktif
- Dekatkan klien dengan tempat tidurnya dengan perawat dengan posisi berdiri
dan agar memudahkan dalam melatih klien
Lakukan RPS pada kepala:
- Fleksi-ekstensi : tekuk kepala kedepan hingga dagu menempel di dada,
kemudian kembali ke posisi tegak
- Fleksi lateral : tekuk kepala ke arah samping (kea rah bahu) kanan dan kiri
bergantian
- Rotasi lateral : palingkan muka ke kanan dan ke kiri
Lakukan RPS pada bahu :
- Elevasi dan depresi :luruskan tangan di samping tubuh,lalu bersamaan angkat
kedua bahu dan turunkan
- Fleksi-ekstensi : angkat tangan dari samping tubu ke atas sehingga mencapai
kepala,kembalikan ke posisi semula
- Abduksi-aduksi(anterior dan posterior) : angkat tangan klien ke samping
tubuh sehingga sejajar bahu lalu kembalikan sampai melewati sumbu tubub
( anterior dan posterior )
- Rotasi internal-eksternal : posisikan tangan sejajar bahu lalu tekuk siku.
Gerakan tangan ke atas sehingga jari-jari menghadap bawah
- Fleksi horizontal bahu
- Sirkumduksi bahu
Lakukan RPS pada siku :
- Fleksi-ekstensi : gerakan siku hingga jari-jari menyentuh bahu dan kemudian
luruskan
- Supinasi-pronasi : putar lengan bawah ke arah luar sehingga telapak tangan
menghadap atas lalu putar kearah sebaliknya sehingga telapak tangan
menghadap bawah
Lakukan RPS pada pergelangan tangan :
- Fleksi-ekstensi-hiperekstensi : tekuk telapak tangan kearah bawah , kemudian
luruskan, lalu tekuk ke atas
- Abduksi/fleksi radial-aduksi/fleksi ulnar : bengkokan telapak tangan ke
samping kea rah ibu jari,luruskan kembali,kemudian bengkokan kearah
kelingking
- Sirkumduksi : putar telapak tangan dengan pergelangan tangan sebagai poros
Lakukan pada jari-jari tangan :
- Fleksi-ekstensi : kepalkan jari-jari tangan klien dan kemudian luruskan
kembali
- Hiperekstensi : bengkokan jari-jari kebelakang sejauh mungkin
- Abduksi-aduksi : kembangkan jari-jari tangan dan kemudian rapatkan
kembali
Lakukan RPS pada ibu jari :
- Abduksi-aduksi ibu jari : rentangkan ibu jari ke samping dengan jari- jari lain
rapat,kemudian dekatkan kembali
- Oposisi : sentuhkan ibu jari dengan jari-jari lainnya secara bergantian
Lakukan RPS pada pinggul dan lutut :
- Fleksi-ekstensi : angkat kaki lurus lalu tekuk lutut. Gerakan lutut kearah dada
sejauh mungkin. Turunkan kaki, luruskan kaki, kembali ke posisi semula
- Abduksi-adduksi : gerakan kaki kesamping menjauhi sumbu tubuh lalu
gerakan kearah sebaliknya sehingga melewati sumbu tubuh menyilang kaki
lainnya
- Rotasi internal –eksternal : putar kaki kearah dalam lalukesamping tubuh
Lakukan RPS pada pergelangan kaki :
- Dorso fleksi- plantar fleksi : dorong telapak kaki keatas, kembalikan ke posisi
semula lalu dorong keatas
- Eversi-inversi : putar telapak kaki keluar lalu kedalam
- Sirkumduksi : putar telapak kaki dengan poros pada sendi tumit
Lakukan RPS pada jari-jari kaki :
- Fleksi-ekstensi : dorong jari-jari kaki kearah atas dan kebawah
- Abduksi-aduksi : lebarkan jari kaki kemudian dekatkan jari kaki bersama-
sama
2. Tepat Dosis
Untuk menghindari kesalahan dalam pemberian obat, maka penentuan dosis harus
diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi alat tetes,
gelas ukur, spuit atau sendok khusus; alat untukmembelah tablet; dan lain-lain. Dengan
demikan, penghityungan dosis benar untuk diberikan ke pasien.
3. Tepat Pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan. Hal ini
dilakukan dengan mengidentifikasi kebenaran obat, yaitu mencocokan nama, nomor
regisyter, alamat, dan program pengobatan pada pasien.
4. Tepat Jalur Pemberian
Kesalahan rute pemberiandapat menimbulkan sistemik yang fatal pada pasien. Untuk itu,
cara pemberiannya adalah dengan melihat cara pemberian/jalur obat pada label
5. Tepat Waktu
Pemberian harus benar-benar sesuai dengan waktu yang diprogramkan, karena
berhubungan dngan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat.
Sumber:
https://www.academia.edu/8425382/Prosedur_Pemberian_Obat_Dalam_Keperawatan
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mengukur kekuatan otot adalah hal yang dilakukan kan untuk menilai disfungsi dari
kekuatan otot pasien. Salah satu penyakit yang membuat orang mengukur kekuatan otot
adalah stroke ataupun kelemahana kibat cidera olahraga. Salah satu latihan yang biacanya
berkaitan dengan melakukan latihan ROM pasif dan aktif. ROM pasif aktif melatih setiap
anggota tubuh dari kepala, leher,tangan,jari tangan ,kak,lutut dan pergelangan
kaki.jikamelakukan latihan ini maka perawat dapat mengukur tingkat kekuatan otot dengan
baik.
Tidak hanya itu, untuk kelemahan otot di butuhkan program terapi obat yang baik dan
harus sesuai pemeriksaan perawat maupu dokter di layanan kesehatan manapun.
3.2 Saran
Dalam melakukan latihan ROM pasif aktif maupun terapi obat sebaiknya harus sesuai
anjuran dokter ataupun setelah selesai melakukan pemeriksaan di layanan kesehatan.