Anda di halaman 1dari 8

OPTIMALISASI KESEHATAN PADA MASA BAYI

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bayi adalah anak yang baru lahir sampai berumur 1 tahun dan mengalami proses tumbuh
kembang. Tumbuh kembang merupakan proses yang berbeda tetapi keduanya tidak dapat berdiri
sendiri, terjadi secara simultan, saling berkaitan dan berkesinambungan dari masa konsepsi
hingga dewasa. (1) Pertumbuhan (growth) adalah perubahan besar dalam hal jumlah dan ukuran
pada tingkat sel, organ maupun individu. Perkembangan (deveopment) adalah peningkatan
kemampuan hal struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Pertumbuhan memiliki pola
teratur dan dapat di prediksi, yang merupakan hasil dari proses pematangan.
Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor
internal antara lain ras/etnik, keluarga, umur, jenis kelamin dan kelainan kromosom. Sedang
faktor eksternal meliputi faktor prenatal, faktor persalinan dan faktor pasca persalinan. (2) Salah
satu dari faktor pasca persalinan yaitu faktor gizi. Unsur gizi menjadi pengaruh yang dominan
dalam pertumbuhan anak, terutama pada awal kehidupan sampai umur 12 bulan.
Pada anak usia dibawah satu tahun (bayi), pemenuhan dan perkembangan seorang anak
amat bergantung pada perawatan dan pengasuhan orang tua dan pengasuhnya. Perawatan dan
pengasuhan ini merupakan kebutuhan dasar yang utama diperlukan anak agar tumbuh dan
berkembang dengan baik dan optimal. Maka pada makalah ini akan dibahas mengenai
optimalisasi kesehatan selama masa bayi baik dari segi nutrisi, aktivitas tidur bayi, dan kesehatan
lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini yaitu Bagaimana Optimalisasi Kesehatan Selama
Masa Bayi?
1.3 Tujuan
Mengetahui optimalisasi kesehatan selama masa bayi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pertumbuhan dan Perkembangan Kesehatan Selama Masa Bayi
2.3.1. Nutrisi
Kehidupan manusia pada usia 0-6 tahun sering dikenal dengan masa emas (golden age).
Masa tersebut merupakan masa penting dalam kehidupan manusia dan membutuhkan perhatian
yang sangat mendalam. Ini dikarenakan pada masa tersebut manusia sedang mengalami
pertumbuhan dan perkembangan terjadi dengan pesatnya. Pada masa ini tubuh manusia
mengalami pertumbuhan, begitu juga dengan psikomotorik, mental dan sosial juga mengalami
perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan pada manusia dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu: faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal/merupakan factor yang berasal dari
dalam tubuh manusia itu sendiri seperti gen, ras dan jenis kelamin, sedangkan faktor
ekternal/luar berasal dari lingkungan, stimulus, sosial, ekonomi dan nutrisi. Nutrisi atau gizi
merupakan faktor mutlak yang diperlukan oleh tubuh dalam proses tumbuh kembang.
Kebutuhan nutrisi untuk setiap orang berbeda-beda dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin dan
aktifitas. Nutrsi yang dibutuhkan anak usia dini tidak sama dengan orang dewasa, anak-anak
membutuhkan asupan nutrisi lebih banyak dibandingkan orang dewasa (Santoso, 2009).
Kata Nutrisi berasal dari kata “nutrition” yang di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan
“gizi” yang memiliki makna sebagai makanan yang menyehatkan. Nutrisi atau zat gizi terdapat
dalam asupan makanan yang dikonsumsi. Namun tidak semua makanan yang dikonsumsi
mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk menunjang proses pertumbuhan dan
perkembangan. Banyak makanan yang beredar dilingkungan sekitar anak mengandung zat yang
tidak dibutuhkan oleh tubuh bahkan tergolong berbahaya, seperti halnya makan yang
mengandung pengawet, pewarna buatan, pemanis buatan, yang akan memberikan dapat negative
pada tubuh anak sehingga dapat menghabat proses pertumbuhan dan perkembangan anak (Dyah,
2018).
Keadaan kesehatan gizi anak sangat bergatung padan tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi
dintentukan oleh kualitas dan kuantitas makanannya. Kualitas hidangan makanan ditunjukkan
oleh ada tidaknya kadungan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam susunan hidangan.
Sedangkan kuantitas menunjukkan jumlah setiap zat gizi terhadap kebutuhan tubuh. Jika
susunan hidangan makanan dapat memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari segi kualitan maupun
kuantitas, maka tubuh berada padan kondisi kesehatan yang baik. Pedoman Umum Gizi
Seimbang (PUGS) menganjurkan agar kebutuhan energy (karbohidrat) rata-rata sekitar 60-70 %,
protein 10-15 %, dan lemak 10-25 %. Sementara vitamin dan mineral yang harus dipenuhi antara
lain vitamin A, B, C, D, E, zat besi, seng, tembaga, mangan, dan lain-lain. Menurut Santoso
(2009) ada 5 fungsi zat gizi yaitu sebagai:
a. Sumber energi dan tenaga, jika fungsi ini terganggu orang akan menjadi kurang geraknya atau
kurang giat dan merasa cepat lelah.
b. Menyokong pertumbuhan badan, yaitu penambahan sel baru pada sel yang sudah ada.
c. Memelihara jaringan tubuh, mengganti yang rusak atau aus terpakai, yaitu mengganti sel yang
nampak jelas pada luka tubuh yaitu terjadinya jaringan penutup luka.
d. Mengatur metabolisme dan berbagi keseimbangan dalam cairan tubuh (keseimbangan air,
asam basa dan mineral).
e. Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit sebagai anti oksidan
dan antibodi lainnya.
2.3.2. Aktivitas Tidur
Selain itu aktivitas tidur bayi juga mempengaruhi kesehatan pada bayi. Aktivitas tidur
merupakan salah satu stimulus bagi proses tumbuh kembang otak, karena 75 persen hormon
pertumbuhan dikeluarkan saat anak tidur. Hormon pertumbuhan ini yang bertugas merangsang
pertumbuhan tulang dan jaringan. Selain itu, hormon pertumbuhan juga memungkinkan tubuh
memperbaiki dan memperbarui seluruh sel yang ada di tubuh, dari sel kulit, sel darah sampai sel
saraf otak. Proses pembaruan sel ini akan berlangsung lebih cepat bila si bayi sering terlelap
sesuai dengan kebutuhan tidur bayi. Selain itu, tidur juga membantu perkembangan psikis emosi,
kognitif, konsolidasi pengalaman dan kecerdasan. Oleh karena itu kebutuhan tidur pada bayi
sesuai usianya perlu mendapat perhatian dari keluarga agar nantinya bayi dapat mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal (Jahja, 2011).
Kualitas tidur bayi tidak hanya berpengaruh pada perkembangan fisik, tapi juga sikapnya
keesokan hari. Bayi yang tidur cukup tanpa sering terbangun akan lebih bugar dan tidak gampang
rewel. Bayi dikatakan mengalami gangguan tidur jika pada malam hari tidurnya kurang dari 9
jam, terbangun lebih dari 3 kali dan lama terbangunnya lebih dari 1 jam. Selama tidur bayi
terlihat selalu rewel, menangis dan sulit tidur kembali (Endang, 1994).
Para peneliti di Carneigie Mellon University dan University of Pensylvania menemukan
bahwa kuantitas serta kualitas tidur sesungguhnya mempengaruhi bagaimana orang bisa menjadi
sakit. Ciri-ciri bayi cukup tidur, yaitu, ia akan dapat jatuh tertidur dengan mudah di malam hari,
bugar saat bangun tidur, tidak rewel, dan tidak memerlukan tidur siang yang melebihi kebutuhan
sesuai dengan perkembangannya.
2.3.3. Aktivitias Bayi
Aktivitas bayi tidak jauh dari perkembangan motorik pada bayi. Gerakan pada anak usia
dini merupakan aktivitas yang tak kunjung habis dan sekaligus sebagai ciri masa pertumbuhan
dan perkembangan anak secara normal. Perkembangan motorik sangat memerlukan bantuan
orang tua atau bimbingan dalam melatih pertumbuhannya sehingga potensi motorik anak dapat
berkembang secara optimal. Perkembangan motorik baru bagi anak usia dini memerlukan
pengulangan-pengulangan dan bantuan orang lain, pengulangan itu bagian dari belajar. Terkait
dengan perkembangan motorik yang terjadi pada anak, motorik halus maupun motorik kasar.
Perkembangan motorik pada anak usia dini sangat memerlukan frekuensi dan kesempatan untuk
pengembangan aktivitas fisik secara funda mental misalnya berlari, melompat, melempar,
mendorong dan menarik.
Perkembangan motorik pada anak diawali dengan gerak reflek, yaitu gerakangerakan
yang terjadi secara tidak disadari. Gerak reflek terjadi pada waktu prenatal sampai anak usia
kurang lebih 3 bulan, gerak yang paling dominant saat bayi masih dalam kandungan.. Ini adalah
gerakan diluar kesadaran si bayi, tidak terkoordinasi dan merupakan gerak primitive, Setelah
gerak reflek berkurang maka akan berkembang menjadi gerak sederhana dan akan menjadi gerak
kasar atau gerak yang menggunakan otot-otot besar.
Gerak setelah gerak reflek lebih terarah, seperti dapat dilihat pada gerakan otot lehernya.
Bayi selanjutnya bisa mengangkat kepala, bisa didudukkan, masa ini bayi sudah bisa
menegakkan kepala. Dengan berkurangnya gerak reflek maka aktivitas anak makin bervariasi,
pada usia 4 bulan anak sudah bisa tengkurap dan telentang, menumpu badan pada kaki, serta dada
terangkat menumpu pada lengan. Pada bulan ke 5 gerak anak semakin bervariasi,otot leher dan
otot lengan semakin kuat. Masa ini anak sudah pandai berputar dengan menggunakan tangannya,
Ketika diletakkan terlentang ia menggunakan tangannya untuk mendorong dan berguling
membalikkan badannya. Bukan hanya berguling tetapi kaki mulai semakin lincah beraktivtas,
sering menndang, menggeserka kaki dan mendorong-dorong kakinya. Seiring dengan makin
aktifnya gerakan kaki sikecil, otot leher dsn punggungyapun menjadi lebih kuat. Mulai usia 6
bulan bayi mulai belajar duduk tanpa pegangan, walaupun kadang-kadang masih butuh bantuan
(Carbin, 1980).
Umur 7 bulan anak mulai senang mengangkat dan menurunka pantat serta punggungnya,
keterampilan kakinya juga sudah lebih baik, misalnya saat anak diberdirikan di pangkuan maka
anak akan meloncat-loncat gembira dan menggoyang-goyangkan ke dua kakinya. Merangkak
merupakan aktivitas menonjol yang banyak mendapat sorotan dari orang tua, pada umur 8 bulan
anak mulai bisa merangkak dan atau mengesot sepanjang lantai. Tahap berikutnya, anak berlatih
berdiri dengan ke dua tangannya bertumpu pada kursi, meja atau perabot rumah tangga lainnya
yang dapat menahan berat badannya. Pada usia 9 bulan keterampilan anak dalam berjalan sudah
mulai baik, apabila dipegang ke dua tangannya anak akan berlatih menapakkan serta
melangkahkan ke dua kakinya. Menjelang umur 10 bulan anak sudah dapat duduk tapa bantuan,
dengan menggunakan kekuatan otot lengan dan bahunya anak mulai mampu membangkitkan
tubuhnya ke posisi berdiri. Mulai usia ke 11 bulan, yang paling menonjol adalah kemampuan
motor kasar anak, yaitu dapat berdiri sendiri dalam waktu kurang lebih 2 detik. Pada saat ini anak
sudah mulai senang berdiri tanpa bantuan orang lain. Memasuki usia 12 bulan , sebagian besar
anak telah siap untuk jalan walaupun kelihatan masih limbung, berjalan merupakan pengalaman
baru yang amat mengasikkan bagi anak (Carbin, 1980).
2.3.4. Kesehatan Gigi
Pengetahuan seorang ibu merupakan hal penting dalam menjaga kesehatan balitanya
karena ibu berpengaruh terhadap proses pendidikan anak sejak dini. Orang tua, terutama ibu
perlu membiasakan anak balitanya untuk menjaga kebersihan mulut dengan menggosok gigi
secara teratur, karena umumnya anak lebih banyak menghabiskan waktunya bersama ibu. Ibu
dianggap lebih mengerti keadaan anak-anaknya, sehingga dapat melakukan pendekatan yang
tepat untuk membiasakan anak mememihara kesehatan gigi dan mulut.
Kesehatan gigi susu seringkali diabaikan oleh orangtua karena dianggap hanya bersifat
sementara dan akan digantikan oleh gigi tetap. Pada kenyataannya, gigi susu berperan penting
dalam kemampuan berbicara sekaligus proses pengunyahan yang berdampak pada nutrisi dan
tumbuh kembang anak. Selain itu, gigi susu juga berfungsi sebagai paduan bagi pertumbuhan
gigi tetap.
Pertumbuhan dan perkembangan gigi sulung terjadi sejak awal usia janin, dilanjutkan
setelah bayi lahir, anak bertambah besar, dan memasuki periode remaja dan dewasa. Seiring
dengan pertmubuhan tubuh secaraumum, terjadi pergantian periode gigi sulung menjadi gigi
permanen. Proses tumbuh kembang dipengaruhi oleh berbagai eksternal dan internal. Secara
biologis,aspek internal mencakup faktor genetik, penyakit infeksi dan hormonal, aspek eksternal
berupagizi, dan sosiodemografi. Penyimpangan dan gangguan pada berbagai aspek tersebut akan
mengakibatkan kelainan/anomali tumbuh kembang tubuh baik secara umum dan gigi secara
khusus (Riyanti & Risti, 2009).
2.3.5. Promosi Keselamatan
2.3.6. Pencegahan Cedera
Cedera adalah dampak dari suatu agen eksternal yang menimbulkan kerusakan, baik fisik
maupun mental (Dewi. R, indarwati, 2011). Cedera pada anak biasanya berawal dari rasa ingin
tahu anak yang tinggi danmelakukan sesuatu yang tidak sesuai kemampuan yang dapat
menyebabkan bahaya (Kuschithawati, et al, 2007). World Health Organization (WHO)
menggambarkan cedera sebagai suatu peristiwa yang di sebabkan oleh dampak dari suatu agen
eksternal secara tiba-tiba dan dengan cepat menyebabkan kerusakan baik fisik maupun mental.
Cedera tersebut meliputi terkena air panas, terpeleset, terkena pisau, keracunan, tenggelam,
tersedak, jatuh, biasanya karena kurangnya pengawasan orang tua terhadap anaknya.
Pengaruh utama yang dapat menyebabkan cedera pada anak ialah pada usia ini anak
sedang mengmbangkan keterampilan motorik kasarnya yang membuat mereka bergerak terus.
Praktik pencegahan cedera merupakan tindakan untuk meminimalkan tingkat kecelakaan yang di
derita anak akibat kurangnya pengawasan orang tua (Kusbiantoro. D, 2014). Cedera pada anak
bisa di sebabkan karena benda benda yang ada di dalam rumah (Atak, et all, 2010).
Pencegahan cedera pada balita menurut Kusbiantoro (2014) yang dapat dilakukan petugas
kesehatan angtara lain memberikan informasi dan pengetahuan pada orang tua serta selalu
waspada pada gerak gerik yang dilakukan oleh anak. Upaya pencegahan yang dapat di lakukan
orang tua di rumah yaitu dengan:
a. Menyimpan benda tajam di dalam laci yang dapat di kunci.
b. Membuat lemari khusus untuk zat yang berbahaya. Orang tua menyimpan harus menyimpan
semua racun potensial, 17 termasuk tumbuhan, subtansi pembersih dan obat obatan ini di lakukan
agar menciptakan lingkungan yang aman bagi anak (Potter & Perry, 2010)
c. Menjaga lantai tetap bersih dan kering. Menghindari tumpahan air minum di lantai agar
mengurangi kejadian jatuh pada anak (Atak, et all, 2010)
d. Memberikan alat bermain yang sesuai dengan usia anak
e. Melakukan pengawasan terhadap anak dengan cara memberikan perhatian pada anak.
Pengawasan saat anak beraktifitas sendiri karena anak suka memasukan benda ke dalam
mulutnya untuk mencegah keracunan pada anak (Amal.AI, et all ,2013).
2.3.7. Panduan Pencegahan
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Menjaga pertumbuhan dan perkembangan selama masa bayi dengan mengoptimalisasi
kesehatan selama masa bayi yaitu dengan memberikan nutrisi yang sehat kepada bayi serta
memperhatikan aktivitas tidur, kesehatan gigi, dan melakukan pencegahan cedera pada bayi.
3.2 Saran
Bagi orang tua agar lebih memperhatikan nutrisi dan aktivitas bayi agar bayi dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Carbin. 1980. A Texbootk of Motor Development, Iowa: Win. C Brown Company Publishers.

Dyah, U. P. 2018. Panduan Gizi & Kesehatan Anak Sekolah. Yogyakarta: Penerbit Andi

Endang, R. S. 1994. Pengaruh Gizi Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Jurnal
Cakrawala Pendidikan, No: 3, Tahun XIII.

Jahja, Y. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Kencana Media Group.

Riyanti, E., & Risti, S. 2009. Upaya Peningkatan Kesehatan Gigi dan Mulut Melalui Perubahan
Perilaku Anak. Jurnal Majalah Ilmu Kedokteran Gigi, XI (1).

Santoso. 2009. Perkembangan dan Pertumbuhan anak. Jakarta: Bumi A.ksara

Anda mungkin juga menyukai