Anda di halaman 1dari 10

RESUME KURIKULUM CBSA, KURIKULUM KBK DAN

KURIKULUM KTSP

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum

Bahasa Arab

Dosen Pengampu: Dr. Ade Destri Deviana, M.Pd.I

Oleh:

RIFKY ABDILLAH

NIM: 18.11.20.0109.01588

SEKOLAH TINGGI ILMU AL-QUR’AN (STIQ) AMUNTAI

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB (PBA)

TAHUN AKADEMIK 2020-2021


A. Kurikulum 1984(CBSA)

Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan


pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut
“Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek
belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active
Leaming (SAL).

Kurikulum 1984 ini berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh


pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar
yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh
karena itu, sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus
dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa. Kurikulum 1984 memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:

a) Berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa


pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat
terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu,
sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus
dirumus kan adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.
b) Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar
siswa aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan
kesem patan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental,
intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman
belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun
psikomotor.
c) Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral
adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar
berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas
dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran yang diberikan.
d) Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Konsep-
konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru
kemu dian diberikan latihan setelah mengerti. Untuk menunjang pengertian
alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami
konsep yang dipelajarinya.
e) Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa.
Pem berian materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa
dan penyajian pada jenjang sekolah dasar harus melalui pendekatan konkret,
semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan menggunakan pendekatan
induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan. Dari yang mudah menuju ke
sukar dan dari sederhana menuju ke kompleks.
f) Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah
pendekatan belajar-mengajar yang memberi tekanan kepada proses
pemben tukan keterampilan memperoleh pengetahuan dan
mengkomunikasikan perolehannya. Pendekatan keterampilan proses
diupayakan dilakukan secara efektif dan efesien dalam mencapai tujuan. 1
 Kelebihan kurikulum 1984 (CBSA)
o Pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
aktif terlibat secara fisik, mental, intlektual dan emosional dengan harapan
siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah
kognitif, afektip, maupun psikomotor.
 Kekurangan Kurikulum 1984 (CBSA)
o Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar.
o Banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA, yang terlihat adalah
suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana sini ada
tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajaar model
berceramah. 2

1
Sudirman, Buku Ajar Pengembangan Kurikulum Kajian dan Praktik, (Samarinda:
Mulawarman University Press, 2019), H. 64
2
Anggi Mifatah Fadilah, Makalah Pengembangan Kurikulum Biologi, (Universitas
Muhammadiyah Purwokerto, 2018)
B. Kurikulum 2004(KBK)

Menurut Saylor (1981), menyatakan bahwa kurikulum berbasis kompetensi


sebagai “.. a design based on specific competencies is characterized by specific,
sequential, and demonstrable learning of the task, activities, or skill which constitute
the acts to be learned and performed by student”. Lebih lanjut Eve Krakow (2003)
mengemukakan bahwa pengajaran berbasis kompetensi adalah keseluruhan tentang
pembelajaran aktif (active learning) dimana guru membantu siswa untuk belajar
bagaimana belajar dari pada hanya mempelajari isi (learn how to learn rather than
just cover content).

Sedangkan Pusat kurikulum, Balitbang Depdiknas, mendefinisikan bahwa


kurikulum berbasis kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan
tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan
belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan
kurikulum sekolah. Kurikulum ini berorientasi pada: (1) hasil dan dampak yang
diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar
yang bermakna, dan (2) keberagaman yang dapat diwujudkan sesuai dengan
kebutuhannya. Penerapan KBK berorientasi pada pembelajaran tuntas (mastery
learning).

Kurikulum berbasis kompetensi memuat standar kompetensi dan kompetensi


dasar pada setiap mata pelajaran. Standar kompetensi diartikan sebagai kebulatan
pengetahuan, keterampilari, sikap, dan tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai
dalam mempelajari suatu matapelajaran. Cakupan standar kompetensi standar isi
(content standard) dan standar penampilan (performance standard). Kompetensi
dasar, merupakan jabaran dari standar kompetensi, adalah pengetahuan, keterampilan
dan sikap minimal yang harus dikuasai dan dapat diperagakan oleh siswa pada
masing-masing standar kompetensi.

Materi pokok atau materi pembelajaran, yaitu pokok suatu bahan kajian yang
dapat berupa bidang ajar, isi, proses, keterampilam, serta konteks keilmuan suatu
mata pelajaran. Sedangkan indikator pencapaian dimaksudkan adalah kemampuan-
kemampuan yang lebih spesifik yang dapat dijadikan sebagai ukuran untuk menilai
ketuntasan belajar. Kurikulum berbasis kompetensi menekankan pada
mengeksplorasi kemampuan/ potensi peserta didik secara optimal, mengkonstruk apa
yang dipelajari dan mengupayakan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
kurikulum berbasis kompetensi berupaya mengkondisikan setiap peserta didik agar
memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak sehingga proses penyampaiannya harus bersifat
kontekstual dengan mempertimbangkan faktor kemampuan, lingkungan, sumber
daya, norma, integrasi dan aplikasi berbagai kecakapan kinerja, dengan kata lain
KBK berorientasi pada pendekatan konstruktivisme. Ciri-ciri KBK, yaitu:

a) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa, baik secara individual


maupun klasikal.
b) Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.
c) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode
yang bervariasi.
d) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar yang lain yang
memenuhi unsur edukasi.
e) Penilaian menekankan pada proses dan hasil dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi. 3
 Kelebihan Kurikulum 2004(KBK):
o Mengembangkan kompetensi-kompetensi siswa pada setiap aspek mata
pelajaran dan bukan pada penekanan penguasaan konten mata pelajaran itu
sendiri.
o Mengembangakan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student
oriented). Siswa dapat bergerak aktif secara fisik ketika belajar dengan
memanfaatkan indra seoptimal mungkin dan membuat seluruh tubuh serta
pikiran terlibat dalam proses belajar. Dengan demikian, siswa dapat belajar
dengan bergerak dan berbuat, belajar dengan berbicara dan mendengar,
belajar dengan mengamati dan menggambarkan, serta belajar dengan

3
Dwi Rahdiyanta, Makalah KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK) Pengertian
dan Konsep KBK, (Universitas Negeri Yogyakarta,2003), H. 6
memecahkan masalah dan berpikir. Pengalaman-pengalaman itu dapat
diperoleh melalui kegiatan mengindra, mengingat, berpikir, merasa,
berimajinasi, menyimpulkan, dan menguraikan sesuatu. Kegiatan tersebut
dijabarkan melalui kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan
menulis.
o Guru diberi kewenangan untuk menyusun silabus yang disesuaikan dengan
situasi dan kondisi di sekolah/daerah masing-masing.
o Bentuk pelaporan hasil belajar yang memaparkan setiap aspek dari suatu
mata pelajaran memudahkan evaluasi dan perbaikan terhadap kekurangan
peserta didik.
o Penilaian yang menekankan pada proses memungkinkan siswa untuk
mengeksplorasi kemampuannya secara optimal, dibandingkan dengan
penilaian yang terfokus pada konten.4
 Kekurangan Kurikulum 2004(KBK):
o Kurangnya sumber manusia yang potensial dalam menjabarkan KBK dengan
kata lain masih rendahnya kualitas sorang guru, karena dalam KBK seorang
guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menjalankan pendidikan.
o Kritik bertebaran, lantaran beban belajar siswa dinilai terlalu berat.
o Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan
agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Alhasil, Kurikulum 1994
menjelma menjadi kurikulum super.
o Pendekatan penguasaan materi (content oriented) memberatkan siswa
o Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan
banyaknya materi atau substansi setiap mata pelajaran.5
 Dari literatur lain di sebutkan keunggulan kurikulum KBK adalah:
o KBK yang dikedepankan Penguasaan materi Hasil dan kompetenasi
Para digma pembelajaran versi UNESCO: learning to know, learning to do,
learning to live together, dan learning to be.

4
Dwi Rahdiyanta, op. cit. H. 9
5
Anggi Mifatah Fadilah, loc. cit.
o Silabus ditentukan secara seragam, peran serta guru dan siswa dalam proses
pembelajaran, silabus menjadi kewenangan guru.
o Jumlah jam pelajaran 40 jam per minggu, tetapi jumlah mata pelajaran belum
bisa dikurangi.
o Metode pembelajaran Keterampilan proses dengan melahirkan metode
pembelajaran PAKEM dan CTL.
o Sistem penilaian Lebih menitik beratkan pada aspek kognitif, penilaian
memadukan keseimbangan kognitif, psikomotorik, dan afektif, dengan
penekanan penilaian berbasis kelas.
o KBK memiliki empat komponen, yaitu kurikulum dan hasil belajar (KHB),
penilaian berbasis kelas (PBK), kegiatan belajar mengajar (KBM), dan
pengelolaan kurikulum berbasis sekolah (PKBS). KHB berisi tentang
perencaan pengembangan kompetensi siswa yang perlu dicapai secara
keseluruhan sejak lahir sampai usia 18 tahun. PBK adalah melakukan
penilaian secara seimbang di tiga ranah, dengan menggunakan instrumen tes
dan non tes, yang berupa portofolio, produk, kinerja, dan pencil test. KBM
diarahkan pada kegiatan aktif siswa dala membangun makna atau
pemahaman, guru tidak bertindak sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi
sebagai motivator yang dapat menciptakan suasana yang memung kinkan
siswa dapat belajar secara penuh dan optimal. 6

C. Kurikulum 2006(KTSP)

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan


di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat
satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan,
kalender pendidikan, dan silabus. 7

6
Muhammedi, PERUBAHAN KURIKULUM DI INDONESIA : STUDI KRITIS TENTANG
UPAYA MENEMUKAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM YANG IDEAL,Jurnal RAUDHAH: Vol.
IV, No. 1: 2016, H. 58
7
Sudirman, op.cit. H. 87
Adapun prinsip-prinsip pengembangan KTSP menurut Permendiknas
nomor 22 tahun 2006 sebagaimana dikutip dari Ahmadi adalah sebagai berikut:

a. Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan


ling kungannya. Pengembangan kurikulum didasarkan atas prinsip
bahwa peserta didik adalah sentral proses pendidikan agar menjadi
manusia yang bertakwa, berakhlak mulia, berilmu, serta warga negara
yang demokratis sehingga perlu disesuaikan dengan potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan lingkungan siswa.
b. Beragam dan terpadu. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan
keragaman peserta didik, kondisi daerah dengan tidak membedakan
agama, suku, budaya, adat, serta status sosial ekonomi dan gender.
Kurikulum meli puti substansi komponen muatan wajib kurikulum,
muatan lokal, dan pengem bangan diri secara terpadu.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Kurikulum dikembangkan atas kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni berkembang secara dinamis.
d. Relevan dengan kebutuhan.
e. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan relevansi pendidikan
ter sebut dengan kebutuhan hidup dan dunia kerja.
f. Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum direncanakan
dan disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.
g. Belajar sepanjang hayat, kurikulum diarahkan kepada proses
pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat.
h. Seimbang antara kepentingan global, nasional, dan lokal. Kurikulum
dikem bangkan dengan memperhatikan kepentingan global, nasional,
dan lokal untuk membangun kehidupan masyarakat.8

8
Muhammedi, op.cit. H. 58-59
 Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Struktur dan
muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang tertuang
dalam SI meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut.
a) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia.
b) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.
c) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.
d) Kelompok mata pelajaran estetika.
e) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.

Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan


dan/atau kegiatan pembelajaran sebagaimana diuraikan dalam PP 19/2005
Pasal 7. Muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan
kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada 10 satuan
pendidikan. Di samping itu materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan
diri termasuk ke dalam isi kurikulum. 9

 Kelebihan KTSP
o Dalam pembelajaran adanya komunikasi dua arah antara guru dan siswa.
o Pembelajaran berpusat pada siswa.
o Penggunaan pendekatan dan metode yang bervariasi.
o Sumber belajar yang bervariasi.
o seorang guru benar-benar digerakkan menjadi manusia yang professional
yang menuntut kekereatifitasan.
 Kekurangan KTSP
o Minimnya sosialisasi dan kesiapan sarana dan prasarana pendukung
pendidikan dan terutama sekali kesiapan guru dan sekolah untuk menyusun
dan mengembangkan kurikulum sendiri. 10

9
Badan Standar Nasional Pendidikan, PANDUAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT
SATUAN PENDIDIKAN JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH, 2006, H. 9
10
Anggi Mifatah Fadilah, loc. cit.
DAFTAR PUSTAKA

Sudirman, 2019, Buku Ajar Pengembangan Kurikulum Kajian dan Praktik,


Samarinda: Mulawarman University Press
Dwi Rahdiyanta, 2003, Makalah KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK)
Pengertian dan Konsep KBK, Universitas Negeri Yogyakarta
Muhammedi, 2016, PERUBAHAN KURIKULUM DI INDONESIA : STUDI KRITIS
TENTANG UPAYA MENEMUKAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
YANG IDEAL,Jurnal RAUDHAH: Vol. IV, No. 1, H. 58, Sekolah Tinggi
Ilmu Tarbiyah Ar-Raudhah, Tandam Hulu, Kecamatan Hamparan Perak,
Kabupaten Deli Serdang
Anggi Mifatah Fadilah, 2018, Makalah Pengembangan Kurikulum Biologi,
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006, PANDUAN PENYUSUNAN
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN JENJANG
PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Anda mungkin juga menyukai