Anda di halaman 1dari 76

1

BAB I

PENDAHULIUAN

1.1 Latar Belakang

Gagal jantung merupakan suatu sindrom klinis akibat dari kelainan

struktur atau fungsi jantung yang ditandai dengan sesak nafas atau lelah bila

beraktifitas, dan pada kondisi berat dapat muncul ketika waktu beristirahat,

tanda retensi cairan seperti kongesti paru atau bengkak pergelangan kaki

(Chris et al., 2014). Penyakit kardiovaskular masih menjadi ancaman

dunia (global threat) dan merupakan penyakit yang berperan utama sebagai

penyebab kematian nomor satu di seluruh dunia. Data Organisasi Kesehatan

Dunia (WHO) menyebutkan, lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal

akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Sedangkan sebagai

perbandingan, HIV/ AIDS, malaria dan TBC secara keseluruhan membunuh 3

juta populasi dunia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

tahun 2018, angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah semakin

meningkat dari tahun ke tahun. Setidaknya, 15 dari 1000 orang, atau sekitar

2.784.064 individu di Indonesia menderita penyakit jantung (Riskesdas,

2018).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, tahun 2016

dengan data rawat inap pada klien gagal jantung, didapat 637 klien pada

tahun 2015 dan mengalami kenaikan sebanyak 1106 klien pada tahun 2016,

yang artinya mengalami peningkatan sebanyak 469 klien dengan persentase

1
2

42.6%. sedangkan pada klien rawat jalan didapat 794 klien pada tahun 2015,

dan mengalami peningkatan menjadi 1462 klien pada tahun 2016, dengan

peningkatan 668 klien (45.6%) (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2016)

Gagal jantung juga merupakan salah satu penyakit kronis yang dapat

menyebabkan penurunan kualitas hidup. Hal ini dikarenakan gagal jantung

dapat memberikan dampak yang negatif terhadap pemenuhan kebutuhan

dasar; adanya perubahan citra tubuh; kurangnya perawatan diri, perilaku dan

aktivitas sehari-hari; kelelahan kronis; disfungsi seksual; dan kekhawatiran

tentang masa depan. Ketidak mampuan pada klien gagal jantung untuk

beradaptasi terhadap penyakitnya, termasuk didalamnya mengenal secara dini

dari gejala penyakit (seperti sesak napas, intoleransi aktivitas, dan kelelahan)

yang akan memengaruhi kehidupan yang dijalaninya setiap hari (Pudiarifanti,

Pramantara & Ikawati, 2015; Djamaludin., Deria, 2018)

Latihan fisik yang meliputi mobilisasi inididasarkan pada tingkat

kesadaran pasien dan kebutuhan individual. Hal yang penting

untukdiperhatikan adalah bahwa program latihan sebaiknya dimonitor

berdasarkan target frekuensi denyut nadi dan perceived exertion. Apabila

terjadi gejala gagal jantung, ortopedik maupun neuromuskular, perlu

dilakukan peninjauan ulang terhadap program latihan fisik (Yeni, 2014).

Latihan fisik yang berupa mobilisasi ringan sudah dapat dilakukan sejak

48 jam setelah gagal jantung sepanjang tidak terdapat ada kontraindikasi.

Latihan fisik yang berupa mobilisasi ini dapatdilakukan terbatas pada

aktivitas sehari-harimisalnya gerakan tangan dan kaki danpengubahan postur.


3

Program latihan biasanya berupa terapi fisik ambulatory yang diawasi (Yeni,

2014).

Aktivitas merupakan suatu proses gerakanyang berasal dariotottubuh,

terjadi karena adanya energi yang dikeluarkan yang dilaksanakan untuk

tujuan tertentu. Aktivitas bertujuan menjaga performance dan mencegah

terjadinya serangan berulang. Meskipun hasil penelitian menyatakan latihan

fisik bermanfaat bagi pasien gagal jantung, tetapi belum banyak diterapkan.

hal ini dibuktikan pada penelitian yang menunjukkan bahwa tujuh puluh

sampai delapan puluh prosen pasien penyakit arteri koroner tidak

berpartisipasi dalam program rehabilitasi jantung. Kondisi ini dipengaruhi

oleh beberapa hal diataranya: biaya, kemampuan akses layanan oleh

masyarakat, dan format latihan yang ditawarkan (Wirawati, 2017).

Home-based exercise training (HBET) dapat menjadi salah satu pilihan

latihan fisik dan alternatif solusi rendahnya partisipasi pasien mengikuti

latihan fisik. HBET merupakan latihan fisik terprogram yang dapat dijalankan

oleh pasien secara mandiri di rumah. Di Indonesia latihan fisik dilakukan

secara terpusat di rumah sakit. Data resmi tentang cakupan dan partisipasi

program ini pada pasien gagal jantung di Indonesia belum didapatkan.

Sampai saat ini penulis belum mendapatkan laporan adanya program latihan

fisik dan pedoman latihan fisik yang terpusat di rumah sakit maupun HBET

(Suharsono, 2013)

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik melakukan

penelitian dengan judul Pengaruh Home Based Exercise Training (HBET)


4

Terhadap Kualitas Hidup Pasien Gagal Jantung Di RSUD Dr. H. Abdul

Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2020.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik melakukan

penelitian maka rumusan masalah yang muncul adalah : apakah ada pengaruh

home based exercise training (HBET) terhadap kualitas hidup pasien gagal

jantung di Wilayah Kerja Puskesmas Gedong Air Kota Bandar Lampung

Tahun 2020.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Diketahui pengaruh home based exercise training (HBET) terhadap

kualitas hidup pasien gagal jantung di Wilayah Kerja Puskesmas Gedong

Air Kota Bandar Lampung Tahun 2020.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Diketahui karakteristik responden di Wilayah Kerja Puskesmas

Gedong Air Kota Bandar Lampung Tahun 2020.

2. Diketahui kualitas hidup pasien gagal jantung sebelum diberi home

based exercise training (HBET) di Wilayah Kerja Puskesmas

Gedong Air Kota Bandar Lampung Tahun 2020.

3. Diketahui kualitas hidup pasien gagal jantung sesudah diberi home

based exercise training (HBET) di Wilayah Kerja Puskesmas

Gedong Air Kota Bandar Lampung Tahun 2020.


5

4. Diketahui pengaruh home based exercise training (HBET) terhadap

kualitas hidup pasien gagal jantung di Wilayah Kerja Puskesmas

Gedong Air Kota Bandar Lampung Tahun 2020.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1.4.2 Manfaat Aplikatif

Latihan fisik ini hendaknya menjadi bagian integral program

rehabilitasi pasien gagal jantung setelah pulang dari rumah sakit sehingga

hasilnya lebih baik dan dapat diwujudkan menjadi aktifitas kesukaan

pasien sehingga menurunkan angka ketidakpatuhan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Jenis penelitan menggunakan kuantitatif, rancangan penelitian pra

eksperimen dengan pendekatan one group pretes-postes design, populasi dan

sampel yaitu penderita gagal jantung, teknik pengambilan sampel

menggunakan purposive sampling, penelitian akan dilakukan di Wilayah Kerja

Puskesmas Gedong Air Kota Bandar Lampung Tahun 2020 pada bulan Juli.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 GagaL Jantung

2.1.1 Definisi Gagal Jantung

Gagal jantung adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala),

ditandai oleh sesak nafas dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas) yang
6

disebabkan oleh kelainan struktur ata fungsi jantung. Gagal jantung dapat

disebabkan oleh gangguan yang mengakibatkan terjadinya pengurangan

pengisian vertikel-(disfungsi diastolik) dan/atau nonkarditas niokardial

(disfungsi sistolik). (Sudoyo,dkk 2009; Amin, 2013)

Gagal Jantung adalah suatu kondisi di mana jantung mengalami

kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel

tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan

peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih banyak

untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku

dan menebal. Jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang

singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu memompa

dengan kuat (Majid, 2019).

Sebagai akibatnya, ginjal sering merespons dengan menahan air dan

garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa

organ tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh

klien menjadi bengkak (congestive) (Udjianti,2011).

2.1.2 Etiologi
6
Beberapa istilah gagal jantung (Sudoyo,dkk 2009; Amin, 2013)

1. Gagal jantung sistolik adalah ketidakmampuan kontraksi jantung

memompa sehingga curah jantung menurun menyebabkan kelemahan,

fatik, kemampuan aktivitas fisik menurun dan gejala lipoperfusi

lainnya
7

2. Gagal jantung diastolic adalah gangguan reaksi dan gangguan

pengisian ventrikel

Klasifikasi menurut gelaja dan intensitas gejala (Morton,2012; Amin,

2013)

1. Gagal jantung akut

Timbulnya gejala secara mendadak, biasanya selama beberapa hari

artau beberapa jam.

2. Gagal jantung kronik

Perkembangan gejals selama beberapa bulan sampai beberapa tahun

dan menggambarkan keterbatasan kehidupan sehari-hari.

Gagal jantung merupakan hasil dari suatu kondisi yang menyebabkan

overload volume, tekanan dan disfungsi miokard, gangguan pengisian,

atau peningkatan kebutuhan metabolik.

1. Overload volume

a. Over Tranfusion

b. Left-to rights shunts

c. Hipervolemia

2. Overload tekanan

a. Stenosis aorta

b. Hipertensi

c. Hipertrofi kardiomiopati

3. Disfungsi miokard
8

a. Kardiomiopati

b. Miokarditis

c. Iskemik/infark

d. Disritmia

e. Keracunan

4. Gangguan pengisian

a. Stenosis mitral

b. Stenosis trikuspidalis

c. Tamponade kardial

d. Perikarditis konstriktif

5. Peningkatan kebutuhan metabolik

a. Anemia

b. Demam

c. Beri-beri

d. Penyakit Paget’s

e. Fistula arteriovenous

Berdasarkan klasifikasi etiologi di atas dapat pula dikelompokkan

berdasarkan faktor etiologi eksterna maupun interna.

1. Faktor eksterna (dari luar jantung) : hipertensi renal, hipertiroid,

dan anemia krpnis/berat.

2. Faktor interna (dari dalam jantung).

a. Disfungsi katup : Ventricular Septum Defect (VSD), Atria

Septum Defect (ASD), stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.


9

b. Distrimia : atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block.

c. Kerusakan miokard : kardiomiopati, miokarditis, dan infark

miokard.

d. Infeksi : endokarditis bacterial sub-akut

Tiga mekanisme kompensasi berusaha untuk mempertahakan

fungsi pompa jantung normal yaitu peningkatan respons sistem saraf

simpatis, respons Frank Starling dan hipertrofi otot jantung.

1) Stimulasi Simpatis

Pada gagal jantung stimulasisistem saraf simpati adalah paling

berperan sebagai mekanisme kompensasi segera. Stimulasi dari

reseptor adrenergik menyebabkan peningkatan denyut jantung,

kemampuan kontraksi jantung dan vasokonstriksi pada vena dan

arteri. Sebagai akibat vasokonstriksi vena, maka akan

meningkatkan aliran balik vena ke jantung sehingga akan

meningkatkan preload. Aliran darah balik dari jaringan prifer ke

organ-organ besar dan afterload menunjukkan peningkatan

vasokonstriksi atreriole. Keadaan vasokonstriksi pada arteri renal

akan mebuat aliran darah di ginjal berkurang dan ginjak memberi

reaksi berupa rentesi garam dan air.

2) Respons Frank Starling

Respon frank starling meningkatkan preload, dimana membantu

mempertahankan curah jantung. Pada reaksi ini, serabut-serabut

otot jantung berkontraksi secara lebih kuat dan lebih banyak


10

diregang sebelum berkontransi. Dengan terjadinya peningkatan

aliran balik vena ke jantung, maka serabut-serabut otot direngang

sehingga memberikan kontaksi yang lebih kuat kemudian akan

meningkatkan volume sekuncup, yang berakibat pada peningkatan

curah jantung.

3) Hipertrofi Miokard

Hipertrofi miokard dengan atau tanpa dilatasi ruang, tampak

sebagai penebalan jantung mendekati normal. Bagaimanapun,

selama kegagalan jantung berlangsung penyesuaian sirkulasi

jantung dan perifer ini dapat menyebabkan kerusakan pada fungsi

pompa jantung karena semua mekanisme tersebut memperbesar

peningkatan konsumsi oksigen untuk jantung. Pada saat itulah

gejala-gejala dan tanda-tanda gagal jantung berkembang.

2.1.3 Klasifikasi Gagal Jantung

Klasifikasi gagal jantung menurut letaknya (Udjianti, 2011) :

1. Gagal jantung kiri merupakan kegagalan ventrikel kiri untuk mengisi

atau mengosongkan dengan benar dan dapat lebih lanjut

diklasifikasikan menjadi disfungsi sistolik dan diastolik

2. Gagal jantung kanan merupakan kegagalan ventrikel kanan untuk

memompa secara adekuat. Penyebab gagal jantung kanna yang paling


11

sering terjadi adalah gagal jantung kiri, tetapi gagal jantung kanan

dapar terjadi dengan adanya ventrikel kiri benar-benar normal dan

tidak menyebabkan gagal jantung kiri. Gagal ajntung kanan dapat juga

disebabkan oleh penyakit paru dan hipertensi arteri pulmonary primer.

Menurut derajat sakitnya:

1. Derajat 1 : Tanpa keluhan- anda masih bisa melakukan aktivitas fisik

sehari-hari tanpa disertai kelelahan ataupun sesak napas,

2. Derajat 2 : Ringan – aktivitas fisik sedang menyebabkan kelelahan

atau sesak napas, tetapi jika aktivitas ini dihentikan maka keluhan pun

hilang.

3. Derajat 3 : Sedang – aktivitas fisik ringan menyebabkan kelelahan

atau sesak napas, tetapi keluhan akan hilang jika aktivitas dihentikan.

4. Derajat 4 : Berat – tidak dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari,

bahkan pada saat istirahat pun keluhan tetap ada dan semakin berat

jika melakukan aktivitas walupun aktivitas ringan.

Ada empat kategori utama yang diklasifikasikan, yaitu sebagai berikut

(Udjianti, 2011).

Backward versus Forward Failure

1. Backward failure dikatakan sebagai akibat ventrikel tidak mampu

memompa volume darah keluar, menyebabkan darah terakumulasi dan

meningkatkan tekanan dalam ventrikel, atrium, dan sistem vena baik

untuk jantung sisi kanan maupun jantung sisi kiri.

2. Low-Output versus High-Output Syndrome


12

Low output syndrome terjadi bilamana jantung gagal sebagai pompa,

yang mengakibatkan gangguan sirkulasi perifer dan vasokonstriksi. Bila

curah jantung tetap normal atau di atas normal namun kebutuhan

metabolik tubuh tidak mencukupi, maka hight-output syndrome terjadi.

Hal ini mungkin disebabkan oleh peningkatan kebutuhan metabolik,

seperti tampak pada hipertiroidisme, demam dan kehamilan, atau

mungkin dipicu oleh kondisi hiperkinetik seperti fistula arteriovenous,

beri-beri, atau penyakit Paget’s.

3. Kegagalan Akut versus Kronik

Manifestasi klinis dari kegagalan jantung akut dan kronis tergantung

pada seberapa cepat sindrom berkembang. Gagal jantung akut

merupakan hasil dari kegagalan ventrikel kiri mungkin karena infark

miokard, disfungsi katup, atau krisis hipertensi. Kejadiannya

berlangsung demikian cepat di man amekanisme kompensasi menjadi

tidak efektif, kemudian berkembang menjadi edema paru dan kolaps

sirkulasi (syok kardiogenik).

4. Kegagalan Ventrikel Kanan versus Ventrikel Kiri

Kegagalan ventrikel kiri adalah merupakan frekuensi tersering dari dua

contoh kegagalan jantung di mana hanya satu sisi jantung yang

dipengaruhi. Secara tipikal disebabkan oleh penyakit hipertensi.

Coronary Arteryy Disease (CAD) dan penyakit katup jantung sisi kiri

(mitra dan aorta).

2.1.4 Manifestasi Klinis


13

(Sudoyo,dkk 2009; Amin, 2013)

1. Kriteria major

-Paraksismal nocturnal dispnea -Edema paru akut

-Distensia vena leher -Gallop S3

-Ronki paru -Peninggian vena jugularis

-Kardiomegali -Refluks hepatojugular

2. Kriteria monor

-Edema ekstremitas -Efusi pleura

-Batuk malam hari -Penurunan kapsitas vital 1/3

dari normal

-Dipnea d’effort -Takikardia (>120/menit)

-Hepatomegali

3. Major atau minor

Penurunan BB >4.5 kg dalam 5 hari pengobatan

Diagnose gagal jantung ditegakkan minimal ada 1 kriteria major

dan 2 kriteria minor.

lasifikasi fungsional gagal jantung menurut New York Heart Association

(NYHA) (Amin., Hardi, 2013)

Kelas I : tidak ada keterbatasan aktivitas fisik. Aktivitas fisik biasa

tidak menyebabkan keletihan atau dispnea.

Kelas II : sedikit keterbatasan fisik. Merasa nyaman saat istirahat, tetapi

aktivitas fisik biasa menyebabkan keletihan atau dispnea.


14

Kelas III : keterbatasan nyata aktivitas fisik tanpa gejala. Gejala terjadi

bahkan saat istirahat. Jika aktivitas fisik dilakukan, gejala

meningkat.

Kelas IV : tidak mampu melaksanakan aktivitas fisik tanpa gejala.

Gejala terjadi bahkan pada saat istirahat, jika aktivitas fisik

dilakukan gejala meningkat.

2.1.5 Dampak Gagagl Jantung

Dampak gagal jantung telah banyak menimbulkan masalah fisiologis

maupun psikologis. Penurunan curah jantung adalah salah satu masalah

keperawatan yang ditemukan berkaitan dengan gangguan fungsi

kardiovaskuler. Hal ini didukung oleh pendapat yang menjelaskan bahwa

diagnosa keperawatan prioritas pada klien gagal jantung yaitu: (1)

kerusakan difusi gas (O2) berhubungan dengan ketidakseimbangan

ventilasi perfusi (2) penurunan curah jantung berhubungan dengan

gangguan kontraktilitas, preload dan afterload. (3) Intoleransi aktivitas

berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai dan kebutuhan oksigen,

serta penurunan curah jantung (Ignatavicius, 2006; Popelka, 2005; Brunner

& Suddarth, 2004; Halimudin, 2010). Kerusakan difusi Gas selain

disebabkan oleh infark sendiri, tetapi juga oleh penurunan curah jantung

sebagai akibat infark tadi. Dengan demikian penurunan curah jantung

dapat dinyatakan sebagai masalah ataupun menjadi penyebab atau faktor

pencetus terjadinya masalah keperawatan lain seperti masalah intoleransi

aktivitas. Ada dua perubahan patofisologis yang terjadi yaitu: 1)


15

penurunan curah jantung menimbulkan respon cepat lelah (fatiq) dan 2)

Bendungan pada paru menimbulkan respon gejala sesak nafas sebagai efek

Backward. Penurunan curah jantung merupakan masalah serius pada

gangguan fungsi kardiovaskuler. Hal ini karena penurunan curah jantung

secara patofisiologi dapat menimbulkan dampak atau gangguan pada

organ-organ vital diluar jantung sebagai akibat defisit sirkulasi. Misalnya

sirkulasi otak, paru, ginjal, hati, limpha dan jantung itu sendiri. Kematian

klien dapat terjadi karena kerusakan sel otak, edema paru, gagal ginjal, dan

gangguan fungsi hepar.

Gagal jantung berkaitan langsung dengan penurunan toleransi

aktivitas sebagai akibat dari penurunan curah jantung oleh karena

disfungsi ventrikel kiri, peningkatan neurohormonal, dan kongesti

pembuluh darah vena sistemik dan pulmoner (Duncam, & Pozehl, 2006;

Halimudin, 2010). Hal Ini terjadi sebagai respon fisiologis dan psikologis

terhadap klien. Aktivitas dan latihan diketahui mempengaruhi respon-

respon tersebut. Respon fungsionil ini merupakan gambaran data atau

penjelasan tentang status curah jantung klien (Halimudin, 2010).

2.1.6 Pencegahan

Penyebab gagal jantung terutama berasal dari penyakit jantung; maka

pencegahan penyakit jantung merupakan tahap pertama pencegahan gagal

jantung. Pencegahan atau pengobatan dini penyakit jantung seperti CAD,

endokarditis infektif, perikarditis konstriktif, hipertensi dan penyakit

jantung reumatik adalah sangat penting. Bagaimanapun, karena satu dan


16

lain hal, penyakit jantung tidak selalu dapat dicegah , maka tahap

berikutnya adalah menunda serangan mendadak gagal jantung. Hal ini

meliputi manajemen diet seperti diet rendah garam-lemah lemak atau diet

untuk menurunkan berat badan; program penghentian merokok; menyusun

program aktivitas/latihan dan pengobatan dini terhadap infeksi (Uddjianti,

2011).

2.1.7 Penatalaksanaan Gagal Jantung

Penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung (Udjianti, 2011) meliputi:

a. Farmakologi

1) Diuretik: untuk mengurangi penimbunan cairan dan

pembengkakan.

2) Penghambat ace (ace inhibitors): untuk menurunkan tekanan darah

dan mengurangi beban kerja jantung.

3) Penyekat beta (beta blockers): untuk mengurangi denyut jantung

dan menurunkan tekanan darah agar beban jantung berkurang.

4) Digoksin: memperkuat denyut dan daya pompa jantung.

5) Terapi nitrat dan vasodilator koroner: menyebabkan vasodilatasi

perifer dan penurunan konsumsi oksigen miokard.

6) Digitalis: memperlambat frekuensi ventrikel dan meningkatkan

kekuatan kontraksi, peningkatan efisiensi jantung. saat curah

jantung meningkat, volume cairan lebih besar dikirim ke ginjal

untuk filtrasi dan ekskresi dan volume intravascular menurun.


17

7) Inotropik positif: Dobutamin adalah obat simpatomimetik dengan

kerja beta 1 adrenergik. Efek beta 1 meningkatkan kekuatan

kontraksi miokardium (efek inotropik positif) dan meningkatkan

denyut jantung (efek kronotropik positif).

8) Sedatif: Pemberian sedatif untuk mengurangi kegelisahan bertujuan

mengistirahatkan dan memberi relaksasi pada klien.

b. Non Farmakologi

Terapi non farmakologi yang sering digunakan biasanya

menggunakan Cardiac Resynchronization Therapy (CRT), selain itu

dapat juga menggunakan bebrapa saran pola hidup sehat sebagai

berikut ini :

1. Olahraga secara rutin dan teratur(Latihanfisik)

2. Konsumsi makanan sehat

3. Hentikan kegiatan merokok

4. Hindari makanan siap saji

5. Hindari minuman berakohol, dan perbanyak konsumsi air putih

6. Hindari konsumsi garam berlebihan

7. Lakukan pemeriksaam rutin dokter untuk memantau kesehatan

jantung.

2.2 Kualitas Hidup

2.2.1 Pengertian Kualitas Hidup

Pasien dengan gagal jantung juga sering memiliki masalah

psikologi seperti cemas, gangguan tidur, depresi, dan sensitifitas


18

berlebihan yang mengakibatkan kualitas hidup pasien menurun (Chair

et al., 2013). Terjadinya masalah psikososial dan penurunan kualitas

hidup pada klien dengan gangguan sistem kardiovaskuler sangat

dimungkinkan, karena klien sering mengalami rehospitalisasi. Masalah

psikososial tersebut dapat memicu peningkatan tekanan darah yang

tidak terkontrol dan pada proses selanjutnya akan mengganggu

kontraksi jantung. Hasil penelitian lain juga memaparkan bahwa

pemahaman tentang penyakit CHF berpengaruh terhadap terjadinya

readmission klien (Sullivan et al., 2009; Artama, 2017).

Kualitas hidup didefinisikan oleh World Health Organization

(WHO) dalam Moser dan Riegel (2008) sebagai tahapan yang

sempurna meliputi dimensi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial,

bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan saja. Kualitas hidup

klien dengan gagal jantung pada umumnya menurun dikarenakan

keterbatasan berbagai fungsi yang dialami oleh pasien (Moser & Riegel,

2008). Penelitian terbaru juga telah menunjukkan bahwa klien dengan

gagal jantung melaporkan kualitas hidup yang buruk dengan berbagai

alasan. Gagal jantung sering berfluktuasi dari hari-hari yang bervariasi

yang seringkali memberikan kontribusi untuk menimbulkan suatu

tekanan emosional dan gangguan pada kualitas hidup terkait kesehatan

klien gagal jantung (Kunts, 2013). Rendahnya kualitas hidup pasien

juga dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya karekteristik responden


19

yang dapat meliputi: usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan

sosial ekonomi; koping; depresi; dan kecemasan (Wilyam, 2015).

Avis (2017) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

kualitas hidup dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertaman adalah

sosio demografi yaitu jenis kelamin, umur, suku/etnik, pendidikan,

pekerjaan dan status perkawianan. Kedua adalah medik yaitu lama

menjalani hemodialisa, stadium penyakit, dan penatalaksanaan medis

yang dijalani.

2.2.2 Faktor Pengaruh Kualitas Hidup Pada Gagal Jantung

Menurut American Heart Association (AHA) (2013)

merekomendasikan bahwa aktivitas fisik dapat meningkatkan kualitas

hidup. Aktivitas yang dilakukan oleh klien gagal jantung juga dapat

mengurangi rasa cemas, kesal, dan marah yang merupakan salah satu

dimensi kualitas hidup karena oksigen yang masuk saat aktivitas ke

otak akan memberikan rasa nyaman.

Penelitian yang dilakukan Jepsen (2013) juga menyatakan bahwa

kesiapan seorang klien dalam melakukan aktivitas fisik memiliki

hubungan yang positif untuk membantu dalam meningkatkan kualitas

hidup seseorang, terutama dalam hal mengubah gaya hidup seseorang

yang obesitas. Obesitas ini juga merupakan salah satu penyebab gagal

jantung.

Menurut Kaawoan (2012), kualitas hidup ini didefinisikan sebagai

konsep yang disusun untuk menilai bagaimana pengaruh penyakit


20

terhadap klien Penyakit yang dialami klien tersebut memengaruhi

individu yang sakit secara keseluruhan meliputi kepribadian,

kemampuan adaptasi, serta harapan untuk hidup sehat. Beberapa pasien

hanya mampu mengenal dengan pasti pada saat gejala penyakit itu

sudah dirasakan sangat berat, sedangkan yang lainnya dapat mengenal

gejala dini penyakitnya yang sampai dapat menyebabkan klien ini tidak

mampu lagi untuk merawat diri dan kemungkinan mempunyai kualitas

hidup yang rendah.

2.2.3 Pengukuran Kualitas Hidup

Pengukuran kualitas hidupmerupakan pengukuran umtuk melihat

seberapa besar seseorang memiliki kualitas hidup, meskipun dalam

keadaan sakit sekalipun. Dalam pengukuran kualitas hidup biasanya

menggunakan alat ukur berupa kuisioner, dengan jumlah 20 point soal,

dengan keterangan skor 1-4, skor 1=tidak pernah, 2=jarang, 3=sering,

4=selalu, maka skor tertinggi adalah 80 jika, responden memilih skor 4

pada keseluruhan soal (Adelida, 2012)

2.3 Home Based Exercise Training(HBET)

2.3.1 Pengertian HBET

Home-based exercise training (HBET) dapat menjadi salah satu

pilihanlatihan fisik dan alternatif solusi rendahnyapartisipasi pasien

mengikuti latihan fisik. HBET merupakan latihan fisik terprogram

yang dapat dijalankan oleh pasien secara mandiri di rumah. Di


21

Indonesia latihan fisikdilakukan secara terpusat di rumah sakit.

Dataresmi tentang cakupan dan partisipasiprogram ini pada pasien

gagal jantung diIndonesia belum didapatkan.

Aktivitas merupakan suatu proses gerakanyang berasal

dariotottubuh, terjadi karena adanya energi yang dikeluarkan yang

dilaksanakan untuk tujuan tertentu. Aktivitas bertujuan menjaga

performance dan mencegah terjadinya serangan berulang. Meskipun

hasil penelitian menyatakan latihan fisik bermanfaat bagi pasien gagal

jantung, tetapi belum banyak diterapkan. hal ini dibuktikan pada

penelitian yang menunjukkan bahwa tujuh puluh sampai delapan puluh

prosen pasien penyakit arteri koroner tidak berpartisipasi dalam

program rehabilitasi jantung. Kondisi ini dipengaruhi oleh beberapa

hal diataranya: biaya, kemampuan akses layanan oleh masyarakat, dan

format latihan yang ditawarkan (Wirawati, 2014).

McKelvie (2008; Suharsono, 2013) menyatakan bahwa latihan fisik

dapat meminimalkan gejala, meningkatkan toleransi latihan, kualitas

hidup, dan memberikan efek yang memuaskan bagi kesembuhan

pasien. Latihan fisik yang dilakukan di rumah juga terbukti dapat

meningkatkan kapasitas latihan, self efficacy, dan menurunkan angka

dirawat ulang. HBET diketahui secara positif meningkatkan kapasitas

fisik, menurunkan berat badan, memperbaiki kontrol syaraf otonom,

fungsi endotel pembuluh darah, dan peningkatan kapasitas oksidasi

otot skelet (Hwang, Redfern & Alison, 2008; Suharsono, 2013).


22

2.3.2 Manfaat HBET Untuk Gagal Jantung

Home based exercise training merupakan latihan fisik terstruktur

dengan formula tertentu yang dilakukan di rumah tanpa supervisi tetapi

memerlukan kunjungan rumah yang teratur untuk memberikan umpan

balik. Peran dan keefektifan home based exercise training pada pasien

dengan gagal jantung masih perlu dilakukan review secara detail,

termasuk pengaruh home based exercise training terhadap kapasitas

fungsional, adaptasi perifer, dan kualitas hidup (Hwang, Redfern, &

Alison, 2008; Suharsono, 2013).

2.3.3 Tatacara Dan Waktu Pelaksanaan HBET

Latihan dimulai dengan latihan pasif diatas tempat tidur, yang

selanjutnya dilakukan secara aktif oleh pasien keesokan harinya. Pasien

diajarkan cara menghitung denyut nadi untuk memantau sendiri reaksi

latihan. Latihan kemudian dilanjutkan disamping tempat tidur pasien,

secara bertahap sesuai dengan kemampuannya. Latihan ditingkatkan

dengan berjalan di ruang rawat atau di koridor. Latihan ini ditingkatkan

secara bertahap. Setelah mendekati 2 minggu pasien dijadwalkan

mengikuti uji latih jantung sebelum pulang, yang bertujuan untuk

menilai kondisi jantung secara obyektif. Pendidikan kesehatan tentang

perubahan gaya hidup juga diajarkan pada pasien sebelum pulang ke

rumah (Suharsono, 2013).


23

Frekuensi menggambarkan jumlah sesi yang harus dilakukan dalam

periode waktu tertentu. Frekuensi latihan fisik pada orang yang baru

mulai latihan sebaiknya 3-5 kali seminggu. Peningkatan frekuensi dapat

dilakukan menyesuaikan dengan kondisi pasien dan dapat digunakan

untuk membantu merubah perilaku dan kepatuhan pasien. Durasi

merupakan jumlah waktu yang harus dilakukan dalam setiap aktivitas.

Dimulai dari minimal dan ditingkatkan secara bertahap, 10 menit tiap

sesi sampai mencapai 30-40 menit atau sesuai dengan toleransi pasien.

Penentuan durasi ini didasarkan pada level toleransi individu

(Suharsono, 2013).

2.3.4 Jenis Latihan

Beberapa hal prinsip yang harus diperhatikan dalam latihan fisik

pada pasien gagal jantung diantaranya : frekuensi, intensitas, durasi,

mode dan progresivitas latihan. Pada dasarnya ini bisa diterapkan pada

pasien penyakit jantung koroner dan gagal jantung. Latihan fisik pada

pasien gagal jantung diperlukan beberapa penyesuaian sesuai dengan

keadaan pasien dan bersifat individual (Suharsono, 2013)

Pasien gagal jantung memerlukan penyesuaian untuk latihan fisik

yang akan dilakukan sesuai dengan kondisinya. Berikut ini adalah

komponen latihan fisik yang telah terbukti aman dan efektif untuk

dilakukan pada pasien gagal jantung, yang meliputi tipe, frekuensi,

durasi, dan intensitasSuharsono, 2013).


24

Tipe Latihan Aerobik yang dinamis, dengan pembebanan


minimal. Hindari latihan isotonik dan aktivitas
pembentukan otot.

Intensitas Dibawah ventilatory treshold, 50-70 % dari VO2 max


atau setara dengan 40-60% heart rate reserve. Level
kelelahan dan sesak nafas saat latihan rata-rata 12-14
(Borg Scale).

Durasi Dimulai dari 20-30 menit tiap sesi dan dapat


ditingkatkan sesuai kemampuan pasien

Frekuensi Tiga sampai lima kali perminggu

Sumber: Myers, 2008; ESC dalam Nicholson, 2007; Suharsono, 2013.

2.3.5 Kontra Indikasi Dan Indikasi HBET

Beberapa pasien tidak boleh dilakukan latihan fisik. Terdapat

kontra indikasi yang harus dipelajari dan dikaji dari riwayat kesehatan

pasien. Working Group on Cardiac Rehabilitation and Exercise

Physiology and Working Group on Heart Failure of the European

Society of Cardiology (2001; Suharsono, 2013) memberikan pedoman

pasien yang tidak boleh melakukan latihan fisik sebagai berikut:

Kontra indikasi relatif : peningkatan berat badan ≥1,8 Kg dalam

1-3 hari, sedang menggunakan terapi dobutamin secara kontinyu atau

intermitten, penurunan tekanan darah sistolik saat latihan fisik, NYHA

kelas fungsional IV, arithmia ventrikel pada saat istirahat atau muncul

saat latihan fisik, denyut jantung istirahat ≥100x/menit.

Sedangkan kontra indikasi mutlak tidak boleh dilakukan latihan

fisik yaitu: toleransi latihan dan sesak nafas yang memburuk saat
25

istirahat atau saat latihan dalam 3-5 hari terakhir, iskemia yang

signifikan pada low work rate (<2 METS), diabetes tidak terkontrol,

penyakit sistemik akut atau demam, emboli baru, tromboplebitis,

perikarditis atau miocarditis akut, strenosis aorta sedang – berat,

regurgitasi katup yang memerlukan operasi, infark miocard dalam 2

minggu terakhir, onset baru fibrilasi atrium. Selain beberapa kontra

indikasi latihan fisik, harus diperhatikan pula indikasi penghentian

latihan fisik dan tes uji kapasitas fungsional diantaranya: muncul angina

atau gejala insufisiensi cardiovaskuler, Penurunan tekanan darah

sistolik lebih dari 20 mmHg setelah latihan, tekanan darah sistolik

kurang dari 80 mmHg atau lebih dari 220mmHg, dan tekanan darah

diastolik lebih dari 115mmHg, lebih dari atau sama dengan 2mm

depresi segment ST, inversi gelombang T, peningkatan frekuensi

aritmia ventrikel, perubahan irama ECG yang signifikan (AV blok

derajad 2-3, AF, SVT, PVC), tanda dan gejala intoleransi aktivitas

(vertigo, keringat dingin), pasien minta berhenti, saturasi oksigen

kurang dari 90%, denyut jantung lebih dari 90% heart rate reserve, skor

skala kelelahan dan sesak nafas saat latihan 15 atau lebih. (American

College of Sport Medicine, 2006; Jeng, 2004; Suharsono, 2013).

Selama melakukan HBET di rumah, boleh tidak melakukan

latihan fisik bila sedang mengalami sakit, baru sembuh dari sakit,

sedang mengalami nyeri dada, atau kurang istirahat (Kusmana, 2006;

Suharsono, 2013).
26

2.4 Penelitian Terkait

Suharsono (2013) Dampak Home Based Exercise Training Terhadap

Kapasitas Fungsional Pasien Gagal Jantung. P value 0.018 (á=0.05),

kekuatan hubungan sedang (r = 0.487) dengan arah negatif. Ini berarti

bahwa semakin tinggi kapasitas fungsional akan semakin minimal gejala

fisik yang dialami oleh pasien gagal jantung.

Wirawati (2014) Pengaruh Home Based Exercise Training (HBET)

Terhadap Self Efficacy Pasien Gagal Jantung di RSUD Tugurejo

Semarang.Hasil analisis dengan menggunakan uji t yang hasilnya

didapatkan bahwa terdapat pengaruh bermakna Home Based Exercise

Training (HBET) terhadap self efficacy (p=0,00). Hasil analisis dengan uji t

didapatkan bahwa rerata perbedaan skor self efficacy responden sebelum

dan setelah intervensi HBET pada perempuan lebih tinggi yaitu 3,82

dibandingkan dengan laki-laki sebesar 3,68. Hasil analisis juga didapatkan

nilai p = 0,82, yang berarti bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara

rerata perbedaan skor self efficacy responden sebelum dan setelah intervensi

HBET antara laki-laki dengan perempuan.Uji ANOVA didapatkan nilai p =

0,48 yang berarti bahwa tidak ada pengaruh umur secara bermakna terhadap

perbedaan skor self efficacy responden sebelum dan setelah intervensi

HBET dan didapatkan nilai p = 0,00 yang berarti bahwa ada perbedaan

bermakna terhadap perbedaan skor self efficacy responden sebelum dan

setelah intervensi HBET.


27

2.5 Kerangka Teori


Gambar 2.1
Kerangka Teori
Gagal Jantung
Masalah/ gangguan :
1. Penurunan curah jantung
Penyebab : 2. aktivitas sehati-hari
(Halimuddin, 2010)
1. Faktor eksterna (dari luar jantung) :
hipertensi renal, hipertiroid, dan anemia
krpnis/berat.
2. Faktor interna (dari dalam jantung). Penatalaksanaan
a. Disfungsi katup : Ventricular a. Farmakologi
Septum Defect (VSD), Atria 1) Diuretik.
Septum Defect (ASD), stenosis 2) Penghambat ace (ace inhibitors
mitral, dan insufisiensi mitral. 3) Penyekat beta (beta blockers)
b. Distrimia : atrial fibrilasi, ventrikel
4) Digoksin
fibrilasi, dan heart block.
c. Kerusakan miokard : 5) Terapi nitrat dan vasodilator koroner
kardiomiopati, miokarditis, dan 6) Digitalis
infark miokard. 7) Inotropik positif
d. Infeksi : endokarditis bacterial sub- 8) Sedatif
akut b. Non Farmakologi
(Amin., Hardi, 2013) Terapi non farmakologi yang sering digunakan
biasanya menggunakan Cardiac
Resynchronization Therapy (CRT), selain itu
dapat juga menggunakan bebrapa saran pola
hidup sehat sebagai berikut ini :
1. Olahraga secara rutin dan teratur(Latihanfisik)
2. Konsumsi makanan sehat
3. Hentikan kegiatan merokok
4. Hindari makanan siap saji
5. Hindari minuman berakohol, dan perbanyak
konsumsi air putih
6. Hindari konsumsi garam berlebihan
7. Lakukan pemeriksaam rutin dokter untuk
memantau kesehatan jantung.
(Udjianri, 2011)
28

Manfaat HBET :
Pengaruh home based exercise training
terhadap kapasitas fungsional, adaptasi
perifer, dan kualitas hidup (Hwang, Redfern,
& Alison, 2008; Suharsono, 2013).

Kualitas hidup

Sumber : (Amin., Hardi, 2013., Udjianti, 2011., Hwang, Redfern, & Alison, 2008;
Suharsono, 2013., Hallimudin, 2010)

2.6 Kerangka Konsep

Gambar 2.2

Kerangka Konsep

Pretes Intervensi Postes

Kualitas hidup Home based exercise Kualitas hidup


pasien gagal jantung training(HBET) pasien gagal jantung
pretes postes

2.7 Hipotesis

Ha : ada pengaruh home based exercise training (HBET) terhadap kualitas

hidup pasien gagal jantung di Wilayah Kerja Puskesmas Gedong Air

Kota Bandar Lampung Tahun 2020.


29

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif adalah suatu metode

penelitian untuk mendapatkan gambaran yang akurat dari sebuah karakteristik

masalah (Notoatmodjo, 2018).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Gedong

Air Kota Bandar Lampung pada Bulan Juni Tahun 2020.

3.3 RancanganPenelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

Pra Eksperimental dengan pendekatan one group pretes-postes design. Ciri

dari desain penelitian one group pretes-postes design dalam penelitian

lapangan, membandingkan hasil ukur sebelum dan sesudah diberikan


30

intervensi pada suatu kelompok penelitian atau intervensi (Notoatmpodjo,

2018).

Rancangan tersebut digambarkan sebagai berikut :

01-----------X---------02

Keterangan :

30 diberi intervensi.
01: Pengukuran kualitas hidup sebelum

X : Pemberian Home based exercise training (HBET)

02: Pengukuran kualitas hidupi sesudah diberi intervensi.

3.4 Subyek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian. Pemilihan

populasi dan sampel merupakan salah satufaktor yang mempengaruhi

berhasil atau tidaknya suatu penelitian (Notoadmodjo,2018). Populasi

adalah seluruh pasien yang terdiagnosa gagal jantung, sebanyak 59

pasien.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian objek yang diteliti dan dianggap mewakili

populasi (Notoatmodjo, 2018). Menurut Dempsey (2012) sampel

penelitian pada jenis penelitian eksperimen, dapat dilakukan dengan

menggunakan sampel minimal sebesar 15-25 responden Kriteria Inklusi :

a. Klien terdiagnosa gagal jantung berdasarkan catatan medik Wilayah

Kerja Puskesmas Gedong Air Kota Bandar Lampung


31

b. Klien dapat berkomunikasi dengan baik

c. Bersedia untuk dijadikan responden.

Kriteria Eksklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Responden dengan kualitas hidup buruk

b. Respoonden tidak kooperatif.

c. Lansia dengan latihan fisik sedikit berat tidak diikut sertakan

3.5 Teknik pengambilan sampel

Tehnik sampling pada penelitian ini adalah purposive sampling yang

berarti pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pada satu pertimbangan

tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ketersediaan

responden (Notoatmodjo, 2018).

3.6 Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran

yang dimiliki oleh suatu penelitian. Dalam penelitian ini digunakan dua

variable yaitu variable bebas (Independen) dan variable terkait (Dependen).

1. Variabel bebas (Independen) adalah variabel yang mempengaruhi

variable terkait yang dalam penelitian ini adalah HBET.

2. Variabelterkait (Dependen) adalah variabel yang dipengaruhi oleh

variable bebas yang dalam penelitian ini adalah kualitas hidup pasien

gagal jantung.

3.7 Definisi Operasional


32

Definisi operasional adalah batasan pada variabel yang diamati atau

diteliti untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamanatan terhadap

variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrument

ataualatukur (Notoatmodjo, 2018).

Tabel 3.1
Definisi Operasional

Variabel Definisioperasional Alatukur Cara ukur Hasilu Skalaukur


kur
Independen: HBET merupakan latihan Lembar Lembar
Home based fisik terprogram yang dapat Leaflet dan Leaflet dan
exercise dijalankan oleh pasien SAP SAP _ _
training
secara mandiri di rumah
(HBET)
meliputi gerakan :

1. Latihan I (Latihan
Siku)
2. Latihan Elevasi
Lengan
3. Latihan Ekstensi
lengan
4. Latihan Elevasi
Lengan II
5. Latihan Lengan Gerak
Melingkar
6. Latihan Jalan Di
Tempat (Mulai hari ke-
5)
7. Latihan Memutar
Pinggang, Latihan
Menyentuh Lutut
(Mulai hari ke 7)
8. Latihan Menekuk
Lutut (Mulai Minggu
ke-3)
Dependen : Diukurdenga Mengisi Rentan Rasional
Konsep yang disusun untuk n Minesota kuisioner g Skor
Kualitas menilai bagaimana Living with Minesota 20-80
Hidup pengaruh penyakit terhadap Heart Living with
klien Penyakit yang dialami Failure Heart
klien tersebut memengaruhi Quistionaire Failure (Adelei
Quistionaire da,
individu yang sakit secara
2012)
keseluruhan meliputi
kepribadian, kemampuan
adaptasi, serta harapan
untuk hidup sehat
33

3.7 Pengumpulan Data

3.7.1 Alat Pengumpulan Data

Kualitas hidup pasien gagal jantung adalah skor yang diperoleh dari

kuesioner Minnesota Living with Heart Failure Questionnaire (MLHFQ)

yang dijawab oleh responden. Di mana responden menjawab pertanyaan

sebanyak 20 dengan penilaian menggunakan skala Likert yaitu 1 = tidak

pernah, 2 = jarang, 3 = sering dan 4 = selalu. Hasil skor penilaian

dinyatakan dalam rentang 20-80. Semakin rendah skor total maka

semakin tinggi kualitas hidup & semakin tinggi skor total maka semakin

rendah kualitas hidup penderita gagal jantung.

Kuisioner MLHFQ merupakan kusioner baku yang diadopsi untuk

megukur kualitas hidup pasien yang mengalami gagal jantung, kuisioner

ini peneliti adobsi dari peneliti terdahulu, yaitu penelitian Adeleida

(2012), dengan judul Hubungan Self Care Dan Depresi Dengan Kualitas

Hidup Pasien Heart Failure Di Rsup Prof Dr R.D Kandou Manado,

dengan nilai valid dan reliabilitas.

3.7.2 Uji Validitas Dan Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat konsistensi dari suatu pengukuran.

Untuk pengujian reliabilitas prosedur yang digunakan dalam menguji

reliabilitas alat ukur dukungan sosial, self care, dan kualitas hidup pasien

heart failure adalah prosedur item covarian. Tujuan prosedur item


34

covarian ini untuk menentukan konsistensi internal pada alat ukur

dukungan sosial, self care, depresi dan kualitas hidup pasien heart failure.

Metode yang digunakan adalah dengan formula Cronbach alpha, dengan

pertimbangan alat ukur dukungan sosial, self care, dan kualitas hidup

pasien heart failure adalah multiscale (skala Likert). Formulasi ini

merupakan rasio jumlah varian dari satu item dengan varian skor total.

Batasan koefisien reliabilitas suatu alat ukur yang dapat diterima secara

umum menurut Anastasi dan Urbina dalam Dharma (2011) adalah 0.7-

0.8. Berdasarkan hal ini maka alat ukur dukungan sosial, self care,

depresi dan kualitas hidup pasien heart failure dianggap reliabel dan

memiliki konsistensi internal tinggi jika nilai Cronbach alpha berada

pada rentang 0.7-0.8. Hasil uji reliabilitas yang dilakukan pada kuesioner

dukungan sosial didapatkan nilai Cronbach alpha,= 0,952, kuesioner self

care nilai Cronbach alpha,= 0,956 dan kuesioner kualitas hidup nilai

Cronbach alpha,= 0,954. Hal ini menunjukkan bahwa kuesioner ini

reliabel untuk mengukur dukungan sosial, self care dan kualitas hidup

pada pasien heart failure.

3.7.3 Prosedur Pengumpulan Data

1. Persiapan

Pada tahap ini dilakukan dengan kegiatan menjelaskan tujuan dan

manfaat penelitian yaitu memberikan contoh gerakan latihan fisik

dengan lembar leaflet dan dilanjutkan dengan pengisian informed

consent.
35

2. Pre test

Pada tahap ini peneliti akan melakukan pemeriksaan kualitas

hidup pasien, dengan cara mengisi kuisioner MinesotaLiving with

Heart Failure Quistionaire merupakan kuisioner baku untuk

mengukur kualitas hidup pasien gagal jantung.

3. Pelaksanaanintervensi

Memberikan frekuensi latihan fisik yaang dilakukan dirumah

pada orang yang baru mulai latihan sebaiknya 3-5 kali seminggu.

Durasi merupakan jumlah waktu yang harus dilakukan dalam

setiap aktivitas. Dimulai dari minimal dan ditingkatkan secara

bertahap, 10 menit tiap sesi sampai mencapai 30-40 menit.

Pelaksanaan dilakukan mulai dari pemanasan dan dilakukan pada

10 menit pertama, selanjutnya pasien diistirahatkan dan diajarkan

cara mengitung denyut nadi, jika meningkat dilakukan istirahat

sejenak, dan setelah kembali normal, dilanjutkan selama 15 menit

selanjutnya, seperti berjalan dilorong rumah sakit, atau ruang

tamu menuju kamar (jika dilakukan di rumah)

4. Post test

Pada tahap ini peneliti akan melakukan pemeriksaan kualitas

hidup pasien, dengan cara mengisi kuisioner Minesota Living

with Heart Failure Quistionaire setelah dilakukan intervnsi

selama kurang lebih 14 hari.


36

3.8 Pengolahan Data

Menut (Notoatmodjo, 2012) pengolahan data dilakukan dengan langkah-

langkah sebagai berikut

1. Editing

Kegiatan untuk melakukan pengecekan atau pengoreksian data yang

telah terkumpul tujuannya untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan

yang terdapat pada pencatatan lapangan.

2. Coding

Kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbetuk angka

atau bilangan untuk mempermudah entry data.

3. Processing

Untuk memproses data agar dapat dianalisis dan dilakukan dengan

cara memasukan dan mengolah data dari lembar observasi melalui

program komputer.

4. Cleaning

Kegiatan pengecekan kembali data yang entri kedalam komputer

agak tidak terdapat kesalahan.

3.9 Analisa Data

Analisa data pada penelitian ini dengan memanfaatkan perangkat lunak

komputer. Adapun analisis yang dilakukan terbagi dua, yaitu:

1. Analisis Univariat
37

Setelah lembar observasi selesai dan terkumpul, kemudian data

dianalisa sesuai dengan bentuk data. Analisa univariat digunakan untuk

mengetahui distribusi frekuensi atau rata-rata penyembuhan luka

responden (Arikunto, 2010).

2. Analisis Bivariat

Dalam penelitian ini, telah dilakukan uji normalitas , Pada penelitian

ini peneliti menggunakan uji normalitas shapirowilk dengan ketentuan :

Jika nilaip-value > 0,05 maka distribusi normal Jika nilaip-value < 0,05

maka distribusi tidak normal, p-value pada pengukuran pretes didapat nilai

0,403> 0,05dan pada pengukuran postes didapat nilai 0,716> 0,05 maka

data berdistribusi normal dan selanjutnya dapat dilakukan uji t-tes.

Sedangkan pada hasil uji t-tes didapat hasil analisa data bivariat

menggunakan uji t-tes didapat nilai p-value 0,000 < 0,05 maka dapat

ditarik kesimpulan terdapat pengaruh home based exercise training

(HBET) terhadap kualitas hidup pasien gagal jantung Di Puskesmas

Gedong Air Kota Bandar Lampung Tahun 2020.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


38

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Karakteristik Responden

Tabel 4.1
Distribusi Karakteristik Responden Gagal Jantung Berdasarkan Usia,
Pendidikan, Jenis Kelamin Di Puskesmas Gedong Air
Kota Bandar Lampung Tahun 2020
Usia F Persentase (%)
20- 30 Tahun 6 40,0
>30 Tahun 9 60,0
Jenis Kelamin F Persentase (%)
Laki-laki 7 46,7
Perempuan 8 53,3
Pendidikan F Persentase (%)
SD-SMP 6 40,0
SMA 7 46,7
Perguruan Tinggi 2 13,3
Total 15 100

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dijelaskan bahwa rata-rata usia

responden adalah usia >30 tahun sebanyak 9 responden (60%), dan jenis

kelamin terbanyak adalah Perempuan sebanyak 8 responden (53,3%) dan

pendidikan terbanyak adalah kategori menengah yaitu pendidikan SMA 7

responden (46,7%).

39
4.1.2 Uji Normalitas

Tabel 4.2
Uji Normalitas
Kualitas Hidup N P-Value
Pretes 15 0,403
39

Postes 15 0,716

Uji normalitas adalah uji prasyarat sebelum dilakukannya uji

perbedaan atau pengaruh (compare means). Pada penelitian ini peneliti

menggunakan uji normalitas shapirowilk dengan ketentuan : Jika nilaip-

value > 0,05 maka distribusi normal Jika nilaip-value < 0,05 maka

distribusi tidak normal, p-value pada pengukuran pretes didapat nilai

0,403> 0,05dan pada pengukuran postes didapat nilai 0,716> 0,05 maka

data berdistribusi normal dan selanjutnya dapat dilakukan uji t-tes.

4.1.3 Analisis Univariat

a. Rata-rata Kualitas Hidup (Pre-test)

Pada analisa univariat sebelum dilakukan intervensi dilakukan pengukuran

kualitas hidup terlebih dahulu, dan didapat rata-rata kualitas hidup pada 15

responden seperti dibawah ini.

Tabel 4.3
Kualitas Hidup Pasien Gagal Jantung Sebelum Diberi Home Based
Exercise Training (HBET) Di Puskesmas Gedong Air
Kota Bandar Lampung Tahun 2020
N= 15
Kualitas Hidup Mean SD Min-Max CI; 95%
Pretes 35,93 6,770 25-48 31,80-40,07

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, dapat dijelaskan bahwa sebelum (pre-

test) perlakuanHome Based Exercise Training (HBET) rata-rata kualitas

hidupp dengan mean 35,93 standar deviasi 6,770.

b. Rata-rata Kualitas Hidup (Post-test)


40

Setelah dilakukan perlakuan (posttest) pemberian sesudah diberi home

based exercise training (HBET), maka didapatkan kualitas hidup

sebagaimana dapat dilihat pada uraian berikut.

Tabel 4.4
Kualitas Hidup Pasien Gagal Jantung Sesudah Diberi Home Based
Exercise Training (HBET) Di Puskesmas Gedong Air
Kota Bandar Lampung Tahun 2020
Kualitas Hidup Mean SD Min-Max CI; 95%
Pretes 57,13 7,469 45-68 53,38-60,88

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, dapat dijelaskan bahwa sesudah

(posttes) perlakuanHome Based Exercise Training (HBET) rata-rata

kualitas hidup dengan mean 57,13 standar deviasi 7,469.

4.1.4 Analisis Bivariat

Pada analisa bivariat, setelah diketahui data berdistribusi normal

selanjutnya dapat dilakukan uji t-tes dependen, dikarenakan hanya

mengguanakan satu kelompok perlakukan, dan tidak ada kelompok

pembanding, selanjutnya antara pretes dan postes diuji dengan analisa one

sampel t-tes untuk melihat adakah perbedaan antara sebelum dan sesudah

diberi intervensi.

Tabel 4.5
Pengaruh Home Based Exercise Training (HBET) Terhadap Kualitas
Hidup Pasien Gagal Jantung Di Puskesmas Gedong Air
Kota Bandar Lampung Tahun 2020
Kualitas
Mean SD t P-value 95%CI
Hidup
Pretes 35,93±7,469
Postes 57,13±6,770 11,919 0,000 -25,015- 17,385

Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa pada hasil

analisis diperoleh peningkatan kualitas hidup responden gagal jantung


41

sebelum dan sesudah diberi home based exercise training (HBET) dengan

perubahan mean 35,93 menjadi 57,13.

Hasil analisa data bivariat menggunakan uji t-tes didapat nilai p-

value 0,000 < 0,05 maka dapat ditarik kesimpulan terdapat pengaruh home

based exercise training (HBET) terhadap kualitas hidup pasien gagal

jantung Di Puskesmas Gedong Air Kota Bandar Lampung Tahun 2020.

4.2 Pembahasan

1. Kualitas Hidup Pasien Gagal Jantung Sebelum Diberi Home Based


Exercise Training (HBET) Di Puskesmas Gedong Air Kota Bandar
Lampung Tahun 2020

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, dapat dijelaskan bahwa sebelum (pre-

test) perlakuan Home Based Exercise Training (HBET) rata-rata kualitas

hidupp dengan mean 35,93 standar deviasi 6,770.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Wirawati (2014) Pengaruh Home Based Exercise Training (HBET)

Terhadap Self Efficacy Pasien Gagal Jantung di RSUD Tugurejo

Semarang. Hasil analisis dengan menggunakan uji t yang hasilnya

didapatkan bahwa terdapat pengaruh bermakna Home Based Exercise

Training (HBET) terhadap self efficacy (p=0,00). Hasil analisis dengan uji

t didapatkan bahwa rerata perbedaan skor self efficacy responden sebelum

dan setelah intervensi HBET pada perempuan lebih tinggi yaitu 3,82

dibandingkan dengan laki-laki sebesar 3,68. Hasil analisis juga didapatkan

nilai p = 0,82, yang berarti bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara
42

rerata perbedaan skor self efficacy responden sebelum dan setelah

intervensi HBET antara laki-laki dengan perempuan.

Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Majid (2019)

Gagal Jantungadalah suatu kondisi di mana jantung mengalami kegagalan

dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan

nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan peregangan

ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih banyak untuk

dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku dan

menebal. Jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang

singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu memompa

dengan kuat

Menurut penliti Pasien dengan gagal jantung juga sering memiliki

masalah psikologi seperti cemas, gangguan tidur, depresi, dan sensitifitas

berlebihan yang mengakibatkan kualitas hidup pasien menurun.Sejalan

pendapat Sullivan et al., (2009; Artama, 2017) Terjadinya masalah

psikososial dan penurunan kualitas hidup pada klien dengan gangguan

sistem kardiovaskuler sangat dimungkinkan, karena klien sering

mengalami rehospitalisasi. Masalah psikososial tersebut dapat memicu

peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol dan pada proses

selanjutnya akan mengganggu kontraksi jantung. Hasil penelitian lain juga

memaparkan bahwa pemahaman tentang penyakit CHF berpengaruh

terhadap terjadinya readmission klien.


43

2. Kualitas Hidup Pasien Gagal Jantung Sesudah Diberi Home Based


Exercise Training (HBET) Di Puskesmas Gedong Air Kota Bandar
Lampung Tahun 2020

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, dapat dijelaskan bahwa sesudah

(posttes) perlakuanHome Based Exercise Training (HBET) rata-rata

kualitas hidup dengan mean 57,13 standar deviasi 7,469.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wirawati (2014)

Pengaruh Home Based Exercise Training (HBET) Terhadap Self Efficacy

Pasien Gagal Jantung di RSUD Tugurejo Semarang.Hasil analisis dengan

menggunakan uji t yang hasilnya didapatkan bahwa terdapat pengaruh

bermakna Home Based Exercise Training (HBET) terhadap self efficacy

(p=00,000). Hasil analisis dengan uji t didapatkan bahwa rerata perbedaan

skor self efficacy responden sebelum dan setelah intervensi HBET pada

perempuan lebih tinggi yaitu 3,82 dibandingkan dengan laki-laki sebesar

3,68. Hasil analisis juga didapatkan nilai p = 0,82, yang berarti bahwa

tidak ada perbedaan bermakna antara rerata perbedaan skor self efficacy

responden sebelum dan setelah intervensi HBET antara laki-laki dengan

perempuan.

Sejalan dengan pendapat yang dikemukan oleh Menurut Kaawoan

(2012), kualitas hidup ini didefinisikan sebagai konsep yang disusun untuk

menilai bagaimana pengaruh penyakit terhadap klien Penyakit yang

dialami klien tersebut memengaruhi individu yang sakit secara

keseluruhan meliputi kepribadian, kemampuan adaptasi, serta harapan

untuk hidup sehat. Beberapa pasien hanya mampu mengenal dengan pasti
44

pada saat gejala penyakit itu sudah dirasakan sangat berat, sedangkan yang

lainnya dapat mengenal gejala dini penyakitnya yang sampai dapat

menyebabkan klien ini tidak mampu lagi untuk merawat diri dan

kemungkinan mempunyai kualitas hidup yang rendah.

Berdasarkan uraian hasil penelitian di atas dapat dijelaskan bahwa

Penderita gagal jantung sangat memerlukan program rehabilitatif yang

komprehensif untuk mengembalikan kemampuan fisik paska serangan

serta mencegah terjadinya serangan ulang. Latihan fisik pada penderita

gagal jantung bertujuan untuk mengoptimalkan kapasitas fisik tubuh,

memberi penyuluhan pada pasien dan keluarga dalam mencegah

perburukan dan membantu pasien untuk kembali dapat beraktivitas fisik

seperti sebelum mengalami gagal jantung.

Latihan fisik yang meliputi mobilisasi ini didasarkan pada tingkat

kesadaran pasien dan kebutuhan individual. Hal yang penting untuk

diperhatikan adalah bahwa program latihan sebaiknya dimonitor

berdasarkan target frekuensi denyut nadi dan perceived exertion. Apabila

terjadi gejala gagal jantung, ortopedik maupun neuromuskular, perlu

dilakukan peninjauan ulang terhadap program latihan. Latihan fisik yang

berupa mobilisasi ringan sudah dapat dilakukan sejak 48 jam setelah CHF

sepanjang tidak terdapat ada kontraindikasi. Latihan fisik yang berupa

mobilisasi ini dapat dilakukan terbatas pada aktivitas sehari-hari misalnya

gerakan tangan dan kaki dan pengubahan postur.Program latihan biasanya

berupa terapi fisik ambulatory yang diawasi (Marchionni et al., 2007).


45

3. Pengaruh Home Based Exercise Training (HBET) Terhadap Kualitas


Hidup Pasien Gagal Jantung Di Puskesmas Gedong Air
Kota Bandar Lampung Tahun 2020

Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa pada hasil

analisis diperoleh peningkatan kualitas hidup responden gagal jantung

sebelum dan sesudah diberi home based exercise training (HBET) dengan

perubahan mean 35,93 menjadi 57,13.

Hasil analisa data bivariat menggunakan uji t-tes didapat nilai p-

value 0,000 < 0,05 maka dapat ditarik kesimpulan terdapat pengaruh home

based exercise training (HBET) terhadap kualitas hidup pasien gagal

jantung Di Puskesmas Gedong Air Kota Bandar Lampung Tahun 2020.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Suharsono (2013) Dampak Home Based Exercise Training Terhadap

KapasitasFungsional Pasien Gagal Jantung. P value 0.018 (á=0.05),

kekuatanhubungan sedang (r = 0.487) dengan arahnegatif. Ini berarti

bahwa semakin tinggikapasitas fungsional akan semakin minimal gejala

fisik yang dialami oleh pasien gagaljantung.

Menurut Wirawati(2014) Aktivitas merupakan suatu proses

gerakanyang berasal dariotottubuh, terjadikarenaadanyaenergi yang

dikeluarkan yang dilaksanakan untuk tujuan tertentu.Aktivitas bertujuan

menjaga performance dan mencegah terjadinya serangan berulang.

Meskipun hasil penelitian menyatakan latihan fisik bermanfaat bagi pasien

gagal jantung, tetapi belum banyak diterapkan. hal ini dibuktikan pada

penelitian yang menunjukkan bahwa tujuh puluh sampai delapan puluh

prosen pasien penyakit arteri koroner tidak berpartisipasi dalam program


46

rehabilitasi jantung. Kondisi ini dipengaruhi oleh beberapa hal diataranya:

biaya, kemampuan akses layanan oleh masyarakat, dan format latihan

yang ditawarkan

Home based exercise training merupakan latihan fisik terstruktur

dengan formula tertentu yang dilakukan di rumah tanpa supervisi tetapi

memerlukan kunjungan rumah yang teratur untuk memberikan umpan

balik. Peran dan keefektifan home based exercise training pada pasien

dengan gagal jantung masih perlu dilakukan review secara detail, termasuk

pengaruh home based exercise training terhadap kapasitas fungsional,

adaptasi perifer, dan kualitas hidup (Hwang, Redfern, & Alison, 2008;

Suharsono, 2013).

Menurut peneliti, aktivitas atau latihan fisik pada penderita gagal

jantung hanyalah berupa gerakan ringan yang mampu dilakukan di rumah,

responden melakukan aktivitas rutin harian di rumah sesuai dengan

kemampuannya. Aktivitas yang rutin ini dapat dianggap sebagai bentuk

latihan fisik yang diwujudkan dalam bentuk aktivitas sehari-hari. Sebagian

besar aktivitas yang dilakukannya berupa kegiatan jalan kaki,

membersihkan rumput dan bersepeda menuju tempat kerja merupakan

bentuk dari latihan aerobic dan pembebanan. Sejalan dengan penelitian

Myers (2008) Metode ini terbukti efektif untuk tetap menjaga bahkan

meningkatkan kemampuan fungsional. Ini didukung oleh, tipe latihan fisik

yang sesuai bagi pasien gagal jantung adalah aerobik yang bersifat dinamis

dan latihan tahanan ringan. Latihan fisik pada gagal jantung sedang

menjadi topik yang sering didiskusikan untuk menjadi bagian dari terapi

standar pasien gagal jantung. Perubahan fisiologis, psikologis dan


47

muskuloskeletal akibat latihan fisik dilaporkan dapat meningkatkan

kapasitas fungsional.

HBET diketahui secara positif meningkatkan kapasitas fisik,

menurunkan berat badan, memperbaiki kontrol syaraf otonom, fungsi

endotel pembuluh darah, dan peningkatan kapasitas oksidasi otot skelet

(Hwang, Redfern & Alison, 2008). Menurut (Lewa dkk,2010). Orang yang

tekanan darahnya cenderung tinggi dikarenakan kurang aktif dalam

melakukan home based exercise training sehingga dapat menimbulkan

komplikasi lain. Home based exercise training dapat dilakukan berupa

jalan kaki, tipe latihan fisik ini efektif bagi pasien hipertensi, latihan ini

bersifat dinamis dan tahanan ringan. Latihan ini dilakukan dengan durasi

30 menit selama 2 minggu, frekuensi 3 kali dalam 1 minggu (Tahlil,

Rahmaita dan Mudatsir, 2017).

Home based exercise training sangat berpengaruh terhadap

penurunan tekanan darah. Selain itu, juga dapat mengurangi resiko

penyakit lain, orang yang aktif melakukan aktivitas fisik akan membuat

otot jantung bekerja lebeih keras (dari pembuluh koroner yang

memberikan suplai) agar bugar dan berfungsi normal memompa darah

keseluruh tubuh. Aktivitas fisik dapat memperderas aliran darah kedalam

koroner jantung, dengan demikian kecukupan oksigen jantung terpenuhi

untuk bisa tetap cukup berdegup. Bukan hanya itu, kelenturan pembuluh

darah arteri yang terlatih menguncup dan mengembang akan terbantu oleh

mengejangnya otot-otot tubuh yang berada diarea dinding pembuluh darah

saat melakukan aktivitas fisik. Sehingga menybabkan tekanan darah

cendrung lebih rendah, perlengketan antar sel darah yang bisa berakibat
48

gumpalan bekuan darah dan penyumbatan pembuluh darah bisa berkurang.

Hal ini sejalan dengan pendapat (Moniga dkk, 2016). Bahwa aktivitas fisik

yang dilakukan secara teratur dengan baik bisa memberikan pengaruh

terhadap penurunan tekanan darah serta keadaan tubuh yang lebih baik dan

seimbang. Pengaruh jangka panjang latihan fisik secara teratur

memberikan efek pada pembuluh darah diantranya: pembuluh darah akan

melebar, saraf simpatis dan parasimpatis pembuluh darah, hal ini membuat

tubuh lebih sehat dan bugar sehingga seseorang lebih produktif. Home

Based Exercise Training yang dilakukan secara teratur akan memberikan

hasil peningkatan kerja sistem respirasi, sistem kardiovaskuler,

menguatkan otot-otot rangka dan dapat meningkatkan curah jantung yang

akan disertai meningkatnya distribusi oksigen kebagian tubuh yang

membutuhkan, dimana akan berpengaruh pada tekanan darah serta dapat

mengontrol tekanan darah dan dapat meningkatkan kualitas hidup

(Penggalih, Hardiyanti dan Sani, 2015).


49

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pada bab sebelumnya maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Usia responden adalah usia > 30 tahun sebanyak 9 responden (60%), dan

jenis kelamin terbanyak adalah Perempuan sebanyak 8 responden (53,3%)

pendidikan terbanyak adalah kategori menengah 7 responden (46,7%).

2. Rata-rata kualitas hidup sebelum diberi home based exercise training

(HBET) dengan mean 35,93 standar deviasi 6,770.

3. Rata-rata kualitas hidup sesudah home based exercise training (HBET)

dengan mean 57,13 standar deviasi 7,469.

4. Hasil analisa data bivariat menggunakan uji t-tes didapat nilai p-value

0,000 < 0,05 maka dapat ditarik kesimpulan terdapat pengaruh home

based exercise training (HBET) terhadap kualitas hidup pasien gagal

jantung Di Puskesmas Gedong Air Kota Bandar Lampung Tahun 2020.

5.2 Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan bagi institusi pendidikan khususnya prodi Keperawatan

Universitas Malahayati Bandar Lampung untuk meningkatkan pendidikan

dibidang keperawatan komplementer terkait latihan fisik yang terprogram


51
50

untuki meningkatkan aktivitas fisik dan kualitas hidup pasien gagal

jantung.

2. Bagi Puskesmas Gedong Air Kota Bandar Lampung

Institusi pelayanan kesehatan diharapkan agar dapat melakukan home

based exercise training (HBET)secara terstruktur dan dibentuk suatu

protap (SOP) khusus agar dalam perawatan dan pengobatan terjadi

perubahan self care dan quality of life yang lebih baik terhadap pasien

gagal jantung.

3. Bagi Responden

Latihan fisik home based exercise training (HBET) ini hendaknyamenjadi

bagian integral program rehabilitasi pasien gagal jantung setelah pulang

dari rumah sakit sehingga hasilnya lebih baik dan dapat diwujudkan

menjadi aktifitas kesukaan pasien

4. Bagi Peneliti Lain

Bagi penelitian lain yang ingin melakukan penelitian yang berhubungan

dengan upaya meningkatkan kualitas hidup pasien gagal jantung dengan

aktivitas fisik lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
51

Adeilida, (2012). Hubungan Motivasi Dan Kualitas Hidup Pada Pasien Gagal
Jantung. Universitas Semarang. Skripsi.

Akhmad, ArifNur, (2016). Kualitas Hidup Pasien Gagal Jantung Kongestif


(GJK) Berdasarkan Karakteristik Demografi. Universitas Muhamadiyah :
Yogyakarta. Jurnal.

Alligood, (2010). Nursing theory and their work. (6 thed). St. Louis: Mosby
Elsevier.

American Heart Association. (2013). Heart Disease And Stroke Statistic.


Diperoleh pada tanggal 12-10-17 dari http:// ahajournal.org.com.

Chris Tanto, et al." Ed 4 (2014). Kedokteran, Kapita Selekta.: 835-839.

Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. (2016). Data Gagal Jantung Provinsi


Lampung.

Djamaludin, D., Tua, R., & Deria, D. (2018). HUBUNGAN SELF CARE
TERHADAP KUALITAS HIDUP PADA KLIEN GAGAL JANTUNG DI
POLI JANTUNG RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI
LAMPUNG TAHUN 2017. Holistik Jurnal Kesehatan, 12(3), 178-188.

Hadi., Amin, (2013). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan


NANDA. Mediaction Publishing.

Halimuddin, H. (2014). ANALISIS FRAKSI EJEKSI KLIEN GAGAL


JANTUNG PRE DAN POST PENERAPAN MODEL AKTIVITAS DAN
LATIHAN INTENSITAS RINGAN. Idea Nursing Journal, 5(2), 67-77.
Hutagaol, E. F. (2017). Peningkatan Kualitas Hidup Pada Penderita Gagal Ginjal
Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa Melalui Psychological
Intervention Di Unit Hemodialisa Rs Royal Prima Medan Tahun
2016. Jumantik (Jurnal Ilmiah Penelitian Kesehatan), 2(1), 42-59.

Kemenkes, R. I. (2018). Hasil utama RISKESDAS 2018. Online) http://www.


depkes. go. id/ resources/ download/ info-terkini/
materi_rakorpop_2018/Hasil% 20 Riskesdas, 202018.

Majid, Abdul. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan


Sistem Kardiovaskular. Pustaka Baru: Yogyakarta.
52

Manurung, N. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Kardiovaskuler.


Trans Info Media: Jakarta.

Mubin. (2012). Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC.

Naga. (2012). Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Diva Press :
Yogyakarta.

Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: RinekaCipta.

Octaviani, L., & Wirawati, M. K. (2018). RELAKSASI OTOT PROGRESIF


TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS MUAL MUNTAH PASIEN
KANKER DENGAN KEMOTERAPI. Jurnal Manajemen Asuhan
Keperawatan, 2(1), 14-21.

PERKI. (2019). Hari Jantung Sedunia (World Heart Day): Your Heart is Our
Heart Too Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PE
RKI).

Riegel, B., Carlson, B., Moser, D. K., Sebern, M., Hicks, F. D., & Roland, V.
(2004). Psychometric testing of the self care of heart failure. Journal of
Cardiac Failure, 10(4), 350-359.

Riset Kesehatan Dasar Kementrian KesehatanBadan Penelitian Dan


Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. (2018). Data Riset
Kesehatan Dasar.

Saferi, dkk. (2013). Keperawatan Medikal Bedah (KMB). Nuha Medika :


Yogyakarta.

Sekarsari, R. (2016). Gambaran Aktivitas Sehari-Hari Pada Pasien Gagal


Jantungkelas II Dan III Di Poli Jantung RSU Kabupaten Tangerang.
Universitas Muhammadiyah Tangerang.

Smeltzer & Bare (2013). Keperaawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Statistik, B. P. (2016). Provinsi Lampung dalam angka. Provinsi Lampung.


Indonesia.

Subhakti, K. A. (2014). Hubungan dukungan keluarga dengan tindakan penderita


TB paru melakukan kontrol ulang di Puskesmas Sidomulyo (Doctoral
dissertation, Riau University).

Suharsono, T. (2015). Dampak home based exercise training terhadap kapasitas


fungsional pasien gagal jantung. Jurnal Keperawatan, 4(1).
53

Sukarmin, (2016). Aplikasi Model Self Care Orem dan NIC NOC Pada Asuhan
Keperawatan Pasien Penyakit Gagal Jantung. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.

Sutrisno, I. T. (2018). PENGARUH SPIRITUAL CARING DENGAN MUROTTAL


TERHADAP STRES, CEMAS, DAN DEPRESI PADA PASIEN KANKER
SERVIKS STADIUM IIIB YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RSUD
DR. SOETOMO SURABAYA (Doctoral dissertation, Universitas
Airlangga).
Udjianti, WajanJuni, (2011). Keperawatan Kardiovaskuler. Salemba Medika :
Jakarta.

Viktorin, A., Uher, R., Reichenberg, A., Levine, S. Z., & Sandin, S. (2017).
Autism risk following antidepressant medication during
pregnancy. Psychological medicine, 47(16), 2787-2796.

Wahyuni, A., & Kurnia, O. S. (2014). Hubungan Self Caredan Motivasi dengan
Kualitas Hidup Pasien Gagal Jantung. Jurnal Keperawatan
Padjadjaran, 2(2).

Wahyuni, Aria, (2014). Hubungan Self Care Dan Motivasi Dengan Kualitas
Gagal Jantung. Stikes Bukit Tinggi :Jurnal

Wilyam, Albertus, (2015). Kualitas Hidup Pada Pasien Yang Menjalani


Perawatan Pernyakit Kronis. Salemba Medika :Jakrta.

Yeni, N. (20194). Pengelolaan Penurunan Curah Jantung Pada Tn. D Dengan


Congestive Heart Failure (Chf) Di Ruang Cempaka Rsud
UnGARAN (Doctoral dissertation, Universitas Ngudi Waluyo).

Kaawoan, A. Y. (2012). Hubungan Self Care Dan Depresi Dengan Kualitas Hidup
Pasien Heart Failure Di RSUP DR RD Kandou Manado. Universitas
Indonesia, 1-87.
54

LAMPIRAN

FORMULIR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

Yang bertandatangandibawahini :

Nama :
Umur :
Alamat :
55

Setelah mendapat keterangan secukupnya dari peneliti serta mengetahui manfaat


penelitian yang berjudul “Pengaruh Home Based Exercise Training (HBET)
Terhadap Kualitas Hidup Pasien Gagal Jantung Di Puskesmas Gedong Air
Kota Bandar Lampung Tahun 2020” maka saya menyatakan (bersedia /tidak
bersedia)*diikut sertakan dalam penelitian ini.

Bandar Lampung, 2020

Peneliti Responden

(RENDI KURNIAWAN) (………….)


Keterangan*=coret yang tidakperlu

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan           : Gangguan Sistem  Cardio Vaskuler


Sub Pokok Bahasan    : Gagal Jantung
Sasaran                     : Keluarga dan/atau Pasien
Penyuluh                   : RENDI KURNIAWAN
Tempat                     : Poli Penyakit Jantungt RSUD Dr. H. Abdul Moeloek

A. Tujuan
1.  Tujuan Umum
a. Setelah dilakukan tindakan pendidikan kesehatan diharapkan klien
dan/atau keluarga dapat memahami mengenai Gagal Jantung.
56

b. Mengetahui latihan fisik HBET dengan panduan yang telah


ditentukan oleh peneliti

2. Tujuan Khusus
1. Setelah dilakukan tindakan pendidikan kesehatan diharapkan
klien dan/atau keluarga
2. Menjelaskan kembali pengertian Gagal Jantung dengan
kalimatnya sendiri
3. Menyebutkan kembali faktor penyebab Gagal Jantung
4.  Menyebutkan kembali tanda dan gejala Gagal Jantung
5. Menyebutkan factor resiko Gagal Jantung
6. Menyebutkan cara penanggulangan Gagal Jantung
7. Menyebutkan diet Gagal Jantung
8. Memahami gerakab HBET

B. Materi    : (terlampir)
C. Metoda  : Ceramah dan tanya jawab
D. Media    : Leaflet dan Lembar Balik
E. Strategi Pelaksanaan

NO KEGIATAN PENYULUH KLIEN

1. Pembukaan 1. Mengucapkan salam Menjawab salam


2. Memperkenalkan diri Menerima dengan baik
3.    Menjelaskan tujuan Menyimak dengan baik

1.     Menjelaskan materi Menyimak dengan baik


tentang Gagal Jantung
2.     Memberikan
2. Kegiatan Inti kesempatan untuk bertanya Mengajukan beberapa
3.     Menjawab pertanyaan pertanyaan
yang diajukan
Menyimak dengan baik
1.      Mengulang kembali
materi yang disampaikan
dengan mengajukan Mampu menjawab
pertanyaan pertanyaan yang diajukan
3. Penutup 2.      Mengucapkan salam

Menjawab salam
Evaluasi : Lisan dengan mengajukan beberapa pertanyaan
1. Jelaskan pengertian Gagal Jantung ?
2. Sebutkan faktor penyebab Gagal Jantung ?
57

2. Sebutkan tanda dan gejala Gagal Jantung ?


3. Sebutkan faktor resiko Gagal Jantung ?
4. Sebutkan cara penanggulangan Gagal Jantung ?
5. Sebutkan diet Gagal Jantung ?
6. Melakukan/ demonstrasikan gerakan HBET

MATERI PENYULUHAN

1.  Pengertian
Gagal jantung adalah suatu kondisi dimana jantung tidak dapat
memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
2. Faktor Penyebab
a.       Penyakit Jantung Koroner
b.      Tekanan Darah Tinggi
c.       Diabetes mellitus
d.      Cardiomyopathy  (penyakit otot jantung)
e.       Penyakit katup jantung
f.       Aritmia jantung
g.      Cacat jantung bawaan
3. Tanda dan gejala gagal jantung
a)      Sesak napas atau kesulitan bernapas
b)      Fatigue (kelelahan)
58

c)      Pembengkakan di pergelangan kaki, kaki, perut, dan


pembuluh darah di leher ( Vena Jugularis )
d)     Batuk → edema paru
e)      Nyeri dada
4. Faktor resiko gagal jantung
a)      Orang yang berusia 65 tahun atau lebih
b)      Bangsa amerika & afrika
c)      Kegemukan
d)     Pria > beresiko dibanding wanita
e)      Anak-anak dengan cacat jantung bawaan

5. Self Care (Perawatan Diri)


Menurut Pei (2013; Hidayat, 2015), edukasi self care pada pasien
dengan gagal jantung bertujuan meningkatkan kemampuan pasien
melakukan perawatan diri bagi kesehatannya sehingga pasien dapat
mencapai kesehatan yang diharapkan. Riegel et al (2004; Hidayat, 2015)
membagi self care ke dalam 3 (tiga) dimensi yaitu:
1. Self Care Maintenance
Aktivitas yang dinilai dalam self maintenance pasien gagal jantung
meliputi: 1) Terapi pengobatan sesuai indikasi, 2) Diet makanan
rendahgaram, 3) Memertahankan aktifitas fisik yang teratur, 4)
Monitoring tanda vital dan berat badan setiap hari, 5) Upaya untuk
berhenti merokok 6) Menghindari konsumsi alkohol.

2. Self Care Management


Self Care Management meliputi upaya untuk mempertahankan
kesehatan atau gaya hidup sehat. Aktivitas yang dapat dilakukan
dalam dimensi ini meliputi:
a) Kemampuan mengenal perubahan yang terjadi (misalnya terjadi
edema)
b) Mengevaluasi perubahan yang dialami, mengambil keputusan yang
tepat untuk penanganan.
c) Melaksanakan strategi pengobatan (misalnya ekstra terapi diuretik)
d) Mengevaluasi respon terhadap tindakan yang telah dilakukan.
2. Self Care Confidence
Self Care Confidence ini menentukan bagaimana kepercayaan diri
pasien dalam mengikuti semua petunjuk tentang self care, yang
meliputi :
a) Kepercayaan diri terhadap perasaan bebas dari gejala penyakit
b) Kepercayaan diri mengikuti petunjuk pengobatan
59

c) Kepercayaan diri mengenal secara dini perubahan kesehatan


yang dialami
d) Kepercayaan diri melakukan sesuatu untuk mengatasi gejala
penyakit
e) Kepercayaan diri mengevaluasi keberhasilan tindakan yang
telah dilakukan.
Self care pada pasien gagal jantung digambarkan sebagai suatu proses
dimana pasien berpartisipasi secara aktif dalam melakukan managemen
gagal jantung baik secara mandiri maupun dengan bantuan keluarga
maupun petugas kesehatan. Aktifitas yang dilakukan dalam self care
pasien gagal jantung ini meliputi self care maintenance, self care
management dan self care confidence
6. Penanggulangan gagal jantung
a) Mengobati penyebab gagal jantung seperti : diabetes, hipertensi,
penyakit jantung coroner dan penyakit yang berhubungan dengan
system jantung dan pembuluh darah
b) Istirahat cukup
c) Rubah gaya hidup dengan diet jantung
d) Olahraga teratur
e) Sesuaikan pemasukan (minum) dan pengeluaran (kencing)

7. Diet penyakit jantung


a)      Syarat-syarat
1)      Kalori rendah
2)      Protein dan lemak sedang
3)      Cukup vitamin dan mineral
4)      Rendah garam bila tekanan tinggi
5)      Mudah dicerna
6)      Porsi kecil tapi sering
b)     Pembagian makanan sehari-hari
Pagi     :
¼ gelas nasi
1 butir telur
1 sdm gula
1 potong papaya
Siang   :
Nasi 1/3 gelas
Daging 1 potong sedang
Tempe 2 potong sedang
Sayuran
60

Pepaya 1 potong sedang


Margarin
c)      Makanan pantangan bagi penyakit jantung :
1)      Kue-kue yang terlalu manis dan gurih : Dodol, cake, tarcis dll.
2)      Semua daging berlemak
3)      Goreng-gorengan, santan kental
4)      Sayuran yang menimbulkan gas seperti : Kol, sawi, lobak.
5)      Lombok dan bumbu-bumbu yang merangsang.
6)      Kopi, minuman soda dan alkohol.
7)      Nangka, durian dan alpukat harus dibatasi.
8. Cara Melakukan Pemanasan
1. Berdiri tegak, kaki dibuka selebar bahu, kedua tangan diatas kepala.
Kencangkan dan tarik kedua lengan seolah-olah menggapai sesuatu.
Lakukan sampai hitungan ke-8. Lakukan gerakan serupa di depan dada
dan dibelakang punggung.
2. Berdiri tegak, kaki dibuka selebar bahu, kedua lengan direntangkan
kesamping mendatar. Putar kedua lengan dan seluruh badan kearah kiri
secara perlahan sampai hitungan ke-8. Lakukan hal serupa ke sebelah
kanan.
3. Berdiri tegak, kaki dibuka lebih lebar lagi, tekuk lutut sebelah kanan
dan berat badan diarahkan ke sisi kanan dengan kaki kiri tetap lurus.
Lakukan gerakan secara perlahansampai hitungan ke-8. Lakukan
gerakan yang sama kearah sebelah kiri.
4. Berdiri tegak. Angkat tumit kaki kanan sehingga ujung kaki masih tetap
menyentuh tanah, putar sendi kaki kesatu arah sebanyak 8 kali
hitungan, lalu kearah lainnya 8 kali hitungan. Lakukan gerakan yang
sama pada kaki kiri.
5. Berdiri tegak. Lakukan gerakan jalan di tempat sampai 8 kali hitungan.
Setelah melakukan gerakan ini persendian dan kaki anda siap
digunakan untuk mulai melakukan latihan.
6. Gerakan latihan pemanasan sederhana ini dapat dilakukan setiap akan
memulai latihan dan setelah selesai latihan sebagai gerakan
pendinginan.
61

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

EFEKTIVITAS HOME BASED EXERCISE TRAINING (HBET)


TERHADAP KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL JANTUNG
DI RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI
LAMPUNG TAHUN 2020
UNIVERSITAS
MALAHAYATI
Ditetapkan
Ka.PRODI PSIK
Standar Tanggal Terbit : Universitas Malahayati,
Prosedur
Operasional ......................

(Andoko, S.Kep., Ns., M.Kes)

Pengertian Home-based exercise training (HBET) dapat menjadi salah satu


pilihan latihan fisik dan alternatif solusi rendahnya partisipasi
pasien mengikuti latihan fisik. HBET merupakan latihan fisik
terprogram yang dapat dijalankan oleh pasien secara mandiri di
rumah.
Tujuan Untuk mengetahui pengaruh home based exercise training
(HBET) terhadap kualitas hidup pasien gagal jantung Di
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun
2020.
62

Manfaat Latihan fisik ini hendaknya menjadi bagian integral program


rehabilitasi pasien gagal jantung setelah pulang dari rumah
sakit sehingga hasilnya lebih baik dan dapat diwujudkan
menjadi aktifitas kesukaan pasien sehingga menurunkan
angka ketidakpatuhan.
Indikasi Diberikan pada responden yang mengalami masalah kualitas
hidup dan keterbatasan gerak fisik.

Prosedur 1. Latihan I (Latihan Siku)


Cara :
a. Berdiri dengan siku menekuk dan dikatupkan pada dada
b. Luruskan siku ke arah depan.
c. Tekuk kembali siku.
d. Ulangi sampai dengan 10 kali.
2. Latihan Elevasi Lengan
Cara :
a. Berdiri dengan siku menekuk di dada.
b. Luruskan siku dan lengan ke arah atas
c. Tekuk kembali ke posisi semula.
d. Ulangi sampai dengan 10 kali
3. Latihan Ekstensi lengan
Cara :
a. Berdiri dengan siku menekuk ke arah dada.
b. Lengan direntangkan ke arah disamping pinggang.
c. Katupkan kembali lengan pada dada
d. Ulangi sampai dengan 10 kali
4. Latihan Elevasi Lengan II
Cara :
a. Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu dan lengan
disamping badan.
b. Dengan tetap meluruskan siku angkat lengan keatas
kepala.
c. Turunkan lengan kembali ke samping badan.
d. Ulangi sampai dengan 10 kali.
5. Latihan Lengan Gerak Melingkar
Cara :
a. Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu dan lengan
disamping badan.
b. Rentangkan tangan setinggi bahu.
c. Gerakakan secara melingkar tangan dan lengan dengan
arah depan dengan tetapmeluruskan siku.
d. Ulangi sampai dengan 10 kali.
e. Lakukan gerakan memutar kebelakang sampai dengan 10
63

kali
6. Latihan Jalan Di Tempat (Mulai hari ke-5)
Cara:
a. Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu dengan lengan
ditekuk ke depan
b. Angkat satu kaki dengan menekuk lutut seperti saat
berbaris.
c. Ayunkan lengan untuk membantu menjaga keseimbangan
d. Ulangi sampai dengan 10 kali.
Cara :
a. Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu
b. Tekuk lengan sehingga tangan menyentuh pinggang kanan
c. Pertahankan kaki dan punggung tetap lurus.
d. Ulangi sampai dengan 10 kali.
e. Tekuk lengan sehingga tangan menyentuh pinggang kiri.
f. Ulangi sampai 10 kali
8. Latihan Memutar Pinggang
Cara:
a. Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu, tekuk
lengan dan tempatkan tangan di
b. pinggang
c. Putar tubuh ke kanan dan kemudian kembali.
d. Putar tubuh ke kiri dan kemudian kembali
e. Ulangi sampai dengan 10 kali.
8. Latihan Menyentuh Lutut (Mulai hari ke 7)
Cara:
a. Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu, lengan
diangkat diatas kepala.
b. Tekuk punggung sampai tangan menyentuh lutut.
c. Angkat kembali lengan keatas kepala
d. Putar tubuh ke kiri dan kemudian kembali
e. Ulangi sampai dengan 10 kali.
9. Latihan Menekuk Lutut (Mulai Minggu ke-3)
Cara:
a. Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu, tangan
menyentuh pinggang.
b. Tekuk punggung ke depan dengan lutut juga menekuk.
c. Kembali luruskan punggung
d. • Ulangi sampai dengan 10 kali.
64

QUALITY OF LIFE PASIEN HEART FAILURE

Pertanyaan berikut ini mengenai seberapa besar kondisi gagal jantung yang
anda derita mempengaruhi kehidupan anda dalam satu bulan terakhir ini.
Lingkarilah angka 1, 2, 3, dan 4 setelah pertanyaan, untuk menunjukkan seberapa
besar pengaruhnya dalam kehidupan anda. Apakah penyakit gagal jantung yang
anda derita mempengaruhi kehidupan yang ingin anda jalani selama satu bulan
terakhir ini melalui hal-hal berikut ini?
TP : Tidak Pernah
J : Jarang
SR : Sering
SL : Selalu
No PERTANYAAN JAWABAN
TP J SR SL
1 Menyebabkan bengkak pada pergelangan kaki atau
tungkai?
2 Menyebabkan anda duduk atau tiduran sepanjang
hari?
3 Menyebabkan anda mengalami kesulitan saat
berjalan atau naik tangga?
4 Menyebabkan anda sulit melakukan pekerjaan di
sekitar rumah atau di halaman?
5 Menyebabkan anda sulit
mengunjungi tempat lain di luar rumah?
6 Menyebabkan anda sulit tidur pada malam hari?
7 Menyebabkan anda kesulitan untuk melakukan
sesuatu bersama dengan teman-teman atau keluarga?
8 Menyebabkan anda kesulitan melakukan pekerjaan
yang anda tekuni sebagai sumber pendapatan
9 Menyebabkan anda kesulitan melakukan rekreasi,
olahraga atau hobi?
10 Membuat anda membatasi makan makanan yang
anda sukai?
11 Membuat anda mengalami sesak nafas?
12 Membuat anda merasa cepat lelah dan kurang
bertenaga?
13 Membuat anda harus dirawat di rumah sakit?
14 Membuat anda harus mengeluarkan uang untuk biaya
perawatan dan pengobatan?
15 Menyebabkan anda mengalami efek samping dari
pengobatan?
16 Membuat anda merasa menjadi beban bagi keluarga
65

ataupun teman?
17 Menyebabkan anda merasa tidak mampu
mengendalikan diri dalam kehidupan sehari-hari?
18 Menimbulkan rasa khawatir?
19 Menyebabkan anda sulit berkonsentrasi atau
mengingat sesuatu?
20 Menyebabkan anda merasa tertekan atau depresi?

Sumber : Adeleida (2012)

TABULASI DATA KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL JANTUNG


66

No Inisal Usia Pendidikan Jenis Kelamin Pretes Postes


1 Ny. W 22 SMP Perempuan 25 45
2 Ny. K 45 SMP Perempuan 28 55
3 Tn. T 39 SMA Laki-laki 26 53
4 Tn. A 30 SMA Laki-laki 29 47
5 Ny. C 24 SMA Perempuan 36 55
6 Ny. H 30 SD Perempuan 40 59
7 Tn. M 51 SMP Laki-laki 29 68
8 Ny. D 48 SMP Perempuan 39 59
9 Ny. G 55 D3 Perempuan 48 62
10 Ny. N 30 S1 Perempuan 33 57
11 Ny. D 28 SMA Perempuan 40 62
12 Tn. Y 35 SMA Laki-laki 46 68
13 Tn. A 44 SMA Laki-laki 38 49
14 Tn. W 39 SMA Laki-laki 46 58
15 Tn. R 42 SMP Laki-laki 36 60

FREQUENCIES VARIABLES=Usia Pendidikan Jenis_Kelamin
  /HISTOGRAM NORMAL

  /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies
67

Statistics

Usia Pendidikan Jenis_Kelamin

N Valid 15 15 15

Missing 0 0 0

Frequency Table
Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 20-30 Tahun 6 40.0 40.0 40.0

> 30 Tahun 9 60.0 60.0 100.0

Total 15 100.0 100.0

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Rendah 6 40.0 40.0 40.0

Menengah 7 46.7 46.7 86.7

Tinggi 2 13.3 13.3 100.0

Total 15 100.0 100.0

Jenis_Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-laki 7 46.7 46.7 46.7

Perempuan 8 53.3 53.3 100.0

Total 15 100.0 100.0

Histogram
68
69
70

DESCRIPTIVES VARIABLES=Pretes_Kualitas_Hidup Postes_Kualitas_Hidup

  /STATISTICS=MEAN STDDEV MIN MAX.

Descriptives

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pretes_Kualitas_Hidup 15 25 48 35.93 7.469

Postes_Kualitas_Hidup 15 45 68 57.13 6.770

Valid N (listwise) 15

EXAMINE VARIABLES=Pretes_Kualitas_Hidup Postes_Kualitas_Hidup
  /PLOT BOXPLOT STEMLEAF NPPLOT
  /COMPARE GROUP
  /STATISTICS DESCRIPTIVES
71

  /CINTERVAL 95
  /MISSING LISTWISE

  /NOTOTAL.

Explore
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pretes_Kualitas_Hidup 15 50.0% 15 50.0% 30 100.0%

Postes_Kualitas_Hidup 15 50.0% 15 50.0% 30 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Pretes_Kualitas_Hidup Mean 35.93 1.928

95% Confidence Interval for Lower Bound 31.80


Mean
Upper Bound 40.07

5% Trimmed Mean 35.87

Median 36.00

Variance 55.781

Std. Deviation 7.469

Minimum 25

Maximum 48

Range 23

Interquartile Range 11

Skewness .097 .580

Kurtosis -1.118 1.121

Postes_Kualitas_Hidup Mean 57.13 1.748

95% Confidence Interval for Lower Bound 53.38


Mean
Upper Bound 60.88

5% Trimmed Mean 57.20

Median 58.00
72

Variance 45.838

Std. Deviation 6.770

Minimum 45

Maximum 68

Range 23

Interquartile Range 9

Skewness -.165 .580

Kurtosis -.316 1.121

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pretes_Kualitas_Hidup .157 15 .200* .942 15 .403

Postes_Kualitas_Hidup .110 15 .200* .961 15 .716

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Pretes_Kualitas_Hidup
73

Postes_Kualitas_Hidup
74

T-TEST
  /TESTVAL=0
  /MISSING=ANALYSIS
  /VARIABLES=Pretes_Kualitas_Hidup Postes_Kualitas_Hidup

  /CRITERIA=CI(.9500).

T-Test

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Pretes_Kualitas_Hidup 15 35.93 7.469 1.928

Postes_Kualitas_Hidup 15 57.13 6.770 1.748


75

One-Sample Test

Test Value = 0

95% Confidence Interval of the Differenc

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper

Pretes_Kualitas_Hidup 18.634 14 .000 35.933 31.80 40.0

Postes_Kualitas_Hidup 32.683 14 .000 57.133 53.38 60.8

T-TEST PAIRS=Pretes_Kualitas_Hidup WITH Postes_Kualitas_Hidup (PAIRED)
  /CRITERIA=CI(.9500)

  /MISSING=ANALYSIS.

T-Test
Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pretes_Kualitas_Hidup 35.93 15 7.469 1.928

Postes_Kualitas_Hidup 57.13 15 6.770 1.748

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pretes_Kualitas_Hidup &


15 .536 .040
Postes_Kualitas_Hidup

Sig. (2-
Paired Differences t df tailed)
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error
Mean Deviation Mean Lower Upper
Pair 1 Pretes_Kualitas_
Hidup -
-21.200 6.889 1.779 -25.015 -17.385 -11.919 14 .000
Postes_Kualitas
_Hidup
76

Anda mungkin juga menyukai