Anda di halaman 1dari 7

Peran Aktif Apoteker sebagai Pengembang Pelayanan Kesehatan yang Berbasiskan Jaminan

Kesehatan Nasional

“Sebagai bagian dari pelayanan kesehatan, terutama bagi masyarakat di kota maupun daerah, seorang
apoteker harus berperan aktif dalam melayani sekaligus memenuhi tersedianya obat guna menunjang
kesehatan masyarakat. Era Jaminan Kesehatan Nasional sebagai sarana dari pemerintah bagi sang
‘peracik obat’ untuk melebarkan sayapnya agar lebih baik dalam menjalankan perannya. Lalu,
bagimana sistem JKN itu? Apa saja yang ditawarkan? Dan seperti apakah peran serta kontribusi
apoteker di era JKN ini?”

Sejak tahun 2014 pemerintah mencanangkan program Jaminan Kesehatan Nasional


(JKN) untuk seluruh masyarakat Indonesia. Sistem JKN diharapkan mampu memberikan
dampak positif, dengan mengurangi risiko masyarakat menanggung biaya kesehatan dari
kantong sendiri (out of pocket). Dalam sistem JKN yang dikelola oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Kesehatan Sosial (BPJS) peserta membayar premi dengan bayaran tetap (BPJS
Kesehatan, 2014). Fasilitas kesehatan ini berupa fasilitas kesehatan tingkat pertama dan fasilitas
kesehatan tingkat lanjut. Dua Alur pelayanan kesehatan dimulai dari fasilitas tingkat pertama
yaitu puskesmas, praktek dokter umum/klinik umum dan fasilitas kesehatan lain yang sederajat.
Apabila pasien tidak dapat ditangani pada fasilitas tingkat pertama, maka pasien akan dirujuk
pada fasilitas kesehatan tingkat lanjutan (Permenkes, 2013).

JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) adalah program Pemerintah yang bertujuan


memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi seluruh rakyat Indonesia untuk
dapat hidup sehat, produktif dan sejahtera. Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ini telah
resmi dilaksanakan pada 1 Januari 2014. JKN merupakan perlindungan kesehatan agar peserta
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya
dibayar oleh pemerintah yang diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi
sosial dan ekuitas. Jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip
asuransi sosial dan ekuitas (pasal 19, uu no 40 tahun 2004)
Jaminan Kesehatan Nasional tentunya memiliki manfaat bagi masyarakat luas,
berdasarkan UU 40 / 2004 : SJSN Pasal 22, manfaat Jaminan Kesehatan meliputi: promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif, termasuk obat dan BMHP yg diperlukan, sedangkan
berdasarkan Pasal 23, manfaat jamkes diberikan di Faskes pemerintah dan swasta yang
bekerjasama dengan BPJS, selain itu tersedianya pelayanan kesehatan bagi peserta, di mana
disediakannya pelayanan kesehatan rawat jalan dan rawat inap, termasuk pelayanan obat dan
BMHP (daftar dan harga obat yang dijamin BPJS, ditetapkan oleh menteri (UU SJSN pasal 25,
perpres jamkes pasal 32).

Jaminan Kesehatan Nasional memiliki beberapa pelayanan yang terbagi ke dalam 3


pelayanan, yakni:
A. Pelayanan kesehatan non spesialistik yang mencakup:  
1. Administrasi pelayanan
2. Pelayanan promotif dan preventif
3. Pemeriksaan, pengobatan & konsultasi medis
4. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif
5. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
6. Transfusi darah sesuai kebutuhan medis
7. Pemeriksaan penunjang diagnostik lab Tk. I
8. Rawat Inap Tk. I sesuai dengan Indikasi Medis

B. Pelayanan Kesehatan Tingkat II/Lanjutan, terdiri dari:


Rawat jalan, meliputi:
1. Administrasi pelayanan
2. Pemeriksaan, pengobatan & konsultasi spesialistik
3. Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis
4. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
5. Pelayanan alat kesehatan implant
6. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis
7. Rehabilitasi medis
8. Pelayanan darah
9. Pelayanan kedokteran forensik
10. Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan

Rawat Inap yang meliputi:

1. Perawatan inap non intensif


2. Perawatan inap di ruang intensif
3. Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri

C. Pelayanan yang TIDAK dijamin meliputi:


1. Pelayanan yang tidak mengikuti PROSEDUR
2. Pelayanan di luar fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
3. Pelayanan untuk tujuan kosmetik/estetika
4. General check up, pengobatan alternatif
5. Pengobatan untuk mendapatkan keturunan, pengobatan impotensi
6. Pelayanan kesehatan pada saat bencana
7. Pasien bunuh diri/penyakit yang timbul akibat kesengajaan untuk menyiksa diri
sendiri/bunur diri/narkoba

Terkait dengan pekerjaan kefarmasian, seorang farmasis atau apoteker, memiliki peran
penting untuk melayani masyarakat dalam bidang kesehatan. Apoteker diberikan tanggung jawab
legal untuk menangani obat dan pengetahuan segala sesuatu mengenai obat dan itu merupakan
tanggung jawab profesinya. Tidak ada program studi lain selain Farmasi yang memberikan
dasar-dasar pengetahuan lengkap mengenai segala sesuatu yang perlu diketahui tentang obat.
Jadi hanya seorang Farmasis yang mempunyai kompetensi keahlian obat secara lengkap. Berikut
adalah pekerjaan yang terkait dengan bidang kefarmasian:

1. Farmasis Komunitas (Community Pharmacist)

Farmasis atau Apoteker memberikan kesan umum bahwa tempat kerja seorang
farmasi hanyalah di Apotik, yaitu salah satu tempat pengabdian profesi seorang Apoteker.
Seorang Farmasis di Apotik langsung berhadapan dengan masyarakat sehingga fungsi
tersebut dikelompokkan dalam Farmasi Masyarakat (Community Pharmacy). Fungsi
Farmasis Masyarakat di Apotik merupakan kombinasi seorang profesional dan
wiraswastawan. Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 25/80 tentang Apotik,
bahwa Apotik adalah tempat pengabdian profesi seorang Apoteker, maka makin besar
harapan yang diberikan pemerintah kepada para Farmasis, baik dari segi jumlah tenaga
farmasi maupun dari segi kemampuan profesionalnya.

2. Farmasi Rumah Sakit (Hospital Pharmacy)

Farmasi Rumah Sakit ialah pekerjaan kefarmasiaan yang dilakukan di rumah sakit
pemerintah maupun swasta. Fungsi kefarmasian ini yang sudah sangat berkembang di
negara maju, juga sudah mulai dirintis di Indonesia dengan pembukaan program
spesialisasi Farmasi Rumah Sakit. Jumlah kebutuhan Farmasis di rumah sakit di masa
depan akan semakin meningkat karena 3 hal :

1. Faktor pertambahan penduduk.


2. Meningkatnya kebutuhan untuk perawatan yang lebih baik di rumah
sakit.
3. Fungsi dan peranan Farmasis Rumah Sakit akan lebih meningkat dalam
berbagai aspek mengenai penggunaan dan pemantauan obat.

3. Pedagang Besar Farmasi (PBF)

Mata rantai sebagai perantara industri farmasi dan masyarakat dalam hal
penyaluran obat ialah Pedagang Besar Farmasi (PBF). Di luar negeri PBF ini mempunyai
tenaga Farmasis terdaftar sebagai supervisor disebabkan oleh sifat khas produk yang
ditanganinya itu sehubungan dengan peraturan perundang-undangan. Di Indonesia hanya
dipersyaratkan tenaga menengah farmasi (Asisten Apoteker = AA) sebagai
penanggungjawab, mengingat belum cukup tersedianya tenaga ahli berpendidikan tinggi.

PBF sangat berperanan sebagai sumber penyalur obat dari berbagai industri
farmasi yang secara cepat dapat melayani kebutuhan Farmasis Komunitas (Apoteker)
untuk secara cepat pula melayani kebutuhan penderita akan obat. PBF juga mengurangi
beban finansial Apoteker dalam hal menyimpan stok obat dalam jumlah besar dan
menjembatani kerumitan negosiasi dengan ratusan industri farmasi sebagai produsen
obat.

4. Industri Farmasi

Farmasis di industri farmasi terlibat pula dalam fungsi pemasaran produk, riset
dan pengembangan produk, pengendalian kualitas, produksi dan administrasi atau
manajemen. Fungsi perwakilan pelayanan medis (medical service representative) atau
”detailman” yang bertugas dan langsung berhubungan dengan Dokter dan Apoteker
untuk memperkenalkan produk yang dihasilkan industri farmasi mungkin juga dijabat
seorang Farmasis atau tenaga ahli lain. Namun paling ideal apabila fungsi itu dipegang
seorang Farmasis atau tenaga ahli lain. Namun paling ideal apabila fungsi itu dipegang
seorang Farmasis karena latar belakang pengetahuannya. Saat ini memang tidak banyak
Farmasis yang mengisi jabatan ini karena jumlahnya belum mencukupi, dan lebih
dibutuhkan di tempat pengabdian profesi yang lain. Peningkatan karir jabatan ini dapat
mencapai tingkat supervisor dalam pemasaran produk, dan direktur pemasaran produk
dalam organisasi industri farmasi. Pada unit produksi dan pengendalian kualitas (quality
control) industri dipersyaratkan seorang Apoteker. Untuk bidang riset dan pengembangan
(R & D = Research and Development) biasanya diperlukan lulusan pendidikan
pascasarjana, meskipun bukan merupakan persyaratan.

5. Instansi Pemerintah

Departemen Kesehatan adalah instansi pemerintah yang paling banyak menyerap


tenaga Farmasis, terutama Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Minuman (DitJen
POM) dan jajaran Pusat Pemeriksaan Obat (PPOM) dan Balai Pemeriksaan Obat dan
Makanan (Balai POM) di daerah. Demikian pula Bidang Pengendalian Farmasi dan
Makanan pada setiap Kantor Wilayah Dep.Kes dan jajaran Dinas Kesehatan sampai ke
Daerah Tingkat II dan Gudang Farmasi. Fungsi utama Farmasis pada instansi pemerintah
ialah administrastif, pemeriksaan, bimbingan dan pengendalian. Sejak tahun 2000, telah
terjadi perubahan struktur, Direktorat Jendral POM tidak lagi bernaung di bawah
Departemen Kesehatan, tetapi menjadi Badan POM yang bertanggungjawab langsung
kepada Presiden RI. Demikian pula struktur Balai (besar,kecil) POM di daerah tingkat I,
yang langsung berada di bawah Badan POM, tidak berada di dalam Dinas Kesehatan
Propinsi. Departemen HANKAM, juga memerlukan Farmasis yang terutama berfungsi
pada bagian logistik dan penyaluran obat dan alat kesehatan. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan merekrut Farmasis untuk jabatan dosen di perguruan tinggi. Sesuai Tri
Dharma Perguruan Tinggi, maka fungsi seorang Farmasis ialah dalam bidang pendidikan
dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Persyaratan untuk
diterima menjadi dosen akan ditingkatkan menjadi lulusan Pascasarjana, atau
mempunyai Sertifikat Mengajar Program PEKERTI/AA (Pengembangan Keterampilan
Dasar Teknik Instruksional/Applied Approach), yaitu program penataran dosen dalam
aktivitas instruksional atau proses belajar mengajar.

6. Wartawan Farmasi (Pharmaceutical Journalism)

Profesi ini mulai berkembang di luar negeri bagi Farmasis yang memperoleh
latihan khusus dalam kewartawanan dan mempunyai bakat menulis dan mengedit.
Pekerjaan ini diperlukan oleh instansi pemerintah atau industri farmasi untuk publikasi,
mengedit atau menulis tulisan yang berlatar belakang kefarmasian.

7. Manajemen Perusahaan

Khususnya instansi swasta banyak memerlukan tenaga ahli berlatar belakang


kefarmasian dengan berkembangnya organisasi pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Untuk ini diperlukan pendidikan tambahan, misalnya Magister Manajemen (MBA =
Master of Business Administration).

Itulah beberapa pekerjaan kefarmasian yang dapat menunjang karir apoteker. Di zaman
yang semakin berkembang ini, sistem pelayanan kesehatan di Indonesia akan mengalami
perubahan besar dengan diberlakukannya Jaminan Kesehatan Nasional. Secara bertahap seluruh
masyarakat Indonesia akan dicakup jaminan kesehatan dalam mendapatkan pelayanan yang
dibutuhkan. Untuk itu, seluruh sektor kesehatan telah melakukan persiapan, seperti penambahan
jumlah fasilitas pelayanan kesehatan, baik di tingkat dasar maupun tingkat rujukan termasuk
ketersediaan sumber daya kesehatan dimana Apoteker termasuk di dalamnya, perbaikan
infrastruktur juga mulai dilakukan dengan melengkapi sarana dan prasarana termasuk kualitas
obat dan alat-alat kesehatan yang akan digunakan.
Sebagai bagian pelayanan kesehatan, Apoteker dapat berkontribusi dalam upaya
menurunkan kematian ibu melahirkan, melalui keterlibatannya kolaborasi interprofesi, memberi
kesempatan pada apoteker itu sendiri untuk berkontribusi dalam setiap intervensi kesehatan
berbasis pemberdayaan masyarakat, misalnya program EMAS (Expanding Maternal and
Neonatal Survival). Selain pada program EMAS, apoteker berperan aktif dalam upaya promotif -
prevenif untuk meningkatkan peran serta masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dalam
penggunaan obat (self medication) melalui metode pembelajaran Cara Belajar Insan Aktif
(CBIA) yang sudah diterapkan sejak tahun 2008.

Anda mungkin juga menyukai