Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu ukur tanah adalah ilmu, seni dan teknologi untuk menyajikan informasi bentuk
permukaan bumi baik unsur alam maupun unsur buatan manusia pada bidang yang dianggap
datar.Ilmu ukur tanah sering disebut plan surveying. Ilmu ukur tanah bagian dari geodesi
(geodetic surveying).

Definisi sederhana dari ukur tanah adalah menentukan posisi atau letak titik di atas
atau pada permukaan bumi. Definisi yang lebih berkembang adalah pekerjaan untuk
menggambarkan keadaan fisik sebagian permukaan bumi menyerupai keadaan sebenarnya
dilapangan. Produk yang sesuai dengan definisi terakhir adalah peta topografi, sedangkan
jenis-jenis pekerjaan yang sederhana antara lain mengukur jarak antara dua titik, mengukur
panjang dan lebar atau sisi-sisi sebidang lahan, mengukur lereng dan penggambaran bentuk
sebidang lahan.

Ilmu geodesi mempunyai dua maksud:

1. Maksud ilmiah yaitu yang mempelajari bentuk dan besar bulatan bumi.
2. Maksud praktis yaitu ilmu yang mempelajari penggambaran permukaan bumi
yang dinamakan peta (gambar).

Batasan datar ilmu ukur tanah cakupan wilayahnya yang relatif sempit yaitu berkisar
antara 0,5 derajat x 0,5 derajat atau 55 km x 55 km. Yang membedakan ilmu ukur dengan
geodesi yaitu kalau ilmu ukur tanah tidak memperhatikan kelengkungan bumi sedangkan
geodesi sebaliknya.

Kerangka Dasar Horizontal adalah sejumlah titik yang telah diketahui koordinatnya
dalam suatu koordinat titik tertentu. System koordinat disini adalah system koordinat
kartesian dimana bidang datarnya merupakan sebagian kecil dari permukaan elipsioda
bumi. Salah satu cara untuk menentukan koordinat banyak titik adalah metode polygon.
Pengukuran dan pemetaan polygon merupakan salah satu metode pengukuran dan
pemetaan kerangka dasar horizontal untuk memperoleh koordinat planimetris (X,Y) titik-
titik ikat pengukuran.
Metoda polygon adalah salah satu cara penentuan posisi horizontal banyak titik
dimana titik satu dengan yang lainnya dihubungkan satu sama lain dengan pengukuran
sudut dan jarak sehingga membentuk rangkaian titik-titik (poligon).

Pengukuran sudut berarti mengukur suatu sudut yang berbentuk antara suatu titik
dan dua titik lainnya. Pada pengukuran ini diukur arah dari pada dua titik atau lebih yang
dibidik dari satu titik kontrol dan jarak antara titik-titik diabaikan. Pengukuran-
pengukuran dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan bayangan daripada keadaan
lapangan, dengan menentukan tempat titik-titik diatas permukaan bumi terhadap satu
sama lainnya, untuk mendapatkan hubungan mendatar titik-titik yang diukur di atas
permukaan bumi perlu dilakukan pengukuran mendatar yang disebut dengan istilah
pengukuran kerangka dasar horizontal. Jadi untuk hubungan mendatar diperlukan data
sudut mendatar yang diukur pada skala lingkaran yang letaknya mendatar.

1.2 Tujuan Penyusunan Laporan

Setiap pengukuran dilakukan dengan maksud untuk menetapkan koordinat dari


titik-titik sudut yang diukur, seperti : panjang segi banyak, dan besar sudut-sudutnya.

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran praktikum Kerangka
Dasar Horizontal ini, diantaranya:

a. Sebagai bukti tertulis bahwa penyusun telah selesai melakukan praktek pengukuran
Kerangka Dasar Horizontal Metode Poligon.
b. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran situasi jalan dan bangunan dengan
menggunakan metode pengukuran poligon.
c. Mahasiswa mampu dan terampil dalam menggunakan pesawat theodolit.
d. Mahasiswa dapat melakukan perhitungan, dan mengolah data dari hasil pengukuran
dilapangan.
e. Mahasiswa dapat menggambar peta situasi hasil pengukuran dengan menggunakan
Metode Bowditch dan Metode Transit.
f. Untuk melaporkan segala kegiatan penyusun selama melakukan praktek Ilmu Ukur Tanah
yang berupa Pengukuran dan pemetaan poligon.
g. Melatih penyusun dalam pembuatan dan penyusunan laporan yang baik dan benar.
BAB II
PENGUKURAN POLIGON KERANGKA DASAR HORIZONTAL

2.1 Pengertian Poligon

Pengukuran dan pemetaan poligon merupakan salah satu metode pengukuran dan
pemetaan. Kerangka dasar horizontal yang bertujuan untuk memperoleh koordinat
planimetris (x,y) titik-titik pengukuran.

Pengukuran Kerangka Dasar Horisontal (KDH) :

a. Metode titik tunggal


b. Pengikatan kemuka
c. Pengikatan kebelakang

Pengikatan kebelakang di bagi dua metode:

a. Metode collins
b. Metode cassini
c. Metode titik banyak

Banyak titik di bagi lima metode :


a. Metode poligon
b. Metode triangulasi
c. Metode trilaterasi
d. Metode triangulterasi
e. Metode kuadrilateral

Pengukuran polygon sendiri mengandung arti salah satu metoda penentuan titik
diantara beberapa metoda penentuan titik yang lain. Berdasarkan bentuknya polygon dapat
dibagi dalam dua bagian, diantaranya:

1. Polygon berdasarkan visualnya, macamnya adalah :


a. Polygon tertutup
Pada poligon tertutup :
- Garis-garis kembali ke titik awal, jadi membentuk segi banyak.
- Berakhir di stasiun lain yang mempunyai ketelitian letak sama atau lebih besar
daripada ketelitian letak titik awal.
- Poligon tertutup memberikan pengecekan pada sudut-sudut dan jarak tertentu,
suatu pertimbangan yang sangat penting.
- Titik sudut yang pertama = titik sudut yang terakhir.
Poligon tertutup biasanya dipergunakan untuk :
- Pengukuran titik kontur.
- Bangunan sipil terpusat.
- Waduk.
- Bendungan.
- Kampus UPI.
- Pemukiman.
- Jembatan (karena diisolir dari 1 tempat).
- Kepemilikan tanah.
- Topografi kerangka.

b. Polygon terbuka
(secara geometris dan matematis), terdiri atas serangkaian garis yang
berhubungan tetapi tidak kembali ke titik awal atau terikat pada sebuah titik dengan
ketelitian sama atau lebih tinggi ordenya. Titik pertama tidak sama dengan titik
terakhir.
Poligon terbuka biasanya digunakan untuk :
- Jalur lintas / jalan raya.
- Saluran irigasi.
- Kabel listrik tegangan tinggi.
- Kabel TELKOM.
- Jalan kereta api.

c. Polygon bercabang
Dilihat dari geometris, poligon terbagi menjadi 3, yaitu:
1. Poligon terikat sempurna
Dikatakan poligon terikat sempurna, apabila :
- Sudut awal dan sudut akhir diketahui besarnya sehingga terjadi hubungan antara
sudut awal dengan sudut akhir.
- Adanya absis dan ordinat titik awal atau akhir.
- Koordinat awal dan koordinat akhir diketahui.
2. Poligon terikat sebagian.
Dikatakan poligon terikat sebagian, apabila :
- Hanya diikat oleh koordinat saja atau sudut saja.
- Terikat sudut dengan koordinat akhir tidak diketahui.
3. Poligon tidak terikat
Dikatakan poligon tidak terikat, apabila :
- Hanya ada titik awal, azimuth awal, dan jarak. Sedangkan tidak diketahui
koordinatnya.
- Tidak terikat koordinat dan tidak terikat sudut.

Dilihat dari geometris, poligon terbagi menjadi 3, yaitu:


- Polygon terikat sempurna
- Polygon terikat sebagian
- Polygon tidak terikat

Untuk mendapatkan nilai sudut-sudut dalam atau sudut-sudut luar serta jarak-jarak
mendatar antara titik-titik polygon diperoleh atau diukur dari lapangan menggunakan alat
pengukur sudut dan pengukur jarak yang mempunyai tingkat ketelitian tinggi.

Pengolahan data polygon dikontrol terhadap sudut-sudut dalam atau luar polygon dan
dikontrol terhadap koordinat baik absis maupun ordinat. Pengolahan data polygon dimulai
dengan menghitung sudut awal dan sudut akhir dari titik-titik ikat polygon. kontrol sudut
polygon diawali terlebih dahulu dilakukan yaitu untuk memperoleh koreksi sudut polygon
dengan cara mengontroljumlah sudut polygon terhadap pengurangan sudut akhir dengan
sudut awal polygon. Koreksi sudut polygon yang diperoleh kemudian dibagi secara merata
tanpa bobot terhadap sudut-sudut polygon hasil pengukuran dan pengamatan di lapangan.

Sudut-sudut jurusan titik polygon terhadap titik polygon berikutnya mengacu terhadap
sudut awal polygon dijumlahkan terhadap sudut polygon yang dikoreksi. Kontrol Koordinat
berbeda dengan kontrol sudut yaitu koordinat akhir dan awal dikurangi serta dibandingkan
terhadap jumlah proyeksinya terhadap absis dan ordinat. Koreksi absis dan ordinat akan
diperoleh dan dibandingkan dengan mempertimbangkan bobot kepada masing-masin titik
polygon. Bobot koreksi didekati dengan cara perbandingan jarak pada suatu ruas garis
terhadap jarak total polygon dari awal sampai dengan akhir pengukuran.

Syarat - syarat Polygon :

 Syarat geometric:
 akhir   awal     n  2 180

 cd   ab    k   ( n  2).180 0

Rumus n – 2 didapat dari:

c

a
 awal
b
A B

Gambar : Perhitungan α

awal = akhir

 Syarat absis :
  k
X akhir  X awal  d sin    
n


X C  X A  d cos 

X C  X A  d cos   kx

 Syarat ordinat :
Yakhir  Yawal  d cos 

YC  Y A  d cos   ky

f
k   n = jumlah sudut
n
2.2 Jenis-jenis Poligon

Berdasarkan bentuknya poligon dibagi dalam dua bagian, diantaranya :

 Jenis Poligon secara Visual :

A. Poligon Tertutup

Polygon tertutup ialah poligon yang bermula dan berakhir pada satu titik yang
sama. Poligon tertutup sering disebut poligon kring (kring poligon). Ditinjau dari segi
pengkatannya (azimut dan koordinat), terdapat beberapa variasi seperti :

a) Tanpa ikatan
b) Terikat hanya azimut
c) Terikat hanya koordinat
d) Terikat azimut dan koordinat
Keuntungan dari poligon tertutup yaitu, walaupun tidak ada ikatan sama
sekali, namun koreksi sudut dapat dicari dengan adanya sifat poligon tertutup yang
jumlah sudut dalamnya sama dengan (n-2) 1000. Selain itu, terdapat pula koreksi
koordinat dengan adanya konsekuensi logis dari bentuk geometrisnya bahwa jumlah
selisih absis dan jumlah selisih ordinat sama dengan nol.
Keuntungan inilah yang menyebabkan orang senang bentuk polygon
tertutup. Satu-satunya kelemahan polygon tertutup yang sangat menonjol ialah bahwa
bila ada kesalahan yang proporsional dengan jarak (salah satu salah sistematis) tidak
akan ketahuan, dengan kata lain walaupun ada kesalahan tersebut, namun polygon
tertutup itu kelihatan baik juga. Jarak-jarak yang diukur secara elektronis sangat
mudah dihinggapi kesalahan seperti itu, yaitu kalau ada kesalahan frekuensi
gelombang.

Untuk memudahkan, marilah kita lihat suatu contoh polygon tertutup seperti
pada berikut ini :

 I = sudut-sudut ukuran

Si = jarak-jarak ukuran

Langkah-langkah hitungan pada polygon tipe ini adalah sebagai berikut :

- Jumlahkan semua sudut-sudut polygon (  )


- Hitung jumlah koreksi sudut
(V  ) = (n-2). 1800 – (  )

- Bagikan koreksi tersebut kepada semua sudut


1
V = (V  )
n


- Bila salah satu sisi polygon itu diketahui misalnya 12 maka azimuth sisi-sisi yang
lain dapat dihitung sebagai berikut :
 
23 = 12 +  2 + V2 - 1800

 
34 = 23 +  3 + V3 - 1800

 
45 = 34 +  4 + V4 - 1800

 
56 = 45 +  5 + V5 - 1800

 
67 = 56 +  6 + V6 - 1800

 
78 = 67 +  7 + V7 - 1800

 
81 = 78 +  8 + V8 - 1800

Sebagai kontrol dihitung

 
12 = 81 +  1 + V1 - 1800


yang harus sama dengan 12 yang diketahui tadi.

Kelemahan poligon tertutup yaitu, bila ada kesalahan yang proporsional


dengan jarak (salah satu salah sistematis) tidak akan ketahuan. Dengan kata lain,
walaupun ada kesalahan, namun poligon tertutup kelihatan baik juga. Jarak-jarak yang
diukur secara elektronis sangat mudah dihinggapi kesalahan seperti kesalahan
frekuensi gelombang.
Pada Poligon Tertutup :

 Garis-garis kembali ke titik awal, jadi membentuk segi banyak.


Berakhir di stasiun lain yang mempunyai ketelitian letak sama atau lebih besar
daripada ketelitian letak titik awal.

B. Poligon Terbuka
Yang dimaksud dengan polygon terbuka ialah polygon yang titik awal dan
titik akhirnya merupakan titik yang berlainan (bukan satu titik yang sama). Polygon
terbuka ini dapat kita bagi lebih lanjut berdasarkan peningkatan pada titik-titik
(kedua titik ujungnya). Ada dua macam peningkatan untuk polygon terbuka ini yaitu
:
- Peningkatan azimut

- Peningkatan koordinat
Berdasarkan peningkatan-peningkatan itu, maka polygon terbuka dapat dibagi lebih
lanjut menjadi :
1. Tanpa ikatan sama sekali,
2. Pada salah satu ujung yang lain tanpa ikatan sama sekali,
3. Pada salah satu ujungnya terikat azimut saja, sedangkan pada ujung yang lain tanpa
ikatan sama sekali,
4. Pada salah satu ujungnya terikat azimut dan koordinat, sedangkan pada ujung yang
lain tanpa ikatan sama sekali,
5. Pada kedua ujungnya masing-masing terikat azimuth,
6. Pada salah satu ujungnya terikat koordinat, sedangkan ujung yang lain terikat
azimuth,
7. Pada kedua ujungnya masing-masing terikat koordinat ,
8. Pada salah satu ujungnya terikat azimut dan koordinat, sedangkan ujung yang lain
terikat azimut saja,
9. Pada salah satu ujungnya terikat azimut dan koordinat, sedangkan ujung yang lain
terikat koordinat saja
10. Pada kedua ujungnya masing-masing terikat baik azimut maupun koordinat
Kesepuluh macam polygon terbuka berdasarkan pengikatan-pengikatannya itu akan
dibicarakan satu persatu berikut ini.

a. Polygon terbuka tanpa ikatan

2 4
5 Q
3
S1
S2 2 4 S6
1 S3 S4 S5
3 5
Gambar : Poligon terbuka tanpa ikatan

 I = sudut yang diukur

Si = sisi yang diukur

Kesimpulan dari polygon macam ini :

- Tidak ada koreksi sudut


- Tidak ada koreksi koordinat
- Orientasi lokal
- Koordinat lokal

b. Polygon terbuka, satu ujung terikat azimut terikat azimut saja dan ujung lain
tanpa ikatan

Gambar : Polygon terbuka, satu ujung terikat azimut terikat azimut saja dan ujung lain
tanpa ikatan
I = sudut-sudut ukuran

Si = jarak-jarak ukuran

 aw = azimut yang diketahui

Kesimpulan pada polygon tipe ini ialah :

- Tidak ada koreksi sudut


- Tidak ada koreksi koordinat
- Orientasi : benar (bukan lokal)
- Koordinat : lokal

c. Polygon terbuka, satu ujung terikat koordinat saja dan ujung lain tanpa ikatan

Gambar : Polygon terbuka, satu ujung terikat koordinat saja dan ujung lain
tanpa ikatan

 I = sudut-sudut yang diukur

Si = jarak-jarak yang diukur

P = titik yang diketahui koordinatnya

Kesimpulan kita mengenai polygon ini ialah :

- Tidak ada koreksi sudut


- Tidak ada koreksi koordinat,
- Orientasi : local,
- Koordinat : lokal (kecuali P)

d. Polygon terbuka, satu ujung terikat azimut dan koordinat, satu ujung lagi tanpa
ikatan
Gambar : Polygon terbuka, satu ujung terikat azimut dan koordinat, satu ujung lagi tanpa
ikatan

 I = sudut-sudut ukuran

Si = jarak-jarak ukuran

 aw = azimut yang diketahui

P = titik yang diketahui koordinatnya

Kesimpulan kita mengenai polygon ini ialah :

- Titik ada koreksi sudut


- Titik ada koreksi koordinat
- Orientasi : betul
- Koordinat : betul (bukan lokal)

e. Polygon terbuka, pada kedua ujung-ujungnya terikat azimut

Gambar : Polygon terbuka, pada kedua ujung-ujungnya terikat azimut

I = sudut-sudut ukuran

Si = jarak-jarak ukuran

 aw dan  ak = azimut-azimut yang diketahui


Kesimpulan kita mengenai polygon ini ialah :

- Koreksi sudut : ada


- Koreksi koordinat : tidak ada
- Orientasi : benar
- Koordinat : local

f. Polygon terbuka, satu ujungnya terikat azimut, sedangkan ujung yang satu lagi
terikat orientasi

1
3 5
1 2 6
4
S1
S2 2 4 S6
S3 S4 S5
3 5

Gambar : Polygon terbuka, satu ujungnya terikat azimut, sedangkan ujung yang
satu lagi terikat orientasi

 I = sudut-sudut ukuran

Si = jarak-jarak ukuran

 aw = azimut yang diketahui

P = titik yang diketahui koordinatnya

Kesimpulan yang dapat kita tarik dari polygon tipe ini ialah :

- Koreksi sudut : tidak ada


- Koreksi koordinat : tidak ada
- Orientasi : benar
- Koordinat : benar
g. Polygon terbuka, kedua ujungnya masing-masing terikat koordinat

Gambar : Polygon terbuka, satu ujungnya terikat azimut, sedangkan ujung yang
satu lagi terikat orientasi

I = sudut-sudut ukuran

Si = jarak-jarak ukuran

P, Q = titik yang diketahui koordinatnya

Kesimpulan kita dari polygon tipe ini ialah :

- Koreksi sudut : Tidak ada, yang ada hanya rotasi


- Koreksi koordinat : ada
- Orientasi : benar
- Koordinat : benar

h. Polygon terbuka, satu ujung terikat azimut dan koordinat, ujung yang lain
terikat azimut saja

1 7
3 5
1 2 6
4 6
S1
S2 2 4 S6
S3 S4 S5
3 5

Gambar : Polygon terbuka, satu ujung terikat azimut dan koordinat, ujung yang
lain terikat azimut saja

 I = sudut ukuran

Si = sisi-sisi ukuran

 aw = azimut yang diketahui


Kesimpulan kita dari polygon tipe ini ialah :

- Koreksi sudut : ada


- Koreksi koordinat : tidak ada
- Orientasi : benar
- Koordinat : benar

i. Polygon terbuka, satu ujungnya terikat azimuth dan koordinat, ujung yang lain
terikat koordinat

Gambar : Poligon terbuka, satu ujungnya terikat azimuth dan koordinat,


ujung yang lain terikat koordinat

 I = sudut-sudut ukuran

Si = jarak-jarak ukuran

 aw = azimut yang diketahui

P = titik yang diketahui koordinatnya

Dari polygon ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

- Koreksi sudut : tidak ada


- Koreksi koordinat : ada
- Orientasi : benar
- Koordinat : benar

j. Polygon terbuka, kedua ujungnya terikat azimuth maupun koordinat


Polygon tipe ini merupakan polygon yang paling baik karena kedua ujungnya
terikat penuh. Kalau digambarkan polygon tipe ini mempunyai bentuk sebagai
berikut :
Gambar : Polygon terbuka, kedua ujungnya terikat azimuth maupun koordinat

I = sudut-sudut ukuran

Si = jarak-jarak ukuran

 aw dan  ak = azimut-azimut yang diketahui

P, Q = titik yang diketahui koordinatnya

Kesimpulan polygon tipe ini dapat ditarik sebagai berikut :

- Koreksi sudut : ada


- Koreksi koordinat : ada
- Orientasi : benar
- Koordinat : benar

C. Poligon Bercabang
Poligon bercabang mempunyai satu atau lebih titik simpul, yaitu titik dimana
cabang itu terjadi. Cabang-cabang itu biasanya terbuka, tetapi dapat juga menutup
kepada cabang yang lain.

Gambar : Poligon Bercabang


Polygon bercabang dapat mempunyai satu atau lebih titik simpul, yaitu titik
dimana cabang itu terjadi. Cabang-cabang itu biasanya terbuka, akan tetapi tentu saja
cabang itu dapat saja menutup kepaca cabang yang lain. Kalau hal ini terjadi maka
polygon itu sebetulnya adalah kombinasi antara polygon terbuka, tertutup dan bercabang.

Perhitungannya berjalan sebagai berikut :

Xp O  Xp1
Sudut jurusan  P1 P0 dihitung dari tg  P1 P0 =
YpO  Yp1

XQO  XQ1
Sudut jurusan  Q1 Q0 dihitung dari tg  Q1 Q0 =
YQO  YQ1

XRO  XR1
Sudut jurusan  R1 R0 dihitung dari tg  R1 R0 =
YRO  YR1

Polygon- polygon I, II, dan III dihitung sudut jurusan sisi-sisinyadengan


menggunakan  P1 P0,  Q1 Q0 dan  R1 R0 masing-masing sebagai sudut jurusan
permulaan, dan sudut-sudut polygon yang diukur.

Masing-masing polygon tersebut berakhir pada sisi atau jurusan SH

Jadi 
'SH =  P1 P0 + [p] n1 x 1800


''SH =  Q1 Q0 + [t] n2 x 1800


'''SH =  R1 R0 + [u] n3 x 1800


bila 'SH = sudut jurusan dari S ke H dihitung pada polygon I


''SH = sudut jurusan dari S ke H dihitung pada polygon II


'''SH = sudut jurusan dari S ke H dihitung pada polygon III

[p] = Jumlah sudut-sudut polygon (ukuran) pada polygon I

[t] = Jumlah sudut-sudut polygon (ukuran) pada polygon II

[u] = Jumlah sudut-sudut polygon (ukuran) pada polygon III

n1 = jumlah sudut ukuran pada polygon I


n2 = jumlah sudut ukuran pada polygon II

n3 = jumlah sudut ukuran pada polygon I

Bila berat (gewitch) masing-masing cabang polygon tersebut adalah a, b dan c


maka sudut jurusan dari S ke H adalah :

 a  ' SH  b  ' ' SH  c  ' ' ' SH


SH =
a  b  c

1 1
Untuk harga a, b dan c kita ambil masing-masing dan dimana n1 n2 dan
n1 n3

n3 banyak titik-titik sudut pada masing-masing cabang polygon Setelah didapat SH dari
hitungan ditas, kita hitung koreksi sudut-sudut ukuran pada masing-masing cabang
polygon tersebut, karena masing-masing cabang polygon sekarang dapat dipandang
sebagai polygon terbuka yang terikat pada kedua ujungnya.

Dari masing-masing polygon dihitung koordinat titik S, dan didapat :

' '
x s = x p1 + {S sin  )I x s = y p1 + {S cos  )I

'' '
x s = x Q1 + {S sin  )II y s = yQ1 + {S cos  )II

''' '''
x s = x R1 + {S sin  )III y s = yR1 + {S cos  )III

Bila Ax' Bx' Cx' dan Ay', By' Cy adalah berat koordinat (koordianter gewitch),
maka :

' '' '''


Ax X s  Bx X s  Cx X s
Xs =
Ax  Bx  Cx

' '' '''


Ax Y s  By Y s  Cy Y s
Ys =
Ay  By  Cy

Untuk berat-berat (gewitch) koordinat-koordinat diambil :

1
Ax= Ay =
{S) I
1
Bx = By =
{S) II

1
Cx = Cy =
{S) III

Dimana [S]I, [S)II,dan [S]III masing-masing adalah jumlah jarak sisi-sisi pada
cabang-cabang polygon I, II dan III. Setelah didapat koordinat titik S dengan cara
perhitungan diatas, kita menghitung koreksi-koreksi absis dan koreksi ordinat pada
masing-masing cabang polygon.

Bila titik simpul polygon cabang itu lebih dari data, maka hitungannya harus
dilakukan dengan cara perataan yang lain misalnya dengan method kudrat terkecil atau
dengan methoda.

 Jenis Poligon Secara Geometri


A. Poligon Terikat Sempurna
Poligon terikat sempurna, yaitu poligon yang diketahui dua buah titik awal
pengukuran dan dua buah titik akhir pengukuran yang telah memiliki koordinat dan
sudut yang didapat dari hasil pengukuran sebelumnya.
B. Poligon Terikat Sebagian
Poligon terikat sebagian, yaitu poligon yang hanya diketahui salah satu titik,
baik itu koordinat maupun sudut, diawal dan diakhir pengukuran.
C. Poligon Tidak Terikat atau Poligon Bebas
Poligon tidak terikat atau poligon bebas, yaitu poligon yang tidak diketahui
sudut atau koordinatnya.

2.3 Cara Menentukan Sudut


Sudut adalah lingkaran yang dibagi dalam 4 bagian yang dinamakan kuadran. Cara
menentukan besarnya sudut ada 3 cara, yaitu :
 Cara Seksadesimal yaitu, membagi lingkaran dalam 360 bagian yang dinamakan derajat,
sehingga satu kuadran terdiri dari 900. Sistem besaran sudut seksadesimal selain dalam
bentuk derajat, juga disajikan dalam besaran menit dan sekon. Nilai maksimum sudut ini
adalah 3600 60’ 60”.
10 = 60’ = 3600”
 Cara Sentisimal yaitu, membagi lingkaran dalam 400 bagian, sehingga satu kuadran
terdiri dari 100 bagian yang dinamakan grade. Sistem besaran sudut sentisimal selain
disajikan dalam besaran grade, juga disajikan dalam bentuk centigrade dan
centisentigrade. Nilai maksimum sudut ini adalah 400 g 100cg 100cc.
1g = 100cg = 10000cc

 Cara Radian yaitu, cara menyatakan sudut dengan menggunakan radial sebagai satuan
sudut. Karena keliling lingkaran adalah 2πr, maka satu lingkaran mempunyai sudut
sebesar 2πr/r = 2π radian.
Hubungan antara radian, derajat dan grade yaitu :

2π radial = 3600 = 4000

a) Konversi dari seksadesimal ke sistem centisimal :


Degree = Grade

Misal : a0b’c”

Maka : x = (400/360)x a0b’c”= dg ecg fcc

b) Konversi dari sentisimal ke sistem seksadesimal :


Grade = Degree

Misal : ag bcg ccc = x

Maka : x = (360/400)x a0b’c”= d0 e’ f”

c) Konversi dari seksadesimal ke sistem radian :


Degree = Rad

Misal : a0b’c” = x

Maka : x = (2π /360)x a0b’c”= d rad

d) Konversi dari radian ke sistem seksadesimal :


Rad = Degree

Misal : a rad = x

Maka : x = (360/2π) a rad = d0 e’ f”


e) Konversi dari sentisimal ke sistem radian :
Grade = Degree

Misal : ag bcg ccc = x

Maka : x = (2π /400) a0b’c”= d rad

f) Konversi dari radian ke sistem seksadesimal :


Rad = Grade

Misal : a rad = x

Maka : x = (400/2π) a rad = bg ccg dcc

Anda mungkin juga menyukai