Anda di halaman 1dari 4

A.

Latar Belakang

Demam tifoid atau typhus abdominalis banyak ditemukan dalam kehidupan masyarakat
kita, baik diperkotaan maupun di pedesaan. Typhus merupakan penyakit infeksi akut
pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada
saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Typhus disebabkan oleh
bakteri Salmonella typhosa, sumber infeksi Salmonella typhosa selalu manusia, baik
orang sakit maupun orang sehat pembawa kuman. Penyakit ini tergolong penyakit
menular yang dapat menyerang banyak orang, mulai dari usia balita, anak-anak, dan
dewasa. Sebagian penderita typhus kelak akan menjadi carrier, baik sementara atau
menahun. Selain itu typhus dapat menimbulkan komplikasi bila tidak diobati dengan
tepat.

Tanda dan gejala typhus akan muncul setelah terinfeksi dan menyebabkan masalah
kesehatan bagi penderitanya. Umumnya gejala klinis timbul 8-14 hari setelah infeksi
yang ditandai dengan demam yang tidak turun selama lebih dari 1 minggu terutama pada
sore hari, pola demam yang khas adalah kenaikan suhu yang tidak langsung tinggi tetapi
bertahap seperti anak tangga (stepladder), sakit kepala hebat, nyeri otot, kehilangan selera
makan, mual, muntah, sering sukar buang air besar (konstipasi), dan sebaliknya dapat
terjadi diare. Masa inkubasi penyakit typhus 7-14 hari dengan rentang 3- 30 hari,
tergantung jumlah bakteri yang masuk serta gejala yang muncul tergantung usia
penderita. Gejala klinis bervariasi mulai yang ringan seperti demam ringan, lemas, batuk
ringan hingga berat berupa keluhan abdomen hingga komplikasi multipel.

Komplikasi pada pasien typhus biasanya muncul pada minggu ke 2. Penanganan dan
pengobatan yang terlambat akan menimbulkan masalah komplikasi typhus mulai dari
yang ringan sampai yang berat bahkan dapat mengakibatkan kematian. Beberapa
komplikasi yang sering terjadi pada typhus adalah perdarahan usus dan perforasi,
pembengkakan dan peradangan pada otot jantung, pneumonia, pankreatitis, infeksi ginjal
atau kandung kemih, meningitis.

Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus
diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang.
Beberapa kebiasaan berperilaku hidup sehat antara lain kebiasaan mencuci tangan dengan
sabun setelah BAB dan kebiasaan mencuci kedua tangan dengan sabun sebelum makan.
Kebiasaan cuci tangan merupakan salah satu perilaku hidup sehat yang pasti tetapi
kenyataannya perilaku hidup sehat ini belum menjadi budaya masyarakat kita dan
biasanya hanya dilakukan sekedarnya.

Pola makan adalah kebiasaan makan yang dikonsumsi sehari-hari. Pola makan terdiri dari
frekuensi, jenis dan jumlah. Jenis makanan terdiri dari makanan pokok dan makanan
selingan/jajanan. Secara umum, untuk memperkecil kemungkinan tercemar bakteri
Salmonella thyphosa, maka setiap individu harus memperhatikan kualitas makanan dan
minuman yang mereka konsumsi. Kecenderungan membeli makanan sendiri atau jajanan
untuk dikonsumsi sehari-hari merupakan penularan typhus dapat terjadi dimana saja dan
kapan saja, biasanya terjadi melalui konsumsi makanan di luar rumah atau di tempat-
tempat umum, apabila makanan atau minuman yang dikonsumsi kurang bersih. Dengan
pola makan yang sehat, kondisi fisik tubuh akan lebih terjamin sehingga tubuh akan dapat
melakukan aktifitasnya dengan baik pula. Tetapi kenyataannya masyarakat kurang
memperhatikan pola makan yang sehat seperti makan kurang dari 3 kali sehari, sering
nya membeli jajanan diluar rumah yang belum tentu terjaga kebersihannya.

Sampai saat ini penyakit typhus masih merupakan masalah kesehatan di negara-negara
tropis termasuk Indonesia dengan angka kejadian sekitar 760 sampai 810 kasus pertahun,
dan angka kematian 3,1 sampai 10,4% 3. Data World Health
Organizationmemperkirakan angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per
tahun dengan 600.000 orang meninggal karena penyakit ini. WHO memperkirakan 70%
kematian terjadi di Asia. Diperkirakan angka kejadian dari 150/100.000 per tahun di
Amerika Selatan dan 900/100.000 per tahun di Asia.

Di Indonesia angka kejadian kasus typhus diperkirakan rata-rata 900.000 kasus pertahun
dengan lebih dari 20.000 kematian. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2009
jumlah kejadian typhus dan paratifoid di Rumah Sakit adalah 80.850 kasus pada
penderita rawat inap dan 1.013 diantaranya meninggal dunia. Sedangkan pada tahun 2010
penderita typhus dan paratifoid sejumlah 41.081 kasus pada penderita rawat inap dan
jumlah pasien meninggal dunia sebanyak 276 jiwa. Angka kematian diperkirakan sekitar
6-5% sebagai akibat dari keterlambatan mendapat pengobatan, kurangnya pengetahuan
masyarakat dengan typhus serta banyak masyarakat yang menganggap typhus bukanlah
penyakit fatal. Secara umum insiden dilaporkan 75% didapatkan pada 3 umur kurang
dari 30 tahun. Pada anak-anak biasanya diatas 1 tahun dan terbanyak di atas 5 tahun.

Sepuluh persen dari typhus yang tidak diobati akan mengakibatkan timbulnya relaps.
Kambuh atau relaps dapat terjadi dan berlangsung dalam waktu yang pendek pada
mereka yang mendapatkan infeksi ringan dengan demikian juga hanya menghasilkan
kekebalan yang lemah. Kekambuhan akan terjadi bila pengobatan sebelumnya tidak
adekuat atau sebetulnya bukan kambuh tetapi terkena infeksi baru. Kekambuhan dapat
lebih ringan dari serangan primer tetapi dapat menimbulkan gejala lebih berat daripada
infeksi primer tersebut. Kekambuhan ini dapat ringan atau berat, dan mungkin terjadi
sampai dua atau tiga kali (Soedarto, 2007). Selain itu typhus dapat menimbulkan
komplikasi bila tidak diobati denga tepat. Munculnya komplikasi, seperti perdarahan usus
berat terjadi pada 1-10% dan perforasi usus terjadi pada 0,5-3% penderita, meningitis,
endokarditis dan pneumoni disertai dengan angka morbiditas dan mortalitas tinggi

Pada kenyataannya di masa sekarang ini masyarakat menganggap bahwa typhus


merupakan penyakit yang sudah biasa terjadi dan tidak berbahaya. Hal ini disebabkan
oleh banyak masyarakat yang belum mengetahui apa itu penyakit typhus, bagaimana
penyakit ini dapat terjadi, bagaimana gejala typhus, bagaimana cara mengatasi penyakit
typhus dan terakhir apakah typhus berakibat fatal atau tidak sehingga angka penderita dan
kematian typhus di Indonesia mencapai angka kasus yang tinggi yaitu 900.000 kasus
pertahun.

Dari uraian diatas maka kami melakukan survey pemahaman masyarakat tentang
penyakit typhus karena hal ini sangat penting untuk diketahui dan dianalisis agar
masyarakat mampu mengatasi jika kiranya terkena penyakit itu.

Dafpus

Artikel Fika Handayani, Pengaruh pola makan dan kebersihan diri dengan penyakit
typhus
Suyitno, Arie.2020.Asuhan Keperawatan Anak yang Mengalami Typhoid Fever dengan
Hipertemi di Ruang Anak Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik.Surabaya:Universitas
Airlangga

Anda mungkin juga menyukai