Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada

Volume 13 Nomor 1 Februari 2015

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN ORANGTUA TERHADAP


HOSPITALISASI ANAK DENGAN KEJANG DEMAM DI RUANG ANAK BAWAH
RSUD dr. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA

Ridwan kustiawan
Fajar Firdaus Anshori

ABSTRAK

Kecemasan merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara langsung
serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik. Kecemasan tersebut dapat terjadi
pada orang tua karena kecemasan orang tua bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya oleh
factor kehidupan anaknya. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh diatas 38°C. Data yang diperoleh pada tahun 2013, anak yang mengalami kejang demam di
RSUD dr. Soekardjo sebanyak 236 kasus dalam satu tahun. Maka dari itu orang tua perlu diukur
tingkat kecemasanya dengan menggunakan skala HARS. Tujuan penelitiaan ini untuk mengetahui
tingkat kecemasan orang tua terhadap hospitalisasi anak dengan kejang demam di Ruang Anak Bawah
RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya. Dalam penelitian ini selain meneliti tingkat kecemasan orang tua
juga meneliti tentang karakteristik orang tua, seperti usia, pendidikan, pekerjaan dan jenis kelamin.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Dilakukan dari bulan April – Mei 2014, dengan
populasi orang tua pasien yang anaknya dirawat karena penyakit kejang demam di Ruang Anak.
Pengambilan sampel menggunakan tekhnik accidental sampling, jumlah responden sebanyak 21 orang.
Hasilnya menunjukan bahwa 19%
responden mengalami kecemasan ringan, 32,4% mengalami kecemasan sedang, 19% mengalami
kecemasan berat dan 9,5% mengalami panik. Saran penulis terhadap hasil penelitian ini diharapkan
rumah sakit dapat memperhatikan orang tua pasien khususnya yang rentan mengalami kecemasan
dengan cara mengadakan penyuluhan dan konsultasi kesehatan tentang kecemasan.

Kata Kunci: Tingkat Kecemasan, Kejang Demam


Daftar Pustaka, 22 buah (2004-2014)

ABSTRACT

Anxiety is subjective experience from individual and can not observed directly and was a emosional
state without specific object. Anxiety can happens to parents because it can be influenced by some
factors, there is children’s life factor. Febrile seizures is seizure seizures that occur in the temperature
rise above 38°C. The date obtained in 2013, children who experience febrile seizures in RSUD dr.
Soekardjo that 236 cases of the year. Therefore parents need to measured anxiety levels using a scale
Hars. The study was aimed to know parents anxiety levels for children hospitalization with febrile
seizures in under pediatric ward RSUD dr.Soekardjo Tasikmalaya. In this study in addition examining
the parents level of anxiety also examines the characteristics of parents such as age, education,
employment and gender. The study using descriptive method. It was conducted in April – May with the
population of patients febrile seizures in under pediatric ward. The sampling using accidental
sampling technique, amount respondents was 21. The result indicated that 19% of respondents have
mild anxiety, 32,4% of respondents have moderate anxiety, and 19% respondents have severe anxiety,
and 9,5% respondents have panic. Advice authors for this result of study, Hospitalwas expected can
pay attention to parents especially prone to anxiety by way of counseling and health consultation
about anxiety.

Keyword : Anxiety Level, Febrile Seizure


References, 22 book (2004-2014)

PENDAHULUAN baik, maka anak akan mengalami


Kecemasan orang tua bisa dipengaruhi hambatan pada dirinya yang dapat
oleh beberapa faktor salah satunya oleh mengganggu psikologis anak (Alimul.
faktor kehidupan anaknya (Supartini, 2005). Orang tua merupakan unsur
2004). Kehidupan anak juga dipengaruhi penting dalam perawatan, khususnya
oleh ada tidaknya dukungan dari orang perawatan pada anak. Oleh karena anak
tua, apabila dukungan orang tua kurang merupakan bagian darikeluarga, maka

148
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 13 Nomor 1 Februari 2015

perawat harus mampu mengenal orang tua mengalami demam yang tinggi, Kejang
sebagai tempat tinggal atau konstanta karena demam tersebut seringkali terjadi
tetap dalam kehidupan anak terutama pada usia anak tertentu. Kejadian kejang
kehidupan anak di rumah sakit. Populasi demam pada anak usia 6 bulan sampai 5
anak yang dirawat di rumah sakit menurut tahun hampir 2 – 5% (Ngastiyah 2005).
Wong (2009), mengalami peningkatan Data yang diperoleh pada tahun 2013,
yang sangat dramatis. Persentase anak Anak yang mengalami kejang demam di
yang dirawat di rumah sakit saat ini RSUD dr Soekardjo sebanyak 236 kasus
mengalami masalah yang lebih serius dan dalam satu tahun terakhir atau berada di
kompleks dibandingkan kejadian urutan kedua terbanyak setelah penyakit
hospitalisasi tahun-tahun sebelumnya. Mc diare. Angka kejadian hospitalisasi anak
Cherty dan Kozak mengatakan hampir dengan kejang demam yang tinggi ini
empat juta anak dalam satu tahun disebabkan oleh tingginya kekhawatiran
mengalami hospitalisasi (Lawrence J. Cit orang tua terhadap kesehatan anaknya.
Hikmawati. 2003). Rata-rata anak Kekhawatiran tersebut disebabkan oleh
mendapat perawatan selama enam hari. rasa takut akan dampak yang terjadi akibat
penyakit kejang demam yang tidak
Selain membutuhkan perawatan yang ditangani. Kejang demam yang tidak
spesial dibanding pasien lain, anak sakit ditangani akan mengakibatkan kerusakan
juga mempunyai keistimewaan dan pada otak, retardasi mental, epilepsi,
karakteristik tersendiri karena anak-anak bahkan menyebabkan kematian dan itulah
bukanlah miniatur dari orang dewasa atau yang membuat orang tua menjadi cemas
dewasa kecil. Waktu yang dibutuhkan (Mansjoer, 2005). Berdasarkan hasil studi
untuk merawat penderita anak-anak 20- pendahuluan yang telah dilakukan dengan
45% lebih banyak dari pada waktu untuk cara mengamati perilaku orang tua pasien
merawat orang dewasa (Speirs, cit yang mengalami hospitalisasi anak dengan
Hikmawati 2003). Peran orang tua pada penyakit kejang demam di Ruang Anak
saat hospitalisasi mempunyai peran Bawah RSUD dr Soekardjo dan
penting, seperti halnya dikatakan oleh para diklarifikasi dengan wawancara pada 5
ahli bahwa peran orang tua pada saat orang tua pasien, diketahui sebanyak 3
hospitalisasi bagi anak dapat menjadi orang tua masuk kedalam karakterisitik
motivator bagi anak untuk dapat cemas sedang yaitu 60% dan 2 orang tua
kooperatif saat hosptalisasi berlangsung, lainya masuk kedalam karakteristik cemas
selain itu peran orang tua menurut para ringan yaitu 40 %.
ahli pada saat hopitalisasi dapat
menentukan pertumbuhan dan Tujuan Penelitian
perkembangan anak untuk dapat kembali Tujuan Umum
pada keadaan stabil. Namun pada saat Tujuan penelitian ini adalah untuk
anak bersikap tidak kooperatif justru mengetahui gambaran tingkat kecemasan
orang tua anak merasa cemas pada orang tua terhadap hospitalisasi anak
keadaan anaknya, kecemasan tersebut dengan penyakit kejang demam di Ruang
dapat terjadi karena tingkat penyakit yang Anak Bawah RSUD dr Soekardjo.
diderita oleh anak memang cukup berat, Tujuan Khusus
atau kecemaan itu dapat timbul karena Mengetahui gambaran tingkat kecemasan
ketidaktahuan mengenai penyakit yang orang tua pasien berdasarkan karakteristik
dideritanya sedangkan penyakit yang orang tua (usia, pekerjaan, tingkat
diderita mempunyai tingkat keparahan pendidikan dan jenis kelamin ).
yang rendah. Hospitalisasi anak
merupakan suatu proses karena suatu METODE PENELITIAN
alasan yang berencana atau darurat yang Desain Penelitian
mengharuskan anak untuk tinggal di Jenis penelitian yang digunakan adalah
rumah sakit dan menjalani terapi atau deskriptif yaitu suatu metode penelitian
perawatan (Supartini, 2004). yang dilakukan dengan tujuan utama
untuk membuat gambaran deskripsi
Kejang Demam keadaan yang paling tentang suatu keadaan secara objektif, dan
dikhawatirkan para orang tua saat anak memecahkan masalah atau menjawab
149
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 13 Nomor 1 Februari 2015

permasalahan yang sedang dihadapi pada 21-27 : Kecemasan sedang


situasi sekarang (Notoatmodjo, 2012). 28-41 : Kecemasan berat
42-56 : Panik
Populasi dan Sample
Populasi HASIL DAN PEMBAHASAN
Populasi adalah keseluruhan objek
penelitian atau objek yang akan di Tabel 1
teliti(Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam Distribusi Frekuensi Tingkat kecemasan Orang
penelitian ini adalah seluruh orang tua Tua di RSUD dr.Soekardjo Kota
pasien kejang demam yang dirawat di Tasikmalaya Periode April-Mei Tahun 2014
Ruang Anak Bawah RSUD dr Soekardjo. Tingkat kecemasan Frekuensi Prosentase
Kecemasan Ringan 4 19.0%
Sampel
Kecemasan Sedang 11 52.4%
Sampel adalah objek yang diteliti dan
Kecemasan Berat 4 19.0%
dianggap mewakili seluruh populasi Panik 2 9.5%
(Notoatmodjo, 2012). Sampel yang 21 100%
digunakan dalam penelitian ini adalah
Accidental Sampling, yang merupakan Tabel 1 diatas menunjukan jumlah
teknik pengambilansampel yang dilakukan responden berdasarkan tingkat kecemasan.
dengan mengambil kasus atau responden Ini menggambarkan bahwa responden
yang kebetulan ada atau tersedia di suatu yang memiliki tingkat kecemasan sedang
tempat sesuai dengan konteks penelitian adalah yang paling banyak yaitu 11 orang
(Notoatmodjo, 2010). Maka Sampel dalam (52.4%).
penelitian ini adalahorang tua (ibu atau Tabel 2
ayah) pasien anak yang di rawat karena Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
penyakit kejang demam dan yang bersedia Usia di Ruang Anak Bawah RSUD
menjadi responden berjumlah 21 orang. dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya Periode April-
Mei Tahun 2014
Instrumen Penelitian usia Frekuensi Prosentase
Instrumen Penelitian adalah alat-alat yang < 20 tahun 2 9.52%
akan digunakan untuk pengumpulan data 21-30 tahun 9 42.86%
(Notoatmodjo,2012). Instrumen penelitian 31-40 tahun 7 33.33%
yang digunakan dalam penelitian ini > 40 tahun 3 14.29%
adalah berupa kuesioner (daftar 21 100%
pertanyaan) tentang tingkat kecemasan
yang sudah baku yakni menggunakan Tabel 2 diatas menunjukan jumlah
skala HARS. responden berdasarkan usia. Ini
Analisis Data menggambarkan bahwa responden yang
Analisa yang digunakan dalam penelitian berusia 21-30 tahun paling banyak dengan
ini adalah analisa univariat. Analisa jumlah 9 orang (42.86%) dari jumlah
univariat digunakan untuk mengetahui responden 21 orang
distribusi frekuensi dari setiap variable
Tabel 3
yang diteliti. Analisa univariat bertujuan
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
untuk menjelaskan atau mendeskripsikan Tingkat Pendidikan di Ruang Anak
karakteristik setiap variable penelitian. Bawah RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya
Pada umumnya dalam analisis ini hanya Periode April-Mei Tahun 2014
menghasilkan distribusi frekuensi dan Pendidikan Frekuensi Prosentase
persentase dari tiap variable SD 5 23.8%
(Notoatmodjo, 2012). SMP 8 38.1%
SMA 5 23.8%
Untuk mengetahui tingkat kecemasan PT 3 14.3%
responden dihitung skor penilaian derajat 21 100%
kecemasan dengan cara menjumlah nilai
skor dan item soal 1-14 dengan hasil : Tabel 3 Menunjukan jumlah responden
berdasarkan pendidikan terakhir.
<14 : Tidak ada kecemasan Inimenggambarkan bahwa pendidikan
14-20 : Kecemasan ringan

150
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 13 Nomor 1 Februari 2015

terakhir responden paling banyak adalah mengatasi kecemasan yang dialami. Hal
SMP sebanyak 8 orang (38.1%). ini sesuai dengan yang dikemukanan oleh
Lutfa (2008) bahwa gangguan kecemasan
Tabel 4 dapat terjadi pada semua usia namun lebih
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan sering pada usia dewasa karena banyak
Pekerjaan di Ruang Anak Bawah masalah yang dihadapi.
RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya
Periode April-Mei Tahun 2014
Kaplan & Saddock, 1997 juga
Pekerjaan Frekuensi Prosentase
mengungkapkan hal yang serupa bahwa
bekerja 12 57.1%
Tidak 9 42.9%
usia merupakan salah satu factor internal
bekerja yang berkontribusi terhadap timbulnya
21 100% kecemasan pada orang tua. Hal ini sesuai
dengan teori yang dikemukakan Haryanto
Tabel 4. diatas menunjukan jumlah (2002) bahwa umur menunjukan ukuran
responden berdasarkan pekerjaan. Ini waktu pertumbuhan dan perkembangan
menggambarkan bahwa yang dominan seorang individu. Umur berkorelasi
adalah responden yang bekerja yaitu dengan pengalaman, pengalaman
sebanyak 12 orang (57.1%). berkorelasi dengan pengetahuan,
pemahaman dan pandangan terhadap suatu
Tabel 5 penyakit atau kejadian sehingga akan
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan membentuk persepsi dan sikap. Hasil
Jenis Kelamin di Ruang Anak Bawah penelitian ini serupa dengan hasil
RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya penelitian yang dilakukan Sawitri (2008)
Periode April-Mei Tahun 2014 tentang tingkat kecemasan orang tua
Jenis terhadap penyakit bronchopneumonia di
frekuensi Prosentase
kelamin Ruang Anak RSU Islam Kustari Surakarta
Laki-laki 8 38.1% didapatkan responden yang banyak
perempuan 13 61.9%
mengalami kecemasan adalah dengan
21 100%
tingkat kecemasan sedang.
Hal ini serupa dengan hasil penelitian
Tabel 5. diatas menunjukan jumlah yang dilakukan Makmuri (2011) tentang
responden berdasarkan jenis kelamin. Ini tingkat kecemasan orang tua pasien
menggambarkan bahwa yang dominan demam typoid di RS Prof. Dr. Margono
adalah responden dengan jenis kelamin Soekarjo Purwekerto menunjukan bahwa
perempuan yaitu sebanyak 13 orang dari 40 orang responden terdapat 16 orang
(61.9%). (40%) mengalami tingkat kecemasan
dalam kategori sedang. Berdasarkan
PEMBAHASAN uraian hasil penelitian di atas penulis
Gambaran Tingkat Kecemasan Orang beranggapan bahwakematangan usia
Tua Berdasarkan Karakteristik Orang responden berpengaruh terhadap
Tua seseorang dalam menyikapi situasi atau
Berdasarkan karakteristik usia suatu penyakit dan dalam mengatasi
menunjukan bahwa tingkat kecemasan kecemasan yang dialaminya, hal itu
orang tua dengan usia 21-30 tahun adalah dibuktikan dari hasil penelitian di atas
yang paling tinggi yaitu dengan jumlah 9 bahwa responden dengan usia 21-30 tahun
responden (43%). Hal ini serupa dengan adalah yang paling banyak mengalami
hasil penelitian yang dilakukan Yandi kecemasan, Berdasarkan penelitian di atas
(2009) tentang tingkat kecemasan orang juga menunjukan bahwa responden
tua pasien diare di RS Prof dr.Margono dengan usia 21-30 tahun adalah responden
Purwokerto menunjukan bahwa dari 40 yang paling banyak mengalami kecemasan
orang responden terdapat 16 orang (40%) sedang, mungkin hal itu terjadi karena
yang mengalami kecemasan adalah usia responden tersebut belum mengalami
responden dengan usia 21-30 tahun. kematangan.
Kusmarjathi (2009), mengemukakan hal
yang serupa bahwa kematangan usia
berpengaruh terhadap seseorang dalam
menyikapi situasi atau kondisi dalam
151
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 13 Nomor 1 Februari 2015

Tingkat Kecemasan Berdasarkan dengan jumlah 9 responden (43%). Hal ini


Karakteristik Pendidikan serupa dengan hasil penelitian yang
Berdasarkan karakteristik Tingkat dilakukan oleh Yasin (2011) tentang
pendidikan menunjukan bahwa responden tingkat kecemasan orang tua terhadap
yang pendidikan terakhirnya SMP adalah hospitalisasi anak di Ruang Flamboyan III
yang paling banyak mengalami kecemasan RSUD Kabupaten Serang menunjukan
dengan jumlah 8 responden (38%). Hal ini bahwa dari 30 orang responden terdapat
serupa dengan hasil penelitian yang 18 orang (60%) adalah responden yang
dilakukan Yandi (2009) tentang tingkat bekerja. Hal ini sesuai dengan dengan
kecemasan orang tua pasien diare di RS teori yang dikemukakan Maryaningtyas
Prof dr.Margono Purwokerto menunjukan (2005) diketahui bahwa pekerjaan
bahwa dari 40 orang responden terdapat berpengaruh terhadap kecemasan. Teori
15 orang (37.50%) yang mengalami ini dikuatkan dalam penelitian, bahwa
kecemasan adalah responden dengan faktor pekerjaan adalah salah satu factor
pendidikan terakhirnya SMP. Hal ini juga yang dapat berkontribusi terhadap
serupa dengan hasil penelitian yang timbulnya kecemasan.
dilakukan Sawitri (2008) tentang tingkat
kecemasan orang tua terhadap penyakit Tetapi hal ini tidak serupa dengan teori
bronchopneumonia di Ruang Anak RSU yang dinyatakan oleh Kusmarjathi, 2009
Islam Kustari Surakarta didapatkan bahwa jenis pekerjaan di swasta yang
responden yang paling banyak mengalami mempunyai penghasilan tidak menentu
kecemasan adalah responden dengan dapat mempengaruhi perilaku responden
pendidikan terakhirnya SMP. dalam menentukan pengobatan, membeli
obat, biaya perawatan di rumah sakit, dan
Penelitian yang serupa tentang gambaran biaya pengobatan yang tinggi dapat
tingkat kecemasan orang tua terhadap menambah tingkat kecemasan responden.
penyakit demam typoid oleh Agus (2008) Hasil penelitian ini serupa dengan hasil
di Ruang Anak RSUD kabupaten serang penelitian yang dilakukan Sawitri (2008)
di dapatkan hasil bahwa responden dengan tentang tingkat kecemasan orang tua
pendidikan terakhir SMP adalah terhadap penyakit bronchopneumonia di
responden yang paling banyak mengalami Ruang Anak RSU Islam Kustari Surakarta
kecemasan sedang. Berdasarkan uraian didapatkanresponden yang bekerja adalah
hasil penelitian di atas penulis yang paling banyak mengalami kecemasan
beranggapan bahwa pendidikan seseorang sedang.
adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi tingkat kecemasan Hal ini serupa dengan hasil penelitian
seseorang, hal ini menunjukan bahwa yang dilakukan Makmuri (2011) tentang
tidak semua responden yang memiliki tingkat kecemasan orang tua pasien
pendidikan tinggi tidak mengalami demam typoid di RS Prof. Dr. Margono
kecemasan begitu juga responden yang Soekarjo Purwekerto menunjukan bahwa
memiliki pengetahuan kurang tentang dari 30 orang responden yang bekerja
hospitalisasi akan mengalami kecemasan terdapat 15 orang (50%) mengalami
berat. Berdasarkan penelitian di atas juga tingkat kecemasan dalam kategori sedang.
menunjukan bahwa responden dengan Berdasarkan uraian hasil penelitian di atas
pendidikan terakhir SMP adalah penulis beranggapan bahwa pekerjaan
responden yang paling banyak mengalami dapat mempengaruhi tingkat kecemasan
kecemasan sedang. hal ini mungkin dipengaruhi oleh
beberapa hal, diantaranya pengalaman
Tingkat Kecemasan Berdasarkan kerja serta wawasan
Karakteristik Pekerjaan tentang pengetahuan yang berhubungan
Berdasarkan karakteristik pekerjaan dengan faktor kecemasan. Berdasarkan
menunjukan responden yang bekerja penelitian di atas juga menunjukan bahwa
adalah yang paling banyak mengalami responden yang bekerja adalah responden
kecemasan yaitu dengan jumlah responden yang paling banyak mengalami kecemasan
12 orang (57%) sedangkan responden sedang.
yang tidak bekerja (ibu rumah tangga)

152
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 13 Nomor 1 Februari 2015

Tingkat Kecemasan Berdasarkan dari beberapa teori dan penelitian lain


Karakteristik Jenis Kelamin yang menyatakan bahwa perempuan lebih
Berdasarkan karakteristik jenis kelamin mudah cemas dibandingkan laki-laki ini
menunjukan bahwa responden yang yang disebabkan karena laki-laki lebih rileks
berjenis kelamin perempuan adalah yang dalam menghadapi
paling banyak mengalami kecemasan masalah sedangkan perempuan lebih
yaitu dengan 13 responden (62%). Hal ini sensitif dalam menghadapi masalahnya.
serupa dengan hasil penelitian yang Berdasarkan penelitian di atas juga
dilakukan oleh Yasin (2011) tentang menunjukan bahwa responden dengan
tingkat kecemasan orang tua terhadap jenis kelamin perempuan adalah
hospitalisasi anak di Ruang Flamboyan III responden yang paling banyak mengalami
RSUD Kabupaten Serang menunjukan kecemasan sedang.
bahwa dari 30 orang responden terdapat
18 orang (60%) adalah responden dengan KESIMPULAN DAN SARAN
jenis kelamin perempuan. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan pada bulan April 2014 terhadap
Hasil penelitian ini sejalan dengan 21 responden di Ruang Anak Bawah
penelitian yang dilakukan oleh Sawitri RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya,
(2008) tentang gambaran tingkat Peneliti menarik kesimpulan bahwa
kecemasan orang tua terhadap penyakit gambaran tingkat kecemasan orang tua
bronchopneumonia di ruang anak RSU terhadap hospitalisasi anak dengan kejang
Islam Kustati Surakarta didapatkan demam di RSUD dr.Soekardjo Kota
responden yang banyak mengalami Tasikmalaya, dengan hasil sebagai berikut
kecemasan adalah perempuan yaitu :
sebanyak 67.2%. Hal ini sangat sesuai 1. Berdasarkan hasil penelitian
dengan teori yang dikemukakan Videbeck menunjukan bahwa tingkat kecemasan
(2008) bahwa laki-laki dan perempuan orang tua terhadap hospitalisasi anak
mempunyai perbedaan tingkat kecemasan, dengan kejang demam di Ruang Anak
dimana perempuan lebih mudah Bawah RSUD dr.Soekardjo Kota
tersinggung, sangat peka dan menonjolkan Tasikmalaya tahun 2014 yang paling
perasaanyan. Sedangkan laki-laki banyak adalah responden dengan tingkat
memiliki karakteristik maskulin yang kecemasan sedang yaitu sebanyak 11
cenderung dominan, aktif, lebih rasional orang (52.4%).
dan tidak menunjukan perasaan. Hal 2. Berdasarkan hasil penelitian
serupa dengan teori yang diungkapkan menunjukan bahwa tingkat kecemasan
Myers (1983) mengatakan bahwa orang tua berdasarkan karakteristik orang
perempuan lebih cemas akan tua yaitu
ketidakmampuannya dibanding dengan 1) Berdasarkan usia yang paling banyak
laki-laki, karena laki-laki lebih aktif, mengalami kecemasan yaitu responden
eksploratif, sedangkan perempuan lebih dengan usia 21-30 tahun dengan jumlah 9
sensitif. Penelitian lain menunjukkan responden (43%).
bahwa laki-laki lebih rileks di banding 2) Berdasarkan tingkat pendidikan
perempuan. menunjukan bahwa responden yang paling
banyak mengalami kecemasan adalah
Hasil penelitian ini serupa dengan hasil yang pendidikan terakhirnya SMP yaitu
penelitian yang dilakukan Makmuri dengan jumlah 8 responden (38%).
(2011) tentang tingkat kecemasan orang 3) Berdasarkan pekerjaan menunjukan
tua pasien demam typoid di RS Prof. Dr. bahwa responden yang bekerja adalah
Margono Soekarjo Purwekerto yang paling banyak mengalami kecemasan
menunjukan bahwa dari 30 orang yaitu dengan jumlah responden sebanyak
responden yang berjenis kelamin 12 orang (57%).
perempuan terdapat 15 orang (50%) 4) Berdasarkan jenis kelamin menunjukan
mengalami tingkat kecemasan dalam bahwa responden yang jenis kelaminnya
kategori sedang. Hal ini mungkin semakin perempuan adalah yang paling banyak
menegaskan bahwa jenis kelamin dapat mengalami kecemasan yaitu dengan
mempengaruhi kecemasan hal ini terlihat jumlah sebanyak 13 responden (62%).
153
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 13 Nomor 1 Februari 2015

5.2 Saran Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi


Peneliti Selanjutnya Diharapkan hasil Penelitan Kesehatan. Jakarta : Rineka
penelitian ini dapat dijadikan sebagai Cipta.
referensi untuk penelitian selanjutnya Soetjiningsih. (2003). Tumbuh Kembang
mengenai gambaran tingkat kecemasan Anak. Jakarta: EGC.
orang tua. Suliswati. (2004), Buku Saku
Keperawatan Jiwa. (Edisi 5). Jakarta :
DAFTAR PUSTAKA EGC.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Supartini, Y. (2004). Buku Ajar Konsep
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC
Rineka Cipta Suprajitno.2004.Asuhan Keperawatan
Atkinson. (2004). Pengantar Psikologi. Keluarga:Aplikasi
Jakarta: Penerbit Erlangga. DalamPraktik.Jakarta:EGC.
Azwar, S. (2007). Penyusunan Skala Wiramihardja, S. (2005). Pengantar
Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Psikologi Abnormal. Bandung : PT Refika
Hawari, D. (2006). Psikiatrik Manajenen Aditama.
Stres, Cemas & Depresi. Jakarta :FKUI. Wong. (2009), Pedoman Klinis Perawatan
Mansjoer, A. (2005). Kapita Selekta Pediatrik Edisi Buku Kedokteran. Jakarta :
Kedokteran. (Edisi 3). Jakarta : FKUI. EGC.
Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit. Yandi, A (2009). Gambaran Tingkat
(Edisi 2). Jakarta : EGC. Kecemasan Orang Tua Pasien Diare di
RS Prof dr.Margono Purwokerto Tahun
2009.PANMED, Vol 2 (2), 1909-

154

Anda mungkin juga menyukai