Anda di halaman 1dari 38

Bidang Keilmuan:………………..

LAPORAN AKHIR
PENELITIAN DOSEN

Logo Perguruan Tinggi

JUDUL PENELITIAN
Pengaruh Fisioterapi Dada terhadap Perubahan Saturasi Oksigen pada Pasien PPOK di RS
Rajawali

Oleh :
Yovita Gatiningsih, S.Kep., Ners, M.MKes.

Nama Lengkap dan NIDN Ketua Tim


Nama Lengkap dan NIDN Anggota Tim

Dibiayai oleh Proyek Penelitian Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Institut
Kesehatan Rajawali sesuai dengan Surat Tugas Pelaksanaan Penelitian:
(cantumin no surat tugas, tanggal/bulan/tahun)

PROGRAM STUDI
PERGURUAN TINGGI
TAHUN
HALAMAN PERSETUJUAN
REVIEWER HASIL PENELITIAN
PROGRAM PENELITIAN DOSEN

PENELITIAN YANG BERJUDUL:

“Pengaruh Fisioterapi Dada terhadap Perubahan Saturasi Oksigen pada Pasien PPOK di RS
Rajawali ”

Telah ditelaah oleh Reviewer Hasil Penelitian pada hari ……………, Tanggal
………………. dan disetujui sebagai laporan akhir penelitian Dosen
Semester…………….Tahun 2016 yang diselenggarakan Unit Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rajawali.

Ketua Tim Peneliti


Nama dan Tanda tangan
(Nama Lengkap)
NIK.

Menyetujui
Reviewer 1 Reviewer II

Nama dan Tanda tangan Nama dan Tanda tangan


(Nama Lengkap) (Nama Lengkap)
NIK NIK
HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN DOSEN

1. Judul Penelitian :
2. Bidang Keilmuan :
3. Ketua Tim Pengusul :
Nama :
NIDN :
Jabatan Fungsional :
Program Studi :
Bidang Keahlian :
Nomor telepon/surel :
4. Anggota Tim Pengusul :
Nama :
NIDN :
Jabatan Fungsional :
Program Studi :
Bidang Keahlian :
Nomor telepon/surel :
Anggota Tim Pengusul :
Nama :
NIDN :
Jabatan Fungsional :
Program Studi :
Bidang Keahlian :
Nomor telepon/surel :
5. Waktu Pelaksanaan :
6. Biaya Total :

Mengetahui, Kota, tanggal-bulan-tahun


Ketua Program Studi Ketua Tim Peneliti

NIP/NIK NIP/NIK

Mengetahui
Ketua LPM/LPPM /Devisi PPM*
Cap dan tanda tangan
(Nama Lengkap)
NIP/NIK
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
karunia beserta rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan proposal penelitian
dengan judul “Pengaruh Fisioterapi Dada terhadap Perubahan Saturasi Oksigen pada Pasien
PPOK di RS Rajawali ”. Penyusun menyadari adanya keterbatasan di dalam penyusunan
laporan tugas akhir ini. Besar harapan penyusun akan saran dan kritik yang bersifat
membangun. Akhirnya Penyusun berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi
penyusun dan bagi pembaca sekalian.
ABSTRAK

Penyakit Paru Obstruktif Kronik(PPOK) adalah keadaan penyakit yang ditandai keterbatasan
aliran udara yang tidak sepenuhnya irreversibel. Tehnik penataksanaan PPOK meliputi terapi
farmakologis dan non farmakologis. Fisioterapi dada merupakan salah satu terapi non
farmakologis yang digunakan untuk mengeluarkan sekresi mukus pada pasien PPOK. Pasien
PPOK sering mengalami produksi mukus berlebihan, kerusakan dinding alveoli dan
penurunan elastis paru, sehingga menyebabkan hipoksemia, yang dapat mengarah pada
hipoksia. Pasien yang hipoksia dapat diobservasi dengan adanya penurunan saturasi
oksigen. Peningkatan jumlah kasus PPOK didukung oleh kenaikan faktor risiko yaitu umur
harapan hidup, perilaku merokok dan polusi udara. Penelitian ini bertujuan mengetahui
pengaruh fisioterapi dada terhadap saturasi oksigen. Rancangan penelitian menggunakan
quasi eksperimen. Sampel berjumlah 39 orang, sepuluh orang perlakuan dan sepuluh orang
kontrol. Pengukuran dilakukan menggunakan oksimetri nadi, pretest dan postest pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Setelah intervensi fisioterapi dada terdapat
peningkatan saturasi oksigen secara tidak signifikan. Hasil penelitian p> 0,005, sehingga Ha
ditolak. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan jumlah
sampel yang lebih banyak dan waktu yang lebih lama,
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................6
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................8
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................8
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................9
1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................................................10
1.4 Manfaat Penelitian.........................................................................................................10
1.5 Keaslian Penelitian........................................................................................................10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................12
2.1 Landasan Teori .............................................................................................................12
2.1.1 Definisi Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)..........................................12
2.1.2 Tujuan Fisioterapi.............................................................................................12
2.1.3 Etiologi.............................................................................................................12
2.1.4 Patologi.............................................................................................................12
2.1.5 Tanda dan gejala klinis.....................................................................................13
2.1.6 Diagnosa banding.............................................................................................13
2.1.7 Teknologi Intervensi Fisioterapi.......................................................................14
2.1.8 Pelaksanaan Terapi ..........................................................................................14
2.2 Kerangka Teori .............................................................................................................14
BAB 3 METODE PENELITIAN.....................................................................................15
3.1. Desain .....................................................................................................................15
3.2. Tempat dan Waktu...................................................................................................15
3.3. Populasi dan Sampel................................................................................................15
3.4. Kriteria Inklusi dan Ekslusi.....................................................................................16
3.5. Besar Sampel...........................................................................................................16
3.6. Variabel ..................................................................................................................17
3.7. Definisi Operasional................................................................................................17
3.8. Hipotesis..................................................................................................................17
3.9. Analisa Data............................................................................................................18
3.10. Etika Penelitian........................................................................................................18
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................................21
41. Hasil Penelitian .............................................................................................................21
4.2 Pembahasan...................................................................................................................21
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN...................................................................................24
5.1 Simpulan .......................................................................................................................24
5.2 Saran .............................................................................................................................24
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami
peningkatan beban kerja pernafasan, yang menimbulkan sesak nafas, sehingga
pasien mengalami penurunan kualitas hidup. Kualitas hidup penderita PPOK
merupakan ukuran penting karena berhubungan dengan keadaan sesak. Sesak
menyulitkan penderita melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari atau
terganggunya status fungsionalnya seperti merawat diri, mobilitas, makan,
berpakaian dan aktivitas rumah tangga (Khotimah, 2013).
Keterbatasan aktivitas merupakan keluhan utama penderita PPOK yang
sangat mempengaruhi kualitas hidup. Disfungsi otot merupakan hal yang
berperan dalam keterbatasan aktivitas (Oemati, 2013). Prevalensi PPOK di Asia
Fasifik rata-rata 5,9%, yang terendah 3,5% di Hongkong dan Singapura, dan
tertinggi di Vietnam 6,7%. Estimasi prevalensi PPOK di Indonesia pada laki-laki
umur ≥ 30 tahun sebesar 1,6% dan perempuan 0,9% (Patriani, Paramastri &
Priyanto, 2010). Jumlah pasien PPOK derajat sedang dan berat pada tahun 2006
di Asia mencapai 56,6 juta dengan prevalensi 6,3% . Di Indonesia belum ada data
yang akurat tentang prevalensi PPOK (Avridoss, 2014). Di Rumah Sakit
Persahabatan sebagai pusat rujukan paru, PPOK menduduki peringkat kelima
dari jumlah yang berobat jalan dan peringkat keempat dari penderita yang
dirawat inap (Abidin, Yunus, Wiyono & Ratnawati, 2009). Kunjungan rawat jalan
pasien PPOK di Rumah Sakit Persahabatan Jakarta, meningkat dari 616 tahun
2000 menjadi 1.735 pada tahun 2007 (Susanto, Prasenohadi & Yunus, 2010).
Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan bahwa PPOK adalah penyebab
kematian terbesar keempat pada tahun 2011, dengan tiga juta kematian di
seluruh dunia, yang mewakili 5,8% dari total mortality. Di Itali, jumlah kematian
yang terjadi untuk penyakit pernafasan pada tahun 2008 adalah 37.659 (6,5%)
dari total kematian, 20.786 (sekitar 50%) yang terkait dengan PPOK (Roggeri,
Michellato & Roggeri, 2014). Di Indonesia PPOK adalah salah satu dari 10
penyebab utama kematian (Patriani, Paramastri & Priyono, 2010). Menurut
prediksi WHO, diperkirakan pada tahun 2020, PPOK akan menjadi penyebab
kematian urutan ketiga di seluruh dunia (Oemati, 2013).
Peningkatan jumlah kasus PPOK di Indonesia didukung oleh kenaikan faktor
risiko yaitu umur harapan hidup, perilaku merokok dan polusi udara (Patriani,
Paramastri & Priyanto, 2010). Faktor risiko utama PPOK antara lain, merokok,
polutan indor, out door dan polutan di tempat kerja. Faktor risiko lain PPOK
yaitu, genetik, usia, konsumsi alkohol dan kurang aktivitas fisik. Rokok
merupakan penyebab PPOK terbanyak (95%) di negara berkembang. Perokok
aktif dapat mengalami hipersekresi mukus dan obstruksi jalan napas. Perokok
pasif juga menyumbang terhadap sympton saluran napas dan peningkatan
kerusakan paru akibat partikel dan menghisap gas-gas berbahaya (Oemati, 2013).
Menurut Pedoman Diagnosis dan Penatalaksaan PPOK di Indonesia, PPOK
dapat menyebabkan gagal nafas (gagal nafas kronik dan akut), infeksi berulang,
dan kor pulmonal. Pada gagal nafas kronik ditemukan hasil analisa gas darah PO2
60mmHg dan pH normal (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003). Pada
penderita PPOK akan terjadi penurunan kapasitas dan kualitas kerja, peningkatan
biaya hidup dan ketidakmampuan fisik. Pada pasien PPOK, ditemukan kelemahan
otot pernafasan, disebabkan hipoksia, hiperkapnia, inflamasi dan malnutirsi
kronis (Ikalius, Yunus, Suradi & Rahma, 2007). Salah satu indikator adanya
hipoksemia adalah terjadinya penurunan saturasi oksigen. Pengukuran saturasi
oksigen dapat dilakukan dengan beberapa tehnik yaitu dengan gas darah arteri
dan oksimetri nadi. Penggunaan oksimetri nadi merupakan tehnik yang efektif
untuk memantau pasien terhadap perubahan saturasi oksigen yang kecil atau
mendadak (Brunner & Suddart, 2002).

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan
masalah penelitian ’’apakah ada pengaruh fisioterapi dada terhadap saturasi
oksigen pada pasien PPOK”
1.3. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh fisioterapi dada terhadap saturasi oksigen pada pasien
PPOK di RS Rajawali.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi saturasi oksigen pre test di RS Rajawali.
b. Mengidentifikasi saturasi oksigen post test pada pasien PPOK di RS
Rajawali.
c. Menganalisis perbedaan saturasi oksigen pada masing-masing kelompok
pada pasien PPOK di RS Rajawali.
d. Menganalisis perbedaan pengaruh fisioterapi pada pasien PPOK di RS
Rajawali.

1.4. Manfaat Penelitian


1. Secara Praktis
Meningkatkan kemampuan perawat dalam melakukan fisioterapi dada
sehingga mengurangi keluhan pasien PPOK menjadi lebih singkat dan kualitas
hidup pasien meningkat.

2. Secara Teoritis
a. Tersusun protap tentang tindakan fisioterapi dada pada pasien PPOK.
b. Sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya untuk lebih mengembangkan
penelitian tentang fisioterapi dada.

1.5. Keaslian Penelitian


Gambaran faktor risiko terjadinya PPOK pada responden yaitu usia, jenis kelamin,
pekerjaan, merokok, dan riwayat penyakit pernafasan lebih dari 50% dan dapat
menjadi faktor pemicu terjadinya PPOK. Faktor risiko PPOK pada responden
adalah umur, kebiasaan merokok, penyakit saluran pernafasan. Jenis kelamin
tidak berhubungan dengan PPOK dalam penelitian ini. Risiko PPOK meningkat
secara signifikan karena usia, merokok, dan riwayat keluarga yang menderita
penyakit saluran napas, tapi tidak berhubungan dengan alergi atau bekerja di
luar ruangan. Hal ini yang membedakan penelitian dengan penelitian-penelitian
sebelumnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSATAKA

2.1. Landasan Teori


2.1.1 Definisi Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
PPOK didefinisikan sebagai penyakit yang dikarakteristik oleh adanya
obstruksi saluran pernafasan yang tidak reversibel sepenuhnya.
Sumbatan aliran udara ini umumnya bersifat progresif dan berkaitan
dengan respon inflamasi abnormal paru-paru terhadap partikel atau gas
yang berbahaya (WHO, 2006).

2.2.1 Tujuan Fisioterapi


Berdasarkan problematika fisioterapi maka didapatkan tujuan dari
penatalaksanaan fisioterapi yaitu sebagai berikut :
(1) Mengurangi sesak napas
(2) Mengurangi spasme
(3) Mempermudah pengeluaran sputum
(4) Meningkatkan ekspansi thorak
(5) Meningkatkan aktivitas fungsional pasien.

2.3.1 Etiologi
PPOK disebabkan oleh faktor lingkungan dan gaya hidup. Yang sebagian
besar bisa dicegah. Merokok diperkirakan menjadi penyebab timbulnya
80-90% kasus PPOK. Penyakit ini dikaitkan dengan faktor-faktor resiko
yang terdapat pada penderita antara lain seperti asap rokok, Indoor Air
Pollution atau polusi di dalam ruangan, Polusi di luar ruangan, seperti gas
buang kendaraan bermotor dan debu jalanan., Jenis kelamin maupun
Usia.

2.4.1 Patologi
Penyempitan saluran pernafasan terjadi pada bronkitis kronik maupun
pada emfisema paru. Bila sudah timbul gejala sesak, biasanya sudah
dapat dibuktikan adanya tanda-tanda obstruksi. Pada bronkitis kronik
sesak nafas terutama disebabkan karena perubahan pada saluran
pernafaasan kecil, yang diameternya kurang dari 2 mm, menjadi lebih
sempit, berkelok-kelok dan kadang terjadi obliterasi. Penyempitan lumen
terjadi juga oleh metaplasia sel goblet. Saluran pernafasan besar juga
berubah. Pada penderita emfisema paru dan bronchitis kronik, saluran-
saluran pernafasan tersebut akan lebih cepat dan lebih banyak tertutup.
Akibat cepatnya saluran pernafasan menutup serta dinding alveoli yang
rusak, akan menyebabkan ventilasi dan perfusi yang tidak seimbang

2.5.1 Tanda dan gejala klinis


Pada kondisi penyakit paru obstruksi kronik biasanya ditandai dengan
gejala batuk berulang dengan atau tanpa dahak, sesak dengan atau tanpa
bunyi mengi, produksi sputum, dengan riwayat pajanan gas/partikel
berbahaya, penyakit ini dominan pada penderita di atas usia 40 tahun,
dengan sesak napas yang progresif, memburuk dengan aktivitas,
persisten, batuk kronik, produksi sputum kronik, riwayat pajanan rokok,
asap atau gas berbahaya di dalam lingkungan kerja atau rumah.

2.6.1 Diagnosa banding


Diagnosa banding dari penyakit paru obstruksi kronik seperti asma, SOPT
(Sindroma Obstruksi Pascatuberculososis), Pneumotoraks, gagal jantung
kronik, serta penyakit paru dengan obstruksi saluran napas lain misal :
bronkiektasis, destroyed lung dll. Dari diagnosa pembanding tersebut
dapat dilihat dari tanda dan gejala yang memungkinkan muncul pada
pemeriksaan seperti pada pemeriksaan faal paru. Kemudian asma dan
penyakit paru obstruksi kronik adalah penyakit obstruksi saluran napas
yang sering ditemukan di Indonesia, karena itu diagnosis yang tepat harus
ditegakkan karena terapi dan prognosisnya berbeda.
2.7.1 Teknologi Intervensi Fisioterapi
Teknologi intervensi fisioterapi yang diberikan berupa :
1. Untuk terapi panas menggunakan sinar Infra Red (IR) yang bertujuan
untuk memberikan efek rileksasi pada otot bantu pernapasan dan
meningkatkan proses metabolisme pada lapisan superficial kulit
sehingga dapat menurunkan spasme pada otot bantu pernapasan
2. Chest Physiotherapy yang terdiri dari Breathing Control, Kombinasi
Diafragma Breathing dengan Pursed Lip Breathing, Latihan
pengembangan sangkar thorak, yang bertujuan untuk memperbaiki
pola napas saat timbul sesak napas, membantu mengembangkan
ekspansi sangkar thorak, dan membantu mengeluarkan dahak saat
timbul batuk berdahak yang sulit dikeluarkan.

2.8.1 Pelaksanaan Terapi


Pelaksanaan terapi pada kondisi penyakit paru obstruksi kronik ini dimulai
dari tanggal 20 sampai 28 April 2019. Modalitas fisioterapi yang diberikan
yaitu terapi infra red (IR) dan chest physiotherapy berupa Breathing
Control, Kombinasi Diafragma Breathing dengan Pursed Lip Breathing,
Latihan pengembangan sangkar thorak, dan Latihan Batuk Efektif.

2.2. Kerangka Teori

Independen Dependen

Saturasi Oksigen

Frekuensi Pernapasan
Fisioterapi dada

Kemampuan
Variabel Perancu : Mengeluarkan Sputum
- Umur
- Kebiasaan meroko
- Penggunaan obat- Lama Hari Rawat
obatan (antibiotik dan
bronkodilator)
- Terapi Oksigen
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Desain
Penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan menggunakan metode
observasi dengan pendekatan desain one group pre – post test. Pada
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fisioterapi dada
terhadap peningkatan saturasi oksigen. Penelitian ini diberikan intervensi
fisioterapi dada.

3.2. Tempat dan Waktu


a. Tempat
Penelitian ini dilakukam di RS Rajawali. Rumah sakit ini dipilih peneliti
karena Rumah Sakit ini termasuk Rumah Sakit Tipe A, memiliki
pelayanan paru dan memiliki fasilitas yang memadai.

b. Waktu
Penelitian ini dilakukan mulai bulan April 2019 sampai dengan Juni
2019

3.3. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang mengalami
PPOK yang dirawat di ruang inap RS Rajawali. Populasi dalam
penelitian ini adalah pasien PPOK dari bulan April – Juni 2019
sebanyak 39 orang.

2. Sampel
Sampel penelitian adalah pasien PPOK yang dirawat di RS Rajawali
dan pengambilan sampel secara purposive sampling, jumlah sampel
dalam penelitian ini sebanyak 39 responden. Penelitian ini
dilaksanakan di RS Rajawali pada tanggal 20 April sampai dengan 20
Juni 2019. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang menderita
PPOK yang memenuhi syarat sebagai responden dalam penelitian.
Langkah awal dilakukan dengan mengidentifikasi pasien dengan
penyakit PPOK, kemudian dipilih dengan kriteria memenuhi syarat
sebagai responden yang sudah ditetapkan.

3.4. Kriteria Inklusi dan Ekslusi


1. Inklusi
a. Pasien yang ersedia untuk menjadi responden penelitian
b. Pasien yang menderita PPOK
c. Pasien hari pertama rawat inap

2. Ekslusi
a. Pasien PPOK yang menderita penyakit kronis
b. Pasien tidak sadar
c. Pasien yang tidak dapat bernafas spontan
d. Pasien yang menolak menjadi responden
e. Pasien yang tidak mampu mengikuti instruksi

3.5. Besar Sampel


Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan tabel power analysis. Dalam penelitian ini ditetapkan level of
significant (α) sebesar 0,05 dengan effect size (γ) 0,80. Berdasarkan tabel
power analysis tersebut, besaran sampel dalam penelitian ini berjumlah 25.
Untuk menghindari kejadian drop out responden, peneliti menambahkan
20% dari total sampel untuk masing-masing grup. Sehingga besar sampel
dalam penelitian ini adalah 60 responden (30 kelompok intervensi dan 30
kelompok kontrol) (Polit & Beck, 2010). Untuk menghindari bias dalam
penelitian peneliti membedakan ruangan responden kelompok kontrol dan
kelompok intervensi. Dengan demikian kelompok kontrol tidak melihat
intervensi yang diberikan kepada kelompok intervensi.
3.6. Variabel
Variabel operasional pengaruh kombinasi fisioterapi dada terhadap saturasi
oksigen dan lama hari rawat pada pasien PPOK di RS Rajawali.

3.7. Definisi Operasional


Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) sebagai penyakit yang umum,
dapat dicegah dan diobati ditandai dengan gejala pernapasan persisten dan
pembatasan aliran udara yang disebabkan oleh keletihan jalan napas dan /
atau alveolar yang biasanya disebabkan oleh paparan partikel berbahaya
atau gas yang berbahaya. Penyakit paru obstruktif kronik merupakan
penyakit sistemik yang mempunyai hubungan antara keterlibatan
metabolik, otot rangka dan molekuler genetik (GOLD, 2017).
PPOK merupakan penyakit yang irreversibel, namun dengan
penangananan yang efektif dapat mengontrol dan memperlambat
progresivitas PPOK. Eksaserbasi akut pada PPOK berarti timbulnya
perburukan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Eksaserbasi dapat
disebabkan infeksi atau faktor lainnya seprerti polusi udara, kelelahan atau
timbulnya komplikasi. Penanganan eksaserbasi akut dapat dilakukan di
rumah (untuk eksaserbasi ringan) atau di rumah sakit (untuk eksaserbasi
sedang dan berat) (PDPI, 2011).

3.8. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan derajat keparahan penyakit
pau Obstruktif kronik (PPOK)
2. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan derajat keparahan
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
3. Ada hubungan antara jenis rokok yang dihisap dengan derajat
keparahan penyakit paru ostruktif kronik (PPOK)
3.9. Analisis Data
Analisa data yang dilakukan meliputi :
a. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menganalisis variabel yang ada
secara deskriptif. Data kategorik yang meliputi jenis kelamin, usia,
pendidikan, pekerjaan, lama merokok dan banyaknya rokok dalam
satu hari dianalisa dengan menghitung distribusi frekuensinya. Uji
univariat saturasi oksigen, frekuensi pernapasan, kemampuan
mengeluarkan sputum dan lama hari rawat berupa mean atau nilai
rerata serta standar deviasi.

b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis untuk menguji hubungan antar dua
variabel. Analisis bivariat dilakukan untuk membuktikan hipotesa
penelitian. Sebelum dilakukan analisis bivariat, maka terlebih dahulu
dilakukan uji asumsi yaitu uji normalitas. Uji normalitas dilakukan
dengan menggunakan uji Shapiro Wilk. Hasil uji normalitas sebaran
untuk variabel saturasi oksigen, frekuensi pernapasan dan lama hari
rawat menunjukkan bahwa variabel tersebut berdistribusi normal
dimana nilai p > 0,05

3.10. Etika Penelitian


Penelitian ini diawali dengan melakukan ethical clearance oleh komite etik
penelitian kesehatan Fakultas Keperawatan Institut Kesehatan Rajawali
Bandung. Pelaksanaan penelitian dilakukan oleh peneliti setelah mendapat
izin dari Fakultas Keperawatan Institut Kesehatan Rajawali Bandung.
Setelah mendapat persetujuan peneliti menjelaskan tujuan dan prosedur
penelitian kepada responden dengan menyerahkan lembar penjelasan
penelitian. Selanjutnya peneliti memberikan lembar persetujuan (informed
consent) yang ditandatangani sebagai bukti kesediaannya menjadi
responden. Aspek yang menjadi pertimbangan etik dalam penelitian ini
meliputi:
a. Menghormati harkat dan martabat manusia (Autonomy)
Pada prinsip ini dilakukan perkenalan dengan pasien, memberikan
informasi tentang judul, tujuan, manfaat, dan bentuk intervensi yang
akan dilakukan serta meminta persetujuan pasien untuk dijadikan
responden penelitian. Apabila pasien setuju, maka pasien akan
menandatangani lembar informed consent.
b. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian
(Confidentiality)
Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti memberikan kode
pada identitas responden serta tidak menceritakan kepada orang lain.
Hal ini dimaksudkan untuk menjaga anonimitas dan kerahasiaan
responden penelitian.
c. Keadilan dan inklusivitas (Justice)
Pada penelitian ini tidak boleh ada diskriminitas saat memilih subjek
penelitian. Semua pasien memiliki peluang yang sama masuk dalam
kelompok intervensi apabila responden tersebut memenuhi kriteria
inklusi yang telah ditetapkan. Pada kelompok kontrol diberikan
tindakan fisioterapi dada dan pada kelompok intervensi diberikan
kombinasi fisiotarapi dada dan Active Cycle Breathing Technique.
d. Memperhitungkan manfaat (Beneficience)
Jenis penelitian ini adalah kuasai eksperimen dengan memberikan
terapi kombinasi fisioterapi dada pada kelompok intervensi, artinya
responden mempunyai potensi mendapat manfaat dari intervensi
yang diberikan. Penelitian ini dilakukan sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur (SOP) yang ada agar memberikan manfaat bagi
subjek penelitian. Manfaat yang didapat oleh pasien adalah
membantu mengeluarkan sekret dari tindakan fisioterapi dada.
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL PENELITIAN


Tabel 1
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Usia dan Lama
Menderita Penyakt PPOK, n = 29
Variabel Mean (Min-Max) Median SD
Usia 59 (35-70) 64 9,4
Lama Menderita 23 (7-45) 24 9,7

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan rata-rata usia responden 59 tahun dengan usia
minimal 35 tahun dan maksimal 70 tahun. Dan rata-rata lama menderita penyakit PPOK yaitu
23 tahun, dengan minimal lama menderita 7 tahun dan maksimal lama menderita 45 tahun.

Tabel 2
Distribusi Respondnen Berdasarkan Saturasi Oksigen Sebelum Diberikan Intervensi,
n=29
Saturasi Oksigen Mean (Min-Max) Median SD
Sebelum 93 (91-94) 94 0,814
Sesudah 97 (94-99) 98 1,606

Berdasarkan tabel di atas hasil pengukuran saturasi oksigen sebelum diberikan


intervensi diperoleh rata-rata saturasi oksigen yaitu 93 sedangkan rata-rata sesudah diberikan
intervensi fisioterapi dada saturasi oksigen yaitu 97.

Tabel 3
Pengaruh Fisioterapi Dada Peningkatan Saturasi Oksigen Sebelum dan Sesudah
Diberikan Intervensi, n=29
Saturasi Oksigen Mean SD P Value
Sebelum 93 0,814
Sesudah 97 1,606 0,001
Berdasarkan tabel diatas, didapatkan hasil bahwa rata-rata
peningkatan saturasi oksigen sebelum diberikan intervensi fisioterapi dada
adalah 93 sedangkan rata-rata peningkatan saturasi oksigen sesudah
diberikan intervensi fisioterapi dada adalah 97. Hasil statistik uji T
berpasangan (wilcoxon test) untuk nilai p= 0,001 (p<0,05) maka dapat ditarik
kesimpulan ada pengaruh fisioterapi dada terhadap peningkatan saturasi
oksigen sebelum dan sesudah diberikan intervensi di Ruma Sakit Rajawali.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata lama
menderita penyakit PPOK yaitu 23 tahun (minimal: 7 tahun – makasimal: 45
tahun). PPOK adalah penyakit kronis, manifestasi klinis yang biasa timbul
adalah terhalangnya aliran karena kerusakan saluran pernapasan yang terjadi
akibat paparan asap rokok serta polusi.
PPOK adalah istilah yang digunakan pada penyakit paru-paru yang
bersifat lama (Gracee et al, 2011). PPOK bersifat asimptomatis pada awal
gejalanya sehingga sering pasiennya mengabaikan gejala penyakitnya dan
sewaktu gejala penyakitnya sudah mengganggu kesehatan dan kegiatannya
barulah pasien memeriksakan kesehatannya ke pelayanan kesehatan.
Berdasarkan kondisi tersebut diagnosis penyakit PPOK menjadi terlambat.
Penelitian ini tidak sejalan dengan peneliti sebelumnya Muthmainnah
dkk, (2015) mayoritas responden ada pada kelompok baru (< 3 tahun)
menderita PPOK. Menurut peneliti, karenakan PPOK bersifat asimptomatis
pada gejala awalnya, sehingga sering membuat pasien mengabaikan keluhan
atau gejala dari penyakitnya. Setelah dirasakan keluhan penyakitnya sudah
mengganggu aktifitasnya, barulah pasien memeriksakan kesehatannya. Tidak
jarang mayoritas responden ditemukan atau memeriksakan kesehatannya
dalam kategori lansia atau dewasa tua.

4.2. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa rata-rata usia
responden yaitu 59 tahunyang mengalami PPOK. Penyebab PPOK menurut
Price et al, (2005); Stellefson et al, (2012) adanya proses penuaan yang
menyebabkan penurunan fungsi paru-paru. Keadaan ini juga menyebabkan
berkurangnya elastisitas jaringan paru dan dinding dada sehingga terjadi
penurunan kekuatan kontraksi otot pernapasan dan menyebabkan kesulitan
bernapas. Penyebab lain diantaranya asap rokok, kandungan asap pada rokok
dapat menyebabkan peradangan kronik pada paru-paru. Mediator dapat
merusak struktur di paru-paru. Ketika elastisitas pada saluran pernapasan
menurun, maka ventilasi berkurang, dan akan mengalami kolaps ketika
ekspirasi. Hal ini disebabkan ekspirasi terjadi karena pengempesan paru-paru
secara pasif saat inspirasi.
Faktor resiko untuk tekena PPOK meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Sistem kardiorespirasi pada usia diatas 50 tahun akan
mengalami penurunan daya tahan. Penurunan ini terjadi karena pada organ
paru, jantung, dan pembuluh darah mulai menurun fungsinya. Fungsi paru
mulai mengalami kemunduran dengan semakin bertambahnya usia yang
disebabkan elastisitas jaringan paru dan dinding dada makin berkurang
sehingga sulit bernapas. Akibat dari kerusakan pada jaringan paru akan
terjadi obstruksi bronkus kecil yang mengalami penutupan atau obstruksi
awal fase ekspirasi, dimana udara mudah masuk kedalam alveolus.dan
terjadilah penumpukan udara. Hal tersebut sejalan dengan peneliti
sebelumnya Anriany, dkk (2015), sebaran subjek berdasarkan umur dari 12
sampel didapatkan 7 orang pasien pada umur > 60 tahun (58,3%) yang
mengalami PPOK. Dalam penelitian sebelumnya menurut Pradita Ayu (2015)
didapatkan bahwa mayoritas lanjut usia terbanyak adalah 13 orang (54,1%)
yang mengalami penyakit asma. Penyakit asma biasanya juga sering terjadi
pada usia golongan lansia awal, hal ini terjadi karena semakin bertambahnya
usia maka akan terjadi penurunan fungsi organ tubuh. Adanya perubahan
hormonal yang terjadi pada orang lanjut usia memberikan kontribusi
terhadap perkembangan asma bronkial.
Hasil penelitian yang dilakukan Oemiyati (2014) menunjukkan antara
kategori usia < 65 tahun dan ≥ 65 tahun memiliki prosentase yang hampir
sama pada kejadian PPOK. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Lestari yang mendiskripsikan mayoritas penderita PPOK adalah usia 67-
74 tahun dengan perhitungan statistik diperoleh rerata usia yaitu 60,8 tahun.
Haraguchi et al, (2016) menyatakan semakin bertambah usia terutama pada
lanjut usia, kejadian PPOK semakin tinggi dan dampak PPOK akan semakin
berat dibandingkan dengan usia yang lebih muda (Huriah, Ningtias, 2017).
Menurut peneliti proses penuaan yang menyebabkan penurunan
fungsi paru-paru. Keadaan ini juga menyebabkan berkurangnya elastisitas
jaringan paru dan dinding dada sehingga terjadi penurunan kekuatan
kontraksi otot pernapasan dan menyebabkan kesulitan bernapas. Ketika
elastisitas pada saluran pernapasan menurun, maka ventilasi berkurang, dan
akan mengalami kolaps ketika ekspirasi. Hal ini disebabkan ekspirasi terjadi
karena pengempesan paru-paru secara pasif saat inspirasi.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulam
Berdasarkan hasil penelitian maka kesimpulan yang didapat adalah sebagai berikut :
Gambaran distribusi responden menurut usia, lebih banyak dalam kategori usia lanjut
yang mengalami PPOK yaitu 59 tahun. Gambaran distribusi responden menurut lama
menderita PPOK yang lebih banyak yaitu lama menderita PPOK 23 tahun. Ratarata
saturasi oksigen sebelum diberikan intervensi yaitu 93, sedangkan rata-rata sesudah
diberikan intervensi meningkat menjadi yaitu 97. Ada pengaruh fisioterapi dada, batuk
efektif dan nebulizer terhadap peningkatan saturasi oksigen sebelum dan sesudah
diberikan intervensi.

5.2. Saran
1. Rumah Sakit Agar pemberianfisioterapi dada, batuk efektif dan terapi nebulizerdapat
diberikan secara menyeluruh dan dapat dijadikan sebagai salah satu tindakan atau
prosedur tetap yang dapat dilakukan perawat dalam pemberian asuhan
keperawatan bagi pendertia PPOK yang mengalami penurunan saturasi oksigen.
2. Petugas Kesehatan Perlunya pendidikan atau pelatihan bagi petugas kesehatan lebih
lanjut tentang prosedur fisioterapi dada, batuk efektif dan terapi nebulizer terkait
dengan hasil penelitian dimana pemberian intervensi fisioterapi dada, batuk efektif
dan terapi nebulizer mempengaruhi peningkatan saturasi oksigen menjadi lebih baik
3. Terimakasih peneliti ucapkan kepada RS Islam Jakarta Cempaka Putih, para
responden dan juga petugas kesehatan di RS Islam Jakarta yang telah mendukung
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA

Basuki N. (2012). Fisioterapi pada Kasus Respirasi. Surakarta: Politeknik Kesehatan Surakarta
Jurusan Fisioterapi
Darmanto, D. (2009). Respirologi (Respiratory M
Fitriananda, E., Waspada, E., & Fis, S. (2017). Pengaruh Chest Physiotherapy terhadap
Penurunan Frekuensi Batuk pada Balita dengan PPOK di Balai Besar Kesehatan Paru
Masyarakat Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta)
Haraguchi, M., Nakamura, H., Sasaki, M., Miyazaki, M., Chbachi, S., Takahashi, S., Asano, K.,
Jones, P., Betsuyaku, T., K-CCR group. (2016). Determinants of Chronic Obstructive
Pulmonary Disease Severity in the Late Elderly Differ from Those in Younger Patients. BMC
Res Notes, 9(7)
Huriah, T., Ningtias, D. W. (2017). Pengaruh Active Cycle of Breathing Technique terhadap
Peningkatan Nilai VEP1, Jumlah Sputum dan mobilisasi Sangkar Thoraks Pasien PPOK.
Indonesian Journal or Nursing Practices, 1(2), 44-54. DOI: 10.18196/ijnp.1260
I Imade, M. (2018). Pengaruh Pemberian Deep Breathing Exercise terhadap Saturasi Oksigen
pada Pasien PPOK. Jurnal Gema Keperawatan: Potekkes Kemenkes Denpasar Bali
LAMPIRAN 1. PAKTA INTEGRITAS

PAKTA INTEGRITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama Penelitian :
NIK :
NIDN :

dalam rangka melaksanakan penelitian yang berjudul “…………(judul riset sesuai


proposal).................”, dengan ini menyatakan bahwa:

1. Memiliki komitmen, kemampuan, dan kesanggupan untuk memberikan hasil


terbaik dalam pelaksanaan riset sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dan
memenuhi semua kewajiban saya sebagaimana tertera dalam kontrak penelitian.
2. Proposal penelitian berjudul “…………(judul riset sesuai proposal).................” yang
diusulkan bersifat orisinil dan belum mendapat sumber pendanaan lain; dan
3. Laporan Hasil Penelitian atau Luaran Penelitian saya tidak mengandung unsur plagiasi.

Apabila saya melanggar hal-hal yang dinyatakan dalam PAKTA INTEGRITAS ini,
bersedia menerima sanksi administratif, menerima sanksi dipublikasikan melalui media
massa, digugat secara perdata dan/atau dilaporkan secara pidana.

Kota, tanggal-bulan-
tahun Penilai,
Tanda tangan
(Nama Lengkap)
LAMPIRAN 2. BIODATA PENELITI (DOSEN)

A. Ketua Tim Penilitian


1. Biodata

Nama :
NIDN :
No.Registrasi Sertifikat Pendidik :
Tempat/tanggal lahir :
Jenis Kelamin :
Program studi :
Jabatan Fungsional :
Bidang Keahlian :
Alamat :

Telephone :
E-mail

2. Riwayat Pendidikan

Program Studi Universitas Tahun

3. Riwayat Kegiatan Penelitian

No Judul Penelitian Tahun


1
2
3
4
5
4. Riwayat Pengabdian Kepada Masyarakat

No Judul Tahun
1
2

5. Riwayat Pengalaman Publikasi

No Judul Media Tahun


Publikasi
1.

2.

3.

4.

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam Curriculum Vitae ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.

Demikian Curriculum Vitae ini saya buat dengan sebenarnya sebagai salah satu syarat
dalam pengajuan Penelitian Dosen Tahun 2016 yang diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Rajawali.
B. Anggota Penilitian
1. Biodata

Nama :
NIDN :
No.Registrasi Sertifikat Pendidik :
Tempat/tanggal lahir :
Jenis Kelamin :
Program studi :
Jabatan Fungsional :
Bidang Keahlian :
Alamat :

Telephone :
E-mail

2. Riwayat Pendidikan

Program Studi Universitas Tahun

3. Riwayat Kegiatan Penelitian

No Judul Penelitian Tahun


1
2
3
4
5
4. Riwayat Pengabdian Kepada Masyarakat

No Judul Tahun
1
2

5. Riwayat Pengalaman Publikasi

No Judul Media Tahun


Publikasi
1.

2.

3.

4.

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam Curriculum Vitae ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.

Demikian Curriculum Vitae ini saya buat dengan sebenarnya sebagai salah satu syarat
dalam pengajuan Penelitian Dosen Tahun 2016 yang diselenggarakan oleh Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Rajawali.
LAMPIRAN 3. BIODATA PENELITI (MAHASISWA)

BIODATA ANGGOTA MAHASISWA I

1 Nama Lengkap
2 Jenis Kelamin
3 Status Mahasiswa
4 NIM
5 Institusi
6 Alamat Institusi
7 Nomor

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan. Saya sanggup menerima risikonya.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan penelitian.

Bandung, Tanggal/Bulan/Tahun
Pengusul

Nama lengkap
NIM.
BIODATA ANGGOTA MAHASISWA II

1 Nama Lengkap
2 Jenis Kelamin
3 Status Mahasiswa
4 NIM
5 Institusi
6 Alamat Institusi
7 Nomor

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan. Saya sanggup menerima risikonya.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan penelitian.

Bandung, Tanggal/Bulan/Tahun
Pengusul

Nama lengkap
NIM.
LAMPIRAN 4. JADWAL PENELITIAN
LAMPIRAN 5. KUESIONER PENELITIAN
LAMPIRAN 6. PENGGUNAAN DANA PENELITIAN (10 JUTA)

No Komponen Biaya
1 Pembayaran upah/honorarium
2 Bahan habis pakai dan peralatan
3 Pembayaran perjalanan dinas (biaya untuk
transportasi dan akomodasi), reviewer, dan lainnya
4 Publikasi, seminar, laporan dan lainnya
LAMPIRAN 7. KTM MAHASISWA
LAMPIRAN 8. SPPS

Anda mungkin juga menyukai