Anda di halaman 1dari 34

Bidang Keilmuan:………………..

USULAN PENELITIAN DOSEN

JUDUL PENELITIAN
Efektivitas Tekanan Suction 120 mmHg dan 150 mmHg terhadap Kadar SPO2
pada Pasien Stroke di Ruang ICU RS Rajawali

Oleh :
Michelle Dawn Shen, dr., M.Kes.
NIDN Ketua Tim Pengusul Nama Lengkap dan
NIDN Anggota Tim Pengusul

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


INSITUT KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG
2021
HALAMAN PERSETUJUAN
REVIEWER PROPOSAL PENELITIAN
PROGRAM PENELITIAN DOSEN

PROPOSAL PENELITIAN YANG BERJUDUL:

“Efektivitas Tekanan Suction 120 mmHg dan 150 mmHg terhadap


Kadar SPO2 pada Pasien Stroke di Ruang ICU RS Rajawali”

Telah ditelaah oleh Reviewer Proposal Penelitian pada hari ……………, Tanggal
………………. dan disetujui untuk didanai dalam Program Penelitian Dosen
Semester…………….Tahun 2016 yang diselenggarakan Unit Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rajawali.

Pengusul Penelitian
Nama dan Tanda tangan
(Nama Lengkap)
NIK.

Menyetujui
Reviewer 1 Reviewer II

Nama dan Tanda tangan Nama dan Tanda tangan


(Nama Lengkap) (Nama Lengkap)
NIK NIK
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN DOSEN

1. Judul Penelitian :
2. Bidang Keilmuan :
3. Ketua Tim Pengusul :
Nama :
NIDN :
Jabatan Fungsional :
Program Studi :
Bidang Keahlian :
Nomor telepon/surel :
4. Anggota Tim Pengusul :
Nama :
NIDN :
Jabatan Fungsional :
Program Studi :
Bidang Keahlian :
Nomor telepon/surel :
Anggota Tim Pengusul :
Nama :
NIDN :
Jabatan Fungsional :
Program Studi :
Bidang Keahlian :
Nomor telepon/surel :
5. Jangka waktu Pelaksanaan :
6. Biaya Total :

Mengetahui, Kota, tanggal-bulan-tahun


Ketua Program Studi Ketua Tim Pengusul

NIP/NIK NIP/NIK

Mengetahui
Ketua LPM/LPPM /Devisi PPM*
Cap dan tanda tangan
(Nama Lengkap)
NIP/NIK
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan karunia beserta rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
proposal penelitian dengan judul “Efektivitas Tekanan Suction 120 mmHg dan 150
mmHg terhadap Kadar SPO2 pada Pasien Stroke di Ruang ICU RS Rajawali”.
Penyusun menyadari adanya keterbatasan di dalam penyusunan laporan tugas akhir
ini. Besar harapan penyusun akan saran dan kritik yang bersifat membangun.
Akhirnya Penyusun berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan
bagi pembaca sekalian.
ABSTRAK

Stroke adalah gangguan fungsi otak akibat aliran darah ke otak mengalami gangguan
sehingga mengakibatkan nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan otak tidak terpenuhi dengan
baik yang di akibatkan karena adanya sumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak
dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam. Penatalaksanaan yang bisa dilakukan
pada pasien stoke hemoragik yaitu elevasi kepala 30 derajat. Tujuan dari karya ilmiah ini
yaitu untuk menerapkan asuhan keperawatan pada pasien stroke hemoragik melalui elevasi
kepala 30 derajat terhadap peningkatan saturasi oksigen. Metode yang dilakukan yaitu
melakukan asuhan keperawatan selama 3 hari dengan melakukan pemberian inovasi
intervensi posisi elevasi kepala 30 derajat terhadap peningkatan saturasi oksigen. Hasil dari
asuhan keperawatan yaitu terjadi peningkatan nilai saturasi oksigen dari 90% menjadi 98%.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh posisi elevasi kepala 30 derajat terhadap
peningkatan saturasi oksigen pada klien stroke hemoragik, untuk itu diharapkan pada
tenaga kesehatan khususnya perawat dalam melakukan pelaksanaan asuhan keperawatan
secara komprehensif khususnya tindakan dalam pelaksanaan posisi elevasi kepala 30 derajat
terhadap saturasi oksigen pada pasien stroke hemoragik yang mengalami penurunan
kesadaran.
Kata Kunci : Stroke Hemoragik, Saturasi Oksigen, Elevasi Kepala 30 Derajat
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .............................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................
1.1.Latar Belakang................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................
1.3. Tujuan Penelitan..............................................................................................
1.4. Manfaat Penelitian...........................................................................................
1.5. Keaslan Penelitian............................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................
2.1. Landasan Teori .................................................................................................
2.1.1 Pengertian Stroke......................................................................................
2.1.2 Cara Pengukuran saturasi oksigen............................................................
2.1.3 nilai normal saturasi oksigen....................................................................
2.1.4 faktor yang mempengaruhi SpO2.............................................................
2.1.5 prosedur pengukuran SpO2.......................................................................
2.1.6 klasifikasi stroke hemoragik......................................................................
2.2. Kerangka teori....................................................................................................
BAB 3 MEODE PENELITIAN.....................................................................................
3.1 Desain ......................................................................................................................
3.2 Tempat dan waktu.....................................................................................................
3.3 Populasi dan sampel..................................................................................................
3.4 Kriteria inklusi dan ekslusi........................................................................................
3.5 Besar sampel..............................................................................................................
3.6 Variabel.....................................................................................................................
3.7 Definisi operasional...................................................................................................
3.8 Hipotesis...................................................................................................................
3.9 Analisa data...............................................................................................................
3.10 Etika penelitian ..................................................................................................
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHSAN....................................................
4.1 hasil penelitian..........................................................................................................
4.2 pemahasan ................................................................................................................
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN..................................................................................
5.1 simpulan...................................................................................................................
5.2 saran .....................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Intensive Care Unit (ICU) adalah bagian dari bangunan rumah sakit dengan
kategori pelayanan kritis, selain instalasi bedah dan instalasi gawat darurat
(Depkes RI,2012). Pelayanan kesehatan kritis diberikan kepada pasien yang
sedang mengalami keadaan penyakit yang kritis selama masa kedaruratan medis
dan masa krisis. Pelayanan intensif adalah pelayanan spesialis untuk pasien yang
sedang mengalami keadaan yang mengancam jiwanya dan membutuhkan
pelayanan yang komprehensif dan pemantauan terus-menerus. Oleh karena itu ,
perawatan ICU di tuntut memberikan kualitas pelayanan yang prima dari segala
sisi, manajemen perawatan yang baik, alat - alat yang memadai dan keahlian staf
yang terampil (Bersten, 2013). Fokus perawatan ICU adalah pada pasien-pasien
kritis yang mengancam kehidupan seperti pada trauma berat, pasca bedah
mayor dan komplikasi kritis dari berbagai penyakit (Bersten, 2013).
Penyakit kritis yang sering dijumpai di ruang ICU adalah stroke. Stroke atau
dikenal penyakit serebrovaskuler, merupakan penyakit neurologik yang terjadi
karena ganguan suplai darah. Ada dua tipe setroke yaitu stroke hemorhagic dan
stroke iskemik. Stroke iskemik banyak disebabkan karena trombotik atau
sumbatan emboli, sedangkan stroke hemorhagic disebabkan oleh perdarahan
akibat pecahnya pembuluh darah di suatu bagian otak (Black and Hawk,2009).
Stroke merupakan satu kegawatdaruratan neurologik. Dari tahun ke tahun,
morbiditasnya semakin meningkat seiring dengan meningkatnya satus ekonomi
masyarakat dan adanya transisi epidemiologik dan demografik (Bersten, 2013).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2018, stroke
termasuk dalam kategori penyakit penyebab kematian nomor dua setelah
penyakit jantung iskemik dan pada tahun 2016 tercatat 6 juta orang meninggal
dunia disebabkan penyakit stroke. Di Amerika, stroke telah menyebabkan
kematian sebanyak 130.000 orang dan menjadi penyebab kematian tertinggi
nomor lima (Centers for Disease Control and Prevention, 2015). Setiap tahunnya,
lebih dari 795.000 orang di Amerika menderita stroke dan rata-rata terserang
setiap 40 detik (Stroke Association, 2015).
Sementara itu di Indonesia angka kejadian stroke juga tergolong tinggi dan
menjadi masalah kesehatan yang serius. Dari data epidemiologi di Indonesia
diketahui bahwa beberapa rumah sakit di Jakarta dan kota-kota lain di Indonesia
kurang lebih 50% dari seluruh pasien yang dirawat adalah pasien stroke dan
kurang lebih 5 persennya meninggal karena stroke (Setyopranoto, 2011).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, menunjukkan
terjadi peningkatan insiden stroke yaitu terjadi peningkatan kejadian stroke 12,1
per 1000 penduduk (Riskesdas, 2013). Disamping itu, pada tahun 2013 di Provinsi
Jawa Tengah tercatat 7,7/1000 penduduk yang terdiagnosa stroke. Sedangkan
data dari Dinas Kesehatan Jawa Tengah (Dinkes, 2013) melaporkan prevalensi
stroke hemoragik di Jawa Tengah tahun 2012 adalah 0,07% lebih tinggi dari
tahun 2011 sebanyak 0,03%.
Stroke menyebabkan otak kekurangan oksigen ketika aliran darah terhenti,
baik karena penyumbatan (stroke ischaemic) atau oleh pecahnya pembuluh
darah di otak (stroke haemmorrhagic) yang mengakibatkan gagal napas. Gagal
nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen (O2) terhadap kadar karbondioksida
(CO2) dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi O2 dan
pembentukan CO2 dalam sel-sel tubuh. Hal ini mengakibatkan tekanan O2 arteri
kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan CO2 lebih besar
dari 45 mmHg (hiperkapnia) (Smeltzer, 2013 ). Dampak dari gagal napas pasien
mengalami penurunan kesadaran. Umumnya penderita stroke akan mengalami
koma selama beberapa minggu. Tetapi ada pula yang mengalami koma selama
berbulan-bulan. Jika hal itu terjadi, kemungkinan untuk meninggal dunia lebih
besar (Sudoyo et al,2010).
Penderita stroke mayoritas mengalami penurunan kesadaran umumnya
mengalami gangguan jalan napas dan gangguan sirkulasi. Pada penderita stroke
dengan penurunan kesadaran akan mengalami masalah tentang bersihan jalan
napas karena akumulasi sekret. Dimana saat mukus menutup sebagian saluran
napas maka terjadi penurunan tidal volume yang berdampak pada penurunan
saturasi oksigen, sehingga tubuh melakukan kompensasi dengan peningkatan
frekuensi pernapasan dan peningkatan denyut jantung (Potter & Perry, 2010)
Penanganan untuk ketidaefektifan bersihan jalan napas akibat akumulasi
sekresi adalah dengan melakukan tindakan penghisapan lendir (suction) dengan
memasukkan selang kateter suction melalui hidung/mulut/Endotrakheal Tube
(ET). Menurut Potter & Perry (2010), suctioning adalah suatu metode untuk
melepaskan sekresi yang berlebihan pada jalan nafas. Suctioning dapat
diterapkan pada oral, nasofaringeal, trakheal, serta endotrakheal atau
trakheostomi tube. Tujuan dari tindakan tersebut adalah untuk membebaskan
jalan nafas, mengurangi retensi sputum dan mencegah infeksi paru. Secara
umum pasien yang terpasang ETT memiliki respon tubuh yang kurang baik untuk
mengeluarkan benda asing, sehingga sangat diperlukan tindakan penghisapan
lendir (suction) (Nurachman & Sudarsono, 2000).
Menurut Nazaruddin (2004) Penghisapan sekret menggunakan suction
memiliki efek samping yang terkadang dapat merugikan pasien. Hal ini dapat
terjadi karena setiap melakukan penghisapan sekret bukan sekretnya saja yang
dihisap tapi oksigen di paru juga dihisap. Penelitian yang dilakukan oleh Kitong,
dkk (2013) di ICU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado menemukan bahwa
responden dengan gangguan pernapasan mengalami penurunan kadar saturasi
oksigen sebesar 5,174 % setelah dilakukan suctioning ETT. Berdasarkan
penelitian tersebut dapat diartikan bahwa alveoli tidak dapat mengikat O2 secara
maksimal ketika suctioning dilakukan, sehingga kadar SPO2 dalam tubuh juga
dapat terpengaruh. Namun, apabila tindakan suction tidak dilakukan pada pasien
dengan gangguan bersihan jalan nafas maka pasien tersebut akan mengalami
kekurangan suplai O2 (hipoksemia), dan apabila suplai O2 tidak terpenuhi dalam
waktu 4 menit maka dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen
(Wiyoto,2010).
Cara yang mudah untuk memantau suplai oksigen dalam darah setelah
penggunaan suction adalah dengan mengetahui kadar saturasi oksigen (SPO2).
Kadar saturasi oksigen dapat menggambarkan seberapa banyak presentase O2
yang mampu dibawa oleh hemoglobin. Pemantauan kadar SPO2 adalah dengan
menggunakan alat oksimetri nadi (pulse oxymetri). Dengan pemantauan kadar
saturasi oksigen yang benar dan tepat saat pelaksanaan tindakan penghisapan
lendir, maka kasus hipoksemia yang dapat menyebabkan gagal nafas hingga
mengancam nyawa bahkan berujung pada kematian bisa dicegah lebih dini
(Wiyoto,2010).
Penggunaan suction memiliki tekanan hisap yang bervariasi sesuai
kebutuhannya, yaitu dewasa 120 mmHg sampai 150 mmHg, anak 100 mmHg
sampai 120 mmHg, bayi 60 mmHg sampai 100 mmHg, (Asmadi,2008). Pemberian
tekanan hisap pada tindakan suctioning dapat mempengaruhi saturasi oksigen
pada pasien. Beberapa penelitian menunjukkan hasil yang berbeda. Penelitian
yang dilakukan Lesmana (2015) terhadap 21 pasien dengan Cedera Kepala Berat
yang diberikan suctioning dengan tekanan 100 mmHg, 120 mmHg dan 150
mmHg membuktikan bahwa tekanan suctioning dengan 100 mmHg lebih baik
saturasi oksigennya dibandingkan tekanan 120 mmHg dan 150 mmHg. Fernandez
et al. (2004) menyatakan bahwa penggunaan tekanan suction 150 mmHg dapat
menyebabkan kehilangan udara paru sebesar 1,281 + 656 ml. Semakin besar
tekanan suction maka semakin besar jumlah udara yang terhisap dari paru-paru.
Hal ini akan menyebabkan penurunan jumlah oksigen yang akan berdifusi dari
alveoli ke kapiler paru dan berikatan dengan hemoglobin yang kemudian akan
terlihat pada penurunan nilai saturasi oksigen.
Hasil wawancara dengan salah satu perawat ICU RS Rajawali Bandung pada
tanggal 24 Agustus 2018 mengatakan jumlah pasien stroke pada bulan Oktober
2017 sampai Maret 2018 yang dirawat di ICU sekitar 60- 90 pasien dan setiap
hari pasien stroke yang dirawat sekitar 2-3 (30-40%) pasien dari 10 bed yang
tersedia. Sedangkan pada bulan Maret 2018 sampai Agustus 2018 terjadi
peningkatan pasien stroke yang dirawat di ICU yaitu sekitar 65-95 dan setiap hari
pasien stroke yang dirawat sekitar 3-4 (35-40%) dari 10 bed yang tersedia.
Peningkatan pasien koma didominasi oleh pasien stroke. Hasil observasi langsung
di ruang ICU RS Rajawali Bandung pada tanggal 20 Agustus 2018 selama satu
minggu didapatkan pasien stroke dalam kondisi koma sebanyak 7 pasien dan
setiap pasien dilakukan suction berkala kurang lebih setiap 2 jam dengan tujuan
mengeluarkan sekret supaya jalan nafas efektif dan suplai oksigen ke jaringan
efektif. Fenomena yang terjadi di Ruang ICU adalah pada perawat masih sangat
jarang memperhatikan nilai tekanan suction yang diberikan pada saat tindakan.
Pada saat diobservasi ukuran tekanan sudah diatur otomatis pada nilai 120
mmHg.
Mengingat pentingnya pelaksanaan tindakan penghisapan lendir (suction)
agar kasus gagal nafas pada pasien stroke yang dapat menyebabkan kematian
dapat dicegah maka sangat diperlukan pemantauan kadar saturasi O2 yang
tepat. Pada penelitian ini penulis menggunakan tekanan 120 mmHg dan 150
mmHg pada saat suctioning. Alasan penggunaan nilai tekanan tersebut adalah
penulis ingin mengetahui keefektifan pada tekanan 120 mmHg dimana nilai
tersebut sesuai dengan pengaturan yang biasa digunakan di ruangan, kemudian
dibandingkan dengan tekanan suctioning 150 mmHg sesuai dengan batas
maksimal nilai tekanan suction berdasarkan SOP yang belaku di RS Rajawali
Bandung. Hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang
efektifitas tekanan suction 120 mmHg dan 150 mmHg terhadap kadar SPO2 pada
pasien stroke di ruang ICU RS Rajawali Bandung.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah
“Bagaimanakah efektifitas tekanan suction 120 mmHg dan 150 mmHg terhadap
kadar SPO2 pada pasien stroke di ruang ICU RS Rajawali Bandung?”

1.3. Tujuan Penelitian


1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan efektifitas antara tekanan suction 120 mmHg
dan 150 mmHg terhadap kadar SPO2 pada pasien stroke di ruang ICU RS
Rajawali Bandung.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui rata-rata kadar SPO2 dengan tekanan suction 120 mmHg
pada pasien stroke di ruang ICU RS Rajawali Bandung.
b. Mengetahui perbedaan rata-rata kadar SPO2 dengan tekanan suction 120
mmHg dengan 150 mmHg pada pasien stroke di ruang ICU RS Rajawali
Bandung.

1.4. Manfaat Penelitian


1. Manfaat Teoritis
Sebagai salah satu masukan dalam memperkaya sumber referensi dalam ilmu
pengetahuan kesehatan khususnya keperawatan kritis yaitu mengenai
tindakan dalam memberikan tekanan suction pada prosedur suctioning dan
kaitannya dengan kadar saturasi oksigen.
2. Manfaat Praktis
Bagi perawat Intensif Care Unit dapat menjadi masukan dan informasi
tambahan dalam melaksanakan praktik keperawatan tindakan suctioning
terutama dalam pemberian tekanan suction di Intensif Care Unit.

1.5. Keaslian Penelitian


Sriyanda (2003) dengan judul “perbandingan nilai saturasi oksigen pulse oxi
dengan analisa gas darah arteri pada neonates di Unit Perawatan Anak RSUD
Soedirman Kebumen”. Penelitian ini menggunakan prospektif analitik, analisa
statistik menggunakan uji t berpasangan dengan uji pearson. Dengan tujuan
membandingkan nilai saturasi oksigen dengan saturasi oksigen analisa gas darah
(AGD). Sampel penelitian adalah neonatus usia rerata 143,8 jam. Hasil penelitian
ini didapatkan perbedaan rerata saturasi oksigen AGD dan saturasi oksigen
perifer sebesar 1,77% (p< 0,05). Pesamaan penelitian ini adalah sama-sama
meneliti tentang saturasi oksigen perifer, sedangkan perbedaannya adalah
sampel, tempat, waktu dan pendekatan penelitian.
BAB 2
TINJAUAN PUSATAKA

2.1. Landasan Teori


2.1.1 Pengertian Stroke
Stroke merupakan salah satu penyakit utama yang dapat
menyebabkan kematian terbanyak di dunia dan menjadi penyebab
utama ketiga kematian di negara Amerika Serikat. World Health
Organization (WHO) telah mendefinisikan stroke sebagai suatu tanda
klinis yang berkembang dengan cepat akibat dari adanya gangguan
otak dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih
dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain selain
vaskuler (Sjahrir, 2003) . Stroke merupakan penyebab kematian
tertinggi di wilayah perkotaan yang jumlahnya mencapai 15,9 % dari
proporsi penyebab kematian di Indonesia.
2.1.2 Cara pengukuran saturasi Oksigen
1. Saturasi oksigen arteri (SaO2)
Hipoksemia adalah keadaan dimana nilai saturasi bahwa 90% hal ini
ditandai denga terjadinya sianosis
2. Saturasi oksigen vena (SvO2)
Saturasi oksigen vena dilihat untuk mengetahui banyaknya oksigen
yang telah didistribusi ke tubuh SvO2 dibawah 60% dalam perawatan
klinis, menunjukkan tubuh kekurangan oksigen dan terjadinya
penyakit iskemik. Pengukuran ScO2 sering menggnakan mesin jantung
paru (Extracorpereal Circulatioani)
3. Tissue oksigen saturasi (StO2)
Tissue oksigen saturasi dapat diukur menggunakan spektroskopi.
Spektroskopi merupakan sebuah inframerah dekat yang dapat
memberikan gambaran okisgenasi yang terjadi dalam tubuh dengan
berbagai kondisi
4. Saturasi oksigen perifer (SPO2)
2.1.3 Nilai normal saturasi oksigen (SPO2)
adalah 95% sampai 100%. Apabila dibawahnya dapat diindikasikan
sebagai hipoksemia dan perlu penanganan lebih lanjut misalnya
dengan meingkatkan terapi oksigen. Apabila saturasi oksigen
menurun drastis secara iba-tiba maka perlu dilakukan tindakan
resusitasi (Wilkins & Willams L, 2010).

2.1.4 Faktor yang mempengaruhi SPO2


Faktor yang mempengaruhi ketidakakuratan pengukuran saturasi
oksigen adalah sebagai berikut :
a. Perubahan kadar HB
b. Sirkulasi yang buruk
c. Aktivitas (menggigil/gerakan berlebihan)
d. Ukuran jari terlalu besar atau terlalu kecil
e. Akral dingin
f. Denyut nadi terlalu kecil
g. Adanya cat kuku berwarna gelap

2.1.5 Prosedur pengukuran SpO2


Prosedur pengukuran SpO2 menggunakan pulse oksimeter (Kozier &
Erb, 2012) :
1. Menyiapkan alat pulse oximeter, pembersih cat kuku, handuk atau
sapu tangan
2. Memilihi sensor yang ukurannya sesuai dengan jari pasien
3. Memilihi tempat pemasangan yang sesuai
4. Membersihkan tempat pemasangan sensr
5. Pasang sensor, hubungkan dengan alat oximeter
6. Mengatur dan menyalakan alarm oximeter
7. Pastikan keamanan pasien
8. Pastikan sensor bekerja
9. Dokumentasikan pada catatan keperawatan
2.1.6 Klasifikasi Stoke Hemoragik
a. Perdarahan Intra Serebral (PIS) Perdarahan Intra Serebral
diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah intraserebral sehingga
darah keluar dari pembuluh darah dan kemudian masuk ke dalam
jaringan otak (Junaidi, 2011).
b. Perdarahan ekstra serebral / perdarahan sub arachnoid (PSA)
Perdarahan sub arachnoid adalah masuknya darah ke ruang
subarachnoid baik dari tempat lain (perdarahan subarachnoid
sekunder) dan sumber perdarahan berasal dari rongga
subarachnoid itu sendiri (perdarahan subarachnoid primer)
(Junaidi, 2011)

2.2. Kerangka Teori

Penumpukan sekret disaluran pernafasan

Hisap lendir/suction

Tekanan

Ukuran Kanul

Lama Penghisapan

- Gagal Hiperoksigenasi
nafas
- Gagal Hipoksia
sirkulasi
- Anemia
- Gangguan
neurovas
kular
Penurunan saturasi Oksigen
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Desain
Desain penelitian adalah deskriptif yaitu suatu metode penelitian
yang dilakukan dengan tujuan membuat gambaran atau deskriptif tentang
suatu keadaan secara objektif dengan pendekatan studi kasus yaitu studi
yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki
pengambilan data yang mendalam dan menyertakan berbagai sumber
informasi (Saryono, 2013). Hasil yang didapatkan oleh peneliti adalah
melihat penerapan efektivitas pada pasien dengan Stroke Di Ruang ICU RS
Rajawali Bandung.
3.2. Tempat dan Waktu
a. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit Rajawali Bandung
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan maret 2021
3.3. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi pasien dengan Stroke Hemoragik sebanyak 8 pasien dari 16
pasien. Empat orang stroke primer (pertama) dan 2 orang dengan
Perdarahan Intra Serebral (PIS)
2. Sampel
Sampel yang diambil berjumlah 2 orang yang didapat dari populasi
dengan kriteria inklusi:
a. Pasien dengan diagnosa medis Stroke Hemoragik di bangsal
syaraf RS Rajawali Bandung.
b. Pasien / keluarga bersedia mejadi responden
c. Kejadian stroke dari kedua partisipan merupakan serangan
stroke pertama (stroke primer)
d. Klasifikasi stroke dari kedua partisipan sama
e.Lama hari melakukan asuhan keperawatan minimal 5 hari
3.4. Kriteria Inklusi dan Ekslusi
1) Kriteria Inklusi :
a. pasien yang berobat di ICU RS Rajawali setelah dilakukan informed
consent
b. caregiver yang mampu berkomunikasi menggunakan bahasa
indonesia
2) Kriteria Ekslusi : pasien yang berobat di ICU RS Rajawali dan pada
pertengahan wawancara menolak untuk diwawancara

3.5. Besar Sampel


Sampel penelitian ini adalah keluarga pasien yang sedang menunggu di
ruang ICU, sebanyak 16 orang menggunakan accidental sampling selama 2
minggu. Pengumpulan data menggunakan skala HARS. Analisa data yaitu
Chi Square.

3.6. Variabel
Variabel penelitian adalah suatu sifat yang akan diukur maupun diamati
yang nilainya bervariasi antara satu objek ke objek lainnya dan terukur
(Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini terdapat dua variable, yaitu:
1. Variabel Bebas (independent variable)
Variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain.
Kegiatan yang dimanipulasi oleh peneliti yang menciptakan suatu
dampak kepada variabel dependen. Variabel bebas biasanya
dimanipulasi, diamati, dan diukur untuk diketahui hubungannya atau
pengaruhnya terhadap variabel lain. Variabel bebas ini biasanya
merupakan stimulus yang diberikan kepada klien untuk mempengaruhi
tingkah laku klien (Nursalam,2016).
2. Variabel Terikat (dependent variable)
Variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel lain.
Variabel respon akan muncul sebagai suatu akibat dari manipulasi
variabel lain. Variabel terikat dikatakan sebagai suatu aspek tingkah
laku yang diamati dari stimulus. Variabel terikat adalah faktor yang
diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan dari
variabel bebas (Nursalam,2016). Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah keluarga pasien.
3.7. Definisi Operasional
Definisi Operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati
dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati
(diukur) yaitu memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau
pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang
kemudian dapat diulangi lagi oleh orang lain itulah yang merupakan kunci
definisi operasional (Nursalam,2016).

3.8. Hipotesis
1. Angka prevalensi yang tinggi pada caregiver pasien yang di rawat di
ruang ICU
2. Sebagian besar kasus tidak dilakukannya konsultasi psikiatri CL pada
pasien yang di rawat di ruang ICU karena Hubungan Antara Lama
dirawat dengan Efektivitas Tekanan Suction pada Pasien Stroke di
Ruang ICU RS Rajawali
3.9. Analisis Data
1. Data yang telah diperoleh dianalisis dan interpretasikan untuk menguji
hipotesis dengan menggunakan aplikasi computer
2. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis univariat hanya
menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel.
Data yang disajikan dalam bentuk tabel frekuensi distribusi, frekuensi
dan narasi (Notoatmodjo, 2018). Analisis univariat dalam penelitian ini
untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase dari stres kerja
dan kinerja perawat.
3. Analisis bivariat
Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2018). Analisis ini
dilakukan dengan menggunakan uji statistik Chi Square karena
penelitian ini sebuah penelitian analitik yaitu mencari suatu hubungan,
penlitian bivariat karena terdiri dari variabel bebas dan terikat, data
berupa komparatif kategorik yaitu jenis data kategorik kategorik dan
tidak berpasangan.
3.10. Etika Penelitian
Etika penelitian mencangkup perilaku peneliti atau perlakuan peneliti
terhadap subjek penelitian serta sesuatu yang dihasilkan oleh peneliti bagi
masyarakat. Peneliti dalam menjalankan tugas meneliti atau melakukan
penelitian hendaknya memegang teguh sikap ilmiah, dalam melaksanakan
sebuah penelitian, ada empat prinsip yang harus dipegang teguh, yakni :

a. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)


Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk
mendapatkan informasi tentang tujuan penelitian melakukan penelitian
tersebut dan memberikan kebebasan kepada subjek untuk memberikan
informasi atau tidak memberikan informasi. Peneliti menghormati harkat
dan martabat subjek penelitian, peneliti seyogianya mempersiapkan
formulir persetujuan subjek (inform concent) yang mencangkup :
1) Penjelasan manfaat penelitian
2) Penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang
ditimbulkan
3) Persetujuan manfaat yang didapatkan
4) Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang
diajukan subjek berkaitan dengan prosedur penelitian
5) Persetujuan subjek dapat mengundurkan diri sebagai objek penelitian
kapan saja.
6) Jaminan anonitas dan kerahasiaan terhadap identitas dan informasi
yang diberikan oleh responden.
b. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for
privacy and confidentiality)

Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan


kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak
untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain.
Peneliti seyogianya cukup menggunakan coding sebagai pengganti
identitas responden

c. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice an


inclusiveness)

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan


kejujuran,keterbukaan dan kehati-hatian. Prinsip keadilan ini menjamin
bahwa semua subjek penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan
yang sama, tanpa membedakan jender, agama, etnis, dan sebagainya.

d. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing


harms and benefits)

Pelaksanaan penelitian harus dapat mencegah atau paling tidak


mengurangi rasa sakit, cidera, stres, maupun kematian subjek penelitian.
Mengacu pada prinsip-prinsip dasar penelitian tersebut. Maka peneliti
hendaknya :

1) Memenuhi kaidah keilmuan dan dilakukan berdasarkan hati nurani, moral,


kejujuran, kebebasan, dan tanggung jawab
2) Merupakan upaya untuk mewujudkan ilmu pengetahuan, kesejahteraan,
martabat, dan peradaban manusia, serta terhindar dari segala sesuatu yang
menimbulkan kerugian atau membahayakan subjek penelitian atau
masyarakat pada umumnya (Notoatmodjo, 2018).
DAFTAR PUSTAKA

Achsanuddin,H.(2007).Peranan Ruangan Perawatan Intensif (ICU) dalam Memberikan


Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Andarmoyo, Sulistyo.(2012). Kebutuhan dasar Manusia (Oksigenasi). Tangerang : Graha Ilmu

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan – Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Penerbit salemba Medika

Berman, A. Snyder, S. Kozier, B. & Erb, G. (2011). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis, Edisi
5. Terjemahan Eny meiliya, Esty Wahyuningsih, Devi Yulianti, & Fruriolina Ariani. Jakarta: PT.
EGC.

Bersten,A.(2013).Oh's Intensive Care Manual Edisi 7. ButterworthHeinemann.ISBN:


9780702047626

Black, M. J. & Hawks, H .J., (2009). Medical surgical nursing : clinical management for
continuity of care, 8th ed. Philadephia : W.B. Saunders Company

Dahlan, M. S.(2013).Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian


Kedokteran dan Kesehatan.Jakarta: Salemba Medika

Depkes RI.(2012).Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Perawatan


Intensif.Kementerian Kesehatan RI

Dewanto, G., Suwono, W.J., Riyanto B., Turana Y. (2009). Panduan Praktis Diagnosis Dan
Tata Laksana Penyakit Saraf.Jakarta:EGC.

Dharma, K.K. (2013). Metodologi Penelitian Keperawatan : Panduan Melaksanakan dan


Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta : CV. Trans Info Media
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan.(2011).Petunjuk Teknis Penyelenggaraan
Pelayanan Intensive Care Unit di Rumah Sakit. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI

Ekotama,S.(2015). Pedoman Mudah Menyusun SOP.Yogyakarta: Media Pressindo


LAMPIRAN 1. PAKTA INTEGRITAS

PAKTA INTEGRITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama Penelitian :
NIK :
NIDN :

dalam rangka melaksanakan penelitian yang berjudul “…………(judul riset sesuai


proposal).................”, dengan ini menyatakan bahwa:

1. Memiliki komitmen, kemampuan, dan kesanggupan untuk memberikan hasil


terbaik dalam pelaksanaan riset sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dan
memenuhi semua kewajiban saya sebagaimana tertera dalam kontrak penelitian.
2. Proposal penelitian berjudul “…………(judul riset sesuai proposal).................” yang
diusulkan bersifat orisinil dan belum mendapat sumber pendanaan lain; dan
3. Laporan Hasil Penelitian atau Luaran Penelitian saya tidak mengandung unsur plagiasi.

Apabila saya melanggar hal-hal yang dinyatakan dalam PAKTA INTEGRITAS ini,
bersedia menerima sanksi administratif, menerima sanksi dipublikasikan melalui media
massa, digugat secara perdata dan/atau dilaporkan secara pidana.

Kota, tanggal-bulan-
tahun Penilai,
Tanda tangan
(Nama Lengkap)
LAMPIRAN 2. BIODATA PENELITI (DOSEN)

A. Ketua Tim Penilitian


1. Biodata

Nama :
NIDN :
No.Registrasi Sertifikat Pendidik :
Tempat/tanggal lahir :
Jenis Kelamin :
Program studi :
Jabatan Fungsional :
Bidang Keahlian :
Alamat :

Telephone :
E-mail

2. Riwayat Pendidikan

Program Studi Universitas Tahun

3. Riwayat Kegiatan Penelitian

No Judul Penelitian Tahun


1
2
3
4
5
4. Riwayat Pengabdian Kepada Masyarakat

No Judul Tahun
1
2

5. Riwayat Pengalaman Publikasi

No Judul Media Tahun


Publikasi
1.

2.

3.

4.

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam Curriculum Vitae ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.

Demikian Curriculum Vitae ini saya buat dengan sebenarnya sebagai salah satu syarat
dalam pengajuan Penelitian Dosen Tahun 2016 yang diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Rajawali.
B. Anggota Penilitian
1. Biodata

Nama :
NIDN :
No.Registrasi Sertifikat Pendidik :
Tempat/tanggal lahir :
Jenis Kelamin :
Program studi :
Jabatan Fungsional :
Bidang Keahlian :
Alamat :

Telephone :
E-mail

2. Riwayat Pendidikan

Program Studi Universitas Tahun

3. Riwayat Kegiatan Penelitian

No Judul Penelitian Tahun


1
2
3
4
5
4. Riwayat Pengabdian Kepada Masyarakat

No Judul Tahun
1
2

5. Riwayat Pengalaman Publikasi

No Judul Media Tahun


Publikasi
1.

2.

3.

4.

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam Curriculum Vitae ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.

Demikian Curriculum Vitae ini saya buat dengan sebenarnya sebagai salah satu syarat
dalam pengajuan Penelitian Dosen Tahun 2016 yang diselenggarakan oleh Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Rajawali.
LAMPIRAN 3. BIODATA PENELITI (MAHASISWA)

BIODATA ANGGOTA MAHASISWA I

1 Nama Lengkap
2 Jenis Kelamin
3 Status Mahasiswa
4 NIM
5 Institusi
6 Alamat Institusi
7 Nomor

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan. Saya sanggup menerima risikonya.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan penelitian.

Bandung, Tanggal/Bulan/Tahun
Pengusul

Nama lengkap
NIM.
BIODATA ANGGOTA MAHASISWA II

1 Nama Lengkap
2 Jenis Kelamin
3 Status Mahasiswa
4 NIM
5 Institusi
6 Alamat Institusi
7 Nomor

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan. Saya sanggup menerima risikonya.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan penelitian.

Bandung, Tanggal/Bulan/Tahun
Pengusul

Nama lengkap
NIM.
LAMPIRAN 4. JADWAL PENELITIAN
LAMPIRAN 5. KUESIONER PENELITIAN
LAMPIRAN 6. PENGGUNAAN DANA PENELITIAN (10 JUTA)

No Komponen Biaya
1 Pembayaran upah/honorarium
2 Bahan habis pakai dan peralatan
3 Pembayaran perjalanan dinas (biaya untuk
transportasi dan akomodasi), reviewer, dan lainnya
4 Publikasi, seminar, laporan dan lainnya
LAMPIRAN 7. KTM MAHASISWA

Anda mungkin juga menyukai