Anda di halaman 1dari 7

Nama : Elli Ristiani

NIM : 1820310203
Kelas : MBS 6F
Prodi : Manajemen Bisnis Syariah

Makalah 4
Enterprise Risk Management

A. Pendahuluan
Dalam kehidupan di dunia selalu terdapat unsur Ketidakpastian.
Ketidakpastian dapat menimbulkan dampak yang positif maupun dampak yang
negatif. Ketidakpastian yang menimbulkan dampak negatif itulah yang disebut
dengan risiko. Terdapat beberapa pengertian risiko menurut beberapa sumber.
Menurut Besis (2010:06), risiko ada hanya ketika Ketidakpastian dapat memiliki
efek samping potensial, yang merupakan kemungkinan kerugian. Dalam
international organization for standardization (ISO) Guide 73:2009, definisi
risiko adalah pengaruh Ketidakpastian pada tujuan. Sedangkan dalam Committe
of sponsoring orgazations of the treadway commission (COSO) Enterprise Risk
Management - integrated framework (2014), peristiwa dengan dampak negatif
merupakan risiko, yang dapat menghambat penciptaan nilai atau mengurangi
nilai yang ada. Dari beberapa pengertian tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa risiko adalah hal yang tidak pasti dan memiliki dampak negatif terhadap
tujuan atau keinginan yang dicapai. 1
Sesungguhnya risiko ada dalam kehidupan sehari-hari manusia. Ketika kita
akan bepergian ke suatu tempat dengan mengendarai kendaraan bermotor, maka
risiko kecelakaan. Ketika sedang bernafas, maka ada risiko udara yang kita hirup
merupakan udara yang kotor atau udara yang mengandung virus, yang dapat
menyebabkan penyakit. Dalam dunia bisnis seperti industri perbankan dan
industri asuransi, juga terdapat risiko. Risiko yang dihadapi perbankan salah

1
Darmawi, Herman Manajemen Risiko, Jakarta; Bumi Aksara, 2006, hlm. 23

1
satunya adalah risiko kreditur gagal bayar kepada bank, sedangkan risiko yang
dihadapi industri peransurasian salah satunya adalah perusahaan asuransi gagal
untuk memenuhi kewajiban membayar klaim dari tergantung.2

Manajemen Risiko
Salah satu prasyarat untuk dapat mengelola risiko dengan baik adalah
dengan memahami bentuk risiko. Risiko dapat diklasifikasikan berdasarkan
penyebab terjadinya atau dampak yang ditimbulkannya. Berdasarkan penyebab
terjadinya, risiko dibagi menjadi dua, yakni risiko nonbisnis dan risiko bisn
Risiko tidak bisa dibiarkan begitu muncul begitu saja sehingga
memberikan dampak yang negatif. Risiko dapat dikendalikan dengan melakukan
manajemen risiko. Terdapat beberapa pengertian manajemen risiko dari
beberapa sumber, diantaranya yaitu3 :
a. Dalam ISO 31000:2009 - Risk Management Principles and Guidelines,
manajemen risiko adalah aktivitas terkoordinasi yang dilakukan untuk
mengarahkan dan mengelola organisasi dalam rangka menangani risiko.
b. Dalam COSO Enterprise Risk Management - Integrated Framework
(2004), manajemen risiko diartikan sebagai suatu proses, dipengaruhi oleh
jajaran direksi entitas, manajemen dan personil lainnya, diterapkan dalam
pengaturan strategi dan seluruh perusahaan, yang dirancang untuk
mengidentifikasi kejadian potensial yang dapat mempengaruhi entitas,
mengelola risiko berada dalam risk appetitenya - nya, dan memberikan jaminan
pencapaian tujuan entitas.
c. Dalam peraturan menteri keuangan nomor 191/PMK.09/2008,
manajemen risiko adalah pendekatan sistematis untuk menentukan tindakan
terbaik dalam kondisi ketidakpastian.
Manajemen risiko sesungguhnya sudah dilakukan oleh manusia secara
alami menggunakan 5 indera yang dimiliki, yaitu mata (indera penglihatan),
telinga (indera pendengaran), hidung (indera penciuman), lidah (indera perasa),
dan kulit (indera peraba). Dalam contoh yang sederhana, ketika seseorang
menyebrang akan menyebrang jalan, terdapat risiko kecelakaan dimana bisa
2
Darmawi, Herman Manajemen Risiko, Jakarta; Bumi Aksara, 2006, hlm. 25
3
Wahyudi, Imam, Manajemen Risiko Bank Islam, Jakarta; Salemba Empat, 2013, hlm. 67

2
tertabrak oleh kendaraan. Untuk mencegah risiko tertabrak, maka akan
menggunakan indera penglihatan untuk melihat sisi kanan dan kiri jalan, serta
menggunakan indera pendengarannya untuk mendengar apakah ada bunyi
kendaraan dari kejauhan. Setelah menggunakan indera tersebut maka ia akan
memutuskan perlakuan terhadap risiko (risk mitigation), apakah akan tetap
menyebrang (menerima risiko), tidak menyebrang (menghindari risiko), tetap
menyebrang tetapi melalui jembatan penyeberangan dalam contoh ini, indera
manusia merupakan alat untuk melakukan identifikasi dan pengukuran risiko
dalam proses manajemen risiko. Pada dunia bisnis seperti industri perbankan
dan industri peransurasian, manajemen risiko salah satunya dilakukan dengan
melakukan survei terhadap kondisi calon kreditur, dan melakukan survei kondisi
tertanggung atau objek pertanggungan.4

B. Kerangka Manajemen Risiko


Kerangka manajemen risiko merupakan landasan dalam pelaksanaan seluruh
kegiatan manajemen risiko di seluruh tingkatan organisasi perusahaan. Kerangka
kerja manajemen risiko membantu perusahaan dalam mengelola risiko secara
efektif dan memastikan bahwa informasi risiko yang lengkap & medai yang
diperoleh dari proses manajemen risiko dapat digunakan sebagai landasan dalam
pengambilan keputusan.
A. Mandat dan Komitmen
Sebagaimana telah didiskusikan di atas, dalam menghadapi risiko, bank
Islam perlu memiliki berbagai amunisi pengelolaan risiko. Persiapan amunisi
sudah harus dimulai sejak tahap menetapkan tujuan dan strategi manajemen
risiko, mengidentifikasi, mengukur dan memitigasi risiko, melakukan
pengawasan, serta pelaporan implementasi manajemen risiko.5
Dalam pelaksanaan, manajemen risiko membutuhkan mandat yang jelas
serta komitmen yang kuat dan berkelanjutan dari manajemen perusahaan.
Mandat dan komitmen merupakan landasan untuk seluruh tingkatan organisasi
perusahaan untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) mandat adalah perintah atau
4
Darmawi, Herman Manajemen Risiko, Jakarta; Bumi Aksara, 2006, 40
5
Wahyudi, Imam, Manajemen Risiko Bank Islam, Jakarta; Salemba Empat, 2013, hlm. 68

3
arahan yang diberikan oleh orang banyak kepada seseorang (beberapa orang)
untuk dilakukan sesuai dengan kehendak orang banyak itu, sedangkan
komitmen adalah perjanjian atau keterkaitan untuk melakukan sesuatu dalam
hal ini, mandat manajemen risiko diberikan oleh pemegang saham kepada
pengurus (dewan komisaris dan direksi) besar jajarannya untuk melakukan
manajemen risiko perusahaan. Untuk menjalankan mandat tersebut, pengurus
beserta jajarannya dalam hal ini harus memiliki komitmen yang kuat dan
berkelanjutan. Berikut ini merupakan contoh bentuk komitmen pengurus
dalam melaksanakan manajemen risiko, diantaranya adalah sebagai berikut 6 :
a. Mendukung dan melaksanakan kerangka kerja dan kebijakan
manajemen risiko serta memastikan semuanya terus diperbarui agar dapat
relevan terhadap perusahaan.
b. Menyelaraskan manajemen risiko pada manajemen perusahaan
c. Memastikan peraturan yang berlaku baik internal perusahaan
maupun regulator.
d. Menetapkan akuntabilitas dan tanggung jawab untuk menetapkan
manajemen risiko pada perusahaan yang sesuai
.e. Memastikan independensi komite pemantau risiko
f. Mengalokasikan sumber daya yang diperlukan untuk manajemen
risiko
g. Menciptakan budaya perusahaan yang mendorong pada transparansi
pada manajemen risiko
. h. Memantau aktivitas manajemen risiko dan memastikan tindakan
yang diambil terus mengalami perbaikan.
Dalam menjalankan dan komitmennya, pengurus tidak bisa berjalan
sendiri, perlu adanya struktur organisasi manajemen risiko perusahaan.
Manajemen risiko perusahaan tidak bisa dilaksanakan tanpa adanya struktur
organisasi yang jelas. Sesuai dengan prinsip manajemen risiko yang ada, bahwa
manajemen risiko merupakan bagian terpadu dari seluruh proses/aktivitas yang
perusahaan, sehingga membutuhkan sinergi antara suatu organisasi
6
Wahyudi, Imam, Manajemen Risiko Bank Islam, Jakarta; Salemba Empat, 2013, hlm. 68-70

4
perusahaan dengan organisasi perusahaan lainnya. Dalam proses manajemen
risiko, seluruh struktur organisasi perusahaan harus terlibat didalamnya.
Pada umumnya dalam melaksanakan manajemen risiko, perusahaan
perlu membentuk minimal dua struktur organisasi baru yaitu unit kerja
manajemen risiko dan komite pemantau risiko. Pada industri keuangan,
otoritas jasa keuangan sudah mewajibkan bagi setiap lembaga jasa keuangan
untuk memiliki unit kerja manajemen risiko dan komite pemantau risiko.
Kewajiban perusahaan peransurasian memiliki komite pemantau risiko ada
pada PJOK Nomor 02/PJOK.05/2014 tentang tata kelola perusahaan yang baik
bagi perusahaan peransurasian. Ada beberapa struktur organisasi utama yang
harus menjadi perhatian dalam melakukan manajemen risiko perusahaan.
Diantaranya yaitu7 :
1. Pemegang saham
2. Dewan komisaris
3. Direksi
4. General manager
5. Komite pemantau risiko
6. Departemen manajemen risiko
7. Unit kerja

C. Elemen Manajemen Risiko Organisasi


Enterprise Risk Management yang merupakan kesepakatan mengenai
kebijakan penanganan risiko tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung
oleh elemen - elemen yang mendasari kebijakan penanganan risiko tersebut.
Menurut William, Smith, dan Young (1998) yang membagi elemen
manajemen risiko organisasi menjadi 5 bagian yaitu8 :
1. Lingkungan internal merupakan tahapan awal dimana dimulai dari
identifikasi misi meliputi penetapan tujuan manajemen risiko bagi organisasi.

7
Wahyudi, Imam, Manajemen Risiko Bank Islam, Jakarta; Salemba Empat, 2013, hlm. 71
8
Kamal, Fasiha “Manajemen Resiko dan Resiko dalam Islam”, Jurnal Muamalah, Vol
IV, No. 2 (2014), h.97

5
2. Penilaian risiko dan ketidakpastian yaitu proses identifikasi dan
pengukuran potensi risiko yang dihadapi perusahaan.
3. Pengendalian risiko yaitu suatu proses meminimalisir, mengalihkan,
dan menghilangkan risiko.
4. Pendanaan risiko yaitu mengeluarkan sejumlah biaya untuk
memperoleh nilai manfaat atas dana yang dikeluarkan saat terjadi risiko.
5. Administrasi program risiko yaitu pembentukan, pembuatan atau
pengurusan hal - hal yang bersifat administratif yang berhubungan dengan risiko
seperti buku panduan pengelolaan risiko maupun struktur organisasi pengelola
risiko.
Konsep yang dikemukakan oleh William, Smith, dan Young (1998)
dapat dikatakan sebagai kerangka sederhana dimana elemen - elemen enterprise
risk management yang digunakan umumnya menggunakan proses - proses
manajemen risiko sederhana.

D. Proses Manajemen Risiko

Beberapa tahun belakangan ini, semakin banyak organisasi menyadari


pentingnya manajemen risiko seiring dengan banyaknya ketidakpastian yang
dihadapi oleh organisasi tersebut. Meskipun semakin banyak organisasi yang
menyadari pentingnya manajemen risiko dalam organisasi dan menyadari
pentingnya praktik manajemen risiko pada organisasi namun masih sedikit
organisasi yang telah menggunakan sistem manajemen risiko organisasi.
Secara umum ERM pada organisasi dapat dijalankan melalui beberapa
tahapan pelaksanaan, yaitu9 :
1. Proses pemahaman nilai - nilai organisasi
Langkah awal yang harus dilakukan oleh organisasi ketika akan
memutuskan menerapkan ERM bagi organisasinya adalah memahami nilai -
nilai organisasi tersebut. Umumnya organisasi bisnis akan mempertimbangkan
beberapa hal sebelum memutuskan memilih sistem ERM yang dianggap sesuai
seperti potensi risiko apa yang perlu dilindungi oleh organisasi tersebut dan
9
Kamal, Fasiha “Manajemen Resiko dan Resiko dalam Islam”, Jurnal Muamalah, Vol
IV, No. 2 (2014), h.101

6
bagaimana sistem ERM yang telah dipilih mampu membantu organisasi
menghadapi risiko tersebut.
2. Merancang risiko
Untuk mengelola risiko sebuah organisasi harus memiliki kerangka
standar khusus yang mengatur jalannya manajemen risiko. Kerangka standar
manajemen risiko dapat dirancang secara mandiri oleh organisasi maupun
diadopsi dengan memperhatikan standar dari organisasi lainnya.
3. Pelaksanaan ERM
Pelaksanaan ERM merupakan implementasi dari kerangka manajemen
risiko yang telah dibuat. Bentuk - bentuk pelaksanaan ERM meliputi: proses
identifikasi risiko, menganalisis risiko, proses evaluasi risiko, proses
implementasi strategi manajemen risiko.
4. Pengendalian
Setelah proses pelaksanaan ERM selesai, langkah selanjutnya adalah
melakukan pengendalian atas pelaksanaan yang telah dilakukan. Bentuk - bentuk
pengendalian dapat berbeda-beda antar organisasi maupun jenis - jenis risiko
yang menjadi fokus pelaksanaan ERM.

DAFTAR PUSTAKA

Darmawi, Herman Manajemen Risiko, Jakarta; Bumi Aksara, 2006


Wahyudi, Imam, Manajemen Risiko Bank Islam, Jakarta; Salemba Empat, 2013
Kamal, Fasiha “Manajemen Resiko dan Resiko dalam Islam”, Jurnal Muamalah, Vol IV, No. 2
(2014).

Anda mungkin juga menyukai