Pendiri Pasar Muamalah Zaim Saidi Ditangkap karena melakukan transaksi
menggunakan Dinar-Dirham
Zaim Saidi,merupakan seorang yang mendirikan Pasar Muamalah di Depok.Ia juga
menyediakan wakala induk tempat menukarkan mata uang rupiah ke dinar atau dirham sebagai alat transaksi jual-beli di pasar muamalah. Namun pada tanggal 03 Februari 2021 ia ditahan oleh polisi karena dianggap melakukan penyalahgunaan mata uang dengan melakukan transaksi jual beli menggunakan koin dinar, dirham, dan emas.Dimana pasar muamalah itu, seluruh kegiatan transaksi perdagangan bukan menggunakan mata uang rupiah, melainkan dinar atau dirham. Terkait penangkapan Zaim Saidi yang menggunaan dinar dan dirham sebagai alat pembayaran,menurut saya ia memang layak di hukum karena dianggap melakukan pelanggaran Undang-Undang terkait Uang yang sudah di tetapkan di Indonesia.Hal ini dikarenakan sudah dijelaskan oleh Bank Indonesia yang telah mengingatkan soal penggunaan uang rupiah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang sudah diatur dalam UUD 1945 dan juga UU No. 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang. "Seiring dengan adanya indikasi penggunaan alat pembayaran selain rupiah di masyarakat, Bank Indonesia (BI) menegaskan bahwa berdasarkan Pasal 23 B UUD 1945 jo. Pasal 1 angka 1 dan angka 2, Pasal 2 ayat (1) serta Pasal 21 ayat (1) UU Mata Uang, Rupiah adalah satu-satunya alat pembayaran yang sah di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)." Pasal 23 B dalam UUD 1945 berbunyi, "Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang." Sementara dalam Pasal 21 UU No. 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, dijelaskan sebagai berikut: (1) Rupiah wajib digunakan dalam: a. setiap transaksi yang mempunyai tujuan pembayaran; b. penyelesaian kewajiban lainnya yang harus dipenuhi dengan uang; dan/atau; c. transaksi keuangan lainnya yang dilakukan di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. dengan uang; dan/atau; d. transaksi keuangan lainnya. Terkait kasus ini kita sebagai masyarakat Indonesia diharapkan untuk berhati-hati dan menghindari penggunaan alat pembayaran selain rupiah.Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). Dalam hal ini ditegaskan bahwa dinar, dirham atau bentuk-bentuk lainnya selain uang rupiah bukan merupakan alat pembayaran yang sah di wilayah NKRI.Dimana Bank Indonesia mengajak agar masyarakat dan berbagai pihak untuk menjaga kedaulatan Rupiah sebagai mata uang NKRI.Bank Indonesia,juga berkomitmen untuk terus mendorong gerakan untuk mencintai dan merawat rupiah bersama dengan Otoritas terkait dan seluruh komponen masyarakat sebagai salah satu simbol kedaulatan negara. -Terima Kasih -