Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISA ZAT GIZI


KADAR VITAMIN C

Disusun Oleh :

Devina Aulia

201902011

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra Keluarga


Bekasi
2020/2021
A. Tujuan

1. Mengetahui cara analisis kadar vitamin C.

2. Mengetahui kadar vitamin C pada berbagai sampel.

B. Dasar Teori

Vitamin sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia yang berfungsi untuk


pengaturan dan berbaikan tubuh manusia. sebab vitamin tidak dihasilkan dalam
tubuh. Vitamin pada umumnya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu
vitamin yang larut dalam lemak yang meliputi vitamin A, D, E, dan K dan vitamin
yang larut dalam air yang meliputi vitamin C dan vitamin B (Legowo, 2007).
Vitamin C atau asam askorbat merupakan vitamin yang larut dalam air.
Vitamin C bekerja sebagai suatu koenzim dan pada keadaan tertentu merupakan
reduktor dan antioksidan. Vitamin ini dapat secara langsung atau tidak langsung
memberikan elektron ke enzim yang membutuhkan ion-ion logam tereduksi dan
bekerja sebagai kofaktor untuk prolil dan lisil hidroksilase dalam biosintesis
kolagen. Zat ini berbentuk kristal dan bubuk putih kekuningan, stabil pada
keadaan kering (Dewoto 2007).
Vitamin tidak dapat di produksi dalam tubuh dengan sendirinya,
melainkan didapatkan dalam bangan pangan seperti buah dan sayuran. Vitamin
terutama vitamin C sangat mudah rusak sehingga jumlah vitamin C dalam tubuh
jauh lebih sedikit sehingga dibutuhkan cara penggunaan dan penanganan vitamin
secara benar (Khomsan, 2010)
Nilai gizi secara khusus dari buah-buahan terletak pada penyediaan
vitamin – vitamin, khususnya vitamin C atau asam askorbat, karoten
(provitamin A), berbagai vitamin B, khususnya asam folat, dan mineral-mineral
khususnya unsur-unsur Ca dan Fe (Syahruddin, 2007)
Vitamin tidak dapat di produksi dalam tubuh dengan sendirinya,
melainkan didapatkan dalam bangan pangan seperti buah dan sayuran. Vitamin
terutama vitamin C sangat mudah rusak sehingga jumlah vitamin C dalam tubuh
jauh lebih sedikit sehingga dibutuhkan cara penggunaan dan penanganan vitamin
secara benar (Khomsan, 2010)
C. Alat dan Bahan

Alat : Bahan :

1. Gelas ukur 1. UC 1000


2. Buret 2. Larutan amilum 1%
3. Neraca 3. Larutan iodium 0,01M
4. Corong kaca 4. Aquades
5. Pipet tetes
6. Labu volumeter 100 ml
7. Gelas kimia
8. Erlenmayer
9. Batang pengaduk
10. Statif
11. Labu volumeter 250 ml
12. Pipet

D. Metode Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Melarutkan 25 ml sampel dengan aquades 100 ml di labu volumetri
3. Mengambil sebanyak 10 ml dan masukkan ke erlenmeyer
4. Menambahkan 3 tetes larutan amilum
5. Memasukkan larutan iodium ke buret
6. Melakukan titrasi sampai larutan sampel berubah warna biru violet/magenta
7. Mencatat volume iodium yang terpakai
8. Menghitung Vol.titrasi iodium x 0,88 x FP x 100%
Mg sampel
E. Hasil dan Pembahasan
Hasil
Kelompok 1 sampel UC 1000

= = 70,4 %

Kelompok 2 sampel UC 1000

= = 52,8 %
Pembahasan
Pada praktikum melakukan analisis kadar vitamin C sebanyak dua kali
dengan menggunakan sampel minuman UC 1000 sebanyak 25 ml yang
disentrifuse dengan aquades sampai tanda batas pada labu takar 100 ml
sehingga diperoleh filtrat. Sampel yang sudah diperoleh filtrat kemudian
dipindahkan ke erlenmeyer sebanyak 10ml ,dan ditambahkan dengan larutan amilum
1% sebanyak 3 tetes dan dititrasi dengan larutan iodium 0,01 N. Penetapan kadar
vitamin C dilakukan dengan cara titrasi iodometri dengan menggunakan larutan
iodium 0,01 N sebagai titran. Proses titrasi dilakukan sampai larutan dalam labu
Erlenmeyer berubah warna menjadi biru. Warna biru yang dihasilkan merupakan
iod-amilum yang menandakan bahwa proses titrasi telah mencapai akhir.
Amilum atau kanji sebagai indikator karena warna biru gelap dari kompleks
iodin-kanji bertindak sebagai suatu tes yang amat sensitif untuk iodin (Day &
Underwood, 2002).
Berdasarkan hasil perbandingan antara kelompok 1 dan 3 dengan sampel
yang sama yaitu UC 1000 diperoleh hasil yang berbeda. Pada kelompok 1 kadar
vitamin C dalam percobaan adalah 70,4%, sedangkan kadar vitamin C yang
diperoleh kelompok 3 pada yang sama yaitu UC 1000 52,8% Perbedaan hasil
praktikum antara kelompok 1 dan kelompok 3 disebabkan karena tergantung pada
keahlian praktikan dalam melakukan praktikum, walaupun pengambilan sampel dan
titrasi menggunakan prosedur yang sama. Dalam melakukan analisis pangan
kadang ditemui adanya kesalahan, salah satunya kesalahan sistematis. Kesalahan
bersifat sistematis antara lain kesalahan dalam prosedurnya, kesalahan dalam
pengambilan dan persiapan contoh, kesalahan dalam menerapkan metode analisis,
dan kesalahan pengerjaan (Legowo, 2007).
Praktikan mungkin kurang jeli pada saat pengambilan sampel sehingga sampel
yang diambil tidak pas dengan takaran yang sesuai dengan prosedur praktikum.
Sedangkan pada saat proses titrasi memang kita tidak bisa menentukan volume
titrasi pada sampel, karena untuk menentukan volume titrasi bergantung pada
larutan dalam labu erlenmeyer hingga berubah warna menjadi biru. Jika larutan sudah
berubah menjadi biru, barulah diukur volume titrasi pada sampel (Day & Underwood,
2002).
Sampel yang sudah dibandingkan dengan kelompok lain, kemudian
dibandingkan dengan kadar vitamin C terbentuk warna biru pada larutan
menandakan bahwa didalam sampel minuman kemasan terdapat asam askorbat.
Analisis kadar vitamin C dihitung menggunakan rumus dan diperoleh kadar vitamin
C.
Perbedaan kadar vitamin C tersebut disebabkan oleh adanya jeda waktu
antara proses menghomogenkan larutan dengan titrasi Jeda waktu yang lama antara
proses menghomogenkan larutan vitamin C dengan amilum dan aquades dengan
waktu titrasi dapat merusak vitamin C yang terdapat dalam larutan tersebut,
sehingga hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan yang diinginkan.Vitamin C
adalah vitamin yang paling tidak stabil dari semua vitamin dan mudah rusak
selama proses penyimpanan. Pendedahan oksigen dan pendedahan cahaya
semuanya merusak kandungan vitamin C pada makanan (Winarno, 2000 )

F. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat dengan adanya pengolahan
bahwa terdapat perbedaan kadar vitamin c
Kadar Vitamin C sampel UC 1000 pada kelompok 1 memperoleh sebesar 70,4%
Kadar Vitamin C sampel UC 1000 pada kelompok 3 memperoleh sebesar 52,8%
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kadar yang paling tinggi terdapat
pada kelompok 1 dari pada kelompok 3 memiliki kadar vitamin c yang kecil..

Penetapan kadar vitamin C dilakukan dengan menggunakan metode titrasi iodometri,


yaitu titrasi terhadap larutan zat pereduksi (reduktor) dengan larutan standar zat
pengoksidasi (oksidator).
Daftar Pustaka

Andarwulan, Nuri dkk. 2011. Analisis Pangan. Jakarta: Dian Rakyat. Astuti.
2011. Petunjuk Praktikum Analisis Bahan Biologi. Yogyakarta: Jurdik Biologi
FMIPA UNY.
Dewoto HR. 2007. Vitamin dan Mineral dalam Farmakologi dan Terapi .
Jakarta:
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Guyton, A . C . 2007. Biokimia untuk Pertanian. Medan: USU Press.
Imma. 2009. Ilmu Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Kamiensky
M, Keogh. 2006. Vitamins and Minerals. USA: Mc. Grawhill
Companies.
Khomsan, Ali. 2010. Pangan Dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada.
Legowo, Anang Mohamad. 2007. Analisis Pangan. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Musfufuatun et al. 2010. Pengaruh Suhu dan Waktu Penyimpanan terhadap
Vitamin C. Vol.2, No.1.
Poedjiadi, Anna. 2007. Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.
Pracaya, 2000. Jeruk Manis, Varietas, Budidaya dan Pascapanen. ,
Jakarta:
Penebar Swadaya. Sastrohamidjojo, Hardjono. 2005. Kimia Dasar.
Yogyakarta: UGM Press.
Setiartini, Y. 2014. Kimia Analitik 2 : Iodometri. Jakarta. Sudarmadji, Slamet
dkk. 2010. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: LibertyYogyakarta.
Syahruddin. 2007. Biokimia. Makassar: UPT MKU Universitas Hasanuddin.
Thamrin, Husni, dkk. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Pangan. Padang:
Poltekkes Kemenkes.
Lampiran Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai