Anda di halaman 1dari 19

PERAWATAN DI RS

MENJELANG DAN SAAT KEMATIAN

Dosen Pembimbing
Dian Anisia W., S.Kep., Ns., M.Kep

Oleh
Kelompok 8
S1 Keperawatan 3B
Cantika Rintan Novia M (201902055)
Dina Arni Anisa (201902057)
Dista Dania P (201902058)
Merry Rendra Prastiwi (201902076)
Vivin Nurul Jannah (201903087)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
Jalan Taman Praja. no. 25 Madiun Kec. Taman Kota Madiun
Telp/Fax.(0351)491947
Tahun 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan Karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Ucapan
terimakasih pun kami haturkan kepada teman-teman kelompok, dan sumber yang
membantu.
Kepada teman-teman kami terlebih terhadap Dosen pembimbing kami yang dengan
penuh sabar membimbing kami dalam mengerjakan makalah dengan judul Perawatan di RS
Menjelang Dan Saat Kematian. Atas kepeduliannya serta bimbingannya kami
mengucapkan
banyak terima kasih kiranya makalah ini dapat menjadi sumber pembelajaran kita semua
dalam menambah ilmu pengetahuan.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................
D. Manfaat Penulisan..................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Ajal Dan Tanda Klinis..............................................................................
B. Konsep Transkultural Nursing................................................................................
C. Asuhan Keperawatan Transkultural Nursing secara Teori.....................................
D. Merawat Pasien Menjelang Ajal Dan Keluarganya.................................................
E. Cara memberikan pertolongan bagi orang yang sekarat.........................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian..............................................................................................................
B. Diagnosa..................................................................................................................
C. Perencanaan.............................................................................................................
D. Implementasi..........................................................................................................
E. Evaluasi..................................................................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Menjadi seorang perawat bukanlah tugas yang mudah. Perawat terus ditantang oleh
perubahan- perubahan yang ada, baik dari lingkungan maupun klien. Dari segi
lingkungan, perawat selaludipertemukan dengan globalisasi. Sebuah globalisasi
sangat memengaruhi perubahan dunia,khususnya di bidang kesehatan. Terjadinya
perpindahan penduduk menuntut perawat agar dapatmenyesuaikan diri dengan
perbedaan budaya. Semakin banyak terjadi perpindahan penduduk,semakin
beragam pula budaya di suatu negara. Tuntutan itulah yang memaksa perawat agar
dapat melakukan asuhan keperawatan yang bersifat fleksibel di lingkungan yang
tepat.

Menurut Dadang Hawari (1977) "orang yang mengalami penyakit terminal dan
menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis
spiritual, krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat lien menjelang
ajal perlu mendapatkan perhatian khusus.

Klien dalam kondisi terminal membutuhkan dukungan dari utama dari keluarga,
seakan proses penyembuhan bukan lagi merupakan hal
yang penting dilakukan. Sebenarnya, perawatan menjelang kematian bukanlah
asuhan keperawatan yang sesungguhnya. Isi perawatan tersebut hanyalah motivasi
dan hal-hal lain yang bersifat mempersiapkan kematian klien.Dengan itu, banyak
sekali tugas perawat dalam memberi intervensi terhadaplansia, menjelang
kematian, dan saat kematian.

Agama dalam ilmu pengetahuan merupakan suatu spiritual nourishment(gizi


ruhani). Seseorang yang dikatakan sehat secara paripurna tidak hanyacukup gizi
makanan tetapi juga gizi rohaninya harus terpenuhi. Menuruthasil Riset Psycho
Spiritual For AIDS Patient, Cancepatients, and for Terminal Illness Patient,
menyatakan bahwa orang yang
mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengala
mi
penyakitkejiwaan, krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembinaan keroh
anian saat klien menjelang ajal perlu mendapat perhatian khusus (Hawari, 1977).
B. Rumusan Masalah
1. Definisi ajal dan tanda-tanda klinisnya.
2. Konsep transkultural nursing
3. Asuhan keperawatan transkultural nursing secara Teori
4. Bagaimana memberikan pertolongan kepada orang yang sekarat.
5. Bagaimana merawat pasien menjelang ajal dan keluarganya
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi ajal serta tanda klinisnya.
2. Untuk mengetahui bagimana cara merawat pasien menjelang ajal dan
keluarganya.
3. Untuk mengetahui definisi sekarat.
4. Untuk mengetahui bagaimana cara memberikan pertolongan kepada orang yang
sekarat.
D. Manfaat Penulisan
Dari penulisan atau tersusunnya makalah ini diharapkan bagi pembaca
khususnya dapat mengerti atau pun menambah wawasan mengenai Ajal dari
kondisi sekarat, baik mampu memahami dalam pengertian atau tindakan yang
diperlukan sesuai dengan kondisi klien seputar Ajal atau pun sekarat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Ajal Dan Tanda Klinis


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Ajal dapat berarti batas
hidup seseorang yang telah ditentukan atau ditetapkan oleh Tuhan YME.
1. Tahap-tahap Menjelang Ajal Kubler-Rosa (1969), telah menggambarkan
membagi tahap-tahap menjelang ajal (dying) dalam 5 tahap, yaitu:
1) Menolak (Denial)
Pada fase ini, pasien/klien tidak siap menerima keadaan yang
sebenamya terjadi, dan menunjukkan reaksi menolak.
2) Marah (Anger)
Kemarahan terjadi karena kondisi klien mengancam kehidupannya
dengan segala hal yang telah diperbuatnya sehingga menggagalkan cita-
citanya Timbul pemikiran pada diri klien.
3) Menawar (Bargaining)
Pada tahap ini kemarahan balsanya mereda dan pasien malahan dapat
menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang terjadi dengan dirinya.
4) Kemurungan/Depresi
Selama tahap ini, pasien cenderung untuk tidak banyak bicara dan
mungkin banyak menangis. Ini saatnya bagi perawat untuk duduk dengan
tenang disamping pasien yang sedangan melalui masa sedihnya sebelum
meninggal.
5) Menerima/Pasrah (Acceptance)
Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh klien dan
keluarga tentang kondisi yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu
kematian. Fase Ini sangat membantu apabila kien dapat menyatakan reaksi-
reaksinya atau rencana-rencana yang terbaik bagi dirinya menjelang ajal
2. Tanda-tanda Klinis Menjelang Kematian
1) Kehilangan Tonus Otot
2) Kelambatan dalam Sirkulasi
3) Perubahan-perubahan dalam tanda-tanda vital
4) Gangguan Sensori
3. Tanda-tanda Klinis Saat Meninggal
1) Pupil mata melebar.
2) Tidak mampu untuk bergerak & Kehilangan reflek.
3) Nadi cepat dan kecil.
4) Pernafasan chyene-stoke dan ngorok.
5) Tekanan darah sangat rendah.
6) Mata dapat tertutup atau agak terbuka
4. Tanda-tanda Meninggal Secara Klinis Secara tradisional, tanda-tanda klinis
kematian dapat dilihat melalui perubahan-perubahan nadi, respirasi dan tekanan
darah. Pada tahun 1968, World Medical Assembly menetapkan beberapa
petunjuk tentang indikasi kematian.

B. Konsep Transkultural Nursing


1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang
dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak
dan mengambil keputusan. Budaya adalah sesuatu yang kompleks yang
mengandung pengetahuan,keyakinan, seni, moral, hukum, kebiasaan, dan
kecakapan lain yang merupakan kebiasaan manusia sebagai anggota
kemunitas setempat. Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya
manusia yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keselurahan hasil
budi dan karyanya dan sebuah rencana untuk melakukan kegiatan tertentu
(Leininger, 1991). Menurut konsep budaya Leininger (1978, 1984),
karakteristik budaya dapat digambarkan sebagai berikut : (1) Budaya
adalah pengalaman yang bersifat universal sehingga tidak ada dua budaya
yang sama persis, (2) budaya yang bersifat stabil, tetapi juga dinamis
karena budaya tersebut diturunkan kepada generasi berikutnya sehingga
mengalami perubahan, (3) budaya diisi dan ditentukan oleh kehidupan
manusianya sendiri tanpa disadari.

2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih


diinginkan atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu
tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.

3. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang


optimal daei pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan
variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan
asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan
tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang
datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).

4. Etnonsinteris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang


menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-
budaya yang dimiliki oleh orang lain.
5. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya
yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim. Etnik
adalah seperangkat kondisi spesifik yang dimiliki oleh kelompok tertentu
(kelompok etnik). Sekelompok etnik adalah sekumpulan individu yang
mempunyai budaya dan sosial yang unik serta menurunkannya ke
generasi berikutnya (Handerson, 1981).

6. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada


mendiskreditkan asal muasal manusia.
Ras merupakan sistem pengklasifikasian manusia berdasarkan
karakteristik fisik pigmentasi, bentuk tubuh, bentuk wajah, bulu pada
tubuh dan bentuk kepala. Ada tiga jenis ras yang umumnya dikenal, yaitu
Kaukasoid, Negroid, Mongoloid.
Budaya adalah keyakinan dan perilaku yang diturunkan atau diajarkan
manusia kepada generasi berikutnya (Taylor, 1989).
7. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi
pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan
kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu,
menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-
orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.
8. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,
dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya
kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk
meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
9. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,
mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada
keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan
kondisi kehidupan manusia.
10. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui
nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing,
mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok
untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup,
hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
11. Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan
untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang
lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi
daripada kelompok lain.
C. Asuhan Keperawatan Transkultural Nursing secara Teori
1. Teori transkultural dari keperawatan berasal dari disiplin ilmu antropologi dan
dikembangkandalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konteks atau
konsep keperawatan yangdidasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan
nilai-nilai cultural yang melekat dalam masyarakat.
Menurut Leinenger, sangat penting memperhatikan keragaman budaya dan
nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut
diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat
tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya.
Keperawatan transkultural adalah ilmu dengan kiat yang humanis yang
difokuskan pada perilaku individu/kelompok serta proses untuk
mempertahankan atau meningkatkatkan perilaku sehat atau sakit secara fisik
dan psikokultural sesuai latar belakang budaya. Sedangkan menurut Leinenger
(1978) keperawatan transcultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang
berfokus pada analisa dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya.
D. Merawat Pasien Menjelang Ajal Dan Keluarganya

Penting bagi perawat yang merawat pasien yang menjelang ajal menyadari
perasaan mereka sendin tentang kematian dan tentang pasien mereka. Perawat perlu saling
membert kenyamanan dan mendukung dalam perawatan perawat terhadap orang yang
menjelang ajal.

1. Meredakan nyeri orang yang menjelang ajal


2. Pertahankan kenyamanan pasien
3. Bagaimana membantu pasien dengan damai

Peran Perawat Kepada Pasien Saat Menjelang Ajal

1. Perawat berperan sebagai komunikator

Peran sebagai komunikator dilakukan bank terhadap pasien, keluarga,


maupun terhadap dokter Perawat berkomunikasi dengan keluarga pasien untuk
menjelaskan kondisi pasien dan memberikan dukungan emosional.

Penelitian Kozier, dkk. (2010) mengungkapkan bahwa salah satu aspek


terpenting dalam menyediakan dukungan untuk anggota keluarga dari pasien yang
menjelang ajal adalah melibatkan penggunaan komunikasi terapeutik yang dapat
dilakukan dalam memfasilitasi ekspresi perasaan mereka.

2. Perawat sebagai fasilitator

Perawat memberikan waktu kunjungan yang lebih lama bagi keluarga


pasien menjelang ajal sehingga pasien dan keluarga memiliki lebih banyak
kebersamaan.

3. Perawat sebagai motivator

Perawat memberikan dukungan kepada keluarga pasien yang menjelang ajal


sehingga keluarga pasien dapat mengikhlaskan pasien meninggal dengan tenang.
E. Cara memberikan pertolongan bagi orang yang sekarat

Setiap hari kita mendengar atau membaca berita tentang kematian, tanpa
sejenak pun kita berhenti lagi untuk merenungkannya. Namun sangat berbeda
keadaannya Jika kita secara langsung terlibat langsung dalam proses kematian yang
terjadi. Orang-orang yang mengurus dan merawat penderita yang tidak mungkin
sembuh lagi dan penyakit mereka dan orang yang sedang sekarat, harus berusaha
untuk mengiringi dan membimbing mereka dengan sebaik-baiknya.

Memang dapat dipahami bahwa banyak yang merasa ketakutan dan terkejut
kalau mereka harus mendampingi dan bahkan memberikan pertolongan kepada orang
yang sedang sekarat. Oleh karena itu, maka semakin sukar untuk mengambil sikap
yang tepat dalam keadaan-keadaan tersebut. Namun bagaimanapun juga kita harus
dapat menguasal keadaan terutama karena anggota keluarga penderita yang dalam
keadaan ini sering kali membutuhkan pertolongan kita Kematian pada seseorang
dapat datang dengan berbagai cara.

Kematian tersebut dapat terjadi secara tiba-tiba, tetapi dapat juga


berlangsung selama berhari-hari. Bagi anggota keluarga penderita sering sekali
menjadi sulit untuk menghadapi anggota keluarga mereka yang sedang sekarat dalam
jangka waktu yang lama. Kadang-kadang, jauh sebelum terjadi kematian, penderita
telah kehilangan kesadarannya. Kalau penderita masih sadar maka harus kita sadari
bahwa pendengaran pendeta yang sedang sekarat tetap utuh keadaannya sampai saat
yang terakhir Sudah menjadi kewajiban kita untuk memberitahu seluruh anggota
keluarga penderita mengenai hal ini tentunya tanpa sepengetahuan penderita yang
sedang sekarat itu.

a. Pertolongan keagamaan

Pertolongan keagamaan harus diberikan atas permintaan penderita ataupun


keluarga penderita itu. Bagi penderita yang memiliki agama atau keyakinan sangat
penting bagi mereka untuk didatangkan orang-orang yang memiliki ilmu terkait
agama yang dianutnya masing-masing. Kedatangan para petinggi agama tersebut
diharapkan dapat menenangkan spiritual penderita sekaligus keluarganya dalam
persiapan menyambut kematian. Namun bagi seorang yang tidak memiliki keyakinan
maka kita juga harus mengambil lagkah-langkah yang diperuntukan bagi kepentingan
mereka semua.

b. Perawatan ringan yang terakhir


Kalau memang masih memungkinkan, maka kita biarkan anggota keluarganya
sendiri yang sebanyak mungkin berbuat untuk penderita yang sedang sekarat
Perawatan kecil yang terakhir terdiri dari membasuh muka penderita dan membasahi
bibirnya secara teratur. Mungkin saja penderita yang sudah berada dalam keadaan ini
masih saja mendapatkan obat-obatan melalui mulutnya, sedangkan penderita sudah
mengalami kesulitan menelan. Dalam keadaan ini harus dirundingkan dengan cara
bagaimana obat tersebut dapat diberika kepada penderita Setelah dirundingkan dan
disetujui maka lendir terbentuk, yang tidak dapat lagi dibatukkan oleh penderita. Kita
sedot dengan pennyedot lendir listrik.

c. Kemungkinan perubahan akan timbul


Sebagai gejala pertama biasanya akan timvul penurunan Indera perasa.
Akibatnya penderita akan berkurang keluhan-keluhannya, perasaan nyerinya jufa
berkutang dan ia berminat berselera atau sesuatu. Keadaan perasaan yang enak ini
sesungguhnya sangat bertolak belakang dengan keadaan sebenarnya.
Kalau kita harus memberikan kendi kepada penderita yaang berada dalam
keadaan ini, kita harus lebih berhari-hati lagi, oleh karena penderita tidak mengetahui
kalai panas yang kita berikan terlalu tinggi suhunya.
Secara berangsur-angsur kemampuan penglihatan penderita akan mengurang
Juga mengenal perkembangan ini kita perlu, diluar kamar penderita, memberitahukan
kepada seluruh anggota keluarga penderita Kemudian secara perlahan-lahan akan
menyusul hilangnya pekerjaan otot. Dalam keadaan ini, maka penderita yang kita
rawat dalam keadaan duduk, terancam akan terjatuh ke tempat tidurnya. Penderita
juga sudah tidak dapat lagi mempertahankan kepalanua secara tegak. Wajah
kehilangan mimiknua, sehingga muka penderita kelihatan kosong.
Penderita akan mengalami inkontinensia, sebagai akibat daripada melemahnya
otot-otot sfingter kandung kemih dan rektum. Kadang-kadang setelah dirundingkan
dan disetujul oleh dokter yang merawat pada penderita kita pasang kateter menetap.
Denyut nadi pergelangan tangan semakin sukar dapat kita amati dan seringkali
memperlihatkan ketidak teraturan yang khas. Kalau denyut pergelangan tangan
penderita sudah tidak dapat lagi kita rana dan pernafasannya untuk waktu cukup lama
berhenti, maka secara hati-hati kita sampaikan kepada seluruh anggota keluarga
penderita bahwa penderita telah meninggal dunia.

BAB III
KASUS
Kasus:
Nyonya M usia 40 tahun, dirawat diruang intensive dengan diagnosa medis Jantung
Koroner. Pasien mengatakan nyeri pada dada, peka terhadap rasa dingin ,merasa
lemas, dan susah tidiur. Seringkali nyonya M mengeluh sesak mendadak dan susah
tidur. Akhir akhir ini nyona M serinh merasa pusing dan merasa takut akan kematian.

1. Pengkajian
Pada tinjauan teori penyakit jantung koroner, data yang lazim ditemukan pada
pengkajian meliputi Nyeri dada, peka terhadap rasa dingin, pucat. berkeringat
banyak Sedangkan pada pengkajian yang dilakukan oleh penulis, data yang
ditemukan adalah klien sering batuk, klien mengalami sesak pada saat batuk, nyeri
dada, tampak lemas, susah tidur Kesenjangan yang ditemukan adalah data sesak
dan susah tidur tidak ditemukan di teori sedangkan pasien mengeluh sesak , Hal
ini karena sudah terjadi perembesan ke alveoli dan edema paru sehingga
mengakibatkan sesak dan akhirnya susah tidur.
2. Diagnosa Keperawatan Menurut teori, diagnosa keperawatan yang dapat timbul
pada klien dengan Jantung koroner ada 4 diagnosa yaitu :
1. Nyeri berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen
dengan kebutuhan miocardium akibat sekunder dari penurunan suplai darah ke
miocardium, peningkatan produksi asam laktat.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas,
irama,dan konduksi elektrik.
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan perfusi perifer akibat
sekunder dari ketidakseimbangan suplai oksigen miocard dengan kebutuhan
4. Ansietas berhubungan dengan rasa takut, akan kematian, ancaman, dan
perubahan kesehatan.

Sedangkan pada kasus nyata, diagnosa yang ditemukan sebanyak 3 diagnosa


yakni :
1. Gangguan difusi gas berhubungan dengan perembesan cairan kongesti paru
dan edema paru.
2. Nyeri berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen dengan
kebutuhan miocardiun, dan peningkatan asam laktat
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen
dengan kebutuhan tubuh.

Kesenjangan yang ditemukan tentang diagnosa keperawatan yang ada dalam teori
tetapi tidak ditemukan dalam kasus nyata yaitu :
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama dan
konduktivits jantung Diagnosa ini tidak di temukan dalam kasus karena
tidak ada data yang mendukung.

Kesenjangan yang terjadi pada kasus nyata dan tidak ada dalam teori adalah: 1.
Gangguan difusi gas behubungan dengan adanya perembesan pada alveoli dan
edema paru 2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya sesak dan batuk.
Pada kasus di temukan diagnosa tersebut karena pada klien mengeluh sesak dan
batuk sehingga akan mengganggu pola tidur klien.

3. Implementasi
Tindakan keperawatan yang dijalankan selalu berorientasi pada rencana yang
telah dibuat, dengan mengantisipasi seluruh tanda ± tanda yang ada sehingga
tujuan dapat dicapai. Tindakan yang diberikan meliputi :
1. Observasi
2. Tindakan mandiri
3. Tindakan kolaboratif
4. Tindakan edukatif Di dalam rencana tindakan yang diberikan tidak ada
kesenjangan dalam pelaksanaan kasus nyata.

4. Evaluasi Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses asuhan keperawatan.


Evaluasi bertujuan untuk menilai apakah tujuan yang telah diterapkan pada
pelaksanaan asuhan keperawatan tercapai atau tidak. Berdasarkan evaluasi yang
penulis lakukan pada tinjauan kasus ini, tidak didapatkan masalah yang teratasi,
dimana masalah tersebut antara lain :
1. Gangguan difusi gas berhubungan dengan perembesan cairan kongesti paru,
edema paru .
2. Nyeri berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen dengan
kebutuhan miocardiun, dan peningkatan asam laktat.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen
dengan kebutuhan tubuh Ketiga diagnosa belum dapat teratasi sesuai dengan
tujuan yang diharapkan karena penyakit Jantung koroner adalah penyakit yang
memerlukan waktu yang relatif lama untuk penyembuhannya, sedangkan waktu
yang diberikan kepada penulis untuk melaksanakan perawatan sangat singkat.
Meskipun demikian keempat diagnosa tersebut pada dasarnya mengalami
kemajuankemanjuan yang cukup berarti.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkaan isi pembahasan pada makalah yang berjudul Perawatan di RS


Menjelang dan Saat Kematian ini, dapat kita simpulkan bahwa. Ajal merupakan
bagian dari proses kematian, menurut KBBI Ajal dapat berarti batas hidup seseorang
yang telah ditentukan atau ditetapkan oleh Tuhan YME. Dalam ilmu medis ketika
vonis dokter telah menetapkan bahwa tidaklah lama lagi klien mampu bertahan hidup
maka banyak ekpresi yang ditunjukan oleh klien, diantaranya klien akan menolak,
merasa marah, berusaha memperbaiki di sisa hidupnya, ada pun yang depresi dan ada
pula yang menerima atau pasrah dengan vonis dokter tersebut. Dan sedikit pula
banyak yang klien tidak percaya dengan vonis dokter, dikarenakan Ajal atau maut
merupaka sebuah rahasia yang hanya Tuhan sajalah yang tahu batasannya.

Menurut ilmu medis, terdapat beberapa tanda-tanda menjelang kematian.


Diantaranya yakni kehilangan tonus otot, kelambatan dalam sirkulasi, Perubahan-
perubahan dalam tanda-tanda vital, Gangguan sensori seperti penglihatan yang kabur
dan gangguan pada penciuman dan perabaan. Namun sebagai catatan, dari semua
organ indra manusia, ketika menjelang kematian datang organ terakhir yang masih
berfungsi hanyalah pendengaran.

Merawat pasien menjelang ajal bertujuan untuk menyadari perasaan klien sendiri
tentang kematian. Ketika vonis dokter tentang kematian telah dijatuhkan, respon dari
tiap individu dalam menerima haal tersebut tergantung dari kondisi fisik, psikologis,
sosial yang dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan pada setiap individu juga
berbeda. Karnanya perawat perlu memberikan sebuah kenyamanan dan mendukung
klien agar tetap tenang pada psikisnya dan perawat juga harus memahami apa yang
dialami pasien dengan kondisi terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan
dan bantuan bagi pasien sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna
dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai.

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini penulis sadari sepenuhnya masih terdapat banyak
kekeliruan dan kesalahan yang terdapat didalamnya. Olehnya itu, kritik dan saran dari
berbagai pihak yang sifatnya membangun sangat diharapkan dalam rangka perbaikan
makalah ini sekaligus sebagai bekal wawasan kami untuk proses pembuatan makalah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Bouwhuizen. (1996). ILMU KEPERAWATAN . Jakarta: EGC.

Mubarak, W. I., & Chayatin, N. (2007). BUKU AJAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA;
TEORI DAN APLIKASI DALAM PRAKTIK. Jakarta: EGC.

P.J.M, S., Bordui, F., Meer, W. V., Almekinders, G., Caris, J., & Weyde, J. V. (2000). ILMU
KEPERWATAN JILID 1 EDISI 2. Jakarta: EGC.

Jurnal menjelang ajal B.19-persepsi-perawat-NCCU.pdf

Anda mungkin juga menyukai