Makalah Hepatitis 1
Makalah Hepatitis 1
KELAS : KEPERAWATAN IV A
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas rahmat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Hepatitis” dengan tepat waktu. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas
dari mata kuliah “ KMB II ”.
Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan mkalah ini.
Penulis
2
DAFTAR IS
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I TINJAUAN MEDIS.....................................................................................................4
1.1 Definisi ............................................................................................................................4
1.2 Etiologi ............................................................................................................................4
1.3 Manifestasi kinis ..............................................................................................................5
1.4 Patofisiologi .....................................................................................................................6
3.7 Diagnosa........................................................................................................................25
3.8 Intervensi.......................................................................................................................25
3.9 Implemenrasi ................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................33
3
BAB I
TINJAUAN MEDIS
4
c. Masa inkubasi 26 – 160 hari dengan rata- rata 70 – 80 hari.
d. Faktor resiko bagi para dokter bedah, pekerja laboratorium, dokter gigi, perawat
dan terapis respiratorik, staf dan pasien dalam unit hemodialisis serta onkologi
laki-laki biseksual serta homoseksual yang aktif dalam hubungan seksual dan
para pemaki obat-obat IV juga beresiko.
3. Hepatitis C (HCV)
a. Virus hepatitis C (HCV) merupakan virus RNA kecil, terbungkus lemak yang
diameternya 30 – 60 nm.
b. Ditularkan melalui jalur parenteral dan kemungkinan juga disebabkan juga oleh
kontak seksual.
c. Masa inkubasi virus ini 15 – 60 hari dengan rata – 50 hari.
d. Faktor resiko hampir sama dengan hepetitis B
4. Hepatitis D (HDV)
a. Virus hepatitis D (HDV) merupakan virus RNA berukuran 35 nm.
b. Penularannya terutama melalui serum dan menyerang orang yang memiliki
kebiasaan memakai obat terlarang dan penderita hemofilia.
c. Masa inkubasi dari virus ini 21 – 140 hari dengan rata – rata 35 hari.
d. Faktor resiko hepatitis D hampir sama dengan hepatitis B.
5. Hepatitis E (HEV)
a. Virus hepatitis E (HEV) merupakan virus RNA kecil yang diameternya + 32 –
36 nm.
b. Penularan virus ini melalui jalur fekal-oral, kontak antara manusia dimungkinkan
meskipun resikonya rendah.
c. Masa inkubasi 15 – 65 hari dengan rata – rata 42 hari.
d. Faktor resiko perjalanan kenegara dengan insiden tinggi hepatitis E dan makan
makanan, minum minuman yang terkontaminasi.
5
2. Stadium icterik berlangsung selama 3 – 6 minggu. Icterus mula –mula terlihat pada
sklera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan – keluhan berkurang, tetapi klien
masih lemah, anoreksia dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning
muda. Hati membesar dan nyeri tekan.
3. Stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan tinja menjadi
normal lagi. Penyebuhan pada anak – anak menjadi lebih cepat pada orang dewasa,
yaitu pada akhir bulan ke 2, karena penyebab yang biasanya berbeda
Komplikasi
Komplikasi hepatitis B virus yang paling sering di jumpai adalah perjalanan
penyakitnya yang memanjang hingga 4-8 bulan. Keadaan ini dikenal dgn hepatitis kronis
akan tetapi keadaan ini akan sembuh kembali sekitar 5% dari pasien hepatitis kronis akan
mengalami kekambuhan setelah serangan awal, kekambuhan biasanya dihubungkan dgn
minum alcohol atau aktifitas fisik yang berlebihan.
1.4 Patofisiologi
Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrat pada
hepatocytes oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan degrenerasi dan nekrosis sel
perenchym hati.
Respon peradangan menyebabkan pembekakan dalam memblokir sistem drainage hati,
sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini menjadi statis empedu (biliary) dan
empedu tidak dapat diekresikan kedalam kantong empedu bahkan kedalam usus, sehingga
meningkat dalam darah sebagai hiperbilirubinemia, dalam urine sebagai urobilinogen dan
kulit hapatoceluler jaundice.
Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik sampi dengan timbulnya sakit dengan gejala
ringan. Sel hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2 sampai 3 bulan lebih gawat
bila dengan nekrosis hati dan bahkan kematian. Hepatitis dengan sub akut dan kronik dapat
permanen dan terjadinya gangguan pada fungsi hati. Individu dengan hepatitis kronik akan
sebagai karier penyakit dan resiko berkembang biak menjadi penyakit kronik hati atau kanker
hati.
6
dijantung, hati dan jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang rusak, meningkat pada
kerusakan sel hati
2. Darah Lengkap (DL)
SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati)
atau mengakibatkan perdarahan.
3. Leukopenia
Trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
4. Diferensia Darah Lengkap
Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma.
5. Alkali phosfatase
Agaknya meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
6. Feses
Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
7. Albumin Serum
Menurn, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis oleh hati
dan karena itu kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.
8. Gula Darah
Hiperglikemia transien / hipeglikemia (gangguan fungsi hati).
9. Anti HAVIgM
Positif pada tipe A
10. HbsAG
Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A)
11. Masa Protrombin
Mungkin memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau berkurang.
Meningkat absorbsi vitamin K yang penting untuk sintesis protombin.
12. Bilirubin serum
Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin
berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)
13. Tes Eksresi BSP (Bromsulfoptalein)
Kadar darah meningkat.
BPS dibersihkan dari darah, disimpan dan dikonyugasi dan diekskresi. Adanya
gangguan dalam satu proses ini menyebabkan kenaikan retensi BSP.
14. Biopsi Hati
Menunjukkan diagnosis dan luas nekrosis
7
15. Scan Hati
Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati.
16. Urinalisa
17. Peningkatan kadar bilirubin.
Gangguan eksresi bilirubin mengakibatkan hiperbilirubinemia terkonjugasi. Karena
bilirubin terkonjugasi larut dalam air, ia dsekresi dalam urin menimbulkan
bilirubinuria.
8
Semua makanan yang mengandung lemak tinggi seperti daging kambing dan babi,
jerohan, otak, es krim, susu full cream, keju, mentega/ margarine, minyak serta
makanan bersantan seperti gulai, kare, atau gudeg.
Makanan kaleng seperti sarden dan korned.
Kue atau camilan berlemak, seperti kue tart, gorengan, fast food.
Bahan makanan yang menimbulkan gas, seperti ubi, kacang merah, kool, sawi, lobak,
mentimun, durian, nangka.
Bumbu yang merangsang, seperti cabe, bawang, merica, cuka, jahe.
Minuman yang mengandung alkohol dan soda.
Sedangkan bahan makanan yang baik dikonsumsi penderita hepatitis :
Sumber hidrat arang seperti nasi, havermout, roti putih, umbi-umbian.
Sumber protein antara lain telur, ikan, daging, ayam, tempe, tahu, kacang hijau,
sayuran dan buah-buahan yang tidak menimbulkan gas.
Makanan yang mengandung hidrat arang tinggi dan mudah dicerna seperti gula-gula,
sari buah, selai, sirup, manisan, dan madu.
9
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas
a) Identitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No register, dan dignosa
medis.
b) Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, agama, alamat,
pekerjaan, penghasilan, umur, dan pendidikan terakhir.
c) Identitas saudara kandung meliputi : Nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, dan hubungan dengan klien.
2. Keluhan utama
Keluhan anak sehingga anak membutuhkan perawatan. Keluhan dapat berupa
nafsu makan menurun, muntah, lemah, sakit kepala, batuk, sakit perut kanan atas,
demam dan kuning.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri
perut kanan atas.
b. Riwayat Kesehatan Masa lalu
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita
sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur
operasi dan perawatan rumah sakit serta perkembangan anak dibanding dengan
saudara-saudaranya.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular khususnya
berkaitan dengan penyakit pencernaan.
d. Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati.
4. Pola pengkajian Fungsional
a. Aktivitas
Kelemahan
10
Kelelahan
Malaise
b. Sirkulasi
Bradikardi ( hiperbilirubin berat )
Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
c. Eliminasi
Urine gelap
Diare feses warna tanah liat
d. Makanan dan Cairan
Anoreksia
Berat badan menurun
Mual dan muntah
Peningkatan oedema
Asites
e. Neurosensori
Peka terhadap rangsang
Cenderung tidur
Letargi
Asteriksis
f. Nyeri / Kenyamanan
Kram abdomen
Nyeri tekan pada kuadran kanan
Mialgia
Atralgia
Sakit kepala
Gatal ( pruritus )
7. Keamanan
Demam
Urtikaria
Lesi makulopopuler
Eritema
Splenomegali
Pembesaran nodus servikal posterior
8. Seksualitas
11
Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan
2.2 Diagnosa Keperawatan
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak
nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan
makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena
anoreksia, mual dan muntah.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang
mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder
terhadap inflamasi hepar.
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus
sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu.
6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen,
asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi secret.
7. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent
virus
12
R/ adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro intestinal dan
menurunkan kapasitasnya.
3. Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan
R/ akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru dan rasa tak
sedap yang menurunkan nafsu makan.
4. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak
R/ menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan
5. Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak
R/ glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan energi, sedangkan
lemak sulit untuk diserap/dimetabolisme sehingga akan membebani hepar.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang
mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam nyeri pasien berkurang
atau teratasi.
Kriteria hasil : Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak
meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)
Intervensi :
1. Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan
untuk intensitas nyeri
R/ nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh karena
terdapat peregangan secara kapsula hati, melalui pendekatan kepada individu
yang mengalami perubahan kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif
mengurangi nyeri.
2. Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
Akui adanya nyeri
Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang nyerinya
R/ klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan
bahwa ia mengalami nyeri
3. Berikan informasi akurat dan
Jelaskan penyebab nyeri
Tunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui
13
R/ klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yang
sesungguhnya akan dirasakan (cenderung lebih tenang dibanding klien yang
penjelasan kurang/tidak terdapat penjelasan)
4. Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek
hepatotoksi
R/ kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk mengurangi
nyeri.
3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder
terhadap inflamasi hepar.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam suhu badan pasien
normal
Kriteria hasil : Tidak terjadi peningkatan suhu
Intervensi :
1. Monitor tanda vital : suhu badan
R/ sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi
2. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat (sedikitnya 2000
l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3 liter/hari.
R/ dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya
dehidrasi
3. Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur
R/ menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit
dengan merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui
penguapan
4. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
R/ kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya pertumbuhan jamur.
Juga akan mengurangi kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam kulit.
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam keletihan pasien
berkurang
Kriteria hasil : tidak terjadi keletihan
Intervensi :
1. Jelaskan sebab-sebab keletihan individu
R/ dengan penjelasan sebab-sebab keletihan maka keadaan klien cenderung lebih
tenang
14
2. Sarankan klien untuk tirah baring
R/ tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan sehingga
metabolisme dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit.
3. Bantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, kemampuan-
kemampuan dan minat-minat
R/ memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatan-kegiatan yang sangat
penting dan meminimalkan pengeluaran energi untuk kegiatan yang kurang
penting
4. Analisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu puncak
energi, waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan keletihan
R/ keletihan dapat segera diminimalkan dengan mengurangi kegiatan yang dapat
menimbulkan keletihan
5. Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap asertif,
teknik relaksasi)
R/ untuk mengurangi keletihan baik fisik maupun psikologis
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus
sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam tidak terjadi kerusakan
intergritas kulit dan jaringan.
Kriteria hasil : Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
Intervensi :
1. Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering
Sering mandi dengan menggunakan air dingin dan sabun ringan (kadtril,
lanolin)
Keringkan kulit, jaringan digosok
R/ kekeringan meningkatkan sensitifitas kulit dengan merangsang ujung syaraf
2. Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu ruangan dingin
dan kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal
R/ penghangatan yang berlebih menambah pruritus dengan meningkatkan
sensitivitas melalui vasodilatasi
3. Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan tekanan kuat
pada area pruritus untuk tujuan menggaruk
15
R/ penggantian merangsang pelepasan hidtamin, menghasilkan lebih banyak
pruritus
4. Pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin
R/ pendinginan akan menurunkan vasodilatasi dan kelembaban kekeringan
6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen,
asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam pasien tidak
mengalami gangguan pola nafas.
Kriteria hasil : Pola nafas adekuat
Intervensi :
1. Awasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan
R/ pernafasan dangkal/cepat kemungkinan terdapat hipoksia atau akumulasi
cairan dalam abdomen
2. Auskultasi bunyi nafas tambahan
R/ kemungkinan menunjukkan adanya akumulasi cairan
3. Berikan posisi semi fowler
R/ memudahkan pernafasan denagn menurunkan tekanan pada diafragma dan
meminimalkan ukuran sekret
4. Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
R/ membantu ekspansi paru dalam memobilisasi lemak
5. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
R/ mungkin perlu untuk mencegah hipoksia
7. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent
virus
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam tidak terjadi infeksi
pada pasien.
Kriteria hasil : Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
1. Gunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat untuk
menangani semua cairan tubuh
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan semua klien atau spesimen
Gunakan sarung tangan untuk kontak dengan darah dan cairan tubuh
16
Tempatkan spuit yang telah digunakan dengan segera pada wadah yang
tepat, jangan menutup kembali atau memanipulasi jarum dengan cara
apapun
R/ pencegahan tersebut dapat memutuskan metode transmisi virus hepatitis
2. Gunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan tubuh dengan
tepat untuk membersihkan peralatan-peralatan dan permukaan yang
terkontaminasi
R/ teknik ini membantu melindungi orang lain dari kontak dengan materi
infeksius dan mencegah transmisi penyakit
3. Jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien, keluarga dan
pengunjung lain dan petugas pelayanan kesehatan.
R/ mencuci tangan menghilangkan organisme yang merusak rantai transmisi
infeksi
4. Rujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen kesehatan yang
tepat
R/ rujukan tersebut perlu untuk mengidentifikasikan sumber pemajanan dan
kemungkinan orang lain terinfeksi
2.4 Evaluasi
1. Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium
normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
2. Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis
kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya).
3. Tidak terjadi peningkatan suhu.
4. Tidak terjadi keletihan.
5. Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
6. Pola nafas adekuat.
7. Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
17
BAB III
KASUS
RSUD KEBUMEN
3.1 Pengkajian
Tanggal pengkajian : 29 Oktober 2012
A. Biodata
1. Identitas Pasien
18
Nama : Ny. M
Alamat : Puring – Kebumen
Umur : 28 tahun
Hubungan dengan pasien : Istri
3. Keluhan Utama
Pasien mengeluh / mengatakan merasa mual
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang ke poli penyakit dalam RSUD Kebumen dengan keluhan mual
.Hasil pemeriksaan fisik sclera ikterik, kulit ikterik, terdapat nyeri tekan pada
abdomen kanan atas. Hasil pemeriksaan laboratorium HbsAg (+).Tanda – tanda
vital , TD : 100/70 mmHg, Nadi : 90x/ menit, Suhu : 37,00 C.
Sebelumnya pasien belum pernah menderita mual dan nyeri seperti ini. Hanya
demam ,batuk dan flu saja. Rasa nyeri pada epigastrium (maag) sudah diderita
pasien sejak lama & sering minum obat antasida ( promaag ).
3.2 Genogram
Keterangan :
19
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
20
Saat dikaji : Pasien tidak dapat bergerak bebas karena nyeri pada perut
kanan sebelah atas. Aktivitas sehari – hari seperti mandi,
makan, BAB, BAK dibantu perawat dan keluarga.
6. Personal higine
Sebelum sakit : Pasien mnegatakn 2x/hari dengan mengguanakan sabun dan
selau gosok gigi keramas 2x seminggu
Saat dikaji : Pasien hanya diseka oleh keluarganya pagi dan sore hari
7. Berpakaian
Sebelum sakit : Pasien menmilih dan memakai secara mandiri
Saat dikaji : Pasien mengatakan dalam memakai dan memilih baju dibantu
ole keluarga atau istrinya
8. Mempertahankan suhu tubuh
Sebelum sakit : Pasien mnegatakan jika dingin memakai jaket dan slimut jika
panas pasien hanya memakai baju yang tipis dan menyerap
kringat
Saat dikaji : Pasien tidak memakai baju dan hanya memakai sarung dan
slimut , suhu 37,0oC
9. Bahaya lingkungan dan kecelakaan
Sebelum sakit : Pasien dapat melindungi dirinya dari bahaya lingkungan dan
kecelakaan
Saat dikaji : Pasien dibantu oleh keluarganya (istrinya)
10. Komunikasi
sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat berkomunikasi dengan orang lain
dengan lancer baik bis amenggunakan bahaasa jawa dan
Indonesia
11. Bekerja
Sebelum sakit : Pasien bekerja sebagai petani
Saat dikaji : Pasien tidak bisa melakukan kegiatan bertanunya seperti biasa
karena keadaannya sedang sakit
12. Ibadah
Sebelun sakit : Pasien mnengatatkan beragama islam dan biasa
menjalankan sholat 5 waktu
Saat dikaji : Pasien tidak dapat menjalankan ibadah sholat 5 waktu dan
hanya tiduran
21
13. Rekreasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan untuk mengisi waktu luangnya passion
slalu berkumpul dengan kluarga terdekat atau keluarga
Saat dikaji : Pasien hanya tiduran ditempat tidur dan berbincang-bincang
dengan kluarga dan pasien sebelahnya
14. Belajar
Sebelum sakit : Pasien mnratakn tidak mengetahui tantang penyakit sekarang
Saat dikaji : Pasien mendapatkan informasi tentang penyakit dari
dokter dan perawat
3.4 Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Kesadaran : Compos mentis
TB/ BB : 170 Cm / 59 Kg
b. Vital Sign
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 90x/mnt
Pernafasan : 20 x/ mnt
Suhu : 37.0 0C
22
Dada
1. Paru –paru : Inspeksi : Bentuk dada simetris , tidak menggunakan otot
bantu nafas.
Auskultasi : Bunyi paru vesikuler
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Bunyi pekak
2. Jantung : Auskultasi : Bunyi irama jantung regular
Abdomen : Inspeksi : Bentuk perut normal,tidak ada lesi bekas operasi
Auskultasi : Bising usus 20 x per menit
HbSag : Positif
Program Pengobatan:
23
3. Sisterol 3 x 1
4. Corliv 3 x 1
abdomen bagian
- Ekspresi wajah
menahan sakit
- Skala nyeri : 4
29 DS : Klien mengatakan apabila Ketidak Mual dan muntah
Oktobe makan merasakan mual dan seimbangan
r 2012 muntah nutrisi : kurang
dari kebutuhan
DO : - Klien kelihatan lemas, dan tubuh
pucat.
24
29 DS : Klien mengatakan badan Defisit perawatan Kelemahan fisik
Oktobe terasa berat untuk diri
r 2012 beraktifitas.
25
31 2 Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi pemasukan diet
2. Berikan makanan sedikit
Oktober keperawatan selama 3 x 24 jam
dan tawarkan makanan
2012 diharapkan kebutuhan nutrisi pagi paling banyak
3. Berikan perawatan mulut
pasien terpenuhi dengan criteria
tiap hari.
hasil : 4. Anjurkan makan dengan
porsi yang tegak.
- Mual muntah hilang
- Nafsu makan klien bertambah 5. Dorong masukan sari
jeruk dan masukan
karbohidrat.
6. Konsul dengan ahli gizi.
3.9 Implementasi
27
Oktober - TD : 110/70 mmHg, RR : 20 /
2012 Menit , Nadi : 72 X/Menit, Suhu
08.00 - Berikan makanan : 36,6o C
sedikit dan tawarkan
WIB 2
makanan pagi paling
banyak - Pasien mau makan
- Berikan perawatan
mulut tiap hari.
- Anjurkan makan
- Mulut pasien bersih kembali
dengan porsi yang
tegak.
- Pasien mau makan dengan posisi
- Dorong masukan sari
jeruk dan masukan tegak
karbohidrat.
Mual pasien dapat berkurang
- Berikan makan sedikit
tapi sering
13.00 - Konsul dengan ahli gizi
WIB
- Pasien mau makan tapi masih habis
- Monitor suhu badan setengah porsi
. Ajarkan klien
pentingnya
Kamis, 1 3
mempertahankan
November cairan yang adekuat
(sedikitnya 2000
2012 Suhu badan pasien 36,40 C
l/hari) untuk mencegah
08.00 dehidrasi, misalnya
sari buah 2,5-3
WIB - Pasien minum 5-6 gelas /hari
liter/hari.
3. Berikan kompres
hangat pada lipatan
ketiak dan femur
28
dengan bahan yang menyerap
keringat
Jum’at 2 4
November Pasien selalu tergantung pada
- Bantu ADL pasien
2012 pemenuhan kebutuhan BAB,BAK
08.00 dan personal hygine
- Libatkan keluarga
dalam
- Pemenuhan kebutuhan pasien
perawatan diri pasien
14.00 wib terpenuhi
- .Libatkan pasien dalam
perawatan dirinya
- Keluarga dapat kooperatif
3.10 Evaluasi
29
distraksi relaksasi .
https://www.scribd.com/doc/135940687/Askep-Hepatitis
https://www.scribd.com/doc/246443695/Makalah-Askep-Hepatitis
31