Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.4 Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang

disebabkan oleh virus dengue, yang masuk keperedaran darah manusia melalui

gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh

kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku

masyarakat (Kemenkes RI, 2014).

Demam Berdarah Dengue banyak ditemukkan di daerah tropis dan

subtropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama

dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak

tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat

negara indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara

(Kemenkes RI, 2010).

Menurut WHO, di dunia diperkirakan beresiko terhadap penyakit DBD

mencapai 2,5-3 miliar terutama yang tertinggal di daerah perkotaan di negara

tropis dan subtropis. Saat ini juga diperkirakan ada 50 juta infeksi dengue yang

terjadi di seluruh dunia setiap tahun. Diperkirakan untuk Asia Tenggara terdapat

100 juta kasus demam berdarah (DBD) dan 500.000 kasus DHF yang memerlukan

perawatan di rumah sakit, dan 90% adalah anak-anak yang berusia kurang dari 15

tahun dan jumlah kematian oleh penyakit DHF mencapai 5% dengan perkiraan

25.000 kematian setiap tahunnya (WHO, 2004).

1
2

Pada tahun 2013, jumlah penderita DBD di Indonesia yang dilaporkan

sebanyak 112.511 kasus dengan jumlah kematian 871 orang (Incidence

Rate/Angka Kesakitan = 45,85/100.000 penduduk dan CFR/Angka Kematian

=0,77%). Terjadi peningkatan jumlah kasus pada tahun 2013 dibandingkan tahun

2012 yaitu sebesar 90.245 kasus (Kemenkes RI, 2014).

Pada tahun 2014, sampai pertengahan bulan Desember tercatat penderita

DBD di 34 provinsi sebanyak 71.668 orang, 641 diantaranya meninggal dunia.

Angka tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya (2013)

dengan jumlah penderita sebanyak 112.5111 orang dan jumlah kasus meninggal

sebanyak 871 meskipun secara umum terjadi penurunan kasus tahun ini

dibandingkan tahun sebelumnya namun pada beberapa provinsi mengalami

peningkatan jumlah kasus DBD, diantaranya Sumatera Utara, Riau, Kepri, DKI

Jakarta, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Bali dan Kalimantan Utara (Kemenkes

RI, 2014).

Serangan DBD dapat berakibat luas yang dapat menimbulkan kerugian

material dan moral yang paling fatal dapat mengakibatkan kehilangan nyawa atau

kematian. DBD sering terjadi di negara-negara tropis dan sub tropis terrmasuk di

indonesia. DBD di Indonesia merupakan salah satu emerging disease dengan

insiden yang meningkat dari tahun ke tahun. DBD pertama kali dilaporkan di

Surabaya dan Jakarta tahun 1968 dengan Case Fatality Rate (CFR) 41,3 % dan

pada tahun 1997 DBD telah menyerang semua provinsi di indonesia (Dinkes

Provsu, 2014).
3

Melalui Kepmenkes No. 581/Tahun 1992, telah ditetapkan Program

Nasional Penanggulangan DBD yang terdiri dari 8 pokok program yaitu : 1)

Surveilans Epidemiologi dan Penanggulangan KLB, 2) Pemberantasan Vektor, 3)

Penatalaksanaan Kasus, 4) Penyuluhan, 5) Kemitraan dalam Wadah Kelompok

Kerja Porasional (POKJANAL) DBD, 6) Peran Serta Masyarakat : Juru Pemantau

Jentik (Jumantik), 7) Pelatihan, dan 8) Penelitian (Depkes RI, 2010).

Sumatera Utara merupakan daerah endemis DBD dimana kasus DBD

terjadi setiap tahun dan wilayah penyebaran DBD semakin meluas. Program P2

DBD sejak lama telah dilaksanakan untuk menunjang upaya pengendalian DBD

di Sumatera Utara namun berdasarkan laporan kasus DBD selama 6 (enam) tahun

terakhir dari 2008-2013 menunjukkan bahwa beberapa kabupaten yang pada

awalnya tidak ada laporan kasus DBD (daerah bebas DBD) menjadi daerah

sporadis, dan daerah sporadis menjadi daerah endemis (Dinkes Provsu, 2014).

Upaya pemberantasan demam berdarah dapat dibagi dalam tiga kegiatan

yaitu: 1) Peningkatan kegiatan surveilans penyakit dan surveilans vektor, 2)

Diagnosis dini dan pengobatan dini, 3) Peningkatan upaya pemberantasan vektor

penular penyakit DBD. Upaya pemberantasan DBD dititikberatkan pada

penggerakan potensi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam pemberantasan

sarang nyamuk (PSN) melalui 3M plus (menguras, menutup, dan mengubur) plus

menabur larvasida, penggerakan jumantik serta pengenalan gejala DBD dan

penanganannya dirumah tangga. Angka Bebas Jentik (ABJ) digunakan sebagai

tolak ukur upaya pemberantasan vektor melalui PSN-3M menunjukkan tingkat

partisispasi masyarakat dalam mencegah DBD. Oleh karena itu pendekatan


4

pemberantasan yang berwawasan kepedulian masyrakat merupakan salah satu

alternatif pendekatan baru. Upaya yang telah di lakukan oleh Dinas Kesehatan

Kota Medan adalah antara lain : 1) Pertemuan Jumantik PSN DBD, 2) Fogging

fokus bagi kasus yang terjadi di Kelurahan/Kecamatan di Kota Medan, 3)

Fumigasi, 4) Pendistribusian bubuk abate keseluruh masyarakat melalui

Puskesmas-Puskesmas kota medan, 5) Pemberitahuan tentang kewaspadaan dini

setiap peningkatan kasus penyakit (KLB) kepada Puskesmas-Puskesmas Kota

Medan (Dinkes Kota Medan, 2013).

Berdasarkan data dari bidang P2P Dinkes Kota Medan tahun 2014 jumlah

kasus DBD sebesar 1270 kasus. Dimana Insiden Rate kasus DBD sebesar IR=

59,8 per 100.000 penduduk, sementara Case Fatality Rate (CFR) sebesar 23%

Kemudian pada tahun 2015 terdapat 1.669 kasus DBD dengan Insiden Rate

IR=77,5 per 100.000 penduduk, sementara (CFR) 0,9 % (Profil Kesehatan Kota

Medan, 2014-2015).

Tabel 1.1 Jumlah Kasus DBD di Kota Medan Tahun 2012-2015

Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

Kasus Mati Kasus Mati Kasus Mati Kasus Mati

2384 22 1201 7 1270 9 1699 15

Sumber :Dinas kesehatan Kota Medan Tahun 2012-2015

Dari data nampak bahwa setiap tahun selalu terjadi kasus DBD yang

cenderung tinggi. Dimana jumlah penderita DBD pada tahun 2012 terdapat 2384

kasus dengan angka kematian sebanyak 22, tahun 2013 jumlah kasus sebanyak

1201 kasus dan angka kematian 7, kemudian tahun 2014 jumlah kasus sebanyak
5

1270 dengan angka kematian 9, dan pada tahun 2015 terdapat sebanyak 1699

kasus dengan jumlah kematian sebanyak 15 (Dinkes Kota Medan Tahun 2012-

2015).

Berdasarkan laporan direktorat jenderal pengendalian penyakit dan

penyehatan lingkungan, ada beberapa faktor yang menyebabkan permasalahan

DBD yang selalu meningkat yaitu: 1) kurangnya peran serta masyarakat dalam

pengendalian DBD, terutama pada kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk

(PSN) meskipun pada umumnya pengetahuan tentang DBD dan cara-cara

pencegahannya cukup tinggi. 2) kurangnya jumlah dan kualitas SDM pengelola

program DBD disetiap jenjang administrsi, 3) kurangnya kerjasama serta

komitmen lintas program dan lintas sektor dalam pengendalian DBD (Kemenkes

RI, 2011).

Tabel 1.2 Jumlah Pasien yang Terkena DBD di Puskesmas PB Selayang II


Tahun 2014 – 2015

Tahun 2014

Bulan
Kelurahan L P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total
PB Selayang I 0 3 0 0 1 0 0 6 11 1 5 2 29
PB Selayang
2 1 0 0 1 1 2 0 3 3 7 5 24
II
Beringin 0 0 1 0 0 0 0 0 5 1 1 2 10
Sempakata 4 0 1 0 0 0 0 0 6 3 1 2 17
Tanjung Sari 3 6 0 0 0 1 2 2 1 1 7 7 30
Asam
0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 0 6 8
Kumbang
Total 9 10 2 0 2 1 4 8 26 10 21 24 118
Sumber: laporan Tahunan Puskesmas PB Selayang II Tahun 2014
6

Tahun 2015

Bulan
Kelurahan L P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total
PB Selayang I 0 3 0 0 1 0 0 6 11 1 5 2 29
PB Selayang
2 1 0 0 1 1 2 0 3 3 7 5 25
II
Beringin 0 0 1 0 0 0 0 0 5 1 2 2 11
Sempakata 4 0 1 0 0 0 0 0 6 3 1 2 17
Tanjung Sari 3 6 0 0 0 1 2 2 1 1 7 7 30
Asam
0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 0 6 9
Kumbang
Total 9 10 2 0 2 1 4 8 26 11 21 24 121
Sumber: laporan Tahunan Puskesmas PB Selayang II Tahun 2015

Berdasarkan data yang di peroleh dari Puskesmas PB Selayang II yang

terdiri dari 5 (lima) kelurahan, dapat dilihat pada tahun 20114 -2015 jumlah

pasien yang terkena penyakit DBD masih tinggi hal ini diakibatkan oleh kurang

berjalannya pelaksanaan manajemen program P2M dalam pencegahan penyakit

Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas PB Selayang Pada Tahun 2014-

2015.

Penelitian Sriwulandari (2009) tentang Evaluasi pelaksanaan program

pencegahan dan penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue Dinas

Magetan menyatakan Keberhasilan Program Pencegahan dan Penanggulangan

Penyakit DBD di pengaruhi oleh kurangnya dana, kurangnya kesadaran

masyarakat, masih kurangnya gerakan PSN, susahnya koordinasi dengan beberapa

pihak dan rendahnya pendidikan masyarakat.

Berdasarkan wawancara dengan petugas Puskesmas diketahui dalam

melakukan pemberantasan DBD di Puskesmas PB Selayang II sudah dilakukan

tetapi masih ada kendala. Dana dalam dalam pencegahan DBD diperoleh dari

dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dan APBD. Upaya pencegahan yang
7

dilakukan yaitu memberikan penyuluhan, melakukan PSN, Pemeriksaan Jentik

Berkala, pemberian serbuk abate dan adanya jumantik. Program PSN kurang

berjalan dengan baik karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam melakukan

3M Plus.

Penanggung jawab program DBD menyatakan selain masalah kesadaran

warga kurangnya kerjasama antar program di Puskesmas menjadi kendala yang

dihadapi, dapat dilihat dari tidak aktifnya petugas survailans dalam pelaporan data

DBD. Pemeriksaan Jentik Berkala tidak memiliki jadwal tertentu karena jumantik

sudah dilanggap cukup untuk melakukan pemeriksaan.

Penyuluhan yang diberikan dalam mencegah terjadinya DBD hanya

dilakukan sebulan 2 kali penyuluhan dilakukan melalui penyuluhan home visit

yang tidak merata. Terkadang penyuluhan juga dilakukan di dalam kegiatan

posyandu.

Pemberian abate yang dilakukan apabila ada di Puskesmas dan

pembagiannya belum merata keseluruh masyarakat. Tingginya DBD di wilayah

kerja Puskesmas PB Selayang II juga didukung oleh tingkat kesadaran masyarakat

yang kurang dalam melakukan 3M Plus serta kurangnya pengawasan dari

Puskemas terhadap kader-kader jumantik yang menyebabkan sering terjadinya

manipulasi data dari kader.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pencegahan penyakit DBD

merupakan tanggung jawab Dinas Kesehatan dan Puskesmas saja padahal dalam

hal pencegahan sangat di butuhkan kerjasama lintas sektor dan peran serta

masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan petugas di Puskesmas


8

dapat diketahui bahwa Puskesmas sudah menjalin kerjasama dengan lintas

sektoral yaitu Dinas Kesehatan Kota Medan dan Pemerintah setempat yaitu

melalui pengasapan/fogging, pendistribusian bubuk abate keseluruh masyarakat

dan adanya jumantik, Upaya Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui 3 M

Plus (mengurus, menutup, dan mengubur) plus menabur larvasida.

Penelitian yang dilaksanakan oleh Rahayu (2005) tentang Demam

Berdarah Dengue (DBD) Pencegahan dan Pengobatannya menyatakan

pencegahan DBD tergantung pada pengendalaian vektor nyamuk Aedes aegypti

yang harus melibatkan secara aktif semua kalangan baik pemrintah maupun

semua masyarakat dengan metode yang pertama : lingkungan (PSN, pengelolaan

sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk, perbaikan desain

rumah), seperti menguras bak penampungan air, vas bunga, dan tempat minuman

air burung dan lain-lain minimal seminggu sekali, menutup dengan rapat tempat

penampungan air dan mengubur barang bekas) dikenal dengan 3 M. Selanjutnya

dapat dengan metode biologis dengan memanfaatkan bakteri larvasida seperti

Bacillus thuringiensis. Dan menanam ikan pemakan jentik/larva nyamuk. Metode

kimiawi dilakukan dengan cara pengasapan/fogging apabila sudah terjadi

endemi/terdapat warga yang terkena DBD atau melakukan abatasi dengan

memberi bubuk abate pada tempat penampungan air yang berfungsi sebagai

sarang nyamuk.

1.5 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang yang di paparkan di atas, maka

yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Pelaksananaan


9

Manajemen Program P2M dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue

(DBD) di Puskesmas PB Selayang II Medan Tahun 2015”.

1.6 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian adalah untuk menjelaskan tentang Pelaksanaan

Manajemen Program P2M dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue

(DBD) di Puskesmas PB Selayang II Medan Tahun 2015.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Medan mengenai

pelaksanaan manajemen program P2M dalam pencegahan penyakit

Demam Berdarah Dengue (DBD) di puskesmas PB Selayang II, sehingga

dapat meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan

manajemen progran P2M dalam pencegahan Penyakit DBD.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran bagi

Puskesmas PB Selayang II mengenai pelaksanaan manajemen program

P2M dalam pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

sehingga dapat mencegah terjadinya KLB di wilayah Puskesmas PB

Selayang II.

3. Sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi penelitian yang

berhubungan dengan pelaksanaan manajemen program P2M dalam

pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

4. Sebagai bahan tambahan informasi yang akan memperkaya kajian ilmu

Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai