PENDAHULUAN
disebabkan oleh virus dengue, yang masuk keperedaran darah manusia melalui
gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.
Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh
kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku
subtropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama
dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak
tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat
negara indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara
tropis dan subtropis. Saat ini juga diperkirakan ada 50 juta infeksi dengue yang
terjadi di seluruh dunia setiap tahun. Diperkirakan untuk Asia Tenggara terdapat
100 juta kasus demam berdarah (DBD) dan 500.000 kasus DHF yang memerlukan
perawatan di rumah sakit, dan 90% adalah anak-anak yang berusia kurang dari 15
tahun dan jumlah kematian oleh penyakit DHF mencapai 5% dengan perkiraan
1
2
=0,77%). Terjadi peningkatan jumlah kasus pada tahun 2013 dibandingkan tahun
dengan jumlah penderita sebanyak 112.5111 orang dan jumlah kasus meninggal
sebanyak 871 meskipun secara umum terjadi penurunan kasus tahun ini
peningkatan jumlah kasus DBD, diantaranya Sumatera Utara, Riau, Kepri, DKI
Jakarta, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Bali dan Kalimantan Utara (Kemenkes
RI, 2014).
material dan moral yang paling fatal dapat mengakibatkan kehilangan nyawa atau
kematian. DBD sering terjadi di negara-negara tropis dan sub tropis terrmasuk di
insiden yang meningkat dari tahun ke tahun. DBD pertama kali dilaporkan di
Surabaya dan Jakarta tahun 1968 dengan Case Fatality Rate (CFR) 41,3 % dan
pada tahun 1997 DBD telah menyerang semua provinsi di indonesia (Dinkes
Provsu, 2014).
3
terjadi setiap tahun dan wilayah penyebaran DBD semakin meluas. Program P2
DBD sejak lama telah dilaksanakan untuk menunjang upaya pengendalian DBD
di Sumatera Utara namun berdasarkan laporan kasus DBD selama 6 (enam) tahun
awalnya tidak ada laporan kasus DBD (daerah bebas DBD) menjadi daerah
sporadis, dan daerah sporadis menjadi daerah endemis (Dinkes Provsu, 2014).
sarang nyamuk (PSN) melalui 3M plus (menguras, menutup, dan mengubur) plus
alternatif pendekatan baru. Upaya yang telah di lakukan oleh Dinas Kesehatan
Kota Medan adalah antara lain : 1) Pertemuan Jumantik PSN DBD, 2) Fogging
Berdasarkan data dari bidang P2P Dinkes Kota Medan tahun 2014 jumlah
kasus DBD sebesar 1270 kasus. Dimana Insiden Rate kasus DBD sebesar IR=
59,8 per 100.000 penduduk, sementara Case Fatality Rate (CFR) sebesar 23%
Kemudian pada tahun 2015 terdapat 1.669 kasus DBD dengan Insiden Rate
IR=77,5 per 100.000 penduduk, sementara (CFR) 0,9 % (Profil Kesehatan Kota
Medan, 2014-2015).
Dari data nampak bahwa setiap tahun selalu terjadi kasus DBD yang
cenderung tinggi. Dimana jumlah penderita DBD pada tahun 2012 terdapat 2384
kasus dengan angka kematian sebanyak 22, tahun 2013 jumlah kasus sebanyak
1201 kasus dan angka kematian 7, kemudian tahun 2014 jumlah kasus sebanyak
5
1270 dengan angka kematian 9, dan pada tahun 2015 terdapat sebanyak 1699
kasus dengan jumlah kematian sebanyak 15 (Dinkes Kota Medan Tahun 2012-
2015).
DBD yang selalu meningkat yaitu: 1) kurangnya peran serta masyarakat dalam
komitmen lintas program dan lintas sektor dalam pengendalian DBD (Kemenkes
RI, 2011).
Tahun 2014
Bulan
Kelurahan L P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total
PB Selayang I 0 3 0 0 1 0 0 6 11 1 5 2 29
PB Selayang
2 1 0 0 1 1 2 0 3 3 7 5 24
II
Beringin 0 0 1 0 0 0 0 0 5 1 1 2 10
Sempakata 4 0 1 0 0 0 0 0 6 3 1 2 17
Tanjung Sari 3 6 0 0 0 1 2 2 1 1 7 7 30
Asam
0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 0 6 8
Kumbang
Total 9 10 2 0 2 1 4 8 26 10 21 24 118
Sumber: laporan Tahunan Puskesmas PB Selayang II Tahun 2014
6
Tahun 2015
Bulan
Kelurahan L P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total
PB Selayang I 0 3 0 0 1 0 0 6 11 1 5 2 29
PB Selayang
2 1 0 0 1 1 2 0 3 3 7 5 25
II
Beringin 0 0 1 0 0 0 0 0 5 1 2 2 11
Sempakata 4 0 1 0 0 0 0 0 6 3 1 2 17
Tanjung Sari 3 6 0 0 0 1 2 2 1 1 7 7 30
Asam
0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 0 6 9
Kumbang
Total 9 10 2 0 2 1 4 8 26 11 21 24 121
Sumber: laporan Tahunan Puskesmas PB Selayang II Tahun 2015
terdiri dari 5 (lima) kelurahan, dapat dilihat pada tahun 20114 -2015 jumlah
pasien yang terkena penyakit DBD masih tinggi hal ini diakibatkan oleh kurang
2015.
tetapi masih ada kendala. Dana dalam dalam pencegahan DBD diperoleh dari
dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dan APBD. Upaya pencegahan yang
7
Berkala, pemberian serbuk abate dan adanya jumantik. Program PSN kurang
3M Plus.
dihadapi, dapat dilihat dari tidak aktifnya petugas survailans dalam pelaporan data
DBD. Pemeriksaan Jentik Berkala tidak memiliki jadwal tertentu karena jumantik
posyandu.
merupakan tanggung jawab Dinas Kesehatan dan Puskesmas saja padahal dalam
hal pencegahan sangat di butuhkan kerjasama lintas sektor dan peran serta
sektoral yaitu Dinas Kesehatan Kota Medan dan Pemerintah setempat yaitu
yang harus melibatkan secara aktif semua kalangan baik pemrintah maupun
rumah), seperti menguras bak penampungan air, vas bunga, dan tempat minuman
air burung dan lain-lain minimal seminggu sekali, menutup dengan rapat tempat
memberi bubuk abate pada tempat penampungan air yang berfungsi sebagai
sarang nyamuk.
Selayang II.