Anda di halaman 1dari 140

Penyakit Menular

oleh Bakteri
Anis Kurniawati (1906349980)
Fenia Utami (1906397033)
Nabiilah Risa Widaad (1906397544)
Nadia Nur Ghania (1906397512)
Nafa Shahira A. S. (1906292490)
Abdur Rokhman Wachid (1906397304)
Anggi Tria Abimayu (1906350105)
OUTLINE

01 02
Legionellosis Pneumonia

03 04
Gonorrhea Disentri
OUTLINE

05 06
TBC Chlamydia

07
Kusta
01 Legionellosis
Legionellosis adalah istilah umum untuk penyakit
Etiologi Penyakit Legionnaires dan Pontiac Fever. Penyakit Legionellosis
disebabkan oleh infeksi dari bakteri Legionella
pneumophila. Bakteri ini menginfeksi manusia dalam
saluran pernafasan (makrofag alveolar) melalui sistem
pendingin (AC) atau Tower pendingin yang mengandung
bakteri L. pneumophila.
Patogenesis dari bakteri legionella bergantung
pada kemampuan mereka dalam bereplikasi di dalam
intraseluler. Proses infeksi bakteri legionella meliputi :
pelekatan pada sel inang, survival, replikasi intraseluler,
invasi dari sel ke sel. Selain itu, proses masuknya
bakteri ini juga bisa melalui proses : coiling fagosit,
fagositosis, menyatu dalam fagosom tanpa bergabung
dengan lisosom. Faktor virulensi dari bakteri legionella
adalah gen virulen, seperti icmX/proA genes,
dotO/icmB, dan icmG.
Epidemiologi Penyakit
Penyakit legionares telah dilaporkan
bertanggung jawab atas 0,5 % - 15 %
dari pneumonia yang didapat dari
komunitas.
Sekitar 5500 kasus legioneres dilaporkan
di Eropa setiap tahun dan ¾ ditemukan
pada pria, serta 80 % terjadi pada
mereka yang berusia berumur > 45 tahun.
Faktor risiko utama penyakit
Legioneres adalah Bepergian (karena
pernah dilaporkan di Inggris sekitar 40
% kasus berasal dari luar negeri dan 6 %
berasal dari perjalanan di Inggris)
Gejala Penyakit
Legionaire
● Kehilangan kekuatan/badan lemas
(asthenia)
● Demam tinggi
● Sakit kepala
● Batuk kering (non-produktif)
● Ludah berlumuran darah
● Menggigil
● Kesulitan bernafas dan nyeri dada
● Mengalami diare (25-50% kasus)
● Muntah dan mual (10-30% kasus)
● Mengalami kebingungan dan delirium
(50% kasus)
● Gagal ginjal
● Hiponathremia
● Kenaikan kadar dehidrogenase laktat
● Nyeri otot
Demam Pontiac
(Pontiac Fever)

● Mengalami influenza
sedang sampai berat
● Kehilangan
kekuatan/kelelahan
(asthenia)
● Demam tinggi dan
menggigil
● Nyeri otot (mialgia)
● Sakit kepala
● Nyeri sendi (astralgia)
● Diare
● Mual dan muntah
● Sulit bernafas dan
batuk kering
Riwayat Penyakit Alamiah
Legionellosis
Bakteri legionella berada di lumpur air
yang tenang dan air panas.dan dapat juga
tinggal bebas di dalam tubuh amoeba.
Infeksi pada manusia secara khusus melalui
sistem pernafasan dari aerosol yang
merupakan hasil dari AC atau tower
pendingin. Hasil infeksi tergantung dengan
besarnya dosis infektif.
Riwayat Penyakit Alamiah
Legionellosis
Data Cases (EU)
Negara-negara eropa yang
terkonfirmasi kasus Legionnaires
disease : pada tahun 2018 adalah :
Austria, Belgia, Bulgaria, Kroasia,
Siprus, Republik ceko, Denmark, Estonia,
Finlandia, Perancis, German, Yunani,
Islandia, Italia, Latvia, Lituania, Malta,
Belanda, Norwegia, Polandia, portugal,
Romania, Slovakia, Slovenia, Spanyol,
Swedia, Inggris.
Data Cases (EU)
Data Cases (EU)
Data Cases (EU)
Data Cases (EU)
Data Cases (EU)
Di indonesia, legionellosis tidak termasuk penyakit yang dipantau kejadiannya.
Namun demikian, mengingat dampaknya terhadap sektor pariwisata, legionellosis perlu
diwaspadai.
Beberapa penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa legionellosis pernah
terjadi di Indonesia.
Pada saat itu, Kementerian Kesehatan Australia mengeluarkan travel alert agar
warganya yang baru pulang dari Bali mewaspadai gejala - gejala legionellosis. Peringatan
ini dikeluarkan karena dilaporkan terjadi 11 kasus Legionnaire's disease di Australia
selama bulan Agustus 2010–Januari 2011 yang berkaitan 2 dengan perjalanan ke Kuta,
Bali . Berdasarkan laporan kasus tersebut, telah dilakukan investigasi oleh Kementrian
Kesehatan RI bekerjasama dengan Kementrian Kesehatan Australia untuk mengendalikan
penularan.
namun demikian kasus Legionnaire’s disease masih dilaporkan oleh negara bagian
Australia Barat pada bulan Mei 2011, yang berarti bahwa upaya pengendalian penularan
di Bali masih belum berhasil menghilangkan sumber 3 penularan.
Di Indonesia kasus ini terjadi pada sejumlah tempat antara lain di Bali (1996), di
Karawaci Tangerang (1999) dan di sejumlah kota lainnya
Faktor Determinan
Legionellosis

Weakened Immunodeficiency
status
Smoking (cancer, diabetes, kidney failure)

Alcohol Age
Pencegahan

● Selalu melakukan pemeliharan


dan pemantauan sistem air
● Selalu melakukan pemeliharaan
dan sterilisasi sistem pendingin
basah
● Rutin melakukan disinfeksi dan
pembersihan rutin, serta selalu
mengganti air kolam dalam
ruangan secara rutin
● Selalu gunakan air steril pada
alat terapi pernafasan
Diagnosis Laboratorium

Blood Specimen
Urine Antigen Testing Culture
Test The serum Bakteri legionella
(dari sputum, specimen
biopsy lung) diisolasi dan
ditumbuhkan pada media
tertentu
Referensi
1. Cherry WB et al. (1982). Legionella jordanis: a new species of Legionella isolated from water and sewage. Journal of
Clinical Microbiology, 15:290–297.
2. Chien M et al. (2004). The genomic sequence of the accidental pathogen Legionella pneumophila. Science,
305:1966–1968.
3. Chow JW, Yu VL (1998). Legionella: a major opportunistic pathogen in transplant recipients. Seminars in
Respiratory Infections, 13(2):132–139.
4. Davison A et al. (2005). Water safety plans: managing drinking-water quality from catchment to consumer.
Geneva, World Health Organization (WHO/SDE/WSH/05.06).
5. Dennis PJ, Green D, Jones BP (1984). A note on the temperature tolerance of Legionella. Journal of Applied
Bacteriology, 56:349–350.
02 Pneumonia
Pneumonia

● Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai


parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup
bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat. (Dahlan, 2014).
● Pneumonia pada anak merupakan masalah yang umum dan
menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia
(Gessman, 2009).
Etiologi
Gram Positif
1. Streptococcus pneumoniae
(pneumococcus)
2. Streptococcus pyogenes
3. Staphylococcus aureus

Gram Negatif
1. Klebsiella pneumoniae
2. Haemophilus influenzae
tipe B
3. Pseudomonas aeruginosa
4. Chlamydia pneumoniae
5. Mycoplasma pneumoniae
Gejala
● Gejala khas dari pneumonia
1. Demam
2. Menggigil
3. Berkeringat
4. Batuk (baik non produktif atau produktif atau menghasilkan sputum
berlendir, purulen, atau bercak darah)
5. Nyeri dada karena pleuritis dan sesak
6. Mual
7. Diare.
● Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak:
1. Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan
napsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare;
kadang-kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner.
2. Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea,
napas cuping hidung, air hunger, merintih, dan sianosis.
Cara Penularan
● Sumber penularan adalah penderita
Pneumonia yang menyebarkan bakteri ke
udara pada saat batuk atau bersin dalam
bentuk droplet.
● Cara penularan melalui:
1. Langsung
Merupakan cara masuknya bakteri
penyebab Pneumonia ke dalam saluran
pernapasan bersama udara yang dihirup.
1. Tidak langsung
Memegang dan menggunakan benda yang
telah terkena sekresi saluran pernapasan
penderita.
Riwayat Alamiah Penyakit
Fase Pre-Patogenesis
● Bakteri penyebab Pneumonia yang berada di udara
adalah bakteri yang hidup pada saluran pernapasan
manusia yang dikeluarkan melalui bersin, batuk,
bernapas ataupun saat berbicara.
● Rumah dengan kondisi sanitasi yang buruk sangat
berpotensi menularkan penyakit Pneumonia.
● Pencemaran di dalam ruangan oleh debu dan berbagai
zat kimia akan memengaruhi keberadaan bakteri di
udara.
➔ Setiap gram debu jalanan mengandung kira-kira
50 juta bakteri, debu yang terdapat di dalam
ruangan mengandung sekitar 5 juta bakteri per
gram (Padmonobo, 2012)
Riwayat Alamiah Penyakit
Fase Patogenesis
● Proses patogenesis Pneumonia berkaitan dengan tiga faktor,
yaitu imunitas pasien, mikroorganisme yang menyerang pasien,
dan lingkungan yang berinteraksi satu sama lain.
➔ Dalam keadaan sehat, terjadi mekanisme pertahanan paru.
➔ Adanya bakteri di paru merupakan akibat
ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh,
mikroorganisme dan lingkungan.
● Permulaan infeksi paru terjadi ketika kolonisasi bakteri pada
saluran napas atas (hidung, orofaring) kemudian masuk ke
saluran napas bawah dan kembali terjadi kolonisasi.
Riwayat Alamiah Penyakit
Fase Patogenesis
Ketika terjadi perlawanan antara host dan bakteri maka
akan nampak empat zona pada daerah parasitik terset yaitu
1. Zona luar (edama)
Alveoli terisi dengan bakteri dan cairan edema.
1. Zona permulaan konsolidasi (red hepatization)
Terdiri dari sel PMN dan beberapa eksudasi sel darah
merah.
1. Zona konsolidasi yang luas (grey hepatization)
Daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif dengan
jumlah sel PMN yang banyak.
1. Zona resolusi E
Daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri
yang mati, leukosit dan alveolar makrofag.
Faktor Determinan
Faktor Anak

Faktor risiko yang


Faktor Lingkungan meningkatkan insiden
Pneumonia

Faktor Perilaku
Faktor risiko yang
Faktor Pemanfaatan Faktor risiko yang meningkatkan
meningkatkan insiden morbiditas
Pelayanan Kesehatan Pneumonia
Pneumonia
Faktor Determinan

Faktor Anak Faktor Lingkungan


1. Pendidikan dan pengetahuan
1. Anak usia 0-24 bulan
ibu serta kondisi sosial ekonomi
2. BBLR
2. Polusi udara dalam rumah,
3. Anak laki-laki
ventilasi udara yang buruk, dan
Faktor Pelayanan
4. Pemberian ASI tidak
eksklusif
hunian rumah yang padat Kesehatan
5. Kurangnya pemberian Rendahnya akses ke
Vitamin A
pelayanan kesehatan
6. Rendahnya pemberian
imunisasi campak, Faktor Perilaku
imunisasi DPT, dan
Perilaku orang tua
imunisasi Hib
merokok
Pencegahan

Pencegahan Pencegahan
Imunisasi Non Imunisasi
1. Imunisasi DPT 1. Pemberian ASI eksklusif
2. Vaksin Hib 2. Pemberian nutrisi yang baik
3. Vaksin 3. Penghindaran pajanan asap rokok,
Pneumokokus asap dapur, polusi udara, dan lain-
Konjugat lain
4. Vaksin 4. Perbaikan lingkungan hidup dan
Pneumokokus menerapkan PHBS
Polisakarida 5. Hindari kontak dengan penderita
Data Epidemiologi di Dunia
2 Juta Balita
Angka kematian akibat Pneumonia setiap
tahun. (WHO 2012, 2013)

16%
Kematian anak akibat Pneumonia.
(WHO, 2016)
Bulletin of the World
Health Organization
Data Epidemiologi di Indonesia
7,6%
Crude Fatality Rate (CFR) Pneumonia di Indonesia tahun 2010.

23% - 27%
Jumlah penderita Pneumonia di Indonesia pada tahun 2013. (Kemenkes
2014)

992.000 Balita
Menurut Profil Kesehatan Indonesia, Pneumonia menyebabkan 15%
kematian balita pada tahun 2015.

500.000 per tahun


Peningkatan kasus Pneumonia tahun 2015-2018 pada balita.
RISKESDAS 2018
Profil Kesehatan Indonesia
2017-2019
Diagnosis

Anamnesis Chest X-Ray Pemeriksaan


Fisik

Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan


Penunjang Laboratorium Bakteriologis

Pemeriksaan
Khusus
Pengobatan dan
Penatalaksanaan
Terapi Antibiotik

Tindakan Suportif
1. Bantuan ventilasi
2. Fisioterapi dan bronkoskopi
3. Pemberian Oksigen 1-2L
4. Bantuan inhalasi
Referensi
● Ambarwati ER, Wulandari D. (2010). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyajarta: Mitra Cendikia Press.
● Azwar, A. (2002). Epidemiologi. Penerbit Binarupa Aksara. Edisi Revisi. Jakarta Barat.
● Chopra M, Mason E, Borrazzo J, Campbell H, Rudan I, Liu L, Black RE, Bhutta ZA. (2013). Ending of preventable
deaths from pneumonia and diarrhoea: an achieveable goal. The Lancet, 381:1499- 506.
● Dahlan Z. (2009). Pneumonia, dalam Sudoyo AW, dkk (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia.
● Depkes, RI. (2004). Pedoman program pemberantasan penyakit infeksi saluran pernapasan Akut (ISPA)
untuk penanggulangan pneumonia pada balita. Jakarta: Depkes RI.
● Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. (2012). Modul Tatalaksana Standar
Pneumonia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
● Gessman, L.M. and Rappaport, D.I. (2009). Approach to community-acquired pneumonia in children. Hospital
physician, pp.1-5.
● Gothankar, J., Doke, P., Dhumale, G., Pore, P., Lalwani, S., Quraishi, S., Murarkar, S., Patil, R., Waghachavare, V.,
Dhobale, R. and Rasote, K., 2018. Reported incidence and risk factors of childhood pneumonia in India: a
community-based cross-sectional study. BMC public health, 18(1), pp.1-11.
● Kemenkes. (2018). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017. Jakarta: Kementerian Kesehatan Indonesia.
● Kemenkes. (2019). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Jakarta: Kementerian Kesehatan Indonesia.
● Kemenkes. (2020). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Jakarta: Kementerian Kesehatan Indonesia.
● Levels and Tends in Child Mortality: Report 2011. (2011). UN Inter-agency Group for Child Mortality
Estimation, 2011.
● Mandell LA, Wunderink RG, Anzueto A, et al. Infectious Diseases Society of America/American Thoracic
Society consensus guidelines on the management of community-acquired pneumonia in adults. Clin Infect
Dis 2007; 44: Suppl. 2, S27–S72. Tersedia di : www.thoracic.org/sections/publications/statements/
pages/mtpi/idsaats-cap.html [Diakses 1 April 2021].
Referensi
● Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
● NHLBI, NIH
● Nguyen, T. K., Tran, T. H., Roberts, C. L., Fox, G. J., Graham, S. M., & Marais, B. J. (2017). Risk factors for child
pneumonia - focus on the Western Pacific Region. Paediatr Respir Rev, 21, 95-101.
doi:10.1016/j.prrv.2016.07.002
● Padila, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 1. Jakarta, Salemba Medika
● PDPI. 2003. Pneumonia komuniti-pedoman diagnosis dan penatalaksaan di Indonesia. Perhimpunan Dokter
Paru Indonesia.
● Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (Indonesian Society Of Respirology) Press Release "Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia (PDPI) Outbreak Pneumonia Di Tiongkok". (n.d.). [online] . Available at:
https://infeksiemerging.kemkes.go.id/download/Press_Release_Outbreak_pneumonia_Pneumonia_Wuhan
-17_Jan_2020.pdf [Accessed 2 Apr. 2021].
● Pneumonia and diarrhoea: Tackling the deadliest diseases for the world’s poorest children. (2012). New York,
UNICEF.
● Rudan, I. (2008). Epidemiology and etiology of childhood pneumonia. Bulletin of the World Health
Organization, 86(5), pp.408–416.
● Sujiyatini, Djanah N, Kurniati A. (2010). Catatan Kuliah Asuhan Ibu Nifas Askeb III. 1 st ed. (Handy, ed).
Yogyakarta: Cyrillus Publisher.
● WHO & UNICEF (2006).The Forgotten killer of children. New York: WHO.
● World Health Organisation. (2012). Pneumonia. Retrieved from http:// www.who.int/mediacentre/
● World Health Organisation. (2013). Pneumonia: Fact Sheet. Geneva. Retrieved from http://
www.who.int/mediacentre/.factsheets/fs331/en/.
● World Health Organisation. (2016). Pneumonia. Retrieved from http://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/pneumonia
03 Gonorrhea
Gonorrhea

Penyakit menular seksual


yang disebabkan oleh
bakteri Neisseria
gonorrhoeae.

● Bakteri Neisseria
gonorrhoeae merupakan
bakteri gram negatif.
Penularan melalui
hubungan seksual dan
masa inkubasi 2 - 10 hari
● Bakteri ini termasuk sejak terjadi kontak
bakteri intraseluler.
seksual.
Epidemiologi Gonorrhea

● Data Depkes RI Tahun 1997 - 1998,


13.000 kasus tahun 1997 dan 20.420
kasus 1998

● Terjadi peningkatan insiden


gonorrhea sebanyak 6% berdasarkan
data UK STI Surveillance (2009)

● Menurut data surveilans CDC tahun


2018, jumlah kasus gonorrhea
sebanyak 583,405 kasus. Naik 63% dari
2014
Epidemiologi Gonorrhea
Riwayat Alamiah
2 4.
N.gonorrhoeae akan Kerusakan sel mukosa
melekat di mukosa menyebabkan terjadi
invasi ke submukosa

1. 3. 5.
Kontak fisik dengan N.gonorrhoeae Pembentukan
permukaan mukosa memproduksi produk mikroabses
dari individu yang selular yang submukosa, eksudasi
terinfeksi menyebabkan material
kerusakan sel mukosa
Faktor Determinan

Msm Kondom PSK


Men sex men Penggunaan Kondom Multiple sex patner
yang tidak konsisten
Manifestasi Klinis Infeksi Bakteri
Gonorrhea
Infeksi lokal dengan Infeksi Tidak
komplikasi Bergejala

Infeksi lokal
Infeksi Sistemik
simtomatis
Diagnosis N.gonorrhea

NAATs Kultur bakteri Gram stained smear


endoserviks, vagina, rektum, orofaring, alat diagnostik untuk
uretra (pria), urine konjungtiva infeksi N. gonorrhoeae
(wanita dan pria) pada pria yang
simtomatis.
Pengobatan

Dual Therapy Single therapy

● Ceftriaxone 250 mg + ● Ceftriaxone 250 mg


azithromycin 1 g ● Cefixime 400 mg
● Cefixime 400 mg + ● Spectinomycin 2 g
azithromycin 1 g
Pencegahan Infeksi N. gonorrhea

skrining Health & sex edu


Resources
● Sari, Putri K., and M. Muslim. "Kejadian Infeksi
Gonore pada Pekerja Seks Komersial di Eks ● Hananta, I. P., van Dam, A. P., Bruisten, S. M.,
Lokalisasi Pembatuan Kecamatan Landasan Schim van der Loeff, M. F., Soebono, H., & de
Ulin Banjarbaru." Jurnal Buski, vol. 4, no. 1, Vries, H. J. (2016). Gonorrhea in Indonesia:
Jun. 2012. High Prevalence of Asymptomatic Urogenital
● Roselinda, Roselinda, and Nelly Puspandari. Gonorrhea but No Circulating Extended
"Treatment Seeking Behaviors Related to Spectrum Cephalosporins-Resistant Neisseria
Gonorrhea Among Female Sex Workers in 7 gonorrhoeae Strains in Jakarta, Yogyakarta,
Cities in Indonesia." Health Science Journal of and Denpasar, Indonesia. Sexually transmitted
Indonesia, vol. 4, no. 2, Dec. 2013, pp. 87-92, diseases, 43(10), 608–616.
doi:10.22435/hsji.v4i2 Des.3438.87-92. https://doi.org/10.1097/OLQ.000000000000051
● Octiara, D. L., & Ungu, B. (2018). Electrochemical 0
Biosensor Sebagai Diagnostik Terbaru Terhadap ● Quillin SJ, Seifert HS. Neisseria gonorrhoeae
Penyakit Gonore. Jurnal Majority, 7(3), 255-260. host adaptation and pathogenesis. Nat Rev
● sari, c., & Sedana, K. (2018). SEXUAL ACTIVITY AND Microbiol. 2018 Apr;16(4):226-240. doi:
VAGINAL DOUCHING WITH THE INCIDENCE OF 10.1038/nrmicro.2017.169. Epub 2018 Feb 12.
GONORRHEA IN THE LOCALIZATION OF BADUNG AND
PMID: 29430011; PMCID: PMC6329377.
BULELENG BALI INDONESIA. MIDWINERSLION : Jurnal
Kesehatan STIKes Buleleng, 3(2), 181-188. Retrieved from
http://ejournal.stikesbuleleng.ac.id/index.php/Midwinersli
on/article/view/9
Resources
● 1. Warner L, Newman DR, Kamb ML, et al.
● sw Menaldi, S., & sigit prakoeswa, C. Skin Problems with condom use among
Infections : Must Known Diseases (pp. 1-20). patients attending sexually transmitted
Universitas Brawijaya Press (UB Press). disease clinics: Prevalence, predictors,
and relation to incident gonorrhea and
● 1. Le Polain De Waroux O, Harris RJ, chlamydia. Am J Epidemiol.
Hughes G, Crook PD. The epidemiology of 2008;167(3):341-349.
gonorrhoea in London: A Bayesian spatial doi:10.1093/aje/kwm300
modelling approach. Epidemiol Infect.
2014;142(1):211-220. ● 1. Mishra N. Gonorrhoea, Syphilis and
doi:10.1017/S0950268813000745 Lymphogranuloma Venereum. Infect
Pregnancy. Published online 2019:83-91.
● 1. Sonnex C. Atlas of Sexually doi:10.1017/9781108650434.015
Transmitted Diseases. Vol 67.; 2018.
doi:10.1136/sti.67.4.356-c ● 1. Unemo M, Seifert HS, Hook EW,
● Pirade, A. (2012). BAHAYA LATEN INFEKSI
GONORE DAN KLAMIDIA DI ASIA SELATAN &
Hawkes S, Ndowa F, Dillon JAR.
ASIA TENGGARA, DI INDONESIA DAN KOTA Gonorrhoea. Nat Rev Dis Prim. 2019;5(1).
MANADO. Intisari Sains Medis, 1(1), 19-23. doi:10.1038/s41572-019-0128-6
04 Disentri
Apa itu Disentri?
Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan
luka dan menyebabkan tukak yang terbatas di colon
yang ditandai dengan gejala paling khas yang disebut
sebagai sindroma disentri

Berdasarkan penyebab

Disentri Basiler Disentri Amuba

Entamoeba histolytica atau biasa


bakteri Shigella sp disebut Giardia lambha
Etiologi Disentri

Disentri basiler atau Shigellosis disebabkan oleh


bakteri genus Shigella. Bakteri ini termasuk dalam
famili Enterobacteriaceae dan merupakan bakteri
gram negatif yang berbentuk batang (basil)
(Heymann, 2008). Selain itu bakteri ini bersifat
anaerob fakultatif, yang berarti dapat hidup tanpa
atau dengan adanya oksigen (Hale and Keusch,
Shigella flexneri Shigella boydii 1996)

● Shigella flexneri
● Shigella boydii
● Shigella sonnei
● Shigella dysentriae

Shigella sonnei Shigella dysentriae


Riwayat Alamiah Disentri Basiler
Tahap Lanjut
Tahap Inkubasi
Jumlah tinja meningkat, tinja
Masa inkubasi sekitar kurang encer tapi mengandung
1 -3 hari lendir dan darah, tenesmus dan
nyeri bagian bawah

Tahap Tahap Dini Tahap


Prepatogenesis Pascapatogenesis
Pada saat host terjadi ● Demam, nyeri abdomen, BAB
kontak dengan berdarah, feses berlendir setelah 3- ● Demam dan diare dapat sembuh
makanan yang 5 hari kemudian dalam 4-7 hari
terkontaminasi dan ● Rata-rata pada orang dewasa 7 ● Kehilangan air dan elektrolit
tangan yang tidak hari menyebabkan dehidrasi,
● Kasus yang lebih parah mencapai asidosis, bahkan kematian
dicuci
3-4 minggu
Patogenesis
Shigella sp. ditularkan melalui jalur Bakteri ini akan menjadi penyakit apabila
fecal-oral dan masuk dalam tubuh jumlahnya 10 hingga 100 bakteri dan cukup
melalui makanan atau air yang tahan terhadap suasana asam pada lambung
terkontaminasi sehingga dapat masuk ke dalam usus.

Menyebabkan kematian sel usus, ulserasi Bakteri berkembang biak dan menyebar
fokal, pengelupasan sel-sel mukosa, lendir dalam lapisan sub mukosa
disertai darah dalam lumen usus, dan
adanya akumulasi sel-sel inflamasi pada
lapisan sub mukosa

Shigella flexneri dan Shigella sonnei


menghasilkan shiga toxin. Diduga racun ini
berperan dalam merusak sel-sel endotel dari
propria lamina sehingga terjadi perubahan
mikroangiopati.
Epidemiologi Disentri Basiler
Dunia
- Di seluruh dunia, Shigella diperkirakan
menyebabkan 80–165 juta kasus penyakit
dan 600.000 kematian setiap tahun; dari
jumlah tersebut, 20–119 juta penyakit dan
6.900–30.000 kematian dikaitkan dengan
penularan bawaan makanan

- Shigella spp. terdeteksi dalam tinja 5% –18%


pasien dengan diare pelancong, dan penelitian di
Australia dan Kanada menemukan bahwa 40% –
50% kasus shigellosis yang didiagnosis secara - Pada 2014-2015, wabah besar S. sonnei terjadi di
lokal terkait dengan perjalanan internasional. Amerika Serikat setelah para pelancong kembali
Dalam penelitian ini risiko infeksi yang dari India, Haiti, Republik Dominika. Infeksi yang
disebabkan oleh Shigella spp. tertinggi untuk disebabkan oleh S. flexneri dan S. dysenteriae
orang yang bepergian ke Afrika, diikuti oleh penghasil racun Shiga telah dilaporkan berulang
Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan Asia. kali di antara para pelancong ke Haiti dan Republik
Dominika
Epidemiologi Disentri Basiler

Indonesia
- Dilaporkan muncul kembali
shigella dysenteriae di akhir
90-an setelah 15 tahun
dilaporkan absen

Secara nasional angka kematian dari diare oleh


penyebab infeksi tertentu pada tahun 2014
Angka kematian balita di negara Indonesia akibat
sebesar 1,14% (Kemenkes, 2014). Tahun 2013
diare ini ada sekitar 2,8 juta setiap tahun (Depkes,
disentri menempati urutan ketiga dengan
2011). Provinsi Jawa Tengah merupakan daerah
jumlah 524 kasus, terjadi peningkatan dari
terbanyak ke-13 dengan tingkat penderita disentri
tahun 2012, sedangkan tahun 2014 menjadi 510
sebesar 9,2 % (Kemenkes, 2011)
kasus (Dinkes, 2013)
Faktor Risiko Disentri Basiler
1. Anak- anak
Banyak sumber penyakit yang berhubungan dengan tempat bermain anak
dan sekolah. Penyakit biasanya menyebar dari anak kecil ke anggota keluarga
mereka
2. Wisatawan
Wisatawan mungkin sakit karena makanan, air minum, air rekreasi, dan
permukaan yang mengandung kuman Shigella. Perpindahan populasi juga
mendukung penyebaran agent infeksius tsb.
3. Gay atau Biseksual
Kuman Shigella berpindah dari tinja (kotoran) atau jari-jari kotor dari satu
orang ke mulut orang lain, yang dapat terjadi selama aktivitas seksual.
4. Kepadatan yang berlebihan
5. Akses kurang memadai ke pelayanan kesehatan
6. Kekurangan pangan
Malnutrisi meningkatkan kerentanan saluran pencernaan dan tingkat
keparahan penyakit
7. Sanitasi dan air bersih yang kurang memadai
8. Makanan yang terkontaminasi, kebersihan yang kurang
Cara Penularan Disentri Basiler
Tertular bakteri Shigella lewat tangan yang terkontaminasi kuman dari tinja saat
menyentuh barang seperti perlengkapan kamar mandi, popok, mainan, kemudian
menyentuh makanan atau mulut
Memakan makanan yang disiapkan oleh orang yang terinfeksi
Shigellosis

Makanan yang dikonsumsi mentah karena Shigella dapat mencemari buah


dan sayuran jika tanah tercemar kotoran manusia

Meminum air danau atau sungai saat berenang atau air mentah yang
terkontaminasi feses

Terpapar feses saat kontak seksual dengan orang yang sakit atau baru
pulih dari shigellosis
Gejala Disentri Basiler
Kapan harus
Gejala biasanya timbul 1-2 hari menghubungi dokter?
setelah kontak dengan bakteri.
Gejala Shigellosis diantaranya : 1. Demam
2. Diare berdarah
1. Diare (terkadang berdarah) 3. Kram perut parah
2. Demam 4. Dehidrasi
3. Nyeri perut 5. Merasa sangat sakit
4. Merasa perlu buang air besar
bahkan saat usus kosong Gejala yang jarang
terjadi :
Beberapa orang dapat tidak merasakan
gejala. Gejala biasanya berlangsung 5 Sekitar 2% 1-4 orang yang terinfeksi jenis
hingga 7 hari, tetapi beberapa orang Shigella yang disebut Shigella flexneri akan
mungkin mengalami gejala mulai dari mengalami artritis pasca infeksi, yang
beberapa hari hingga 4 minggu atau menyebabkan nyeri sendi, iritasi mata, dan
lebih. nyeri saat buang air kecil.
Cara Mencegah Disentri Basiler

Mencuci tangan sesering Mendapatkan bantuan medis Mengadopsi 5 kunci


mungkin selama 20 detik jika menderita masalah keamanan pangan
gastrointestinal

Minumlah dari air Hindari konsumsi es Belilah makanan segar


matang dari air mentah dari sumber yang
higienis dan terpercaya

Makan hanya makanan Cuci dan kupas buah Pisahkan orang yang memiliki gejala
yang benar-benar sendiri dan hindari asimtomatik dalam mengolah
matang makan sayuran mentah. makanan, menjaga anak, lansia, dan
orang yang rentan
Diagnosis Pengobatan
Rapid diagnostic - Pada balita biasanya direkomendasikan
tests - Rectal Swab untuk diberikan kotrimoksazol dan jika
tidak membaik maka dilakukan
penggantian antibiotik
- Penanganan disentri pada anak :
1. Penanganan gejala dehidrasi dan pemberian
makan
2. Pemberian antibiotik oral

- Antibiotik -> siprofloksasin, azitromisin,


danceftriaxon

- Rehidrasi -> terapi cairan secara oral atau


intravena
- Tidak menggunakan obat anti diare,
seperti loperamide (Imodium) atau
diphenoxylate dengan atropin (Lomotil).
Obat-obatan ini dapat memperburuk gejala.
05
Tubercullosis
What happens in the case
of an infection?
Etiologi Penyakit

Penyebab : Mycobacterium tuberculosis.

Bentuk : Batang yang lurus atau agak bengkok dan tahan asam
atau sering disebut sebagai basil tahan asam, intraseluler, dan
bersifat aerob.

Proses : Bakteri ini memerlukan waktu untuk mitosis 12 –24 jam.


M. tuberculosis sangat rentan terhadap sinar matahari dan sinar
ultraviolet sehingga dalam beberapa menit akanmati. Bakteri ini
juga rentan terhadap panas –basah sehingga dalam waktu 2
menit yang berada dalam lingkungan basah sudah mati bila
terkena air bersuhu 1000 C. Bakteri ini juga akan mati dalam
beberapa menit bila terkena alkhohol 70% atau Lysol 5%
Riwayat Alamiah

Saat Individu berinteraksi dengan penderita TB Paru (+)


TAHAP
dan individu tersebut menghirup bakteri BTA
PREPATOGENESIS

Masa inkubasi selama 4 - 12 minggu. Tubuh bereaksi


untuk menghentikan perkembangan BTA. Walaupun
TAHAP INKUBASI
tubuh bereaksi tetapi ada sebagian BTA yang menetap
sebagai persister / dormant (tidur)

Tahap dimana penderita mengalami awal gejala


penyakit yang biasanya dikarenakan adanya penurunan
TAHAP PENYAKIT DINI
daya tahan tubuh dan biasanya terjadi kerusakan paru
secara luas
Riwayat Alamiah

Penderita TB paru dapat mengalami komplikasi seperti


pendarahan saluran nafas bawah yang dapat
TAHAP PENYAKIT menyebabkan kematian, penyebaran infeksi pada organ
LANJUT lain, dll

Penderita TB paru dapat sembuh atau meninggal.


TAHAP AKHIR Penderita dapat sembuh apabila penyakit yang dialami
PENYAKIT tidak sampai pada tahap lanjut atau komplikasi dan
menjalani pengobatan yang sesuai
Patofisiologi
Somantri (2008)

Seseorang menghirup Bakteri menyebar melalui


Bakteri menyebar menuju
basil Mycrobacterium sistem linfe dan aliran darah
alveolus lalu berkembang biak
tuberculosis bagian tubuh lain

Mycobacterium tuberculosis dan Neutrofil dan makrofag Sistem kekebalan tubuh


sistem kekebalan tubuh membentuk melakukan aksifagositosis memberikan respons (reaksi
massa jaringan baru (granuloma) (menelan bakteri) dan limfosit inflamasi)
menghancurkan basil bakteri
Materi pada bagian massa tengah
Granuloma berubah bentuk
jaringan fibrosa membentuk materi
menjadi massa jaringan fibrosa
berbentuk keju (necrotizing caseosa)

Menjadi klasifikasi dan membentuk


jaringan kolagen. Kemudian bakteri
menjadi nonaktif
Klasifikasi TB

Tuberkulosis Paru BTA (+)


Tuberkulosis yang menyerang jaringan
(parenkim) paru. tidak termasuk pleura BTA (-)
(selaput paru) dan kelenjar pada hilus.

Tuberkulosis Ekstra Paru Ringan

Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain


paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung Berat
(pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit,
usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
Gejala TB

GEJALA SISTEMIK/UMUM GEJALA KHUSUS

● Penurunan nafsu makan dan ● Bila terjadi sumbatan sebagian


berat badan bronkus (saluran yang menuju
● Perasaan tidak enak keparu-paru) akibat penekanan
(malaise), lemah kelenjar getah bening yang
● Demam tidak terlalu tinggi membesar, akan menimbulkan
yang berlangsung lama, suara "mengi", suara nafas
biasanya dirasakan malam melemah yang disertai sesak.
hari disertai keringat malam. ● Jika ada cairan dirongga
Kadang-kadang serangan pleura (pembungkus paru-
demam seperti influenza dan paru), dapat disertai dengan
bersifat hilang timbul. keluhan sakit dada.
Diagnosa TB Paru

Pemeriksaan
Tes Mantoux Rontgen Dada Bakteriologik

Tes resistensi Obat Anti


Gene Xpert MTB/RIF Assay
Tuberkulosis (OAT)
Cara Penularan

1 2
Jika penderita berbicara,
meludah, batuk, atau bersin, Droplet yang mengandung
maka bakteri TB akan menular bakteri terhirup oleh orang lain
melalui udara (droplet)

3 4
Droplet tersebut bersarang di Bakteri yang sudah menginfeksi
paru-paru seseorang akan bisa menyebar ke bagian tubuh
membelah diri dan menginfeksi lainnya
Cara Pencegahan

Penyuluhan kepada masyarakat tentang cara penularan dan


1 pemberantasan serta penegakan diagnosis dini

2
Mengurangi dan menghilangkan kondisi sosial yang mempertinggi risiko
terjadinya infeksi

3 Adanya program pemberantasan TB yang aktif di seluruh fasilitas


kesehatan dan fasilitas dimana penderita HIV/penderita imunosupresi
ditangani
Cara Pencegahan

4 Pemberian vaksin BCG terhadap masyarakat yang tidak terinfeksi

5
Pemberian INH sebagai pengobatan preventif untuk mencegah
progesitivitas infeksi TB laten menjadi TB klinis

6 Dilakukannya tes mantoux menggunakan PPD sedang untuk penderita HIV


Pengobatan TB Paru

Tahap pengobatan

Tahap Intensif (2-3 bulan) Tahap lanjutan (4-7 bulan)


Referensi
Kowalak (2011) “Penatalaksanaan TB Paru,” Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), pp.
1689–1699. Available at: http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1362/4/BAB II.pdf.

Lestari, R. (2015) “Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn. S dengan Masalah Utama Pada Ny. R di
Sanggrahan, Krajan, Gatak, Sukoharjo.,” Eprints UMS, pp. 5–29.

Masriadi. 2017. Epidemiologi Penyakit Menular. Depok: Rajawali Pers


06 Chlamydia
Chlamydia
Klamidia disebabkan oleh
bakteri Chlamydia
trachomatis yang ditularkan
melalui kontak seksual.

● Mikroorganisme intraseluler yang memiliki dinding sel yang sama dengan


bakteri gram negatif.
● Berkembang secara intraseluler.
● Bakteri Chlamydia trachomatis paling sering menyebar melalui hubungan
seks vaginal, oral dan anal.
● Wanita hamil juga mungkin menyebarkan klamidia kepada anak-anak
mereka selama persalinan.
Siklus Hidup
● Chlamydia mempunyai siklus
hidup yang unik, dimana terjadi
pergantian antara siklus non-
replicating elementary body yang
infeksius dan siklus replikasi
retikulat body yang tidak
infeksius.
● C. trachomatis menargetkan sel
epitel skuamokolumnar dari
endoserviks dan saluran genital
Bakteri ini ditularkan melalui kontak langsung
bagian atas pada wanita, dan
dengan jaringan yang terinfeksi, termasuk seks
vaginal, anal, atau oral, dan bahkan dapat ditularkan konjungtiva, uretra, dan rektum
dari ibu yang terinfeksi ke bayi yang baru lahir saat pada pria dan wanita
Epidemiologi

● Pada 1995 WHO memperkirakan terdapat 89 juta kasus Chlamydia


trachomatis di dunia.
● Pada 1986, Chlamydia trachomatis merupakan infeksi yang harus
di laporkan di Amerika Serikat karena kasus yang kian meningkat
dari 1986 - 2004. Peningkatan terjadi dari total kasus sebesar
35,2/100 ribu pada tahun 1986 menjadi 332,5/100 ribu populasi pada
2005.
● Tahun 1997 di klinik Keluarga Berencana (KB) Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM) > prevalensi infeksi CT sebesar 9,3%,
Epidemiologi

Prevalensi infeksi klamidia tertinggi dari kelompok berisiko yang


disurvei pada tahun 2009 adalah sebagai berikut:

➔ Wanita pekerja seks langsung: 56%


➔ Waria: 46%
➔ Wanita pekerja seks tak langsung: 47%
➔ Laki seks sesama laki (LSL): 27%

WHO (2007) > 4 juta kasus chlamydia setiap tahunnya di AS dengan


prevalensi keseluruhan 5%.
CDC 2018
Diagnosis

Nucleic Acid Amplification


Pemeriksaan Gram
Test (NAAT)

Kultur Bakteri
Faktor Determinan

Aktif secara seksual MSM


sebelum 25 tahun

Tidak menggunakan Memiliki banyak


Kondom secara pasangan seks
konsisten
Gejala
Masa inkubasi dari infeksi klamidia adalah 7-12 hari, masa klinis klamidia
sampai muncul gejala adalah 1-3 minggu. Infeksi Chlamydia trachomatis
stadium awal sering menyebabkan sedikit atau tidak ada tanda dan gejala.
Bahkan ketika tanda dan gejala muncul, seringkali ringan, membuatnya
mudah untuk diabaikan.

Gejala :
● Sakit saat buang air
● Keluarnya cairan dari penis
● Sakit saat hubungan seksual pada wanita
● Pendarahan di antara menstruasi dan setelah berhubungan seks pada
wanita
● Nyeri testis pada pria

Chlamydia trachomatis juga dapat menginfeksi rektum, baik tanpa tanda


atau gejala atau dengan nyeri rektal, keluarnya cairan atau perdarahan.
Pengobatan
Klamidia biasanya dapat diobati secara efektif dengan antibiotik. Lebih dari
95% orang akan sembuh jika minum antibiotik dengan benar. Dua antibiotik
yang paling sering diresepkan untuk klamidia adalah:
● azitromisin - diberikan sebagai 2 atau 4 tablet sekaligus
● doksisiklin - diberikan sebagai 2 kapsul sehari selama seminggu
Dokter mungkin memberi antibiotik yang berbeda, seperti amoksisilin atau
eritromisin, jika pasien memiliki alergi atau sedang hamil atau menyusui.

Beberapa orang mengalami efek samping selama pengobatan, tetapi biasanya


ringan. Efek samping yang paling umum termasuk sakit perut, diare, rasa mual,
dan sariawan vagina pada wanita.
Pencegahan

1 Menggunakan kondom

2 Membatasi jumlah pasangan seks

3 Skrining rutin

4 Hindari douching (membersihkan vagina dengan cairan yang


terdiri dari campuran berbagai bahan kimia)
Referensi
1. 2018. Chlamydia. [online] Available at: <https://www.cdc.gov/std/stats18/chlamydia.htm> [Accessed 31 March 2021].
2. 2009. Pedoman Pelaksanaan Lapangan Survei Biologis Terpadu (STBP). Kementerian Kesehatan RI.
3. n.d. Chlamydia Trachomatis. [online] Available at: <https://www.mayoclinic.org/diseases-
conditions/chlamydia/symptoms-causes/syc-20355349> [Accessed 31 March 2021].
4. Mohseni, M., Sung, S. and Takov, V., 2021. Chlamydia. [online] Available at:
<https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537286/> [Accessed 31 March 2021].
5. n.d. [online] Available at:
<http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/49422/Chapter%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y> [Accessed
31 March 2021].
6. Marvin, A., 2017. HUBUNGAN INFEKSI CHLAMYDIA TRACHOMATIS DENGAN INFERTILITAS PADA WANITA DI
MAKASSAR. [online] Available at:
<http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Y2FjMTllZjczNmQ3YzQxYWM0NGQzN2ZkNDQ3
MmFkMDkyZTdiZWQ0ZA==.pdf> [Accessed 31 March 2021].
7. Suraharja, A., 2015. INFEKSI KLAMIDIA TRACHOMATIS SEBAGAI SALAH SATU PENYEBAB OKLUSI TUBA FALOPI .
[online] Available at: <https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/6b619a34ed5f1fd74ba58bafa4603565.pdf>
[Accessed 31 March 2021].
8. S, S. and Amanda, S., 2019. INFEKSI Chlamydia trachomatis PADA SALURAN GENITAL, TUBA FALLOPI DAN SERVIKS.
Jurnal Teknosains, [online] 13(2), pp.145-148. Available at: <http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/teknosains/article/view/9676> [Accessed 31 March 2021].
9. Hawker, J., Begg, N., Blair, L., Reintjes, R., Weinberg, J. and Ekdahl, K., 2012. Communicable Disease Control and Health
Protection Handbook. 3rd ed. John Wiley & Sons.
10. Mishori, R., McClaskey, E. and Winklerprins, V., 2012. Chlamydia Trachomatis Infections: Screening, Diagnosis, and
Management. [online] Available at: <https://www.aafp.org/afp/2012/1215/p1127.html> [Accessed 31 March 2021].
07 Kusta
Pengertian

Go, go, go!

Penyakit kusta merupakan salah satu


penyakit menular dan bersifat kronik.
Penyakit ini disebabkan oleh kuman
Mycobacterium leprae yang bersifat
intraseluler obligat dan terjadi pada kulit
dan saraf tepi.
Etiologi
Nama: Mycobacterium leprae
- basil dengan ukuran 3-8 um x 0,5 um
- tahan asam dan alkohol serta positif-
Gram
- Waktu pembelahan = 2-3 minggu.
- Mampu bertahan 9 hari di luar tubuh
manusia (Keadaan Tropis)

Mycobacterium leprae dari lesi kulit


Tanda

bercak tipis seperti panu Pelebaran syaraf kulit menjadi tipis dan
pada badan mengkilat

bercak bintil-bintil Rambut rontok


kemerahan
Gejala

Panas Anoreksia Nausea


dari derajat yang gangguan makan yang Mual bahkan hingga
rendah sampai ditandai dengan penurunan munta
dengan menggigil. berat badan yang drastis.

Cephalgia Peradangan Nephorsia


Sakit Kepala Pada kulit, testi, Gangguan ginjal yang
plura, ginjal dan menyebabkan tubuh
saraf tepi mengeluarkan terlalu banyak
protein dalam urine
Klasifikasi Kusta menurut Ridley-
Jopling pada tahun 1962
berdasarkan pada kriteria klinis, bakteriologis,
imunologis dan histopatologis

a. Tuberkuloid –tuberkuloid ( TT )
b. Bordeline – tuberkuloid ( BT )
c. Bordeline – bordeline ( BB )
d. Bordeline – lepramatosa ( BL )
e. Lepramatosa – lepramatosa ( LL )
Klasifikasi menurut WHO pada tahun 1982 yang
kemudian disempurnakan pada tahun 1997:

tipe Paucibacillary tipe Multibacillary

berdasarkan dari jumlah lesi kulit


Riwayat Alamiah
Diagnosa

● Lesi kulit disertai anestesi


● Penebalan saraf tepi
● Pemeriksaan slit skin smear ditemukan
basil tahan asam
Data Epidemiologi Penyakit

Di Dunia
..

Di Indonesia
..
Di Dunia
Di Indonesia
Determinan Penyakit Kusta

Umur Jenis Kelamin


Anak-anak lebih Laki-laki lebih mudah
mudah tertular terjangkit (2:1)

Genetik Tingkat pendidikan


Expanded Safety Pendidikan rendah =
mudah terjangkit
Determinan Penyakit

Faktor Imunitas Kelembaban dan Suhu


Imunitas rendah = Di lingkungan bertahan 7-9 hari
Mudah terjangkit Di ruangan bisa bertahan sampai 46
hari

Riwayat dan
Lama kontak Personal hygiene
Pencegahan

penyuluhan atau upaya promosi kesehatan tentang kusta

imunisasi BCG

menjaga lingkungan tetap hangat

Kemoprofilaksis Kusta

PHBS
Referensi
1. Penyakit Kusta dan sejarahnya – Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. Dinkes.kalbarprov.go.id. (2018).
Retrieved 22 March 2021, from https://dinkes.kalbarprov.go.id/penyakit-kusta-dan-sejarahnya/.
2. Prevalensi Kusta Pada Anak Tinggi, Ini Upaya Kemenkes. Sehat Negeriku. (2021). Retrieved 22 March 2021, from
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20210129/3136888/prevalensi-kusta-pada-anak-tinggi-ini-upaya-
kemenkes/.
3. Hadi, I. (2017). KUSTA STADIUM SUBKLINIS Faktor Risiko dan Permasalahannya [Ebook]. PROGRAM STUDI
ARSITEKTUR UIN SUNAN AMPEL. Retrieved 27 March 2021, from https://osf.io/d82nb/download.
4. Sefti, A. [Skirpsi]. USU. Retrieved 1 April 2021, from
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/64429/Chapter%20II.pdf;jsessionid=CF50A1ECB94C32BCA48D30
FB5794ED8C?sequence=3.
5. Repository.unimus.ac.id. Retrieved 1 April 2021, from http://repository.unimus.ac.id/1043/3/BAB%20II.pdf.
6. Kemeterian Kesehatan RI. (2019). Hapuskan Stigma dan Diskriminasi Terhadap Kusta [Ebook]. Retrieved 1 April 2021,
from 6. https://pusdatin.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infoDatin-kusta-2018.pdf.
7. Sinta.unud.ac.id. Retrieved 1 April 2021, from
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/2756424fd9f9bae78a5f4cca260a1b98.pdf.
8. News, U. (2019). Imunisasi BCG Menurunkan Kemungkinan Timbulnya Penyakit Kusta - Unair News. Unair News.
Retrieved 1 April 2021, from http://news.unair.ac.id/2019/12/06/imunisasi-bcg-menurunkan-kemungkinan-timbulnya-
penyakit-kusta/.
9. UINSU, H. (2019). UINSU.ac.id - World Leprosy Day. Hersafkm.uinsu.ac.id. Retrieved 1 April 2021, from
http://www.hersafkm.uinsu.ac.id/berita/read/6/world-leprosy-day.html.
10. 1Media, K. (2019). Kusta Bisa Dicegah, Berikut Saran Dokter untuk Mencegahnya Halaman all - Kompas.com.
KOMPAS.com. Retrieved 1 April 2021, from https://sains.kompas.com/read/2019/09/09/160500223/kusta-bisa-dicegah-
berikut-saran-dokter-untuk-mencegahnya?page=all.
11. 1Hukor.kemkes.go.id. (2019). Retrieved 2 April 2021, from
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__11_Th_2019_ttg_Penanggulangan_Kusta.pdf.
234,456
A big number always capt your audience’s attention
“This is a quote, words full of wisdom
that someone important said and can
make the reader get inspired.”
–Someone Famous
Infections’ map

Mercury
Mercury is the
smallest planet

Jupiter
Jupiter is the biggest
in the Solar System
Immune factors to consider

Communicate Cause inflammation Strategic decisions

Kill enemies Activate other cells Remember enemies

Standby mode Produce antibodies Mark/disable enemies


Immune factors to consider

Communicate Cause inflammation Strategic decisions

Kill enemies Activate other cells Remember enemies

Standby mode Produce antibodies Mark/disable enemies


Phase 1

Secondary effects
Healthy people Venus has a beautiful
name and it’s the second
planet from the Sun

20 - 80 Participants Sample
Results
30 - 40 Years old Earth is the planet where
we live and the only one
known to harbor life
Clinical Trial

Preclinical Phase 1
Lab Studies Human Safety

Phase 2 Phase 3
Expanded Safety Efficacy & Safety
Awesome
words!
Contents of this template
Here’s what you’ll find in this Slidesgo template:

1. A slide structure based on a breakthrough presentation, which you can easily adapt to your needs.
For more info on how to edit the template, please visit Slidesgo School or read our FAQs.
2. An assortment of resources that are suitable for use in the presentation can be found in the
alternative resources slide.
3. A thanks slide, which you must keep so that proper credits for our design are given.
4. A resources slide, where you’ll find links to all the elements used in the template.
5. Instructions for use.
6. Final slides with:
● The fonts and colors used in the template.
● A selection of illustrations. You can also customize and animate them as you wish with the
online editor. Visit Storyset to find more.
● More infographic resources, whose size and color can be edited.
● Sets of customizable icons of the following themes: general, business, avatar, creative
process, education, help & support, medical, nature, performing arts, SEO & marketing, and
teamwork.

You can delete this slide when you’re done editing the presentation.
Do you know your
Immune System?
Mercury is the closest planet to the Sun and
the smallest one in the Solar System—it’s only
a bit larger than the Moon
The defense to the attack

You’ll see!

Thanks to macrophages, the immune


system will be able to stop this invasion
as fast as they can
The macrophages’ defense

Next you will notice an inflammation, this


is because of the macrophages, which are
defending themselves thanks to the water
released by your blood vessels
The dendritic cell

It is time for reinforcements, the dendritic


cell is provided with antibacterials to end
the infection with this backup
Dendritic cell Binding parts

Virgin helper T cell

To kill the invaders, the dendritic cell must


join a T cell, in this way they can kill the
enemy and end this infection
Memory helper cell

T cells actives
Phase 1 Phase 2 Phase 3 Memory helper cell

Subject 1 315 285 600


When it joins with a helper T cell,
it begins the process of
Subject 2 210 390 600 multiplying its number, in this
process some T cell will be
created, making you immune
Subject 3 240 165 580
The antibodies
Antibody

B Cell

Then the blood is invaded by proteins


generated by B cells, these proteins
bind to the invader filling the body
The helper T cells

I’m tired... Not now!

The infection has also progressed,


multiplying in number and invading the
body. Guard cells fight thanks to helper T
cells that encourage them to keep attacking
Another line of defense

Then the second line of defense They also stun the bacteria and make
arrives, millions of antibodies render them an easy target connecting to
or kill the intruders in the process killer cells
Balance shifts
Bye friends!

The time to balance the damage has come ,


the infection has been defeated and many
cells have lost their lives in the way, but
now you are immune and stronger!
Research Resources
● Here you can list your reference
websites or publications
● Here you can list your reference
websites or publications
● Here you can list your reference
websites or publications
Conclusions
Mercury is the closest planet to the Sun and the
smallest one in the Solar System—it’s only a bit
larger than the Moon. The planet’s name has
nothing to do with the liquid metal since it was
named after the Roman messenger god, Mercury
Responsive devices

You can replace the


image on the screen
just clicking on it
Thanks!
Do you have any
questions?
youremail@freepik.com
+91 620 421 838
yourcompany.com

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including


icons by Flaticon, infographics & images by Freepik

Please keep this slide for attribution


Resources
Photos Vectors

● Portrait of doctor posing at the ● Virus collection


hospital ● Young people with virtual reality
● Back view woman writing on glasses in flat design
blackboard ● Flat colorful dynamic shapes
● Tubes in laboratory background
● Virus particles interacting with
antibody molecules
Alternative Resources
Photos

● Medium shot woman with mask Premium Photo


● Medium shot woman with mask
● Close-up scientist holding flask
● Medium shot woman wearing goggles

Vectors

Anda mungkin juga menyukai