oleh Bakteri
Anis Kurniawati (1906349980)
Fenia Utami (1906397033)
Nabiilah Risa Widaad (1906397544)
Nadia Nur Ghania (1906397512)
Nafa Shahira A. S. (1906292490)
Abdur Rokhman Wachid (1906397304)
Anggi Tria Abimayu (1906350105)
OUTLINE
01 02
Legionellosis Pneumonia
03 04
Gonorrhea Disentri
OUTLINE
05 06
TBC Chlamydia
07
Kusta
01 Legionellosis
Legionellosis adalah istilah umum untuk penyakit
Etiologi Penyakit Legionnaires dan Pontiac Fever. Penyakit Legionellosis
disebabkan oleh infeksi dari bakteri Legionella
pneumophila. Bakteri ini menginfeksi manusia dalam
saluran pernafasan (makrofag alveolar) melalui sistem
pendingin (AC) atau Tower pendingin yang mengandung
bakteri L. pneumophila.
Patogenesis dari bakteri legionella bergantung
pada kemampuan mereka dalam bereplikasi di dalam
intraseluler. Proses infeksi bakteri legionella meliputi :
pelekatan pada sel inang, survival, replikasi intraseluler,
invasi dari sel ke sel. Selain itu, proses masuknya
bakteri ini juga bisa melalui proses : coiling fagosit,
fagositosis, menyatu dalam fagosom tanpa bergabung
dengan lisosom. Faktor virulensi dari bakteri legionella
adalah gen virulen, seperti icmX/proA genes,
dotO/icmB, dan icmG.
Epidemiologi Penyakit
Penyakit legionares telah dilaporkan
bertanggung jawab atas 0,5 % - 15 %
dari pneumonia yang didapat dari
komunitas.
Sekitar 5500 kasus legioneres dilaporkan
di Eropa setiap tahun dan ¾ ditemukan
pada pria, serta 80 % terjadi pada
mereka yang berusia berumur > 45 tahun.
Faktor risiko utama penyakit
Legioneres adalah Bepergian (karena
pernah dilaporkan di Inggris sekitar 40
% kasus berasal dari luar negeri dan 6 %
berasal dari perjalanan di Inggris)
Gejala Penyakit
Legionaire
● Kehilangan kekuatan/badan lemas
(asthenia)
● Demam tinggi
● Sakit kepala
● Batuk kering (non-produktif)
● Ludah berlumuran darah
● Menggigil
● Kesulitan bernafas dan nyeri dada
● Mengalami diare (25-50% kasus)
● Muntah dan mual (10-30% kasus)
● Mengalami kebingungan dan delirium
(50% kasus)
● Gagal ginjal
● Hiponathremia
● Kenaikan kadar dehidrogenase laktat
● Nyeri otot
Demam Pontiac
(Pontiac Fever)
● Mengalami influenza
sedang sampai berat
● Kehilangan
kekuatan/kelelahan
(asthenia)
● Demam tinggi dan
menggigil
● Nyeri otot (mialgia)
● Sakit kepala
● Nyeri sendi (astralgia)
● Diare
● Mual dan muntah
● Sulit bernafas dan
batuk kering
Riwayat Penyakit Alamiah
Legionellosis
Bakteri legionella berada di lumpur air
yang tenang dan air panas.dan dapat juga
tinggal bebas di dalam tubuh amoeba.
Infeksi pada manusia secara khusus melalui
sistem pernafasan dari aerosol yang
merupakan hasil dari AC atau tower
pendingin. Hasil infeksi tergantung dengan
besarnya dosis infektif.
Riwayat Penyakit Alamiah
Legionellosis
Data Cases (EU)
Negara-negara eropa yang
terkonfirmasi kasus Legionnaires
disease : pada tahun 2018 adalah :
Austria, Belgia, Bulgaria, Kroasia,
Siprus, Republik ceko, Denmark, Estonia,
Finlandia, Perancis, German, Yunani,
Islandia, Italia, Latvia, Lituania, Malta,
Belanda, Norwegia, Polandia, portugal,
Romania, Slovakia, Slovenia, Spanyol,
Swedia, Inggris.
Data Cases (EU)
Data Cases (EU)
Data Cases (EU)
Data Cases (EU)
Data Cases (EU)
Di indonesia, legionellosis tidak termasuk penyakit yang dipantau kejadiannya.
Namun demikian, mengingat dampaknya terhadap sektor pariwisata, legionellosis perlu
diwaspadai.
Beberapa penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa legionellosis pernah
terjadi di Indonesia.
Pada saat itu, Kementerian Kesehatan Australia mengeluarkan travel alert agar
warganya yang baru pulang dari Bali mewaspadai gejala - gejala legionellosis. Peringatan
ini dikeluarkan karena dilaporkan terjadi 11 kasus Legionnaire's disease di Australia
selama bulan Agustus 2010–Januari 2011 yang berkaitan 2 dengan perjalanan ke Kuta,
Bali . Berdasarkan laporan kasus tersebut, telah dilakukan investigasi oleh Kementrian
Kesehatan RI bekerjasama dengan Kementrian Kesehatan Australia untuk mengendalikan
penularan.
namun demikian kasus Legionnaire’s disease masih dilaporkan oleh negara bagian
Australia Barat pada bulan Mei 2011, yang berarti bahwa upaya pengendalian penularan
di Bali masih belum berhasil menghilangkan sumber 3 penularan.
Di Indonesia kasus ini terjadi pada sejumlah tempat antara lain di Bali (1996), di
Karawaci Tangerang (1999) dan di sejumlah kota lainnya
Faktor Determinan
Legionellosis
Weakened Immunodeficiency
status
Smoking (cancer, diabetes, kidney failure)
Alcohol Age
Pencegahan
Blood Specimen
Urine Antigen Testing Culture
Test The serum Bakteri legionella
(dari sputum, specimen
biopsy lung) diisolasi dan
ditumbuhkan pada media
tertentu
Referensi
1. Cherry WB et al. (1982). Legionella jordanis: a new species of Legionella isolated from water and sewage. Journal of
Clinical Microbiology, 15:290–297.
2. Chien M et al. (2004). The genomic sequence of the accidental pathogen Legionella pneumophila. Science,
305:1966–1968.
3. Chow JW, Yu VL (1998). Legionella: a major opportunistic pathogen in transplant recipients. Seminars in
Respiratory Infections, 13(2):132–139.
4. Davison A et al. (2005). Water safety plans: managing drinking-water quality from catchment to consumer.
Geneva, World Health Organization (WHO/SDE/WSH/05.06).
5. Dennis PJ, Green D, Jones BP (1984). A note on the temperature tolerance of Legionella. Journal of Applied
Bacteriology, 56:349–350.
02 Pneumonia
Pneumonia
Gram Negatif
1. Klebsiella pneumoniae
2. Haemophilus influenzae
tipe B
3. Pseudomonas aeruginosa
4. Chlamydia pneumoniae
5. Mycoplasma pneumoniae
Gejala
● Gejala khas dari pneumonia
1. Demam
2. Menggigil
3. Berkeringat
4. Batuk (baik non produktif atau produktif atau menghasilkan sputum
berlendir, purulen, atau bercak darah)
5. Nyeri dada karena pleuritis dan sesak
6. Mual
7. Diare.
● Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak:
1. Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan
napsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare;
kadang-kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner.
2. Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea,
napas cuping hidung, air hunger, merintih, dan sianosis.
Cara Penularan
● Sumber penularan adalah penderita
Pneumonia yang menyebarkan bakteri ke
udara pada saat batuk atau bersin dalam
bentuk droplet.
● Cara penularan melalui:
1. Langsung
Merupakan cara masuknya bakteri
penyebab Pneumonia ke dalam saluran
pernapasan bersama udara yang dihirup.
1. Tidak langsung
Memegang dan menggunakan benda yang
telah terkena sekresi saluran pernapasan
penderita.
Riwayat Alamiah Penyakit
Fase Pre-Patogenesis
● Bakteri penyebab Pneumonia yang berada di udara
adalah bakteri yang hidup pada saluran pernapasan
manusia yang dikeluarkan melalui bersin, batuk,
bernapas ataupun saat berbicara.
● Rumah dengan kondisi sanitasi yang buruk sangat
berpotensi menularkan penyakit Pneumonia.
● Pencemaran di dalam ruangan oleh debu dan berbagai
zat kimia akan memengaruhi keberadaan bakteri di
udara.
➔ Setiap gram debu jalanan mengandung kira-kira
50 juta bakteri, debu yang terdapat di dalam
ruangan mengandung sekitar 5 juta bakteri per
gram (Padmonobo, 2012)
Riwayat Alamiah Penyakit
Fase Patogenesis
● Proses patogenesis Pneumonia berkaitan dengan tiga faktor,
yaitu imunitas pasien, mikroorganisme yang menyerang pasien,
dan lingkungan yang berinteraksi satu sama lain.
➔ Dalam keadaan sehat, terjadi mekanisme pertahanan paru.
➔ Adanya bakteri di paru merupakan akibat
ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh,
mikroorganisme dan lingkungan.
● Permulaan infeksi paru terjadi ketika kolonisasi bakteri pada
saluran napas atas (hidung, orofaring) kemudian masuk ke
saluran napas bawah dan kembali terjadi kolonisasi.
Riwayat Alamiah Penyakit
Fase Patogenesis
Ketika terjadi perlawanan antara host dan bakteri maka
akan nampak empat zona pada daerah parasitik terset yaitu
1. Zona luar (edama)
Alveoli terisi dengan bakteri dan cairan edema.
1. Zona permulaan konsolidasi (red hepatization)
Terdiri dari sel PMN dan beberapa eksudasi sel darah
merah.
1. Zona konsolidasi yang luas (grey hepatization)
Daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif dengan
jumlah sel PMN yang banyak.
1. Zona resolusi E
Daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri
yang mati, leukosit dan alveolar makrofag.
Faktor Determinan
Faktor Anak
Faktor Perilaku
Faktor risiko yang
Faktor Pemanfaatan Faktor risiko yang meningkatkan
meningkatkan insiden morbiditas
Pelayanan Kesehatan Pneumonia
Pneumonia
Faktor Determinan
Pencegahan Pencegahan
Imunisasi Non Imunisasi
1. Imunisasi DPT 1. Pemberian ASI eksklusif
2. Vaksin Hib 2. Pemberian nutrisi yang baik
3. Vaksin 3. Penghindaran pajanan asap rokok,
Pneumokokus asap dapur, polusi udara, dan lain-
Konjugat lain
4. Vaksin 4. Perbaikan lingkungan hidup dan
Pneumokokus menerapkan PHBS
Polisakarida 5. Hindari kontak dengan penderita
Data Epidemiologi di Dunia
2 Juta Balita
Angka kematian akibat Pneumonia setiap
tahun. (WHO 2012, 2013)
16%
Kematian anak akibat Pneumonia.
(WHO, 2016)
Bulletin of the World
Health Organization
Data Epidemiologi di Indonesia
7,6%
Crude Fatality Rate (CFR) Pneumonia di Indonesia tahun 2010.
23% - 27%
Jumlah penderita Pneumonia di Indonesia pada tahun 2013. (Kemenkes
2014)
992.000 Balita
Menurut Profil Kesehatan Indonesia, Pneumonia menyebabkan 15%
kematian balita pada tahun 2015.
Pemeriksaan
Khusus
Pengobatan dan
Penatalaksanaan
Terapi Antibiotik
Tindakan Suportif
1. Bantuan ventilasi
2. Fisioterapi dan bronkoskopi
3. Pemberian Oksigen 1-2L
4. Bantuan inhalasi
Referensi
● Ambarwati ER, Wulandari D. (2010). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyajarta: Mitra Cendikia Press.
● Azwar, A. (2002). Epidemiologi. Penerbit Binarupa Aksara. Edisi Revisi. Jakarta Barat.
● Chopra M, Mason E, Borrazzo J, Campbell H, Rudan I, Liu L, Black RE, Bhutta ZA. (2013). Ending of preventable
deaths from pneumonia and diarrhoea: an achieveable goal. The Lancet, 381:1499- 506.
● Dahlan Z. (2009). Pneumonia, dalam Sudoyo AW, dkk (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia.
● Depkes, RI. (2004). Pedoman program pemberantasan penyakit infeksi saluran pernapasan Akut (ISPA)
untuk penanggulangan pneumonia pada balita. Jakarta: Depkes RI.
● Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. (2012). Modul Tatalaksana Standar
Pneumonia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
● Gessman, L.M. and Rappaport, D.I. (2009). Approach to community-acquired pneumonia in children. Hospital
physician, pp.1-5.
● Gothankar, J., Doke, P., Dhumale, G., Pore, P., Lalwani, S., Quraishi, S., Murarkar, S., Patil, R., Waghachavare, V.,
Dhobale, R. and Rasote, K., 2018. Reported incidence and risk factors of childhood pneumonia in India: a
community-based cross-sectional study. BMC public health, 18(1), pp.1-11.
● Kemenkes. (2018). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017. Jakarta: Kementerian Kesehatan Indonesia.
● Kemenkes. (2019). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Jakarta: Kementerian Kesehatan Indonesia.
● Kemenkes. (2020). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Jakarta: Kementerian Kesehatan Indonesia.
● Levels and Tends in Child Mortality: Report 2011. (2011). UN Inter-agency Group for Child Mortality
Estimation, 2011.
● Mandell LA, Wunderink RG, Anzueto A, et al. Infectious Diseases Society of America/American Thoracic
Society consensus guidelines on the management of community-acquired pneumonia in adults. Clin Infect
Dis 2007; 44: Suppl. 2, S27–S72. Tersedia di : www.thoracic.org/sections/publications/statements/
pages/mtpi/idsaats-cap.html [Diakses 1 April 2021].
Referensi
● Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
● NHLBI, NIH
● Nguyen, T. K., Tran, T. H., Roberts, C. L., Fox, G. J., Graham, S. M., & Marais, B. J. (2017). Risk factors for child
pneumonia - focus on the Western Pacific Region. Paediatr Respir Rev, 21, 95-101.
doi:10.1016/j.prrv.2016.07.002
● Padila, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 1. Jakarta, Salemba Medika
● PDPI. 2003. Pneumonia komuniti-pedoman diagnosis dan penatalaksaan di Indonesia. Perhimpunan Dokter
Paru Indonesia.
● Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (Indonesian Society Of Respirology) Press Release "Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia (PDPI) Outbreak Pneumonia Di Tiongkok". (n.d.). [online] . Available at:
https://infeksiemerging.kemkes.go.id/download/Press_Release_Outbreak_pneumonia_Pneumonia_Wuhan
-17_Jan_2020.pdf [Accessed 2 Apr. 2021].
● Pneumonia and diarrhoea: Tackling the deadliest diseases for the world’s poorest children. (2012). New York,
UNICEF.
● Rudan, I. (2008). Epidemiology and etiology of childhood pneumonia. Bulletin of the World Health
Organization, 86(5), pp.408–416.
● Sujiyatini, Djanah N, Kurniati A. (2010). Catatan Kuliah Asuhan Ibu Nifas Askeb III. 1 st ed. (Handy, ed).
Yogyakarta: Cyrillus Publisher.
● WHO & UNICEF (2006).The Forgotten killer of children. New York: WHO.
● World Health Organisation. (2012). Pneumonia. Retrieved from http:// www.who.int/mediacentre/
● World Health Organisation. (2013). Pneumonia: Fact Sheet. Geneva. Retrieved from http://
www.who.int/mediacentre/.factsheets/fs331/en/.
● World Health Organisation. (2016). Pneumonia. Retrieved from http://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/pneumonia
03 Gonorrhea
Gonorrhea
● Bakteri Neisseria
gonorrhoeae merupakan
bakteri gram negatif.
Penularan melalui
hubungan seksual dan
masa inkubasi 2 - 10 hari
● Bakteri ini termasuk sejak terjadi kontak
bakteri intraseluler.
seksual.
Epidemiologi Gonorrhea
1. 3. 5.
Kontak fisik dengan N.gonorrhoeae Pembentukan
permukaan mukosa memproduksi produk mikroabses
dari individu yang selular yang submukosa, eksudasi
terinfeksi menyebabkan material
kerusakan sel mukosa
Faktor Determinan
Infeksi lokal
Infeksi Sistemik
simtomatis
Diagnosis N.gonorrhea
Berdasarkan penyebab
● Shigella flexneri
● Shigella boydii
● Shigella sonnei
● Shigella dysentriae
Menyebabkan kematian sel usus, ulserasi Bakteri berkembang biak dan menyebar
fokal, pengelupasan sel-sel mukosa, lendir dalam lapisan sub mukosa
disertai darah dalam lumen usus, dan
adanya akumulasi sel-sel inflamasi pada
lapisan sub mukosa
Indonesia
- Dilaporkan muncul kembali
shigella dysenteriae di akhir
90-an setelah 15 tahun
dilaporkan absen
Meminum air danau atau sungai saat berenang atau air mentah yang
terkontaminasi feses
Terpapar feses saat kontak seksual dengan orang yang sakit atau baru
pulih dari shigellosis
Gejala Disentri Basiler
Kapan harus
Gejala biasanya timbul 1-2 hari menghubungi dokter?
setelah kontak dengan bakteri.
Gejala Shigellosis diantaranya : 1. Demam
2. Diare berdarah
1. Diare (terkadang berdarah) 3. Kram perut parah
2. Demam 4. Dehidrasi
3. Nyeri perut 5. Merasa sangat sakit
4. Merasa perlu buang air besar
bahkan saat usus kosong Gejala yang jarang
terjadi :
Beberapa orang dapat tidak merasakan
gejala. Gejala biasanya berlangsung 5 Sekitar 2% 1-4 orang yang terinfeksi jenis
hingga 7 hari, tetapi beberapa orang Shigella yang disebut Shigella flexneri akan
mungkin mengalami gejala mulai dari mengalami artritis pasca infeksi, yang
beberapa hari hingga 4 minggu atau menyebabkan nyeri sendi, iritasi mata, dan
lebih. nyeri saat buang air kecil.
Cara Mencegah Disentri Basiler
Makan hanya makanan Cuci dan kupas buah Pisahkan orang yang memiliki gejala
yang benar-benar sendiri dan hindari asimtomatik dalam mengolah
matang makan sayuran mentah. makanan, menjaga anak, lansia, dan
orang yang rentan
Diagnosis Pengobatan
Rapid diagnostic - Pada balita biasanya direkomendasikan
tests - Rectal Swab untuk diberikan kotrimoksazol dan jika
tidak membaik maka dilakukan
penggantian antibiotik
- Penanganan disentri pada anak :
1. Penanganan gejala dehidrasi dan pemberian
makan
2. Pemberian antibiotik oral
Bentuk : Batang yang lurus atau agak bengkok dan tahan asam
atau sering disebut sebagai basil tahan asam, intraseluler, dan
bersifat aerob.
Pemeriksaan
Tes Mantoux Rontgen Dada Bakteriologik
1 2
Jika penderita berbicara,
meludah, batuk, atau bersin, Droplet yang mengandung
maka bakteri TB akan menular bakteri terhirup oleh orang lain
melalui udara (droplet)
3 4
Droplet tersebut bersarang di Bakteri yang sudah menginfeksi
paru-paru seseorang akan bisa menyebar ke bagian tubuh
membelah diri dan menginfeksi lainnya
Cara Pencegahan
2
Mengurangi dan menghilangkan kondisi sosial yang mempertinggi risiko
terjadinya infeksi
5
Pemberian INH sebagai pengobatan preventif untuk mencegah
progesitivitas infeksi TB laten menjadi TB klinis
Tahap pengobatan
Lestari, R. (2015) “Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn. S dengan Masalah Utama Pada Ny. R di
Sanggrahan, Krajan, Gatak, Sukoharjo.,” Eprints UMS, pp. 5–29.
Kultur Bakteri
Faktor Determinan
Gejala :
● Sakit saat buang air
● Keluarnya cairan dari penis
● Sakit saat hubungan seksual pada wanita
● Pendarahan di antara menstruasi dan setelah berhubungan seks pada
wanita
● Nyeri testis pada pria
1 Menggunakan kondom
3 Skrining rutin
bercak tipis seperti panu Pelebaran syaraf kulit menjadi tipis dan
pada badan mengkilat
a. Tuberkuloid –tuberkuloid ( TT )
b. Bordeline – tuberkuloid ( BT )
c. Bordeline – bordeline ( BB )
d. Bordeline – lepramatosa ( BL )
e. Lepramatosa – lepramatosa ( LL )
Klasifikasi menurut WHO pada tahun 1982 yang
kemudian disempurnakan pada tahun 1997:
Di Dunia
..
Di Indonesia
..
Di Dunia
Di Indonesia
Determinan Penyakit Kusta
Riwayat dan
Lama kontak Personal hygiene
Pencegahan
imunisasi BCG
Kemoprofilaksis Kusta
PHBS
Referensi
1. Penyakit Kusta dan sejarahnya – Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. Dinkes.kalbarprov.go.id. (2018).
Retrieved 22 March 2021, from https://dinkes.kalbarprov.go.id/penyakit-kusta-dan-sejarahnya/.
2. Prevalensi Kusta Pada Anak Tinggi, Ini Upaya Kemenkes. Sehat Negeriku. (2021). Retrieved 22 March 2021, from
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20210129/3136888/prevalensi-kusta-pada-anak-tinggi-ini-upaya-
kemenkes/.
3. Hadi, I. (2017). KUSTA STADIUM SUBKLINIS Faktor Risiko dan Permasalahannya [Ebook]. PROGRAM STUDI
ARSITEKTUR UIN SUNAN AMPEL. Retrieved 27 March 2021, from https://osf.io/d82nb/download.
4. Sefti, A. [Skirpsi]. USU. Retrieved 1 April 2021, from
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/64429/Chapter%20II.pdf;jsessionid=CF50A1ECB94C32BCA48D30
FB5794ED8C?sequence=3.
5. Repository.unimus.ac.id. Retrieved 1 April 2021, from http://repository.unimus.ac.id/1043/3/BAB%20II.pdf.
6. Kemeterian Kesehatan RI. (2019). Hapuskan Stigma dan Diskriminasi Terhadap Kusta [Ebook]. Retrieved 1 April 2021,
from 6. https://pusdatin.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infoDatin-kusta-2018.pdf.
7. Sinta.unud.ac.id. Retrieved 1 April 2021, from
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/2756424fd9f9bae78a5f4cca260a1b98.pdf.
8. News, U. (2019). Imunisasi BCG Menurunkan Kemungkinan Timbulnya Penyakit Kusta - Unair News. Unair News.
Retrieved 1 April 2021, from http://news.unair.ac.id/2019/12/06/imunisasi-bcg-menurunkan-kemungkinan-timbulnya-
penyakit-kusta/.
9. UINSU, H. (2019). UINSU.ac.id - World Leprosy Day. Hersafkm.uinsu.ac.id. Retrieved 1 April 2021, from
http://www.hersafkm.uinsu.ac.id/berita/read/6/world-leprosy-day.html.
10. 1Media, K. (2019). Kusta Bisa Dicegah, Berikut Saran Dokter untuk Mencegahnya Halaman all - Kompas.com.
KOMPAS.com. Retrieved 1 April 2021, from https://sains.kompas.com/read/2019/09/09/160500223/kusta-bisa-dicegah-
berikut-saran-dokter-untuk-mencegahnya?page=all.
11. 1Hukor.kemkes.go.id. (2019). Retrieved 2 April 2021, from
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__11_Th_2019_ttg_Penanggulangan_Kusta.pdf.
234,456
A big number always capt your audience’s attention
“This is a quote, words full of wisdom
that someone important said and can
make the reader get inspired.”
–Someone Famous
Infections’ map
Mercury
Mercury is the
smallest planet
Jupiter
Jupiter is the biggest
in the Solar System
Immune factors to consider
Secondary effects
Healthy people Venus has a beautiful
name and it’s the second
planet from the Sun
20 - 80 Participants Sample
Results
30 - 40 Years old Earth is the planet where
we live and the only one
known to harbor life
Clinical Trial
Preclinical Phase 1
Lab Studies Human Safety
Phase 2 Phase 3
Expanded Safety Efficacy & Safety
Awesome
words!
Contents of this template
Here’s what you’ll find in this Slidesgo template:
1. A slide structure based on a breakthrough presentation, which you can easily adapt to your needs.
For more info on how to edit the template, please visit Slidesgo School or read our FAQs.
2. An assortment of resources that are suitable for use in the presentation can be found in the
alternative resources slide.
3. A thanks slide, which you must keep so that proper credits for our design are given.
4. A resources slide, where you’ll find links to all the elements used in the template.
5. Instructions for use.
6. Final slides with:
● The fonts and colors used in the template.
● A selection of illustrations. You can also customize and animate them as you wish with the
online editor. Visit Storyset to find more.
● More infographic resources, whose size and color can be edited.
● Sets of customizable icons of the following themes: general, business, avatar, creative
process, education, help & support, medical, nature, performing arts, SEO & marketing, and
teamwork.
You can delete this slide when you’re done editing the presentation.
Do you know your
Immune System?
Mercury is the closest planet to the Sun and
the smallest one in the Solar System—it’s only
a bit larger than the Moon
The defense to the attack
You’ll see!
T cells actives
Phase 1 Phase 2 Phase 3 Memory helper cell
B Cell
Then the second line of defense They also stun the bacteria and make
arrives, millions of antibodies render them an easy target connecting to
or kill the intruders in the process killer cells
Balance shifts
Bye friends!
Vectors