Anda di halaman 1dari 4

Awal munculnya penyelenggaraan Taman Pendidikan Al-Qur’an disingkat TPQ bermula dari

keinginanan masyarakat untuk memberantas buta huruf terhadap Al-Qur’an. Dulunya,


sebelum TPQ dilembagakan, pengajaran baca tulis Al-Qur’an hanya dilakukan di masjid,
surau dan langgar, bahkan di rumah saja, yang mana pengajarannya lebih ditekankan pada
sebatas membaca Al-Qur’an dengan metode yang cukup terkenal hingga sekarang yang
masih diingat banyak orang yakni, metode alifan. Biasanya pembelajarannya dalam bentuk
pengajian ini dilakukan pada sore hari sambil menunggu azan magrib berkumandang.

             Seiring dengan berjalannya waktu, TPQ mulai berkembang dan kian mendapat
perhatian dari sejumlah pemerhati pendidikan. Pemerintah diberbagai daerahpun merespon,
dengan memberikan sedikit hembusan “angin surga” berupa insentif kepada ustadz dan
ustadzah yang mengajar di TPQ sebagai wujud pengakuan. Walaupun besaran jumlah dari
insentif itu tidak sebesar bantuan yang diberikan kepada lembaga yang sudah berstatus
formal. Ternyata TPQ masih “dianaktirikan” hal ini dikarenakan sifatnya masih non formal
tanpa mendapatkan bantuan operasional pelaksanaan kegiatan, layaknya di sekolah formal.
Maka dalam hal ini mencuat pertanyaan, mengapa Negara dan masyarakat melihatnya hanya
sebelah mata?

             Kementerian Agama R.I melalui Direktur pendidikannya mengatakan bahwa:


”pembangunan pendidikan Islam merupakan keterpaduan yang tidak bisa dilepaskan secara
nasional pada sistem pendidikan. Hal ini selaras dengan upaya negara dengan menyisihkan
anggaran dana pendidikan sebesar 20% dari Anggaran Belanja Negara. Maka, sasaran
strategis dari bagian program pendidikan Islam saat ini yaitu peningkatan mutu dan layanan
pendidikan keagamaan yang berkualitas dan lain sebagainya” ungkap Kamaruddin Amin
disitus web (http:pendis.kemenag.go.id) pada bagian kata pengantar.

             Menurut Ketua Umum DPP BKPRMI mencatat, bahwa jumlah total guru TPA dan
TKA saat ini 928 ribu orang. Sedangkan jumlah TKA dan TPA di bawah naungan BKPRMI
mencapai 190 ribu di seluruh wilayah Indonesia, kata Said Aldi Al-Idrus, Minggu
(24/11/2019) ungkapnya tahun lalu. Sedangkan sumber data Emis dari Sekretariat Direktorat
Jendral Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, mengacu pada tabel rekapitulasi data
pendidikan Islam menampilkan secara resmi sebesar 148,996 lembaga yang tersebar di 34
provinsi, (13/07/2019) yang lalu. Berkenaan dengan data ini menunjukkan bahwa jumlah
TPQ yang ada, bisa dibilang cukup fantastis jika dilihat dari besaran angka yang tertulis.

             Faktanya dari seluruh perkembangan TPQ di wilayah Indonesia tidak semua TPQ
dapat dikatakan “sehat”. Dikatakan kurang “sehat” dikarenakan terkendala beberapa
permasalahan dintaranya yaitu:

1. Tidak semua TPQ dapat melaksanakan penyelenggaraan pendidikan, jika dilihat dari
sisi 8 standar pendidikan. Hal ini disebabkan tempat yang digunakan untuk
penyelenggaraan pendidikan biasanya menggunakan rumah, surau atau masjid
sebagai tempat belajar.
2. Masih adanya TPQ yang baru buka kemudian bubar. Hal ini disebabkan lokasi dari
keberadaan TPQ tersebut yang kurang strategis dan terkadang jarak antara TPQ satu
dengan lainnya saling berdekatan sehingga timbulnya persaingan.
3. Belum adanya sinergiritas antara TPQ dengan lembaga sekolah yang sederajat
sehingga sekolah tersebut juga ikut serta membuka TPQ akhirnya santri yang
biasanya belajar di rumah, di masjid, atau disurau akhirnya menjadi berkurang. Hal
ini dikarenakan pihak dari orang tua siswa yang sering memelas kepada pihak sekolah
tersebut agar sekolah itu dapat menyediakan tempat mengajinya.
4. Orang tua hanya sekedar memasukkan anaknya kemudian lupa akan kewajibannya
untuk membayar SPP sebagai sumber penggajihan utama pada ustadz dan ustadzah.
Hal ini dikarenakan mindset para orang tua bahwa ilmu sains lebih berguna daripada
pendidikan Qur’an sehingga TPQ yang ada hanya mengisi kekosongan waktu
anaknya di rumah daripada anaknya bermain sesuatu yang tidak karuan.
5. Belum adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya TPQ sehingga minimnya
bantuan dana yang diberikan demi keberlanjutan penyelenggaraan pendidikan
sehingga akhirnya TPQ berjalan stagnan.
6. Minimnya sosialisasi Pemerintah Daerah setempat kepada lapisan masyarakat akan
keberadaan TPQ yang ada diwilayahnya.
7. Ijazah TPQ hanya sebatas angka yang tertera di atas kertas, namun tidak dapat
difungsikan dan dipergunakan dengan semestinya sebagai dasar santri untuk masuk
kejenjang berikutnya.

            Dari beberapa persoalan yang terjadi di atas mungkin saja dianggap wajar. Dikatakan
wajar, karena dalam penyelenggaran pendidikan apapun tidaklah semudah membalik telapak
tangan yang serta merta terus berjalan lancar tanpa adanya rintangan. Penyebabnya beragam,
bisa secara internal maupun eksternal. Melihat dari permasalahan dan penyebab serta akibat
yang ditimbulkan dari persoalan di atas maka timbul pertanyaannya sederhana bahwa
seberapa pentingkah TPQ sebagai bagian dari pendidikan bangsa?, bagaimana peran, fungsi
dan tujuan TPQ dalam mencerdaskan kehidupan bangsa?

            Mengacu pada Undang-undang bahwa: “pendidikan secara umum di Indonesia tujuan


utamanya adalah untuk dapat berkembangnya fitrah siswa sesuai potensi yang dimilikinya
sehingga menjadi manusia bertakwa dan beriman kepada Tuhan. Mandiri, kreatif, cakap,
sehat, berakhlak mulia, berilmu dan menjadi warga negara demokratis yang bertanggung
jawab. Fungsinya supaya berkembangnya kompetensi sehingga terbentuk pribadi bangsa
yang terhormat”, (Tahun 2003, No. 20 pasal 3 dalam Sikdiknas).

            Untuk mewujudkan generasi bangsa yang cerdas pada satuan pendidikan maka
diperlukanlah yang namanya kurikulum. Menurut Syaifuddin Sabda, dalam bukunya berjudul
Tinjauan Teoritis Pengembangan Kurikulum dengan meminjam pendapat dari Al-Kualy
menyatakan: “kurikulum adalah suatu cara dan media serta seperangkat rencana dalam
mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan di dalam lembaga pendidikan”. (2015:27).
Hal ini sejalan dengan Olivia yang mengusung Develoving of the Curriculum menegaskan
bahwa: ”konsep kurikulum adalah apa yang dipelajari di sekolah”.(1991:5-6)

            Ditinjau dari prinsip kurikulum menurut Hasan Hanggulung dalam bukunya Evaluasi
Kurikulum mengemukakan bahwa: “prinsip kurikulum sebagi ide atau gagasan, rencana
tertulis, kegiatan (proses dan hasil belajar” 1988:28). Sedangkan pada anatomi kurikulum
menurut Meller dan Siller dalam bukunya Curriculum Perspectives and practice berpendapat
bahwa kurikulum terdiri atas: “aims and objektivies, content, teaching strategies,
organization of content and evaluation”.(1985:175)

            TPQ adalah satuan unit keagamaan dalam lingkup pendidikan yang saat ini masih
berstatus non-formal dan kegiatan pembelajarannya dibangun dengan filosofis TAMAN
yaitu, tentram, amanah, menyenangkan dan nyaman. Sehingga dapat terwujudnya santri yang
bertakwa dan beriman. Berkenaan dengan cita-cita utamanya adalah menyongsong masa
depan gemilang dengan menyiapkan generasi Qur’ani yang sejalan dengan bingkai
kebhinekaan tunggal ika.

            Peran, fungsi dan tujuan TPQ sebagaimana termaktub pada (SKB 2 Menteri) pada
tahun 1982 dengan No.128/44 A, berisikan suatu usaha peningkatan kompetensi baca dan
tulis Al-Qur’an yang diperuntukkan untuk kaum Islam sehingga dapat bertambahnya nilai
penghayatan dan penerapannya di dalam kehidupan nyata”.

            Menelaah dari buku TPQ yang telah disusun oleh LPPTKA berjudul Materi Hafalan
dan Adab-adab Harian, maka ditemukan bahwa program pengajarannya terdiri atas 3 jenjang.
Pertama, TK Al Qur’an  Level A dan B diperuntukkan bagi anak dengan usia 4 sampai 6
tahun”. Kedua, TPA level A dan B bagi usia 7 sampai 12 tahun. Ketiga TQA level C bagi usia
13 sampai 16 tahun”.(2010:86-96). Berikut selintas tentang tinjauan standar kurikulum TPQ
pada salah satu tingkatannya.

TK Al-Qur’an Level A untuk semester I dan II, memuat materi pembelajaran yakni:

1. Dasar pembelajaran Al-Qur’an dengan materi pokok pembelajaran yaitu: i’qra jilid 1
sampai 4
2. Hapalan bacaan shalat berisikan doa sebelum wudhu, iftitah, bacaan Al-Fatihah,
ru’ku, i’tidal, sujud, duduk antara dua sujud, tasyahud dan salam.
3. Hapalan surah pendek berisikan tentang surah An-Nās, Al-Ashr, Al-Ikhlash, Al-lahāb,
An-Nashr, Al-Kautsar dan Al-Falaq’.
4. Latihan praktik shalat berisikan, latihan praktik wudhu dan shalat.
5. Adab dan doa harian berisikan, pengenalan adab dan doa belajar 1 dan 2, sebelum
makan dan sesudahnya, masuk kamar mandi/WC (toilet) dan keluarnya, doa mohon
ampun untuk orang tua, senandung Al-Qur’an, sebelum tidur dan bangunnya, masuk
rumah dan keluar rumah.
6. Tahsinul kitabah berisikan, tentang mewarnai penulisan huruf tunggal, mewarnai
penulisan huruf sambung, mencontoh penulisan angka arab 1 sampai 40, mencontoh
cara penulisan huruf tunggal dan seni mewarnai kaligrafi
7. Pengenalan dasar dienul Islam berisikan, tentang bagaimana mengucapkan dua
kalimat syahadat, menyebutkan kitab suci umat Islam, mengetahui Tuhan umat Islam,
mengenal 10 nama malaikat, nama-nama Nabi Ulul Azmi, kalimat thayyibah, puasa
bulan ramadhan, zakat fitrah, hari-hari besar umat Islam, nama bulan hijriah dan
ibadah haji.
8. Muatan lokal dan pengembangan diri sifatnya bebas serta sifatnya tidak terikat yang
berisikan, nasyid, komputer, seni bela diri, kreativitas seni, bahasa Inggris dan bahasa
Arab.

           Berkaitan dengan kurikulum TPQ ditinjau secara keselurahan pada setiap


tingkatannya, maka dapat dianalisis secara sederhana bahwa titik tekannya pada pengenalan
dasar-dasar nilai keimanan, keislaman dan keilmuan. Walaupun tentunya pada materi
pembelajaran tersebut perlu lagi dilakukan usaha lebih lanjut dalam pengembangannya.
Terutama pada bahan ajar sebagai penunjang kebutuhan pembelajaran sehingga ke depannya
akan dapat memudahkan ustadz dan ustadzah di dalam penerapan pengajarannya.

           Terlepas penting atau tidaknya eksistensi TPQ dimasa depan. Setidaknya diperlukan
suatu bentuk legitimasi terhadap para ustadz dan ustadzah selaku pendidik dan pengajar
sebagai apresiasi dalam peradaban pembangunan sumber daya manusia dari sisi pendidikan.
Maka dari itu dibutuhkan upaya sinergiritas tata kelola TPQ dalam hubungannya dengan tri
pusat pendidikan dan adanya campur tangan pemerintah untuk secara bersama-sama dalam
mewujudkan harapan dan cita-cita bangsa.

Anda mungkin juga menyukai