MAKALAH
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARMASIN
Tahun 2019 M/1440
i
MAKALAH
MEMBANGUN
TUJUAN DAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
Oleh:
Nama : Agus Santoso
Nim : 190311010162
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Syaifuddin Sabda, M.Ag.
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARMASIN
Tahun 2019 M/1440
ii
A. Latar Belakang
Makalah ini berangkat bahwa manusia sebagai ciptaan Allah Swt yang
diberikan anugrah yang luar biasa, anugrah tersebut berupa panca indra, hati dan
akal. Panca indra indra berfungsi menangkap segala sesuatu yang nampak kasat
mata, lalu diproses melalui akal, lalu masuk ke dalam hati kemudian dikeluarkan
melalui ucapan secara lisan maupun non lisan. Kesemuannya ini diberikan oleh
Allah Swt kepada manusia agar manusia dapat menikmati segala ciptaannya.
Maka sudah selayaknya manusia sebagai seorang hamba Allah Swt harus pandai
bersyukur dengan cara mengabdi kepada Allah Swt sebagaimana yang telah
dicontohkan oleh Rasulullah Saw.
Berkaitan konteks mengabdi, dalam bahasa Arab berasal dari ‘abada-ya’budu
‘abdan yang dapat diartikan ketundukan, kataatan kepatuhan dan kelemahan.
Ketundukan dan kepatuhan secara tulus akan menjadikan dirinya sebagai khalifah
Allah SWT dimuka bumi dalam persoalan mengelola kehidupan alam semesta.
Pengelolaan tersebut agar terjadinya keseimbangan alam yang dapat terjaga
dengan baik bukan kebalikannya. Untuk menjaga keseimbangan tersebut maka
diperlukan pendidikan Islam yang “mumpuni” dalam rangka pengoptimalan diri
dalam membudayakan ajaran Allah SWT yang telah diwahyukannya kepada
Rasulullah Saw sebagai kekasihnya.
Pendidikan Islam adalah sebagai suatu bentuk kegiatan manusia dalam proses
panjang yang terus berotasi untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. Baik,
tujuan yang bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk secara
khusus untuk mencapai tujuan yang tinggi sebagai titik akhir manusia sebagai
Abdullah dan sebagai khalifah Allah Swt.
Berdasarkan uraian tersebut maka, makalah ini akan menyajikan tentang
bagaimana membangun tujuan dan kurikulum pendidikan Islam melalui kerangka
pikir sederhana, yang akan dimulai dengan variabel judul makalah, selanjutnya
diuraikan kepada bagian sub variabel atau sub-sub variabel judul makalah secara
bertahap.
2
5. Tujuan isedentil, merupakan tujuan yang bersifat sesaat karena adanya situasi
yang terjadi secara kebetulan, misalnya seorang ayah memanggil anaknya
dengan tujuan agar anak mencapai kepatuhan.
6. Tujuan intermedier, merupakan tujuan perantara, sebagai tujuan yang dilihat
sebagai alat dan harus dicapai terlebih dahulu demi kelancaran pendidikan
misalnya, siswa dapat membaca dan menulis demi kelancaran mengikuti
pelajaran di sekolah.1
1
Hasbullah, Dasar-dasar pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), h. 15.
4
2
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetens:Konsep
dan Implementasi Kurikulum 2004 (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), h. 75.
3
Salamah, Pengembangan Model Kurikulum Holistik Pendidikan Agama Islam pada
Madrasah Tsanawiyah: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2011), h. 37.
5
4
Syaifuddin Sabda, Pengembangan Kurikulum: Tinjauan Teoritis (Yogyakarta: Aswaja
Pressindo, 2011), h. 21-25.
6
3. Landasan Kurikulum
Landasan kurikulum secara sederhana dapat diartikan sebagai pondasi
awal dalam membuat suatu rancangan. Menurut Hamdan dalam bukunya yang
berjudul pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam mengemukakan
bahwa: “landasan kurikulum dapat menggunakan landasan organisator yang
yang di dalamnya berisi landasan historis, filosopis, sosiologis, psikologis dan
IPTEKS”.5
Landasan historis adalah landasan yang di dasarkan berangkat dari sejarah
perkembangan suatu bangsa. Sebagai misal, Indonesia, awal munculnya mata
pelajaran agama Islam, di awali pada masa orde lama dengan terjadinya
peristiwa G.30 PKI dan organisasi Nasakom yang menimbulkan berbagai
akibat-akibat negatif. Berdasarkan peristiwa ini barulah mata pelajaran agama
Islam wajib pada semua jenjang pendidikan dan nilainya tidak boleh dibawah 6
atau 60. Landasan filosopis bahwa kurikulum pendidikan berakar pada budaya
bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa pada masa kini dan masa
mendatang. Landasan sosiologis adalah berangkat dari status dan latar
belakang sosial siswa yang berbeda. Landasan psikologis adalah semua pakar
pendidikan sepakat bahwa landasan psikologis merupakan salah satu landasan
yang diperhatikan dalam pengembangan kurikulum dengan memperhatikan
perkembangan anak maupun psikologi belajar anak. Landasan IPTEKS adalah
berangkat dari sains dan teknologi yang selalu berkembang sesuai dengan
zamannya, maka kurikulum harus bersifat visioner yang mampu menjangkau
kemajuan sains dan teknologi 10 samapai 20 tahun ke depan.
4. Prinsip-prinsip Kurikulum
Prinsip-prinsip kurikulum menjadi sesuatu yang urgen dan krusial.
Dikatakann urgen dikarenakan pembentukan kurikulum dapat lebih sempurna,
sedangkan dikatakan krusial agar kurikulum dalam sasarannya dapat tepat
5
Hamdan, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam: teori dan Praktik
(Banjarmasin: IAIN Press, 2014), h. 45.
7
6
Syaifuddin Sabda, Pengembangan Kurikulum …, h. 207-208.
8
biasanya terwujud dalam visi, misi dan tujuan lembaga pendidikan yang
bersangkutan.
2) Sekolah adalah sebuah lembaga yang dipercayai oleh masyarakat,
pemerintah dan orang tua, maka dalam merumuskan tujuan pendidikan
harus memperhatikan relevansinya dengan segala tuntutan berbagai
pihak.
3) Kurikulum untuk siswa, maka dari perumusan tujuan kurikulum harus
memperhatikan tingkat kemampuan dan keragaman siswa.
4) Tujuan kurikulum pada dasarnya adalah penterjemahan lebih jauh dari
tujuan suatu bangsa, Negara, komunitas tertentu, maka rumusan tujuan
kurikulum harus benar-benar dapat menterjemahkan tujuan di atasnya.
5) Dalam merumuskan tujuan kurikulum harus juga mempertimbangkan
aspek kurikulum lainnya, misalnya tersedianya materi, kemampuan dan
kemudahan guru dan siswa dalam mewujudkannya melalui metode dan
strategi, sumber belajar dan sarana yang tersedia, serta kemungkinan
untuk dievaluasi.7
b. Isi kurikulum, pada tahap perumusan perlu memperhatikan sebagai berikut.
1) Isi kurikulum harus memberikan informasi dan pengalaman belajar yang
memungkinkan terwujudnya tujuan kurikulum.
2) Isi kurikulum harus berisi pengetahuan, sikap, dan keterampilan secara
proforsional.
3) Isi kurikulum harus disusun dengan sistematika logis dan sistematis.
4) Isi kurikulum harus fungsional (benar-benar dibutuhkan) sesuai dengan
tuntutan.
5) Isi kurikulum ditetapkan harus dengan mempertimbangkan ketersedian
sumbernya, baik dalam bentuk sumber cetakan, sumber factual dalam
dan masyarakat, elektronik.
c. Strategi impelementasi. Pemilihan proses dan strategi pembelajaran perlu
memperhatikan sebagai mana pertanyaan-pertanyaan berikut:
1) Apakah metode atau teknik pembelajaran yang digunakan cocok untuk
mengajarkan bahan ajar?
2) Apakah metode atau teknik pembelajaran tersebut memberikan kegiatan
yang bervariasi sehingga dapat melayani perbedaan individu siswa?
3) Apakah metode atau teknik pembelajaran memberikan urutan kegiatan
yang bertingkat-tingkat?
4) Apakah metode atau teknik pembelajaran dapat menciptakan kegiatan
untuk mencapai tujuan kognitif, afektif, dan psikomotorik?
5) Apakah metode atau teknik pembelajaran tersebut lebih mengaktifkan
guru atau murid atau kedua-duanya?
6) Apakah metode atau teknik pembelajaran mendorong berkembangnya
kemampuan baru?
7
Syaifuddin Sabda, Pengembangan Kurikulum..., h. 212.
9
8
Syaifuddin Sabda, Pengembangan Kurikulum…, h. 216
10
9
Salamah, Salamah, Pengembangan Model Kurikulum Holistik …, h. 40.
11
dipandang sebagai satu kesatuan, dalam arti tidak ada pemisahan antara
pengetahuan umum dan agama. Meskipun ada pengklasifikasian atau
pemilahan ilmu, seperti ilmu pengetahuan keagamaan dan ilmu pengetahuan
umum, seperti yang dilakukan al-Farabi, al-Ghazali dan para filosof lainnya,
namun mereka tetap menganggap bahwa semua ilmu pengetahuan itu
merupakan bagian dari khazanah ilmu pengetahuan Islam. Semua ilmu tersebut
dipandang sama-sama berpangkal dari Allah Swt, baik yang didapat langsung
dari firman-Nya maupun yang didapat melalui pemikiran dan pengolahan
manusia atas dasar ciptaan-Nya di alam ini.
D. Membangun Tujuan dan Kurikulum Pendidikan Islam
Setelah diuraikan secara singkat berkaitan dengan topik pembahasan maka
dalam makalah ini diberikan secara singkat tentang gambaran tersebut dari salah
satu reference yang ditemukan yang dianggap penting, seperti pengembangan
kurikulum holistik PAI di MIN Samarinda sebagaimana yang telah ditulis oleh
Salamah, pengembangan model pembelajaran filsapat dengan Story and Problem
Based Learning di UIN Antasari Banjarmasin yang ditulis oleh Rabiyatul
Adawiyah, namun dalam makalah ini hanya salah satunya saja untuk disajikan
sebagaiamana yang ditulis oleh M. Nasir tentang pengembangan kurikulum
pendidikan Islam dalam jurnal Ilmiah IAIN Samarinda. 10
1. Pengembangan tujuan kurikulum pendidikan Islam
Muhaimin memandang ada lima tipologi pemikiran filsafat pendidikan
Islam yang dapat menjadi dasar atau cara pandang bagi para pengembang
kurikulum dalam mengembangkan tujuan. Kelima tipologi yang dimaksud
adalah:
a) Perenial esensial salafi, tipologi Perenial-Esensial Salafi merupakan tipologi
pemikiran pendidikan yang menonjolkan wawasan pendidikan era salaf
(pada era kenabian dan sahabat). Pendidikan Islam berfungsi sebagai upaya
melestarikan dan mempertahankan al-qiyam al Ilahiyah dan al-qiyam
alinsaniyah dan kebiasaan serta tradisi masyarakat salaf karena mereka
dipandang sebagai masyarakat ideal.
b) Perenial esensial mazhabi, tipologi ini menonjolkan wawasan kependidikan
Islam yang tradisional dan memiliki kecenderungan untuk mengikuti aliran,
10
M. Nasir, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam”,Jurnal Syamil pISSN: 2339-
1332, eISSN: 2477-0027 No. 2. Vol. 5 (2017): 155.
12
Ada istilah tahap herarki tujuan dan ada kategori tujuan. Dalam Herarki
tujuan pendidikan Islam, tujuan terdiri dari tujuan akhir atau tujuan tertinggi,
tujuan nasional, tujuan institusional dan tujuan pembelajaran. Sementara
kategori tujuan menurut Seller and Miller adalah Aims, Goals, dan Objectives.
13
11
M. Nasir, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam”…, h. 152.
14
12
Murry Print, Curriculum Development and Design (Australia: Allen & Unwim, 1993),
h. 109-111.
13
Murry Print, Curriculum Development ..., h.55-56
15
14
M. Nasir, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam”…, h. 163.
17
Acuan Etik (PAE) oleh Muhaimin sebagaimana yang dikutip oleh M. Nasir.15
Berikut ini akan dijelaskan asumsi dan implikasi dari ketiga bentuk penilaian di
atas sebagai berikut:
a) Penilaian Acuan Norma/Kelompok (PAN/PAK) dengan asumsi bahwa
adanya pengakuan terhadap perbedaan induvidual, adanya kesejajaran
antara matematik dan alam semesta dengan contoh apabila barang ditambah
maka pasti berubah, sebaliknya juga begitu. Oleh karena itu, hasil belajar
juga dapat bertambah dan berkurang dan adanya normalitas distribusi
populasi. Implikasinya dalam pembelajaran adalah: a) Kemampuan
pembelajaran peserta didik lebih diutamakan dari pada penguasaan materi;
b) proses belajar mengajarnya menggunakan CBSA yaitu mengembangkan
kompetisi sehat antar siswa; c) kreteria berkembang sesuai dengan
kelompoknya.
b) Penilaian Acuan Patokan (PAP) dengan asumsi bahwa: harapan adanya
perbedaan sebelum dan sesudah belajar dengan harapan siswa memiliki
kemampuan sesuai dengan dipelajari. Implikasinya dalam pembelajaran
adalah a) tujuan pembelajaran adalah kemampuan penguasaan materi dan
kemampuan menjalankan tugas-tugas tertentu lebih diutamakan; b) proses
belajar yang digunakan adalah, paket, belajar tuntas, modulasi, dan belajar
mandiri; c) kreteria penilaiannya sesuai dengan tujuan pembelajaran.
c) Penilaian Acuan Etik (PAE) dengan asumsi bahwa manusia asalnya adalah
fitrah, pendidikan berusaha mengembangkan atau mengaktualisasikan fitrah
itu dan bersatunya iman, ilmu dan amal. Implikasinya adalah; a) tujuan
pembelajaran adalah menjadi manusia yang baik, bermoral, beriman dan
bertakwa; b) proses belajar mengajarnya adalah sistem mengajar
berwawasan nilai; c) kreterianya adalah kreteria baik dan benar secara
mutlak.
15
M. Nasir, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam”…, h. 164.
18
E. Simpulan
1. Tujuan pendidikan secara garis besar meliputi tujuan umum, tujuan khusus,
tujuan tak lengkap, tujuan sementara, tujuan isedentil dan tujuan intermedier.
Sedangkan dalam hubungannya dengan hierarki tujuan pendidikan, meliputi
tujuan nasional, institusional, kurikuler dan tujuan intruksional. Sedangkan
tujuan pendidikan adalah untuk tercapainya manusia seutuhnya, berakhlak
mulia, tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat dan menumbuhkan
kesadaran manusia mengabdi kepada sang pencipta serta memilki nilai tujuan”.
2. Kurikulum pendidikan Islam sudah diajarkan di lembaga-lembaga pendidikan
Islam dimulai sejak periode awal pendidikan Islam sampai masa klasik itu
dipandang sebagai satu kesatuan, dalam arti tidak ada pemisahan antara
pengetahuan umum dan agama.
3. Membangun tujuan kurikulum dan pendidikan Islam, dimulai dengan
memahami berbagai teori-teori kurikulum, tujuan pengembangan kurikulum,
prosedur pengembangan kurikulum, pengembangan materi dan bahan ajar,
pengembangan model kurikulum dan pengembangan penilaian merupakan
pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan Islam yang dianggap ideal.
19
F. Daftar Pustaka
Hamdan. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam: teori dan
Praktik. (Banjarmasin: IAIN Press, 2014).