PROFIL
PROGRAM
DUKUNGAN
PAPAN INFO
Buton Utara Dalam Pandangan Evaluator
Berita Terkini:
Terbatasnya aksesisbilitas ini terjadi tidak hanya di bidang transportasi, tetapi juga
sarana dan prasarana lain seperti di bidang komunikasi, kesahatan, penerangan,
pengairan, jalan yang tidak terhubung antar wilayah dan fasilitas penunjang
pendidikan. Di bidang komunikasi tidak ada media yang dapat menghubungkan
komunikasi antar desa dan antar masyarakat di daerah terisolir. Hanya ada satu
station radio yang bisa ditangkap oleh masyarakat yaitu Radio Republik Indonesia
(RRI), 2 BTS untuk komunikasi telepon seluler yaitu indosat dan telkomsel yang
hanya bisa dinikmati di kota Ereke, dan 1 koran harian hanya ada di kota.
Ada beberapa desa yang berada di pesisir yang hanya bisa dijangkau melalui perahu,
tidak ada jalan darat yang bisa menghubungkan ke desa-desa pesisir tersebut.
Kondisi desa-desa tersebut rata-rata tidak memiliki listrik, fasiltas air yang terbatas,
tidak ada jaringan komunikasi, satu-satunya sarana komunikasi dengan masyarakat
luar melaui laut yang bisa ditempuh selama berjam-jam.
Di bidang kesehatan hanya ada satu Puskesamas (Pusat Kesehatan Masyarakat) yang
ada di kota kabupaten, sementara di desa-desa,masalah kesehatan masyarakat hanya
mengandalkan dukun desa. Paramedis seperti dokter dan bidan hanya ada di kota
sedangkan di desa tenaga-tenaga medis tersebut tidak pernah dijumpai
keberadaannya.
Demikian pula untuk sarana listrik dan air, masih banyak desa-desa yang belum
memiliki penerangan yang layak dari pemerintah (PLN=Perusahaan Listrik Negara),
jika pun ada penerangan listrik sering mati. Sementara bagi masyarakat yang belum
menggunakan listrik, mereka mengandalkan minyak, tenaga surya, accu atau sinar
bulan pada malam hari. Kondisi penerangan ini secara langsung berpengaruh pada
kualitas belajar anak sekolah yang kebanyakan tidak belajar di rumah karena gelap
atau aktivitas produktif yang membutuhkan energy listrik.
Fasilitas air kebanyakan diusahakan oleh masyarakat sendiri atau dengan bantuan
NGO yang membantu dalam pengadaan air bersih. Dari pemerintah daerah
meskipun ada kantor yang secara khusus menangani distribusi air ke masyarakat
yaitu PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum), namun kantor tersebut tidak
beroperasi. Sampai sekarang tidak ada upaya-upaya dari pemerintah daerah dalam
pengadaan air bersih bagi masyarakat.
Buton Utara merupakan wilayah yang berkarang namun banyak tanaman yang
tumbuh subur di pulau ini. Beragam tanaman kering yang menghasilkan buah-
buahan dan sayuran banyak tumbuh di pulau ini. Di samping hasil kebun, ikan laut
juga memberikan kontribusi yang besar bagi masyarakat baik untuk dikonsumsi
maupun diperdagangkan. Kualitas ikan laut di Buton ini cukup terkenal di Sulawesi
karena keberagamannya dan kesegarannya dibandingkan ikan laut dari pulau-pulau
lain. Dari hasil alam yang dihasilkan oleh pulau Buton ini merefleksikan
matapencaharian masyarakat yaitu petani dan nelayan. Dua jenis mata pencaharian
ini dikelola masyarakat masih secara tradisional karena kebanyakan hasilnya
diperuntukan untuk kebutuhan sendiri dan dipasarkan di pasar lokal. Namun
demikian hasil alam ini sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sehari-
hari, sehingga kebutuhan terhadap pangan masyarakat di Buton Utara tidak
menemui kesulitan.
Karakteristik Masyarakat
a. Mata Pencaharian
Matapencaharian masyarakat sangat tergantung pada hasil bumi yaitu hasil pertanian
dan laut. Pengelolaan hasil bumi ini masih dikelola secara tradisional, masyarakat
belum menggunakan sistem pertanian yang memungkinkan mereka dapat mengolah
lahannya lebih maksimal dan menghasilkan kualitas yang baik. Demikian pula di
sektor perikanan, masyarakat nelayan masih menggunakan perahu-perahu tradisional
yang mereka buat sendiri dengan bahan baku kayu dari hutan yang banyak tumbuh
di Buton Utara.
Hasil bumi di bidang pertanian dan perikanan ini lebih banyak diperuntukkan untuk
kebutuhan masyarakat Buton Utara sendiri, belum banyak para petani dan nelayan
yang menjual hasil usahanya ke luar wilayah Buton Utara. Sistem penjualannya pun
tidak melalui rangkaian distribusi yang panjang seperti di beberapa daerah lain di
indonesia. Para petani dan nelayan dapat menjual langsung hasil usahanya kepada
pembeli, jika tidak habis hasil usaha ini (pertanian dan ikan) dikonsumsi sendiri oleh
para petani atau nelayan untuk keluarga mereka. Demikian pula para pembeli atau
konsumen banyak dijumpai mereka menunggu nelayan yang sedang menangkap
ikan di pinggir dermaga pelabuhan. Para produsen (nelayan) dan konsumen bisa
langsung bertransaksi di pinggir dermaga ketika para nelayan tersebut tiba di
pelabuhan atau pantai dengan membawa ikan hasil tangkapan nelayan yang masih
berada di atas perahu mereka.
Pekerjaan sebagai petani dan nelayan ini merupakan pekerjaan yang dominan di
masyarakat, belum banyak usaha-usaha di bidang perdagangan dan industri kecil.
Aktivitas perdagangan hanya sebatas jual beli hasil bumi dan warung-warung kecil
sedangkan industri kecil seperti kerajinan tidak dijumpai di Buton Utara. Meskipun
jika melihat hasil bumi yang melimpah dan sangat potensial untuk dikembangkan
menjadi sebuah industri kerajinan, masih terlihat belum ada upaya-upaya dari
masyarakat dan pemerintah untuk mengembangkan usaha kecil.
b. Interaksi Sosial
Pekerjaan bagi masyarakat Buton Utara bukanlah sekedar untuk mendapatkan uang
tetapi juga sebagai sarana sosial dalam mengembangkan solidaritas sosial di antara
mereka. Hal ini menjadikan tidak ada persaingan dalam pekerjaan mereka. Mereka
biasa saling membantu dan tolong menolong dalam bekerja baik dalam mencari ikan
maupun dalam pertanian.
Pekerjaan yang relatif sama dalam masyarakat memungkinkan mereka bisa bekerja
bersama baik di kebun maupun ke laut. Interaksi sosial di antara masyarakat relatif
intens, mereka tidak membutuhkan waktu khusus untuk bersosialisasi atau
berinteraksi dengan sesama warga. Komunikasi antar warga bisa dilakukan kapan
saja dan di mana saja selama mereka berada dalam suatu wilayah atau desa yang
sama. Warga akan mengalami kesulitan jika harus melakukan komunikasi dengan
warga dari desa lain karena tiadanya sarana transportasi darat dan komunikasi yang
memadai. Ada beberapa warga untuk menghadiri suatu acara di rumah kerabatnya
atau temannya membutuhkan waktu berjam-jam untuk sampai ke tujuan, karena
mereka harus mendayung beberapa kilometer melalui jalan laut untuk menuju
sebuah desa lain.
Rumah-rumah penduduk yang sebagian besar terbuat dari kayu dan di depan rumah
para pemilik rumah banyak mendirikan balai-balai tempat dimana masyarakat biasa
berkumpul dan bercakap-cakap. Keberadan balai ini cukup penting bagi masyarakat
sebagai sarana untuk aktivitas kumpul-kumpul atau bercakap-cakap antar warga
yang bisa berlangsung pada pagi,siang, sore maupun malam di balai-balai ini.
Aktivitas kumpul-kumpul dan bercakap-cakap di balai-balai yang berada di depan
setiap rumah warga ini ternyata juga menjadi sarana komunikasi politik antar warga
dan calon bupati pada saat menjelang dan sesudah pilkada. Secara tidak langsung
keberadaan balai-balai ini telah menjadi pos-pos bagi para tim sukses untuk
berkordinasi dan mempengaruhi warga dalam memilih calon bupati.
c. Komunikasi Politik
Komunikasi politik antara calon bupati dengan warga banyak dilakukan melalui tim
sukses masing-masing calon bupati. Hanya saja komunikasi politik ini tidak
memperbincangkan hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan, visi misi para calon,
atau sistem politik daerah, yang menjadi perbincangan masyarakat relatif tunggal
yaitu yang berkaitan dengan peluang para calon bupati. Isu-isu yang berkaitan
dengan infrastruktur fisik lepas dari perbincangan di masyarakat. Komunikasi politik
yang dibangun oleh para tim sukses ini mendorong terjadinya deal-deal politik yang
mengarah pada terjadinya money politik.
Para tim sukses calon bupati ini sangat memanfaatkan rendahnya pemahaman politik
masyarakat. Sebagai kabupaten baru yang baru pertama kali melakukan pilkada
merupakan peluang bagi para calon bupati memanfaatkan lemahnya pemahaman
politik masyarakat sebagai sasaran empuk untuk melakukan politik uang. Melalui
para tim sukses sebagian besar calon bupati ini mengarahkan masyarakat untuk
berpikir pragmatis.
Pilihan pada ketokohan salah seorang calon. Pemilih ini memiliki kecenderungan
menentukan pilihan pada salah satu calon karena ketokohan atau latar belakang calon.
Karena kefanatikan pada ketokohan calon tersebut kebanyakan dari para pemilih ini
tidak begitu tertarik pada politik uang yang ditawarkan oleh tim sukses dari calon lain.
Pilihan Karena money politik. Pemilih ini memilih calon bupati didasarkan pada uang
yang telah diberikan oleh salah satu calon kandidat bupati. Selain uang para pemilih
atau kordinator tim sukses juga dijanjikan fasiltas seperti project dan penerimaan PNS
(Pagawai Negeri Sipil) bagi anak- anaknya meskipun tetap diharuskan membayar
puluhan juta rupiah.
d. Keterisolasian Masyarakat
Keterisolasian sebagian besar wilayah Buton Utara sebagai salah satu penyebab
masyarakat tidak begitu memahami motif-motif komunikasi politik yang dilakukan
oleh para calon bupati. Keterisolasian ini menyebabkan minimnya informasi dari
luar desa serta informasi-informasi dari sumber-sumber berita yang kompeten.
Informasi yang berkaitan dengan kondisi politik kebanyakan diperoleh dari mulut ke
mulut yang rawan terjadinya manipulasi informasi. Sebagai contoh misalnya hampir
semua masyarakat tidak mengetahui kebijakan apa saja yang telah dilakukan oleh
pemerintah daerah, dan ketidaktahuan ini tidak disadari oleh masyarakat sebagai
sebuah keterbatasan mereka. Mereka sebagai masyarakat rata-rata tidak menyadari
bahwa mereka memiliki hak untuk mengetahui berbagai kebijakan dan layanan yang
seharusnya diberikan oleh pemerintah kepada rakyatnya. Hal inilah yang
menyebabkan kontrol masayarakat terhadap kinerja pemerintah sangat lemah bahkan
hampir tidak ada. Keterisolasian beberapa wilayah mengkondisikan para pelaku
kebijakan (pemerintah) untuk bisa berbuat lebih leluasa mengatur wilayahnya untuk
kepentingan diri sendiri dan kelompoknya. Keleluasaan mengatur pemerintahan ini
bisa dilihat dari tidak diberikannya informasi kepada masyarakat mengenai
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Buton Utara, Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
dan juga termasuk juga berbagai peraturan daerah. Sampai saat ini masyarakat tidak
mengetahui seberapa besar penerimaan pendapatan daerah dan sejauh mana
penggunaannya untuk kepentingan rakyat di samping itu pula masyarakat juga tidak
mengetahui produk peraturan daerah (Perda) yang telah dihasilkan yang dapat
berimplikasi langsung terhadap kepentingan dan penghidupan mereka. Pemerintah
kabupaten Buton Utara cenderung tertutup menginformasikan hal-hal tersebut.
Sumber: IDRAP