Anda di halaman 1dari 7

J. MANUSIA & LINGKUNGAN, 2018, 25(2):66-72, DOI: 10.22146/jml.

24979

KONSEP PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH


KELURAHAN KOTABARU KOTA SERANG
(Concept of Slum Handling in Kotabaru Serang City)

Laily Kurniasari*, Raldi Hendro Koestoer, dan Emirhadi Suganda


Fakultas Pasca Sarjana, Program Studi Kajian Ilmu Lingkungan, Universitas Indonesia,
Jl. Salemba Raya No. 6 Jakarta Pusat, 16424.
*
Penulis korespondensi. Email: lailykurniasari@yahoo.co.id.

Diterima: 13 Mei 2017 Disetujui: 15 Maret 2018


Abstrak
Salah satu dampak semakin tingginya jumlah penduduk di perkotaan adalah munculnya permukiman kumuh,
termasuk yang terjadi di Kelurahan Kotabaru, kota Serang. Berbagai upaya penanganan permukiman kumuh telah lama
dilakukan, namun kenyataannya secara keseluruhan program penanganan permukiman kumuh yang telah dilaksanakan
hasilnya belum menunjukkan perubahan yang berarti dalam membantu penataan dan perbaikan permukiman kumuh.
Untuk mengetahui penanganan permukiman kumuh yang sesuai maka perlu dilakukan analisis tingkat kekumuhan
berdasarkan karakteristik lingkungan, ekonomi, dan sosial masyarakatnya dan menyusun konsep penanganan
permukiman kumuh yang sesuai. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode campuran untuk
mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menjelaskan bahwa strata kekumuhan di permukiman
Kotabaru terdiri dari kumuh sedang (RW 1 dan RW 2) dan kumuh berat (RW 3 dan RW 5). Tingkat kekumuhan yang
berbeda membutuhkan penanganan yang berbeda pula, untuk wilayah kumuh sedang, penanganan dilakukan melalui
peremajaan dengan land sharing. Untuk wilayah kumuh berat penanganan melalui pembangunan rumah susun.
Kata kunci: permukiman kumuh, permukiman berkelanjutan, tingkat kekumuhan, konsep penanganan.
Abstract
The increase in the urban population has led to various impacts, and it also occurs in Sub Kotabaru city of
Serang. One consequence is the increasing demand for appropriate housing, but this increase is not offset by an
increase in the amount of land in the city. Limitations of land in the city resulted in land prices high and not affordable
by low-income people. They occupied the land with the designation not to settlements such as riverbanks, railroad
tracks and lead to slums in urban areas. Various efforts to address the slum has long been done, but in fact the overall
program management of slums that have been implemented the results have not shown significant changes in assisting
the structuring and slum upgrading. To determine the proper handling of slums it is necessary to identify the level of
squalor by environmental characteristics, economic, and social communities; and draft handling of slums. This study
used a qualitative approach with a mix of methods to collect qualitative and quantitative data. The results of the study
explained that the strata level of slum in Kotabaru consists of medium slum (RW 1 and RW 2) and heavy slum (RW 3
and RW 5). Squalor different level requires different handling, anyway, to the slums being, handling through
rejuvenation with land sharing. To the slums of heavy handling through the construction of flats.
Keywords: slum, sustainable settlements, level of slum, concept of handling.

PENDAHULUAN kolong jembatan atau menempati permukiman


dengan kepadatan bangunan yang tinggi, sehingga
Salah satu dampak dari pertumbuhan memicu muculnya permukiman kumuh pada
penduduk yang tinggi di kota adalah meningkatnya kawasan perkotaan. Untuk mengkaji permasalahan
permintaan akan rumah yang layak huni, sehingga ini perlu dilakukan dengan pendekatan konsep
membutuhkan ketersediaan lahan permukiman pembangunan berkelanjutan.
yang lebih luas. Namun peningkatan kebutuhan Pembangunan berkelanjutan menurut Komisi
akan lahan permukiman tidak diimbangi dengan Bruntland adalah pembangunan yang memenuhi
peningkatan jumlah lahan di kota. Keterbatasan kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi
lahan di kota menyebabkan tingginya harga lahan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi
sehingga tidak terjangkau oleh golongan kebutuhan mereka (Fauzi, 2004). Pembangunan
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). berkelanjutan menurut Salim (2009) terdiri dari 3
Akibatnya mereka menduduki lahan yang pilar keberlanjutan. Pilar pertama adalah
peruntukannya bukan untuk permukiman misalnya keberlanjutan lingkungan, berupa keseimbangan
disepanjang rel kereta api, di bantaran sungai, di fungsi ekosistem dalam menopang sistem
Mei 2018 LAILY KURNIASARI DKK: KONSEP PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH 67

kehidupan alami yang menghidupi semua Peremajaan dilakukan dengan land sharing atau
komponen lingkungan hidup manusia. Pilar kedua land consolidation. Penanganan permukiman
berupa keberlanjutan ekonomi, berupa proses kumuh pada tanah ilegal dilakukan dengan
ekonomi yang berjalan secara berlanjut (steady), permukiman kembali yaitu dengan pembangunan
dengan stabilitas ekonomi dan pertumbuhan rumah susun.
produktivitas yang memperkaya kualitas kehidupan Kelurahan Kotabaru adalah kelurahan di Kota
manusia. Berikutnya adalah pilar keberlanjutan Serang yang mengalami kekumuhan. Berbagai
sosial perilaku, dengan melibatkan peran serta upaya penanganan permukiman kumuh di
masyarakat madani yang berdaya diri. Kelurahan Kotabaru telah lama dilakukan melalui
Pembangunan berkelanjutan di sektor beberapa program yang diselenggarakan oleh
permukiman menurut Kirmanto (2002) diartikan pemerintah. Namun kenyataannya secara
sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi sosial, keseluruhan program-program penanganan
ekonomi dan kualitas lingkungan sebagai tempat permukiman kumuh yang telah dilaksanakan
hidup dan bekerja semua orang. Permukiman yang hasilnya belum menunjukkan perubahan yang
berkelanjutan harus memiliki ekonomi yang kuat, berarti dalam membantu penataan dan perbaikan
lingkungan yang serasi, tingkat sosial yang relatif permukiman kumuh di Kelurahan Kotabaru. Oleh
setara penuh keadilan, kadar peran serta masyarakat karena itu perlu disusun konsep penanganan
yang tinggi, dan konservasi energi yang terkendali permukiman kumuh yang sesuai dengan kondisi
dengan baik (Budihardjo dan Sujarto, 2013). Inti fisik dan karakteristik masyarakat setempat.
pembangunan permukiman yang berkelanjutan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas tingkat kekumuhan Kelurahan Kotabaru dilihat dari
hidup secara berkelanjutan. Dengan konsep aspek lingkungan, aspek ekonomi, dan aspek social,
pembangunan berkelanjutan maka dapat didesain serta untuk dapat menyusun konsep penanganan
suatu kawasan dengan lebih terarah. Sebagai contoh permukiman kumuh di Kelurahan Kotabaru.
Ijong dkk (2017) telah menerapkan untuk desain
kawasan tepian pantai perkotaan Tahuna. METODE PENELITIAN
Dengan pertambahan jumlah penduduk
perkotaan yang tidak diimbangi dengan Waktu dan Lokasi
bertambahnya lahan perkotaan mengakibatkan Penelitian telah dilakukan pada bulan
munculnya permukiman kumuh. Permukiman Februari–Desember 2016. Lokasi penelitian adalah
kumuh menurut Kuswartojo (2005) yaitu permukiman kumuh yang ada di Kelurahan
permukiman yang padat, kualitas konstruksi Kotabaru yaitu RW 1 (Kampung Calung), RW 2
rendah, prasarana, dan pelayanan minimal. (Kampung Kebonsayur), RW 3 (Kampung Pasar)
Lembaga Cities Alliance memberikan pengertian dan RW 5 (Kampung Magersari). Kelurahan
permukiman kumuh merupakan bagian kota yang Kotabaru secara administrasi masuk di dalam
terabaikan sehingga mengakibatkan perumahan dan wilayah Kota Serang yang mempunyai jarak ± 1
kondisi kehidupan masyarakatnya berada dalam km dari pusat Kota Serang. Lokasi penelitian
status miskin (Anonim, 2008). Kawasan ini dapat adalah permukiman kumuh di Kelurahan Kotabaru
terletak di tengah kota dengan kepadatan yang Kota Serang. Lokasi penelitian dapat dilihat pada
tinggi atau terbangun secara spontan di pinggiran Gambar 1.
kota.
Penanganan permukiman kumuh harus dapat Prosedur
memecahkan masalah kekumuhan dengan melihat Penelitian ini menggunakan pendekatan
karakteristik lingkungan, ekonomi, dan sosial kuantitatif. Metode penelitian adalah kuantitatif.
masyarakatnya. Beberapa penelitian telah Penelitian ini didukung oleh data kuantitatif dan
melaporkan upaya penanganan kawasan kumuh data kualitatif yang dikuantitatifkan. Populasi
seperti Rahayu dkk (2009) yang melakukan kajian dalam penelitian ini ada dua yaitu: (1) bangunan
penataan dan rehabilitasi permukiman kumuh studi rumah dan prasarana permukiman yang ada di
kasus kawasan bantaran sungai Code bagian utara, permukiman kumuh Kelurahan Kotabaru (RW 1, 2,
Yogyakarta. As’ari dan Fadjarani (2018) juga 3 dan 5). Metode pengumpulan data dilakukan
cukup komprehensif mengkaji kawasan dengan mengkombinasikan hasil pengamatan
permukiman kumuh di Kelurahan Bantarsari dengan data sekunder. Gambar, berupa peta,
Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya. Upaya digunakan untuk mengidentifikasi kondisi rumah
penanganan permukiman kumuh pada tanah legal dan prasarana permukiman yang tersedia; (2)
dan tanah ilegal akan berbeda. Penanganan Kepala Keluarga (atau pendamping) yang tinggal di
permukiman kumuh pada tanah legal dapat permukiman kumuh Kelurahan Kotabaru (RW 1, 2,
dilakukan dengan peremajaan atau pemugaran. 3 dan 5). Metode pengambilan data untuk populasi
penelitian ini dilakukan dengan survei.
68 J. MANUSIA & LINGKUNGAN Vol. 25, No. 2

Gambar 1. Lokasi penelitian.

Tabel 1. Jumlah Sampel per RW. Kumuh dan Permukiman Kumuh dengan melihat
RW Jumlah KK Jumlah Sampel aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial. Proses
1 336 23 penilaian untuk hasil setiap variabel berdasarkan
2 406 28 klasifikasi yang telah dikemukakan menggunakan
3 222 15 ambang batas yang dikategorikan ke dalam
5 388 27
penilaian berat, sedang, dan ringan. Klasifikasi
Total 1352 93
Sumber: Perhitungan peneliti (2016).
dalam setiap variabel diinterpretasikan ke dalam
nilai bobot 1 (baik), 3 (cukup), 5 (buruk) nilai
Penentuan jumlah sampel dengan tertinggi 5 dan nilai terendah 1, semakin tinggi nilai
menggunakan rumus Slovin. Batas toleransi skoring maka semakin berat tingkat kekumuhan.
kesalahan dalam penelitian ditentukan 10%. Penilaian tingkat kekumuhan dibagi menjadi 3
Dengan menggunakan rumus Slovin didapatkan yaitu Kumuh Berat (K3) dengan nilai 71-95,
jumlah sampel sebanyak 93 KK, dengan detail Kumuh Sedang (K2) dengan nilai 45-70 dan
sampel diberikan pada Tabel 1. Untuk jumlah Kumuh Ringan (K1) dengan nilai 19-44. Untuk
sampel sub populasi atau masing-masing RW penilaian berdasarkan pertimbangan lain yang
prosedur pengambilan sampel dengan metode terdiri dari aspek ekonomi dan sosial yaitu
proportional random sampling dan pemilihan pertimbangan lain tinggi bila memiliki nilai 11-15,
sampel berdasarkan simple random sampling. pertimbangan lain sedang bila memiliki nilai 6-10
Berdasarkan proportional random sampling maka dan pertimbangan lain rendah bila memiliki nilai 1-
akan didapatkan sampel per RW secara 5.
proporsional perbandingannya dengan RW lainnya. Berdasarkan penilaian yang telah dilakukan
berdasarkan formula penilaian tersebut, selanjutnya
Analisis Data lokasi permukiman kumuh dapat dikelompokkan
Analisis data dilakukan dengan menyajikan dalam berbagai klasifikasi penanganan.
hasil data dari tema-tema, yang ditentukan
berdasarkan indikator masing-masing variabel HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian, secara kualitatif. Selanjutnya hasil data
kuantitatif dipilih dengan tema-tema sejenis yang Kelurahan Kotabaru secara administrasi
kemudian dibandingkan untuk dianalisis bersama. masuk di dalam wilayah Kota Serang yang
Data kuantitatif digunakan untuk memperkaya mempunyai jarak ± 1 km dari pusat Kota Serang.
peneliti dalam menganalisis data kualitatif yang Letaknya yang berada di pusat kota dan berbatasan
ada. dengan pusat perdagangan dan jasa menyebabkan
Identifikasi tingkat kekumuhan dilakukan permukiman Kotabaru berkembang lebih cepat
dengan menggunakan metode skoring dengan daripada wilayah lainnya. Adanya aktifitas
mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum perdagangan dan jasa berdampak pada
dan Perumahan Rakyat No 2/ PRT/ M/ 2016 meningkatnya kebutuhan akan tempat tinggal.
tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Permukiman Kotabaru yang sudah padat oleh
Mei 2018 LAILY KURNIASARI DKK: KONSEP PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH 69

penduduk asli semakin padat dengan adanya dilakukan diketahui bahwa kekumuhan RW 2 lebih
penduduk pendatang. Hal ini ber akibat semakin parah daripada RW 1. Variabel yang menyebabkan
banyak tumbuh bangunan-bangunan di Kotabaru kekumuhan hampir sama, hanya besarannya yang
yang membuat permukiman semakin padat dan berbeda. Berdasarkan kondisi fisik rumah, lebih
tidak beraturan sehingga menyebabkan kekumuhan banyak rumah di RW 2 yang mengalami kerusakan
dibeberapa RW yang ada di Kotabaru. Diperlukan daripada di RW 1. Rumah di RW 2 yang rusak
penanganan untuk mencegah semakin meluasnya sebanyak 72%, sedangkan rumah di RW 1 yang
kawasan kumuh. Untuk menentukan konsep rusak sebanyak 47%.
penangannya maka dilakukan identifikasi tingkat Lingkungan RW 3 dan RW 5 memiliki tingkat
kekumuhan dan analisis partisipasi masyarakat. kekumuhan berat. Letak lingkungan RW 3 dan RW
5 yang berbatasan dengan sungai Cibanten
Penilaian Tingkat Kekumuhan berpengaruh terhadap terjadinya kekumuhan.
Aspek lingkungan Banyak tumbuh permukiman liar di bantaran sungai
Penilaian tingkat kekumuhan berdasarkan dengan kondisi rumah nonpermanen yang tidak
aspek lingkungan dinilai dari kondisi bangunan layak huni. Variabel penyebab kekumuhan yang
rumah dan kondisi sarana prasarana permukiman. membedakan RW 3 dan RW 5 adalah drainase dan
Aspek kondisi bangunan rumah dilihat dari pengelolaan limbah. Lingkungan RW 3 memiliki
ketidakteraturan bangunan, kepadatan bangunan, saluran drainase yang lebih banyak daripada
dan kualitas bangunan. Aspek kondisi sarana drainase yang ada di RW 5. Pengelolaan limbah di
prasarana dinilai dari kondisi dan ketersediaan RW 3 lebih baik daripada di RW 5. Jumlah rumah
sarana dan prasarana lingkungan permukiman. tangga yang memiliki jamban tidak terhubung
Sarana dan prasarana yang dinilai meliputi kondisi dengan tangki septik di lingkungan RW 5 lebih
dan ketersediaan prasarana jalan, air minum, banyak daripada di lingkungan RW 3 yaitu sebesar
drainase, pengelolaan limbah, pengelolaan 62% pada RW 3, dan 82% pada RW 5.
persampahan, dan ketersediaan sarana prasarana Jika dilihat secara menyeluruh penyebab
proteksi kebakaran. kekumuhan paling parah di Kelurahan Kotabaru
Berdasarkan hasil analisis seperti disajikan adalah masalah sampah. Di seluruh RW belum ada
pada Gambar 2, lingkungan RW 1 dan RW 2 sarana dan prasarana persampahan yang memadai.
memiliki tingkat kekumuhan sedang, sedangkan Sebagian besar masyarakat membuang sampah di
RW 3 dan RW 5 tingkat kekumuhan berat. Tingkat sungai atau saluran drainase dan saluran irigasi,
kekumuhan sedang berada pada lokasi yang terletak menyebabkan terjadinya pendangkalan sungai dan
berbatasan dengan kawasan perdagangan dan jasa berakibat terjadinya banjir pada musim hujan pada
Royal, sedangkan lokasi yang termasuk kumuh beberapa wilayah. Banjir terparah terjadi setiap
berat berada pada lokasi yang berbatasan dengan tahun di wilayah RW 5 dengan ketinggian air
sungai Cibanten. mencapai 4,5 meter. Selain masalah pendangkalan
Lingkungan RW 1 dan RW 2 memiliki sungai, banjir yang terjadi di RW 5 juga disebabkan
karakteristik lingkungan yang hampir sama. Kumuh oleh letak RW 5 yang berada lebih rendah daripada
pada RW 1 dan RW 2 termasuk kumuh sedang, wilayah sekitarnya.
tetapi jika dilihat dari analisis skoring yang telah

Gambar 2. Strata kekumuhan tiap RW di Kelurahan Kotabaru. Sumber: Hasil analisis (2016).
70 J. MANUSIA & LINGKUNGAN Vol. 25, No. 2

Penyebab kekumuhan di Kelurahan Kotabaru Kotabaru juga dihuni oleh penduduk dari etnis
selain sampah yaitu pengelolaan air limbah. Semua Tionghoa. Kepadatan penduduk tertinggi
lokasi memiliki pengelolaan limbah dengan tingkat berada di RW 3 yaitu 655 jiwa/ hektar dan
kekumuhan berat yaitu pengelolaan limbah tidak terendah berada di RW 1 yaitu 351 jiwa/
memenuhi ketentuan teknis, jamban tidak hektar. Secara keseluruhan kepadatan
terhubung dengan saluran tangki septik dan belum penduduk di Kelurahan Kotabaru tergolong
ada sistem pengelolaan limbah setempat atau tinggi. Semakin banyak penduduk semakin
terpusat. Lingkungan RW 5 memiliki pengelolaan banyak lahan yang dibutuhkan untuk tempat
limbah terparah daripada lainnya. Letaknya yang tinggal, ketersediaan lahan yang terbatas
berbatasan dengan sungai Cibanten berpengaruh mengakibatkan permukiman semakin padat
terhadap tersedianya sarana pengelolaan limbah. oleh bangunan, menyebabkan daya dukung
Masyarakat yang tinggal di sempadan sungai lingkungan menurun, sehingga terjadi
membuang limbahnya langsung ke sungai, kondisi kekumuhan.
ini akan membahayakan, karena dapat 3. Potensi Ekonomi
menimbulkan pencemaran dan sumber berbagai Adanya peluang kegiatan ekonomi berupa
penyakit. aktivitas perdagangan dan jasa di lingkungan
Selain tingkat kekumuhan legalitas lahan sekitar permukiman kumuh Kotabaru,
menjadi pertimbangan penting dalam menentukan mendorong masyarakat Kotabaru untuk ikut
bentuk penanganan kumuh. Penanganan kumuh serta dalam aktivitas ekonomi yang
pada lahan legal dan lahan ilegal akan berbeda berkembang di dalamnya. Sebagian besar
bentuk penanganannya. Bangunan di Kelurahan Kepala Keluarga di Kelurahan Kotabaru
Kotabaru sebagian tidak memiliki kejelasan status bekerja di sektor perdagangan dan jasa. Ada
penguasaan tanah, baik milik sendiri atau milik yang bekerja sebagai buruh toko, pedagang
pihak lain. Paling banyak ditemukan bangunan kaki lima, dan pembantu rumah tangga.
ilegal di RW 3 dan RW 5, yaitu bangunan- Aktifitas perdagangan terjadi tidak hanya di
bangunan yang berdiri di sepanjang sempadan Royal dan Pasar Lama, tetapi ada sebagian
sungai Cibanten. Berdasarkan status legalitas lahan masyarakat yang mengembangkan tempat
maka bentuk penanganan kumuh di RW 1 dan RW hunian mereka sebagai lokasi berdagang.
2 serta RW 3 dan RW 5 akan berbeda Akibatnya fungsi utama Kelurahan Kotabaru
penanganannya. sebagai kawasan permukiman beralih fungsi
menjadi kawasan campuran, yaitu selain
Aspek pertimbangan lain sebagai tempat hunian juga difungsikan
Beberapa aspek pertimbangan lain digunakan sebagai tempat berdagang/usaha. Berdasarkan
untuk menentukan skala prioritas penanganan fenomena tersebut kita dapat lihat bahwa
kumuh. Aspek pertimbangan lain meliputi nilai aktivitas kawasan sekitar dapat mempengaruhi
strategis lokasi, kependudukan, potensi ekonomi, karakteristik perekonomian suatu kawasan.
sosial, dan budaya. 4. Potensi Sosial
1. Nilai Strategis Lokasi Tingkat partisipasi masyarakat dalam
Kelurahan Kotabaru memiliki letak yang penanganan permukiman kumuh di Kelurahan
strategis, yaitu berbatasan langsung dengan Kotabaru terdiri dari tingkat partisipasi sedang
kawasan perdagangan dan jasa kota Serang. dan tingkat partisipasi rendah. Tingkat
Lokasinya yang strategis yaitu berada di pusat partisipasi rendah berada pada RW 5,
kota dan berbatasan dengan kawasan sedangkan tingkat partisipasi sedang berada
perdagangan dan jasa, menjadikan Kelurahan pada lingkungan RW 1,2, dan 3. Tingkat
Kotabaru tumbuh berkembang dengan cepat. partisipasi masyarakat di Kelurahan Kotabaru
Jumlah penduduknya meningkat setiap tahun dapat dilihat pada Tabel 2.
karena banyaknya warga pendatang, sehingga Partisipasi masyarakat pada saat tahap
menyebabkan semakin padatnya bangunan di pelaksanaan lebih besar daripada partisipasi
Kelurahan Kotabaru. Tingkat kepadatan masyarakat pada tahap perencanaan dan
bangunan yang tinggi merupakan salah satu pemeliharaan.
yang menyebabkan kekumuhan di Kelurahan
Kotabaru. Tabel 2. Tingkat partisipasi masyarakat.
2. Kependudukan No Lokasi Skor Tingkat partisipasi
Masyarakat Kelurahan Kotabaru merupakan 1 RW 1 43,6% Sedang
campuran antara penduduk asli dan pendatang 2 RW 2 37,0% Sedang
dari berbagai daerah di Indonesia. Selain dari 3 RW 3 35,5% Sedang
4 RW 5 31,0% Rendah
pribumi, permukiman kumuh Kelurahan
Sumber: Hasil analisis (2016).
Mei 2018 LAILY KURNIASARI DKK: KONSEP PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH 71

Ketidakterlibatan masyarakat pada saat tahap Peremajaan dilakukan untuk mewujudkan


perencanaan sebagian besar karena tidak kondisi permukiman yang lebih baik
mendapatkan informasi ketika akan diadakan gunamelindungi keselamatan dan keamanan
pertemuan atau kegiatan perencanaan. penghuni danmasyarakat sekitar melalui
Sebagian kecil lainnya ketidakterlibatan pembongkaran dan penataan secara menyeluruh
mereka dalam kegiatan perencanaan karena terhadap rumah, prasarana, sarana,dan/atau utilitas
kesibukan atau urusan keluarga. umum. Penanganan kumuh dilakukan dengan
5. Potensi Budaya penempatan kembali kegiatan permukiman di atas
Warisan budaya yang masih dijalankan dalam lokasi asal dengan melakukan penataan rumah dan
rangka membersihkan lingkungan hingga saat sarana prasarana permukiman.
ini adalah budaya pada umumnya masyarakat Alternatif konsep penanganan permukiman
di Indonesia yaitu adanya kegiatan gotong- kumuh dengan peremajaan dilakukan melalui Land
royong. Kegiatan gotong-royong dilakukan Sharing Peremajaan permukiman kumuh dengan
dalam kegiatan kerja bakti membersihkan Land Sharing dipilih karena tingkat pemilikan
lingkungan. Namun kegiatan gotong-royong lahan cukup tinggi yang dibuktikan dengan adanya
membersihkan lingkungan tidak rutin surat pemilikan/penguasaan atas lahan yang
dilakukan setiap bulannya hanya dilakukan ditempatinya secara sah dengan luasan yang
pada waktu-waktu tertentu saja. Berdasarkan terbatas, dan tata letak permukiman tidak terpola.
karakteristik permukiman kumuh Kotabaru Konsep penataan kembali melalui land sharing
dilihat dari aspek, ekonomi, dan sosial, maka tersebut, masyarakat yang mempunyai surat
rekap penilaian tingkat kekumuhan Kelurahan kepemilikan lahan yang sah akan mendapatkan
Kotabaru masing-masing RW dapat dilihat kembali lahannya dengan memperhitungkan
pada Tabel 3. kebutuhan untuk sarana dan prasarana umum.
Pemerintah akan membayar ganti rugi lahan milik
Konsep Penanganan Permukiman Kumuh masyarakat yang digunakan untuk penambahan
Kelurahan Kotabaru fasilitas umum.
Berdasarkan analisis tingkat kekumuhan, Penanganan permukiman kumuh untuk
permukiman kumuh Kotabaru masuk dalam masyarakat yang bertempat tinggal di bantaran
kategori kumuh berat dan sebagian kecil sungai yaitu dengan permukiman kembali.
menempati lahan dengan status ilegal. Pola Pertimbangan dipilihnya penanganan kumuh
penanganan kumuh yang dapat dilakukan adalah dengan permukiman kembali yaitu bahwa lokasi
peremajaan yaitu dengan melakukan perombakan berada pada lahan ilegal yaitu bantaran sungai,
dan penataan mendasar secara menyeluruh meliputi tidak memiliki potensi pemanfaatan yang lebih baik
rumah dan prasarana, sarana, dan utilitas umum dari fungsi yang ditetapkan, dan secara lingkungan
perumahan dan permukiman.
Tabel 3. Rekapitulasi penilaian kekumuhan Kotabaru.
No Variabel Bobot
RW 1 RW 2 RW 3 RW 5
Karakteristik Lingkungan
1 Kondisi bangunan rumah 7 9 13 13
Keteraturan bangunan 1 1 3 3
Kepadatan bangunan 5 5 5 5
Kualitas bangunan 1 3 5 5
2 Prasarana lingkungan 56 56 64 68
Prasarana jalan 4 4 8 8
Ketersediaan air minum 4 4 4 4
Saluran drainase 15 15 19 21
Pengelolaan limbah 8 8 8 10
Pengelolaan persampahan 15 15 15 15
Proteksi kebakaran 10 10 10 10
Total 63 65 77 81
Tingkat kekumuhan K2 K2 K3 K3
Legalitas lahan (-) (-) (-) (-)
Pertimbangan Lain
1 Nilai strategis lokasi 5 5 5 5
2 Kependudukan 5 5 5 5
3 Potensi ekonomi, sosial, budaya 1 1 1 1
Sub Total 11 11 11 11
Sumber : Hasil analisis (2016).
72 J. MANUSIA & LINGKUNGAN Vol. 25, No. 2

memberikan dampak negatif yang lebih besar As’ari, R., dan Fadjarani, S., 2018. Penataan
apabila tetap dipertahankan. Permukiman Kumuh Berbasis Lingkungan,
Untuk penanganan kumuh RW 3 dan RW 5 Jurnal Geografi, 15(1):56-67
dengan banyaknya rumah yang berada di bantaran Budiharjo, E. dan Sujarto, D., 2013. Kota
sungai dengan status kepemilikan lahan ilegal maka Berkelanjutan (Sustainable City). Alumni.
penanganan permukiman kumuh yang dilakukan Bandung.
dengan pembangunan rumah susun. Rumah susun Fauzi, A., 2004. Ekonomi Sumberdaya Alam dan
di bangun di lingkungan RW 3 dan RW 5, dengan Lingkungan. Jakarta: PT. Gramedia
pertimbangan bahwa lokasi masih tetap berada di PustakaUtama.
lingkungan tempat tinggal masyarakat sebelumnya Ijong, J.F., Kumurur, V.A., dan Wuisang, C.E.F.,
dan dekat dengan lokasi tempat mereka bekerja. 2017. Penerapan Konsep Kota Berkelanjutan
Masyarakat yang memiliki surat kepemilikan lahan Pada Desain Kawasan Tepian Pantai Perkotaan
akan mendapatkan kembali unit rumah dengan Tahuna. Jurnal Fraktal, 2(2): 31-40.
besaran yang sudah diperhitungkan sesuai dengan Kirmanto, D., 2002. Pembangunan Perumahan dan
hasil kesepakatan. Permukiman yang Berwawasan Lingkungan
Strategis dalam Pencegahan Banjir di
KESIMPULAN Perkotaan. http://alramadona.blog.ugm.ac.id/
2008/08/27/permasalahanpermukiman-
Kesimpulan dari penelitian ini adalah perkotaan (diakses 1 Maret 2015).
permukiman kumuh Kotabaru berdasarkan analisis Kuswartojo, T., 2005. Perumahan dan Pemukiman
skoring menunjukkan kondisi kumuh sedang dan Di Indonesia. Bandung: Institut Teknologi
kumuh berat. Tingkat kekumuhan dan legalitas Bandung
lahan menjadi pertimbangan konsep penanganan. Rahayu, T., Sudaryono, dan Baiquni, M., 2003.
Konsep penanganan permukiman kumuh Evaluasi Program Penataan dan Rehabilitasi
berdasarkan tingkat kekumuhan dan karakteristik Permukiman Kumuh Studi Kasus Kawasan
sosial ekonomi masyarakat kumuh Kotabaru adalah Bantaran Sungai Code Bagian Utara,
konsep peremajaan melalui land sharing dan Yogyakarta. J. Manusia & Lingkungan,
pembangunan rumah susun. 10(2):53-62.
Salim, E., 2009. Penganugerahan Doktor
DAFTAR PUSTAKA Kehormatan Kepada Prof. DR. Emil Salim.
Bandung: ITB.
Anonim, 2008. Cities Without Slums. Cities
Alliance. Washington DC: York Graphic
Services

Anda mungkin juga menyukai