Anda di halaman 1dari 111

Tanggal Efektif : 27 Juni 2012 Tanggal Pengembalian Uang Pemesanan : 4 Juli 2012

Masa Penawaran : 28 Juni - 2 Juli 2012 Tanggal Distribusi Saham Secara Elektronik : 4 Juli 2012
Tanggal Penjatahan : 3 Juli 2012 Tanggal Pencatatan di Bursa Efek Indonesia : 5 Juli 2012

BAPEPAM DAN LK TIDAK MEMBERIKAN PERNYATAAN MENYETUJUI ATAU TIDAK MENYETUJUI ATAS EFEK INI, TIDAK
JUGA MENYATAKAN KEBENARAN ATAU KECUKUPAN ISI PROSPEKTUS INI. SETIAP PERNYATAAN YANG BERTENTANGAN
DENGAN HAL-HAL TERSEBUT ADALAH PERBUATAN MELANGGAR HUKUM.

PT KOBEXINDO TRACTORS Tbk. (“PERSEROAN“) DAN PARA PENJAMIN PELAKSANA EMISI EFEK BERTANGGUNG JAWAB
SEPENUHNYA ATAS KEBENARAN SEMUA INFORMASI ATAU FAKTA MATERIAL SERTA KEJUJURAN PENDAPAT YANG
TERCANTUM DALAM PROSPEKTUS.
PROSPEKTUS
SAHAM YANG DITAWARKAN SELURUHNYA AKAN DICATATKAN DI BURSA EFEK INDONESIA

PT KOBEXINDO TRACTORS Tbk.


Kegiatan Usaha Utama:
Bergerak dalam bidang distribusi dan perdagangan alat berat dan suku cadangnya serta jasa terkait

Berkedudukan di Jakarta Utara, Indonesia

Kantor Pusat: Kantor Product Support Center: Kantor Cabang:


Kobexindo Tower Gedung Kobexindo Perseroan dan Anak Perusahaan memiliki
Jl. Pasir Putih Raya Blok E-5-D Jl. Raya Bekasi - Karawang KM.58 11 kantor cabang yang terletak di
Ancol, Pademangan, Jakarta Cikarang Timur, Bekasi, 17823 Balikpapan, Banjarbaru, Batulicin, Jakarta,
Utara 14430 Jawa Barat – Indonesia Muara Enim, Muara Teweh, Pekanbaru,
DKI Jakarta – Indonesia Tel: (62-21) 8914 0888 Pontianak, Samarinda, Semarang dan
Tel: (62-21) 64 700 800/ 64 700 808 Fax : (62-21) 8914 0055 Surabaya-Sidoarjo
Fax : (62-21) 64 700 900/ 64 700 909
Email: corsec@kobexindo.com
Website: www.kobexindo.com
PENAWARAN UMUM PERDANA SAHAM
Sebes ar 272.500.000 (dua ratus tujuh puluh dua juta lima ratus ribu) saham atau 12% (dua belas persen) dari total modal ditempatkan
dan di setor setelah Penawaran Umum Perdana Saham yang merupakan Saham Baru dengan nilai nominal Rp100,- (seratus Rupiah)
setiap saham yang ditawarkan kepada Masyarakat dengan harga penawaran Rp400,- (empat ratus Rupiah) setiap Saham, yang
harus dibayar penuh pada saat mengajukan Formulir Pemesanan Pembelian Saham (FPPS), sehingga seluruhnya berjumlah sebesar
Rp109.000.000.000,- (seratus sembilan miliar Rupiah).

Perseroan mengadakan Program Alokasi Saham Karyawan (Employee Stock Allocation atau “ESA”) sebesar 2,11% (dua koma sebelas
persen ) dari jumlah saham yang ditawarkan dalam Penawaran Umum atau sejumlah 5.762.000 (lima juta tujuh ratus enam puluh dua ribu)
saham dan menerbitkan opsi saham untuk Program Pemberian Opsi Pembelian Saham Kepada Manajemen dan Karyawan (Management
and E mployee Stock Option Plan atau “MESOP”) sebanyak-banyaknya sebesar 10,00% (sepuluh persen) dari modal ditempatkan dan
disetor penuh Perseroan setelah Penawaran Umum dilaksanakan. Informasi lebih lengkap mengenai program ESA dan MESOP dapat
dilihat pada Bab I Prospektus.

Seluruh pemegang saham Perseroan memiliki hak yang sama dan sederajat dalam segala hal dengan saham lainnya dari Perseroan yang
telah ditempatkan dan disetor penuh, sesuai dengan Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tanggal 16 Agustus 2007 tentang Perseroan
Terbatas.

Para Penjamin Pelaksana Emisi Efek dan para Penjamin Emisi Efek menjamin dengan kesanggupan penuh (full commitment) terhadap
penawaran saham Perseroan.

PENJAMIN PELAKSANA EMISI EFEK

PT LAUTANDHANA SECURINDO PT MANDIRI SEKURITAS PT VALBURY ASIA SECURITIES


(terafiliasi)
PENJAMIN EMISI EFEK
● PT Amantara Securities ● PT BNI Securities ● PT Buana Capital ● PT Bumiputera Capital Indonesia ● PT Danasakti Securities ●
● PT Danatama Makmur ● PT Dinamika Usahajaya ● PT Equity Securities Indonesia ● PT Erdhika Elit Sekuritas ● PT HD Capital Tbk ●
● PT Indomitra Securities ● PT Magenta Kapital Indonesia ● PT Makinta Securities ● PT Mega Capital Indonesia ●
● PT Minna Padi Investama Tbk ● PT OSK Nusadana Securities Indonesia ● PT Overseas Securities ●
● PT Panca Global Securities Tbk ● PT Panin Sekuritas Tbk ● PT Philip Securities Indonesia ● PT Reliance Securities Tbk ●
● PT Wanteg Securindo ● PT Waterfront Securities Indonesia ● PT Yulie Sekurindo Tbk ●

RISIKO UTAMA YANG DIHADAPI PERSEROAN YAITU KEGIATAN USAHA PERSEROAN TERUTAMA BERGANTUNG PADA
PERJANJIAN – PERJANJIAN DISTRIBUSI ALAT BERAT DAN INDUSTRIAL ANTARA PERSEROAN DAN ANAK PERUSAHAAN
DENGAN PARA PRINCIPAL-NYA. RISIKO USAHA PERSEROAN SELENGKAPNYA DICANTUMKAN PADA BAB V DI DALAM
PROSPEKTUS INI.

RISIKO TERKAIT DENGAN KEPEMILIKAN ATAS SAHAM PERSEROAN YAITU TIDAK LIKUIDNYA SAHAM YANG DITAWARKAN
PADA PENAWARAN UMUM INI, MENGINGAT JUMLAH SAHAM YANG DITAWARKAN PERSEROAN TIDAK TERLALU BESAR,
MAKA TERDAPAT KEMUNGKINAN PERDAGANGAN SAHAM PERSEROAN DI BURSA EFEK INDONESIA AKAN MENJADI TIDAK
LIKUID. DENGAN DEMIKIAN, PERSEROAN TIDAK DAPAT MEMPREDIKSI APAKAH PERDAGANGAN SAHAM PERSEROAN DI
BURSA EFEK AKAN AKTIF ATAU LIKUIDITAS SAHAM PERSEROAN AKAN TERJAGA.

PERSEROAN TIDAK MENERBITKAN SURAT KOLEKTIF SAHAM DALAM PENAWARAN INI. SAHAM-SAHAM TERSEBUT AKAN
DIDISTRIBUSIKAN SECARA ELEKTRONIK YANG AKAN DIADMINISTRASIKAN DALAM PENITIPAN KOLEKTIF PT KUSTODIAN
SENTRAL EFEK INDONESIA (”KSEI”)

Prospektus ini diterbitkan di Jakarta pada tanggal 28 Juni 2012


PT Kobexindo Tractors Tbk. yang selanjutnya disebut “Perseroan” telah menyampaikan Pernyataan
Pendaftaran Emisi Efek sehubungan dengan Penawaran Umum ini kepada Ketua Bapepam dan LK
(sebagaimana didefinisikan di bawah ini) di Jakarta dengan surat No. 043/KOB/BOD-HS/IV/12 pada
tanggal 13 April 2012 sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang Republik
Indonesia No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, yang dimuat dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia No. 64 tahun 1995, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3608 dan peraturan pelaksanaannya
(“UUPM”).

Saham-saham yang ditawarkan dalam Penawaran Umum ini, direncanakan akan dicatatkan pada
PT Bursa Efek Indonesia (“BEI”) sesuai dengan Perjanjian Pendahuluan Pencatatan Efek yang telah
dibuat antara Perseroan dengan BEI No. 02711/BEI.PPJ/04-2012 tanggal 12 April 2012, apabila
memenuhi persyaratan pencatatan yang ditetapkan oleh BEI. Jika syarat-syarat pencatatan saham
tersebut tidak terpenuhi, maka Penawaran Umum ini batal demi hukum dan uang pemesanan yang
telah diterima dikembalikan kepada para pemesan sesuai dengan ketentuan dalam UUPM.

Lembaga serta Profesi Penunjang Pasar Modal dalam rangka Penawaran Umum Perdana bertanggung
jawab sepenuhnya atas kebenaran semua data, kejujuran pendapat, keterangan, dan laporan yang
disajikan dalam Prospektus ini sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing berdasarkan ketentuan
yang berlaku dalam wilayah negara Republik Indonesia dan kode etik, norma serta standar profesi
masing-masing.

Sehubungan dengan Penawaran Umum ini, setiap pihak yang terafiliasi dilarang memberikan keterangan
dan/atau membuat pernyataan apapun mengenai data yang tidak tercantum dalam Prospektus ini tanpa
memperoleh persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Perseroan dan para Penjamin Pelaksana Emisi
Efek.

Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal dalam Penawaran Umum ini tidak mempunyai hubungan
afiliasi dengan Perseroan, sebagaimana dimaksud dalam UUPM.

PT Mandiri Sekuritas dan PT Lautandhana Securindo selaku para Penjamin Pelaksana Emisi Efek
tidak terafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Perseroan sebagaimana didefinisikan
dalam UUPM. PT Valbury Asia Securities yang juga merupakan salah satu Penjamin Pelaksana Emisi
Efek merupakan pihak terafiliasi dengan Perseroan. Penjelasan mengenai ada atau tidaknya hubungan
afiliasi dapat dilihat pada Bab XIV tentang Penjaminan Emisi Efek dan Bab XV tentang Lembaga dan
Profesi Penunjang Pasar Modal.

PENAWARAN UMUM INI TIDAK DIDAFTARKAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG/


PERATURAN LAIN SELAIN YANG BERLAKU DI INDONESIA. BARANG SIAPA DI LUAR
INDONESIAMENERIMAPROSPEKTUS INI, MAKADOKUMEN TERSEBUT TIDAK DIMAKSUDKAN
SEBAGAI DOKUMEN PENAWARAN UNTUK MEMBELI SAHAM, KECUALI BILA PENAWARAN
DAN PEMBELIAN SAHAM TERSEBUT TIDAK BERTENTANGAN, ATAU BUKAN MERUPAKAN
PELANGGARAN TERHADAP UNDANG-UNDANG/PERATURAN SERTA KETENTUAN BURSA
EFEK YANG BERLAKU DI NEGARA ATAU YURISDIKSI DI LUAR INDONESIA TERSEBUT.

PERSEROAN TELAH MENGUNGKAPKAN SEMUA INFORMASI YANG WAJIB DIKETAHUI OLEH


PUBLIK DAN TIDAK TERDAPAT LAGI INFORMASI YANG BELUM DIUNGKAPKAN SEHINGGA
TIDAK MENYESATKAN PUBLIK.
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................................................................. i

DEFINISI DAN SINGKATAN .................................................................................................................. iii

RINGKASAN .......................................................................................................................................... ix

I. PENAWARAN UMUM ...................................................................................................................1

II. RENCANA PENGGUNAAN DANA................................................................................................6

III. PERNYATAAN UTANG .................................................................................................................7

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN OLEH MANAJEMEN ...............................................................15

V. RISIKO USAHA...........................................................................................................................43

VI. KEJADIAN PENTING SETELAH TANGGAL LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN ...................57

VII. KETERANGAN TENTANG PERSEROAN DAN ANAK PERUSAHAAN .....................................58


A. Riwayat Singkat Perseroan..................................................................................................58
B. Perizinan ..............................................................................................................................60
C. Perkembangan Kepemilikan Saham Perseroan ..................................................................61
D. Struktur Organisasi Perseroan.............................................................................................65
E. Pengurusan dan Pengawasan .............................................................................................67
F. Sumber Daya Manusia.........................................................................................................71
G. Hubungan Pengurusan dan Pengawasan Antara Emiten dengan Pemegang Saham
dan Anak Perusahaan..........................................................................................................77
H. Struktur Kelompok Usaha Perseroan...................................................................................77
I. Keterangan Mengenai Pemegang Saham Perseroan Berbentuk Badan Hukum ................78
J. Keterangan Mengenai Anak Perusahaan ............................................................................80
K. Transaksi Dengan Pihak-Pihak Berelasi ..............................................................................85
L. Perjanjian-Perjanjian Penting Dengan Pihak Ketiga ............................................................85
M. Aset Tetap ............................................................................................................................90
N. Perkara-Perkara yang Dihadapi Perseroan, Anak Perusahaan, Direksi dan Komisaris ......91

VIII. KEGIATAN DAN PROSPEK USAHA PERSEROAN ...................................................................92


A. Umum...................................................................................................................................92
B. Keunggulan Kompetitif .........................................................................................................94
C. Strategi Usaha .....................................................................................................................97
D. Prospek Usaha.....................................................................................................................98
E. Kegiatan Usaha..................................................................................................................105
F. Pelanggan Utama ..............................................................................................................122
G. Persaingan Usaha..............................................................................................................122
H. Teknologi Informasi ............................................................................................................123
I. Asuransi .............................................................................................................................125

i
J. Tata Kelola Perusahaan .....................................................................................................126
K. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.................................................................................127
L. Hak Kekayaan Intelektual ..................................................................................................127

IX. IKHTISAR DATA KEUANGAN PENTING..................................................................................129

X. EKUITAS ...................................................................................................................................133

XI. KEBIJAKAN DIVIDEN ...............................................................................................................136

XII. PERPAJAKAN...........................................................................................................................137

XIII. PENJAMINAN EMISI EFEK ......................................................................................................140

XIV. LEMBAGA DAN PROFESI PENUNJANG PASAR MODAL DALAM RANGKA


PENAWARAN UMUM ...............................................................................................................143

XV. PENDAPAT DARI SEGI HUKUM ..............................................................................................147

XVI. LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN PERSEROAN BESERTA LAPORAN


AUDITOR INDEPENDEN..........................................................................................................163

XVII. LAPORAN PENILAI ..................................................................................................................255

XVIII. ANGGARAN DASAR ................................................................................................................263

XIX. PERSYARATAN PEMESANAN PEMBELIAN SAHAM .............................................................284

XX. PENYEBARLUASAN PROSPEKTUS DAN FORMULIR PEMESANAN


PEMBELIAN SAHAM ................................................................................................................291

iv
DEFINISI DAN SINGKATAN

Di dalam Prospektus ini, kata-kata di bawah ini mempunyai arti sebagai berikut, kecuali bila kalimatnya
menyatakan lain:

Afiliasi : berarti pihak sebagaimana didefinisikan dalam pasal 1 angka


1 UUPM, yaitu:
- hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan
sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun
vertikal;
- hubungan antara pihak dengan pegawai, direktur atau
komisaris dari pihak tersebut;
- hubungan antara 2 (dua) perusahaan dimana terdapat 1
(satu) atau lebih anggota direksi atau dewan komisaris
yang sama;
- hubungan antara perusahaan dan pihak, baik langsung
maupun tidak langsung, mengendalikan atau dikendalikan
oleh perusahaan tersebut;
- hubungan antara 2 (dua) perusahaan yang dikendalikan
baik langsung maupun tidak langsung, oleh pihak yang
sama; atau
- hubungan antara perusahaan dan pemegang saham
utama.

Agen Penjualan : berarti pihak yang membantu Penjamin Emisi Efek untuk
menjual Saham yang ditawarkan dalam Penawaran Umum
Perdana.

AMDAL : berarti Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, yang terdiri


dari kegiatan Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana
Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL).

Anak Perusahaan atau Entitas Anak : berarti perusahaan yang laporan keuangannya
dikonsolidasikan dengan Perseroan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Anggota Bursa : berarti Anggota Bursa Efek sebagaimana didefinisikan dalam


Pasal 1 ayat 2 UUPM.

BAE : berarti Biro Administrasi Efek yaitu PT Datindo Entrycom,


berkedudukan di Jakarta.

Bank Kustodian : berarti bank umum yang memperoleh persetujuan dari


Bapepam dan LK untuk memberikan jasa penitipan atau
melakukan jasa kustodian sebagaimana dimaksud dalam
UUPM.

Bapepam dan LK atau Bapepam-LK : berarti Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia No. 184/PMK.01/2010 tanggal 11 Oktober
2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Keuangan.

iii
BEI atau Bursa Efek : berarti singkatan dari PT Bursa Efek Indonesia, yaitu bursa
efek sebagaimana didefinisikan dalam Pasal 1 angka 4 UUPM
atau penggantinya sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Daftar Pemegang Saham (DPS) : berarti daftar yang dikeluarkan oleh KSEI yang memuat
keterangan tentang kepemilikan efek oleh pemegang efek
dalam Penitipan Kolektif di KSEI berdasarkan data yang
diberikan oleh pemegang rekening di KSEI.

Daftar Pemesanan Pembelian Saham : berarti daftar yang memuat nama-nama pemesan saham
(DPPS) dan jumlah yang dipesan dan disusun berdasarkan Formulir
Pemesanan Pembelian Saham yang dibuat oleh masing-
masing Penjamin Emisi Efek.

ESA : berarti singkatan dari Employee Stock Allocation atau Program


Penjatahan Saham Karyawan (Employee Stock Allocation
atau “ESA”)

ESDM : berarti Energi dan Sumber Daya Mineral.

Formulir Konfirmasi Penjatahan (FKP) : berarti formulir hasil penjatahan atas nama pemesan sebagai
tanda bukti pemilikan saham-saham di pasar perdana.

Formulir Pemesanan : berarti formulir asli yang disediakan Perseroan bersama-sama


Pembelian Saham (FPPS) dengan para Penjamin Pelaksana Emisi Efek yang harus diisi,
ditandatangani dan diajukan dalam rangkap 5 (lima) oleh calon
pembeli kepada Penjamin Emisi Efek.

Graders : berarti alat berat yang digunakan untuk aktivitas konstruksi


dan perawatan jalan.

Harga Penawaran : berarti harga setiap Saham Yang Ditawarkan melalui Penawaran
Umum Perdana yaitu Rp400,- (empat ratus Rupiah).

Hari Bank : berarti hari kerja bank yaitu hari pada saat mana Bank
Indonesia menyelenggarakan kegiatan kliring antar bank.

Hari Bursa : berarti hari diselenggarakannya perdagangan efek di bursa


efek yaitu hari Senin sampai dengan Jumat, kecuali hari
tersebut merupakan hari libur nasional atau dinyatakan libur
oleh bursa efek.

Hari Kalender : berarti setiap hari dalam 1 (satu) tahun sesuai dengan kalender
Gregorius tanpa kecuali, termasuk hari Sabtu, Minggu dan hari
libur nasional yang ditetapkan sewaktu-waktu oleh Pemerintah
dan hari kerja biasa yang karena suatu keadaan tertentu
ditetapkan oleh Pemerintah sebagai bukan hari kerja biasa.

Hari Kerja : berarti hari kerja biasa kecuali hari Sabtu, Minggu dan hari
yang oleh Pemerintah ditetapkan sebagai hari libur nasional.

ISO : berarti International Organization for Standardization, yaitu


sistem standardisasi manajemen mutu.

KOBE : Berarti PT Kobexindo Equipment yang merupakan Anak


Perusahaan Perseroan

iv
KSEI : berarti PT Kustodian Sentral Efek Indonesia, berkedudukan di
Jakarta Selatan, yang merupakan Lembaga Penyelesaian dan
Penyimpanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
di bidang Pasar Modal.

Manajer Penjatahan : berarti pihak yang bertanggung jawab atas penjatahan Saham
menurut syarat-syarat yang ditetapkan dalam Peraturan
No.IX.A.7 tentang Pemesanan Dan Penjatahan Efek Dalam
Penawaran Umum Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM
No.Kep-69/BL/2011 tanggal tiga puluh satu Desember dua
ribu sebelas (31-12-2011), dalam hal ini PT Mandiri Sekuritas.

Masyarakat : berarti perorangan dan/atau badan hukum, baik warga negara


Indonesia maupun warga negara asing dan/atau badan hukum
Indonesia maupun badan hukum asing, baik yang bertempat
tinggal atau berkedudukan hukum di Indonesia maupun
bertempat tinggal atau berkedudukan di luar Indonesia.

Menkumham : berarti Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik


Indonesia.

Pemegang Rekening : berarti pihak yang namanya tercatat sebagai pemilik rekening
efek di KSEI yang meliputi Perusahaan Efek dan / atau pihak
lain yang disetujui oleh KSEI dengan memperhatikan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di bidang Pasar Modal dan
peraturan KSEI.

Pemegang Saham : berarti masyarakat yang memiliki manfaat atas saham yang
disimpan dan diadministrasikan dalam:
1) Daftar Pemegang Saham Perseroan;
2) Rekening efek pada KSEI; atau
3) Rekening efek pada KSEI melalui Perusahaan Efek.

Pemerintah : berarti Pemerintah Negara Republik Indonesia.

Penawaran Umum : berarti penawaran umum saham perdana Perseroan kepada


Masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam
UUPM dan ketentuan-ketentuan lain yang berhubungan,
serta menurut ketentuan-ketentuan lain yang dimuat dalam
Perjanjian Penjaminan Emisi Efek.

Penitipan Kolektif : berarti jasa penitipan atas efek yang dimiliki bersama oleh lebih
dari satu pihak yang kepentingannya diwakili oleh Anggota
Bursa dan/atau Bank Kustodian.

Penjamin Emisi Efek : berarti Perseroan Terbatas yang menandatangani perjanjian


dengan Perseroan untuk melakukan Penawaran Umum yang
akan menjamin penjualan saham yang akan ditawarkan, dan
melakukan pembayaran hasil Penawaran Umum kepada
Perseroan melalui Penjamin Pelaksana Emisi Efek sesuai
dengan Porsi penjaminan, dengan memperhatikan syarat dan
ketentuan dalam PPEE.

Penjamin Pelaksana Emisi Efek : berarti Penjamin Emisi Efek yang bertanggung jawab atas
pengelolaan dan penyelenggaraan, pengendalian dan
penjatahan emisi saham dalam Penawaran Umum, dalam
hal ini adalah PT Mandiri Sekuritas dan PT Lautandhana
Securindo dan PT Valbury Asia Securities.

v
Perjanjian Penjaminan Emisi Efek : berarti perjanjian antara Perseroan dengan Para Penjamin
atau PPEE Emisi Efek sesuai dengan Akta Perjanjian Penjaminan Emisi
Efek Penawaran Umum Saham Perdana Perseroan No. 37
tanggal 12 April 2012 yang dibuat di hadapan Dina Chozie,
S.H., Kandidat Notaris, berdasarkan Keputusan Majelis
Pengawasan Daerah Notaris Jakarta Selatan No.: 04/MPDN.
JKT.SELATAN/CT/II/2012 tanggal 29 Februari 2012, pengganti
dari Fathiah Helmi, S.H., Notaris di Jakarta beserta perubahan-
perubahannya.

Pernyataan Pendaftaran : berarti dokumen yang wajib diajukan kepada Bapepam dan
LK oleh Perseroan bersama-sama dengan para Penjamin
Pelaksana Emisi Efek sebelum melakukan Penawaran
Umum atas saham-saham kepada Masyarakat, berikut
lampiran-lampiran serta semua perubahan, tambahan dan
pembetulannya yang dibuat sesuai ketentuan dalam UUPM.

Pernyataan Efektif : berarti pernyataan Bapepam dan LK yang menyatakan bahwa


Pernyataan Pendaftaran menjadi efektif: (i) atas dasar lewatnya
waktu, yakni pada hari ke-45 (empat puluh lima) sejak tanggal
diterimanya Pernyataan Pendaftaran oleh Bapepam dan LK
secara lengkap atau pada hari ke-45 (empat puluh lima) sejak
tanggal perubahan Pernyataan Pendaftaran yang terakhir
disampaikan Perseroan kepada atau yang diminta Bapepam
dan LK, atau (ii) atas dasar pernyataan efektif dari Bapepam
dan LK bahwa tidak ada lagi perubahan dan/atau tambahan
informasi lebih lanjut yang diperlukan.

Perusahaan Terasosiasi : berarti perusahaan-perusahaan yang berbentuk badan


hukum perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia
yang saham-sahamnya dimiliki baik langsung maupun tidak
langsung oleh Perseroan dimana kepemilikan Perseroan pada
perusahaan-perusahaan tersebut antara 20% sampai dengan
50% dari seluruh saham yang telah ditempatkan dalam
perusahaan-perusahaan tersebut dan laporan keuangannya
tidak dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan Perseroan
sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku di
Indonesia.

Perseroan : berarti badan hukum yang melakukan Penawaran Umum yang


dalam hal ini adalah PT Kobexindo Tractors Tbk, berkedudukan
di Jakarta Utara, dan/atau Anak Perusahaan (sebagaimana
relevan).

Prospektus : berarti pernyataan dan informasi mengenai fakta-fakta penting


dan relevan tentang Perseroan dan saham-saham yang
dikeluarkan dalam rangka Penawaran Umum sebagaimana
didefinisikan dalam UUPM.

Prospektus Awal : berarti dokumen tertulis yang memuat seluruh informasi


dalam Prospektus yang disampaikan kepada Bapepam dan
LK, sebagai bagian dari Pernyataan Pendaftaran, kecuali
informasi mengenai Harga Penawaran, Penjaminan Emisi
Efek, atau hal-hal lain yang berhubungan dengan pernyataan
penawaran yang belum dapat ditentukan.

vi
Prospektus Ringkas : berarti pernyataan atau informasi tertulis yang merupakan
ringkasan dari Prospektus Awal, yang diumumkan dalam
sekurang-kurangnya 1 (satu) surat kabar harian berbahasa
Indonesia yang memiliki peredaran nasional dalam waktu
selambat-lambatnya 2 (dua) Hari Kerja setelah diterimanya
pernyataan Bapepam dan LK sesuai Formulir No.IX.A.2-9
lampiran 9.

Rekening Efek : berarti rekening yang memuat catatan posisi saham dan/
atau dana milik pemegang saham yang diadministrasikan
oleh KSEI, Anggota Bursa atau Bank Kustodian berdasarkan
kontrak pembukaan rekening efek yang ditandatangani
pemegang saham.

Rekening Penawaran Umum : berarti rekening yang dibuka atas nama PPEE untuk
menampung dana yang diterima dari investor.

Rupiah atau Rp : berarti mata uang resmi negara Republik Indonesia.

RUPS : berarti Rapat Umum Pemegang Saham yang diselenggarakan


sesuai dengan ketentuan anggaran dasar Perseroan.

RUPSLB : berarti Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang


diselenggarakan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar
Perseroan.

Saham Baru : berarti saham-saham baru yang dikeluarkan dari portepel oleh
Perseroan sejumlah 272.500.000 (dua ratus tujuh puluh dua
juta lima ratus ribu) saham dalam rangka Penawaran Umum.

Saham Yang Ditawarkan : berarti saham biasa atas nama yang akan ditawarkan dan
dijual kepada Masyarakat melalui Penawaran Umum, atau
seluruhnya sejumlah 272.500.000 (dua ratus tujuh puluh dua
juta lima ratus ribu) saham dengan nilai nominal Rp100,-
(seratus Rupiah) setiap saham yang selanjutnya akan
dicatatkan pada BEI pada Tanggal Pencatatan.

Tanggal Pencatatan : berarti tanggal pencatatan dari seluruh Saham di BEI, tanggal
mana tidak boleh lebih dari 3 (tiga) Hari Bursa setelah Tanggal
Penjatahan.

Tanggal Penjatahan : Berarti selambat-lambatnya 2 (dua) Hari Kerja setelah tanggal


penutupan Masa Penawaran, pada saat mana Manajer
Penjatahan menetapkan penjatahan Saham Yang Ditawarkan
dan Saham yang Dipinjam (apabila ada) bagi setiap pemesan
melalui Pemegang Rekening.

Ton : berarti ton metrik atau ton yang setara dengan 1.000 kilogram,
atau 2.204,60 pon. Ton metrik, dan bukannya ton bersih atau
ton Inggris, adalah unit pengukuran berat yang dimaksud
dalam Prospektus ini.

US$ atau USD : berarti Dolar Amerika Serikat.

vii
UUPM : berarti Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tanggal
10 November 1995 tentang Pasar Modal, Lembaran Negara
Republik Indonesia No.64 Tahun 1995, Tambahan No.3608
serta peraturan pelaksanaannya.

UUPT : berarti Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tanggal 16 Agustus


2007 tentang Perseroan Terbatas, Lembaran Negara Republik
Indonesia No.106 Tahun 2007, Tambahan No. 4756 serta
peraturan pelaksanaannya.

viii
RINGKASAN

Ringkasan di bawah ini memuat fakta-fakta serta pertimbangan-pertimbangan yang paling penting bagi
Perseroan serta merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan harus dibaca dalam kaitannya dengan
informasi lain yang lebih rinci, termasuk laporan keuangan konsolidasian dan catatan atas laporan
keuangan konsolidasian terkait, serta risiko usaha, yang seluruhnya tercantum dalam Prospektus ini.
Seluruh informasi keuangan yang tercantum dalam Prospektus ini bersumber dari laporan keuangan
konsolidasian Perseroan yang dinyatakan dalam mata uang Rupiah dan disajikan sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.

Kecuali dinyatakan lain, seluruh pembahasan atas informasi keuangan yang tercantum dalam
Prospektus ini dilakukan pada tingkat konsolidasian. Seluruh informasi keuangan, termasuk saldo,
jumlah, persentase, yang disajikan dalam Prospektus ini dibulatkan dalam jutaaan Rupiah, kecuali
dinyatakan lain. Oleh karena itu, setiap perbedaan yang terjadi atas penjumlahan informasi keuangan
tersebut yang disajikan dalam tabel-tabel yang tercantum dalam Prospektus ini, yaitu antara nilai
menurut hasil penjumlahan dengan nilai yang tercantum dalam Prospektus, disebabkan oleh faktor
pembulatan tersebut.

1. Riwayat Singkat Perseroan

PT Kobexindo Tractors Tbk. (“Perseroan”) adalah suatu perseroan terbatas yang didirikan di Republik
Indonesia pada tanggal 28 September 2002 berdasarkan akta No. 37, yang dibuat di hadapan Stephany
Maria Lilianti, S.H., Notaris di Jakarta. Akta pendirian Perseroan telah memperoleh persetujuan dari
Menkumham berdasarkan Surat Keputusan No. C-00568 HT.01.01.TH.2003 tanggal 13 Januari 2003,
serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 33 tanggal 23 April 2004, Tambahan
No. 3926.

Perseroan telah menyesuaikan seluruh anggaran dasar Perseroan sesuai dengan ketentuan UUPT
berdasarkan Akta No.9 tanggal 9 Juli 2008, dibuat di hadapan Stephany Maria Lilianti, S.H., Notaris
di Jakarta, dan telah memperoleh persetujuan dari Menkumham berdasarkan Surat Keputusan
No. AHU-49007.AH.01.02 Tahun 2008 tanggal 7 Agustus 2008.

Sejak pendirian Perseroan, Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan yaitu
sebagaimana dimuat dalam akta-akta berikut:

1. Akta No. 20 tanggal 19 Desember 2003, juncto Akta No. 6 tanggal 3 Desember 2003, yang
keduanya dibuat di hadapan Stephany Maria Lilianti S.H., Notaris di Jakarta, yang menyetujui untuk
meningkatkan modal ditempatkan/disetor dari semula sebesar Rp20.000.000.000 menjadi sebesar
Rp40.000.000.000. Perubahan tersebut telah diterima dan dicatat dalam database Sisminbakum
di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat Penerimaan
Pemberitahuan No. C-UM.02.01.5315 tanggal 11 Mei 2004.

2. Akta No. 24 tanggal 19 Desember 2003, dibuat di hadapan Stephany Maria Lilianti S.H., Notaris
di Jakarta, yang menyetujui untuk meningkatkan modal dasar Perseroan dari semula sebesar
Rp40.000.000.000 menjadi sebesar Rp60.000.000.000. Perubahan tersebut telah memperoleh
persetujuan dari Menkumham berdasarkan Surat Keputusan No. C-20020 HT.01.04.TH.2004
tanggal 10 Agustus 2004.

3. Akta No. 22 tanggal 17 Desember 2004, dibuat di hadapan Stephany Maria Lilianti S.H., Notaris
di Jakarta, yang menyetujui untuk meningkatkan modal dasar Perseroan dari semula sebesar
Rp60.000.000.000 menjadi sebesar Rp100.000.000.000 dan untuk meningkatkan modal
ditempatkan/disetor dari semula sebesar Rp40.000.000.000 menjadi sebesar Rp60.000.000.000.
Perubahan tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menkumham berdasarkan Surat Keputusan
No. C-06896 HT.01.04.TH.2005 tanggal 16 Maret 2005.

ix
4. Akta No. 38 tanggal 26 Desember 2006, dibuat di hadapan Stephany Maria Lilianti S.H., Notaris
di Jakarta, yang menyetujui untuk meningkatkan modal ditempatkan/disetor dari semula sebesar
Rp60.000.000.000 menjadi sebesar Rp80.000.000.000. Perubahan tersebut telah diterima dan
dicatat dalam database Sisminbakum di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia berdasarkan Surat Penerimaan Pemberitahuan No. C-UM.HT.01.10-5705 tanggal
12 Desember 2007.

5. Akta No.9 tanggal 9 Juli 2008, yang menyetujui penyesuaian Anggaran Dasar menurut ketentuan
Undang-Undang No. 40 tahun 2007, dibuat di hadapan Stephany Maria Lilianti, S.H., Notaris
di Jakarta, dan telah memperoleh persetujuan dari Menkumham berdasarkan Surat Keputusan
No. AHU-49007.AH.01.02 Tahun 2008 tanggal 7 Agustus 2008.

6. Akta No. 32 tanggal 26 Mei 2009, dibuat di hadapan Stephany Maria Lilianti S.H., Notaris di
Jakarta, yang menyetujui untuk meningkatkan modal dasar Perseroan dari semula sebesar
Rp100.000.000.000 menjadi sebesar Rp150.000.000.000 dan untuk meningkatkan modal
ditempatkan/disetor dari semula sebesar Rp80.000.000.000 menjadi sebesar Rp100.000.000.000.
Perubahan tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menkumham berdasarkan Surat Keputusan
No. AHU-60268.AH.01.02.Tahun 2009 tanggal 10 Desember 2009.

7. Akta No. 16 tanggal 8 November 2010, yang dibuat di hadapan Stephany Maria Lilianti, S.H., Notaris
di Jakarta, yang menyetujui perubahan kedudukan Perseroan dan pasal-pasal dalam Anggaran
Dasar. Perubahan tersebut telah: (i) memperoleh persetujuan dari Menkumham berdasarkan Surat
Keputusan No. AHU-56761.AH.01.02.Tahun 2010 tanggal 3 Desember 2010 dan (ii) telah diterima
dan dicatat dalam database Sisminbakum di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia berdasarkan Surat Penerimaan Pemberitahuan No. AHU-AH.01.10-23020 tanggal
21 Juli 2011.

8. Akta No. 3 tanggal 25 November 2011, dibuat di hadapan Dewi Sukardi, S.H., M.Kn., Notaris di
Kabupaten Tangerang, yang: (i) menyetujui untuk meningkatkan modal dasar dari semula sebesar
Rp150.000.000.000 menjadi sebesar Rp800.000.000.000, (ii) menyetujui untuk meningkatkan
modal ditempatkan/disetor dari semula sebesar Rp100.000.000.000 menjadi sebesar
Rp200.000.000.000, dan (iii) menyetujui untuk mengubah nilai nominal per lembar saham dari
semula sebesar Rp1.000.000 menjadi sebesar Rp100. Perubahan tersebut telah: (i) memperoleh
persetujuan dari Menkumham berdasarkan Surat Keputusan No. AHU-59011.AH.01.02 Tahun
2011 tanggal 1 Desember 2011 dan (ii) telah diterima dan dicatat dalam database Sisminbakum di
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat Penerimaan
Pemberitahuan No. AHU-AH.01.10-39449 tanggal 6 Desember 2011.

9. Akta No. 26 tanggal 16 Desember 2011, dibuat di hadapan Dewi Sukardi, S.H., M.Kn., Notaris
di Kabupaten Tangerang, yang menyetujui perubahan tempat kedudukan Perseroan dari semula
berkedudukan di Kabupaten Bekasi menjadi berkedudukan di Jakarta Utara dan menyetujui
pemindahan alamat Kantor Pusat Perseroan dari Gedung Kobexindo Jalan Raya Bekasi-Karawang
Km 58, Karang Sari, Cikarang Timur, Karang Sari, Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi ke Kobexindo
Tower (dahulu Cordova Tower) Jalan Pasir Putih Raya Blok E-5-D, Ancol, Pademangan, Jakarta.
Perubahan tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menkumham berdasarkan Surat Keputusan
No. AHU-63386.AH.01.02 Tahun 2011 tanggal 22 Desember 2011.

Dalam rangka Penawaran Umum Perdana Saham Perseroan, anggaran dasar Perseroan terakhir
kali diubah berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat No. 10 tanggal 9 Maret 2012 yang
dibuat di hadapan Fathiah Helmi, S.H., Notaris di Jakarta, akta mana telah mendapat persetujuan
dari Menkumham sesuai dengan Surat Keputusan No. AHU-12986.AH.01.02.Tahun 2012 tanggal
12 Maret 2012.

x
Kantor Pusat Perseroan terletak di Jakarta Utara dan berlokasi di Kobexindo Tower, Jl. Pasir Putih
Raya Blok E-5-D, Ancol, Pademangan, Jakarta Utara. Perseroan memiliki 9 (sembilan) kantor cabang
yang terletak di Pekanbaru, Muara Enim, Surabaya – Sidoarjo, Pontianak, Muara Teweh, Banjarmasin
– Banjarbaru, Batulicin, Balikpapan, dan Samarinda. Selain cabang-cabang yang dimiliki Perseroan,
Anak Perusahaan Perseroan yaitu KOBE memiliki cabang-cabang yang terletak di Semarang dan
Surabaya – Sidoarjo.

Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar, maksud dan tujuan Perseroan adalah menjalankan usaha-
usaha dalam bidang distributor, perdagangan dan Jasa.

Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut di atas, Perseroan dapat melaksanakan kegiatan usaha
utama sebagai berikut:
a. Menjalankan usaha dalam bidang perdagangan, export-Import alat-alat berat dan alat-alat industri
serta kendaraan termasuk pula suku cadang serta jasa pemeliharaan dan perbaikannya.
b. Menjalankan usaha sebagai distributor dalam penjualan alat-alat berat dan alat-alat industri serta
kendaraan termasuk pula suku cadang serta jasa pemeliharaan dan perbaikannya;

Untuk mendukung kegiatan usaha utama Perseroan, Perseroan dapat melaksanakan kegiatan usaha
penunjang sebagai berikut :
a. Menyewakan alat-alat berat dan alat-alat industri serta kendaraan; dan
b. Menyewakan ruangan kantor dan sarana penunjangnya.

2. Penawaran Umum

Jumlah saham yang ditawarkan : Sebesar 272.500.000 (dua ratus tujuh puluh dua juta lima
ratus ribu) saham saham biasa atas nama
Nilai Nominal : Rp100,- (seratus Rupiah)
Harga Penawaran : Rp400,- (empat ratus Rupiah) setiap saham yang harus
dibayar penuh pada saat mengajukan FPPS
Jumlah Penawaran Umum : Sebesar Rp109.000.000.000,- (seratus sembilan miliar
Rupiah)
Indikasi Tanggal Penawaran Umum : 28 Juni – 2 Juli 2012
Indikasi Tanggal Pencatatan di BEI : 5 Juli 2012

Perseroan dengan ini melakukan Penawaran Umum sebesar 272.500.000 (dua ratus tujuh puluh dua
juta lima ratus ribu) saham atau 12% (dua belas persen) dari total modal ditempatkan dan disetor
setelah Penawaran Umum Perdana Saham yang merupakan Saham Baru dengan nilai nominal
Rp100,- (seratus Rupiah) setiap saham yang ditawarkan kepada Masyarakat dengan harga penawaran
Rp400,- (empat ratus Rupiah) setiap Saham, yang harus dibayar penuh pada saat mengajukan Formulir
Pemesanan Pembelian Saham (FPPS), sehingga seluruhnya berjumlah sebesar Rp109.000.000.000,-
(seratus sembilan miliar Rupiah).

Saham-saham tersebut seluruhnya akan memberikan kepada pemegangnya hak yang sama dan
sederajat dalam segala hal dengan Saham lainnya dari Perseroan yang telah ditempatkan dan disetor
penuh, termasuk hak atas pembagian dividen.

Susunan modal saham dan pemegang saham Perseroan pada saat Prospektus ini diterbitkan adalah
sebagai berikut:

Nilai Nominal Rp100 Setiap Saham


Keterangan %
Jumlah Saham Jumlah Nilai Nominal (Rp)
Modal Dasar 8.000.000.000 800.000.000.000
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
1. PT Kobexindo Investama 1.980.000.000 198.000.000.000 99%
2. PT Infraforce Equipment 20.000.000 2.000.000.000 1%
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh 2.000.000.000 200.000.000.000 100%
Saham dalam Portepel 6.000.000.000 600.000.000.000

xi
Dengan terjualnya seluruh saham yang ditawarkan Perseroan dalam Penawaran Umum ini, maka
susunan modal saham dan pemegang saham Perseroan sebelum dan setelah Penawaran Umum ini,
secara proforma menjadi sebagai berikut:

Sebelum Penawaran Umum Setelah Penawaran Umum


Keterangan Jumlah Nilai Jumlah Nilai
Jumlah Saham % Jumlah Saham %
Nominal (Rp) Nominal (Rp)
Modal Dasar 8.000.000.000 800.000.000.000 8.000.000.000 800.000.000.000
Modal Ditempatkan
dan Disetor Penuh
1. PT Kobexindo 1.980.000.000 198.000.000.000 99,0 1.980.000.000 198.000.000.000 87,1
Investama
2. PT Infraforce 20.000.000 2.000.000.000 1,0 20.000.000 2.000.000.000 0,9
Equipment
3. Masyarakat - - - 272.500.000 27.500.000.000 12,0
Jumlah Modal 2.000.000.000 200.000.000.000 100,0 2.272.500.000 227.250.000.000 100
Ditempatkan dan
Disetor Penuh
Saham dalam Portepel 6.000.000.000 600.000.000.000 - 5.727.500.000 572.750.000.000 -

PROGRAM ALOKASI SAHAM KARYAWAN (EMPLOYEE STOCK ALLOCATION)

Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Nomor: 10 tanggal 9 Maret 2012, yang dibuat
di hadapan Fathiah Helmi, S.H., Notaris di Jakarta, juncto Akta Pernyataan Keputusan Rapat
Nomor: 3 tanggal 5 Juni 2012, yang dibuat di hadapan Dewi Sukardi, S.H., M.Kn., Notaris di Kabupaten
Tangerang, pemegang saham telah menyutujui rencana Program Alokasi Saham Karyawan (Employee
Stock Allocation atau “ESA”).

Program ESA ini dialokasikan sebesar 2,11% (dua koma sebelas persen) dari jumlah saham yang
ditawarkan dalam Penawaran Umum atau sejumlah 5.762.000 (lima juta tujuh ratus enam puluh dua
ribu) saham. Apabila terdapat sisa saham yang tidak diambil bagian oleh karyawan Perseroan, maka
sisa saham tersebut akan ditawarkan kepada masyarakat.

Program ESA diperuntukkan hanya kepada karyawan Perseroan dan Anak Perusahaan yang berjumlah
sekitar 550 orang dan tidak diperuntukkan bagi direksi dan komisaris Perseroan. Pelaksanaan program
ESA akan mengikuti ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Bapepam dan LK No. IX.A.7, Lampiran
Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-691/BL/2011 tanggal 30 Desember 2011 tentang Pemesanan dan
Penjatahan Efek dalam Penawaran Umum.

Program ESA ini merupakan program pemberian jatah pasti saham yang merupakan bagian dari
Penawaran Umum Perdana Saham Perseroan kepada Karyawan Perseroan dan Anak Perusahaan
yang telah memenuhi kualifikasi dari Perseroan (“Peserta ESA”).

Tujuan utama Program Kepemilikan Saham ESA adalah untuk meningkatkan rasa kepemilikan terhadap
Perseroan oleh karyawan Perseroan dan Anak Perusahaan sehingga mempunyai rasa memiliki (sense
of belonging) dan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kerja dari masing-masing karyawan
yang pada akhirnya akan meningkatkan pula kinerja korporasi secara keseluruhan sehingga terdapat
peningkatan nilai perusahaan yang dapat dinikmati oleh stakeholders Perseroan.

PROGRAM PEMBERIAN OPSI PEMBELIAN SAHAM KEPADA MANAJEMEN DAN KARYAWAN


(MANAGEMENT AND EMPLOYEE STOCK OPTION PLAN)

Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Nomor: 10 tanggal 9 Maret 2012, yang dibuat di
hadapan Fathiah Helmi, Notaris di Jakarta, juncto Akta Pernyataan Keputusan Rapat Nomor: 3 tanggal
5 Juni 2012, yang dibuat di hadapan Dewi Sukardi, S.H., M.Kn., Notaris di Kabupaten Tangerang,
pemegang saham telah menyutujui rencana Program Pemberian Opsi Pembelian Saham Kepada
Manajemen dan Karyawan (Management and Employee Stock Option Plan atau “MESOP”).

xii
Program MESOP adalah pemberian hak opsi pembelian saham kepada peserta program untuk
membeli saham baru untuk dikeluarkan dari portepel Perseroan sebanyak-banyaknya sebesar 10,00%
(sepuluh persen) atau sebanyak-banyaknya sebesar 227.250.000 saham dari modal ditempatkan dan
disetor penuh Perseroan setelah Penawaran Umum dilaksanakan. Program MESOP akan dialokasikan
sekitar 48% (empat puluh delapan persen) untuk Direksi dan sekitar 52% (lima puluh dua persen) akan
dialokasikan untuk Karyawan.

Mekanisme pelaksanaan MESOP akan sesuai dengan peraturan BEI No.1-A yang akan dilakukan
kemudian. Penangung jawab program MESOP adalah Direksi dibawah pengawasan Komisaris dan
akan dilaporkan dalam RUPS.

3. Rencana Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum

Dana hasil dari Penawaran Umum Perdana yang akan diterima oleh Perseroan, setelah dikurangi
seluruh biaya-biaya emisi yang berhubungan dengan Penawaran Umum akan digunakan untuk:

a. Sebesar 30% akan digunakan oleh Perseroan untuk membeli tanah dan bangunan untuk perluasan
1 kantor cabang di Surabaya, pemindahan lokasi dan pembangunan 1 kantor cabang di Samarinda
dan pembangunan 1 kantor cabang baru di Palembang yang ditujukan untuk memperluas cakupan
distribusinya di Indonesia. Kantor cabang tersebut diatas juga akan meliputi kantor, workshop
dan gudang (depo) termasuk fasilitas (kendaraan operasional, component exchange, dan
perlengkapannya) dan infrastruktur lainnya;

b. Sebesar 70% akan digunakan oleh Perseroan sebagai tambahan modal kerja yang digunakan
untuk pembelian persediaan Perseroan dan pembayaran biaya-biaya operasional Perseroan. Jenis
persediaan yang akan dibeli berupa alat berat excavator, rigid dump truck, articulated dump truck,
forklift, suku cadang dan lainnya. Selanjutnya biaya operasional meliputi biaya pengurusan impor
barang persediaan termasuk bea masuk dan pajak terkait, biaya pengiriman barang ke pelanggan,
dan lainnya.

4. Keunggulan Kompetitif

Perseroan meyakini memiliki sejumlah keunggulan kompetitif, antara lain:

- Beberapa produk yang dimiliki Perseroan dan Anak Perusahaan memiliki keunggulan dalam efisiensi
penggunaan bahan bakar dan memiliki tingkat produktifitas yang tinggi serta berteknologi tinggi;
- Perseroan senantiasa berhasil membukukan tingkat pengembalian yang tinggi kepada para
pelanggannya atas nilai investasi yang ditanamkan;
- Perseroan dan Anak Perusahaan memiliki layanan purna jual (after sales service) yang bervariasi
dan baik;
- Perseroan memiliki hubungan yang baik dengan pelanggan
- Perseroan dan Anak Perusahaan memiliki hubungan yang baik dengan para principal-nya.
- Perseroan memiliki jaringan distribusi yang luas yang mencakup hampir seluruh wilayah
pertambangan utama Indonesia
- Perseroan memiliki sistem teknologi informasi yang mutakhir
- Perseroan menerapkan metode strategic planning cycle dan balanced scorecard di dalam
menjalankan kegiatan usahanya

5. Strategi Usaha

Perseroan memiliki beberapa strategi di dalam mengembangkan kegiatan usahanya di masa depan,
termasuk di antaranya rencana untuk memanfaatkan peluang yang ada di dalam industri, pengembangan
atau ekspansi usaha, strategi pemasaran, strategi pendanaan dan strategi pengembangan usaha.

Perseroan berencana melakukan perbaikan pada sistem manajemennya dengan senantiasa


menjalankan metode strategic planning cycle serta dengan tetap menggunakan balanced scorecard
sebagai alat ukur keselarasan strategi perusahaan (corporate strategy) ke level operasional. Dengan
demikian, Perseroan berharap agar kinerja Perseroan dapat terus tumbuh ke tingkat yang lebih baik
lagi dari waktu ke waktu.

xiii
Dalam bidang pemasaran, Perseroan berencana untuk terus meningkatkan pangsa pasarnya di industri
perdagangan alat-alat berat, dimana salah satu caranya adalah dengan meningkatkan cakupan distribusi
produk-produknya dengan membuka kantor-kantor cabang baru, memasuki level produk pertambangan
yang lebih besar dan meningkatkan pangsa pasarnya di industri perkebunan kelapa sawit dan industri-
industri lainnya. Sebagai contoh, Perseroan berencana untuk melakukan pengembangan usaha dengan
mengembangkan saluran distribusi (depo). Dalam jangka waktu dekat, Perseroan berencana untuk
membuka main part depot di Samarinda, Kalimantan Timur dan memperbesar distribution part depot
di Surabaya, Jawa Timur untuk memperluas cakupan distribusi di wilayah Indonesia Timur. Selain itu,
untuk meningkatkan kualitas pelayanan di wilayah Indonesia Timur, Perseroan juga berencana untuk
membuka kantor cabang di Sulawesi untuk mendukung penjualan produk-produk Perseroan kepada
para pelanggan yang bergerak dalam industri pertambangan emas dan nikel. Sementara untuk wilayah
Indonesia bagian barat, Perseroan berencana untuk membuka kantor cabang baru di Palembang,
Sumatera Selatan untuk mendukung penjualan produk-produk Perseroan kepada para pelanggan yang
bergerak dalam industri pertambangan batubara dan coal bed methane (CBM).

Di samping itu, Perseroan berencana untuk terus mempertahankan produk-produk unggulan Perseroan,
seperti Doosan SOLAR500LC-V, NHL TR50 dan electric lift-truck jenis VNA Jungheinrich sebagai
produk-produk unggulan di kelasnya dengan tetap senantiasa melakukan inovasi dan pengembangan
produk-produk unggulan yang baru agar kedudukan Perseroan sebagai salah satu pemain unggulan di
industri perdagangan alat-alat berat dan industrial dapat tetap terjaga. Perseroan akan terus berupaya
untuk mempererat hubungan kerjasama dengan para principal dan pelanggannya agar Perseroan dapat
senantiasa mengetahui kebutuhan para pelanggannya dan dapat terus memasarkan produk-produk
unggulan baru yang dapat diterima oleh pasar. Pengembangan produk-produk unggulan Perseroan
selain dilakukan melalui hubungan kerjasama dengan principal yang ada pada saat ini, Perseroan juga
dapat melakukan kerjasama dengan principal baru untuk menambah kelengkapan portofolio produk
Perseroan. Perseroan berencana untuk terus mempererat hubungan kerjasama dengan principal
dimulai sejak penentuan spesifikasi produk, persiapan peluncuran (launching), transfer knowledge,
pelatihan, pengukuran kinerja produk dan pemberian umpan balik atau usulan perbaikan. Kendatipun
demikian, Perseroan tetap memiliki kebijakan untuk bekerja sama dengan principal yang memiliki visi
dan misi yang sejalan dengan Perseroan.

Perseroan juga berkeyakinan bahwa loyalitas para pelanggannya tidak hanya ditentukan oleh kualitas
produk-produk yang ditawarkannya, melainkan pula oleh layanan purna jual yang diberikan oleh
Perseroan. Oleh karena itu, Perseroan juga terus berencana untuk meningkatkan kualitas layanan
purna jual yang diberikan seperti dengan tetap mempertahankan layanan purna jual yang menyeluruh
kepada para pelanggan melalui program Full Maintenance Contract (FMC) dan Packaged Service
and Part Program (PSPP), mengembangkan kompetensi SDM dengan cara memberikan pelatihan
internal kepada para mekanik dan karyawan Perseroan dan eksternal kepada para pelanggan yang
berkelanjutan serta membuka cabang yang dekat dengan para pelanggan agar pelayanan yang diberikan
secara lebih efektif. Perseroan juga memberikan fasilitas special support untuk transaksi-transaksi yang
bersifat strategis, misalnya kepada para pelanggan yang memesan dalam kuantitas atau nilai yang
besar. Untuk mengoptimalkan layanan purna jual Perseroan, khususnya dalam bidang penyediaan
suku cadang kepada para pelanggannya, Perseroan juga berencana untuk melakukan perbaikan pada
sistem manajemen persediaannya agar suku cadang yang diperlukan oleh para pelanggan dapat terus
tersedia dan mudah untuk diperoleh.

Sementara dalam bidang pendanaan, setelah dilakukannya penawaran umum perdana saham oleh
Perseroan, Perseroan akan terus berupaya untuk memperoleh pendanaan untuk mendukung ekspansi
kegiatan usahanya dengan biaya dana yang rendah, baik dari perbankan maupun pasar modal, yang
pada akhirnya diharapkan dapat mempercepat realisasi target ekspansi usaha Perseroan. Perseroan
juga akan tetap menjalin hubungan yang baik dengan lembaga-lembaga keuangan untuk memberikan
fasilitas pembiayaan terhadap pelanggan-pelanggan Perseroan.

Dalam bidang teknologi informasi, Perseroan berencana untuk meningkatkan kualitas teknologi informasi
yang dimiliki seperti dengan mengoptimalisasikan sistem ERP dan manajemen database Perseroan.

xiv
Selanjutnya untuk menjaga kesinambungan kinerja Perseroan, Perseroan juga berencana untuk terus
berupaya dalam mendiversikasikan baik dari segi variasi produk maupun keberadaan para principal-nya.
Dimana kedua hal tersebut merupakan dua aspek utama yang perlu dikembangkan untuk menunjang
kegiatan Perseroan. Hal tersebut juga dapat menciptakan keunggulan kompetitif baik dari segi variasi
produk yang dapat ditawarkan, maupun kepastian atas persediaan Perseroan yang dimiliki dengan cara
menjaga dan menjalin hubungan yang baik tidak hanya terbatas pada satu principal saja, tetapi juga
mencari beberapa alternatif principal yang sekiranya akan mendukung kinerja Perseroan agar risiko
terhadap kebergantungan pada satu principal dapat dihindari.

6. Risiko Usaha

Beberapa risiko yang diperkirakan mempengaruhi kegiatan usaha Perseroan secara umum dapat
dikelompokkan menjadi sebagai berikut:

Risiko Terkait Kegiatan Usaha dan Kegiatan Operasional Perseroan

1. Kegiatan usaha Perseroan terutama bergantung pada perjanjian – perjanjian distribusi alat berat
dan industrial antara Perseroan dan Anak Perusahaan dengan para principal-nya;
2. Kegiatan usaha Perseroan terutama bergantung pada permintaan dan belanja modal akan alat-
alat berat oleh perusahaan-perusahaan yang mayoritas bergerak di bidang pertambangan yang
dipengaruhi langsung oleh tren harga komoditi seperti batubara serta faktor-faktor lain yang bisa
mempengaruhi pelanggan Perseroan;
3. Industri yang dijalani oleh Perseroan termasuk dalam industri kompetitif dan hal tersebut dapat
berdampak negatif secara material terhadap Perseroan;
4. Dalam memenuhi jadwal dan persyaratan pelaksanan transaksi, Perseroan dapat dimungkinkan
untuk dituntut dan mengganti kerugian karena gagal dalam pelaksanaannya;
5. Perseroan mungkin tidak berhasil mengimplementasikan strategi bisnisnya atau mencapai tujuan-
tujuannya;
6. Kewajiban dan kemungkinan pelanggaran terhadap perjanjian kredit Perseroan dapat berdampak
negatif secara material terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, hasil operasional dan prospek
usaha Perseroan;
7. Arus kas Perseroan dapat dipengaruhi oleh kesulitan dalam penagihan pembayaran dari pelanggan;
8. Perseroan bergantung pada personil kunci dan ketersediaan personil teknis yang berkualitas dalam
jumlah yang memadai;
9. Nilai jaminan asuransi Perseroan mungkin tidak menutupi semua potensi kerugian yang dapat
timbul;
10. Risiko hilang atau rusaknya barang dagangan yang dikirim dari principal kepada Perseroan;
11. Kondisi keuangan dan hasil operasi Perseroan dapat dipengaruhi secara negatif dan material
yang disebabkan oleh kerugian akibat fluktuasi nilai mata uang Rupiah terhadap mata uang asing,
khususnya Dolar Amerika Serikat dan Euro;
12. Terdapat kemungkinan Perseroan tidak dapat memperbaharui atau memperpanjang kontrak
pelayanan purna jual kepada para pelanggan, yang mungkin berdampak negatif terhadap
keuangan, operasional dan kegiatan usaha Perseroan;

Risiko Terkait Kondisi Indonesia

1. Perubahan-perubahan ekonomi regional atau global dapat berdampak secara material dan
merugikan ekonomi Indonesia dan kegiatan usaha Perseroan;
2. Ketidakstabilan politik di Indonesia dapat berdampak merugikan bagi ekonomi, yang pada gilirannya
dapat mempengaruhi kegiatan usaha, kondisi keuangan dan hasil-hasil operasi Perseroan;
3. Penurunan peringkat kredit Indonesia dapat merugikan pasar keuangan Indonesia dan kemampuan
Perseroan untuk mendanai kegiatan operasi dan pertumbuhannya;
4. Pergerakan kaum buruh dan peraturan ketenagakerjaan dapat berdampak merugikan bagi
Perseroan, konsumen Perseroan dan perusahaan-perusahaan Indonesia umumnya, yang pada
gilirannya dapat mempengaruhi kegiatan usaha, kondisi keuangan dan hasil operasi Perseroan;
5. Indonesia terletak di zona aktif geologis dan berisiko terhadap bencana geologis dan bencana alam
lainnya yang dapat menciptakan ketidakstabilan sosial dan ekonomi;

xv
Risiko Terkait Investasi pada Saham Perseoan

1. Kondisi pasar dan ekonomi dapat mempengaruhi harga pasar dan permintaan atas saham
Perseroan, yang bisa berfluktuasi tinggi;
2. Perseroan menjalankan kegiatan usahanya di dalam suatu sistem hukum dimana penerapan
hukum dan peraturan perundang-undangannya kurang memiliki kepastian, dan melalui pembelian
saham Perseroan, para pemegang saham Perseroan mungkin berhadapan dengan sistem hukum
tersebut sehingga mungkin menemukan adanya kesulitan atau kemustahilan untuk mengajukan
klaim terkait dengan saham;
3. Peraturan yang mengatur pasar efek Indonesia berbeda dengan yang berlaku di pasar lain, yang
mungkin menyebabkan fluktuasi harga pasar Saham Perseroan lebih tinggi;
4. Putusan dari pengadilan asing tidak dapat mudah dipaksakan terhadap perusahaan di Indonesia;
5. Hukum Indonesia tidak melindungi para pemegang saham secara ekstensif sebagaimana di
yurisdiksi lainnya;
6. Para pemegang saham dari luar negeri mungkin tidak dapat ikut serta dalam penawaran saham
Perseroan di kemudian hari atau penerbitan ekuitas lain yang mungkin dilakukan Perseroan;
7. Hukum Indonesia mungkin dipraktikkan secara berbeda dibandingkan hukum pada yurisdiksi lain
terkait dengan penyelenggaraan, dan hak pemegang saham untuk menghadiri dan memberikan
suara pada RUPS;
8. Para pembeli mungkin memiliki keterbatasan hak sebagai pemegang saham minoritas; dan
9. Pemegang saham pengendali Perseroan, yang dapat memiliki kepentingan yang berbeda dengan
calon investor atas kegiatan usaha Perseroan, mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
Perseroan.

7. Penyertaan Saham

Perseroan memiliki penyertaan saham secara langsung pada Entitas Anak sebagai berikut:

Kepemilikan Tahun Mulai


Nama Perusahaan Kegiatan Usaha Status Operasional
Perseroan Penyertaan
Bergerak dalam bidang distribusi
dan perdagangan alat industrial
PT Kobexindo Equipment 99,00% 2007 Beroperasi
dan suku cadangnya serta jasa
terkait

8. Kinerja Keuangan

Tabel berikut ini menyajikan ikhtisar data keuangan konsolidasian penting Perseroan untuk masing-
masing periode di bawah ini. Ikhtisar data keuangan konsolidasian penting Perseroan pada tanggal
31 Desember 2011, 2010 dan 2009, dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut,
diambil dari laporan keuangan konsolidasian auditan Perseroan untuk periode-periode tersebut.

Laporan keuangan konsolidasian Perseroan pada tanggal 31 Desember 2011 dan untuk tahun yang
berakhir pada tanggal tersebut, yang seluruhnya tercantum dalam Prospektus ini, telah diaudit oleh
Kantor Akuntan Publik (“KAP”) Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan, akuntan publik independen,
berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (“IAPI”), dengan
pendapat wajar tanpa pengecualian. Laporan keuangan konsolidasian Perseroan pada tanggal
31 Desember 2009 dan 2010 dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, yang
seluruhnya tercantum dalam Prospektus ini, telah diaudit oleh KAP Akhyadi Wadisono, akuntan publik
independen, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia
(“IAPI”), dengan pendapat wajar tanpa pengecualian. Laporan keuangan konsolidasian Perseroan pada
tanggal 31 Desember 2007 dan 2008, dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut,
yang seluruhnya tercantum dalam Prospektus ini, diambil dari laporan keuangan konsolidasian
Perseroan yang tidak diaudit untuk periode-periode tersebut.

xvi
Perseroan dan Entitas Anak telah menerapkan beberapa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
tertentu yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2011, baik secara prospektif maupun retrospektif.

Ikhtisar Data Keuangan

(dalam jutaan Rupiah)


Pada tanggal 31 Desember dan
Uraian untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember
2007 2008 2009 2010 2011
Total Aset 400.583 538.472 442.432 573.150 1.120.440
Total Liabilitas 287.024 434.464 314.640 427.871 912.689
Total Ekuitas 113.559 104.009 127.792 145.280 207.751
Pendapatan 388.152 460.086 469.246 741.768 1.306.674
Beban Usaha (62.361) (83.118) (33.063) (91.555) (171.511)
Laba Komprehensif Entitas Induk Tahun
Berjalan 6.570 (9.559) 23.764 20.191 79.925

9. Kebijakan Dividen Perseroan

Berdasarkan Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, pembagian dividen
dilakukan berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPS) atau Rapat Umum
Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Sebelum berakhirnya tahun keuangan, dividen interim dapat
dibagikan sepanjang hal itu diperbolehkan oleh Anggaran Dasar Perseroan dan pembagian dividen
interim tidak menyebabkan aset bersih Perseroan menjadi kurang dari modal ditempatkan dan disetor
penuh dan cadangan wajib Perseroan. Pembagian dividen interim tersebut ditetapkan oleh Direksi
setelah mendapat persetujuan dari Dewan Komisaris. Jika setelah berakhirnya tahun keuangan dimana
terjadi pembagian dividen interim Perseroan mengalami kerugian, maka dividen interim yang telah
dibagikan tersebut harus dikembalikan oleh pemegang saham kepada Perseroan. Dewan Komisaris
serta Direksi akan bertanggung jawab secara tanggung renteng untuk pengembalian dimaksud jika
dividen interim tidak dikembalikan oleh pemegang saham.

Setelah dilaksanakannya Penawaran Umum Perdana Saham, mulai tahun 2013 berdasarkan laba
bersih tahun 2012, Perseroan berniat untuk mempertahankan rasio pembayaran dividen sebanyak-
banyaknya 40% (empat puluh persen) dari laba bersih untuk masa yang akan datang.

Dengan tetap memperhatikan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan, Direksi
Perseroan dapat, dari waktu ke waktu, mengubah kebijakan pembagian dividen Perseroan. Dalam
kebijakannya, Direksi Perseroan dapat mengurangi jumlah dividen yang akan dibayarkan atau tidak
melakukan pembayaran dividen sama sekali.

Pembayaran dividen yang dilakukan Perseroan adalah dalam bentuk kas.

Pembayaran dividen di masa yang akan datang akan bergantung pada berbagai faktor, antara lain
pada:
- laba ditahan, kinerja operasional dan keuangan, kondisi keuangan, kondisi likuiditas, prospek bisnis
di masa yang akan datang, kebutuhan kas, peluang bisnis; serta
- kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku serta faktor lain yang dianggap relevan
oleh Direksi.

xvii
Halaman ini sengaja dikosongkan
I. PENAWARAN UMUM

Perseroan dengan ini melakukan Penawaran Umum sebesar 272.500.000 (dua ratus tujuh puluh dua
juta lima ratus ribu) saham atau 12% (dua belas persen) dari total modal ditempatkan dan disetor
setelah Penawaran Umum Perdana Saham yang merupakan Saham Baru dengan nilai nominal
Rp100,- (seratus Rupiah) setiap saham yang ditawarkan kepada Masyarakat dengan harga penawaran
Rp400,- (empat ratus Rupiah) setiap Saham, yang harus dibayar penuh pada saat mengajukan Formulir
Pemesanan Pembelian Saham (FPPS), sehingga seluruhnya berjumlah sebesar Rp109.000.000.000,-
(seratus sembilan miliar Rupiah).

Seluruh pemegang saham Perseroan memiliki hak yang sama dan sederajat dalam segala hal dengan
saham lainnya dari Perseroan yang telah ditempatkan dan disetor penuh, sesuai dengan Undang-
Undang No. 40 tahun 2007 tanggal 16 Agustus 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Kegiatan Usaha Utama:


Bergerak dalam bidang distribusi dan perdagangan alat berat dan suku cadangnya serta jasa terkait.

Berkedudukan di Jakarta Utara, Indonesia

Kantor Pusat: Kantor Product Support Center: Kantor Cabang:


Kobexindo Tower Gedung Kobexindo Perseroan dan Anak
Jl. Pasir Putih Raya Blok E-5-D Jl. Raya Bekasi - Karawang KM.58 Perusahaan memiliki 11
Ancol, Pademangan, Jakarta Cikarang Timur, Bekasi, 17823 kantor cabang yang terletak
Utara 14430 Jawa Barat – Indonesia di Balikpapan, Banjarbaru,
DKI Jakarta – Indonesia Tel: (62-21) 8914 0888 Batulicin, Jakarta, Muara
Tel: (62-21) 64 700 800/ 64 700 808 Fax : (62-21) 8914 0055 Enim, Muara Teweh,
Fax : (62-21) 64 700 900/ 64 700 909 Pekanbaru, Pontianak,
Email: corsec@kobexindo.com Samarinda, Semarang dan
Website: www.kobexindo.com Surabaya-Sidoarjo

RISIKO UTAMA YANG DIHADAPI PERSEROAN YAITU KEGIATAN USAHA PERSEROAN


TERUTAMA BERGANTUNG PADA PERJANJIAN – PERJANJIAN DISTRIBUSI ALAT BERAT DAN
INDUSTRIAL ANTARA PERSEROAN DAN ANAK PERUSAHAAN DENGAN PARA PRINCIPAL-
NYA. RISIKO USAHA PERSEROAN SELENGKAPNYA DICANTUMKAN PADA BAB V DI DALAM
PROSPEKTUS INI.

RISIKO TERKAIT DENGAN KEPEMILIKAN ATAS SAHAM PERSEROAN YAITU TIDAK LIKUIDNYA
SAHAM YANG DITAWARKAN PADA PENAWARAN UMUM INI, MENGINGAT JUMLAH SAHAM
YANG DITAWARKAN PERSEROAN TIDAK TERLALU BESAR, MAKA TERDAPAT KEMUNGKINAN
PERDAGANGAN SAHAM PERSEROAN DI BURSA EFEK INDONESIA AKAN MENJADI
TIDAK LIKUID. DENGAN DEMIKIAN, PERSEROAN TIDAK DAPAT MEMPREDIKSI APAKAH
PERDAGANGAN SAHAM PERSEROAN DI BURSA EFEK AKAN AKTIF ATAU LIKUIDITAS
SAHAM PERSEROAN AKAN TERJAGA.

1
Perseroan adalah suatu perseroan terbatas yang didirikan di Republik Indonesia pada tanggal
28 September 2002 berdasarkan akta No. 37, yang dibuat di hadapan Stephany Maria Lilianti,
S.H., Notaris di Jakarta. Akta pendirian Perseroan telah memperoleh persetujuan dari Menkumham
berdasarkan Surat Keputusan No. C-00568.HT.01.01.TH.2003 tanggal 13 Januari 2003, serta telah
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 33 tanggal 23 April 2004, Tambahan No. 3926.

Perseroan telah menyesuaikan seluruh anggaran dasar Perseroan sesuai dengan ketentuan UUPT
berdasarkan Akta No.9 tanggal 9 Juli 2008, dibuat di hadapan Stephany Maria Lilianti, S.H., Notaris
di Jakarta, dan telah memperoleh persetujuan dari Menkumham berdasarkan Surat Keputusan
No. AHU-49007.AH.01.02.Tahun 2008 tanggal 7 Agustus 2008.

Dalam rangka Penawaran Umum Perdana Saham Perseroan, anggaran dasar Perseroan telah
diubah beberapa kali, terakhir dalam rangka Penawaran Umum telah diubah dengan Akta Pernyataan
Keputusan Rapat Nomor: 10 tanggal 9 Maret 2012, yang dibuat di hadapan Fathiah Helmi, Notaris di
Jakarta, akta mana telah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia sesuai dengan Surat Keputusan Nomor: AHU-12986.AH.01.02. Tahun 2012 tanggal 12 Maret
2012 dan telah didaftarkan dalam Daftar Perseroan Nomor: AHU-0021538.AH.01.09. Tahun 2012
tanggal 12 Maret 2012.

Susunan modal saham dan pemegang saham Perseroan pada saat Prospektus ini diterbitkan adalah
sebagai berikut:

Keterangan %
Jumlah Saham Jumlah Nilai Nominal (Rp)
Modal Dasar 8.000.000.000 800.000.000.000
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
1. PT Kobexindo Investama 1.980.000.000 198.000.000.000 99%
2. PT Infraforce Equipment 20.000.000 2.000.000.000 1%
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh 2.000.000.000 200.000.000.000 100%
Saham dalam Portepel 6.000.000.000 600.000.000.000

Dengan terjualnya seluruh saham yang ditawarkan Perseroan dalam Penawaran Umum ini, maka
susunan modal saham dan pemegang saham Perseroan sebelum dan setelah Penawaran Umum ini,
secara proforma menjadi sebagai berikut:

Sebelum Penawaran Umum Setelah Penawaran Umum


Keterangan Jumlah Nilai Jumlah Nilai
Jumlah Saham % Jumlah Saham %
Nominal (Rp) Nominal (Rp)
Modal Dasar 8.000.000.000 800.000.000.000 8.000.000.000 800.000.000.000
Modal Ditempatkan
dan Disetor Penuh
1. PT Kobexindo 1.980.000.000 198.000.000.000 99,0 1.980.000.000 198.000.000.000 87,1
Investama
2. PT Infraforce 20.000.000 2.000.000.000 1,0 20.000.000 2.000.000.000 0,9
Equipment
3. Masyarakat - - - 272.500.000 27.500.000.000 12,0
Jumlah Modal 2.000.000.000 200.000.000.000 100,0 2.272.500.000 227.250.000.000 100
Ditempatkan dan
Disetor Penuh
Saham dalam Portepel 6.000.000.000 600.000.000.000 - 5.727.500.000 572.750.000.000 -

Bersamaan dengan pencatatan saham yang berasal dari Penawaran Umum Perdana ini sebesar
272.500.000 (dua ratus tujuh puluh dua juta lima ratus ribu) saham biasa atas nama atau sejumlah 12%
(dua belas persen) dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah Penawaran Umum Perdana ini,
maka Perseroan juga akan mencatatkan seluruh saham biasa atas nama pemegang saham sebelum
Penawaran Umum Perdana sejumlah 2.000.000.000 (dua miliar) saham. Dengan demikian, jumlah
saham yang akan dicatatkan oleh Perseroan di BEI adalah sejumlah 2.272.500.000 (dua miliar dua
ratus tujuh puluh dua juta lima ratus ribu) saham, atau sejumlah 100% dari jumlah modal ditempatkan
atau disetor penuh sesudah Penawaran Umum Perdana ini.

2
PROGRAM ALOKASI SAHAM KARYAWAN (EMPLOYEE STOCK ALLOCATION)

Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Nomor: 10 tanggal 9 Maret 2012, yang dibuat
di hadapan Fathiah Helmi, S.H., Notaris di Jakarta, juncto Akta Pernyataan Keputusan Rapat
Nomor: 3 tanggal 5 Juni 2012, yang dibuat di hadapan Dewi Sukardi, S.H., M.Kn., Notaris di Kabupaten
Tangerang, pemegang saham telah menyutujui rencana Program Alokasi Saham Karyawan (Employee
Stock Allocation atau “ESA”).

Program ESA ini dialokasikan sebesar 2,11% (dua koma sebelas persen) dari jumlah saham yang
ditawarkan dalam Penawaran Umum atau sejumlah 5.762.000 (lima juta tujuh ratus enam puluh dua
ribu) saham. Apabila terdapat sisa saham yang tidak diambil bagian oleh karyawan Perseroan, maka
sisa saham tersebut akan ditawarkan kepada masyarakat.

Program ESA diperuntukkan hanya kepada karyawan Perseroan dan Anak Perusahaan yang berjumlah
sekitar 550 orang dan tidak diperuntukkan bagi direksi dan komisaris Perseroan. Pelaksanaan program
ESA akan mengikuti ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Bapepam dan LK No. IX.A.7, Lampiran
Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-691/BL/2011 tanggal 30 Desember 2011 tentang Pemesanan dan
Penjatahan Efek dalam Penawaran Umum.

Program ESA ini merupakan program pemberian jatah pasti saham yang merupakan bagian dari
Penawaran Umum Perdana Saham Perseroan kepada Karyawan Perseroan dan Anak Perusahaan
yang telah memenuhi kualifikasi dari Perseroan (“Peserta ESA”).

Tujuan utama Program Kepemilikan Saham ESA adalah untuk meningkatkan rasa kepemilikan terhadap
Perseroan oleh karyawan Perseroan dan Anak Perusahaan sehingga mempunyai rasa memiliki (sense
of belonging) dan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kerja dari masing-masing karyawan
yang pada akhirnya akan meningkatkan pula kinerja korporasi secara keseluruhan sehingga terdapat
peningkatan nilai perusahaan yang dapat dinikmati oleh stakeholders Perseroan.

Mekanisme Pelaksanaan Program ESA

Karyawan yang dapat berpartisipasi dalam program ESA adalah karyawan Perseroan dan Anak
Perusahaan yang memenuhi ketentuan sebagai berikut:
• Karyawan tetap tercatat pada tanggal 31 Mei 2012.
• Karyawan dalam status aktif bekerja pada 31 Mei 2012
• Karyawan yang tidak dalam status terkena sanksi administratif pada saat implementasi Program
ESA

Alokasi Program ESA yaitu :


• Saham penghargaan, yaitu alokasi saham yang diberikan secara cuma-cuma oleh Perseroan
dengan jumlah saham yang ditawarkan sebesar 3.969.500 (tiga juta sembilan ratus enam puluh
sembilan ribu lima ratus saham dari jumlah saham ESA. Beban sehubungan dengan pemberian
saham penghargaan akan menjadi tanggungan Perseroan.
• Saham diskon, yaitu alokasi saham yang diberikan oleh Perseroan kepada karyawan dengan jenjang
tertentu dengan jumlah saham yang ditawarkan sebesar 1.792.500 (satu juta tujuh ratus sembilan
puluh dua ribu lima ratus saham dari jumlah saham ESA dimana Perseroan akan membayar porsi
sebesar 20% (dua puluh persen) dari nilai maksimum dan sebesar 80% (delapan puluh persen)
akan dibayar oleh karyawan dari pinjaman yang diberikan oleh Perseroan berdasarkan bonus yang
akan diberikan Perseroan pada tahun berikutnya.

Saham ESA diberlakukan lock-up selama 12 bulan sejak pencatatan saham. Peserta ESA hanya
dapat mentransaksikan saham ESA setelah periode lock-up berakhir. Mengingat pembelian saham
ESA sepenuhnya menjadi tanggung jawab Peserta, maka tidak ada hal yang dapat mengakibatkan
hilangnya hak atas saham ESA.

3
Dengan terjualnya seluruh saham yang ditawarkan Perseroan dalam Penawaran Umum ini, dan dengan
diimplementasikannya seluruh rencana program ESA seperti dijelaskan di atas, maka susunan modal
saham dan pemegang saham Perseroan sebelum dan sesudah Penawaran Umum ini, secara proforma
menjadi sebagai berikut:

Sebelum Penawaran Umum dan Sebelum Setelah Penawaran Umum dan Setelah
Pelaksanaan Program ESA Pelaksanaan Program ESA
Keterangan
Jumlah Nilai Jumlah Nilai
Jumlah Saham % Jumlah Saham %
Nominal (Rp) Nominal (Rp)
Modal Dasar 8.000.000.000 800.000.000.000 8.000.000.000 800.000.000.000
Modal Ditempatkan dan
Disetor Penuh
1. PT Kobexindo 1.980.000.000 198.000.000.000 99,0 1.980.000.000 198.000.000.000 87,1
Investama
2. PT Infraforce 20.000.000 2.000.000.000 1,0 20.000.000 2.000.000.000 0,9
Equipment
3. Masyarakat - - - 266.738.000 26.673.800.000 11,7
4. Karyawan - - - 5.762.000 576.200.000 0,3
Jumlah Modal 2.000.000.000 200.000.000.000 100,0 2.272.500.00 227.250.000.000 100,0
Ditempatkan dan
Disetor Penuh
Saham dalam Portepel 6.000.000.000 600.000.000.000 5.727.500.000 572.750.000.000

Aspek Perpajakan Program ESA

Program ESA adalah program penawaran saham kepada Peserta ESA. Harga saham ESA sama dengan
Harga Penawaran. Tidak ada unsur perpajakan bagi Peserta maupun Perseroan dalam pelaksanaan
Program ESA ini, kecuali setelah periode lock-up berakhir dan Peserta yang membeli saham ESA
melakukan transaksi penjualan saham melalui Bursa Efek atau di luar Bursa Efek, atas pelaksanaan
penjualan berlaku ketentuan perpajakan sebagai berikut:
a. Untuk pelaksanaan penjualan melalui Bursa Efek akan dikenakan pajak yang bersifat final yang
besarnya 0,1% dari nilai transaksi.
b. Untuk pelaksanaan penjualan saham di luar Bursa Efek akan dikenakan pajak yang diperhitungkan
dari capital gain yang diterima oleh Peserta dan akan dikenakan pajak progresif sesuai dengan tarif
yang berlaku.

PROGRAM PEMBERIAN OPSI PEMBELIAN SAHAM KEPADA MANAJEMEN DAN KARYAWAN


(MANAGEMENT AND EMPLOYEE STOCK OPTION PLAN)

Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Nomor: 10 tanggal 9 Maret 2012, yang dibuat di
hadapan Fathiah Helmi, Notaris di Jakarta, juncto Akta Pernyataan Keputusan Rapat Nomor: 3 tanggal
5 Juni 2012, yang dibuat di hadapan Dewi Sukardi, S.H., M.Kn., Notaris di Kabupaten Tangerang,
pemegang saham telah menyutujui rencana Program Pemberian Opsi Pembelian Saham Kepada
Manajemen dan Karyawan (Management and Employee Stock Option Plan atau “MESOP”).

Program MESOP adalah pemberian hak opsi pembelian saham kepada peserta program untuk
membeli saham baru untuk dikeluarkan dari portepel Perseroan sebanyak-banyaknya sebesar 10,00%
(sepuluh persen) atau sebanyak-banyaknya sebesar 227.250.000 saham dari modal ditempatkan dan
disetor penuh Perseroan setelah Penawaran Umum dilaksanakan. Program MESOP akan dialokasikan
sekitar 48% (empat puluh delapan persen) untuk Direksi dan sekitar 52% (lima puluh dua persen) akan
dialokasikan untuk Karyawan.

Mekanisme pelaksanaan MESOP akan sesuai dengan peraturan BEI No.1-A yang akan dilakukan
kemudian. Penangung jawab program MESOP adalah Direksi dibawah pengawasan Komisaris dan
akan dilaporkan dalam RUPS.

4
Mekanisme Pelaksanaan Program MESOP

Manajemen dan karyawan dengan jenjang tertentu yang dapat berpartisipasi dalam program MESOP
adalah Direksi, anggota Dewan Komisaris (tidak termasuk Komisaris Independen) serta karyawan
dengan jenjang tertentu (golongan 5-7) Perseroan dan Anak Perusahaan yang tercatat 14 hari sebelum
tanggal pendistribusian Hak Opsi pada setiap tahapan.

Jumlah hak opsi yang dapat diterbitkan untuk membeli saham sebanyak-banyaknya 10,00% dari total
saham ditempatkan dan disetor penuh dalam Perseroan setelah Penawaran Umum Saham Perdana.

Pelaksanaan penerbitan Hak Opsi akan dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:
• Tahap I sebanyak-banyaknya 40% (empat puluh persen) dari total hak opsi akan didistribusikan
pada tanggal pencatatan saham Perseroan.
• Tahap II sebanyak-banyaknya 30% (tiga puluh persen) dari total hak opsi akan didistribusikan pada
ulang tahun pertama pencatatan saham Perseroan.
• Tahap III sebanyak-banyaknya 30% (tiga puluh persen) dari total hak opsi akan didistribusikan
pada ulang tahun kedua pencatatan saham Perseroan.
• Hak Opsi yang telah didistribusikan akan dikenakan masa tunggu (vesting period) dalam jangka
waktu 12 bulan terhitung sejak tanggal penerbitannya.

Perseroan akan menetapkan harga pelaksanaan serta periode pelaksanaan dengan mengacu pada
Peraturan Pencatatan Bursa Efek Indonesia No. I-A.

Dengan asumsi seluruh hak opsi digunakan untuk membeli saham baru Perseroan maka pada akhir
umur hak opsi (option life) yakni 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal pendistribusian hak opsi setiap
tahapan, maka susunan modal saham dan pemegang saham Perseroan sebelum dan sesudah
Pelaksanaan hak Opsi, secara proforma menjadi sebagai berikut:

Setelah Penawaran Umum, Setelah Setelah Penawaran Umum, Setelah


Pelaksanaan Program ESA dan Sebelum Pelaksanaan Program ESA dan Setelah
Keterangan Pelaksanaan Program MESOP Pelaksanaan Program MESOP
Jumlah Nilai Jumlah Nilai
Jumlah Saham % Jumlah Saham %
Nominal (Rp) Nominal (Rp)
Modal Dasar 8.000.000.000 800.000.000.000 8.000.000.000 800.000.000.000
Modal Ditempatkan dan
Disetor Penuh
1. PT Kobexindo 1.980.000.000 198.000.000.000 87,1 1.980.000.000 198.000.000.000 79,2
Investama
2. PT Infraforce 20.000.000 2.000.000.000 0,9 20.000.000 2.000.000.000 0,8
Equipment
3. Masyarakat 266.738.000 26.673.800.000 11,7 266.738.000 26.673.800.000 10,7
4. Karyawan (tidak 5.762.000 576.200.000 0,3 5.762.000 576.200.000 0,2
termasuk Direksi)
5. MESOP (Direksi dan - - - 227.250.000 22.725.000.000 9,1
Karyawan)
Jumlah Modal 2.272.500.00 227.250.000.000 100,0 2.499.750.000 249.975.000.000 100,0
Ditempatkan dan
Disetor Penuh
Saham dalam Portepel 5.727.500.000 572.750.000.000 5.500.250.000 550.025.000.000

PERSEROAN TIDAK BERENCANA UNTUK MENGELUARKAN DAN/ATAU MENCATATKAN SAHAM DAN/


ATAU EFEK LAIN YANG DAPAT DIKONVERSIKAN MENJADI SAHAM DALAM WAKTU 12 (DUA BELAS)
BULAN TERHITUNG SEJAK PERNYATAAN PENDAFTARAN MENJADI EFEKTIF, KECUALI SAHAM HASIL
PELAKSANAAN MESOP.

PEMEGANG SAHAM PERSEROAN SAAT INI TIDAK AKAN MENGALIHKAN SAHAM-SAHAM MILIK MEREKA
DALAM JANGKA WAKTU 8 (DELAPAN) BULAN TERHITUNG SEJAK PERNYATAAN PENDAFTARAN
MENJADI EFEKTIF.

5
II. RENCANA PENGGUNAAN DANA

Dana hasil dari Penawaran Umum Perdana yang akan diterima oleh Perseroan, setelah dikurangi
seluruh biaya-biaya emisi yang berhubungan dengan Penawaran Umum akan digunakan untuk:

a. Sebesar 30% akan digunakan oleh Perseroan untuk membeli tanah dan bangunan untuk perluasan
1 kantor cabang di Surabaya, pemindahan lokasi dan pembangunan 1 kantor cabang di Samarinda
dan pembangunan 1 kantor cabang baru di Palembang yang ditujukan untuk memperluas cakupan
distribusinya di Indonesia. Kantor cabang tersebut di atas juga akan meliputi kantor, workshop
dan gudang (depo) termasuk fasilitas (kendaraan operasional, component exchange, dan
perlengkapannya) dan infrastruktur lainnya;

b. Sebesar 70% akan digunakan oleh Perseroan sebagai tambahan modal kerja yang digunakan
untuk pembelian persediaan Perseroan dan pembayaran biaya-biaya operasional Perseroan. Jenis
persediaan yang akan dibeli berupa alat berat excavator, rigid dump truck, articulated dump truck,
forklift, suku cadang dan lainnya. Selanjutnya biaya operasional meliputi biaya pengurusan impor
barang persediaan termasuk bea masuk dan pajak terkait, biaya pengiriman barang ke pelanggan,
dan lainnya.

Manajemen Perseroan menyatakan bahwa setiap penggunaan dana yang diperoleh dari hasil
Penawaran Umum akan mengikuti ketentuan peraturan dan perundangan yang berlaku. Perseroan
akan mempertanggungjawabkan realisasi penggunaan dana hasil Penawaran Umum ini secara
periodik kepada pemegang saham dalam RUPS dan melaporkan kepada Bapepam dan LK sesuai
dengan Peraturan No.X.K.4 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam No.Kep-27/PM/2003 tanggal
17 Juli 2003 tentang Laporan Realisasi Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum.

Apabila Perseroan bermaksud mengubah rencana penggunaan dananya tidak seperti yang tercantum
dalam Prospektus, maka rencana tersebut harus terlebih dahulu dilaporkan kepada Bapepam dan LK
dengan mengemukakan alasan beserta pertimbangannya dan perubahan penggunaan dana tersebut
harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari RUPS.

Sesuai dengan Surat Edaran Bapepam dan LK nomor SE-05/BL/2006 tanggal 29 September 2006
tentang Keterbukaan Informasi mengenai Biaya yang Dikeluarkan Dalam Rangka Penawaran Umum,
total biaya yang dikeluarkan oleh Perseroan adalah sekitar 5,61% dari dari total dana yang dihimpun
dari Penawaran Umum, yang meliputi:

- Biaya jasa untuk Para Penjamin Emisi Efek sebesar 2,00% yang terdiri dari biaya jasa
penyelenggaraan (management fee) sebesar 1,00%, biaya jasa penjaminan (underwriting fee)
sebesar 0,50% dan biaya jasa penjualan (selling fee) sebesar 0,50%;
- Biaya jasa konsultan yang terdiri dari biaya:
a. Jasa Kantor Akuntan Publik sekitar 0,26%
b. Jasa Konsultan Hukum sekitar 0,24%
c. Jasa Notaris sekitar 0,06%
d. Jasa Penilai sekitar 0,10%;
- Biaya Lembaga Penunjang Pasar Modal yaitu jasa Biro Administrasi Efek sekitar 0,11%;
- Biaya Pencatatan (BEI dan KSEI) sekitar 0,01%;
- Biaya lain-lain yang meliputi biaya penyelenggaraan public expose, biaya penyelenggaraan
roadshow, biaya pencetakan Prospektus dan formulir, biaya advisor, biaya konsultan industri dan
biaya-biaya yang berhubungan dengan hal-hal tersebut sekitar 2,82%.

Pelaksanaan penggunaan dana hasil penawaran umum ini akan mengikuti ketentuan Pasar Modal
yang berlaku di Indonesia.

6
III. PERNYATAAN UTANG

Pada tanggal 31 Desember 2011, Perseroan memiliki jumlah liabilitas konsolidasian sebesar Rp912.689
juta, yang terdiri dari total liabilitas jangka pendek sebesar Rp889.780 juta, dan total liabilitas jangka
panjang sebesar Rp22.909 juta, yang angka-angkanya diambil dari laporan keuangan konsolidasian
Perseroan pada tanggal 31 Desember 2011 dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, yang
tercantum dalam Prospektus ini dan telah diaudit oleh KAP Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan, akuntan
publik independen, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh IAPI, dengan pendapat wajar
tanpa pengecualian.

Perseroan dan Entitas Anak telah menerapkan beberapa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
tertentu yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2011, baik secara prospektif maupun retrospektif.

Perincian liabilitas konsolidasian Perseroan pada tanggal 31 Desember 2011 disajikan di bawah ini.

(dalam jutaan Rupiah)


Keterangan Jumlah
Liabilitas Jangka Pendek
Pinjaman bank jangka pendek 47.607
Utang usaha 701.404
Utang lain-lain
Pihak ketiga, bagian jangka pendek 43.456
Uang muka pelanggan 55.405
Biaya masih harus dibayar 34.530
Utang pajak 2.477
Bagian jangka pendek atas utang cicilan 4.171
Pendapatan ditangguhkan 730
Total Liabilitas Jangka Pendek 889.780

Liabilitas Jangka Panjang


Estimasi liabilitas imbalan kerja 10.354
Utang lain-lain – Pihak ketiga, setelah dikurangi bagian jangka pendek 8.853
Utang cicilan – Neto, setelah dikurangi bagian jangka pendek 3.702
Total Liabilitas Jangka Panjang 22.909
TOTAL LIABILITAS 912.689

a) LIABILITAS JANGKA PENDEK

Utang Usaha

Utang usaha Perseroan per tanggal 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp701.404, dengan rincian
utang usaha sebagai berikut:

(dalam jutaan Rupiah)


Keterangan Jumlah
Unit alat berat 648.349
Suku Cadang 30.749
Operasi 154
Lain-lain 22.152
Jumlah 701.404

7
Rincian umur utang usaha dihitung sejak tanggal faktur adalah sebagai berikut:

(dalam jutaan Rupiah)


Keterangan Jumlah
Belum jatuh tempo 688.875
Lewat jatuh tempo:
1 - 30 hari 4.427
31 - 60 hari 2.367
61 - 90 hari 1.914
Lebih dari 91 hari 3.821
Jumlah 701.404

Utang Lain-lain, Bagian Jangka Pendek

Utang lain-lain, bagian jangka pendek Perseroan per tanggal 31 Desember 2011 adalah sebesar
Rp43.456 juta yang seluruhnya berasal dari pihak ketiga. Rincian dari utang lain-lain, bagian jangka
pendek adalah sebagai berikut:

(dalam jutaan Rupiah)


Keterangan Jumlah
Pihak Ketiga
PT Pembangunan Jaya Ancol - bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun 35.413
Lain-lain (masing-masing saldo diatas Rp 1 Miliar) 8.043
Jumlah 43.456

Utang lain-lain pada PT Pembangunan Jaya Ancol, merupakan utang atas pembelian properti investasi.
Utang ini dibayarkan secara cicilan sebanyak 24 kali setiap bulannya dimulai tanggal 1 Juni 2011.
Pada 31 Desember 2011, Perseroan masih harus membayar 15 kali cicilan. Atas utang ini, Perseroan
mendapatkan fasilitas Bank Garansi dari PT Bank OCBC NISP Tbk, dimana jika tidak tersedia dana
untuk pembayaran giro pada rekening Perseroan, maka pihak bank akan melakukan pembayaran
terlebih dahulu.

Uang Muka Pelanggan

Uang muka pelanggan yang diterima Perseroan pada tanggal 31 Desember 2011 adalah sebesar
Rp55.405 juta, dengan rincian sebagai berikut :

(dalam jutaan Rupiah)


Keterangan Jumlah
Unit alat berat 51.105
Suku Cadang 2.806
Operasi 507
Lain-lain 987
Jumlah 55.405

Uang muka pelanggan di atas adalah uang muka yang diterima oleh Perseroan dan Entitas Anak dari
pelanggan, sebagai uang muka atas pembelian persediaan dan uang jaminan sewa ruangan kantor.

8
Pinjaman Bank Jangka Pendek
Utang bank jangka pendek Perseroan per 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp47.607 juta yang terdiri
dari:

(dalam jutaan Rupiah)


Keterangan Jumlah
Perseroan
PT Bank Resona Perdania 31.738
PT Bank DBS Indonesia 8.161

Entitas Anak
PT Bank Resona Perdania 7.708
Jumlah 47.607

1. Perseroan

PT Bank Resona Perdania

Berdasarkan perjanjian kredit No.080269FLH tanggal 25 Juni 2008, Perseroan memperoleh fasilitas
dari PT Bank Resona Perdania, berupa fasilitas revolving dengan jumlah maksimum sebesar
USD 3.500.000, dengan suku bunga mengambang COLF + 3,25%, Perjanjian ini telah mengalami
beberapa kali perubahan, dengan perubahan terakhir pada tanggal 23 Desember 2011, dimana
Perseroan mendapatkan perpanjangan fasilitas sampai dengan tanggal 23 Desember 2012. Fasilitas
ini dijamin dengan aset tetap Perseroan berupa tanah, persediaan dan piutang usaha.

Berdasarkan perjanjian kredit No. 1100040FLH tanggal 6 April 2010, Perseroan memperoleh fasilitas
dari PT Bank Resona Perdania, berupa fasilitas revolving dan letter of credit dengan jumlah maksimum
sebesar USD 5.000.000 dengan suku bunga mengambang COLF + 3,25% untuk fasilitas revolving.

Pada tanggal 17 Maret 2011, berdasarkan perubahan perjanjian kredit No.1100040FLH, Perseroan
memperoleh peningkatan jumlah pinjaman dengan maksimum sebesar USD 8.000.000.

Perjanjian ini telah mengalami beberapa kali perubahan, dengan perubahan terakhir pada tanggal
30 September 2011, dimana Perseroan mendapatkan perpanjangan fasilitas sampai dengan tanggal
30 September 2012. Fasilitas ini dijamin dengan aset tetap Perseroan berupa tanah, persediaan dan
piutang usaha.

Perjanjian ini tidak mensyaratkan adanya pembatasan dalam hal rasio keuangan.

PT Bank DBS Indonesia

Berdasarkan akta Notaris Veronica Nataadmadja, S.H., M.Corp Admin., M.Com., No.98 tanggal 28 Juni
2007, Perseroan memperoleh fasilitas dari PT Bank DBS Indonesia, dengan rincian:

• Fasilitas uncommitted overdraft (OD) dengan jumlah maksimum USD 2.000.000 dengan suku
bunga tetap sebesar 8%.
• Fasilitas uncommitted revolving credit (RCF) dengan jumlah maksimum USD 6.000.000 dengan
suku bunga tetap sebesar 7,65%.
• Fasilitas uncommitted foreign exchange (FX) dengan jumlah maksimum USD 1.000.000.

Berdasarkan akta perubahan pertama perjanjian fasilitas perbankan oleh Notaris Veronica Nataadmadja,
S.H., M.Corp Admin., M.Com., No.11 tanggal 7 Desember 2007, Perseroan mendapatkan tambahan
fasilitas baru berupa fasilitas uncommitted account payables dan fasilitas uncommitted import letter
of credit, masing-masing dengan jumlah maksimum USD 3.000.000, Perubahan ini juga merubah
nilai plafond atas fasilitas RCF yang semula dengan jumlah maksimum USD 6.000.000 menjadi USD
3.000.000.

9
Pada tanggal 5 Juni 2008, berdasarkan akta Notaris Veronica Nataadmadja, S.H., M.Corp Admin.,
M.Com., No.6, mengenai perubahan kedua atas fasilitas perbankan, dimana Perseroan memperoleh
peningkatan jumlah plafond untuk fasilitas import letter of credit dengan maksimum sebesar
USD 6.000.000.

Berdasarkan akta Notaris Veronica Nataadmadja, S.H., M.Corp Admin., M.Com., No.10 tanggal
5 Desember 2008, mengenai perubahan ketiga atas fasilitas perbankan, dimana plafond atas fasilitas
overdraft berubah menjadi maksimum sebesar USD 1.000.000, selain itu Perseroan juga memperoleh
peningkatan jumlah plafond untuk fasilitas import letter of credit menjadi USD 13.000.000, dimana
plafond tersebut dapat juga digunakan untuk sub fasilitas uncommitted account payables dengan
jumlah maksimum sebesar USD 4.000.000.

Pada tanggal 28 Januari 2010, berdasarkan Perjanjian perubahan keempat atas perjanjian fasilitas
perbankan No.026/PFPA-DBSI/I/2010, dimana Perseroan mendapatkan tambahan sub fasilitas SKBDN
dengan jumlah maksimum sebesar USD 13.000.000 dengan jangka waktu maksimum 180 hari.

Pada tanggal 8 Maret 2011, berdasarkan Perjanjian perubahan perjanjian fasilitas perbankan
No.089/PFPA-DBSI/III/2011, dimana Perseroan mendapatkan tambahan fasilitas RCF 2 dengan
jumlah maksimum sebesar USD 4.000.000 dengan jangka waktu maksimum 90 hari dan tidak dapat
diperpanjang. Selain itu terdapat perubahan pada jumlah plafond atas fasilitas import letter of credit dan
sub fasilitas SKBDN menjadi maksimum sebesar USD 9.000.000.

Berdasarkan perubahan terakhir dalam akta Notaris Ny. Toety Juniarto, S.H., No.4 tanggal 20 Juli 2011,
fasilitas perbankan yang diterima oleh Perseroan adalah sebagai berikut:

• Fasilitas uncommitted overdraft dengan jumlah maksimum USD 1.000.000 dengan suku bunga
6,5% per tahun.
• Fasilitas uncommitted revolving credit dengan jumlah maksimum USD 3.000.000 dengan suku
bunga 4,25% per tahun.
• Fasilitas uncommitted letter of credit dengan jumlah maksimum USD 29.000.000, dimana limit
fasilitas ini juga digunakan untuk sub-sub fasilitas perbankan berupa:
- Sub fasilitas SKBDN dengan jumlah maksimum USD 9.000.000, dengan suku bunga sebesar
4% per tahun.
- Sub fasilitas receipt facility (TR) dengan jumlah maksimum USD 5.000.000 dengan suku
bunga sebesar 4,75% per tahun.
• Fasilitas uncommitted revolving credit dengan jumlah maksimum USD 4.000.000 dengan suku
bunga 4,25% per tahun.

Fasilitas ini akan jatuh tempo pada 20 Juli 2012 dan dapat diperpanjang.

Fasilitas ini dijamin dengan aset tetap Perseroan berupa tanah, persediaan dan piutang usaha.

Perjanjian ini mensyaratkan Perseroan memenuhi beberapa rasio keuangan yaitu: (1) Debt Service
Coverage Ratio (DSCR) sekurang-kurangnya sebesar 2x (dua kali); (2) Gearing Ratio (GR) maksimal
sebesar 2x (dua kali); (3) Debt/EBITDA Ratio maksimal sebesar 4x (empat kali); (4) Current Ratio
sekurang-kurangnya sebesar 100% (seratus persen); dan (5) Rasio rata-rata umur Persediaan barang
(Inventory Days/ID) maksimal sebesar120 (seratus dua puluh) hari.

10
2. Entitas Anak

PT Bank Resona Perdania

Berdasarkan perjanjian kredit No. 090190FLH tanggal 4 November 2009, Perseroan memperoleh
fasilitas dari PT Bank Resona Perdania, berupa fasilitas revolving dengan jumlah maksimum sebesar
USD 1.000.000. dengan suku bunga mengambang COLF + 3,25%.

Pada tanggal 23 Februari 2011, berdasarkan perubahan perjanjian kredit, Perseroan mendapatkan
tambahan jumlah plafond untuk fasilitas revolving menjadi maksimum sebesar USD 2.000.000.

Perjanjian ini telah mengalami perubahan, dengan perubahan terakhir pada 4 November 2011, dimana
Perseroan mendapatkan perpanjangan fasilitas sampai dengan 6 November 2012. Fasilitas ini dijamin
dengan persediaan, piutang usaha dan jaminan pribadi dari Pemegang saham utama Perseroan.

Perjanjian ini tidak mensyaratkan adanya pembatasan dalam hal rasio keuangan.

Utang Pajak

Utang pajak Perseroan per tanggal 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp2.477 juta yang terdiri dari:

(dalam jutaan Rupiah)


Keterangan Jumlah
Perseroan
Pajak penghasilan:
Pasal 4(2) 170
Pasal 21 684
Pasal 23 12
Pasal 25 1
Pasal 29 – 2011 1.537
Pasal 29 – 2010 6
Pasal 29 – 2009 67
Jumlah 2.477

Biaya Masih Harus Dibayar

Beban yang masih harus dibayar Perseroan per 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp34.530 juta,
dengan rincian sebagai berikut:

(dalam jutaan Rupiah)


Keterangan Jumlah
Bonus dan Insentif 28.582
Gaji dan tunjangan 4.521
Lain-lain (di bawah Rp 1 miliar) 1.427
Jumlah 34.530

Bagian Jangka Pendek Atas Utang Cicilan

Bagian jangka pendek atas utang cicilan Perseroan pada tanggal 31 Desember 2011 adalah sebesar
Rp4.171 juta.

Pendapatan Ditangguhkan

Pendapatan ditangguhkan Perseroan pada tanggal 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp730 juta.

11
b) LIABILITAS JANGKA PANJANG

Estimasi Liabilitas Imbalan Kerja

Perseroan dan Entitas Anak mengakui kewajiban manfaat paska kerja sesuai dengan UU Republik
Indonesia No. 13/2003 tanggal 25 Maret 2003. Provisi bagi kewajiban manfaat pasca kerja didasarkan
pada laporan aktuaris independen, PT Pointera Aktuarial Strategis dalam laporannya yang tertanggal
5 Maret 2012 dan 29 November 2011, masing-masing untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember
2011, 31 Desember 2010 dan 2009. Metode yang digunakan di dalam penilaian aktuarial adalah metode
“Projected Unit Credit” dan tabel mortalitas mengacu pada Tabel Mortalita Indonesia 99 (TMI 99).

Estimasi kewajiban untuk imbalan paska kerja karyawan berdasarkan laporan aktuaria telah ditentukan
dengan menggunakan asumsi sebagai berikut:

Keterangan 2011
Suku bunga diskonto 7.00%
Tingkat kenaikan upah dan gaji 10,00%
Usia pension 55 tahun
Metode Projected unit credit

Rincian beban paska kerja yang diakui di dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian adalah
sebagai berikut:

(dalam jutaan Rupiah)


Keterangan Jumlah
Biaya jasa kini 3.552
Biaya bunga 936
Keuntungan aktuarial yang diakui 5
Amortisasi biaya jasa lalu yang belum vested 275
Jumlah 4.768

Jumlah yang dimasukkan ke dalam laporan posisi keuangan konsolidasian yang timbul dari liabilitas
Perseroan dan Anak Perusahaan terhadap provisi manfaat karyawan adalah sebagai berikut:

(dalam jutaan Rupiah)


Keterangan Jumlah
Nilai kini kewajiban 20.220
Biaya jasa lalu yang belum diakui (5.577)
Keuntungan (kerugian) aktuarial yang belum diakui (4.289)
Jumlah 10.354

Mutasi liabilitas yang diakui di dalam laporan posisi keuangan konsolidasian adalah sebagai berikut:

(dalam jutaan Rupiah)


Keterangan Jumlah
Saldo awal 6.425
Beban manfaat pasca kerja yang diakui selama tahun berjalan 4.768
Pembayaran manfaat (839)
Jumlah 10.354

Utang Lain-Lain – Pihak Ketiga, Setelah Dikurangi Bagian Jangka Pendek

Utang lain-lain – Pihak ketiga, setelah dikurangi bagian jangka pendek per 31 Desember 2011 adalah
sebesar Rp8.853 juta yang seluruhnya merupakan utang kepada PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk.
Utang lain-lain pada PT Pembangunan Jaya Ancol, merupakan utang atas pembelian properti investasi.
Utang ini dibayarkan secara cicilan sebanyak 24 kali setiap bulannya dimulai tanggal 1 Juni 2011. Pada
31 Desember 2011, Perusahaan masih harus membayar 15 kali cicilan. Atas utang ini, Perusahaan
mendapatkan fasilitas Bank Garansi dari PT Bank OCBC NISP Tbk, dimana jika tidak tersedia dana

12
untuk pembayaran giro pada rekening Perusahaan, maka pihak bank akan melakukan pembayaran
terlebih dahulu.

Utang Cicilan – Neto, Setelah Dikurangi Bagian Jangka Pendek

Utang cicilan – neto, setelah dikurangi bagian jangka pendek pada 31 Desember 2011 adalah sebesar
Rp3.702 juta.

c) KOMITMEN DAN KONTINJENSI

Berikut adalah komitmen dan kontinjensi Perseroan:

a. Berdasarkan Akta Notaris Veronica Nataatmadja, S.H. M. Corp Admin, M.Com, No. 54, tanggal
29 November 2010, Perseroan memperoleh fasilitas letter of credit (“LC”) dengan jumlah maksimum
sebesar USD10.000.000 dari PT Bank OCBC NISP Tbk. Berdasarkan akta perubahan yang dibuat
Notaris Veronica Nataatmadja, S.H. M. Corp Admin, M.Com, No. 71 tanggal 16 Desember 2011,
Perseroan mendapatkan tambahan fasilitas berupa fasilitas trade gabungan, dengan sub-limit
berupa fasilitas LC sebesar USD20.000.000, fasilitas bank garansi sebesar Rp45.000.000.000,
fasilitas post import loan / trust receipt (PIL) sebesar USD10.000.000, fasilitas PIL – draft loan
pembelian sebesar USD10.000.000 dan fasilitas SKBDN sebesar USD20.000.000 serta Fasilitas
Transaksi Valuta Asing (FX) sebesar USD1.000.000. Pada 31 Desember 2011, Perseroan belum
memakai fasilitas FX tersebut. Fasilitas ini dijamin dengan 10% deposito dari total penerbitan
LC, piutang usaha dan persediaan. Perseroan harus membayar biaya (fee) terkait fasilitas LC
ini sebesar 1,00% (satu persen) per tahun. Perjanjian ini tidak dikenakan bunga dan akan jatuh
tempo pada 30 September 2012. Perjanjian ini mensyaratkan Perseroan memenuhi beberapa
rasio keuangan yaitu: (1) Gearing Ratio (GR) maksimal sebesar 1,50x (satu koma lima nol kali);
(2) Liabilities/Equity Ratio maksimal sebesar 4,25x (empat koma dua lima kali) pada tahun 2011
dan 3,75x (tiga koma tujuh lima kali) sejak tahun 2012 dan selanjutnya; (3) Interest Coverage (IC)
minimum sebesar 2,50x (dua koma lima nol kali); (4) Current Ratio (CR) minimum sebesar 1,00x
(satu koma nol nol kali); dan (5) Total keseluruhan nilai hutang kepada Bankd an Bank lainnya
(pinjaman jangka pendek) lebih kecil dari jumlah kas ditambah total tagihan debitor kepada pihak
lain ditambah inventory (harta benda) dikurang tagiihan pihak lain kepada debitor. (BL < Cash + AR
+ Inv- AP).

b. Berdasarkan Akta Notaris Lily Waty Tjahjadi, S.H., No. 1 tanggal 20 September 2011, Perseroan
memperoleh pinjaman kredit dari PT Bank ICBC Indonesia dalam bentuk fasilitas LC dengan jumlah
maksimum sebesar USD15.000.000 dan fasilitas APF yang merupakan sub-limit dari fasilitas LC
sampai dengan jumlah sebesar USD5.000.000. Perseroan harus membayar bunga terkait fasilitas
sub-limit APF sebesar 5% per tahun. Fasilitas kredit ini efektif sejak penandatanganan perjanjian
yaitu pada tanggal 20 September 2011 sampai dengan 6 Juli 2012. Fasilitas ini dijamin dengan
deposito sebesar USD1.000.000 ditambah 10% dari total penerbitan LC, piutang usaha dan
persediaan. Perjanjian ini tidak mensyaratkan adanya pembatasan dalam hal rasio keuangan.

c. Berdasarkan Akta Notaris Silvia Veronica, S.H., No. 30 tanggal 22 September 2011, Perseroan
memperoleh pinjaman kredit dari PT Bank UOB Indonesia dalam bentuk fasilitas LC dan fasilitas
post import / trust receipt (PIF) dengan jumlah maksimum masing-masing sebesar USD10.000.000.
Fasilitas PIF, dikenakan bunga sebesar 5,5% jika LC dibuka menggunakan mata uang Rupiah dan
11% jika LC dibuka dengan menggunakan mata uang Dollar Amerika Serikat. Fasilitas kredit ini
efektif sejak penandatanganan perjanjian yaitu pada tanggal 22 September 2011 sampai dengan
22 September 2012. Fasilitas ini dijamin dengan deposito sebesar 10% dari total penerbitan LC,
piutang usaha dan persediaan. Perjanjian ini mensyaratkan Perseroan memenuhi beberapa rasio
keuangan yaitu: (1) Gearing Ratio (GR) maksimal sebesar 2,25x (dua koma dua lima kali); dan
(2) Debt Service Coverage Ratio (DSCR) maksimal 4,00x (empat koma nol nol kali). Pada saat
Prospektus ini diterbitkan, Perseroan telah memenuhi seluruh rasio keuangan yang dipersyaratkan
dalam perjanjian ini.

13
KECUALI SEBAGAIMANA DINYATAKAN DALAM KEJADIAN PENTING SETELAH TANGGAL
LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN, SEJAK TANGGAL 31 DESEMBER 2011 SAMPAI DENGAN
TANGGAL LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN DAN SETELAH TANGGAL LAPORAN AUDITOR
INDEPENDEN SAMPAI DENGAN TANGGAL EFEKTIFNYA PERNYATAAN PENDAFTARAN,
PERSEROAN TIDAK MEMILIKI LIABILITAS DAN IKATAN-IKATAN LAIN YANG JUMLAHNYA
MATERIAL SELAIN YANG TELAH DINYATAKAN DI ATAS DAN YANG TELAH DIUNGKAPKAN
DALAM LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN DAN LAPORAN KEUANGAN PERSEROAN.

PERSEROAN TIDAK MEMILIKI LIABILITAS LAIN KECUALI LIABILITAS YANG TIMBUL DARI
KEGIATAN USAHA NORMAL PERSEROAN SERTA LIABILITAS YANG TELAH DINYATAKAN DI
DALAM PROSPEKTUS DAN YANG TELAH DIUNGKAPKAN DALAM LAPORAN KEUANGAN
KONSOLIDASI YANG DISAJIKAN DALAM BAB XVI PROSPEKTUS.

DENGAN ADANYA PENGELOLAAN YANG SISTEMATIS ATAS ASET DAN LIABILITASNYA


SERTA HARAPAN PENINGKATAN HASIL OPERASI DI MASA MENDATANG, PERSEROAN
MENYATAKAN KESANGGUPAN UNTUK DAPAT MENYELESAIKAN SELURUH LIABILITASNYA
SESUAI DENGAN PERSYARATAN SEBAGAIMANA MESTINYA.

SAMPAI DENGAN PROSPEKTUS INI DITERBITKAN TIDAK TERDAPAT PEMBATASAN-


PEMBATASAN (NEGATIVE COVENANTS) YANG AKAN MERUGIKAN HAK-HAK PEMEGANG
SAHAM PUBLIK.

SAMPAI DENGAN PROSPEKTUS INI DITERBITKAN, PERSEROAN TIDAK MEMILIKI


KEWAJIBAN YANG TELAH JATUH TEMPO NAMUN BELUM DILUNASI / DIBAYAR.

14
IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN OLEH MANAJEMEN

Analisis dan Pembahasan oleh Manajemen ini harus dibaca bersama dengan Ikhtisar Data Keuangan
Penting, laporan keuangan konsolidasian Perseroan beserta catatan atas laporan keuangan
konsolidasian terkait, dan informasi keuangan lainnya, yang seluruhnya tercantum dalam Prospektus ini.
Laporan keuangan konsolidasian tersebut telah disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan
di Indonesia.

Informasi keuangan yang disajikan di bawah ini diambil atau bersumber dari laporan keuangan
konsolidasian Perseroan pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009, dan untuk tahun yang
berakhir pada tanggal-tanggal tersebut.

Laporan keuangan konsolidasian Perseroan pada tanggal 31 Desember 2011 dan untuk tahun yang
berakhir pada tanggal tersebut, yang seluruhnya tercantum dalam Prospektus ini, telah diaudit oleh
KAP Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan, akuntan publik independen, berdasarkan standar auditing yang
ditetapkan oleh IAPI, dengan pendapat wajar tanpa pengecualian. Laporan keuangan konsolidasian
Perseroan pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-
tanggal tersebut, yang seluruhnya tercantum dalam Prospektus ini, telah diaudit oleh KAP Akhyadi
Wadisono, akuntan publik independen, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh IAPI, dengan
pendapat wajar tanpa pengecualian.

Perseroan dan Entitas Anak telah menerapkan beberapa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
tertentu yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2011, baik secara prospektif maupun retrospektif.

A. Umum

Sejak didirikannya Perseroan pada tahun 2002, Perseroan telah memiliki andil yang sangat besar
di Indonesia melalui penyediaan produk alat-alat berat yang didistribusikan oleh Perseroan. Dengan
jaringan distribusi yang luas dan menjangkau hampir seluruh wilayah Indonesia, Perseroan memiliki
komitmen untuk selalu menyediakan produk dan layanan kepada para pelanggannya dengan tetap
berpartisipasi di dalam pengembangan industri alat berat di Indonesia.

Keberhasilan Perseroan dalam perjalanannya tidak lepas dari peran manajemen dan karyawan
Perseroan yang berpengalaman yang memiliki komitmen untuk menyediakan produk dan layanan yang
berkualitas. Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan Perseroan dalam memperoleh berbagai macam
penghargaan dari para principal Perseroan, seperti penghargaan “The Best Dealer” yang diperoleh
dari Doosan pada tahun 2011; “NHL Excellent Dealer” yang diperoleh dari NHL pada tahun 2011;
“After Market Excellence” dengan predikat “Outstanding Performance” untuk pelayanan kepada para
pelanggan produk Doosan Infracore yang diperoleh dari Doosan pada tahun 2011; “The Best Growth
Forklift Dealer” yang diperoleh dari Doosan pada tahun 2011 dan “The Best Dealer” yang diperoleh dari
Doosan pada tahun 2010.

B. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Operasi

Kegiatan usaha dan hasil operasional Perseroan telah dipengaruhi oleh sejumlah faktor penting,
yang beberapa di antaranya diyakini Perseroan akan mempengaruhi kondisi keuangan dan hasil
operasionalnya.

15
1. Kondisi Makroekonomi

Penjualan alat-alat berat Perseroan secara historis berfluktuasi seiring dengan siklus ekonomi pada
umumnya. Dalam kondisi meningkatnya perekonomian, penjualan produk-produk alat berat Perseroan
cenderung mengalami peningkatan, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi secara umum, dan
sebaliknya dalam kondisi menurunnya perekonomian, penjualan produk-produk alat berat Perseroan
cenderung mengalami penurunan. Di samping itu, perubahan pada ketersediaan pendanaan dapat
mempengaruhi kemampuan dan keinginan pelanggan untuk melakukan belanja modal, termasuk
membeli alat berat.

Penurunan tingkat suku bunga dapat memberikan dampak positif bagi kegiatan usaha Perseroan
karena para pelanggan Perseroan dapat memperoleh pendanaan yang lebih menarik dengan biaya
pinjaman yang rendah. Sebaliknya, persyaratan pinjaman yang semakin ketat dapat menyebabkan
dampak negatif dan signifikan bagi kegiatan usaha Perseroan apabila para pelanggannya tidak mampu
memperoleh pendanaan untuk membeli produk-produk alat berat Perseroan.

2. Kondisi Industri Alat-Alat Berat dan Alat-Alat Industrial Indonesia

Pendapatan Perseroan terutama didorong oleh permintaan atas alat berat yang digunakan di dalam
industri pertambangan, infrastruktur, perkebunan, kehutanan dan konstruksi. Permintaan atas alat berat
ini didorong oleh berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi. Sebagai contoh, alat berat yang dibeli
untuk digunakan di dalam industri pertambangan akan bergantung, sebagian besar, pada harga dan
permintaan, baik global maupun domestik, atas komoditas pertambangan, seperti batubara. Sementara
itu, permintaan atas alat berat konstruksi terutama didorong oleh pengeluaran belanja infrastruktur
seperti untuk pengembangan jalan, jalan tol, bendungan, bangunan dan lain-lain. Apabila tren positif
pada industri ini berhenti, usaha mesin konstruksi mungkin akan terkena dampak negatif dan sebaliknya.

Sementara itu, pendapatan Anak Perusahaan Perseroan yang bergerak dalam bidang usaha distribusi
alat-alat industrial terutama akan dipengaruhi oleh permintaan alat-alat industrial oleh para pelanggannya
yang pada umumnya bergerak dalam industri makanan dan minuman, farmasi, kosmetik, kimia, rokok,
logistik, kertas, baja, depo container dan lain sebagainya.

3. Kebijakan Pemerintah dalam Sektor Keuangan

Kebijakan Pemerintah dalam sektor keuangan seperti kebijakan moneter dan fiskal akan sangat
mempengaruhi kondisi perekonomian Indonesia secara umum. Kebijakan moneter akan menentukan
tingkat bunga, inflasi dan kondisi perbankan di Indonesia. Kebijakan moneter yang longgar dapat
menurunkan suku bunga pinjaman yang dapat mendorong iklim investasi sehingga meningkatkan
permintaan pelanggan terhadap produk Perseroan. Sebaliknya, kebijakan moneter yang ketat akan
meningkatkan tingkat suku bunga, yang dapat menurunkan permintaan dari pelanggan Perseroan.
Kebijakan fiskal merujuk kepada kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah untuk mengarahkan ekonomi
suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) Pemerintah. Kebijakan fiskal
dapat berupa tax holiday, penurunan tarif pajak serta penurunan bea masuk dan lain-lain. Kebijakan-
kebijakan tersebut dapat memberikan dampak langsung kepada Perseroan. Selain itu untuk kebijakan
Pemerintah didalam industri pertambangan batu bara dan mineral lainnya dapat berdampak pada
pendapatan Perseroan. Hal ini dikarenakan sebagian besar pelanggan Perseroan bergerak di bidang
industri pertambangan batu bara dan mineral.

4. Perubahan pada Perjanjian Distributor Baru

Perjanjian distributor saat ini sudah mengatur secara spesifik ruang lingkup tanggung jawab Perseroan
sebagai distributor eksklusif produk-produk alat berat dan industrial dengan merek Doosan, Daewoo,
NHL dan Jungheinrich. Perubahan pada perjanjian distributor yang menimbulkan perubahan dalam
ruang lingkup tanggung jawab Perseroan, akan berdampak pada perubahan strategi penjualan
Perseroan.

16
5. Perubahan yang Terjadi pada Kompetitor

Apabila pesaing-pesaing Perseroan, yaitu distributor dari merek lain mampu menyediakan produk-
produk yang lebih inovatif dan/atau berkualitas tinggi, menawarkan skema pembiayaan yang lebih baik,
maupun melakukan kegiatan pemasaran yang lebih efektif, maka hal ini dapat berdampak negatif pada
kemampuan persaingan dan kondisi keuangan Perseroan.

6. Perubahan dalam Volume Produksi/Penjualan dan Persoalan dengan Principal

Perseroan berencana untuk mempertahankan fleksibilitas yang tinggi dalam kemampuan layanannya
agar dapat memberi respon terhadap peningkatan permintaan atas alat berat. Kendatipun demikian,
Perseroan tidak dapat mengendalikan kapasitas produksi principal. Perseroan mungkin tidak dapat
memenuhi permintaan para pelanggan Perseroan yang signifikan di masa yang akan datang oleh karena
dibutuhkan waktu yang lama dan investasi modal yang besar untuk membangun fasilitas produksi yang
baru atau untuk memperbaiki fasilitas produksi principal yang ada saat ini.

7. Pengaruh Produk Baru atau Penarikan Produk

Hasil usaha Perseroan sangat bergantung pada kemampuan para principal Perseroan untuk terus
mengeluarkan produk yang inovatif dan meningkatkan proses produksi, aplikasi produksi, jumlah pabrik
dan peralatan produksi. Kemajuan teknologi di industri alat berat dan industrial dapat menghasilkan produk
baru atau meningkatkan efisiensi sistem produksi dan distribusi, yang mungkin lebih menguntungkan
daripada teknologi yang terdapat di produk-produk alat berat dan industrial para principal Perseroan
saat ini. Hal ini dapat mengakibatkan produk dan proses produksi para principal menjadi tidak kompetitif
atau usang.

Oleh karena itu, para principal Perseroan perlu melakukan investasi pada penelitian dan pengembangan
untuk mempertahankan posisi pasar mereka, mengimbangi kemajuan teknologi industri alat berat dan
industrial dan bersaing secara efektif di masa depan. Perseroan tidak dapat memperkirakan produk
dan proses produksi masa depan yang dapat memenuhi standar industri yang terus berkembang dan
juga permintaan pelanggan. Selain itu Perseroan juga tidak dapat memastikan bahwa usaha penelitian
dan pengembangan yang dilakukan para principal Perseroan akan berhasil. Keberhasilan para
principal dalam memperbaiki dan meningkatkan mutu produknya, meningkatkan teknologi produksi dan
mengimbangi perkembangan teknologi dan standar industri dapat menyebabkan produk yang dijual
Perseroan menjadi lebih kompetitif, yang dapat menyebabkan meningkatnya pangsa pasar, pendapatan
bersih serta laba bersih.

8. Permintaan Komoditas Pertambangan, khususnya Batubara

Permintaan global dan domestik atas komoditas pertambangan, khususnya batubara yang fluktuatif akan
mempengaruhi kegiatan operasional perusahaan-perusahaan yang bergerak di industri pertambangan
dan usaha kontraktor pertambangan, yang selanjutnya juga akan mempengaruhi permintaan atas
alat-alat berat Perseroan. Permintaan akan batubara didasarkan pada berbagai faktor termasuk harga
batubara global, produktivitas ekonomi global serta biaya dan ketersediaan energi alternatif. Pada saat
ini, batubara adalah suatu alternatif energi yang relatif tidak mahal apabila dibandingkan dengan minyak
bumi dan gas alam serta energi nuklir yang lebih berisiko. Apabila di masa yang akan datang tidak
terdapat energi alternatif yang lebih kompetitif yang dapat menggantikan batubara, maka permintaan
batubara diperkirakan akan terus meningkat yang pada akhirnya akan memberikan pengaruh positif
terhadap kegiatan usaha para pelanggan Perseroan dan kegiatan usaha Perseroan sendiri.

9. Fluktuasi dalam Nilai Tukar Mata Uang Asing

Mata uang Rupiah telah mengalami apresiasi cukup tinggi selama dasawarsa terakhir, dari titik terendah
sekitar Rp17.000 per US Dollar pada saat krisis keuangan Asia di tahun 1998. Sejak tahun 2003, Rupiah
telah berfluktuasi dari titik tertinggi Rp8.279 per US Dollar di tahun 2003 menjadi titik terendah Rp12.151
per US Dollar di tahun 2008. Pada tanggal 30 Desember 2011, kurs US Dollar adalah Rp9.068 per US
Dollar (yang merupakan kurs tengah yang diumumkan oleh Bank Indonesia pada tanggal tersebut).

17
Hasil usaha Perseroan dipengaruhi fluktuasi dalam nilai tukar mata uang asing, khususnya US Dollar,
karena Perseroan melakukan penjualan dan pembelian dalam mata uang US Dollar, namun melakukan
pencatatan dalam Laporan Keuangan Konsolidasian dengan mata uang Rupiah. Sehingga Perseroan
memiliki eksposur pada laba (rugi) selisih kurs.

Perseroan saat ini tidak menggunakan instrumen lindung nilai terhadap eksposur kurs asing dalam
kegiatan usaha atau kegiatan pembiayaannya. Hal tersebut dikarenakan secara tidak langsung kegiatan
Perseroan sudah terlindung secara alami yaitu hampir seluruh pembelian dilakukan dalam US Dollar
dan hampir seluruh penjualan dilakukan dalam US Dollar, serta untuk transaksi utang usaha maupuan
piutang usaha juga hampir seluruhnya dilakukan dalam US Dollar.

Selain itu, Perseroan juga memiliki utang dalam mata uang asing (US Dollar) karena hampir seluruh
pembelian Perseroan dilakukan dalam mata uang asing (US Dollar). Dampaknya adalah Perseroan
terlindung secara alami karena hampir seluruh penjualan Perseroan dilakukan dalam mata uang asing
(US Dollar). Sedangkan untuk merubah denominasi dalam mata uang lain Perseroan sedang melakukan
assesstment dengan pihak akuntan sehingga dampak dari denominasi belum dapat diketahui.

10. Perubahan kondisi likuiditas atau cash flow, dan pandangan terhadap kondisi tahun yang
akan datang.

Arus kas yang dimiliki Perseroan saat ini cukup baik, dimana Perseroan masih mempertahankan kinerja
usahanya yang didukung oleh industri pertambangan yang masih mengalami pertumbuhan. Perseroan
juga menjalankan strategi usaha yang mendukung untuk pengelolaan biaya yang efisien untuk selalu
mencapai tingkat profitabilitas Perseroan yang telah ditargetkan.

11. Perubahan Perilaku Konsumen terhadap Perubahan Teknologi Baru

Secara umum teknologi dalam industri alat berat tidak berkembang dan berubah secepat industri
lain. Perseroan masih dapat menghadapi persaingan karena teknologi dari produk-produk yang dijual
Perseroan memiliki keunggulan dari sisi efisiensi bahan bakar dan produktivitas yang lebih tinggi.
Kedepannya Perseroan akan terus bekerja sama dengan principal untuk mengembangkan produk yang
sesuai dengan permintaan pasar Indonesia.

12. Perubahan dalam Harga

Perseroan melakukan penyesuaian harga jual di pasar disebabkan oleh adanya kenaikan harga
komoditas bahan baku produk, permintaan akan produk dan ketersediaan produk di pasar. Penyesuaian
harga juga diikuti dengan peningkatan kualitas produk maupun layanan purna jual secara menyeluruh.

C. Kebijakan Akuntansi Penting

Laporan keuangan konsolidasian Perseroan disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan
di Indonesia. Penyajian laporan keuangan konsolidasian yang sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan di Indonesia mengharuskan manajemen Perseroan untuk memilih metode dan kebijakan
akuntansi yang spesifik dari beberapa alternatif yang berlaku. Selanjutnya, estimasi dan pertimbangan
yang signifikan dibutuhkan dalam memilih dan menerapkan metode dan kebijakan tersebut yang akan
mempengaruhi kondisi finansial dan hasil operasi yang dilaporkan. Manajemen Perseroan melakukan
estimasi dan penilaiannya berdasarkan kegiatan Perseroan di masa lampau dan beberapa asumsi
lainnya yang diyakini cukup beralasan dalam keadaan tertentu. Hasil aktual mungkin saja berbeda
secara signifkan dari estimasi dan penilaian tersebut pada asumsi atau kondisi yang berbeda.

Perseroan meyakini kebijakan akuntansi untuk Perseroan yang dijelaskan di bawah ini penting untuk
menggambarkan kondisi finansial dan hasil operasi, serta membutuhkan pertimbangan yang sulit,
subjektif, atau kompleks, yang sering kali sebagai akibat dari adanya kebutuhan untuk melakukan
estimasi tentang dampak adanya sesuatu yang secara inheren bersifat tidak pasti.

18
1. Dasar Penyusunan laporan Keuangan Konsolidasian

Laporan keuangan konsolidasian telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di
Indonesia (“SAK”), yang mencakup Pernyataan dan Interpretasi yang dikeluarkan oleh Dewan Standar
Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia serta peraturan-peraturan serta Pedoman Penyajian dan
Pengungkapan Laporan Keuangan yang diterbitkan oleh BAPEPAM-LK. Seperti diungkapkan dalam
catatan-catatan terkait di bawah ini, beberapa standar akuntansi yang telah direvisi dan diterbitkan,
diterapkan efektif tanggal 1 Januari 2011.

Laporan keuangan konsolidasian disusun sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(“PSAK”) No. 1 (Revisi 2009), “Penyajian Laporan Keuangan” diterapkan efektif tanggal 1 Januari 2011.

PSAK No. 1 (Revisi 2009) mengatur penyajian laporan keuangan, yaitu antara lain, tujuan pelaporan,
komponen laporan keuangan, penyajian secara wajar, materialitas dan agregasi, saling hapus,
perbedaan antara aset lancar dan tidak lancar dan liabilitas jangka pendek dan jangka panjang,
informasi komparatif, konsistensi penyajian dan memperkenalkan pengungkapan baru, antara lain,
sumber estimasi ketidakpastian dan pertimbangan, pengelolaan permodalan, pendapatan komprehensif
lainnya, penyimpangan dari standar akuntansi keuangan, dan pernyataan kepatuhan.

Penerapan PSAK No. 1 (Revisi 2009) tersebut memberikan pengaruh yang signifikan bagi penyajian
dan pengungkapan terkait dalam laporan keuangan interim konsolidasian.

Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian adalah selaras
dengan kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian
untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2011, 2010 dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal
31 Desember 2009, kecuali bagi penerapan beberapa SAK yang telah direvisi efektif sejak tanggal
1 Januari 2011 seperti yang telah diungkapkan pada Catatan ini.

Laporan keuangan konsolidasian disusun berdasarkan konsep akrual, kecuali laporan arus kas
konsolidasian, dengan menggunakan konsep biaya historis, dengan pengecualian seperti yang
disebutkan dalam catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang relevan.

Laporan arus kas konsolidasian yang disajikan dengan menggunakan metode langsung, menyajikan
penerimaan dan pengeluaran kas dan bank yang diklasifikasikan ke dalam aktivitas operasi, investasi
dan pendanaan.

Efektif tanggal 1 Januari 2011, Perseroan telah menerapkan PSAK No. 2 (Revisi 2009), “Laporan Arus
Kas”, yang menggantikan PSAK No. 2 dengan judul yang sama. Pelaksanaan PSAK No. 2 (Revisi
2009) tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap laporan keuangan konsolidasian.

Mata uang pelaporan yang digunakan pada laporan keuangan konsolidasian adalah Rupiah, yang
merupakan mata uang fungsional Perseroan dan Entitas Anak.

2. Prinsip – prinsip Konsolidasian

Efektif tanggal 1 Januari 2011, Perseroan dan Entitas Anak menerapkan secara retrospektif
PSAK No. 4 (Revisi 2009), “Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan
Tersendiri”, kecuali beberapa hal berikut yang diterapkan secara prospektif: (i) rugi Entitas
Anak yang menyebabkan saldo defisit bagi kepentingan non pengendali (“KNP”); (ii) kehilangan
pengendalian pada Entitas Anak; (iii) perubahan kepemilikan pada Entitas Anak yang tidak
mengakibatkan hilangnya pengendalian; (iv) hak suara potensial dalam menentukan keberadaan
pengendalian; dan (v) konsolidasi atas Entitas Anak yang memiliki pembatasan jangka panjang.

PSAK No. 4 (Revisi 2009) mengatur penyusunan dan penyajian laporan keuangan konsolidasian untuk
sekelompok entitas yang berada dalam pengendalian suatu entitas induk, dan akuntansi untuk investasi
pada Entitas Anak, pengendalian bersama entitas, dan entitas asosiasi ketika laporan keuangan
tersendiri disajikan sebagai informasi tambahan.

19
Seperti diuraikan pada bagian ini, penerapan PSAK No. 4 (Revisi 2009) tersebut memberikan pengaruh
yang berarti terhadap pelaporan keuangan berikut pengungkapan terkait dalam laporan keuangan
interim konsolidasian.

Sejak Tanggal 1 Januari 2011

Laporan keuangan konsolidasian meliputi laporan keuangan Perseroan dan Entitas Anak yang dimiliki
oleh Perseroan (secara langsung atau tidak langsung) dengan kepemilikan saham lebih dari 50%.

Seluruh transaksi dan saldo akun antar perusahaan yang signifikan (termasuk laba atau rugi yang
belum direalisasi) telah dieliminasi.

Entitas Anak dikonsolidasi secara penuh sejak tanggal akuisisi, yaitu tanggal Perseroan memperoleh
pengendalian, sampai dengan tanggal entitas induk kehilangan pengendalian. Pengendalian dianggap
ada ketika Perseroan memiliki pengendalian secara langsung atau tidak langsung melalui Entitas Anak,
lebih dari setengah kekuasaan suara entitas.

Rugi Entitas Anak yang tidak dimiliki secara penuh diatribusikan pada KNP bahkan jika hal ini
mengakibatkan KNP mempunyai saldo defisit.

Jika kehilangan pengendalian atas suatu Entitas Anak, maka Perseroan:


• menghentikan pengakuan aset (termasuk setiap goodwill) dan liabilitas Entitas Anak;
• menghentikan pengakuan jumlah tercatat setiap KNP;
• menghentikan pengakuan akumulasi selisih penjabaran, yang dicatat di ekuitas, bila ada;
• mengakui nilai wajar pembayaran yang diterima;
• mengakui setiap sisa investasi pada nilai wajarnya;
• mengakui setiap perbedaan yang dihasilkan sebagai keuntungan atau kerugian dalam laporan laba
rugi; dan
• mereklasifikasi bagian induk atas komponen yang sebelumnya diakui sebagai pendapatan
komprehensif ke laporan laba rugi komprehensif, atau mengalihkan secara langsung ke saldo laba.

KNP mencerminkan bagian atas laba atau rugi dan aset neto dari Entitas Anak yang tidak dapat
diatribusikan secara langsung maupun tidak langsung oleh Perseroan, yang masing-masing disajikan
dalam laporan laba rugi komprehensif interim konsolidasian dan dalam ekuitas pada laporan posisi
keuangan interim konsolidasian, terpisah dari bagian yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas
induk.

Sebelum Tanggal 1 Januari 2011

Proporsi bagian pemilikan pemegang saham minoritas atas aset bersih dan laba rugi bersih Entitas
Anak konsolidasian sebelumnya disajikan sebagai “Hak Minoritas atas Aset Neto Entitas Anak” pada
laporan posisi keuangan konsolidasian dan sebagai “Hak Minoritas di Laba (Rugi) Neto Entitas Anak”
pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian.

Kerugian yang menjadi bagian pemegang saham minoritas pada suatu Entitas Anak dapat
melebihi bagiannya dalam modal disetor. Kelebihan tersebut dan kerugian lebih lanjut yang menjadi
bagian pemegang saham minoritas, dibebankan pada Perseroan sebagai pemegang saham mayoritas,
kecuali apabila pemegang saham minoritas memiliki kepentingan jangka panjang lainnya pada Entitas
Anak tersebut atau terdapat liabilitas yang mengikat untuk menutupi kerugian tersebut dan pemegang
saham minoritas mampu memenuhi liabilitasnya. Apabila pada tahun selanjutnya Entitas Anak
melaporkan laba, maka laba tersebut terlebih dahulu dialokasikan kepada Perseroan sebagai pemegang
saham mayoritas sampai seluruh bagian kerugian pemegang saham minoritas yang dibebankan pada
Perseroan dapat dipulihkan.

20
Sesuai PSAK No. 38 (Revisi 2004), “Akuntansi Restrukturisasi Entitas Sepengendali”, restrukturisasi
entitas sepengendali dihitung dengan menggunakan metode “polling-of-interests”, dimana aset bersih
dipindahkan sebesar nilai bukunya. Perbedaan antara biaya perolehan dengan nilai buku aset bersih,
ekuitas, atau instrumen kepemilikan lainnya yang dialihkan diakui sebagai “Selisih Nilai Transaksi
Restrukturisasi Entitas Sepengendali” yang disajikan sebagai komponen Ekuitas di laporan posisi
keuangan konsolidasian.

3. Piutang Usaha dan Piutang Lain - Lain

Piutang usaha dan piutang lain-lain merupakan aset keuangan non-derivatif dengan jangka waktu
pembayaran yang tetap atau telah ditentukan serta tidak diperdagangkan dalam pasar aktif.

Sejak 1 Januari 2010, piutang usaha dan piutang lain-lain pada saat pengakuan awal diakui pada nilai
wajarnya dan selanjutnya diukur pada biaya perolehan diamortisasi. Dalam hal terjadi penurunan nilai,
kerugian penurunan nilai dilaporkan sebagai pengurang dari nilai tercatat dari aset keuangan dan diakui
dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian sebagai “Cadangan Kerugian Penurunan Nilai”.

Sebelum 1 Januari 2010, piutang usaha dan piutang lain-lain dicatat dalam jumlah kotor dikurangi
dengan penyisihan piutang ragu-ragu. Penyisihan piutang ragu-ragu ditentukan berdasarkan hasil
penelaahan terhadap keadaan masing-masing akun piutang pada akhir tahun.

4. Persediaan

PSAK No. 14 (Revisi 2008), “Persediaan” yang mengatur mengenai penentuan biaya persediaan pada
saat pengakuan awal dan mengharuskan pengukuran selanjutnya berdasarkan nilai yang lebih rendah
antara biaya perolehan dan nilai realisasi bersih. Standar ini mengurangi alternatif pengukuran biaya
persediaan, karena standar ini tidak memperkenankan penggunaan metode masuk terakhir, keluar
pertama (LIFO) untuk mengukur biaya persediaan dan mengharuskan persediaan menggunakan metode
yang sama terhadap semua persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang sama. PSAK No. 14
(Revisi 2008) menggantikan PSAK No. 14 (1994), “Persediaan”, berlaku efektif mulai tanggal 1 Januari
2009 dan diterapkan secara retrospektif. Penerapan PSAK No. 14 (Revisi 2008) tidak menimbulkan
dampak yang signifikan terhadap laporan keuangan konsolidasian Perseroan dan Entitas Anak.

Persediaan dinyatakan sebesar nilai yang terendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi bersih.
Biaya perolehan ditentukan dengan menggunakan metode identifikasi khusus untuk unit alat berat dan
masuk pertama keluar pertama (FIFO) untuk suku cadang. Penyisihan untuk persediaan usang, jika
diperlukan, ditentukan berdasarkan hasil penelaahan terhadap keadaan fisik persediaan pada akhir
tahun.

5. Transaksi dan Saldo Dalam Mata Uang Asing

Transaksi dalam mata uang asing dicatat berdasarkan kurs yang berlaku pada saat transaksi dilakukan.
Pada tanggal laporan posisi keuangan konsolidasian, aset dan kewajiban moneter dalam mata uang
asing dijabarkan ke dalam Rupiah berdasarkan kurs yang berlaku pada tanggal tersebut. Laba atau rugi
kurs yang diakui pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian tahun berjalan.

Pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009, kurs yang digunakan masing-masing adalah sebagai
berikut:

(dalam Rupiah)
Transaksi Dalam Mata Uang Asing 2011 2010 2009
Won (KRW) 8 8 8
Yuan (CNY) 1.439 1.358 1.377
Singapore Dollar (SGD) 6.974 6.981 6.699
US Dolar (USD) 9.068 8.991 9.400
Euro (Eur) 11.739 11.956 13.510
Poundsterling (GBP) 13.969 13.894 15.114

21
6. Pengakuan Pendapatan dan Beban

Efektif tanggal 1 Januari 2011, Perseroan dan Entitas Anak menerapkan PSAK No. 23 (Revisi 2010),
“Pendapatan”. PSAK revisi ini mengidentifikasi terpenuhinya kriteria pengakuan pendapatan, sehingga
pendapatan dapat diakui, dan mengatur perlakuan akuntansi atas pendapatan yang timbul dari
transaksi dan kejadian tertentu, serta memberikan panduan praktis dalam penerapan kriteria mengenai
pengakuan pendapatan. Penerapan PSAK yang direvisi tersebut tidak memberikan pengaruh yang
berarti terhadap laporan keuangan interim konsolidasian.

Pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi akan diperoleh oleh Perseroan dan Entitas
Anak dan jumlahnya dapat diukur secara andal. Pendapatan diukur pada nilai wajar pembayaran yang
diterima, tidak termasuk diskon, rabat dan Pajak Pertambahan Nilai (“PPN”). Kriteria spesifik berikut
juga harus dipenuhi sebelum pendapatan diakui:

Penjualan Barang
Pendapatan dari penjualan yang timbul dari pengiriman fisik produk-produk Perseroan dan Entitas Anak
diakui bila risiko dan manfaat yang signifikan telah dipindahkan kepada pembeli, bersamaan waktu nya
dengan pengiriman dan penerimaannya.

Pendapatan Jasa
Pendapatan dari jasa diakui pada saat jasa tersebut diberikan dan faktur diterbitkan kepada pelanggan.

Pendapatan Sewa
Pendapatan dari sewa yang timbul dari penyewaan atas alat berat dan ruang kantor diakui dengan
metode garis lurus selama masa sewa

Beban diakui sesuai dengan masa manfaatnya (accrual basis).

D. Keuangan

Untuk memberikan gambaran mengenai pertumbuhan Perseroan, analisis keuangan didasarkan pada
data laporan keuangan Perseroan sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 yang telah diaudit (lihat
Bab IX mengenai Ikhtisar Data Keuangan Penting).

Tabel di bawah ini menunjukkan posisi keuangan Perseroan dan Entitas Anak yang didasarkan
atas laporan keuangan konsolidasian Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal
31 Desember 2011 yang telah diaudit oleh KAP Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan, akuntan publik
independen, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh IAPI, dengan pendapat wajar tanpa
pengecualian dan laporan keuangan konsolidasian Perseroan dan Entitas Anak untuk tahun yang
berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2009 dan 2010 yang telah diaudit oleh KAP Akhyadi
Wadisono, akuntan publik independen, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh IAPI, dengan
pendapat wajar tanpa pengecualian.

Perseroan dan Entitas Anak telah menerapkan beberapa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
tertentu yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2011, baik secara prospektif maupun retrospektif.

Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasian

(dalam jutaan Rupiah)


Pada tanggal 31 Desember
Keterangan
2009 2010 2011
Pendapatan Neto 469.246 741.768 1.306.674
Beban Pokok Pendapatan 397.255 611.460 1.021.621
Laba Bruto 71.991 130.308 285.053
Beban Usaha (33.063) (91.555) (171.511)
Laba Dari Usaha 38.928 38.753 113.542
Pendapatan Keuangan 233 584 1.216
Beban Keuangan 9.964 6.804 3.101

22
Pada tanggal 31 Desember
Keterangan
2009 2010 2011
Laba Sebelum Pajak Penghasilan 29.197 32.533 111.657
Beban pajak Penghasilan-Bersih 5.414 12.330 31.711
Laba Bersih Setelah Pajak Penghasilan 23.783 20.203 79.946
Pendapatan Komprehensif Lain - - -
Jumlah Laba Komprehensif Tahun
Berjalan 23.783 20.203 79.946

1. Perkembangan Pendapatan Neto

Grafik Pendapatan Neto Perseroan


2009 – 2011
(Rp Jutaan)
1,306,674
1,500,000

1,000,000 741,768
469,246

500,000

-
2009 2010 2011

Tabel berikut ini menggambarkan rincian pendapatan terkait setiap kegiatan operasional dan setiap
bagian sebagai persentase dari total pendapatan untuk periode terkait:

(dalam jutaan Rupiah)


Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember
Keterangan 2009 2010 2011
Rp Juta (%) Rp Juta (%) Rp Juta (%)
Pendapatan Neto:
Unit Alat Berat 398.414 84,91% 673.962 90,86% 1.197.131 91,62%
Suku Cadang 38.797 8,27% 51.493 6,94% 72.311 5,53%
Jasa Perbaikan 30.628 6,53% 15.130 2,04% 30.850 2,36%
Sewa Bangunan 1.407 0,30% 1.183 0,16% 5.186 0,40%
Sewa Alat Berat - - - - 1.196 0,09%
Jumlah 469.246 100,00% 741.768 100,00% 1.306.674 100,00%

Pendapatan sewa adalah pendapatan atas penyewaan ruangan kantor atas bangunan properti investasi
Perseroan dan penyewaan unit alat industrial oleh Entitas Anak.

Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011, 2010, dan 2009, tidak terdapat penjualan
ke pelanggan yang melebihi 10% atas penjualan bersih konsolidasian.

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun yang berakhir
pada tanggal 31 Desember 2010

Jumlah pendapatan pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 adalah sebesar
Rp1.306.674 juta, yang merupakan peningkatan sebesar Rp564.906 juta atau sebesar 76,16%
dibandingkan dengan jumlah pendapatan pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010
yaitu sebesar Rp741.768 juta. Kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan
atas unit alat berat yang meningkat signifikan, dengan peningkatan sebesar 77,63% dari tahun
sebelumnya dikarenakan keunggulan produk-produk yang dijual oleh Perseroan dari sisi efisiensi
bahan bakar dan juga produktivitas. Selain itu Perseroan juga memberikan layanan purna jual dan
ketersediaan suku cadang yang baik, sehingga terjadi peningkatan pembelian berulang oleh pelanggan
Perseroan maupun pembelian oleh pelanggan baru. Selanjutnya untuk jumlah dari pendapatan atas
unit alat berat pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011, dimana memiliki kontribusi
terbesar pada total penjualan dan pendapatan sebesar 91,62% atau sebesar Rp1.197.131 juta, yang

23
merupakan peningkatan sebesar Rp523.169 juta atau sebesar 77,63% dibandingkan dengan jumlah
pendapatan pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 yaitu sebesar Rp673.962 juta.
Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh tingginya permintaan akan unit alat berat, khususnya
pada industri pertambangan dan perkebunan, yang memberikan efek positif pada nilai pendapatan
Perseroan. Persentase peningkatan permintaan unit alat berat tahun 2011 dibandingkan tahun 2010
adalah sebesar 72% dari 567 unit di tahun 2010 menjadi 975 unit di tahun 2011.

Pada tahun 2011, Perseroan meluncurkan produk baru yaitu Articulated Dump Truck (ADT) Doosan
Moxy yang telah diterima baik oleh pasar.

Jumlah pendapatan atas suku cadang pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember
2011, mengambil porsi pendapatan sebesar 5,53% atau sebesar Rp72.311 juta, yang merupakan
peningkatan sebesar Rp20.818 juta atau sebesar 40,43% dibandingkan dengan jumlah pendapatan
atas suku cadang pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 yaitu sebesar Rp51.493
juta. Peningkatan pendapatan atas suku cadang terjadi seiring dengan meningkatnya populasi alat
berat yang telah dijual oleh Perseroan. Suku cadang tersebut digunakan oleh para pelanggan untuk
memperbaiki dan merawat alat berat yang mereka miliki. Program-program menarik atas suku cadang
yang ditawarkan oleh Perseroan, yaitu seperti Parts and Service Package Program (PSPP), Blanket
Order, Parts Consignment Program dan Vendor Held Stock (VHS).

Jumlah pendapatan dari jasa servis dan sewa pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember
2011, mengambil porsi pendapatan sebesar 2,85%, adalah sebesar Rp37.232 juta, yang merupakan
peningkatan sebesar Rp20.919 juta atau sebesar 128,24% dibandingkan dengan jumlah pendapatan
jasa servis dan sewa pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 yaitu sebesar Rp16.313
juta. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya populasi alat berat yang telah dijual
oleh Perseroan dan terdapat cukup banyak program-program pemeliharaan yang menarik sehingga
terjadi peningkatan konsumen yang menggunakan program tersebut. Program-program pemeliharaan
yang dilakukan Perseroan antara lain adalah Full Maintenance Contract (FMC) dan kontrak Service
Maintenance Contract (SMC), Periodical Service Program (PSP), Service Call, Mechanic Contract,
Compenent and Unit Overhaul dan lain-lain.

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 dibandingkan dengan tahun yang berakhir
pada tanggal 31 Desember 2009

Jumlah pendapatan pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 adalah sebesar
Rp741.768 juta, yang merupakan peningkatan sebesar Rp272.522 juta atau sebesar 58,08%
dibandingkan dengan jumlah pendapatan pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009
yaitu sebesar Rp469.246 juta. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh adanya peningkatan
cukup signifikan dari pendapatan atas unit alat berat sebesar Rp275.548 juta atau sebesar 69,16% dari
tahun sebelumnya. Pendapatan atas unit alat berat pada tahun 2010 telah mengambil porsi pendapatan
terbesar yaitu 90,86% dari total pendapatan. Secara keseluruhan peningkatan pendapatan Perseroan
ini disebabkan oleh peningkatan permintaan akan alat berat yang memberikan efek positif pada nilai
pendapatan Perseroan. Persentase peningkatan permintaan unit alat berat tahun 2010 dibandingkan
tahun 2009 adalah sebesar 92% dari 296 unit di tahun 2009 menjadi 567 unit di tahun 2010.

Jumlah pendapatan atas suku cadang pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010,
mengambil porsi pendapatan sebesar 6,94% atau sebesar Rp51.493 juta, yang merupakan peningkatan
sebesar Rp12.696 juta atau sebesar 32,72% dibandingkan dengan jumlah pendapatan atas suku
cadang pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 yaitu sebesar Rp38.797 juta.
Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh permintaan dari pasar yang terus meningkat dengan
mengikuti tingginya populasi alat berat yang telah dijual oleh Perseroan.

Jumlah pendapatan dari jasa servis dan sewa pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember
2010, mengambil porsi pendapatan sebesar 2,20% atau sebesar Rp16.313 juta, yang merupakan
penurunan sebesar Rp15.722 juta atau sebesar 49,08% dibandingkan dengan jumlah pendapatan
servis dan sewa pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 yaitu sebesar Rp32.034
juta. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh berakhirnya kontrak pelanggan Perseroan dalam
menggunakan program Full Maintenance Contract (“FMC”) di tahun 2010.

24
2. Perkembangan Beban Pokok Pendapatan

Grafik Beban Pokok Pendapatan Perseroan


2009 – 2011
(Rp Jutaan)
1,021,621
1,200,000
1,000,000
611,460
800,000
397,255
600,000
400,000
200,000
-
2009 2010 2011

Tabel berikut ini menggambarkan rincian beban pokok pendapatan terkait setiap kegiatan operasional
dan setiap item sebagai persentase dari total beban pokok pendapatan untuk periode terkait:

(dalam jutaan Rupiah)


Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember
Keterangan 2009 2010 2011
Rp Jutaan (%) Rp Jutaan (%) Rp Jutaan (%)
Beban Pokok Pendapatan:
Unit Alat Berat 336.092 84,60% 554.848 90,74% 946.854 92,68%
Suku Cadang 34.869 8,78% 36.012 5,89% 51.731 5,06%
Jasa Perbaikan 25.271 6,36% 19.523 3,19% 20.945 2,05%
Sewa Bangunan - - - - 1.482 0,15%
Sewa Alat Berat 1.023 0,26% 1.077 0,18% 609 0,06%
Total Beban Pokok Pendapatan 397.255 100,00% 611.460 100,00% 1.021.621 100,00%

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun yang berakhir
pada tanggal 31 Desember 2010

Jumlah beban pokok pendapatan pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 adalah
sebesar Rp1.021.621 juta, yang merupakan peningkatan sebesar Rp410.161 juta atau sebesar
67,08% dibandingkan dengan jumlah beban pokok pendapatan pada tahun yang berakhir pada tanggal
31 Desember 2010 yaitu sebesar Rp611.460 juta. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh
adanya peningkatan dari beban pokok pendapatan atas unit alat berat sebesar Rp392.006 juta atau
sebesar 70,65% dari tahun sebelumnya. Beban pokok penjualan unit alat berat pada tahun 2011 telah
mengambil porsi beban terbesar yaitu 92,68% dari total beban pokok pendapatan. Secara keseluruhan
peningkatan beban pokok pendapatan Perseroan ini meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan
atas unit alat berat yang dilakukan oleh Perseroan. Beban pokok pendapatan atas unit alat berat terdiri
dari harga beli, bea masuk, biaya inklaring yang dimana hal-hal tersebut merupakan aspek yang akan
mengalami peningkatan ataupun penurunan seiring dengan berubahnya pendapatan atas unit alat
berat Perseroan.

Jumlah beban pokok pendapatan atas suku cadang pada tahun yang berakhir pada tanggal
31 Desember 2011, mengambil porsi beban pokok pendapatan sebesar 5,06% dari total beban pokok
pendapatan atau sebesar Rp51.731 juta, yang merupakan peningkatan sebesar Rp15.719 juta atau
sebesar 43,65% dibandingkan dengan jumlah beban pokok penjualan suku cadang pada tahun yang
berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 yaitu sebesar Rp36.012 juta. Peningkatan tersebut terjadi
disebabkan oleh meningkatnya pendapatan atas suku cadang Perseroan.

Jumlah beban pokok pendapatan jasa servis dan sewa pada tahun yang berakhir pada tanggal
31 Desember 2011, mengambil porsi beban pokok pendapatan sebesar 2,25% dari total beban pokok
pendapatan, sebesar Rp23.036 juta, yang merupakan peningkatan sebesar Rp2.436 juta atau sebesar
11,82% dibandingkan dengan jumlah beban pokok pendapatan jasa servis dan sewa pada tahun yang

25
berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 yaitu sebesar Rp20.600 juta. Peningkatan beban pokok
pendapatan jasa servis dan sewa ini dikarenakan meningkatnya kegiatan atas pemberian jasa servis
dan sewa kepada pelanggan Perseroan.

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 dibandingkan dengan tahun yang berakhir
pada tanggal 31 Desember 2009

Jumlah beban pokok pendapatan pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 adalah
sebesar Rp611.460 juta, yang merupakan peningkatan sebesar Rp 214.205 juta atau sebesar 53,92%
dibandingkan dengan jumlah beban pokok pendapatan pada tahun yang berakhir pada tanggal
31 Desember 2009 yaitu sebesar Rp397.255 juta. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh
adanya peningkatan dari beban pendapatan atas unit alat berat sebesar Rp218.756 juta atau sebesar
65,09% dari tahun sebelumnya. Beban pendapatan atas unit alat berat pada tahun 2010 telah mengambil
porsi beban terbesar yaitu 90,74% dari total beban pokok pendapatan.

Jumlah beban pokok pendapatan atas suku cadang pada tahun yang berakhir pada tanggal
31 Desember 2010, mengambil porsi beban pokok pendapatan sebesar 5,89% dari total beban pokok
pendapatan, adalah sebesar Rp36.012 juta, yang merupakan peningkatan sebesar Rp1.143 juta atau
sebesar 3,28% dibandingkan dengan jumlah beban pokok pendapatan atas suku cadang pada tahun
yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 yaitu sebesar Rp34.869 juta.

Jumlah beban pokok pendapatan jasa servis dan sewa pada tahun yang berakhir pada tanggal
31 Desember 2010, mengambil porsi beban pokok pendapatan sebesar 3,37% dari total beban pokok
pendapatan, adalah sebesar Rp20.600 juta, yang merupakan penurunan sebesar Rp5.694 juta atau
sebesar 21,66% dibandingkan dengan jumlah beban pokok pendapatan jasa servis dan sewa pada
tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 yaitu sebesar Rp26.294 juta. Penurunan ini
dikarenakan menurunnya pendapatan atas jasa servis dan sewa pada tahun tersebut.

3. Perkembangan Laba Bruto

Grafik Laba Bruto Perseroan


2009 – 2011

(Rp Jutaan) 285,053


300,000
250,000
200,000 130,308
150,000 71,991
100,000
50,000
-
2009 2010 2011

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun yang berakhir
pada tanggal 31 Desember 2010

Jumlah laba bruto pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp285.053
juta, yang merupakan peningkatan sebesar Rp154.745 juta atau sebesar 118,75% dibandingkan
dengan jumlah laba bruto pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 yaitu sebesar
Rp130.308 juta. Kenaikan tersebut terutama karena peningkatan pendapatan pada tahun 2011 lebih
tinggi dibandingkan dengan peningkatan beban pokok pendapatan Perseroan pada tahun 2010. Pada
tahun 2010 persentase laba bruto terhadap pendapatan sebesar 17,57% sedangkan pada tahun 2011
adalah sebesar 21,82%. Hal ini disebabkan Perseroan melakukan lebih banyak penjualan dengan sistem
pengiriman franco site pelanggan, dimana Perseroan memperhitungkan biaya pengiriman tersebut
dalam harga jual setiap unit. Perseroan juga melakukan efisiensi dalam segi pendistribusian persediaan
dari kantor pusat, harga jual unit juga lebih baik seiring dengan makin dikenalnya / diterimanya produk-
produk Perseroan di pasar.

26
Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 dibandingkan dengan tahun yang berakhir
pada tanggal 31 Desember 2009

Jumlah laba bruto pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 adalah sebesar Rp130.308
juta, yang merupakan peningkatan sebesar Rp58.317 juta atau sebesar 81,01% dibandingkan dengan
jumlah laba bruto pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 yaitu sebesar Rp71.991
juta. Meningkatnya laba bruto tersebut dikarenakan peningkatan pendapatan lebih dari 50% atau
sebesar 58,08% dari tahun 2009. Hal ini juga didukung oleh efisiensi Perseroan dalam mendistribusikan
persediaan dari kantor pusat.

4. Perkembangan Beban Usaha

Grafik Beban Usaha Perseroan


2009 – 2011
(Rp Jutaan)

40,000 26,074
8,319 1,916
20,000
- (605) (2,360)
2009 2010 2011
(20,000)
(10,619) (22,127)
(40,000) (25,786)

(60,000) (47,912)
(61,065)
(80,000)
(75,387)
(100,000) (86,576)

Beban Penjualan Beban Umum dan Administrasi


Beban Operasi Lainnya Pendapatan Operasi Lainnya

Beban usaha secara garis besar terdiri dari : (1) beban penjualan, (2) beban umum dan administrasi,
(3) beban operasi lainnya dan (4) pendapatan operasi lainnya. Tabel berikut ini menggambarkan rincian
dari beban usaha:

(dalam jutaan Rupiah)


Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember
Keterangan 2009 2010 2011
Rp Jutaan (%) Rp Jutaan (%) Rp Jutaan (%)
Beban Penjualan:
Pengiriman dan asuransi 6.835 64,37% 12.317 55,67% 28.473 46,63%
Gaji dan kesejahteraan karyawan lainnya - - 4.509 20,38% 14.413 23,60%
Perjalanan dinas 1.561 14,70% 2.387 10,79% 3.988 6,53%
Iklan dan promosi - - 940 4,25% 3.285 5,38%
Lain-lain (masing-masing dibawah Rp 1 Miliar) 2.223 20,93% 1.974 8,92% 10.906 17,86%
Sub Jumlah 10.619 100,00% 22.127 100,00% 61.065 100,00%
Beban Umum & Administrasi
Gaji dan kesejahteraan karyawan lainnya 26.061 54,39% 45.663 60,57% 46.787 54,04%
Penyusutan aset tetap 6.066 12,66% 6.601 8,76% 7.639 8,82%
Imbalan Kerja 3.792 7,91% 3.335 4,42% 4.768 5,51%
Pajak dan lisensi 148 0,31% 4.157 5,51% 4.687 5,41%
Perjalanan dinas 971 2,03% 1.262 1,67% 3.503 4,05%
Pemeliharaan dan Perbaikan 2.405 5,02% 2.744 3,64% 3.166 3,66%
Asuransi 1.494 3,12% 1.175 1,56% 3.056 3,53%
Perlengkapan kantor 724 1,51% 1.091 1,45% 2.842 3,28%
Listrik 900 1,88% 1.035 1,37% 1.903 2,20%
Pos dan Telekomunikasi 1.484 3,10% 1.776 2,36% 1.620 1,87%
Sewa 693 1,45% 965 1,28% 1.435 1,66%
Pendidikan, pelatihan dan rekruitmen 522 1,09% 1.264 1,68% 1.428 1,65%
Penyisihan penurunan nilai atas piutang usaha - - - - 1.237 1,43%
Lain-lain (masing-masingdibawah Rp1 Miliar) 2.652 5,54% 4.319 5,73% 2.505 2,89%
Sub Jumlah 47.912 100,00% 75.387 100,00% 86.576 100,00%
Beban Operasi Lainnya 605 100,00% 2.360 100,00% 25.786 100,00%
Pendapatan Operasi Lainnya 26.074 100,00% 8.319 100,00% 1.916 100,00%
Jumlah 33.063 100,00% 91.555 100,00% 171.511 100,00%

27
Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun yang berakhir
pada tanggal 31 Desember 2010

Jumlah beban usaha pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 adalah sebesar
Rp171.511 juta, yang merupakan peningkatan sebesar Rp79.956 juta atau sebesar 87,33%
dibandingkan dengan jumlah beban usaha pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember
2010 yaitu sebesar Rp91.555 juta. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh adanya
peningkatan dari beban penjualan yang pada akhir tanggal 31 Desember 2011 sebesar Rp61.065
juta meningkat sebesar Rp38.938 juta atau 175,98% dari tahun sebelumnya yang pada tanggal
31 Desember 2010 sebesar Rp22.127 juta. Beban penjualan yang mengalami peningkatan yaitu beban
dalam pengiriman dan asuransi atas unit alat berat. Biaya tersebut terjadi peningkatan seiring dengan
meningkatnya penjualan dengan sistem pengiriman franco site pelanggan. Selain itu juga terdapat
peningkatan biaya gaji dan kesejahteraan tenaga kerja Perseroan, yang disebabkan adanya reklarifikasi
beban tenaga kerja yang terkait dengan penjualan dan pemasaran dari beban umum dan administrasi
menjadi biaya penjualan dan pemasaran.

Jumlah beban usaha dari umum dan administrasi pada tahun yang berakhir pada tanggal
31 Desember 2011 adalah sebesar Rp86.576 juta, yang merupakan peningkatan sebesar Rp11.189
juta atau sebesar 14,84% dibandingkan dengan jumlah beban usaha dari umum dan administrasi pada
tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 yaitu sebesar Rp75.387 juta. Peningkatan tersebut
terutama disebabkan oleh adanya peningkatan aktivitas Perseroan secara keseluruhan sebagai akibat
peningkatan aktivitas penjualan.

Selain itu yang turut mempengaruhi beban usaha Perseroan adalah pendapatan dan biaya operasi
lainnya yang memiliki komponen utama laba (rugi) selisih kurs dan biaya administrasi bank. Per tanggal
31 Desember 2011 terjadi penurunan pendapatan (beban) operasi lainnya sebesar 500,57% dibandingkan
dengan 31 Desember 2010 karena terjadi rugi selisiih kurs sebesar Rp15.383 juta sementara pada tahun
2010 terjadi laba selisih kurs sebesar Rp6.557 juta. Selain itu terjadi kenaikan biaya administrasi bank
dari sebesar Rp896 juta di tahun 2010 menjadi sebesar Rp10.223 juta di tahun 2011.

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 dibandingkan dengan tahun yang berakhir
pada tanggal 31 Desember 2009

Jumlah beban usaha pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 adalah sebesar
Rp91.555 juta, yang merupakan peningkatan sebesar Rp58.492 juta atau sebesar 176,91%
dibandingkan dengan jumlah beban usaha pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009
yaitu sebesar Rp33.063 juta. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh adanya peningkatan dari
beban penjualan yang pada akhir tanggal 31 Desember 2010 sebesar Rp22.127 juta meningkat sebesar
Rp11.508 juta atau sebesar 108,37% dari tahun sebelumnya yang pada tanggal 31 Desember 2009
sebesar Rp10.619 juta. Beban penjualan yang mengalami peningkatan yaitu biaya dalam pengiriman
dan asuransi unit alat berat, dimana terjadi peningkatan biaya tersebut seiring dengan meningkatnya
penjualan dengan sistem pengiriman franco site pelanggan. Selain itu juga terdapat peningkatan biaya
gaji dan kesejahteraan tenaga kerja Perseroan yang signifikan, hal ini disebabkan adanya reklarifikasi
biaya insentif penjualan yang terkait dengan penjualan dari beban umum dan administrasi menjadi
biaya penjualan.

Jumlah beban usaha dari umum dan administrasi pada tahun yang berakhir pada tanggal
31 Desember 2010 adalah sebesar Rp75.387 juta, yang merupakan peningkatan sebesar Rp27.475
juta atau sebesar 57,34% dibandingkan dengan jumlah beban usaha dari umum dan administrasi pada
tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 yaitu sebesar Rp47.912 juta. Peningkatan tersebut
terutama disebabkan oleh peningkatan tenaga kerja dan program pengembangan untuk tenaga kerja
dalam bentuk pendidikan, pelatihan, dan sistem rekruitmen tenaga kerja yang lebih intensif untuk
memenuhi kebutuhan perkembangan Perseroan yang pesat.

Selain itu yang turut mempengaruhi beban usaha Perseroan adalah pendapatan dan biaya operasi
lainnya yang memiliki komponen utama laba (rugi) selisih kurs dan biaya administrasi bank. Per
tanggal 31 Desember 2010 terjadi penurunan pendapatan (beban) operasi lainnya sebesar 76,60%

28
dibandingkan dengan 31 Desember 2009 karena terjadi penurunan laba selisiih kurs dari sebesar
Rp24.581 juta di tahun 2009 menjadi Rp6.557 juta di tahun 2010.

5. Perkembangan Laba Dari Usaha

Grafik Laba Dari Usaha Perseroan


2009 – 2011
(Rp Jutaan)

150,000 113,542

100,000
38,928 38,753
50,000

-
2009 2010 2011

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun yang berakhir
pada tanggal 31 Desember 2010

Jumlah laba dari usaha pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 adalah sebesar
Rp113.542 juta, yang merupakan peningkatan sebesar Rp74.789 juta atau sebesar 192,99%
dibandingkan dengan jumlah beban usaha pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember
2010 yaitu sebesar Rp38.753 juta. Kenaikan tersebut terjadi karena terkena efek dari peningkatan
pendapatan pada tahun 2011 yang tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya, serta peningkatan
atas beban usaha yang lebih rendah dibandingkan kenaikan pendapatan. Sehingga hal ini memberikan
dampak positif pada laba dari usaha Perseroan.

Marjin laba usaha pada tahun 2011 adalah sebesar 8,69% dan pada tahun 2010 sebesar 5,22%.
Kenaikan marjin laba usaha Perseroan disebabkan kenaikan marjin laba bruto dari 17,57% pada tahun
2010 menjadi 21,82% di tahun 2011. Selain itu dengan bertumbuhnya Perseroan, maka Perseroan
dapat mencapai skala ekonomis yang lebih baik.

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 dibandingkan dengan tahun yang berakhir
pada tanggal 31 Desember 2009

Jumlah laba dari usaha pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 adalah sebesar
Rp38.753 juta, yang merupakan penurunan sebesar Rp175 juta atau sebesar 0,45% dibandingkan
dengan jumlah laba usaha pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 yaitu sebesar
Rp38.928 juta.

Marjin laba usaha pada tahun 2010 adalah sebesar 5,22%. dan pada tahun 2009 sebesar 8,30%.
Penurunan pada marjin laba usaha Perseroan disebabkan oleh penurunan laba selisih kurs dari
Rp24.581 juta pada tahun 2009 menjadi Rp6.789 juta pada tahun 2010 serta kenaikan beban gaji yang
disebabkan kenaikan aktivitas Perseroan.

29
6. Perkembangan Beban Keuangan

Grafik Beban Keuangan Perseroan


2009 – 2011
(Rp Jutaan)

5,000
233 584 1,217

-
2011
2009 2010
(5,000) (3,102)

(10,000)
(9,964) (6,804)
(dalam jutaan Rupiah)
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember
Keterangan
2009 2010 2011
Pendapatan Keuangan 233 584 1.217
Beban Keuangan (9.964) (6.804) (3.102)
Beban Keuangan Net (9.731) (6.220) (1.885)

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun yang berakhir
pada tanggal 31 Desember 2010

Jumlah beban keuangan pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 adalah sebesar
Rp1.885 juta, yang merupakan penurunan sebesar Rp4.335 juta atau sebesar 69,69% dibandingkan
dengan jumlah beban keuangan pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 yaitu
sebesar Rp6.220 juta. Penurunan tersebut terjadi karena faktor penurunan beban bunga pinjaman bank.

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 dibandingkan dengan tahun yang berakhir
pada tanggal 31 Desember 2009

Jumlah beban lain-lain pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 adalah sebesar
Rp6.220 juta, yang merupakan penurunan sebesar Rp3.511 juta atau sebesar 36,08% dibandingkan
dengan jumlah pendapatan beban lain-lain pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009
yaitu sebesar Rp9.731 juta. Penurunan tersebut terjadi karena faktor penurunan beban bunga pinjaman
bank.

7. Perkembangan Laba Komprehensif Tahun Berjalan

Grafik Laba Komprehensif Tahun Berjalan


2009 – 2011
(Rp Jutaan)
79,946
100,000

23,783 20,203
50,000

-
2009 2010 2011

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun yang berakhir
pada tanggal 31 Desember 2010

Jumlah laba komprehensif tahun berjalan pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011
adalah sebesar Rp79.946 juta, yang merupakan peningkatan sebesar Rp59.743 juta atau sebesar
295,71% dibandingkan dengan jumlah laba komprehensif tahun berjalan pada tahun yang berakhir
pada tanggal 31 Desember 2010 yaitu sebesar Rp20.203 juta. Kenaikan tersebut terjadi karena faktor

30
tingginya permintaan atas alat berat di pasar sehingga terjadi peningkatan pendapatan khususnya
pada penjualan unit produk Perseroan yang meningkat sangat signifikan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Selain itu Perseroan juga telah memberikan kinerja yang sangat baik dimana hasil dari
pendapatan yang terealisasi jauh lebih tinggi dari tahun sebelumnya.

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 dibandingkan dengan tahun yang berakhir
pada tanggal 31 Desember 2009

Jumlah laba komprehensif tahun berjalan pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010
adalah sebesar Rp20.203 juta, yang merupakan penurunan sebesar Rp3.580 juta atau sebesar 15,05%
dibandingkan dengan jumlah laba komprehensif tahun berjalan pada tahun yang berakhir pada tanggal
31 Desember 2009 yaitu sebesar Rp23.783 juta. Hal ini dikarenakan penurunan laba selisih kurs dari
Rp24.581 juta pada tahun 2009 menjadi Rp6.789 juta pada tahun 2010. Penurunan ini juga disebabkan
karena pada tahun 2009 Perseroan masih memiliki kompensasi kerugian pajak sebesar Rp.10.311 juta
dimana kompensasi kerugian tersebut digunakan untuk mengurangi penghasilan kena pajak Perseroan
sehingga mengurangi baban pajak penghasilan Perseroan.

Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian

Grafik Total Aset, Liabilitas, & Ekuitas Perseroan (Rp Juta)


2009 – 2011
(Rp Jutaan)
1,120,440
1,200,000
912,689
1,000,000
800,000
573,150
600,000 442,432 427,871
314,641
400,000 207,751
127,791 145,279
200,000
-
2009 2010 2011

Berikut merupakan perkembangan dari total aset, liabilitas, dan ekuitas Perseroan untuk tahun yang
berakhir pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 da 2009:

(dalam jutaan Rupiah)


Pada tanggal 31 Desember
Keterangan
2009 2010 2011
Total Aset Lancar 332.473 478.453 933.672
Total Aset Tidak Lancar 109.959 94.697 186.768
Total Aset 442.432 573.150 1.120.440
Total Liabilitas Jangka Pendek 309.334 416.304 889.780
Total Liabilitas Jangka Panjang 5.307 11.567 22.909
Total Liabilitas 314.641 427.871 912.689
Total Ekuitas 127.791 145.279 207.751
Total Liabilitas & Ekuitas 442.432 573.150 1.120.440

31
1. Perkembangan Aset

(dalam jutaan Rupiah)


Pada tanggal 31 Desember
Keterangan 2009 2010 2011
Rp Jutaan (%) Rp Jutaan (%) Rp Jutaan (%)
Aset
Aset Lancar:
Kas dan Setara Kas 14.436 3,26% 36.914 6,44% 50.911 4,54%
Dana yang dibatasi penggunaannya - - 10.713 1,87% 40.263 3,59%
Piutang Usaha 117.723 26,61% 145.950 25,46% 185.875 16,59%
Piutang Lain - lain 11.123 2,51% 15.074 2,63% 12.933 1,15%
Persediaan 177.113 40,03% 258.370 45,08% 588.169 52,49%
Pajak Dibayar Dimuka - - - - 29.270 2,61%
Biaya Dibayar Dimuka 12.078 2,73% 11.432 1,99% 26.251 2,34%
Jumlah Aset Lancar 332.473 75,15% 478.453 83,48% 933.672 83,33%
Aset Tidak Lancar :
Aset Pajak Tangguhan 888 0,20% 1.606 0,28% 2.941 0,26%
Aset Tetap 77.136 17,43% 72.259 12,61% 95.365 8,51%
Properti Investasi - - - - 85.032 7,59%
Aset tak berwujud - - - - 2.630 0,23%
Taksiran Pengembalian Pajak Penghasilan 11.903 2,69% 800 0,14% 800 0,07%
Pernyataan Saham 20.032 4,53% 20.032 3,50% - -
Jumlah Aset Tidak Lancar 109.959 24,85% 94.697 16,52% 186.768 16,67%
Jumlah Aset 442.432 100,00% 573.150 100,00% 1.120.440 100,00%

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun yang berakhir
pada tanggal 31 Desember 2010

Jumlah aset Perseroan pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 adalah sebesar
Rp1.120.440 juta atau meningkat sebesar Rp547.290 juta atau 95,49% dari jumlah aset pada tanggal
31 Desember 2010 sebesar Rp573.150 juta. Peningkatan tersebut tertutama disebabkan oleh adanya
peningkatan pada piutang usaha, persediaan dan pos-pos aset Perseroan lainnya.

Saldo kas dan setara kas mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun yang berakhir pada
tanggal 31 Desember 2010 ke 31 Desember 2011 sebesar 37,92%. Peningkatan saldo kas dan setara
kas yang signifikan tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan penjualan sebesar 76,16% untuk
penjualan tahun 2011. Selain itu juga terdapat perbaikan dari sisi Receivable days dari 65 hari pada
tahun 2010 menjadi 46 hari pada tahun 2011. Perbaikan dari sisi receivable days ini menyebabkan
Perseroan dapat lebih cepat mengkonversi piutang menjadi kas dan setara kas. Kebijakan manajemen
kas Perseroan adalah Perseroan selalu menjaga posisi kas dan setara kas dengan memperhatikan
proyeksi penerimaan kas yang berasal dari pembayaran piutang agar sesuai dengan proyeksi
pengeluaran kas. Dengan demikian maka diharapkan Perseroan akan selalu mampu untuk dapat
memenuhi seluruh kewajibannya untuk membayar liabilitas yang telah jatuh tempo dan seluruh biaya
operasional Perseroan.

Terdapat peningkatan saldo dana yang dibatasi penggunaannya yang signifikan per 31 Desember 2011
jika dibandingkan dengan 31 Desember 2010 sebesar 276%. Saldo dana yang dibatasi penggunaannya
adalah deposito Perseroan pada pihak bank sebagai jaminan atas Letter of Credit (LC) yang dikeluarkan
oleh bank untuk pembelian persediaan Perseroan. Jaminan ini dibutuhkan karena fasilatas LC yang
dimiliki oleh Perseroan pada bank tersebut telah seluruhnya digunakan sedangkan Perseroan masih
membutuhkan fasilitas LC untuk melakukan pembelian persediaan kepada prinsipal. Jadi peningkatan
saldo dana yang dibatasi penggunaannya disebabkan karena meningkatnya aktivitas pembelian
Perseroan kepada para prinsipal.

Piutang usaha per tanggal 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp185.875 juta yang mengalami
peningkatan sebesar Rp39.925 juta atau 27,36% dari jumlah piutang usaha pada 31 Desember 2010
sebesar Rp145.950 juta. Hal ini dikarenakan terdapat peningkatan pada kegiatan usaha Perseroan

32
terutama dalam peningkatan penjualan unit alat berat dan suku cadang yang dimana nilai dari
pembayaran atas transaksi tersebut memiliki jatuh tempo yang tercatat pada penutupan tahun turut
meningkat.

Jumlah persediaan per tanggal 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp588.169 juta yang mengalami
peningkatan sebesar Rp329.799 juta atau 127,65% dari jumlah persediaan pada 31 Desember 2010
sebesar Rp258.370 juta. Hal ini merupakan langkah antisipasi Perseroan dalam kebijakan Perseroan
untuk meningkatkan persediaan yang dimiliki agar dapat mengakomodir permintaan pada tahun yang
akan datang, melihat dari jumlah permintaan atas produk yang dimiliki sangat tinggi tercermin pada
tahun sebelumnya. Dengan meningkatnya jumlah persediaan, Perseroan berkeyakinan tetap dapat
mengoptimalkan persediaan yang ada dengan strategi dan rencana bisnis usaha kedepannya yang
lebih baik serta menjaga hubungan yang baik dengan agen (principal) sebagai penghubung kepada
target market yang ada di pasar.

Terdapat peningkatan saldo aset tetap yang signifikan per 31 Desember 2011 jika dibandingkan
dengan 31 Desember 2010 sebesar 32%. Kenaikan saldo aset tetap tersebut disebabkan kenaikan
nilai buku bangunan sebesar 35% per 31 Desember 2011 dibandingkan dengan 31 Desember 2010.
Kenaikan nilai buku bangunan disebabkan karena pada tahun 2011 Perseroan melakukan pembelian
gedung Kobexindo Tower (sebelumnya Cordova Tower) dari PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. dimana
Perseroan mengggunakan dua lantai dan melakukan renovasi sehingga atas dua lantai yang digunakan
oleh Perseroan diklasifikasikan sebagai aset tetap. Selain itu kenaikan saldo aset tetap juga disebabkan
kenaikan nilai buku kendaraan sebesar 55% per 31 Desember 2011 dibandingkan dengan 31 Desember
2010. Kenaikan nilai buku kendaraan ini disebabkan karena Perseroan melakukan pembelian kendaraan
pada tahun 2011 untuk mendukung kenaikan kegiatan usaha Perseroan.

Selain itu pada tahun 2011 Perseroan juga mencatatkan adanya properti investasi sebesar Rp85.032
juta yang dijadikan kantor pusat Perseroan dan disewakan.

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 dibandingkan dengan tahun yang berakhir
pada tanggal 31 Desember 2009

Jumlah aset Perseroan pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 adalah sebesar
Rp573.150 juta atau meningkat 29,55% dari jumlah aset pada tanggal 31 Desember 2009 sebesar
Rp442.432 juta. Peningkatan tersebut tertutama disebabkan oleh adanya peningkatan piutang usaha,
persediaan dan pos-pos aset lainnya.

Terjadi peningkatan saldo kas dan setara kas yang signifikan atau sebesar 156% per tahun
31 Desember 2010 dari 31 Desember 2009. Peningkatan saldo kas dan setara kas yang signifikan
tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan penjualan 58% untuk tahun 2010. Selain itu juga
terdapat perbaikan dari sisi receivable days dari 96 hari pada tahun 2009 menjadi 65 hari pada tahun
2010. Perbaikan dari sisi receivable days ini menyebabkan Perseroan dapat lebih cepat mengkonversi
piutang menjadi kas dan setara kas.

Piutang usaha per tanggal 31 Desember 2010 adalah sebesar Rp145.950 juta yang mengalami
peningkatan sebesar Rp28.227 juta atau 23,98% dari jumlah piutang usaha pada 31 Desember 2009
sebesar Rp117.723 juta. Peningkatan ini terjadi karena seiring dengan meningkatnya kegiatan usaha
Perseroan, maka piutang usaha Perseroan juga meningkat.

Terdapat peningkatan piutang lain-lain pihak ketiga yang signifikan per 31 Desember 2010 dari
31 Desember 2009 sebesar 34%. Kenaikan piutang lain-lain secara signifikan disebabkan kenaikan
piutang kepada prinsipal yang merupakan klaim atas warranty dengan kenaikan sebesar 87% untuk
piutang kepada prinsipal per 31 Desember 2010 dibandingkan dengan 31 Desember 2009.

Jumlah persediaan per tanggal 31 Desember 2010 adalah sebesar Rp258.370 juta yang mengalami
peningkatan sebesar Rp81.257 juta atau 45,88% dari jumlah persediaan pada 31 Desember 2009
sebesar Rp177.113 juta. Meningkatnya persediaan dikarenakan Perseroan ingin meningkatan penjualan
ditahun yang akan datang, yaitu pada tahun 2010. Hal ini seiring dengan strategi-strategi internal yang
dibangun untuk memenuhi target Perseroan.

33
2. Perkembangan Liabilitas

(dalam jutaan Rupiah)


Pada tanggal 31 Desember
Keterangan 2009 2010 2011
Rp Jutaan (%) Rp Jutaan (%) Rp Jutaan (%)
Liabilitas
Liabilitas Jangka Pendek :
Utang Bank 175.098 55,65% 55.443 12,96% 47.607 5,22%
Utang Usaha 115.326 36,65% 288.366 67,40% 701.404 76,85%
Utang Lain – lain 13.893 4,42% 15.269 3,57% 43.456 4,76%
Uang Muka Penjualan 1.714 0,54% 38.364 8,97% 55.405 6,07%
Liabilitas Jangka Pendek Lainnya 3.303 1,05% 18.862 4,41% 41.908 4,59%
Jumlah Liabilitas Jangka Pendek 309.334 98,31% 416.304 97,30% 889.780 97,49%
Jumlah Liabilitas Jangka Panjang 5.307 1,69% 11.567 2,70% 22.909 2,51%
Jumlah Liabilitas 314.641 100,00% 427.871 100,00% 912.689 100,00%

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun yang berakhir
pada tanggal 31 Desember 2010

Jumlah liabilitas pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp912.689
juta, yang merupakan peningkatan sebesar Rp484.818 juta atau sebesar 113,31% dibandingkan dengan
jumlah liabilitas pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 yaitu sebesar Rp427.871
juta. Peningkatan tersebut tertutama disebabkan oleh adanya peningkatan utang usaha yang memiliki
rata-rata kontribusi terhadap total kewajiban pada tahun 2009 dan 2010 sebesar 72,12%.

Utang usaha Perseroan terjadi peningkatan yang sangat signifikan sebesar Rp413.038 atau 143,23%
dari sebesar Rp288.366 juta per tanggal 31 Desember 2010 menjadi sebesar Rp701.404 juta pada
tahun 31 Desember 2011. Hal ini dikarenakan langkah antisipasi Perseroan dalam kebijakan Perseroan
untuk meningkatkan persediaan yang dimiliki agar dapat mengakomodir permintaan pada tahun yang
akan datang, melihat dari jumlah permintaan atas produk yang dimiliki sangat tinggi tercermin pada
tahun sebelumnya.

Utang lain-lain Perseroan terjadi peningkatan sebesar 184,61% dari tanggal 31 Desember 2010 ke
31 Desember 2011 atau sebesar Rp28.188 juta. Peningkatan utang lain-lain dikarenakan oleh utang
kepada PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. atas pembelian kantor pusat perseroan (Kobexindo Tower).

Gearing ratio (Interest bearing debt / jumlah ekuitas) Perseroan per 31 Desember 2011 adalah sebesar
26,70% dimana hal ini menunjukan bahwa Perseroan masih memiliki tingkat interest bearing debt yang
masih cukup rendah. Demikian pula interest coverage ratio (beban bunga / EBITDA) Perseroan per
31 Desember 2011 adalah sebesar 2,50%. Dengan demikian pengaruh tingkat suku bunga pinjaman
terhadap kemampuan Perseroan mengembalikan pinjaman atau membayar kewajiban cukup rendah
dalam posisi keuangan Perseroan.

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 dibandingkan dengan tahun yang berakhir
pada tanggal 31 Desember 2009

Jumlah liabilitas pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 adalah sebesar Rp427.871
juta, yang merupakan peningkatan sebesar Rp113.230 juta atau sebesar 35,99% dibandingkan dengan
jumlah kewajiban pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 yaitu sebesar Rp314.641
juta. Peningkatan tersebut tertutama disebabkan oleh adanya peningkatan utang bank dan utang usaha
yang memiliki rata-rata kontribusi terhadap total kewajiban pada tahun 2009 dan 2010 sebesar 52,02%.

Utang bank Perseroan mengalami penurunan, dimana per tanggal 31 Desember 2010 adalah sebesar
Rp55.443 juta mengalami penurunan sebesar Rp119.655 juta atau 68,34% dari tahun sebelumnya
yang per tanggal 31 Desember 2009 adalah sebesar Rp175.098 juta. Hal ini dikarenakan perubahan
fasilitas kredit perbankan dari kredit modal kerja menjadi Letter of Credit (“LC”).

34
Utang usaha Perseroan mengalami peningkatan, dimana per tanggal 31 Desember 2010 adalah sebesar
Rp288.366 juta mengalami peningkatan sebesar Rp173.040 juta atau 150,04% dari tahun sebelumnya
yang per tanggal 31 Desember 2009 adalah sebesar Rp115.326 juta. Hal ini dikarenakan Perseroan
melakukan kebijakan atas jumlah persediaan untuk mengantisipasi kegiatan usaha pada tahun 2010.

3. Perkembangan Ekuitas

(dalam jutaan Rupiah)


Pada tanggal 31 Desember
Keterangan
2009 2010 2011
Ekuitas
Modal Saham 100.000 100.000 200.000
Saldo Laba 27.740 45.216 7.640
Kepentingan Non-Pengendali 52 64 111
Jumlah Ekuitas 127.792 145.280 207.751

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun yang berakhir
pada tanggal 31 Desember 2010

Jumlah ekuitas pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp207.751
juta, yang merupakan peningkatan sebesar Rp62.471 juta atau sebesar 43,00% dibandingkan dengan
jumlah ekuitas pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 yaitu sebesar Rp145.280
juta. Kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh adanya penambahan modal saham sebesar
Rp100.000 juta dan disertai peningkatan laba tahun berjalan sebesar Rp59.734 juta atau 295,85%
dimana hal ini menunjukan kinerja Perseroan yang jauh lebih baik. Disamping itu, pada tahun 2011
Perseroan melakukan pembagian dividen sebesar Rp117.500 juta, yang dimana sebesar Rp100.000
juta merupakan dividen dalam bentuk saham.

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 dibandingkan dengan tahun yang berakhir
pada tanggal 31 Desember 2009

Jumlah ekuitas pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 adalah sebesar Rp145.280
juta, yang merupakan peningkatan sebesar Rp17.488 juta atau sebesar 13,68% dibandingkan dengan
jumlah ekuitas pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 yaitu sebesar Rp127.792
juta. Hal tersebut disebabkan oleh adanya peningkatan laba pada tahun 2010.

Pada tahun 2009 terjadi pembagian dividen tunai senilai Rp20.000 juta yang digunakan untuk
meningkatkan modal disetor Perseroan dari Rp80.000 juta menjadi Rp100.000 juta.

E. Rasio Aktivitas

Untuk tahun yang berakhir pada tanggal


Uraian 31 Desember
2009 2010 2011
Marjin Laba Komprehensif Tahun Berjalan (Laba Komprehensif Tahun
5,06% 2,72% 6,12%
Berjalan / Pendapatan Bersih)
Marjin Laba Usaha (Laba Usaha / Pendapatan Bersih) 8,30% 5,22% 8,69%
Marjin Laba Bruto (Laba Bruto/ Pendapatan Bersih) 15.34% 17.57% 21.82%
Marjin Laba sebelum, bunga, pajak, penyusutan dan amortisasi / Pendapatan
10,35% 6,30% 9,51%
Bersih
Imbalan ekuitas rata-rata (Laba Komprehensif Tahun Berjalan / Jumlah rata-
20,51% 14,79% 45,28%
rata ekuitas)
Imbalan aset rata-rata (Laba Komprehensif Tahun Berjalan / Jumlah rata-rata
4,85% 3,98% 9,44%
aset)
Kolektibilitas piutang (piutang usaha/pendapatan bersih x 365) 96 hari 65 hari 46 hari
Periode persediaan (persediaan/beban pokok pendapatan x 365) 196 hari 130 hari 151 hari
Rasio lancar (aset lancar / liabilitas jangka pendek) 1,07 x 1,15 x 1,05 x
Rasio utang bersih terhadap modal (Catatan 1) 1,38 x 0,38 x 0,25 x
Catatan 1: Dihitung dengan cara = (pinjaman bank jangka pendek + bagian jangka pendek dari utang jangka panjang) / ekuitas

35
Profitabilitas

Marjin laba komprehensif tahun berjalan di tahun 2010 menurun menjadi 2,72% dari tahun 2009 sebesar
5,06%. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan laba selisih kurs hingga 72,38% dari
24.581 juta pada tahun 2009 menurun menjadi Rp6.789 juta pada tahun 2010. Penurunan ini juga
disebabkan karena pada tahun 2009 Perseroan masih memiliki kompensasi kerugian pajak sebesar
Rp.10.311 juta dimana kompensasi kerugian tersebut digunakan untuk mengurangi penghasilan kena
pajak Perseroan sehingga mengurangi beban pajak penghasilan Perseroan.

Marjin laba komprehensif tahun berjalan di tahun 2011 sebesar 6,12% meningkat dibanding tahun 2010
sebesar 2,72% disebabkan oleh peningkatan marjin Laba Bruto dan marjin laba usaha yang merupakan
dampak positif dari kinerja Perseroan yang sangat baik dan hal tersebut juga didukung oleh peningkatan
pendapatan dan penjualan Perseroan yang sangat tinggi.

Likuiditas

Menunjukkan kemampuan Perseroan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang akan jatuh
tempo, dihitung dengan membagi aset lancar dengan liabilitas jangka pendek. Pada tahun 2009,
2010 dan 2011 rasio likuiditas Perseroan adalah berturut-turut sebesar 1,07, 1,15 dan 1,05. Hal ini
menunjukkan kemampuan Perseroan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang cukup baik.

Kolektibilitas Piutang

Rasio ini untuk menganalisa beberapa kali tiap tahunnya dana yang tercatat sebagai piutang berputar
dari bentuk piutang menjadi uang tunai. Perhitungannya yaitu dengan membandingan total piutang
usaha yang dimiliki Perseroang dengan membandingkannya dengan total pendapatan dari penjualan
dan mengkalinya dengan jumlah hari (asumsi 365 hari). Semakin tinggi rasio tersebut, menunjukkan
modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah berarti ada
over investment dalam piutang, mungkin karena bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif dan
lain-lain. Tingkat kolektibilitas piutang Perseroan pada tahun 2009, 2010 dan 2011 adalah berturut-turut
96 hari, 65 hari dan 46 hari. Periode masa penagihan di tahun 2010 yang lebih cepat adalah sebagai
imbas positif dari membaiknya likuiditas dan dukungan bank serta lembaga pembiayaan, sehingga
pembayaran pelanggan semakin cepat. Di tahun 2011, manajemen Perseroan melakukan penyesuaian
atas term of payment (TOP) yang diberikan kepada para pelanggannya.

Periode Persediaan

Masa perputaran persediaan meningkat pada tahun 2011 menjadi 151 hari dari 130 hari pada tahun
2010 sebagai akibat dari antisipasi atas kenaikan permintaan dari pelanggan yang sudah berlangsung
sepanjang tahun 2010 dan berlanjut ke tahun 2011. Selain itu Perseroan juga berkomitmen untuk
memberikan garansi pengiriman yang tepat waktu dimana komitmen ini juga didukung oleh Prinsipal
dengan memberikan Term of Payment yang cukup panjang. Sementara itu, masa perputaran persediaan
pada tahun 2010 menurun menjadi 151 hari dari 196 hari pada tahun 2009 sebagai dampak positif
dalam kebijakan Perseroan dalam mengatur persediaan atas unit yang tersedia.

Imbalan ekuitas rata-rata

Imbalan ekuitas rata-rata untuk tahun 2009, 2010 dan 2011 adalah berturut-turut sebesar 20,51%,
14,79% dan 45,28%. Imbalan ekuitas rata-rata yang merupakan ukuran imbal hasil terhadap jumlah
investasi yang ditanamkan pemegang saham atas investasi ekuitas di Perseroan, yang mana masih
memiliki nilai yang tinggi dan mengalami peningkatan yang signifikan tiap tahunnya. Sebagai bahan
pembanding, hasil investasi dalam deposito satu tahun di perbankan Indonesia di kisaran 5,5% atau
dalam obligasi jangka panjang negara Indonesia.

36
Imbalan aset rata-rata

Imbalan aset rata-rata merupakan ukuran imbal hasil yang didapatkan atas seluruh aset yang tertanam
dalam satu tahun. Imbalan aset rata-rata untuk tahun 2009, 2010 dan 2011 adalah berturut-turut sebesar
4,85%, 3,98 % dan 9,44%.

F. Likuiditas dan Arus Permodalan

Tabel di bawah ini menyajikan arus kas konsolidasi Perseroan untuk periode sebagai berikut :

(dalam jutaan Rupiah)

Keterangan
2009 2010 2011
Arus Kas Bersih Diperoleh dari Aktivitas Operasi 35.532 155.407 119.100
Arus Kas Bersih (Digunakan untuk) Diperoleh dari
Aktivitas Investasi (3.686) 221 (50.217)
Arus Kas Bersih Digunakan untuk Aktivitas Pendanaan (27.999) (122.437) (25.336)
KENAIKAN BERSIH DALAM KAS DAN SETARA KAS 3.845 33.191 43.547
Peningkatan Dana yang dibatasi Penggunaannya
Awal Tahun - (10.713) (29.550)
KAS DAN SETARA KAS PADA AWAL TAHUN 10.590 14.435 36.914
KAS DAN SETARA KAS PADA AKHIR TAHUN 14.435 36.913 50.911

a. Kas neto yang diperoleh dari aktivitas operasi

Kas neto yang diperoleh dari aktivitas operasi diperoleh dari aktivitas operasional dan arus kas yang
masuk dan keluar dari perubahan aset dan kewajiban operasional. Kas neto yang digunakan untuk
aktivitas operasi untuk periode tahunan yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 sebesar
Rp119.100 juta, terdiri dari penerimaan dari pelanggan sebesar Rp1.284.520 juta, pembayaran kepada
pemasok, karyawan dan lainnya sebesar Rp981.562 juta, pengeluaran dari kegiatan operasional lainnya
sebesar Rp150.949, pembayaran untuk pajak penghasilan sebesar Rp31.023 juta, pembayaran bunga
sebesar Rp3.102 juta, dan penerimaan bunga sebesar Rp1.217 juta.

Kas neto yang diperoleh dari aktivitas operasi untuk periode tahunan yang berakhir pada tanggal
31 Desember 2010 sebesar Rp155.407 juta, terdiri dari penerimaan dari pelanggan sebesar Rp750.190
juta, pembayaran kepada pemasok, karyawan dan lainnya sebesar Rp551.409 juta, pengeluaran dari
kegiatan operasional lainnya sebesar Rp34.706 juta, pembayaran untuk pajak penghasilan sebesar
Rp12.532 juta, penerimaan restitusi pajak penghasilan sebesar Rp9.608, pembayaran bunga sebesar
Rp6.280 juta dan penerimaan bunga sebesar Rp536 juta.

Kas neto yang diperoleh dari aktivitas operasi untuk periode tahunan yang berakhir pada tanggal
31 Desember 2009 sebesar Rp35.532 juta, terdiri dari penerimaan dari pelanggan sebesar Rp481.822
juta, pembayaran kepada pemasok, karyawan dan lainnya sebesar Rp447.825 juta, penerimaan dari
kegiatan operasional lainnya sebesar Rp16.294, pembayaran untuk pajak penghasilan sebesar Rp5.538
juta, pembayaran bunga sebesar Rp9.433 juta dan penerimaan dari pendapatan bunga sebesar Rp212
juta.

b. Kas neto yang (digunakan untuk) diperoleh dari aktivitas investasi

Kas neto yang digunakan untuk aktivitas investasi diperoleh dari aktivitas investasi dan arus kas yang
masuk dan keluar dari perubahan objek investasi. Kas neto yang digunakan untuk aktivitas investasi
untuk periode tahunan yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 sebesar Rp50.217 juta, terdiri dari
perolehan aset tetap sebesar Rp24.381 juta, penerimaan dari penjualan aset tetap sebesar Rp1.126
juta, perolehan aset tak berwujud sebesar Rp2.630 juta, perolehan properti investasi sebesar Rp40.764
juta, uang muka pembelian tanah sebesar Rp3.600 juta dan penerimaan dari penjualan investasi dalam
saham sebesar Rp20.033 juta.

37
Kas neto yang diperoleh dari aktivitas investasi untuk periode tahunan yang berakhir pada tanggal
31 Desember 2010 sebesar Rp221 juta, terdiri dari pengeluaran untuk memperoleh aset tetap sebesar
Rp7.508 juta dan penerimaan dari penjualan aset tetap sebesar Rp7.729 juta.

Kas neto yang digunakan untuk aktivitas investasi untuk periode tahunan yang berakhir pada tanggal
31 Desember 2009 sebesar Rp3.686 juta, terdiri dari pengeluaran untuk memperoleh aset tetap
sebesar Rp8.626 juta, penerimaan dari penjualan aset tetap sebesar Rp3.270 juta dan penerimaan dari
penjualan investasi dalam saham sebesar Rp1.670 juta.

c. Kas neto yang digunakan untuk aktivitas pendanaan

Kas neto yang digunakan untuk aktivitas pendanaan untuk periode tahunan yang berakhir pada tanggal
31 Desember 2011 sebesar Rp25.336 juta, terdiri dari pembayaran pinjaman bank sebesar Rp7.836
juta dan pembagian kas dividen sebesar Rp17.500 juta.

Kas neto yang digunakan untuk aktivitas pendanaan untuk periode tahunan yang berakhir pada tanggal
31 Desember 2010 sebesar Rp122.437 juta, yang seluruhnya terdiri dari pembayaran pinjaman bank.

Kas neto yang digunakan dari aktivitas pendanaan untuk periode tahunan yang berakhir pada tanggal
31 Desember 2009 sebesar Rp27.999 juta, yang seluruhnya terdiri dari pembayaran pinjaman bank.

G. Belanja Modal

Tabel dibawah ini menunjukkan belanja modal Perseroan di masa lalu dan estimasi Perseroan untuk
periode berikutnya:

(dalam jutaan Rupiah)


Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember
Uraian
2009 2010 2011 2012
Tanah Bangunan 2.690 - 1.749 9.100
Kendaraan 2.886 - 13.529 5.765
Peralatan gudang 1.786 5.737 10.290 10.000
Peralatan kantor 3.066 2.236 1.407 2.000
Alat berat dan component exchange 579 1.811 4.112 2.000
Sarana dan prasarana 371 114 1.026 4.600
Total belanja modal - - 1.650 0
11.378 9.898 33.763 33.465
Belanja modal Perseroan pada tahun 2012 dalam tabel di atas mencerminkan estimasi Perseroan saat
ini. Perseroan akan meninjau kembali belanja modal Perseroan dari waktu ke waktu sesuai dengan
keadaan pada saat tersebut, termasuk dan tidak terbatas pada kebutuhan operasional dan kapasitas
pendanaan Perseroan, dan tidak ada kepastian bahwa belanja modal aktual Perseroan akan sesuai
dengan prediksi yang ditunjukkan pada tabel di atas.

Sumber dana yang digunakan untuk belanja modal untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal
31 Desember 2011, 2010, dan 2009 berasal dari arus kas yang berasal dari kegiatan operasional
Perseroan.

Pada saat Prospektus ini diterbitkan, Perseroan sudah memiliki barang modal berupa akta jual beli
tanah di Samarinda sebesar Rp7.200 juta dimana Perseroan telah membayar 50% dari jumlah tersebut.
Selanjutnya untuk pelunasan sebesar 50% direncanakan akan menggunakan dana yang berasal dari
Penawaran Umum Perdana Saham Perseroan. Perseroan berkeyakinan dengan melakukan pembelian
barang modal tersebut akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan kinerja Perseroan.

38
H. Perjanjian Off-Balance Sheet

Pada saat Prospektus ini diterbitkan, Perseroan tidak memiliki perjanjian ataupun liabilitas off-balance
sheet.

I. Perpajakan

a. Pajak dibayar di muka

Akun ini merupakan Pajak Pertambahan Nilai sejumlah Rp29.270 juta pada tanggal 31 Desember 2011.

b. Utang pajak

(dalam jutaan Rupiah)


Pada tanggal 31 Desember
Keterangan
2009 2010 2011
Pajak Pertambahan Nilai 1.582 1.443 -
Pajak Penghasilan :
Pasal 4 ayat 2 12 7 170
Pasal 21 315 738 684
Pasal 23 13 20 12
Pasal 25 - 6 1
Pasal 29 – 2011 - - 1.537
Pasal 29 – 2010 - 34 6
Pasal 29 – 2009 243 67 67
Jumlah 2.165 2.315 2.477

c. Pajak kini

Perhitungan beban pajak penghasilan (pajak final) untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember
2011 adalah sebagai berikut :

Pada tanggal 31 Desember


Keterangan
2009 2010 2011
Pendapatan yang dikenakan pajak final - - 5.186
Beban pajak penghasilan – tarif final - - 519

Pada bulan November 2008, Pemerintah menerbitkan PP No. 71/2008 yang mengatur pengenaan
pajak bersifat final atas penghasilan yang berasal dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan,
yang mana sebelum terbitnya peraturan ini, penghasilan tersebut sebelumnya dikenakan tarif pajak
penghasilan badan sesuai dengan Undang-undang No. 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah
dengan Undang-undang No. 17 Tahun 2000. Peraturan tersebut berlaku efektif mulai 1 Januari 2009.

Rekonsiliasi antara rugi sebelum beban pajak penghasilan sebagaimana yang disajikan dalam laporan
laba rugi komprehensif konsolidasian dengan taksiran penghasilan kena pajak untuk tahun yang
berakhir pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009 adalah sebagai berikut:

(dalam jutaan Rupiah)


Pada tanggal 31 Desember
Keterangan
2009 2010 2011
Laba sebelum beban pajak penghasilan menurut laporan laba rugi
komprehensif konsolidasian 29.197 32.533 111.657
Laba bersih entitas anak sebelum beban pajak penghasilan 2.713 (1.708) (3.202)
Eliminasi 1.910 505 -
Laba sebelum pajak penghasilan Perusahaan 28.394 31.330 108.455
Pendapatan dan beban yang dikenakan pajak final
Pendapatan Sewa
Beban pokok pendapatan sewa - - (5.186)
1.482
Sub-jumlah pendapatan dan beban yang dikenakan pajak final - - (3.704)

39
Pada tanggal 31 Desember
Keterangan
2009 2010 2011
Beda temporer
Beban imbalan kerja 3.448 3.038 4.313
Beban pencadangan penurunan nilai piutang - - 1.237
Beban pencadangan penurunan nilai persediaan - - 174
Sub-jumlah beda temporer 3.448 3.038 5.724
Beda tetap
Beban bonus dan insentif - 11.960 11.543
Beban pajak - 3.972 2.862
Beban pemeliharaan dan perbaikan kendaraan - 536 575
Beban depresiasi - - 244
Beban sumbangan 37 103 241
Beban representasi - 144 104
Beban penghapusan piutang - 132 -
Denda 21 18 -
Beban lainnya yang tidak diperkenankan - - 668
Penghasilan bunga yang telah dikenakan pajak final (212) (536) (1.207)
Bagian atas laba entitas anak (1.910) (505) -
Sub-jumlah beda tetap (2.064) 15.822 15.029
Jumlah koreksi fiskal 1.384 18.860 17.050
Taksiran laba fiskal Perusahaan 29.777 50.190 125.505
Kompensasi Kerugian 10.311 - -
Taksiran penghasilan kena pajak – Perusahaan 19.466 50.190 125.505
Taksiran penghasilan kena pajak Perusahaan – dibulatkan 19.466 50.190 125.505
Entitas anak 3.039 2.003 4.605
Beban pajak penghasilan- tahun berjalan
Perusahaan 5.451 12.547 31.376
Entitas anak 851 501 1.151
Beban pajak penghasilan menurut laporan laba rugi komprehensif
konsolidasian tahun berjalan 6.302 13.048 32.527
Dikurangi pajak pengahasilan dibayar di muka
Perusahaan
PPh 22 4.948 12.281 29.557
PPh 23 450 228 273
PPh 25 - 4 12
Sub jumlah 5.398 12.513 29.842
Entitas anak 661 1.179 1.148
Jumlah pajak dibayar di muka 6.059 13.692 30.990
Taksiran utang pajak penghasilan – pasal 29
Perusahaan 53 34 1.534
Entitas Anak 190 - 3
Jumlah 243 34 1.537
Taksiran tagihan restitusi pajak penghasilan –tahun berjalan
Perusahaan - - -
Entitas Anak - (679) -
Jumlah - (679) -

Perseroan

Menurut Undang-Undang Perpajakan di Indonesia, Perusahaan dan entitas anak menghitung,


menetapkan dan membayar sendiri besarnya jumlah pajak yang terutang. Kantor Pajak dapat
menetapkan atau mengubah liabilitas pajak tersebut dalam jangka waktu lima (5) tahun (untuk tahun
fiskal 2008), dalam jangka waktu sepuluh (10) tahun atau paling lambat tahun 2013 (untuk tahun fiskal
sebelum 2008) sejak tanggal terutangnya pajak. Koreksi liabilitas pajak Perusahaan dicatat pada saat
surat ketetapan pajak diterima, atau jika mengajukan keberatan, pada saat keputusan atas keberatan
Perusahaan tersebut telah ditetapkan.

40
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-00130.PPJ/WPJ.22/KP.0703/2010
tanggal 19 Oktober 2010 tentang pengembalian pembayaran pajak penghasilan Pasal 25/29 Badan
kepada Perusahaan sebesar Rp 9.607.921.483.

Entitas Anak

Pada tahun 2011 dan 2010, berkaitan dengan pemeriksaan pajak untuk tahun pajak 2008, entitas
anak telah menerima beberapa Surat Ketetapan Pajak (SKP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
(SKPKB) Pajak Penghasilan badan (“PPh badan”) No. 00032/207/08/027/10 tanggal 28 Juni 2010
menyatakan kurang bayar beserta denda pajak entitas anak adalah sebesar Rp 134.121.099. Entitas
anak telah membayar sejumlah Rp 5.000.000, yang disajikan sebagai beban pajak dalam laporan laba
rugi komprehensif konsolidasian tahun 2010. Entitas anak telah mengajukan keberatan atas SKPKB
PPh badan dan berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jendral Pajak No. KEP1049/WPJ.06/2011.
Pemerintah melalui Kepala Kantor Direktur Jendral pajak mengabulkan sebagian keberatan wajib pajak
dan mengurangkan jumlah pajak yang masih harus dibayar oleh Perusahaan menjadi Rp 131.611.845.
Pada November 2011, Perusahaan mengajukan keberatan atas Surat Keputusan Direktur Jendral
Pajak No. KEP -1049/WPJ.06/2011 dimana sampai laporan keuangan konsolidasi ini diterbitkan, belum
terdapat keputusan atas keberatan yang diajukan entitas anak.

Berdasarkan surat pemberitahuan pemeriksaan lapangan No.PEMB00051/WPJ.06/KP/0505/ RIK/


SIS/2011 tertanggal 8 September 2011, saat ini Perusahaan sedang diaudit oleh Kantor Pajak untuk
pajak penghasilan badan tahun pajak 2010 dan pajak lainnya untuk masa pajak Januari – Desember
2010. Sampai dengan tanggal laporan keuangan ini, Kantor Pajak belum menerbitkan hasil temuan
atas audit pajaknya.

d. Pajak tangguhan

Pajak tangguhan dihitung berdasarkan pengaruh dari perbedaan temporer antara jumlah tercatat aset
dan liabilitas pada laporan keuangan konsolidasian dengan dasar pengenaan pajak aset dan liabilitas.
Rincian dari aset dan liabilitas pajak tangguhan adalah sebagai berikut:

(dalam jutaan Rupiah)


Pada tanggal 31 Desember
Keterangan
2009 2010 2011
Aset Pajak Tangguhan:
Imbalan kerja karyawan 888 1.606 2.588
Penurunan nilai piutang usaha - - 309
Penurunan nilai persediaan - - 44
Aset Pajak Tangguhan 888 1.606 2.941

J. Manajemen Risiko

Untuk memitigasi risiko usaha yang dihadapinya, Perseroan melakukan hal-hal sebagai berikut:

- Perseroan senantiasa menjaga hubungan baik dengan para principal-nya dengan selalu melakukan
hubungan kerjasama yang dimulai sejak penentuan spesifikasi produk yang disesuaikan dengan
kondisi geografis Indonesia, persiapan peluncuran (launching), transfer knowledge, pelatihan,
pengukuran kinerja produk dan pemberian umpan balik atau usulan perbaikan;

- Selain fokus pada sektor pertambangan batubara, Perseroan juga berencana untuk meningkatkan
pangsa pasarnya di industri-industri lain, seperti infrastruktur, perkebunan, konstruksi dan lain
sebagainya;

- Perseroan akan terus berupaya untuk dengan cermat memenuhi kebutuhan spesifik pasar untuk
industri yang sudah berjalan maupun industri baru dengan menyediakan produk-produk unggulan;
- Perseroan akan terus berupaya untuk memperkuat layanan purna jual kepada pelanggan, dengan
penyediaan suku cadang yang cukup dan selalu siap kirim kapan saja diperlukan untuk memperkecil
break-down time;

41
- Perseroan memberikan pelatihan yang berkelanjutan kepada para mekanik Perseroan untuk
menciptakan mekanik yang berkualitas dan berpengalaman dan mempekerjakan mereka, baik di
kantor pusat, di kantor cabang maupun di lokasi para pelanggan Perseroan sehingga selalu siap
bila diperlukan;

- Perseroan selalu menjaga hubungan yang baik dengan para principal dan para pelanggan Perseroan
secara regular melalui pertemuan-pertemuan, seperti factory visit dan customer gathering;

- Dalam perolehan pendanaan Perseroan di masa yang akan datang, Perseroan akan selalu
memperhatikan syarat-syarat dalam perjanjian kredit yang ada untuk menghindari adanya
pelanggaran terhadap perjanjian;

- Perseroan menerapkan sejumlah kebijakan dalam pengelolaan risiko kredit, yaitu diantaranya
adalah dengan memberikan kredit kepada pelanggan-pelanggan yang memiliki reputasi yang baik,
menetapkan batasan-batasan dalam pemberian kredit dan terus memantau kolektibilitas penagihan
piutang secara periodik;

- Perseroan selalu berupaya untuk memberikan pelatihan dan paket kompensasi yang menarik bagi
para karyawan agar mereka dapat terus melanjutkan karirnya bersama dengan Perseroan;

- Untuk mencegah kerugian dari adanya risiko hilang atau rusaknya barang dagangan, Perseroan
selalu mengasuransikan, baik properti maupun barang dagangan yang dimiliki Perseroan dengan
jumlah yang memadai;

- Untuk memitigasi risiko kurs mata uang asing, Perseroan melakukan natural hedging dengan cara
melakukan pembelian dan penjualan barang dagangan dengan mata uang asing yang sama, yaitu
dolar Amerika Serikat untuk Perseroan dan Euro untuk Anak Perusahaan; dan

- Untuk mengantisipasi dan meminimalisasi risiko likuiditas, Perseroan dan Anak Perusahaan
senantiasa menjaga tingkat kas dan setara kas dalam jumlah yang memadai untuk membiayai
aktivitas operasionalnya. Perseroan dan Anak Perusahaan juga senantiasa memantau profil jatuh
tempo kewajiban jangka pendeknya yang disesuaikan dengan penerimaan kas dari pelanggan.
Selain itu, untuk mengatasi adanya fluktuasi arus kas secara temporer, Perseroan dan Anak
Perusahaan juga senantiasa menjaga ketersediaan fasilitas kredit perbankan jangka pendek.

- Berusaha dengan cermat memenuhi kebutuhan spesifik pasar untuk industri yang sudah berjalan
maupun industri baru dengan menyediakan produk-produk unggulan;

- Memperkuat layanan purna jual kepada pelanggan, dengan penyediaan suku cadang yang cukup
dan selalu siap kirim kapan saja diperlukan untuk memperkecil break-down time;

- Memberikan pelatihan yang berkelanjutan kepada para mekanik Perseroan untuk menciptakan
mekanik yang berkualitas dan berpengalaman dan mempekerjakan mereka, baik di kantor pusat,
di kantor cabang maupun di lokasi para pelanggan Perseroan sehingga selalu siap bila diperlukan;
dan

- Selalu menjaga hubungan yang baik dengan para principal dan para pelanggan Perseroan secara
regular melalui pertemuan-pertemuan, seperti factory visit dan customer gathering.

42
V. RISIKO USAHA

Investasi dalam Saham Perseroan mengandung risiko. Calon investor harus mempertimbangkan
dengan cermat faktor-faktor risiko berikut ini, serta informasi-informasi lainnya yang disebutkan di dalam
Penawaran ini, sebelum melakukan investasi dalam Saham Perseroan. Risiko-risiko yang dijelaskan
dibawah ini bukan satu-satunya risiko yang dapat mempengaruhi saham-saham Perseroan. Risiko-
risiko lain yang saat ini tidak Perseroan ketahui atau yang saat ini tidak dianggap penting juga dapat
mengganggu bisnis, arus kas, hasil usaha, kondisi keuangan atau prospek usaha Perseroan. Secara
umum, investasi dalam efek-efek dari perusahaan-perusahaan di negara-negara berkembang seperti
Indonesia mengandung risiko-risiko yang umumnya tidak terkait dengan investasi pada efek-efek di
perusahaan-perusahaan di negara dengan keadaaan ekonomi yang lebih maju. Apabila hal tersebut
terjadi, maka harga Saham Perseroan di pasar modal dapat turun dan para investor dapat menghadapi
potesi kerugian investasi.

Risiko Terkait Kegiatan Usaha dan Kegiatan Operasional Perseroan

1. Kegiatan usaha Perseroan terutama bergantung pada perjanjian – perjanjian distribusi alat
berat dan industrial antara Perseroan dan Anak Perusahaan dengan para principal-nya

Perseroan memiliki hak distribusi eksklusif dan memasarkan untuk wilayah Indonesia produk-produk
excavator, wheel loader, articulated dump truck dan forklift dengan merek Doosan dari Korea Selatan,
off-road heavy duty dump truck dengan merek Daewoo dari Korea Selatan, rigid dump truck dengan
merek NHL dari Cina dan electric lift-truck (forklift) dengan merek Jungheinrich dari Jerman dimana
distribusi untuk produk electric lift-truck dilakukan secara khusus oleh Anak Perusahaan Perseroan,
KOBE.

Perubahan terhadap syarat dan kondisi perjanjian tersebut atau pemutusan perjanjian tersebut dengan
para principal-nya dapat mengakibatkan turunnya kinerja Perseroan. Apabila terjadi pemutusan
perjanjian distribusi atau terjadinya perubahan kondisi dengan para principal-nya akan merugikan
Perseroan dan dapat berakibat langsung terhadap penjualan Perseroan.

2. Kegiatan usaha Perseroan terutama bergantung pada permintaan dan belanja modal
akan alat-alat berat oleh perusahaan-perusahaan yang mayoritas bergerak di bidang
pertambangan yang dipengaruhi langsung oleh tren harga komoditi seperti batubara serta
faktor-faktor lain yang bisa mempengaruhi pelanggan Perseroan

Mayoritas permintaan akan produk dan layanan Perseroan bergantung pada rencana belanja modal
perusahaan-perusahaan besar yang umumnya bergerak di bidang pertambangan, yang salah satunya
dipengaruhi oleh pergerakan harga komoditi seperti harga batubara. Belanja modal oleh perusahaan
pertambangan memberikan dampak yang signifikan terhadap kegiatan usaha Perseroan. Persepsi harga
batubara ataupun hasil pertambangan lainnya yang lebih rendah dalam jangka panjang yang dimiliki
oleh perusahaan pertambangan juga dapat mengurangi atau menunda belanja modal mereka dalam
jangka panjang. Harga hasil pertambangan yang berfluktuasi dipengaruhi oleh nilai dari penyediaan
dan permintaan akan hasil pertambangan itu sendiri, ketidakpastian pasar dan variasi dari faktor-faktor
lain yang berada di luar kendali Perseroan. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga batubara dan hasil
tambang lainnya antara lain adalah sebagai berikut:
- kondisi politik, militer dan ekonomi dunia;
- biaya produksi dan pengiriman batubara dan hasil tambang lainnya;
- tingkat permintaan batubara dan hasil tambang lainnya;
- peraturan atau kebijakan pemerintah, termasuk kebijakan pemerintah mengenai ekspor dan
impor, penggunaan energi, eksplorasi, produksi dan pengembangan cadangan batubara dan hasil
tambang lainnya;
- penurunan permintaan energi sebagai akibat pajak energi atau perubahan dalam pola pembelanjaan
pelanggan;
- pertumbuhan ekonomi dan kenaikan permintaan di Cina dan India;

43
- tingkat produksi minyak oleh negara-negara yang tidak tergabung dalam Organisasi Negara-Negara
Pengekspor Minyak (“OPEC”) dan kelebihan kapasitas produksi yang tersedia dalam OPEC;
- kondisi cuaca global dan bencana alam;
- akselerasi potensial pengembangan energi alternatif; dan
- peraturan lingkungan, termasuk pembatasan konsumsi bahan bakar fosil sehubungan dengan
perubahan iklim.

Secara historis, pasar batubara dan hasil tambang lainnya sangat rentan akan fluktuasi dan hal tersebut
diperkirakan akan terus terjadi di masa mendatang.

Permintaan atas produk dan layanan Perseroan mungkin dapat dipengaruhi secara negatif dan material
oleh kondisi dan persepsi para pelanggan Perseroan, yang dapat menyebabkan para pelanggan
mengurangi belanja modalnya dan pada akhirnya akan mengurangi permintaan atas produk dan
layanan yang disediakan Perseroan.

3. Industri yang dijalani oleh Perseroan termasuk dalam industri kompetitif dan hal tersebut
dapat berdampak negatif secara material terhadap Perseroan

Pesaing usaha Perseroan yang bergerak dalam bidang usaha yang sama dengan Perseroan, yaitu
perdagangan alat-alat berat sudah cukup banyak di Indonesia. Beberapa kompetitor Perseroan adalah
perusahaan-perusahaan besar seperti PT United Tractors Tbk. (“UNTR”), PT Hexindo Adiperkasa Tbk.
(“HEXA”) dan PT Intraco Penta Tbk. (“INTA”).

Dengan kompetitifnya persaingan antar perusahaan dan apabila Perseroan tidak dapat bersaing dengan
sukses dengan para kompetitornya, kegiatan usaha, kondisi keuangan atau hasil operasi Perseroan
mungkin dapat terpengaruh secara negatif dan material.

Perseroan merupakan salah satu distributor terbesar alat berat di Indonesia dengan pangsa pasar
sebesar 39,2% untuk produk excavator kelas 50 Ton, yaitu SOLAR500LC-V, yang merupakan pemimpin
pasar di kelasnya (sumber: ERG’s Asian Construction, Earthmoving and Mining Equipment Market 2011)
hingga dengan akhir tahun 2011 dan merupakan salah satu penjual terbesar untuk produk dump truck
kelas 50 Ton, yaitu NHL TR50, pada tahun 2011. Perseroan dapat bersaing terutama dalam efisiensi
bahan bakar dan produktivitas yang lebih tinggi serta layanan purna jual yang berkualitas yang diberikan
oleh Perseroan. Beberapa pesaing Perseroan diperkirakan dapat meningkatkan kualitas peralatan
dan layanan yang dipasarkan dengan harga yang kompetitif, serta memiliki karakteristik, desain dan
kinerja yang baik. Perseroan tidak dapat menjamin bahwa Perseroan memiliki sumber daya yang
cukup untuk melakukan investasi yang memadai dalam peralatan dan layanan Perseroan. Perseroan
juga tidak menjamin bahwa Perseroan dapat dengan sukses mempertahankan posisi yang kompetitif
terhadap para kompetitornya. Apabila Perseroan tidak berhasil dalam mengantisipasi dan menanggapi
perubahan pasar, termasuk untuk produk dan peralatan baru, Perseroan tidak akan mampu bersaing
dengan sukses di pasar.

Hal-hal tersebut di atas dapat berdampak pada pangsa pasar Perseroan yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi laba Perseroan.

4. Dalam memenuhi jadwal dan persyaratan pelaksanan transaksi, Perseroan dapat


dimungkinkan untuk dituntut dan mengganti kerugian karena gagal dalam pelaksanaannya

Perseroan memberikan jaminan atas produk-produk yang dijual sesuai dengan tanggal yang telah
ditentukan atau mencapai tingkat kinerja tertentu dan pengujian kinerja. Kegagalan untuk memenuhi
jadwal atau memenuhi persyaratan pelaksanaan tersebut dapat menimbulkan biaya tambahan, dan
jumlah biaya tambahan tersebut dapat melebihi marjin keuntungan yang diperkirakan untuk produk
tersebut. Biaya tambahan ini dapat meliputi tuntutan membayar sejumlah uang tertentu yang dibayarkan
berdasarkan ketentuan atas denda yang telah diatur dalam kontrak, yang dapat bersifat substansial dan
bertambah besar setiap harinya. Sebagai tambahan, biaya aktual Perseroan dapat melebihi proyeksi
Perseroan karena berbagai alasan, yang kebanyakan berada di luar kendali Perseroan. Masalah
pelaksanaan pada kontrak yang ada saat ini atau di masa mendatang dapat menyebabkan hasil
operasional aktual secara material berbeda dengan yang diantisipasi Perseroan dan dapat merusak
reputasi Perseroan pada industri terkait atau terhadap pelanggan.

44
5. Perseroan mungkin tidak berhasil mengimplementasikan strategi bisnisnya atau mencapai
tujuan-tujuannya

Keberhasilan Perseroan dalam menerapkan rencana strategi bisnis atau mencapai tujuan yang
dijelaskan dalam Prospektus ini, akan bergantung pada sejumlah faktor termasuk tetapi tidak terbatas
pada ketersediaan dan biaya modal, harga dan permintaan saat ini dan di masa yang akan datang,
pasar, biaya dan ketersediaan jasa, biaya dan ketersediaan peralatan, mesin, pasokan dan personel,
kesuksesan dalam mendapatkan persetujuan, izin atau lisensi yang diperlukan dan perubahan dalam
perkiraan biaya yang berhubungan dengan strategi Perseroan. Oleh karenanya, rencana dan tujuan
Perseroan dapat berubah dari apa yang dijelaskan dalam Prospektus ini. Ketidakberhasilan Perseroan
dalam mengimplementasikan strategi bisnisnya dapat berdampak negatif dan material terhadap kinerja
keuangan dan usaha Perseroan dimasa yang akan datang.

6. Kewajiban dan kemungkinan pelanggaran terhadap perjanjian kredit Perseroan dapat


berdampak negatif secara material terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, hasil
operasional dan prospek usaha Perseroan

Per tanggal 31 Desember 2011, total kewajiban konsolidasi Perseroan adalah sebesar Rp912.745 juta.
Tingkat solvabilitas Perseroan dapat menimbulkan konsekuensi sebagai berikut, diantaranya:

• Perseroan mungkin harus menggunakan sebagian besar dari arus kas Perseroan yang berasal
dari kegiatan operasional untuk pembayaran utang, dengan demikian mengurangi ketersediaan
arus kas untuk modal kerja, belanja modal dan kegiatan-kegiatan umum perusahaan lainnya;
• Pembatasan terkait utang Perseroan dapat membatasi kemampuan untuk mendapatkan
pembiayaan tambahan untuk modal kerja, belanja modal dan kegiatan-kegiatan umum perusahaan
lainnya;
• Pembatasan terkait utang Perseroan dapat membatasi fleksibilitas Perseroan dalam perencanaan
untuk atau dalam merespons perubahan dalam kegiatan usaha Perseroan;
• Perseroan mungkin lebih rentan dibandingkan dengan para pesaing terhadap dampak krisis
ekonomi dan perkembangan kegiatan usaha yang negatif;
• Perseroan mungkin berada pada posisi yang kurang kompetitif dibandingkan dengan para pesaing
yang solvabilitasnya lebih kecil; dan
• Kegiatan usaha Perseroan mungkin tidak menghasilkan kas dalam jumlah yang memadai yang
membuat Perseroan tidak mampu membayar utang atau mendanai kebutuhan likuiditas yang lain.

Terjadinya kejadian-kejadian ini dapat berdampak negatif secara material terhadap kegiatan usaha,
kondisi keuangan, hasil operasional dan prospek usaha Perseroan.
Selain itu, Perseroan mungkin mendapatkan utang tambahan di masa yang akan datang, yang
selanjutnya dapat memperburuk risiko sebagaimana yang dijelaskan di atas. Isi dalam perjanjian yang
mengatur tentang utang yang mungkin Perseroan dapatkan di kemudian hari dapat membatasi kegiatan
operasional Perseroan, termasuk kemampuan Perseroan untuk mengadakan utang, melakukan
investasi dan pembayaran tertentu dan membebankan atau mengelola aset. Sebagai tambahan,
batasan keuangan yang termuat dalam perjanjian terkait dengan utang Perseroan di kemudian hari
dapat menyebabkan terjadinya wanprestasi jika hasil operasi tidak sesuai dengan rencana Perseroan.
Kegagalan pembayaran setiap instrumen utang, jika tidak dipulihkan atau diselesaikan dapat memberikan
dampak negatif yang material terhadap Perseroan. Setiap utang baru yang diperoleh Perseroan di
masa yang akan datang memiliki akibat penting bagi para pemegang saham termasuk, tetapi tidak
terbatas pada, dampak-dampak yang dijelaskan di atas.

Salah satu dampak negatif dari hal-hal tersebut di atas adalah dilanggarnya beberapa ketentuan dalam
Perjanjian Kredit, termasuk yang berkaitan dengan kewajiban untuk mempertahankan rasio-rasio
keuangan tertentu dari Perseroan.

45
7. Arus kas Perseroan dapat dipengaruhi oleh kesulitan dalam penagihan pembayaran dari
pelanggan

Perseroan menyediakan kredit berjangka waktu kepada para pelanggan. Sebagai contoh, Perseroan
melakukan penagihan dalam basis bulanan dengan rata-rata jangka waktu berkisar antara 1 hingga
dengan 3 bulan, tergantung pada pelanggan dan prosedur penaksiran kredit internal Perseroan. Di
masa lalu, Perseroan mengalami keterlambatan pembayaran dari beberapa pelanggan dan tidak
ada jaminan bahwa Perseroan tidak akan mengalami kesulitan dalam penagihan pembayaran dari
pelanggan di masa yang akan datang. Kesulitan dalam penagihan piutang dagang tersebut dapat
berdampak merugikan bagi arus kas, posisi modal kerja dan kondisi keuangan Perseroan.

8. Nilai jaminan asuransi Perseroan mungkin tidak menutupi semua potensi kerugian yang
dapat timbul

Industri dimana Perseroan bergerak terkait erat dengan risiko signifikan yang dapat menimbulkan
kerusakan terhadap persediaan dan aset tetap Perseroan. Dengan adanya hal tersebut, Perseroan
mengasuransikan risiko operasional Perseroan dalam jumlah yang diperkirakan cukup namun memiliki
batasan dalam jaminannya. Oleh karenanya, polis asuransi Perseroan mungkin tidak mencakup
seluruh kerugian terkait dengan kegiatan usaha Perseroan dan Anak Perusahaan, dan terjadinya
kerugian, pertanggungjawaban atau kerusakan yang tidak tercakup oleh polis asuransi tersebut dapat
berpengaruh negatif secara material terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, hasil operasional dan
prospek usaha Perseroan dan Anak Perusahaan. Tidak ada jaminan bahwa asuransi yang digunakan
Perseroan akan terus tersedia, dengan premi yang dapat diterima secara ekonomis atau memadai untuk
menutupi tanggung jawab yang mungkin terjadi. Dalam beberapa peristiwa, jaminan asuransi tidak
tersedia atau dianggap terlalu mahal sehubungan dengan risiko yang diperkirakan. Apabila terdapat
suatu tanggung jawab yang timbul dimana Perseroan tidak mengasuransikan atau jaminan asuransi
yang ada tidak memadai untuk menutupi keseluruhan tanggung jawabnya atau jika perusahaan asuransi
gagal untuk membayar klaim tersebut, mereka dapat mengurangi atau menghapuskan profitabilitas
aktual atau prospektif Perseroan dan menyebabkan peningkatan biaya dan dapat berdampak negatif
secara material terhadap kegiatan usaha dan hasil operasi Perseroan.

9. Risiko hilang atau rusaknya barang dagangan yang dikirim dari principal kepada Perseroan

Perseroan membeli barang dagangan dari principal di luar negeri dan mengimpornya ke Indonesia
dengan menggunakan kapal laut dan kapal udara. Untuk menjamin kesinambungan pengadaan ini.
Perseroan melakukan pengendalian persediaan barang dagangan dan dapat dipasok oleh principal
dari gudang-gudang principal yang terdapat di beberapa negara. Untuk menjaga risiko hilang dan
tenggelamnya barang dalam perjalanan dari principal ke Perseroan, Perseroan melakukan asuransi atas
barang kirimannya. Kendatipun demikian, penggantian atas klaim asuransi oleh perusahaan asuransi
pada umumnya memerlukan waktu yang cukup lama, sehingga hal tersebut dapat menimbulkan dampak
negatif yang material terhadap kegiatan usaha dan kondisi keuangan Perseroan.

10. Kondisi keuangan dan hasil operasi Perseroan dapat dipengaruhi secara negatif dan material
yang disebabkan oleh kerugian akibat fluktuasi nilai mata uang Rupiah terhadap mata uang
asing, khususnya Dolar Amerika Serikat dan Euro

Perseroan dan Anak Perusahaan telah melakukan hedging secara alami dengan melakukan pembelian
dan penjualan barang dagangan dengan mata uang asing yang sama, yaitu Dolar Amerika Serikat
untuk Perseroan dan mata uang Euro untuk KOBE. Selain menerima pembayaran dalam mata uang
asing, Perseroan dan Anak Perusahaan juga menerima pembayaran dari para pelanggan atas barang
dagangan yang dijual dalam mata uang Rupiah dimana pembayaran tersebut pada saat itu juga
dikonversikan ke mata uang Dolar Amerika Serikat atau Euro dengan menggunakan kurs tengah BI pada
tanggal dana diterima. Kendatipun demikian, Perseroan dan Anak Perusahaan dapat mempertahankan
beberapa bagian dana yang diterima tersebut untuk tidak dikonversikan ke mata uang Dolar Amerika
Serikat atau Euro guna memenuhi beban operasional Perseroan dan Anak Perusahaan yang sebagian
besar dicatatkan dalam mata uang Rupiah. Kebijakan untuk menentukan berapa besar dana dalam mata

46
uang Rupiah yang dipertahankan oleh Perseroan dan Anak Perusahaan pada umumnya disesuaikan
dengan kondisi kebutuhan operasional Perseroan dan Anak Perusahaan dalam mata uang Rupiah
pada saat itu.

Dengan demikian, Perseroan dan Anak Perusahaan dapat terkena dampak negatif terhadap translasi
valuta asing akibat fluktuasi nilai mata uang Rupiah terhadap mata uang Dolar Amerika Serikat dan
Euro.

Dengan adanya dana dalam mata uang Rupiah yang dipertahankan oleh Perseroan dan Anak
Perusahaan untuk kebutuhan operasionalnya, apresiasi nilai mata uang Rupiah terhadap mata uang
Dolar Amerika Serikat dan Euro dapat memberikan dampak yang menguntungkan terhadap kondisi
keuangan Perseroan. Sebaliknya, depresiasi nilai mata uang Rupiah terhadap mata uang Dolar Amerika
Serikat dapat memberikan dampak yang merugikan terhadap kondisi keuangan Perseroan.

Kondisi keuangan dan hasil operasi Perseroan dapat dipengaruhi secara material oleh keuntungan dan
kerugian dari selisih kurs.

11. Terdapat kemungkinan Perseroan tidak dapat memperbaharui atau memperpanjang kontrak
pelayanan purna jual kepada para pelanggan, yang mungkin berdampak negatif terhadap
keuangan, operasional dan kegiatan usaha Perseroan

Beberapa perjanjian layanan purna jual Perseroan dengan para pelanggannya diperkirakan berakhir
pada akhir tahun 2012, bergantung pada pembaharuan atau perpanjangan atas kesepakatan bersama
dan syarat-syarat komersial yang akan mengatur pembaharuan atau perpanjangan tersebut. Tidak ada
jaminan bahwa perjanjian layanan purna jual ini akan diperbaharui atau diperpanjang, atau bahwa
syarat-syarat dari pembaharuan atau perpanjangan tersebut akan sama dengan perjanjian yang ada
pada saat ini. Apabila hal ini terjadi dan Perseroan tidak mampu untuk mengadakan perjanjian layanan
purna jual dengan para pelanggan baru atau melakukan hal tersebut dalam waktu yang tepat, hal
tersebut dapat berdampak negatif terhadap kegiatan usaha, prospek usaha, profitabilitas, kondisi
keuangan dan hasil operasional Perseroan.

Risiko Terkait Kondisi Indonesia

Seluruh kegiatan operasional Perseroan dan sebagian besar aset Perseroan berlokasi di Indonesia.
Sebagai akibatnya, kondisi politik, ekonomi dan sosial di masa depan Indonesia, serta tindakan dan
kebijakan Pemerintah yang diambil atau diadopsi, atau sebaliknya, dapat berdampak secara negatif
terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, hasil operasional dan prospek usaha Perseroan.

1. Perubahan-perubahan ekonomi regional atau global dapat berdampak secara material dan
merugikan ekonomi Indonesia dan kegiatan usaha Perseroan

Krisis ekonomi yang melanda Asia Tenggara, termasuk Indonesia, dari pertengahan 1997 ditandai
dengan timbulnya efek berupa antara lain, depresiasi mata uang, penurunan yang signifikan dalam
produk domestik bruto riil, suku bunga tinggi, kegelisahan sosial dan perkembangan politik yang luar
biasa. Krisis ekonomi mengakibatkan banyak perusahaan Indonesia gagal membayar utang-utang
mereka ketika jatuh tempo. Indonesia memasuki masa resesi dengan tingkat pertumbuhan rata-rata
yang rendah antara 2008 dan 2009. Berdasarkan World Economic Outlook International Monetary Fund
(IMF) April 2011, tingkat pertumbuhan PDB Indonesia adalah 6,1% di tahun 2010, 4,6% di tahun 2009
dan 6,0% di tahun 2008. Pemulihan perekonomian Indonesia masih berlanjut dari krisis ekonomi yang
terjadi pada tahun 2007, terbukti dari kenaikan laju pertumbuhan sebesar 6,1% di tahun 2010 dan 4,6%
di tahun 2009.

Keperluan pendanaan Pemerintah ke wilayah yang terkena tsunami Asia pada Desember 2004 dan
bencana-bencana lain, serta peningkatan harga minyak, meningkatkan defisit fiskal Pemerintah
Indonesia. Kesulitan-kesulitan ekonomi yang dihadapi oleh Indonesia selama krisis ekonomi Asia
yang bermula pada tahun 1997 berakibat pada, antara lain, volalitas yang signifikan pada suku bunga,
yang secara material berdampak merugikan pada kemampuan banyak perusahaan Indonesia dalam

47
menangani kewajiban utangnya. Sementara suku bunga bulanan sertifikat Bank Indonesia menurun
dari 70,8% di akhir Juli 1998 to menjadi 6,2% pada April 2010, kondisi ekonomi yang membaik akhir-
akhir ini mungkin tidak akan berlanjut atau kondisi ekonomi sebelumnya yang merugikan di Indonesia
dan negara Asia lain dapat terjadi kembali. Secara khusus, hilangnya kepercayaan investor terhadap
sistem keuangan timbul dan pasar-pasar lain, atau faktor-faktor lain, dapat menyebabkan peningkatan
volatilitas di pasar uang Indonesia dan menghambat atau merugikan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Lebih jauh, krisis ekonomi global yang dimulai pada akhir tahun 2007 mempengaruhi ekonomi global,
termasuk Indonesia dan Asia Tenggara, dan hal ini ditandai dengan, antara lain, kurangnya ketersediaan
kredit, penurunan penanaman modal asing langsung, kegagalan institusi keuangan global, jatuhnya
bursa saham global, perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan turunnya permintaan komoditas-
komoditas tertentu, termasuk batu bara. Lebih khusus, pertumbuhan ekonomi global yang melambat
dan jatuhnya permintaan batu bara dapat berdampak merugikan bagi kegiatan usaha Perseroan.

2. Ketidakstabilan politik di Indonesia dapat berdampak merugikan bagi ekonomi, yang pada
gilirannya dapat mempengaruhi kegiatan usaha, kondisi keuangan dan hasil-hasil operasi
Perseroan

Sejak jatuhnya rezim Presiden Soeharto pada tahun 1998, Indonesia mengalami perubahan-perubahan
politik dan, dari waktu ke waktu, ketidakstabilan, dan juga kegelisahan sosial dan masyarakat umumnya
pada beberapa kesempatan tahun-tahun belakangan ini.

Sebagai contoh, sejak tahun 2000, ribuan orang Indonesia turut serta dalam demonstrasi-demonstrasi
di Jakarta dan kota-kota di Indonesia baik untuk dan terhadap mantan Presiden Abdurrahman Wahid
dan Megawati dan Presiden Yudhoyono saat ini, serta dalam menanggapi isu-isu tertentu, termasuk
pengurangan subsidi, privatisasi aset-aset negara, tindakan-tindakan anti korupsi, desentralisasi dan
otonomi tingkat provinsi, kemungkinan kenaikan tagihan tarif listrik dan operasi militer yang dipimpin
Amerika Serikat di Afghanistan dan Irak. Meskipun demonstrasi-demonstrasi ini umumnya berlangsung
damai, beberapa di antaranya berubah menjadi kerusuhan. Secara khusus, pada beberapa kesempatan
sejak Juni 2001, Pemerintah telah mengamanatkan kenaikan harga-harga beberapa barang kebutuhan
pokok, seperti bahan bakar, yang memicu demonstrasi-demonstrasi dan pemogokan skala nasional.
Pada Mei 2008, Pemerintah mengurangi subsidi bahan bakar bagi masyarakat, yang memicu
demonstrasi masyarakat. Tidak ada jaminan bahwa sumber-sumber ketidakpuasan publik di kemudian
hari tidak akan memicu ketidakstabilan politik dan sosial selanjutnya.

Pergerakan-pergerakan kaum separatis dan bentrokan-bentrokan antara kelompok agama dan etnis
menimbulkan kegelisahan masyarakat di beberapa wilayah Indonesia. Di provinsi Aceh dan Papua
(sebelumnya bernama Irian Jaya), terjadi bentrokan antara pendukung pergerakan separatis dan militer
Indonesia. Di Papua, aktivitas yang terus menerus dari para pemberontak separatis telah memicu
insiden-insiden kekerasan. Di provinsi Maluku dan Kalimantan Tengah, gesekan antara kelompok
agama dan etnis menyebabkan kematian dan pengungsian beberapa tahun lalu. Pada tahun-tahun
belakangan ini, perundingan-perundingan Pemerintah dengan daerah-daerah yang bermasalah
ini hanya meraih sedikit keberhasilan, kecuali di provinsi Aceh, dimana sebuah kesepakatan antara
Pemerintah dan para separatis Aceh tercapai pada tahun 2005 dan pemilihan lokal yang berlangsung
damai dilakukan dengan calon-calon yang beberapanya merupakan mantan separatis.

Pada tahun 2004, untuk pertama kalinya Indonesia secara langsung memilih Presiden, Wakil Presiden
dan para perwakilan di parlemen Indonesia. Indonesia juga mulai melakukan pemilihan langsung
para pemimpin dan perwakilan rakyat di pemerintah daerah dan provinsi. Pada tahun 2009, pemilihan
dilangsungkan untuk memilih para perwakilan di parlemen Indonesia (termasuk perwakilan tingkat
nasional, provinsi dan kabupaten). Pemilihan presiden dan wakil presiden dilangsungkan pada Juli
2009 dan hasilnya adalah Presiden Yudhoyono terpilih kembali. Meskipun pemilihan anggota parlemen
dan presiden berlangsung lancar pada tahun 2004 dan tahun 2009, perkembangan politik dan sosial
terkait di Indonesia di masa lalu tidak dapat diprediksikan dan tidak ada jaminan bahwa gangguan-
gangguan sosial dan kemasyarakatan tidak akan terjadi di kemudian hari dan pada skala yang lebih
besar, atau bahwa suatu gangguan tidak akan, langsung atau tidak langsung, secara material dan
merugikan berdampak pada kegiatan usaha, kondisi keuangan, hasil-hasil operasi dan prospek-prospek
Perseroan.

48
3. Penurunan peringkat kredit Indonesia dapat merugikan pasar keuangan Indonesia dan
kemampuan Perseroan untuk mendanai kegiatan operasi dan pertumbuhannya

Pada tahun 1997, beberapa lembaga pemeringkatan kredit internasional, termasuk Moody’s, S&P
dan Fitch, menurunkan peringkat pemerintah Indonesia dan peringkat kredit dari berbagai instrumen
kredit Pemerintah, sejumlah besar bank Indonesia dan perusahaan-perusahaan lain. Per tanggal
30 Juni 2011, utang jangka panjang mata uang asing pemerintah Indonesia diberi peringkat “Bal” oleh
Moody’s, “BB+” oleh S&P dan “BB+” oleh Fitch, dan utang jangka pendek mata uang asing pemerintah
diberi peringkat “B” oleh S&P dan Fitch. Pemeringkatan ini menggambarkan penaksiran atas kapasitas
keuangan keseluruhan Pemerintah untuk membayar kewajibannya dan kemampuan atau kesediaannya
untuk mematuhi komitmen-komitmen keuangan pada saat mereka jatuh tempo.

Tidak ada jaminan yang dapat diberikan bahwa Moody’s, S&P, Fitch atau lembaga pemeringkatan kredit
internasional lain tidak akan menurunkan peringkat kredit Indonesia. Setiap penurunan peringkat dapat
berdampak merugikan bagi likuiditas di pasar-pasar keuangan Indonesia, bagi kemampuan Pemerintah
dan perusahaan-perusahaan Indonesia, termasuk Perseroan, untuk meningkatkan pembiayaan
tambahan dan tingkat suku bunga dan syarat-syarat komersial lain untuk ketersediaan pembiayaan
tambahan tersebut, yang pada gilirannya dapat berdampak merugikan secara material terhadap
kemampuan Perseroan untuk mendanai operasi dan pertumbuhan.

4. Pergerakan kaum buruh dan peraturan ketenagakerjaan dapat berdampak merugikan bagi
Perseroan, konsumen Perseroan dan perusahaan-perusahaan Indonesia umumnya, yang pada
gilirannya dapat mempengaruhi kegiatan usaha, kondisi keuangan dan hasil operasi Perseroan

Undang-undang dan peraturan-peraturan yang memfasilitasi pembentukan serikat pekerja, ditambah


dengan kondisi ekonomi yang lemah, telah mengakibatkan dan mungkin terus menimbulkan kegelisahan
dan aksi pekerja di Indonesia. Pada tahun 2000, Pemerintah mengeluarkan Undang-undang No. 21
tahun 2000, yaitu mengenai serikat pekerja yang memperbolehkan para karyawan untuk membentuk
serikat tanpa intervensi dari para pengusaha mereka. Pada tahun 2003, Pemerintah mengeluarkan
Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (“Undang-undang Ketenagakerjaan),
yang antara lain, meningkatkan jumlah pesangon wajib, pembayaran-pembayaran uang jasa dan
kompensasi yang dibayarkan bagi karyawan yang diberhentikan. Undang-undang Ketenagakerjaan
mewajibkan implementasi peraturan-peraturan yang secara substansial dapat mempengaruhi hubungan
ketenagakerjaan di Indonesia. Berdasarkan Undang-undang Ketenagakerjaan, para karyawan yang
secara sukarela mengundurkan diri berhak atas pembayaran atas cuti tahunan yang tidak diambil,
biaya relokasi (jika ada), pembayaran pesangon dan biaya-biaya lain, Undang-undang Ketenagakerjaan
mengharuskan adanya forum dua pihak (bipartite) yang terdiri dari karyawan dan pihak pengusaha, dan
partisipasi lebih dari setengah karyawan dalam merundingkan perjanjian kerja bersama. Undang-undang
tersebut juga merumuskan prosedur-prosedur yang lebih permisif untuk diadakannya pemogokan.
Meskipun beberapa serikat pekerja mengajukan keberatan atas latar belakang konstitusional dari
Undang-undang Ketenagakerjaan tersebut, Pengadilan Indonesia menyatakan hal itu sah, kecuali untuk
beberapa ketentuan, terkait dengan (i) hak dari pengusaha untuk memberhentikan karyawannya yang
melakukan kesalahan serius, (ii) pemenjaraan, pemberian denda uang terhadap, seorang karyawan
yang menghasut atau turut serta dalam sebuah pemogokan pekerja ilegal atau yang membujuk para
karyawan lain untuk turut serta dalam pemogokan pekerja, (iii) kemungkinan pengakhiran hubungan
kerja karena alasan penutupan perusahaan, tatapi bukan karena perusahaan tersebut mencatat
kerugian selama dua tahun berturut-turut, juga bukan karena keadaan force majeure, tetapi karena
efisiensi perusahaan dan (iv) persyaratan representasi setengah jumlah karyawan dalam suatu serikat
pekerja agar mampu melakukan negosiasi dengan pengusaha. Sebagai akibat, Perseroan tidak mampu
untuk bergantung pada ketentuan-ketentuan tertentu dari Undang-undang Ketenagakerjaan.

Unjuk rasa yang dilakukan buruh dan aktivis di Indonesia dapat mengganggu kegiatan operasional
Perseroan, antara lain jalur distibusi barang dari para pemasok ke Perseroan menjadi terhambat, dan
kegiatan operasional Perseroan menjadi kurang efektif dan efisien. Hal ini, para pemasok atau para
kontraktor Perseroan, dan dapat mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan Indonesia pada umumnya,
menurunkan harga di Bursa Efek Indonesia dan nilai Rupiah terhadap mata uang lain. Hal –hal ini dapat
memberikan dampak negatif secara material terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, hasil operasi
dan prospek usaha Perseroan.

49
Sebagai tambahan, tekanan yang berhubungan dengan inflasi atau perubahan dalam undang-undang
dan peraturan-peraturan yang berlaku dapat meningkatkan biaya ketenagakerjaan, yang dapat
berdampak secara negatif dan material terhadap hasil operasional konsolidasi dan kondisi keuangan
Perseroan.

5. Indonesia terletak di zona aktif geologis dan berisiko terhadap bencana geologis dan
bencana alam lainnya yang dapat menciptakan ketidakstabilan sosial dan ekonomi

Kepulauan Indonesia merupakan salah satu wilayah vulkanis teraktif di dunia. Mengingat Indonesia
berada di zona konvergensi tiga lempengan litosfer besar, aktivitas seismiknya signifikan, yang dapat
memacu gempa bumi yang gempa bumi, letusan gunung berapi dan tsunami yang destruktif. Pada
tanggal 26 Desember 2004, gempa bumi di bawah laut di pantai Sumatera menimbulkan tsunami yang
menghancurkan komunitas pesisir pantai di Indonesia, Thailand dan Sri Lanka. Di Indonesia, lebih dari
220.000 orang meninggal dunia atau dilaporkan hilang dan bencana tersebut menimbulkan kerugian
miliaran Dolar Amerika Serikat. Akibat lanjut dari tsunami pada bulan Desember 2004 juga menyebabkan
ribuan orang tidak memiliki tempat tinggal dan ratusan orang meninggal dunia. Ada beberapa gempa
bumi setelahnya, termasuk di Yogyakarta, dan berbagai kota di Sulawesi, Manokwari dan Padang,
beberapa menyebabkan banyak orang meninggal dunia dan kehilangan tempat tinggal. Selain peristiwa
geologis ini, hujan yang terus menerus turun mengakibatkan banjir di Jakarta, Sumatera dan Sulawesi,
menyebabkan banyak orang mengungsi dan ada yang meninggal dunia. Pada bulan Januari 2009,
hujan yang sangat deras mengakibatkan sebuah bendungan di luar Jakarta jebol, membanjiri rumah-
rumah di daerah pada penduduk dan membunuh sekitar 100 orang, dengan banyak orang dilaporkan
hilang.

Sementara kejadian ini tidak memiliki dampak yang signifikan pada pasar modal Indonesia, Pemerintah
telah mengeluarkan jumlah yang signifikan sebagai bantuan darurat dan usaha-usaha pemulihan.
Sebagian besar dari biaya ini ditanggung oleh pemerintah asing dan lembaga bantuan internasional.
Tidak ada jaminan bahwa bantuan tersebut akan terus berdatangan, atau bahwa bantuan tersebut
diberikan kepada yang dituju tepat pada waktunya. Jika Pemerintah tidak mampu untuk menyampaikan
bantuan asing kepada masyarakat yang terkena bencana dalam waktu yang tepat, hal ini dapat
menimbulkan kekacauan politik dan sosial. Selain itu, upaya-upaya pemulihan dan bantuan sepertinya
terus menggerogoti keuangan Pemerintah, dan dapat mengganggu kemampuannya untuk memenuhi
kewajiban-kewajibannya pada penanganan utang. Setiap kegagalan di pihak Pemerintah, atau deklarasi
oleh Pemerintah mengenai moratorium pembayaran utang pemerintah, dapat memicu wanprestasi para
banyak pinjaman sektor swasta, yang pada gilirannya berdampak secara negatif dan material terhadap
kegiatan usaha, kondisi keuangan, hasil operasional dan prospek usaha Perseroan.

Selain itu, tidak ada jaminan bahwa peristiwa geologis atau meteorologis tidak akan menimbulkan
kerugian besar bagi ekonomi Indonesia. Gempa bumi yang besar, gangguan geologis atau bencana
alam yang terkait dengan cuaca di kota-kota Indonesia yang pada penduduk dan pusat-pusat keuangan
dapat sangat mengganggu ekonomi Indonesia dan menurunkan kepercayaan investor, dengan demikian
berdampak negatif secara material terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, hasil operasional dan
prospek usaha Perseroan.

6. Aktivitas terorisme di Indonesia dapat menimbulkan destabilisasi, yang dapat berdampak


negatif terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan dan hasil operasi serta harga pasar
saham

Sejak tahun 2002, telah terjadi beberapa peristiwa pemboman yang menyebabkan kematian dan
korban luka-luka di Indonesia yang ditujukan ke Pemerintah, pemerintah asing dan publik serta
gedung-gedung komersial yang banyak dihuni orang asing. Kejadian seperti ini termasuk serangan
teroris di Bali pada Oktober 2002 dan Oktober 2005, dan yang terbaru, pada tanggal 17 Juli 2009, bom
meledak di Ritz Carlton dan JW Marriott Hotel di Jakarta, menewaskan tujuh orang dan lebih dari 50
orang luka-luka. Sementara pihak berwewenang Indonesia masih menyelidiki kejadian-kejadian ini,
mereka menduga bahwa kelompok militan Islam tertentu bertanggung jawab atas serangan-serangan
ini. Pejabat pemerintahan Indonesia, Australia dan Amerika Serikat juga menduga bahwa pemboman-
pemboman ini mungkin terkait dengan organisasi teroris internasional. Demonstrasi-demonstrasi juga

50
berlangsung di Indonesia dalam menanggapi rencana untuk dan keberanjuran aksi militer Amerika
serikat, Inggris dan Australia di Irak. Tidak ada jaminan bahwa tindakan-tindakan teroris tidak akan
terjadi di kemudian hari. Tindakan teroris dapat menciptakan destabilisasi Indonesia dan menambah
jumlah bagian-bagian internal dalam Pemerintah untuk mengevaluasi respons-respons terhadap
ketidakstabilan dan kegelisahan tersebut. Tindakan-tindakan kekerasan yang timbul dari, dan mengarah
kepada ketidakstabilan dan kegelisahan yang telah terjadi telah, dan mungkin akan terus, menimbulkan
dampak merugikan secara material dalam investasi dan kepercayaan dalam, dan pelaksanaan dari,
ekonomi Indonesia, yang dapat berdampak merugikan secara material bagi kegiatan usaha, kondisi
keuangan, hasil-hasil operasi, prospek-prospek Perseroan dan harga pasar Saham.

7. Penyebaran wabah penyakit dapat merugikan ekonomi Indonesia dan Perseroan

Penularan penyakit menular di Asia, termasuk Indonesia, atau dimanapun, atau ketakutan akan
penularan, bersamaan dengan larangan perjalanan atau karantina dapat berdampak negatif secara
material terhadap aktivitas ekonomi dan kegiatan usaha di Indonesia dan pada akhirnya berdampak
merugikan bagi pendapatan Perseroan.

Pada tahun 2003, beberapa negara di Asia mengalami penularan Sindrom Pernafasan Akut Berbahaya
(“SARS”), sejenis pneumonia yang sangat menular, yang sangat mengganggu aktivitas ekonomi
di wilayah-wilayah yang terinfeksi. Pada beberapa tahun belakangan, sebagian besar wilayah Asia
mengalami penularan flu burung yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sebagai tambahan, WHO
pada bulan Juni 2006 mengumumkan bahwa penularan flu burung dari manusia ke manusia ditemukan
di Sumatera. Sejak tanggal 3 Juni 2011 WHO mencatat 146 korban meninggal dari 178 jumlah kasus di
Indonesia yang dilaporkan kepada WHO, yang hanya menghitung kasus flu burung yang terdeteksi di
laboratorium. Menurut Kementerian Kesehatan Indonesia,sejak tahun 2005 sampai dengan Juni 2010,
terdapat 137 korban meninggal dan 166 kasus flu burung di Indonesia.

Pada bulan April 2009, terjadi penularan global virus Influenza A (H1N1) termasuk adanya laporan dari
Hong Kong, Jepang, Indonesia, Malaysia, Singapura dan di tempat lain di Asia. Ada beberapa korban
meninggal yang disebabkan oleh H1N1 di Indonesia. Virus Influenza A (H1N1) diyakini sangat menular
dan tidak mudah untuk dideteksi.

Penularan SARS, flu burung, Influenza A (H1N1) atau penyakit menular lain atau langkah-langkah yang
diambil oleh pemerintah di negara-negara yang terjangkit, termasuk Indonesia, terhadap kemungkinan
penularan atau penularan yang ada, dapat sangat mengganggu operasi Perseroan atau operasi
dari para distributor, pemasok dan konsumen Perseroan, yang dapat berdampak secara negatif dan
material terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, hasil operasi dan prospek usaha Perseroan.
Persepsi bahwa penularan suatu penyakit menular dapat terjadi, dapat juga berdampak merugikan
kondisi ekonomi negara-negara di Asia, termasuk Indonesia, dan pada gilirannya berdampak secara
negatif dan material terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, hasil operasional dan prospek usaha
Perseroan.

Risiko Terkait Investasi Pada Saham Perseroan

1. Kondisi pasar dan ekonomi dapat mempengaruhi harga pasar dan permintaan atas saham
Perseroan, yang bisa berfluktuasi tinggi

Pergerakan-pergerakan di pasar efek domestik dan internasional, kondisi-kondisi ekonomi, kurs valuta
asing dapat mempengaruhi harga pasar dan permintaan akan Saham Perseroan. Saham dan dividen
Perseroan, jika ada, akan ditentukan dan dinyatakan dalam Rupiah. Fluktuasi-fluktuasi dalam nilai tukar
Rupiah dengan mata uang lain akan mempengaruhi, antara lain, nilai mata uang asing dari hasil yang
diterima oleh pemegang saham dalam penjualan Saham Perseroan dan nilai mata uang asing dari
distribusi dividen.

51
Tidak ada pasar publik untuk saham Perseroan sebelum Penawaran Umum. Perseroan telah
mendapatkan izin pendaftaran terlebih pendahuluan dari Bursa Efek Indonesia untuk didaftarkan dan
ditentukan harganya di Bursa Efek Indonesia. Pendaftaran dan Penentuan harga tidak, bagaimanapun
juga, menjamin bahwa pemasaran perdagangan Saham Perseroan akan berkembang atau, jika pasar
tidak berkembang, likuiditas dari pasar untuk Saham Perseroan.

Harga Penawaran untuk Saham Perseroan ditentukan melalui negosiasi antara Perseroan dan
Penjamin Pelaksana Emisi Efek dan mungkin bukan merupakan indikasi harga yang akan berlaku di
pasar. Anda mungkin tidak dapat sama sekali untuk menjual kembali Saham anda pada harga yang
menarik bagi calon investor. Harga dari Saham Perseroan setelah Penawaran Umum mungkin sangat
fluktuatif, tergantung pada banyak faktor, termasuk:
• prospek usaha dan operasional Perseroan dan industri pertambangan batu bara pada umumnya;
• perbedaan antara keuangan aktual dan hasil operasional Perseroan dengan yang diharapkan oleh
para investor dan analis termasuk proyeksinya;
• perubahan dalam rekomendasi analis dalam persepsi atas Perseroan atau Indonesia;
• perubahan dalam kondisi ekonomi, politik atau pasar umumnya di Indonesia;
• penjualan kemudian oleh Pemegang Saham Pengendali Perseroan di masa yang akan datang;
• hasil dari proses hukum yang sedang berjalan atau yang mungkin akan timbul;
• perubahan harga efek ekuitas asing (khususnya Asia) dan perusahaan dari negara berkembang;
dan
• fluktuasi yang besar terhadap harga bursa saham.

Saham Perseroan mungkin diperdagangkan pada harga yang signifikan di bahwa Harga Penawaran.
Volatilitas harga Saham Perseroan mungkin disebabkan oleh faktor-faktor di luar kendali Perseroan,
atau tidak berhubungan atau tidak sebanding dengan hasil operasional Perseroan. Sangatlah sulit
untuk menilai kinerja Perseroan terhadap standar domestik maupun internasional. Meskipun saat ini
Saham Perseroan akan tetap terdaftar BEI, tidak ada jaminan bahwa Saham Perseroan akan terus
terdaftar di bursa efek.

2. Perseroan menjalankan kegiatan usahanya di dalam suatu sistem hukum dimana penerapan
hukum dan peraturan perundang-undangannya kurang memiliki kepastian, dan melalui
pembelian saham Perseroan, para pemegang saham Perseroan mungkin berhadapan dengan
sistem hukum tersebut sehingga mungkin menemukan adanya kesulitan atau kemustahilan
untuk mengajukan klaim terkait dengan saham

Mengingat Indonesia merupakan pasar berkembang, rezim hukum dan peraturannya mungkin kurang
pasti dibandingkan dengan pasar yang lebih maju dan bisa dipengaruhi oleh perubahan-perubahan
yang tak terduga. Kadang-kadang, penafsiran atau penerapan hukum dan peraturan bisa tidak jelas dan
isi dari hukum dan peraturan yang berlaku mungkin tidak dengan segera tersedia bagi publik. Dalam
keadaan-keadaan seperti ini, konsultasi dengan pihak berwewenang di Indonesia diperlukan untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih baik atau klarifikasi atas hukum dan peraturan yang berlaku.

Sistem hukum Indonesia adalah sistem hukum kontinental berdasarkan undang-undang tertulis,
dimana putusan pengadilan dan tata usaha negara bukan merupakan rujukan yang mengikat dan
tidak dipublikasikan secara sistematis. Hukum dagang dan hukum perdata Indonesia serta peraturan-
peraturan proses peradilan secara historis berdasarkan pada hukum Belanda yang berlaku sebelum
kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, dan beberapa dari hukum ini belum direvisi untuk
menggambarkan kompleksitas transaksi dan instrumen keuangan modern. Pengadilan Indonesia
seringkali tidak familiar dengan transaksi dagang atau keuangan yang canggih, menimbulkan praktik
ketidakpastian dalam penafsiran dan penerapan prinsip hukum Indonesia. Penerapan dari kebanyakan
hukum Indonesia sebagian besar bergantung pada kriteria subjektif seperti itikad baik dari para pihak
terhadap transaksi dan prinsip-prinsip kebijakan publik, pengaruh praktis dari hal itu, ketiadaan sistem
rujukan yang mengikat, sulit atau tidak mungkin diprediksi.

Hakim Indonesia menjalankan tugasnya dalam sistem hukum sebagai penyidik dan memiliki
kewenangan pencarian fakta yang sangat luas dan tingkat keleluasaan yang tinggi berhubungan
dengan cara penggunaan kewenangan tersebut. Sebagai akibatnya, administrasi dan pelaksanaan

52
hukum dan peraturan oleh pengadilan Indonesia dan lembaga pemerintahan Indonesia bergantung
pada kebijaksanaan, ketidakpastian dan ketidakkonsistenan yang besar. Selanjutnya, korupsi dalam
sistem peradilan di Indonesia telah dilaporkan secara luas di sumber yang dapat diakses oleh publik.

Prinsip hukum Indonesia terkait dengan pemegang saham, atau penerapan praktisnya oleh pengadilan
Indonesia, berbeda dengan yang berlaku di Amerika Serikat atau Eropa. Ketiadaan sistem rujukan yang
mengikat, hak-hak dari pemegang saham berdasarkan hukum Indonesia tidak sejelas sebagaimana di
kebanyakan yurisdiksi Amerika Serikat dan Eropa. Sebagai tambahan, berdasarkan hukum Indonesia,
perusahaan-perusahaan memiliki hak dan membela diri dari gugatan-gugatan yang diajukan oleh para
pemegang saham bahwa perusahaan-perusahaan ini tidak berada dalam yurisdiksi seperti Amerika
serikat atau negara-negara Eropa.

3. Peraturan yang mengatur pasar efek Indonesia berbeda dengan yang berlaku di pasar lain,
yang mungkin menyebabkan fluktuasi harga pasar Saham Perseroan lebih tinggi

Pasar efek Indonesia kurang likuid dan relatif lebih rentan dibandingkan pasar efek di negara-negara
lain. BEI, dimana saham Perseroan akan dicatatkan, pernah mengalami fluktuasi yang cukup signifikan
dalam harga efek yang dicatatkan. BEI telah mengalami beberapa masalah yang, terus terjadi atau
berulang, dapat mempengaruhi harga pasar dan likuiditas efek perusahaan-perusahaan Indonesia,
termasuk saham Perseroan. Masalah ini termasuk penutupan bursa, kelalaian dan pemogokan broker,
keterlambatan penyelesaian, dan pemboman gedung BEI. Selain itu, badan pengatur bursa efek
Indonesia dari waktu ke waktu telah menjatuhkan larangan-larangan perdagangan beberapa efek,
pembatasan pergerakan harga dan persyaratan marjin. Tingkat regulasi dan pengawasan pasar efek
Indonesia dan aktivitas para investor, broker dan para partisipan pasar lain tidak sama sebagaimana
di negara-negara lain. Selain itu, kemampuan untuk menjual dan menyelesaikan perdagangan di BEI
sering mengalami penundaan. Dengan adanya hal-hal di atas, tidak ada jaminan bahwa pemegang
saham Perseroan akan mampu untuk menjual sahamnya pada harga atau waktu yang sesuai untuk
pemegang saham tersebut di para yang lebih likuid atau yang lebih stabil. Faktor-faktor ini dapat
berpengaruh merugikan terhadap harga jual saham Perseroan.

4. Putusan dari pengadilan asing tidak dapat mudah dipaksakan terhadap perusahaan di
Indonesia

Perseroan merupakan sebuah perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia.
Kebanyakan dari para komisaris, direktur dan pejabat eksekutif Perseroan bertempat tinggal di
Indonesia, seluruh aset Perusahaan dan kebanyakan aset dari orang-orang tersebut berlokasi di
Indonesia. Oleh karenanya, mungkin akan sulit atau mustahil bagi para pembeli saham Perseroan untuk
melakukan panggilan pengadilan di luar Indonesia terhadap perusahaan atau melaksanakan keputusan
dari sebuah pengadilan asing terhadap perusahaan atau orang-orang tersebut di luar Indonesia.
Untuk mendapatkan sebuah putusan pengadilan Indonesia berkenaan dengan sebuah tuntutan, pihak
yang menang dalam sebuah proses hukum asing harus memulai sebuah tuntutan baru di pengadilan
Indonesia dan berargumentasi ulang mengenai masalah dalam kasusnya. Pengajuan kembali perkara
berdasarkan suatu gugatan baru (de novo) harus dilakukan di hadapan pengadilan Indonesia. Putusan
asing dapat, bagaimanapun juga, diajukan di persidangan sebagai bukti yang mendukung atas masalah
yang diatur oleh hukum terkait dari negara asing tersebut dan dapat memberikan pertimbangan
pembuktian jika pengadilan Indonesia atas kebijakannya sendiri menganggap hal itu sesuai dengan
keadaan-keadaan yang ada.

Tuntutan dan ganti rugi yang berlaku berdasarkan hukum Indonesia mungkin tidak seluas di yurisdiksi
lain. Tidak ada jaminan yang dapat diberikan bahwa pengadilan-pengadilan Indonesia akan melindungi
kepentingan para pembeli Saham Perseroan dengan cara yang sama atau sampai sedemikian rupa
seperti pengadilan-pengadilan di negara-negara yang lebih maju.

Sistem hukum Indonesia menganut sistem hukum kontinental yang didasarkan pada undang-undang
tertulis, dimana putusan pengadilan dan tata usaha negara bukan merupakan rujukan yang mengikat
dan tidak dipublikasikan secara sistematis. Penerapan hukum Indonesia bergantung pada kriteria
subjektif yang luas seperti itikad baik dan kebijakan publik. Hakim Indonesia menjalankan tugasnya

53
dalam sistem hukum sebagai penyidik dan memiliki kewenangan pencarian fakta yang sangat luas
dan tingkat kebijakan yang tinggi dalam pelaksanaan kewenangan tersebut. Administrasi hukum
dan peraturan perundang-undangan oleh pengadilan-pengadilan Indonesia dan lembaga-lembaga
Pemerintah memiliki kebijakan dan ketidakpastian yang tinggi. Oleh karena baru sedikit sengketa
yang terkait dengan masalah niaga dan transaksi serta instrumen keuangan modern yang diajukan
ke pengadilan Indonesia, pengadilan ini tidak memiliki keahlian dan pengalaman dalam menangani
masalah ini, yang berakibat pada ketidakpastian dalam penafsiran dan penerapan prinsip hukum
Indonesia. Tidak ada kepastian pula jangka waktu suatu proses hukum berlangsung di pengadilan
Indonesia sampai mendapatkan hasil putusan dan keputusan yang dihasilkan dari proses tersebut
mungkin lebih tidak pasti dibandingkan dengan proses yang sama di yurisdiksi lain. Oleh karenanya,
tidaklah mungkin bagi para pembeli Saham Perseroan untuk mendapatkan pelaksanaan hak hukum
mereka dengan cepat dan adil.

5. Keputusan Pengadilan Asing tidak dapat diterapkan terhadap Perseroan di Indonesia

Perseroan adalah suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia. Semua
komisaris, direksi dan pejabat eksekutif berlokasi di Indonesia. Seluruh aset Perseroan dan sebagian
besar aset orang-orang tersebut berada di Indonesia. Hal tersebut menyebabkan pembeli saham
Perseroan tidak akan dapat melakukan pemanggilan untuk proses hukum dan memperoleh penegakan
hukum di luar Indonesia terhadap Perseroan atau untuk orang-orang tersebut. Selain itu, keputusan
yang diperoleh di pengadilan non-Indonesia tidak dapat diterapkan di pengadilan Indonesia. Akibatnya,
pemegang saham mungkin diharuskan untuk melakukan klaim terhadap Perseroan di Indonesia
dengan menggunakan hukum Indonesia. Pemeriksaan ulang masalah dari awal (de novo) perlu
dilaksanakan di hadapan pengadilan Indonesia untuk dapat melaksanakan putusan pengadilan asing
di Indonesia. Klaim dan upaya pelaksanaan hukum yang tersedia di bawah hukum Indonesia mungkin
tidak seluas seperti yang tersedia di yurisdiksi lain. Tidak ada jaminan bahwa Pengaditan Indonesia
dapat memberikan perlindungan hukum atas kepentingan pembeli dengan cara atau tingkatan yang
sarna dibandingkan dengan pengadilan di negara-negara lebih maju di luar Indonesia. Sistem hukum
Indonesia adalah sistem hukum sipil yang berdasarkan undang-undang tertulis, di mana keputusan
hakim dan keputusan badan-badan administrasi tidak merupakan preseden yang mengikat dan tidak
diterbitkan secara sistematis. Selain itu dikarenakan perselisihan yang berkaitan dengan permasalahan
komersial dan transaksi keuangan dan instrumen keuangan modern di Indonesia relatif sedikit, maka
pengadilan tersebut mungkin tidak memiliki keahlian dan pengalaman dalam hal tersebut. Hal tersebut
menyebabkan ketidakpastian dalam penafsiran dan penerapan prinsip-prinsip hukum Indonesia dalam
praktiknya. Tidak ada kepastian untuk berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk proses di pengadilan
Indonesia sampai keluarnya putusan, dan hasil dari proses pengadilan Indonesia mungkin lebih tidak
pasti daripada hasil dari proses serupa di yurisdiksi lain. Oleh karena itu, ada kemungkinan pemegang
saham Perseroan tidak bisa memperoleh penegakan hukum yang cepat dan adil daripada hak-hak
hukum mereka.

6. Para pemegang saham dari luar negeri mungkin tidak dapat ikut serta dalam penawaran
saham Perseroan di kemudian hari atau penerbitan ekuitas lain yang mungkin dilakukan
Perseroan

Jika Perseroan menawarkan atau akan menawarkan kepada para pemegang saham Perseroan untuk
membeli Saham tambahan atau hak lain dalam bentuk apapun, Perseroan akan memiliki kebijakan
terhadap prosedur yang diikuti dalam penyediaan hak tersebut kepada para pemegang saham
Perseroan atau dalam penjualan hak tersebut demi kepentingan para pemegang saham Perseroan
dan mengupayakan agar hasil bersih didapatkan oleh para pemegang saham tersebut. Sepanjang
diperbolehkan menurut hukum Indonesia, Perseroan dapat memilih untuk tidak menawarkan hak
tersebut kepada para pemegang saham Perseroan yang beralamat di dalam yurisdiksi dimana
penawaran tersebut mewajibkan pendaftaran atau sebaliknya dilarang, atau Perseroan dapat memilih
untuk tidak mengizinkan pemegang saham tersebut untuk melaksanakan hak mereka dalam hal ini.

54
7. Hukum Indonesia mungkin dipraktikkan secara berbeda dibandingkan hukum pada
yurisdiksi lain terkait dengan penyelenggaraan, dan hak pemegang saham untuk menghadiri
dan memberikan suara pada RUPS

Perseroan tunduk pada hukum Indonesia dan persyaratan-persyaratan pendaftaran berkelanjutan BEI.
Secara khusus, pengaturan dan pelaksanaan RUPS Perseroan akan terus diatur sesuai dengan hukum
Indonesia. Prosedur dan periode pemberitahuan berkaitan dengan penyelenggaraan RUPS Perseroan,
serta kemampuan dari para pemegang saham untuk menghadiri dan memberikan suara di rapat umum
tersebut, mungkin berbeda dengan yang berlaku di yurisdiksi lain di luar Indonesia. Sebagai contoh,
para pemegang saham Perseroan yang berhak untuk menghadiri dan memberikan suara pada RUPS
Perseroan adalah, menurut hukum Indonesia, para pemegang saham yang tercantum dalam daftar
pemegang saham Perseroan pada hari pasar tepat sebelum hari dimana pemberitahuan rapat umum
dikeluarkan (“Tanggal Pendaftaran”), dengan mengabaikan apakah para pemegang saham tersebut
telah menjual saham mereka setelah Tanggal pendaftaran. Selain itu, para investor yang mungkin telah
mengambil alih saham mereka setelah Tanggal pendaftaran (dan sebelum hari penyelenggaraan rapat
umum) tidak berhak untuk menghadiri dan mengambil suara pada RUPS tersebut. Oleh karenanya,
para calon investor harus memahami bahwa mereka akan tunduk pada prosedur-prosedur dan hak-hak
berkenaan dengan RUPS Perseroan yang mungkin berbeda dengan yang mereka jumpai di yurisdiksi
lain.

8. Para pembeli mungkin memiliki keterbatasan hak sebagai pemegang saham minoritas

Kewajiban berdasarkan hukum Indonesia bagi para pemegang saham mayoritas, dewan komisaris dan
direksi berkenaan dengan pemegang saham minoritas mungkin lebih terbatas dibandingkan dengan
negara-negara lain. Akibatnya, para pemegang saham minoritas mungkin tidak mampu melindungi
kepentingan mereka sebagaimana halnya di negara-negara lain. Prinsip undang-undang Perseroan
terkait dengan masalah seperti validitas prosedur perusahaan, kewajiban fidusia dari manajemen, dewan
komisaris, direksi dan para pemegang saham pengendali Perseroan, dan hak-hak para pemegang
saham minoritas Perseroan diatur oleh undang-undang perseroan Indonesia, peraturan-peraturan
Bapepam dan LK dan anggaran dasar Perseroan. Prinsip hukum tersebut berbeda dengan prinsip yang
berlaku jika Perseroan mendirikan perusahaan di sebuah yurisdiksi selain di Indonesia. Secara khusus,
konsep-konsep terkait dengan kewajiban-kewajiban fidusia dari manajemen belum teruji di pengadilan
Indonesia. Gugatan derivatif yang diajukan sehubungan dengan aktivitas para direktur dan komisaris
hampir tidak pernah diajukan atas nama perusahaan atau diuji di pengadilan-pengadilan Indonesia,
dan hak-hak para pemegang saham minoritas hanya ditetapkan sejak tahun 1995 dan belum terbukti
dalam praktiknya. Meskipun jika tindakan tersebut dapat dilakukan berdasarkan hukum Indonesia,
tidak adanya rujukan yudisial dapat menyebabkan penuntutan proses hukum perdata tersebut akan
lebih sulit. Oleh karenanya, tidak ada jaminan bahwa hak atau sarana hukum para pemegang saham
minoritas akan sama, atau sama ekstensifnya, dengan yang berlaku di yurisdiksi lain atau cukup kuat
untuk melindungi kepentingan-kepentingan para pemegang saham minoritas.

9. Pemegang saham pengendali Perseroan, yang dapat memiliki kepentingan yang berbeda
dengan calon investor atas kegiatan usaha Perseroan, mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap Perseroan

Setelah Penawaran Umum, pemegang saham pengendali Perseroan, PT Kobexindo Investama,


akan terus memegang kendali sekitar 69,28% dari saham yang beredar setelah Penawaran Umum.
Akibatnya, pemegang saham pengendali Perseroan akan terus memiliki kewenangan untuk:
• memegang pengaruh yang signifikan atas kebijakan dan urusan kegiatan usaha Perseroan;
• memilih mayoritas Direksi Perseroan; dan
• menentukan hasil dari suatu tindakan yang memerlukan persetujuan para pemegang saham (selain
persetujuan terkait dengan transaksi-transaksi pihak terkait dimana Pemegang Saham pengendali
Perseroan diharuskan untuk abstain berdasarkan peraturan-peraturan Bapepam dan LK serta
BEI), termasuk penentuan waktu dan pembayaran setiap dividen selanjutnya atau persetujuan
merger atau penjualan semua atau sebagian aset Perseroan.

55
Pemegang saham pengendali Perseroan mungkin memiliki kepentingan-kepentingan langsung atau
tidak langsung di luar Perseroan yang mungkin bertentangan dengan Perseroan. Tindakan-tindakan dari
pemegang saham pengendali Perseroan bisa saja menempatkan kepentingan-kepentingan tersebut
di atas kepentingan-kepentingan Perusahaan Perseroan, yang dapat berdampak secara negatif dan
material terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, hasil operasional dan prospek usaha Perseroan.

MANAJEMEN PERSEROAN DENGAN INI MENYATAKAN BAHWA PERSEROAN TELAH


MENGUNGKAPKAN SELURUH RISIKO USAHA MATERIAL YANG DISUSUN BERDASARKAN
BOBOT RISIKO TERHADAP KEGIATAN USAHA UTAMA DAN KEUANGAN PERSEROAN.

56
VI. KEJADIAN PENTING SETELAH TANGGAL LAPORAN
AUDITOR INDEPENDEN

Berikut adalah kejadian penting yang mempunyai dampak cukup material terhadap keadaan
keuangan dan hasil usaha Perseroan dan Anak Perusahaan yang terjadi setelah tanggal Laporan
Auditor Independen yaitu tanggal 21 Mei 2012, atas laporan keuangan untuk tahun yang berakhir
31 Desember 2011 yang telah diaudit oleh KAP Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan, akuntan publik
independen, dengan pendapat wajar tanpa pengecualian :

a. Pada tanggal 23 Mei 2012, Perusahaan mendapatkan fasilitas Perbankan dari The Hongkong and
Shanghai Banking Corporation Limited, dengan limit gabungan sebesar USD 30.000.000. sub limit
dalam fasilitas ini adalah sebagai berikut:
• Fasilitas Kredit Berdokumen dengan Pembayaran Tertunda dengan limit kredit sebesar
USD 30.000.000;
• Fasilitas Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) dengan limit kredit sebesar
USD 5.000.000;
• Fasilitas pinjaman impor dengan limit pinjaman sebesar USD 15.000.000 dan dikenakan bunga
sebesar 5,7% per tahun dibawah Best Lending Rate (bunga pinjaman terbaik) dari bank, dan
akan berfluktuasi sesuai kebijakan bank.

Fasilitas ini berjangka waktu selama 1 tahun dan akan berakhir pada 31 Mei 2013. Jaminan atas
fasilitas ini berupa Persediaan barang, piutang, hak tanggungan atas tanah yang berlokasi di
Samarinda.

b. Pada tanggal 12 Juni 2012, Perusahaan mendapatkan perpanjangan fasilitas pinjaman dari
PT Bank DBS Indonesia untuk fasilitas uncommitted overdraft dengan jumlah maksimum sebesar
USD 1.000.000, fasilitas uncommitted revolving credit dengan jumlah maksimum sebesar USD
3.000.000, fasilitas uncommitted revolving credit dengan jumlah maksimum sebesar USD 4.000.000.
Serta penambahan plafon untuk fasilitas pinjaman impor dalam bentuk uncommitted import letter
of credit facility berupa transaksi Sight/Usance/Usance payable at Sight (UPAS)/ Usance payable
at Usance (UPAU) letter of credit, menjadi USD 44.000.000. Limit atas Fasilitas L/C Impor dapat
juga digunakan untuk sub-sub fasilitas perbankan berupa:

• Fasilitas jaminan perbankan bagi penerbitan Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN)
yang didasarkan pada transaksi-transaksi/Usance/Usance payable at Sight (UPAS)/ Usance
payable at Usance (UPAU) SKBDN, dengan jumlah maksimum sebesar USD 29.000.000;
• Failitas pembiayaan impor berupa uncommitted trust receipt facility dengan jumlah maksimum
USD 5.000.000.

Fasilitas ini diperpanjang dan berlaku sampai dengan 20 Juli 2013 atau pada akhir jangka waktu
penerbitan Sight L/C/Usance L/C/UPAS L/C/UPAU L/C. Sight SKBDN/Usance SKBDN/UPAS
SKBDN/UPAU SKBDN, T/R mana yang paling akhir. Jaminan atas fasilitas ini berupa tanah,
persediaan dan piutang Perusahaan.

57
VII. KETERANGAN TENTANG PERSEROAN DAN ANAK
PERUSAHAAN

A. Riwayat Singkat Perseroan

Perseroan adalah suatu perseroan terbatas yang didirikan di Republik Indonesia pada tanggal
28 September 2002 berdasarkan akta No. 37, yang dibuat di hadapan Stephany Maria Lilianti,
S.H., Notaris di Jakarta. Akta pendirian Perseroan telah memperoleh persetujuan dari Menkumham
berdasarkan Surat Keputusan No. C-00568 HT.01.01.TH.2003 tanggal 13 Januari 2003, serta telah
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 33 tanggal 23 April 2004, Tambahan No. 3926.

Perseroan telah menyesuaikan seluruh anggaran dasar Perseroan sesuai dengan ketentuan UUPT
berdasarkan Akta No.9 tanggal 9 Juli 2008, dibuat di hadapan Stephany Maria Lilianti, S.H., Notaris
di Jakarta, dan telah memperoleh persetujuan dari Menkumham berdasarkan Surat Keputusan
No. AHU-49007.AH.01.02.Tahun 2008 tanggal 7 Agustus 2008.

Sejak pendirian Perseroan, Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan yaitu
sebagaimana dimuat dalam akta-akta berikut:

1. Akta No. 20 tanggal 19 Desember 2003, juncto Akta No. 6 tanggal 3 Desember 2003, yang
keduanya dibuat di hadapan Stephany Maria Lilianti S.H., Notaris di Jakarta, yang menyetujui untuk
meningkatkan modal ditempatkan/disetor dari semula sebesar Rp20.000.000.000 menjadi sebesar
Rp40.000.000.000. Perubahan tersebut telah diterima dan dicatat dalam database Sisminbakum
di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat Penerimaan
Pemberitahuan No. C-UM.02.01.5315 tanggal 11 Mei 2004.

2. Akta No. 24 tanggal 19 Desember 2003, dibuat di hadapan Stephany Maria Lilianti S.H., Notaris
di Jakarta, yang menyetujui untuk meningkatkan modal dasar Perseroan dari semula sebesar
Rp40.000.000.000 menjadi sebesar Rp60.000.000.000. Perubahan tersebut telah memperoleh
persetujuan dari Menkumham berdasarkan Surat Keputusan No. C-20020 HT.01.04.TH.2004
tanggal 10 Agustus 2004.

3. Akta No. 22 tanggal 17 Desember 2004, dibuat di hadapan Stephany Maria Lilianti S.H., Notaris
di Jakarta, yang menyetujui untuk meningkatkan modal dasar Perseroan dari semula sebesar
Rp60.000.000.000 menjadi sebesar Rp100.000.000.000 dan untuk meningkatkan modal
ditempatkan/disetor dari semula sebesar Rp40.000.000.000 menjadi sebesar Rp60.000.000.000.
Perubahan tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menkumham berdasarkan Surat Keputusan
No. C-06896 HT.01.04.TH.2005 tanggal 16 Maret 2005.

4. Akta No. 38 tanggal 26 Desember 2006, dibuat di hadapan Stephany Maria Lilianti S.H., Notaris
di Jakarta, yang menyetujui untuk meningkatkan modal ditempatkan/disetor dari semula sebesar
Rp60.000.000.000 menjadi sebesar Rp80.000.000.000. Perubahan tersebut telah diterima dan
dicatat dalam database Sisminbakum di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia berdasarkan Surat Penerimaan Pemberitahuan No. C-UM.HT.01.10-5705 tanggal
12 Desember 2007.

5. Akta No.9 tanggal 9 Juli 2008, yang menyetujui penyesuaian Anggaran Dasar menurut ketentuan
Undang-Undang No. 40 tahun 2007, dibuat di hadapan Stephany Maria Lilianti, S.H., Notaris
di Jakarta, dan telah memperoleh persetujuan dari Menkumham berdasarkan Surat Keputusan
No. AHU-49007.AH.01.02.Tahun 2008 tanggal 7 Agustus 2008.

58
6. Akta No. 32 tanggal 26 Mei 2009, dibuat di hadapan Stephany Maria Lilianti S.H., Notaris di
Jakarta, yang menyetujui untuk meningkatkan modal dasar Perseroan dari semula sebesar
Rp100.000.000.000 menjadi sebesar Rp150.000.000.000 dan untuk meningkatkan modal
ditempatkan/disetor dari semula sebesar Rp80.000.000.000 menjadi sebesar Rp100.000.000.000.
Perubahan tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menkumham berdasarkan Surat Keputusan
No. AHU-60268.AH.01.02.Tahun 2009 tanggal 10 Desember 2009.

7. Akta No. 16 tanggal 8 November 2010, yang dibuat di hadapan Stephany Maria Lilianti, S.H., Notaris
di Jakarta, yang menyetujui perubahan kedudukan Perseroan dan pasal-pasal dalam Anggaran
Dasar. Perubahan tersebut telah: (i) memperoleh persetujuan dari Menkumham berdasarkan Surat
Keputusan No. AHU-56761.AH.01.02.Tahun 2010 tanggal 3 Desember 2010 dan (ii) telah diterima
dan dicatat dalam database Sisminbakum di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia berdasarkan Surat Penerimaan Pemberitahuan No. AHU-AH.01.10-23020 tanggal
21 Juli 2011.

8. Akta No. 3 tanggal 25 November 2011, dibuat di hadapan Dewi Sukardi, S.H., M.Kn., Notaris di
Kabupaten Tangerang, yang: (i) menyetujui untuk meningkatkan modal dasar dari semula sebesar
Rp150.000.000.000 menjadi sebesar Rp800.000.000.000, (ii) menyetujui untuk meningkatkan
modal ditempatkan/disetor dari semula sebesar Rp100.000.000.000 menjadi sebesar
Rp200.000.000.000, dan (iii) menyetujui untuk mengubah nilai nominal per lembar saham dari
semula sebesar Rp1.000.000 menjadi sebesar Rp100. Perubahan tersebut telah: (i) memperoleh
persetujuan dari Menkumham berdasarkan Surat Keputusan No. AHU-59011.AH.01.02.Tahun
2011 tanggal 1 Desember 2011 dan (ii) telah diterima dan dicatat dalam database Sisminbakum di
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat Penerimaan
Pemberitahuan No. AHU-AH.01.10-39449 tanggal 6 Desember 2011.

9. Akta No. 26 tanggal 16 Desember 2011, dibuat di hadapan Dewi Sukardi, S.H., M.Kn., Notaris
di Kabupaten Tangerang, yang menyetujui perubahan tempat kedudukan Perseroan dari semula
berkedudukan di Kabupaten Bekasi menjadi berkedudukan di Jakarta Utara dan menyetujui
pemindahan alamat Kantor Pusat Perseroan dari Gedung Kobexindo Jalan Raya Bekasi-Karawang
Km 58, Karang Sari, Cikarang Timur, Karang Sari, Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi ke Kobexindo
Tower (dahulu Cordova Tower) Jalan Pasir Putih Raya Blok E-5-D, Ancol, Pademangan, Jakarta.
Perubahan tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menkumham berdasarkan Surat Keputusan
No. AHU-63386.AH.01.02.Tahun 2011 tanggal 22 Desember 2011.

Dalam rangka Penawaran Umum Perdana Saham Perseroan, anggaran dasar Perseroan terakhir
kali diubah berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat No. 10 tanggal 9 Maret 2012 yang dibuat
di hadapan Fathiah Helmi, S.H., Notaris di Jakarta, akta mana telah mendapat persetujuan dari
Menkumham sesuai dengan Surat Keputusan No. AHU-12986.AH.01.02.Tahun 2012 tanggal 12 Maret
2012.

Kantor Pusat Perseroan terletak di Jakarta Utara dan berlokasi di Kobexindo Tower, Jl. Pasir Putih
Raya Blok E-5-D, Ancol, Pademangan, Jakarta Utara. Perseroan memiliki 9 (sembilan) kantor cabang
yang terletak di Pekanbaru, Muara Enim, Surabaya – Sidoarjo, Pontianak, Muara Teweh, Banjarmasin
– Banjarbaru, Batulicin, Balikpapan, dan Samarinda. Selain cabang-cabang yang dimiliki Perseroan,
Anak Perusahaan Perseroan yaitu KOBE memiliki cabang-cabang yang terletak di Semarang dan
Surabaya – Sidoarjo.

Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar, maksud dan tujuan Perseroan adalah menjalankan usaha-
usaha dalam bidang distributor, perdagangan dan Jasa.

59
Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut di atas, Perseroan dapat melaksanakan kegiatan usaha
utama sebagai berikut:

a. Menjalankan usaha dalam bidang perdagangan, export-Import alat-alat berat dan alat-alat industri
serta kendaraan termasuk pula suku cadang serta jasa pemeliharaan dan perbaikannya.

b. Menjalankan usaha sebagai distributor dalam penjualan alat-alat berat dan alat-alat industri serta
kendaraan termasuk pula suku cadang serta jasa pemeliharaan dan perbaikannya;

Untuk mendukung kegiatan usaha utama Perseroan, Perseroan dapat melaksanakan kegiatan usaha
penunjang sebagai berikut :

a. Menyewakan alat-alat berat dan alat-alat industri serta kendaraan; dan

b. Menyewakan ruangan kantor dan sarana penunjangnya.

Hingga dengan saat Prospektus ini diterbitkan, Perseroan memiliki penyertaan pada 1 (satu) Anak
Perusahaan, yaitu KOBE.

Kepemilikan Tahun Mulai Status


Nama Perusahaan Kegiatan Usaha
Perseroan Penyertaan Operasional
Bergerak dalam bidang
distribusi dan perdagangan alat
PT Kobexindo Equipment 99,00% 2007 Beroperasi
industrial dan suku cadangnya
serta jasa terkait

B. Perizinan

Perseroan telah memiliki izin-izin yang wajib dipenuhi terkait dengan kegiatan usaha yang dilakukan
Perseroan yaitu:

1. Tanda Daftar Perusahaan Perseroan Terbatas (TDP)

Perseroan telah memiliki TDP No. 09.01.1.46.37828 tanggal 13 Maret 2012 yang dikeluarkan oleh
Suku Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan Perdagangan Kota Administrasi
Jakarta Utara yang berlaku hingga tanggal 13 Maret 2017.

2. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Besar

Perseroan telah memiliki SIUP Besar No. 00377-02/PB/1.824.271 tanggal 12 Maret 2012 yang
dikeluarkan oleh Suku Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan Perdagangan
Provinsi DKI Jakarta yang berlaku hingga tanggal 12 Maret 2017.

3. Angka Pengenal Importir - Umum (API-U)

Perseroan telah memiliki API-U No. 101601325-P tanggal 18 Januari 2011 yang dikeluarkan oleh
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat yang berlaku selama Perseroan masih
menjalankan kegiatan usahanya.

4. Nomor Pengenal Importir Khusus (NPIK)

Perseroan telah memiliki NPIK No. 1.10.16.07.90735 tanggal 16 Februari 2011 yang dikeluarkan oleh
Direktur Jendral Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan dengan masa berlaku 18 Maret
2008 sampai dengan 17 Maret 2013.

60
5. Surat Keterangan Domisili

Perseroan telah memiliki Surat Keterangan Domisili Perusahaan No. 323/1.824.01/2011 tanggal
21 Desember 2011 yang terletak di Kobexindo Tower, Jalan Pasir Putih Raya Blok E-5-D, Ancol,
Pademangan, Jakarta Utara, yang dikeluarkan oleh Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan,
Kotamadya Jakarta Utara, Provinsi DKI Jakarta yang berlaku sampai dengan tanggal 21 Desember 2012.

6. Surat Tanda Pendaftaran Sebagai Distributor Tunggal Barang Produksi Luar Negeri

Perseroan telah memiliki surat tanda pendaftaran sebagai distributor tunggal barang produksi luar
negeri No. 1342/STP-LN/PDN.2/4/2011 tanggal 14 April 2011 atas barang produksi Doosan Infracore
Co. Ltd. jenis hydraulic excavator, articulated dump truck dan wheel loaders termasuk spare parts untuk
barang-barang tersebut yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri yang
berlaku hingga dengan tanggal 1 Januari 2013.

7. Nomor Pokok Wajib Pajak

Perseroan telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) No. 02.198.951.2-044.001 tanggal
30 November 2010 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

8. Nomor Identitas Kepabeanan

Perseroan telah memiliki Nomor Identitas Kepabeanan (NIK) No. 01.004013 tanggal 28 Desember
2011, yang dikeluarkan oleh Direktur Informasi Kepabeanan dan Cukai.

9. Izin Undang-Undang Gangguan

Perseroan telah memiliki izin undang-undang gangguan No. HER.503.1/22/DPDLP tanggal 22 April
2008 yang dikeluarkan oleh Dinas Pengendalian Dampak Lingkungan dan Pertambangan Pemerintah
Kabupaten Bekasi yang berlaku hingga dengan tanggal 2 September 2013.

10. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

Perseroan telah memiliki UKL dan UPL untuk kantor pusat Perseroan yang berlokasi di Kobexindo
Tower (d/h Cordova Tower), Jl. Pasir Putih Raya Blok E-5-D, Ancol, Pademangan, Jakarta Utara sesuai
dengan hasil Penilaian UKL dan UPL Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Propinsi
DKI Jakarta No.06/-1.777.6 tanggal 31 Maret 2003.

C. Perkembangan Kepemilikan Saham Perseroan

Berikut merupakan perkembangan struktur dan kepemilikan saham sejak didirikannya Perseroan
sampai dengan Prospektus ini diterbitkan.

Tahun 2002

Struktur permodalan dan pemegang saham Perseroan pada saat didirikan berdasarkan pada Akta
Pendirian juncto Akta No. 29 tanggal 28 Februari 2003 dan Akta No. 19 tanggal 20 November 2003 yang
seluruhnya dibuat di hadapan Stephany Maria Lilianti S.H., Notaris di Jakarta adalah sebagai berikut:

Nilai Nominal Rp1.000.000 Setiap Saham


Keterangan %
Jumlah Saham Jumlah Nilai Nominal (Rp)
Modal Dasar 40.000 40.000.000.000
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
1. Pohan Budiman 9.600 9.600.000.000 48,00%
2. Humas Soputro 6.400 6.400.000.000 32,00%
3. Freddy Limawan 4.000 4.000.000.000 20,00%
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh 20.000 20.000.000.000 100,00%
Saham dalam Portepel 20.000 20.000.000.000

61
Seluruh saham yang telah diambil bagian oleh para pemegang saham Perseroan berdasarkan Akta
Pendirian telah disetor dengan kas secara penuh dan tunai oleh para pemegang saham Perseroan.

Tahun 2003

Akta No. 20 tanggal 19 Desember 2003, juncto Akta No. 6 tanggal 3 Desember 2003, yang keduanya
dibuat di hadapan Stephany Maria Lilianti S.H., Notaris di Jakarta, menyetujui: (i) terjadinya pengeluaran
saham dalam portepel, yang dibagikan kepada Pohan Budiman sebesar 9.600 lembar saham, kepada
Freddy Limawan sebesar 4.000 lembar saham, dan kepada Humas Soputro sebesar 6.400 lembar
saham, (ii) pengalihan saham dari Pohan Budiman ke Yudi Budiman sebesar 17.200 lembar saham,
dan dari Pohan Budiman ke Andry Budiman Limawan sebesar 2.000 lembar saham serta dari Freddy
Limawan ke Andry Budiman Limawan sebesar 8.000 saham. Seluruh saham yang dikeluarkan dan
diambil bagian oleh pemegang saham, seluruhnya telah disetor penuh dengan uang tunai kepada
Perseroan oleh para pemegang saham.

Nilai Nominal Rp1.000.000 Setiap Saham


Keterangan %
Jumlah Saham Jumlah Nilai Nominal (Rp)
Modal Dasar 40.000 40.000.000.000
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
1. Yudi Budiman 17.200 17.200.000.000 43,00%
2. Humas Soputro 12.800 12.800.000.000 32,00%
3. Andry Budiman Limawan 10.000 10.000.000.000 25,00%
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh 40.000 40.000.000.000 100,00%
Saham dalam Portepel - -

Akta No. 24 tanggal 19 Desember 2003 yang dibuat di hadapan Stephany Maria Lilianti S.H., Notaris
di Jakarta, menyetujui terjadinya peningkatan modal dasar dari 40.000 lembar saham menjadi 60.000
lembar saham.

Nilai Nominal Rp1.000.000 Setiap Saham


Keterangan %
Jumlah Saham Jumlah Nilai Nominal (Rp)
Modal Dasar 60.000 60.000.000.000
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
1. Yudi Budiman 17.200 17.200.000.000 43,00%
2. Humas Soputro 12.800 12.800.000.000 32,00%
3. Andry Budiman Limawan 10.000 10.000.000.000 25,00%
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh 40.000 40.000.000.000 100,00%
Saham dalam Portepel 20.000 20.000.000.000

Tahun 2004

Akta No. 22 tanggal 17 Desember 2004 yang dibuat di hadapan Stephany Maria Lilianti S.H., Notaris
di Jakarta, menyetujui pengeluaran 20.000 saham dalam portepel yang dibagi 6.400 lembar saham
ke Humas Soputro, 8.600 lembar saham ke Yudi Budiman, dan 5.000 lembar saham kepada Andry
Budiman Limawan; serta menyetujui terjadinya peningkatan modal dasar dari 60.000 lembar saham
menjadi 100.000 lembar saham. Seluruh saham yang dikeluarkan dan diambil bagian oleh pemegang
saham, seluruhnya telah disetor penuh dengan uang tunai kepada Perseroan oleh para pemegang
saham.

Nilai Nominal Rp1.000.000 Setiap Saham


Keterangan %
Jumlah Saham Jumlah Nilai Nominal (Rp)
Modal Dasar 100.000 100.000.000.000
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
1. Yudi Budiman 25.800 25.800.000.000 43,00%
2. Humas Soputro 19.200 19.200.000.000 32,00%
3. Andry Budiman Limawan 15.000 15.000.000.000 25,00%
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh 60.000 60.000.000.000 100,00%
Saham dalam Portepel 40.000 40.000.000.000

62
Tahun 2006

Akta No. 38 tanggal 26 Desember 2006 yang dibuat di hadapan Stephany Maria Lilianti S.H., Notaris
di Jakarta, menyetujui pengeluaran 20.000 saham dalam portepel yang dibagi 6.400 lembar saham
ke Humas Soputro, 8.600 lembar saham ke Yudi Budiman, dan 5.000 lembar saham kepada Andry
Budiman Limawan. Seluruh saham yang dikeluarkan dan diambil bagian oleh pemegang saham,
seluruhnya telah disetor penuh dengan uang tunai kepada Perseroan oleh para pemegang saham.

Nilai Nominal Rp1.000.000 Setiap Saham


Keterangan %
Jumlah Saham Jumlah Nilai Nominal (Rp)
Modal Dasar 100.000 100.000.000.000
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
1. Yudi Budiman 34.400 34.400.000.000 43,00%
2. Humas Soputro 25.600 25.600.000.000 32,00%
3. Andry Budiman Limawan 20.000 20.000.000.000 25,00%
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh 80.000 80.000.000.000 100,00%
Saham dalam Portepel 20.000 20.000.000.000

Tahun 2008

Akta No. 43 tanggal 18 Desember 2008 yang dibuat di hadapan Stephany Maria Lilianti S.H., Notaris
di Jakarta, menyetujui penjualan 25.600 lembar saham dari Humas Soputro ke PT Millennium Capital
Investment, 34.400 lembar saham dari Yudi Budiman ke PT Marga Mas Investama, dan 20.000 lembar
saham dari Andry Budiman Limawan ke PT Prima Adiwarna Sejahtera.

Nilai Nominal Rp1.000.000 Setiap Saham


Keterangan %
Jumlah Saham Jumlah Nilai Nominal (Rp)
Modal Dasar 100.000 100.000.000.000
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
1. PT Marga Mas Investama 34.400 34.400.000.000 43,00%
2. PT Millennium Capital Investment 25.600 25.600.000.000 32,00%
3. PT Prima Adiwarna Sejahtera 20.000 20.000.000.000 25,00%
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh 80.000 80.000.000.000 100,00%
Saham dalam Portepel 20.000 20.000.000.000

Tahun 2009

Akta No. 32 tanggal 26 Mei 2009 yang dibuat di hadapan Stephany Maria Lilianti S.H., Notaris di
Jakarta, menyetujui pengeluaran 20.000 saham dalam portepel yang dibagi 6.400 lembar saham ke
PT Millennium Capital Investment, 8.600 lembar saham ke PT Marga Mas Investama, dan 5.000 lembar
saham kepada PT Prima Adiwarna Sejahtera; serta menyetujui terjadinya peningkatan modal dasar dari
100.000 lembar saham menjadi 150.000 lembar saham. Seluruh saham yang dikeluarkan dan diambil
bagian oleh pemegang saham, seluruhnya telah disetor penuh dengan uang tunai kepada Perseroan
oleh para pemegang saham.

Nilai Nominal Rp1.000.000 Setiap Saham


Keterangan %
Jumlah Saham Jumlah Nilai Nominal (Rp)
Modal Dasar 150.000 150.000.000.000
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
1. PT Marga Mas Investama 43.000 43.000.000.000 43,00%
2. PT Millennium Capital Investment 32.000 32.000.000.000 32,00%
3. PT Prima Adiwarna Sejahtera 25.000 25.000.000.000 25,00%
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh 100.000 100.000.000.000 100,00%
Saham dalam Portepel 50.000 50.000.000.000

63
Tahun 2011

Akta No. 3 tanggal 25 November 2011 yang dibuat di hadapan Dewi Sukardi, S.H., M.Kn., Notaris
di Kabupaten Tangerang, menyetujui: (i) peningkatan modal dasar dari Rp150.000.000.000 menjadi
Rp800.000.000.000, (ii) peningkatan modal ditempatkan dan disetor Perseroan dari Rp100.000.000.000
menjadi Rp200.000.000.000, dan (iii) perubahan nilai nominal per lembar saham dari semula
Rp1.000.000 menjadi Rp100 per lembar saham. Dari peningkatan modal ditempatkan/disetor tersebut
di atas atau sejumlah Rp100.000.000.000, seluruhnya telah disetor oleh masing-masing pemegang
saham melalui pembagian dividen saham yang disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(“RUPS”) sebagaimana dinyatakan dalam Akta No. 2 tanggal 25 November 2011 yang dibuat di hadapan
Dewi Sukardi, S.H., M.Kn., Notaris di Kabupaten Tangerang, yaitu pembagian sebesar 43.000 lembar
saham untuk PT Marga Mas Investama, 32.000 lembar saham untuk PT Millennium Capital Investment,
dan 25.000 lembar saham untuk PT Prima Adiwarna Sejahtera. Penyetoran modal berdasarkan akta
tersebut di atas dilakukan dengan cara kapitalisasi laba ditahan sebagaimana tertuang dalam Akta
Nomor: 2 tanggal 25 November 2011, yang dibuat di hadapan Dewi Sukardi, S.H., M.Kn., Notaris di
Kabupaten Tangerang.

Nilai Nominal Rp100 Setiap Saham


Keterangan %
Jumlah Saham Jumlah Nilai Nominal (Rp)
Modal Dasar 8.000.000.000 800.000.000.000
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
1. PT Marga Mas Investama 860.000.000 86.000.000.000 43,00%
2. PT Millennium Capital Investment 640.000.000 64.000.000.000 32,00%
3. PT Prima Adiwarna Sejahtera 500.000.000 50.000.000.000 25,00%
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh 2.000.000.000 200.000.000.000 100,00%
Saham dalam Portepel 6.000.000.000 600.000.000.000

Akta No. 5 tanggal 8 Desember 2011 (“Akta No. 5 tahun 2011”) yang dibuat di hadapan Dewi Sukardi,
S.H., M.Kn., Notaris di Kabupaten Tangerang, menyetujui terjadinya pengalihan saham PT Marga Mas
Investama sebesar 851.400.000 lembar saham ke PT Kobexindo Investama dimana pengalihan saham
tersebut dilakukan dengan harga pengalihan saham sebesar Rp100 (seratus Rupiah) per lembar saham
dan 8.600.000 lembar saham ke PT Infraforce Equipment dimana pengalihan saham tersebut dilakukan
dengan harga pengalihan saham sebesar Rp100 (seratus Rupiah) per lembar saham, pengalihan
saham PT Millenium Capital Investment sebesar 633.600.000 lembar saham ke PT Kobexindo
Investama dimana pengalihan saham tersebut dilakukan dengan harga pengalihan saham sebesar
Rp100 (seratus Rupiah) per lembar saham dan 6.400.000 lembar saham ke PT Infraforce Equipment
dimana pengalihan saham tersebut dilakukan dengan harga pengalihan saham sebesar Rp100 (seratus
Rupiah) per lembar saham, dan pengalihan saham PT Prima Adiwarna Sejahtera sebesar 495.000.000
lembar saham ke PT Kobexindo Investama dimana pengalihan saham tersebut dilakukan dengan harga
pengalihan saham sebesar Rp100 (seratus Rupiah) per lembar saham dan 5.000.000 lembar saham
ke PT Infraforce Equipment dimana pengalihan saham tersebut dilakukan dengan harga pengalihan
saham sebesar Rp100 (seratus Rupiah) per lembar saham.

Nilai Nominal Rp100 Setiap Saham


Keterangan %
Jumlah Saham Jumlah Nilai Nominal (Rp)
Modal Dasar 8.000.000.000 800.000.000.000
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
1. PT Kobexindo Investama 1.980.000.000 198.000.000.000 99,00%
2. PT Infraforce Equipment 20.000.000 2.000.000.000 1,00%
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh 2.000.000.000 200.000.000.000 100,00%
Saham dalam Portepel 6.000.000.000 600.000.000.000

Struktur permodalan dan kepemilikan saham Perseroan yang termuat dalam Akta No. 5 tahun 2011
merupakan struktur permodalan terkini sebelum dilakukannya Penawaran Umum.

64
D. Struktur Organisasi Perseroan

Berikut ini adalah bagan struktur organisasi Perseroan pada saat Prospektus ini diterbitkan:

Pemegang Saham

Dewan Komisaris

Komite Audit

Presiden Direktur

Internal Audit

Wakil Presiden Direktur

Sekretaris Perusahaan

Investor Relation

Direktur Sales & Direktur Finance & Direktur Business &


Management Development Direktur Product Support
Marke ng Administrasi

Wakil Direktur Sales &


Marke ng

Divisi Heavy Divisi Business &


Divisi Industrial Divisi Finance & Divisi Teknologi Management
Equipment Sales & Divisi Human Capital Divisi Parts Divisi Service
Sales & Marke ng Accoun ng Informasi
Marke ng Development

E. Pengurusan dan Pengawasan

Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan No. 2 tanggal 26 Januari 2012, dibuat di hadapan Dewi
Sukardi, S.H., MKn, Notaris di Kabupaten Tangerang, susunan anggota Dewan Komisaris dan Direksi
Perseroan adalah sebagai berikut:

Dewan Komisaris
Komisaris Utama : Freddy Limawan
Komisaris : Yudi Budiman
Komisaris Independen : Jeffrey Mulyono

Direksi
Direktur Utama : Humas Soputro
Direktur : Andry Budiman Limawan
Direktur : Ishak Arianto Tanaka
Direktur : William Jonatan
Direktur : Martio
Direktur : Ir. Almuqri Sagitri Putra
Direktur Tidak Terafiliasi : Haryanto Budisantoso

Pengangkatan Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan telah memenuhi Peraturan Bapepam No.IX.I.6
lampiran Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-45/PM/2004 tanggal 29 November 2004 tentang Direksi
dan Komisaris Emiten dan Perusahaan Publik.

65
Berikut keterangan singkat mengenai masing-masing anggota Dewan Komisaris dan Direksi Perseroan:

Dewan Komisaris

Freddy Limawan
Komisaris Utama

Warga Negara Indonesia, 60 tahun. Menamatkan pendidikan Bahasa Inggris di


Akademi Bahasa Asing di Jakarta pada tahun 1979.

Menjabat sebagai Komisaris Utama Perseroan sejak tahun 2002.

Saat ini juga menjabat sebagai Komisaris Utama di PT Kobexindo Equipment


(2002-sekarang), Direksi di PT Decorindo Inti Alam Woo (1996-sekarang),
General Manager di PT Gelora Citra Kimia Abadi (1996-sekarang),
Komisaris PT Tanjung Selatan Makmur Jaya (1996-sekarang), dan Komisaris
di PT Arthabuana Margausaha Finance (1996-sekarang). Sebelumnya menjabat
antara lain sebagai Import Division Staff di PT Tanjung Raya Trading (1970-1972),
Sawmill Manager di CV Tanjung Mas (1972-1974), Direksi PT Triorida Motor Co.
Ltd (1975-1979), Manager for Logging Operation di PT Tanjung Raya Timber
(1979-1981), Project Manager di PT Tanjung Raya Plywood (1981-1983), Project
Manager di PT Tanjung Selatan Makmur Jaya (1981-1983), General Manager di
PT Tanjung Raya Plywood (1983-1986), General Manager di PT Tanjung Selatan
Makmur Jaya (1986-1996), General Manager di PT Gelora Citra Kimia Abadi
(1986-1996), dan General Manager di PT Decorindo Inti Alam Wood
(1986-1996).

Yudi Budiman
Komisaris

Warga Negara Indonesia, 39 tahun. Lulus dari West Coast University, Los
Angeles, USA pada tahun 1995 dengan bidang studi Bisnis dan Manajemen dan
gelar Sarjana dari Santa Monica College, Los Angeles, USA pada tahun 1993.

Menjabat sebagai Komisaris Perseroan sejak tahun 2003.

Saat ini juga menjabat sebagai Presiden Direktur di PT Halim Mitradana


Internasional (2002-sekarang), Direktur di PT Valbury Asia Futures
(2003-sekarang), Komisaris Utama di PT Arthabuana Margausaha Finance
(2004-sekarang), Komisaris Utama di PT Gading Dana Lestari (2011-sekarang),
dan Presiden Direktur di PT Chora Agro Resources (2011-sekarang). Sebelumnya
menjabat antara lain sebagai Direktur di PT Wahana Matra Sejati (2000-2002),
Presiden Direktur di PT Mahatrako Jaya Utama (2000-2002) dan Wakil Direktur
di PT Tanjung Rhu Plantation Group (2007-2011).

66
Jeffrey Mulyono
Komisaris Independen

Warga Negara Indonesia, 60 tahun. Mendapat gelar Sarjana Teknik dari Fakultas
Teknik Pertambangan Institut Teknologi Bandung pada tahun 1980.

Menjabat sebagai Komisaris Independen Perseroan sejak tahun 2012.

Saat ini juga menjabat sebagai Presiden Direktur di PT Arya Citra


Mineconsult (2007-sekarang), Presiden Direktur di PT Pesona Khatulistiwa
Nusantara (2007-sekarang) dan Presiden Direktur di PT Bhakti Energi
Persada (2007-sekarang). Sebelumnya menjabat antara lain sebagai
Management Trainee di Deputy CEO PT United Tractors (1980-1996),
Direktur di UT Heavy Industry Pte. Ltd Singapore (1994-1997), Direktur di
PT Pamapersada Nusantara (1996-1997), Wakil Presiden Direktur dan Presiden
Direktur di PT Berau Coal (1997-2005), Komisaris di PT Berau Coal (2005-2006),
Presiden Direktur di PT Interex Sacra Raya (2007-2008), Komisaris Independen
di PT Indo Tambang Raya Megah (2007-2009), Penasihat di PT Bukit Makmur
Mandiri Utama (2007-2009).

Direksi

Humas Soputro
Direktur Utama

Warga Negara Indonesia, 57 tahun. Mendapat gelar D3 dari Centre of Technical


Education, A.T.M.I, Solo pada tahun 1977.

Menjabat sebagai Founder dan Direktur Utama Perseroan sejak tahun 2002.

Saat ini juga menjabat sebagai Founder dan Direktur Utama di PT Kobexindo
Tractors (2002-sekarang), Founder dan Komisaris Utama di PT Sebuku
Iron Lateritic Ores (2004-sekarang), Founder dan Direktur Utama di
PT Kobexindo Equipment (2007-sekarang), Founder dan Direktur Utama di
PT Battoman Coal (2007-sekarang), Founder dan Direktur Utama di PT Lais
Coal Mine (2007-sekarang), Founder dan Komisaris di PT Sebuku Sejaka Coal
(2008-sekarang). Sebelumnya menjabat dibeberapa posisi antara lain di Divisi
Service, Parts, Rental, Marketing, dengan jabatan terakhir Sales Executive di
PT United Tractors (1977-1992), Direktur Marketing di PT Kama Sakti Utama
(1992-1998), Direktur Marketing di PT Megatama Matra Sejahtera (1998-
2000), Komisaris di PT Wahana Matra Sejati (1999 - 2003) dan Komisaris di
PT Mahatrako Jaya Utama (2000-2002).

Andry Budiman Limawan


Wakil Direktur Utama

Warga Negara Indonesia, 33 tahun. Mendapat gelar Sarjana Marketing dari San
Francisco State University, San Francisco, USA pada tahun 2000.

Menjabat sebagai Vice President Direktur Perseroan sejak tahun 2002.

Saat ini juga menjabat sebagai Komisaris di PT Arthabuana Margausaha Finance


(2011-sekarang), Sebelumnya menjabat antara lain sebagai Marketing Manager
di PT Halim Mitradana Internasional (2001-2002) dan Direktur di PT Arthabuana
Margausaha Finance (2002-2011).

67
Ishak Arianto Tanaka
Direktur

Warga Negara Indonesia, 41 tahun. Mendapat gelar Sarjana Ekonomi dari


Universitas Surabaya pada tahun 1994.

Menjabat sebagai Direktur Business & Management Development dan Direktur


TI Perseroan sejak tahun 2007.

Sebelumnya menjabat antara lain sebagai Konsultan di PT Synergy Consultant


(1994-1995), Project Manager – Efficiency Division di PT Astra International Tbk.
(1995-2000), Business Process management di PT Pama Persada Nusantara
(2000-2004), dan Business Process management Head Partner di PT Star
Performa (2004-2007).

William Jonatan
Direktur

Warga Negara Indonesia, 29 tahun. Mendapat gelar Master of Business


Administration (MBA) dari University of California Los Angeles Anderson, USA
pada tahun 2011.

Menjabat sebagai Direktur Sales & Marketing Perseroan sejak tahun 2012.

Sebelumnya menjabat antara lain sebagai Business Finance Manager di Cisco


System Inc. USA (2010, 2011-2012) dan Engineering Lead di Micron Technology
Inc., USA (2004-2009).

Martio
Direktur

Warga Negara Indonesia, 42 tahun. Mendapat gelar Magister Manajemen


Keuangan dari Universitas Katolik Atmajaya, Jakarta pada tahun 2003.

Menjabat sebagai Direktur Finance & Administration Perseroan sejak tahun 2010.

Saat ini sebelumnya menjabat antara lain sebagai Auditor di Mulia Iskandar &
Partner (1993-1994), Supervisor Auditor, Accounting Service and Tax Consultant
di Salaki & Salaki – Registered Public Accountant & Tax Accountant (1994-1999),
Supervisor Internal Audit di PT Central Cipta Murdaya (1999-2000), Direksi dan
General Manager di PT Harfit Internasional (2000-2002), Accounting dan Finance
Manager di PT Honey Lady International (2003-2005), dan General Manager
Finance & Accounting di PT Kobexindo Tractors (2005-2010).

68
Ir. Almuqri Sagitri Putra
Direktur

Warga Negara Indonesia, 47 tahun. Mendapat gelar Sarjana Ilmu Pertanahan


dari IPB Bogor pada tahun 1989.

Menjabat sebagai Direktur Deputi Sales & Marketing Perseroan sejak tahun
2012.

Sebelumnya menjabat antara lain sebagai Officer Agriculture di PT Tidar


Kerinci Agung Padang (1990-1993), Sales Representative-Agro Forestry di
PT Traktor Nusantara (1994-1995), Sales Manager-Agro Forestry di PT
Mandiri Traktor Utama (1996-1997), Sales Manager di PT Megatama Matra
Sejahtera (1998-2000), Sales Manager-Mining (2000-2002), Sales manager-
Mining (2003-2008) dan General Manager-Sales Marketing (2009-2011) di
PT Kobexindo Tractors.

Haryanto Budisantoso
Direktur Tidak Terafiliasi

Warga Negara Indonesia, 58 tahun. Mendapat gelar D3 dari Akademi Teknik


Mesin “Warga”, Solo pada tahun 1977.

Menjabat sebagai Direktur Product Support (Suku Cadang dan Perbaikan).


Beliau juga menjabat sebagai Direktur Tidak Terafiliasi Perseroan sejak tahun
2012.

Sebelumnya menjabat antara lain sebagai Supervisor Produksi di PT Indo Veneer


– Solo (PT Kayu Lapis Group) (1977-1978), Part Operation Departement di PT
United Tractors (1979-1992), Operation Support Mining – Corporate Planning
di PT Pamapersada Nusantara (1993-2005), Penasihat beberapa perusahaan
(2005-2009) dan Direktur di PT Kobexindo Tractors (2010-2011).

Kompensasi Dewan Komisaris dan Direksi

Dewan Komisaris dan Direksi menerima kompensasi yang ditentukan oleh pemegang saham pada saat
RUPS tahunan, dan dibayarkan secara bulanan. Dewan Komisaris dan Direksi tidak menerima uang
jasa atas kehadiran mereka dalam rapat-rapat Direksi maupun Dewan Komisaris.

Jumlah total gaji dan tunjangan yang dibayarkan Perseroan untuk Dewan Komisaris untuk tahun yang
berakhir pada tanggal 31 Desember 2009, 2010 dan 2011 masing-masing adalah sebesar Rp650 juta,
Rp1.847 juta dan Rp3.044 juta.

Jumlah total gaji dan tunjangan yang dibayarkan Perseroan untuk Direksi untuk tahun yang berakhir
pada tanggal 31 Desember 2009, 2010 dan 2011 masing-masing adalah sebesar Rp2.516 juta,
Rp12.124 juta, dan Rp14.617 juta.

Sekretaris Perusahaan

Sehubungan dengan pemenuhan Peraturan Bapepam No. IX.I.4 lampiran Keputusan Ketua Bapepam
No. Kep-63/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996 tentang Pembentukan Sekretaris Perusahaan juncto
Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta No. Kep-305/BEJ/07-2004 tanggal 19 Juli 2004, berdasarkan
Surat Keputusan Direksi No.033/KOB/BOD-HS/III/12 tanggal 16 Maret 2012 tentang Penunjukan
Sekretaris Perusahaan (Corporate Secretary), Perseroan telah mengangkat Prissila Xaveria sebagai
Corporate Secretary. Penunjukan ini berlaku efektif sejak tanggal 12 Maret 2012.

69
Tanggung Jawab Utama
Memastikan organisasi memenuhi undang-undang dan ketentuan yang berlaku, mengingatkan anggota
Direksi untuk tetap mengetahui mengenai tanggung jawab hukum mereka, memimpin dan memfasilitasi
pertemuan atau rapat Direksi / pengurus Perseroan dengan pemegang saham dan memberikan laporan
atau edaran kepada pemegang saham dan Direksi / pengurus Perseroan. Selain itu, berikut ini adalah
tanggung jawab lainnya dari Sekretaris Perusahaan:

1. Membantu Direksi, direksi anak perusahaan, manajemen dan karyawan untuk mengembangkan
strategi perusahaan berdasarkan visi dan misi perusahaan untuk mencapai tujuan strategis dan
keuangan sementara menjunjung tinggi nilai-nilai misi dan inti dari perusahaan;
2. Memberikan kepemimpinan yang efektif dari perencanaan, koordinasi dan komunikasi antara
dewan direksi dengan direksi anak perusahaan dan manajemen serta memimpin dan memfasilitasi
pertemuan/ rapat antara ketua pemegang saham dengan Direksi/ pengurus perusahaan dan
memberikan laporan atau edaran kepada pemegang saham dan dewan direksi / pengurus
perusahaan;
3. Untuk memandu Direksi, direksi anak perusahaan, manajemen dan karyawan dalam menangani
pertanyaan-pertanyaan keuangan dari pemegang saham dan investor, serta orang lain yang
mungkin tertarik dalam saham perusahaan atau stabilitas keuangan Perseroan;
4. Untuk memastikan bahwa organisasi memenuhi kewajiban konstitusionalnya, peraturan dan hukum
melalui pembuatan dan penerapan kebijakan dan prosedur perusahaan yang tepat;
5. Untuk memastikan bahwa program Penawaran Umum dilaksanakan sesuai rencana;
6. Memastikan karyawan menyadari hukum dan budaya perusahaan yang didirikan untuk mendukung
pelaksanaan strategi perusahaan.

Alamat Corporate Secretary : Kobexindo Tower, Jl. Pasir Putih Raya Blok E-5-D,Ancol, Pademangan,
Jakarta Utara 14430
Telp : (62-21) 64 700 808, 64 700 800 (Hunting)
Faks : (62-21) 64 700 909, 64 700 900
E-mail : corsec@kobexindo.com

Komite Audit

Dalam rangka penerapan Tata Kelola Perusahaan, Perseroan akan membentuk Komite Audit sesuai
dengan Peraturan Bapepam No. IX.I.5 lampiran Keputusan Ketua Bapepam No.Kep-29/PM/2004
tanggal 24 September 2004 tentang Pembentukan Dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit,
selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah Tanggal Pencatatan saham Perseroan di BEI atau RUPS
Perseroan berikutnya, kejadian mana yang lebih cepat terlaksana.

Unit Audit Internal

Berdasarkan Keputusan Direksi Perseroan atas pembentukan Unit Audit Internal dan Piagam Audit
Internal yaitu tanggal 9 April 2012, Perseroan telah mengangkat Audit Internal Perseroan sekaligus
Kepala Unit Audit Internal Perseroan adalah Ibu Liesa Sumali yang efektif sejak tanggal keputusan
sesuai dengan Surat Keputusan Direksi No. 041/KOB/BOD-HS/IV/12.

Fungsi Unit ini adalah:

1. Menjadi penilai independen yang berperan membantu Direksi dalam mengamankan investasi dan
aset Perusahaan secara efektif dari sisi akuntansi dan audit;
2. Melakukan analisa dan evaluasi efektivitas sistem dan prosedur pada semua kegiatan Perusahaan
dan fungsi-fungsi pendukungnya;
3. Melakukan koordinasi dengan Komite Audit dan auditor eksternal agar kelancaran proses audit
dapat tercapai.

70
Tugas dan tanggung jawab Unit ini adalah sebagai berikut:

1. Mengakses seluruh informasi yang relevan, melakukan komunikasi secara langsung dengan
Direksi, dan Dewan Komisaris, serta Komite Audit dengan sepengetahuan Komisaris
2. Mengadakan rapat secara berkala dan insidentil dengan Direksi, Dewan Komisaris, serta Komite Audit;
3. Melakukan koordinasi kegiatannya dengan kegiatan auditor eksternal;
4. Menyusun usulan perubahan dan melaksanakan Piagam Audit Internal;
5. Melakukan verifikasi dan uji kehandalan terhadap informasi yang diperoleh, dalam kaitan dengan
penilaian efektivitas sistem audit;
6. Menilai dan menganalisa aktivitas Perseroan, namun tidak mempunyai kewenangan dalam
pelaksanaan dan tanggung jawab atas aktivitas yang ditelaah/diaudit;
7. Kepala Audit Internal dapat mengalokasikan sumber daya, fokus, ruang lingkup, jadwal auditor, dan
penerapan teknik audit untuk mencapai tujuan audit, mengklarifikasi dan membicarakan hasil audit,
meminta tanggapan lisan/tertulis pada auditee, memberikan saran dan rekomendasi.

F. Sumber Daya Manusia

Per 31 Desember 2011, Perseroan memiliki 565 karyawan, yang terdiri dari 410 karyawan tetap dan
155 karyawan kontrak di seluruh Indonesia, dengan berbagai latar belakang pengalaman dan keahlian
di sektor sumber daya energi. Kenaikan dan dari jumlah karyawan merupakan akibat dari pergerakan
dan kebutuhan untuk memenuhi target produksi.

Berikut jumlah dan komposisi karyawan yang berada dalam Perseroan pada tanggal 31 Desember
2009, 2010 dan 2011, yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Perseroan

Komposisi Karyawan Menurut Jenjang Manajemen

31 Desember
Jenjang Manajemen 2011 2010 2009
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Manager 37 6,55% 47 10,80% 31 8,01%
Staff 487 86,19% 353 81,15% 329 85,01%
Non Staff 41 7,26% 35 8,05% 27 6,98%
Total 565 100,00% 435 100,00% 387 100,00%

Komposisi Karyawan Menurut Usia

31 Desember
Usia 2011 2010 2009
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
< 21 tahun 29 5,13% 23 5,29% 3 0,78%
21 - 30 tahun 321 56,81% 221 50,80% 195 50,39%
31 - 40 tahun 155 27,43% 136 31,26% 132 34,11%
41 - 50 tahun 52 9,20% 47 10,80% 46 11,89%
> 50 tahun 8 1,42% 8 1,84% 11 2,84%
Total 565 100,00% 435 100,00% 387 100,00%

Komposisi Karyawan Menurut Jenjang Pendidikan

31 Desember
Jenjang Pendidikan 2011 2010 2009
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
<SMA 18 3,19% 17 3,91% 10 2,58%
SMA 264 46,73% 194 44,60% 173 44,70%
D3 121 21,42% 108 24,83% 104 26,87%
S1 154 27,26% 112 25,75% 96 24,81%
S2 8 1,42% 4 0,92% 4 1,03%
Total 565 100,00% 435 100,00% 387 100,00%

71
Komposisi Karyawan Menurut Status Pekerjaan

31 Desember
Jenjang Pendidikan 2011 2010 2009
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Permanen 410 72,57% 348 80,00% 311 80,36%
Kontrak 155 27,43% 87 20,00% 76 19,64%
Total 565 100,00% 435 100,00% 387 100,00%

Anak Perusahaan

Komposisi Karyawan Menurut Jenjang Manajemen

31 Desember
Jenjang Manajemen 2011 2010 2009
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Manager 6 7,14% 5 7,58% 4 8,51%
Staff 75 89,29% 58 87,88% 43 91,49%
Non Staff 3 3,57% 3 4,55% 0 0,00%
Total 84 100,00% 66 100,00% 47 100,00%

Komposisi Karyawan Menurut Usia

31 Desember
Usia 2011 2010 2009
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
< 21 tahun 0 0% 1 1,52% 0 0,00%
21 - 30 tahun 49 58,33% 43 65,15% 31 65,96%
31 - 40 tahun 29 34,.52% 17 25,76% 10 21,28%
41 - 50 tahun 5 5,95% 4 6,06% 5 10,64%
> 50 tahun 1 1,19% 1 1,52% 1 2,13%
Total 84 100,00% 66 100,00% 47 100,00%

Komposisi Karyawan Menurut Jenjang Pendidikan

31 Desember
Jenjang Pendidikan 2011 2010 2009
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
<SMA 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00%
SMA 32 38,09% 29 43,94% 21 44,68%
D3 17 20,24% 14 21,21% 12 25,53%
S1 35 41,67% 23 34,85% 14 29,79%
S2 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00%
Total 84 100,00% 66 100,00% 47 100,00%

Komposisi Karyawan Menurut Status Pekerjaan

31 Desember
Jenjang Pendidikan 2011 2010 2009
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Permanen 58 69,05% 24 36,36% 37 78,72%
Kontrak 26 30,95% 42 63,64% 10 21,28%
Total 84 100,00% 66 100,00% 47 100,00%

72
Tenaga Kerja Asing

Saat ini Perseroan dan Anak Perusahaan tidak memiliki tenaga asing yang menempati jabatan
menengah dan senior untuk membantu Perseroan.

Peraturan Perusahaan antara Perseroan dengan Karyawan

Perseroan memiliki Peraturan Perusahaan yang telah disahkan oleh Direktorat Jenderal Pembinaan
Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
RI No. KEP. 149/PHIJSK-PKKAD/PP/II/2012 yang berlaku mulai 17 Februari 2012 sampai dengan
16 Februari 2014. Peraturan Perusahaan ini dimuat dalam buku registrasi pengesahan Peraturan
Perusahaan pada Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi cq Direktorat Jenderal Pembinaan
Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja No: 46/PP/P-4/II/2012.

Kesejahteraan Karyawan

Perseroan menerapkan sistem kesejahteraan karyawan yang kompetitif sebagai salah satu
upaya Perseroan untuk meningkatkan, memberikan kesejahteraan, melindungi keselamatan dan
mempertahankan karyawan yang masih aktif serta memberikan jaminan kepastian bagi karyawan.
Perseroan tidak memiliki Kesepakatan Kerja Bersama (KKB).

Berikut adalah sistem kesejahteraan karyawan dan fasilitas yang diberikan oleh Perseroan :

1. Program Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) yang meliputi:


a. Jaminan Hari Tua (JHT)
b. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
c. Jaminan Kematian

2. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan


a. Program jaminan pelayanan kesehatan karyawan aktif dan keluarganya melalui asuransi
kesehatan pihak ketiga
b. Program tunjangan persalinan / keguguran
c. Program untuk penggantian biaya kacamata
d. Program untuk perawatan gigi
e. Program Keluarga Berencana (“KB”)

3. Tunjangan Kematian dan Uang Duka


Diberikan kepada karyawan tetap maupun keluarga inti karyawan tetap yang meninggal dunia.

4. Tunjangan Hari Raya


Diberikan kepada karyawan yang telah memiliki masa kerja sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan
secara terus-menerus.

5. Tunjangan Cuti Besar


Diberikan sebesar 1 (satu) kali gaji pokok kepada karyawan yang telah memiliki masa kerja
sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun secara terus-menerus.

6. Tunjangan Pernikahan
Diberikan kepada karyawan tetap yang baru melangsungkan pernikahan untuk pertama kalinya.

7. Pinjaman Pegawai
Untuk meringankan beban karyawan, perusahaan memberikan bantuan keuangan berupa pinjaman
tanpa bunga bagi karyawan untuk keperluan yang dianggap penting dan mendesak.

8. Bonus Tahunan
Bonus diberikan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam setahun kepada karyawan atas prestasinya
dan besarnya disesuaikan dengan kinerja dan kemampuan Perseroan.

73
9. Kegiatan kebersamaan (gathering)
Diberikan kepada seluruh karyawan dan anggota keluarganya setiap 2 (dua) tahun sekali dalam
rangka meningkatkan kebersamaan dan kekeluargaan antar karyawan dan manajemen Perseroan.

10. Program Kepemilikan Kendaraan


Diberikan kepada karyawan level manajer ke atas dalam rangka menunjang aktivitas operasional
Perseroan.

11. Pinjaman Pembelian Kendaraan


Diberikan kepada karyawan tetap bagian penjualan dalam bentuk pinjaman tanpa bunga.

12. Insentif Penjualan


Diberikan kepada karyawan tetap bagian penjualan sebesar persentase dari jumlah penjualan
yang dilakukan oleh karyawan tersebut selama masa tertentu.

13. Tunjangan Tempat Tinggal


Diberikan kepada seluruh karyawan yang dimutasikan ke luar lokasi penerimaan awal (point of
hire).

14. Tunjangan Lain-lain


a. Tunjangan lokasi
Diberikan kepada seluruh karyawan yang berada pada area lokasi-lokasi tertentu dari kantor
pusat.
b. Tunjangan mutasi
Diberikan kepada seluruh karyawan yang dipindahtugaskan ke luar lokasi penerimaan awal
(point of hire).

15. Fasilitas Kerohanian


Merupakan fasilitas yang diberikan Perseroan dan disediakan di lingkungan Perseroan sehingga
memungkinkan pekerja menjalankan kewajiban agama dan kepercayaan masing-masing.

Seluruh segmen bisnis Perseroan telah memenuhi kewajiban Upah Minimum Regional dan Upah
Minimum Provinsi di seluruh area kerja yang disesuaikan dengan standar pengupahan di provinsi
masing-masing.

Program Sumber Daya Manusia Berbasis Kompetensi

Selain didukung oleh kualitas produk dan jasa yang diberikan oleh Perseroan dan Anak Perusahaan,
kegiatan operasional Perseroan dan Anak Perusahaan juga perlu didukung oleh sumber daya manusia
yang berkualiatas dan berkompetensi tinggi.

Untuk memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas dan berkompetensi tinggi dan menjaga agar
para pegawai Perseroan dan Anak Perusahaan dapat tetap bertahan dalam jangka waktu yang panjang,
Perseroan dan Anak Perusahaan menerapkan program sumber daya manusia berbasis kompetensi.

Pada tahap rekrutmen, Perseroan menggunakan media iklan, job fair, keliling kampus dan menggunakan
media sosial lainnya, baik elektronik maupun non-elektronik, untuk dapat memperoleh sumber daya
manusia yang sesuai dengan kriteria dan kebutuhan Perseroan dan Anak Perusahaan. Seleksi
atas calon pegawai Perseroan dan Anak Perusahaan dilakukan melalui standar uji kompetensi dan
psikometris.

Setelah Perseroan memperoleh sumber daya manusia yang sesuai dengan kriteria dan kebutuhannya,
Perseroan juga menerapkan program pengembangan karir berupa pemberian pelatihan-pelatihan
untuk masing-masing pegawai. Program pengembangan karir tersebut terbagi menjadi 2, yaitu
program pengembangan manajerial dan program pengembangan spesialis. Untuk para pegawai yang
baru direkrut, Perseroan memberikan pelatihan berupa Basic Mechanical Course (BMC) kepada para
mekanis dan Sales Training Program kepada para pegawai pemasaran. Selain pelatihan-pelatihan yang

74
bersifat teknis, Perseroan juga memberikan pelatihan-pelatihan soft skill seperti Individual Development
Program (IDP) yang ditujukan untuk meningkatkan kompetensi, kinerja dan perilaku bekerja yang positif.
Program pelatihan dan pengembangan karir yang diberikan oleh Perseroan pada akhirnya ditujukan
untuk selalu dapat meningkatkan kompetensi dan kinerja pegawai sehingga pelayanan yang diberikan
oleh Perseroan dan Anak Perusahaan dapat melebihi ekspektasi para pelanggannya.

Untuk mendukung program pelatihan dan pengembangan Perseroan dan Anak Perusahaan, Perseroan
juga memiliki pusat pelatihan yang menyediakan berbagai macam pelatihan.

Program-program pelatihan internal dan eksternal yang ditawarkan oleh Perseroan melalui pusat
pelatihannya adalah sebagai berikut:

1. Program pelatihan teknis untuk mekanik:


a) Basic mechanical course;
b) Operating and maintenance;
c) Basic analyzer / computerize;
d) Engine system;
e) Hydraulic system;
f) Electric system;
g) Transmission;
h) Brake pneumatic and steering system;
i) Air conditioning system; dan
j) Technical English.

2. Program pelatihan non-teknis untuk non mekanik:


a) Application machine training;
b) Basic machine system;
c) Salesmanship;
d) Supervisory development program I dan II;
e) Strive for excellence;
f) Main management;
g) FINON;
h) Emotional intelligence;
i) Continuous improvement;
j) Leadership Training
k) Performance Management,
l) Coaching and Counseling; dan
m) Pelatihan-pelatihan lainnya (opsional).

Selain itu, agar Perseroan dapat terus menjaga agar para pegawai Perseroan dan Anak Perusahaan
dapat tetap bertahan dalam jangka waktu yang panjang, Perseroan terus berupaya untuk menawarkan
paket kompensasi yang kompetitif terhadap para pegawainya dibandingkan dengan para pesaingnya,
mempertahankan suasana dan lingkungan kerja yang nyaman dan bersifat kekeluargaan serta
menyediakan sarana dan fasilitas yang memadai kepada para pegawai Perseroan, terutama para
mekanik Perseroan yang bekerja di daerah terpencil

Harapan Perseroan ke depan adalah untuk mewujudkan adanya KOBEXINDO MANAGEMENT


DEVELOPMENT INSTITUTE atau disingkat menjadi KMDI. Sebuah Institusi yang diwadahi secara
resmi oleh Perseroan untuk mengakomodir proses “Learning Development” baik untuk Perseroan
sendiri atau untuk KOBE nantinya.

Dalam mewujudkannya berarti secara otomatis Perseroan sudah harus memberikan suasana Learning
Environment dan Learning Culture di dalam internal Perseroan. Yang secara otomatis akan banyak
mencetak instruktur-instruktur baru secara internal. Dan Perseroan menyadari bahwasanya untuk
menciptakan kedua hal tersebut bukanlah waktu yang singkat melainkan membutuhkan waktu yang
terus berkesinambungan satu dengan lainnya. Berikut perkembangan dan rencana implementasi
Perseroan:

75
2010

1. Membangun BMC (Basic Mechanic Course) dan BMS (Basic Machine System) untuk mengakomodir
kebutuhan training fundamental sejalan dengan bisnis perusahaan.

2011

1. Membangun Sales Trainee untuk mencetak kekuatan front liner Perseroan dalam bidang penjualan.
2. Membangun fundamental Individual Development Program (IDP), untuk membangun training matrix
dalam sisi Man Management ataupun masing-masing fungsi line management dalam Perseroan.

2012

1. Menggulirkan Kobexindo Instructor and Assessor Certified Program. Untuk menciptakan


standarisasi instruktur dan penilai internal Perseroan.
2. Melakukan implementasi budaya Quality Control Circle (QCC) dan Kobexindo Management System
(KMS)
3. Membangun Kobexindo Development Map,
4. Membangun Training Report System sebagai suatu alat pantau yang dapat memonitor tingkat
perkembangan keberhasilan program pengembangan.
5. Membangun Management Trainee (MT) Development Program sebagai calon pemimpin dimasa
yang akan datang.

2013

1. Membangun Managerial Development Program untuk mengakomodir kebutuhan promosi di tingkat


manajerial.
2. Membangun Managerial/Function Development Program untuk mengakomodir kebutuhan specialist
di masing-masing fungsi manajemen.
3. Membangun Knowledge Management System, untuk terus dapat mendokumentasikan segala
pengetahuan yang mendukung kinerja karyawan yang pada akhirnya akan mendukung kinerja
Perseroan.

2014

1. Membangun infrastruktur pembelajaran elektronik (E-Learning) untuk menurunkan tingkat


pembiayaan pembelajaran secara konvensional dan untuk mencapai pemenuhan gap competency
hingga 100%.
2. Membangun TC (Training Center) Satellite sebagai perwakilan pembelajaran di lokasi kerja sebagai
sarana peningkatan kemampuan teknis yang efektif dan efisien.

2015

1. Membangun atmosfer pembelajaran yang merangsang karyawan untuk tetap mengembangkan


kemampuannya melalui kegiatan-kegiatan inovatif dan menantang.
2. Mewujudkan Kobexindo Management Development Institute (KMDI) sebagai standar pengembangan
kompetensi, baik untuk internal maupun eksternal Perseroan.

76
G. Hubungan Pengurusan dan Pengawasan Antara Emiten dengan Pemegang Saham dan Anak
Perusahaan

Berikut ini hubungan pengurusan dan pengawasan Perseroan dengan Pemegang Saham dan Anak
Perusahaan Perseroan:

PT Kobexindo PT Infraforce PT Kobexindo


Nama Perseroan
Investama Equipment Equipment
Dewan Komisaris
Freddy Limawan KU KU KU KU
Yudi Budiman K K K K
Jeffrey Mulyono KI - - -

Direksi
Humas Soputro DU DU DU DU
Andry Budiman Limawan D - D D
Ishak Arianto Tanaka D D - -
William Jonatan D - - -
Martio D - - -
Ir. Almuqri Sagitri Putra D - - -
Haryanto Budisantoso DTA - - -
Keterangan:
KU : Komisaris Utama DU : Direktur Utama
KI : Komisaris Independen DTA : Direktur (tidak afiliasI)
K : Komisaris D : Direktur

H. Struktur Kelompok Usaha Perseroan

Struktur kepemilikan Perseroan saat ini adalah sebagai berikut:

Tabel dan diagram di bawah ini menggambarkan perusahaan-perusahaan yang berada dalam satu
kelompok usaha dengan Perseroan dan hubungan antar perusahaan dalam kelompok usaha tersebut
diantaranya:

No. Nama Perusahaan Kegiatan Usaha Hubungan dengan Perseroan


1. PT Kobexindo Equipment Bergerak dalam bidang distribusi dan perdagangan Anak perusahaan Perseroan
alat industrial dan suku cadangnya serta jasa
terkait
2. PT Kobexindo Investama Bergerak dalam bidang perdagangan dan jasa Pemegang saham Perseroan
3. PT Infraforce Equipment Bergerak dalam bidang perdagangan alat berat Pemegang saham Perseroan

77
I. Keterangan Mengenai Pemegang Saham Perseroan Berbentuk Badan Hukum

PT Kobexindo Investama (“KI”)

KI yang berkedudukan di Jakarta Utara adalah suatu perseroan terbatas yang menjalankan kegiatan
usahanya menurut dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik
Indonesia. KI didirikan berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas PT Babattoman Coal
No. 11 tanggal 15 Mei 2008, dibuat di hadapan Stephany Maria Lilianti, S.H., Notaris di Jakarta dengan
nama PT Babattoman Coal. Akta pendirian tersebut telah memperoleh pengesahan dari Menkumham
berdasarkan Surat Keputusan No. AHU-49317.AH.01.01.Tahun 2008 tanggal 11 Agustus 2008, dan
telah didaftarkan dalam Daftar Perseroan Nomor: AHU-0068816.AH.01.09.Tahun 2008 tanggal
11 Agustus 2008. Akta Pendirian tersebut beberapa kali telah diubah, antara lain kemudian diubah
dengan Akta Berita Acara Rapat PT Babattoman Coal Nomor: 23 tanggal 10 November 2011, yang
dibuat oleh Popie Savitri Martosuhardjo Pharmanto, S.H., Notaris di Jakarta, akta mana telah mendapat
persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan Keputusan
Nomor: AHU-57675.AH.01.02.Tahun 2011 tanggal 24 November 2011 tentang Persetujuan Perubahan
Anggaran Dasar Perseroan dan telah didaftarkan dalam Daftar Perseroan Nomor: AHU-0095664.
AH.01.09.Tahun 2011 tanggal 24 November 2011 dimana berdasarkan akta tersebut nama perseroan
telah diubah dari semula bernama PT Babattoman Coal menjadi PT Kobexindo Investama.

Anggaran Dasar tersebut terakhir kali diubah sebagaimana tercantum dalam, dan terakhir diubah
berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat PT Kobexindo Investama Nomor: 1 tanggal 26 Januari
2012, yang dibuat di hadapan Dewi Sukardi, S.H., M.Kn., Notaris di Kabupaten Tangerang, akta
mana telah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
berdasarkan Keputusan Nomor: AHU-14486.AH.01.02.Tahun 2012 tanggal 19 Maret 2012 dan telah
didaftar dalam Daftar Perseroan Nomor: AHU-0024132.AH.01.09.Tahun 2012 tanggal 19 Maret 2012,
dimana berdasarkan akta tersebut antara lain telah diputuskan perubahan kedudukan perseroan dari
semula berkedudukan di Kota Administrasi Jakarta Pusat menjadi Kota Administrasi Jakarta Utara.

KI beralamat di Kobexindo Tower, Jalan Pasir Putih Raya Blok E-5-D, Kelurahan Ancol, Kecamatan
Pademangan, Jakarta Utara.

Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha KI adalah bergerak dalam bidang usaha pertambangan,
perindustrian, perdagangan.

Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut di atas, KI menjalankan usaha-usaha sebagai berikut:
a) Menjalankan usaha dalam bidang pertambangan batubara;
b) Menjalankan usaha dalam bidang industri batubara;
c) Menjalankan usaha dalam bidang eksport-import dan perdagangan bahan bakar padat/batubara.

KI memiliki 99,00% penyertaan saham di Perseroan sejak tahun 2011.

Pengurusan dan Pengawasan

Berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas PT Babattoman Coal Nomor: 11 tanggal 15 Mei 2008,
yang dibuat di hadapan Stephany Maria Lilianti, S.H., Notaris di Jakarta, susunan anggota Dewan
Komisaris dan Direksi KI adalah sebagai berikut:

Dewan Komisaris
Komisaris Utama : Freddy Limawan
Komisaris : Yudi Budiman

Direksi
Direktur Utama : Humas Soputro
Direktur : Ishak Arianto Tanaka

78
Struktur Permodalan dan Pemegang Saham

Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat PT Kobexindo Investama No. 4 tanggal 28 November
2011, dibuat di hadapan Dewi Sukardi, S.H., MKn, Notaris di Kabupaten Tangerang, struktur permodalan
dan pemegang saham KI adalah sebagai berikut:

Ninai Nominal Rp100.000 Setiap Saham


Keterangan
Jumlah Saham Jumlah Nilai Nominal (Rp) %
Modal Dasar 8.670.000 867.000.000.000
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
1. PT Marga Mas Investama 932.025 93.202.500.000 43,00
2. PT Millennium Capital Investment 693.600 69.360.000.000 32,00
3. PT Prima Adiwarna Sejahtera 541.875 54.187.500.000 25,00
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh 2.167.500 216.750.000.000 100,00
Saham dalam Portepel 6.502.500 650.250.000.000

Sumber utama dana penyertaan KI pada Perseroan berasal dari modal disetor KI.

PT Infraforce Equipment (“IE”)

IE yang berkedudukan di Jakarta Pusat adalah suatu perseroan terbatas yang menjalankan kegiatan
usahanya menurut dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia.
IE didirikan berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas PT Infraforce Equipment Nomor: 31 tanggal
29 Mei 2006, yang dibuat di hadapan Stephany Maria Lilianti, S.H., Notaris di Jakarta dengan nama
PT Infraforce Equipment. Akta pendirian tersebut telah memperoleh pengesahan dari Menkumham
berdasarkan Surat Keputusan No. W7-01944 HT.01.01-TH.2006 tanggal 20 Oktober 2006 dan telah
didaftarkan dalam Daftar Perusahaan di Kantor Pendaftaran Perusahaan Kota Administrasi Jakarta Pusat
dengan pendaftaran No. 7329/BH.09.05/XI/2006 tanggal 15 November 2006, serta telah diumumkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 27 tanggal 3 April 2007, Tambahan Berita Negara No. 3100.
Anggaran Dasar tersebut terakhir kali diubah sebagaimana tercantum dalam Akta Berita Acara PT Infraforce
Equipment Nomor: 3 tanggal 6 September 2007, yang dibuat oleh Stephany Maria Lilianti, S.H., Notaris
di Jakarta, akta mana telah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Nomor: AHU-22866.AH.01.02.Tahun 2008 tanggal 5 Mei 2008.

IE beralamat di Jl. Garuda No. 19, Gunung Sahari Selatan, Kemayoran, Jakarta Pusat.

Kegiatan usaha IE adalah perdagangan umum, industri, agrobisnis, pengadaan barang, jasa,
transportasi, pembangunan, design interior, percetakan.

Kegiatan usaha yang dilakukan IE saat ini adalah:


a) Menjalankan usaha dalam bidang perdagangan termasuk import, eksport, antar pulau dan lokal
baik untuk perhitungan sendiri maupun secara komisi atas perhitungan pihak lain;
b) Mendirikan pabrik-pabrik dari berbagai macam industri misalnya alat-alat rumah tangga, bahan-
bahan bangunan serta memasarkan hasil-hasil industrinya;
c) Menjalankan usaha dalam bidang perkebunan, perikanan, pertanian dan eksploitasi hutan serta
pengelolaan hasil-hasilnya.
d) Menjalankan usaha dalam bidang leveransir, supplier, distributor, grosir, komisioner, wakil atau
agen, baik dari perusahaan-perusahaan dalam dan luar negeri.
e) Menjalankan usaha dalam bidang jasa kecuali jasa dalam bidang hukum dan pajak.
f) Menjalankan usaha dalam bidang transportasi dan pengengkutan di darat, pengepakan, ekspedisi
dan pergudangan, termasuk pula penyediaan sarana pelayanan segala macam kendaraan
bermotor, berupa perbengkelan dan service station.
g) Menjalankan usaha pembangunan termasuk sebagai pemborong, kontraktor, pelaksana, pengawas
dari pekerjaan pembuatan bangunan-bangunan, gedung-gedung, jalanan, jembatan, lapangan,
pengairan, penggalian dan pengurugan tanah, serta pembuatan taman hias, kolam ikan, dekorasi
ruangan/kamar dan lain sebagainya serta pemasangan instalasi listrik, air, gas dan telekomunikasi.
h) Merenovasi ruang-ruang kantor, gedung, dan bangunan-bangunan lainnya.
i) Menjalankan usaha-usaha dalam bidang percetakan, penerbitan dan penjilidan.

IE memiliki 1,00% penyertaan saham di Perseroan sejak tahun 2011.

79
Pengurusan dan Pengawasan

Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat PT Infraforce Equipment No. 01 tanggal 10 Februari
2012, dibuat di hadapan Dewi Sukardi, S.H., MKn, Notaris di Kabupaten Tangerang, susunan anggota
Dewan Komisaris dan Direksi IE adalah sebagai berikut:

Dewan Komisaris
Komisaris Utama : Freddy Limawan
Komisaris : Yudi Budiman

Direksi
Direktur Utama : Humas Soputro
Direktur : Andry Budiman Limawan

Struktur Permodalan dan Pemegang Saham

Berdasarkan Akta Berita Acara PT Infraforce Equipment Nomor: 3 tanggal 6 September 2007, yang
dibuat oleh Stephany Maria Lilianti, S.H., Notaris di Jakarta juncto Akta Berita Acara PT Infraforce
Equipment Nomor: 47 tanggal 18 Desember 2008, yang dibuat oleh Stephany Maria Lilianti, S.H.,
Notaris di Jakarta, akta mana telah diberitahukan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia sesuai dengan Surat Nomor: AHU-AH.01.10-00253 tanggal 8 Januari 2009, perihal
Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Data Perseroan PT Infraforce Equipment dan telah didaftarkan
dalam Daftar Perseroan Nomor: AHU-0001707.Tahun 2009 tanggal 8 Januari 2009, struktur permodalan
dan pemegang saham IE adalah sebagai berikut:

Nilai Nominal Rp1.000.000 Setiap Saham


Keterangan
Jumlah Saham Jumlah Nilai Nominal (Rp) %
Modal Dasar 10.000 10.000.000.000
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
1. PT Millennium Capital Investment 800 800.000.000 32,00
2. PT Marga Mas Investama 1.075 1.075.000.000 43,00
3. PT Prima Adiwarna Sejahtera 625 625.000.000 25,00
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh 2.500 2.500.000.000 100,00
Saham dalam Portepel 7.500 7.500.000.000

Sumber utama dana penyertaan IE pada Perseroan berasal dari modal disetor IE.

J. Keterangan Mengenai Anak Perusahaan

PT Kobexindo Equipment (“KOBE”)

Pendirian dan Kegiatan Usaha

KOBE yang berkedudukan di Jakarta Pusat dan berkantor pusat di Jl. Garuda No. 19, Gunung Sahari
Selatan, Kemayoran, Jakarta Pusat adalah suatu perseroan terbatas yang menjalankan kegiatan
usahanya menurut dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik
Indonesia. KOBE didirikan berdasarkan Akta No. 9 tanggal 4 Desember 2007, dibuat di hadapan
Notaris Stephany Maria Lilianti S.H., Notaris di Jakarta. Akta pendirian tersebut telah memperoleh
pengesahan dari Menkumham berdasarkan Surat Keputusan No. AHU-04054.AH.01.01.Tahun 2008
tanggal 28 Januari 2008, dan telah didaftarkan pada Daftar Perseroan No. AHU-0006143.AH.01.09.
Tahun 2008 tanggal 28 Januari 2008 serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia
No. 59 tanggal 23 Juli 2010, Tambahan Berita Negara No. 5881. Anggaran Dasar tersebut terakhir
kali diubah sebagaimana tercantum dalam Akta Pernyataan Keputusan Sirkulasi Para Pemegang
Saham PT Kobexindo Equipment No. 21 tanggal 15 Maret 2011, yang dibuat di hadapan Popie Savitri
Martosuhardjo Pharmanto, S.H., Notaris di Jakarta, akta mana telah diberitahukan kepada Menteri
Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia sesuai dengan Surat No. AHU-AH.01.10-11891
tanggal 21 April 2011 perihal Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar PT Kobexindo
Equipment dan telah didaftarkan dalam Daftar Perseroan Nomor: AHU-0032002.AH.01.09.Tahun 2011
tanggal 21 April 2011.

80
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar KOBE, KOBE bertujuan untuk menjalankan usaha dalam
bidang perdagangan, distributor, kontraktor, pertanian dan perwakilan.

Pada saat ini, KOBE menjalankan kegiatan usahanya sebagai dealer resmi atas produk electric forklift
dengan merek Jungheinrich beserta dengan suku cadangnya.

Pengurusan dan Pengawasan

Berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas PT Kobexindo Equipment No. 09 tanggal


4 Desember 2007, yang dibuat di hadapan Stephany Maria Lilianty, S.H., Notaris di Jakarta, susunan
anggota Dewan Komisaris dan Direksi KOBE adalah sebagai berikut:

Dewan Komisaris
Komisaris Utama : Freddy Limawan
Komisaris : Yudi Budiman

Direksi
Direktur Utama : Humas Soputro
Direktur : Andry Budiman Limawan

Struktur Permodalan dan Pemegang Saham

Berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas PT Kobexindo Equipment No. 09 tanggal


4 Desember 2007, yang dibuat di hadapan Stephany Maria Lilianty, S.H., Notaris di Jakarta,
juncto Akta Pernyataan Keputusan Sirkulasi Para Pemegang Saham PT Kobexindo Equipment
No. 21 tanggal 15 Maret 2011, yang dibuat di hadapan Popie Savitri Martosuhardjo Pharmanto, S.H.,
Notaris di Jakarta, struktur permodalan dan pemegang saham KOBE adalah sebagai berikut:

Nilai Nominal Rp1.000.000 Setiap Saham


Keterangan
Jumlah Saham Jumlah Nilai Nominal (Rp) %
Modal Dasar 10.000 10.000.000.000
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
1. PT Kobexindo Tractors Tbk. 4.950 4.950.000.000 99,00%
2. PT Kobexindo Investama 50 50.000.000 1,00%
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh 5.000 5.000.000.000 100,00%
Saham dalam Portepel 5.000 5.000.000.000

Ikhtisar Data Keuangan Penting

Tabel berikut ini menyajikan ikhtisar data keuangan penting KOBE pada tanggal
31 Desember 2011, 2010 dan 2009, dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, yang
diambil dari laporan keuangan konsolidasian serta yang tidak tercantum dalam Prospektus ini dan telah
diaudit oleh KAP Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan, akuntan publik independen, berdasarkan standar
auditing yang ditetapkan oleh IAPI, dengan pendapat wajar tanpa pengecualian.

Laporan Posisi Keuangan

(dalam jutaan Rupiah)


Pada tanggal 31 Desember
Keterangan
2009 2010 2011
Aset Lancar 24.691 37.103 36.265
Aset Tidak Lancar 3.861 5.172 5.519
Jumlah Aset 28.552 42.275 41.784
Liabilitas Jangka Pendek 22.508 34.574 29.630
Liabilitas Jangka Panjang 855 1.282 1.091
Jumlah Kewajiban 23.363 35.856 30.721
Ekuitas 5.189 6.419 11.063
Jumlah Kewajiban dan Ekuitas 28.552 42.275 41.784

81
Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun yang berakhir
pada tanggal 31 Desember 2010

Jumlah aset KOBE per tanggal 31 Desember adalah sebesar Rp41.784 juta, yang merupakan
penurunan sebesar Rp490 juta atau sebesar 1,16% dari sebelumnya sebesar Rp42.275 juta per
tanggal 31 Desember 2010. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh adanya penurunan
kas dan setara kas KOBE sebesar Rp2.188 juta atau sebesar 69,77% dari sebelumnya sebesar
Rp3.136 juta per tanggal 31 Desember 2010 menjadi sebesar Rp948 juta per tanggal 31 Desember
2011 dimana Perseroan telah menggunakannya untuk membiayai kegiatan operasionalnya dalam
mendukung pengembangan usaha KOBE. Penurunan kas dan setara kas tersebut juga diimbangi
dengan peningkatan piutang usaha KOBE sebesar Rp6.142 juta atau sebesar 85,97% menjadi
Rp13.286 per tanggal 31 Desember 2011 dari sebelumnya sebesar Rp7.144 juta per tanggal
31 Desember 2010.

Jumlah kewajiban KOBE per tanggal 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp30.721 juta, yang merupakan
penurunan sebesar Rp5.135 juta atau sebesar 14,32% dari sebelumnya sebesar Rp35.856 juta per
tanggal 31 Desember 2010. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan utang bank
KOBE sebesar Rp1.283 juta atau sebesar 14,27% dari sebelumnya sebesar Rp8.991 juta per tanggal
31 Desember 2010 menjadi sebesar Rp7.708 juta per tanggal 31 Desember 2011 dan telah dilunasinya
utang lain-lain KOBE, baik dengan pihak ketiga maupun dengan pihak berelasi.

Jumlah ekuitas KOBE per tanggal 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp11.063 juta, yang merupakan
peningkatan sebesar Rp4.644 juta atau sebesar 72,35% dari sebelumnya sebesar Rp6.419 juta per
tanggal 31 Desember 2010. Kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh laba tahun berjalan pada
tahun 2011 yang telah mencapai Rp2.144 juta.

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 dibandingkan dengan tahun yang berakhir
pada tanggal 31 Desember 2009

Jumlah aset KOBE per tanggal 31 Desember 2010 adalah sebesar Rp42.275 juta, yang merupakan
peningkatan sebesar Rp13.722 juta atau sebesar 48,06% dibandingkan dengan jumlah aset per
tanggal 31 Desember 2009 yaitu sebesar Rp28.552 juta. Peningkatan tersebut terutama disebabkan
oleh peningkatan persediaan sebesar Rp10.696 juta atau sebesar 69,96% dari sebelumnya sebesar
Rp15.288 juta per tanggal 31 Desember 2009 menjadi sebesar Rp25.984 juta per tanggal 31 Desember
2010. Peningkatan aset tersebut juga dipengaruhi oleh peningkatan kas dan setara kas sebesar
Rp2.476 juta atau sebesar 375,15%, dari sebelumnya sebesar Rp660 juta per tanggal 31 Desember
2009 menjadi sebesar Rp3.136 juta per tanggal 31 Desember 2010. Peningkatan kas dan setara kas ini
disebabkan oleh peningkatan pendapatan KOBE pada tahun 2010.

Jumlah kewajiban KOBE per tanggal 31 Desember 2010 adalah sebesar Rp35.856 juta, yang merupakan
peningkatan sebesar Rp12.492 juta atau sebesar 53,47% dibandingkan dengan jumlah kewajiban per
tanggal 31 Desember 2009 yaitu sebesar Rp23.364 juta. Peningkatan tersebut terutama disebabkan
oleh adanya peningkatan utang usaha atas penjualan unit, suku cadang dan lain-lain sebesar Rp8.805
juta atau sebesar 98,34% dari sebelumnya sebesar Rp8.954 juta per tanggal 31 Desember 2009
menjadi sebesar Rp17.759 juta per tanggal 31 Desember 2010. Peningkatan kewajiban KOBE juga
dipengaruhi oleh peningkatan uang muka penjualan sebesar Rp535 juta atau sebesar 31,21% dari
sebelumnya sebesar Rp1.714 per tanggal 31 Desember 2009 menjadi sebesar Rp2.249 juta per
tanggal 31 Desember 2010; peningkatan biaya yang masih harus dibayar sebesar Rp901 juta atau
sebesar 639,01% dari sebelumnya sebesar Rp141 juta per tanggal 31 Desember 2009 menjadi sebesar
Rp1.042 juta per tanggal 31 Desember 2010; dan peningkatan utang lain-lain sebesar Rp2.441 juta
atau sebesar 120,13% dari sebelumnya sebesar Rp2.032 juta per tanggal 31 Desember 2009 menjadi
sebesar Rp4.473 juta per tanggal 31 Desember 2010.

Jumlah ekuitas KOBE per tanggal 31 Desember 2010 adalah sebesar Rp6.419 juta, yang merupakan
peningkatan sebesar Rp1.230 juta atau sebesar 23,70% dibandingkan dengan jumlah ekuitas per
tanggal 31 Desember 2009 yaitu sebesar Rp5.189 juta. Peningkatan tersebut terutama disebabkan
oleh adanya laba tahun berjalan yang mencapai Rp1.230 pada tahun 2010.

82
Laporan Laba Rugi Komprehensif

(dalam jutaan Rupiah)

Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember


Keterangan
Pendapatan Neto 2009
36.672 2010
51.969 2011
63.620
Beban Pokok Pendapatan 31.274 43.033 50.213
Laba Bruto 5.398 8.936 13.407
Beban Usaha 2.706 6.704 9.401
Laba Usaha 2.692 2.232 4.006
Pendapatan (Beban) Keuangan 21 (525) (803)
Laba Sebelum Pajak Penghasilan 2.713 1.708 3.203
Laba Komprehensif 1.929 1.230 2.144

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun yang berakhir
pada tanggal 31 Desember 2010

Pendapatan KOBE untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp63.620
juta, yang merupakan peningkatan sebesar Rp11.651 juta atau sebesar 22,42% dibandingkan dengan
pendapatan jasa KOBE untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 yaitu sebesar
Rp51.969 juta. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan servis KOBE
yang meningkat sebesar Rp632 juta atau 35,60% menjadi sebesar Rp2.407 juta pada tahun 2011 dan
penjualan atas unit sebesar Rp9.975 juta atau 22,46% dari sebesar Rp44.418 juta pada tahun 2010
menjadi sebesar Rp54.393 juta pada tahun 2011.

Beban pokok pendapatan KOBE untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 adalah
sebesar Rp50.213 juta, yang merupakan peningkatan sebesar Rp7.180 juta atau sebesar 16,68%
dibandingkan dengan beban pokok penjualan KOBE untuk tahun yang berakhir pada tanggal
31 Desember 2010 yaitu sebesar Rp43.033 juta. Peningkatan beban pokok penjualan tersebut terutama
disebabkan oleh peningkatan penjualan dari unit, suku cadang, dan sewa.

Laba Bruto KOBE untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp13.407
juta, yang merupakan peningkatan sebesar Rp4.471 juta atau sebesar 50,03% dibandingkan dengan
Laba Bruto KOBE untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 yaitu sebesar Rp8.936
juta. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh efisiensi kinerja dimana peningkatan beban
pokok pendapatan tidak sama tingginya dengan peningkatan pendapatan KOBE, sehingga laba bruto
perusahaan KOBE pada tahun 2011 menjadi lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

Beban usaha KOBE untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp9.401
juta, yang merupakan peningkatan sebesar Rp2.697 juta atau sebesar 40,23% dibandingkan dengan
beban usaha KOBE untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 yaitu sebesar Rp6.704
juta. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh terjadi peningkatan pada gaji dan kesejahteraan
karyawan, biaya pengiriman unit, perjalanan dinas dan personal diskon yang dilakukan oleh KOBE
dalam mendukung kegiatan operasional KOBE.

Laba usaha KOBE untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp4.006
juta, yang merupakan peningkatan sebesar Rp1.774 juta atau sebesar 79,48% dibandingkan dengan
laba usaha KOBE untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 yaitu sebesar Rp2.232
juta. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya pendapatan jasa KOBE tas unitnya.

Beban Keuangan KOBE untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 adalah sebesar
Rp803 juta, yang merupakan peningkatan sebesar Rp278 juta atau sebesar 52,95% dibandingkan
dengan beban keuangan KOBE untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 yaitu
sebesar Rp525 juta. Peningkatan beban keuangan tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan
beban bunga bank serta beban bunga atas utang cicilan.

83
Laba sebelum pajak penghasilan KOBE untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011
adalah sebesar Rp3.203 juta, yang merupakan peningkatan sebesar Rp1.495 juta atau sebesar
87,53% dibandingkan dengan laba sebelum pajak penghasilan KOBE untuk tahun yang berakhir pada
tanggal 31 Desember 2010 yaitu sebesar Rp1.708 juta. Peningkatan tersebut terutama disebabkan
oleh peningkatan pendapatan KOBE pada tahun 2011.

Laba bersih KOBE untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp2.144
juta, yang merupakan peningkatan sebesar Rp914 juta atau sebesar 74,31% dibandingkan dengan
laba bersih KOBE untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 yaitu sebesar Rp1.230
juta. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh kinerja KOBE yang sangat baik dengan tingginya
pendapatan pada tahun 2011 dan diiringi dengan efisiensi dalam pengelolaan beban biaya dalam
menunjang kegiatan operasional KOBE.

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 dibandingkan dengan tahun yang berakhir
pada tanggal 31 Desember 2009

Pendapatan KOBE untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 adalah sebesar Rp51.969
juta, yang merupakan peningkatan sebesar Rp 15.297 juta atau sebesar 41,71% dibandingkan dengan
penjualan KOBE untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 yaitu sebesar Rp36.672
juta. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan penjualan unit yang mengalami
peningkatan sebesar Rp13.191 juta atau sebesar 42,24% dari sebelumnya pada tahun 2009 sebesar
Rp 31.227 juta menjadi sebesar Rp44.418 juta pada tahun 2010. Penjualan unit memberikan kontribusi
terbesar bagi total penjualan KOBE pada tahun 2010 dan 2009 berturut-turut, yaitu sebesar 85,47%
dan 85,15%.

Beban pokok pendapatan KOBE untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 adalah
sebesar Rp43.033 juta, yang merupakan peningkatan sebesar Rp11.759 juta atau sebesar 37,60%
dibandingkan dengan beban pokok penjualan KOBE untuk tahun yang berakhir pada tanggal
31 Desember 2009 yaitu sebesar Rp31.274 juta. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh
peningkatan beban pokok pendapatan atas unit seiring dengan peningkatan pendapatan atas unit
KOBE. Beban pokok pendapatan atas unit KOBE pada tahun 2010 adalah sebesar Rp38.614 juta, yang
merupakan peningkatan sebesar Rp11.099 juta atau sebesar 40,34% dibandingkan dengan beban
pokok penjualan unit KOBE pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp27.515 juta.

Laba bruto KOBE untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 adalah sebesar Rp8.936
juta, yang merupakan peningkatan sebesar Rp3.538 juta atau sebesar 65,54% dibandingkan dengan
laba bruto KOBE untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 yaitu sebesar Rp5.398
juta. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh adanya peningkatan pendapatan atas unit oleh
KOBE.

Beban usaha KOBE untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 adalah sebesar Rp6.704
juta, yang merupakan peningkatan sebesar Rp3.998 juta atau sebesar 147,75% dibandingkan dengan
beban usaha KOBE untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 yaitu sebesar Rp2.706
juta. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh adanya peningkatan yang cukup signifikan pada
beban penjualan dan beban umum dan administrasi. Beban umum dan administrasi KOBE pada tahun
2010 adalah sebesar Rp 6.508 juta, yang merupakan peningkatan sebesar Rp2.909 juta atau sebesar
80,83%, dibandingkan dengan beban umum dan administrasi KOBE pada tahun 2009 yaitu sebesar
Rp 3.599 juta. Peningkatan beban umum dan administrasi KOBE tersebut terutama disebabkan
karena adanya peningkatan aktivitas KOBE. Sementara itu, beban penjualan KOBE pada tahun 2010
adalah sebesar Rp838 juta, yang merupakan peningkatan sebesar Rp325 juta atau sebesar 63,35%,
dibandingkan dengan beban penjualan KOBE pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp513 juta. Peningkatan
beban penjualan KOBE tersebut terutama disebabkan karena peningkatan atas beban pengiriman unit.

Laba usaha KOBE untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 adalah sebesar Rp2.232
juta, yang merupakan penurunan sebesar Rp460 juta atau sebesar 17,09% dibandingkan dengan laba
usaha KOBE untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 yaitu sebesar Rp2.692 juta.
Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh tingginya beban usaha yang terjadi di tahun 2010.

84
Beban Keuangan KOBE untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 adalah sebesar
Rp525 juta, yang merupakan penurunan sebesar 2.400% dibandingkan dengan pendapatan keuangan
KOBE untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 yaitu sebesar Rp21 juta. Penurunan
tersebut terutama disebabkan oleh adanya peningkatan beban bunga bank.

Laba bersih KOBE untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 adalah sebesar Rp1.230
juta, yang merupakan penurunan sebesar Rp699 juta atau sebesar 36,24% dibandingkan dengan laba
bersih KOBE untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 yaitu sebesar Rp1.929 juta.
Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan beban usaha Perseroan.

K. Transaksi Dengan Pihak-Pihak Berelasi

Transaksi afiliasi diartikan sebagai sebuah transaksi yang dilakukan oleh perusahaan atau perusahaan
terkendali dengan afiliasi dari perusahaan atau afiliasi dari anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris,
atau pemegang saham utama (pemegang saham yang memiliki minimal 20% saham baik langsung
maupun tidak langsung di perusahaan) dari perusahaan. Benturan kepentingan diartikan sebagai
perbedaan antara kepentingan ekonomi perusahaan dengan kepentingan ekonomi pribadi dari anggota
Direksi, anggota Dewan Komisaris, atau pemegang saham utama yang dapat merugikan perusahaan.

Untuk melakukan transaksi dengan pihak yang terafiliasi, Perseroan diharuskan untuk: (i) mengumumkan
keterbukaan informasi atas setiap transaksi afiliasi kepada masyarakat dan menyampaikan bukti
pengumuman dan dokumen pendukungnya kepada Bapepam dan LK paling lambat akhir hari kerja
ke-2 (kedua) setelah terjadinya transaksi tersebut, dimana pengumuman tersebut akan memuat salah
satunya ringkasan laporan penilai independen yang terdaftar di Bapepam dan LK.

Selain itu, berdasarkan Peraturan Bapepam dan LK No. IX.E.1 tentang Transaksi Afiliasi dan Benturan
Kepentingan Transaksi Tertentu, beberapa transaksi afiliasi hanya cukup dilaporkan oleh perusahaan
kepada Bapepam dan LK paling lambat akhir hari kerja ke-2 (kedua) setelah terjadinya transaksi tanpa
disertai dengan laporan penilai independen yang terdaftar di Bapepam dan LK.

Untuk melakukan transaksi dengan yang mengandung benturan kepentingan, Perseroan diharuskan
untuk memperoleh persetujuan dari para pemegang saham independen, kecuali transaksi-transaksi
dengan benturan kepentingan yang dikecualikan dari kewajiban mendapatkan persetujuan dari para
pemegang saham independen sebagaimana dimaksud dalam angka 3 huruf c Peraturan Bapepam dan
LK No. IX.E.1.

Per tanggal 31 Desember 2011, Perseroan tidak memiliki perjanjian dengan pihak-pihak yang berelasi.
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011, Perseroan tidak melakukan transaksi
dengan pihak-pihak yang berelasi.

L. Perjanjian-Perjanjian Penting Dengan Pihak Ketiga

Dalam menjalankan kegiatan usahanya, Perseroan telah mengadakan beberapa perjanjian material
dengan pihak ketiga, antara lain sebagai berikut:

1. Distributorship Agreement (Perjanjian Distributor), tanggal 1 Januari 2010, yang dibuat di bawah
tangan, antara Doosan Infracore Co., Ltd. (Prinsipal/Produsen) dan PT Kobexindo Tractors
(Distributor), dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut:

Ruang Lingkup : Penunjukan (oleh Doosan) dan penerimaan atas penunjukan


distributor tunggal (oleh Perseroan) untuk wilayah Indonesia.
Nilai Perjanjian : 1. Tahun pertama (2010): US$18,000,000 atau 150 unit
2. Tahun kedua (2011): US$22,000,000 atau 180 unit
3. Tahun ketiga (2012): US$27,000,000 atau 216 unit

85
Jangka Waktu : 3 (tiga) tahun sejak tanggal ditandatangani, kecuali diakhiri lebih
awal berdasarkan ketentuan sebagaimana diatur dalam perjanjian.
Pada akhir perjanjian maka secara otomatis akan diperpanjang untuk
jangka waktu 3 (tiga) tahun berikutnya, kecuali masing-masing pihak
memberikan pemberitahuan melalui surat tercatat 3 (tiga) bulan
sebelum akhir tahun pertama atau setiap periode tahun selanjutnya
untuk mengakhiri perjanjian.
Domisili Hukum : Tidak disebutkan dalam perjanjian.
Penyelesaian Perselisihan : Arbitrase di Seoul, Korea Selatan, berdasarkan Hukum Korea
Selatan dan Incoterms 2000, yang akan bersifat final dan mengikat.
Hak dan Kewajiban :

Prinsipal :
a.) Hak:
- Menerima pembayaran atas produk-produk Prinsipal yang dipesan dan dijual oleh
Distributor di wilayah pemasaran Distributor berdasarkan perjanjian.
b.) Kewajiban:
- Memasok Distributor dengan produk-produk Prinsipal sesuai dengan pesanan Distributor
dengan alasan-alasan yang wajar.

Distributor :
a.) Hak:
- Mengiklankan, mempromosikan produk-produk Prinsipal sebagai Distributor tunggal
- Menjual produk-produk Prinsipal sebagai Distributor tunggal di wilayah pemasaran
sebagaimana diatur dalam perjanjian.
b.) Kewajiban:
- Memenuhi target pesanan dan penjualan.
- Membayar produk-produk Prinsipal yang dipesan olehnya.

Keterangan:
- Perjanjian dibuat dalam bahasa Inggris dan dapat diterjemahkan dalam bahasa lainnya dimana
apabila terdapat perbedaan penafsiran maka yang akan digunakan adalah bahasa Inggris.
- Berdasarkan Surat Tanda Pendaftaran Sebagai Distributor Tunggal Barang Produksi Luar
Negeri Nomor: 1342/STP-LN/PDN.2/4/2011 tanggal 14 April 2011, yang dikeluarkan oleh
Direktur Bina Usaha Perdagangan, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, disebutkan
bahwa Perseroan berdasarkan Perjanjian Distributor tersebut di atas telah terdaftar sebagai
Distributor Tunggal atas jenis barang Hydraulic Excavator dan Whell Loaders termasuk suku
cadangnya, yang bermerk Doosan, untuk wilayah pemasarang Indonesia, yang berlaku sampai
dengan tanggal 1 Januari 2013.

2. Exclusive Distributorship Agreement (Perjanjian Distribusi Eksklusif), tanggal 14 Juli 2010, yang
dibuat di bawah tangan, antara Inner Mongolia North Hauler Joint Stock Co. Ltd. (NHL) (Prinsipal/
Produsen) dan PT Kobexindo Tractors (Distributor), dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagai
berikut:

Ruang Lingkup : Pembelian dan Penjualan ekslusif (oleh Perseroan) atas produk NHL
untuk wilayah Indonesia yaitu Model TR 50.
Nilai Perjanjian : 1. Tahun pertama (14 Juli 2010 s/d 14 Juli 2011): Lebih dari US$
8,000,000
2. Tahun kedua (2012) dan seterusnya: akan disepakat oleh kedua
belah pihak
Jangka Waktu : Sejak tanggal ditandatangani (14 Juli 2010) sampai dengan
14 Juli 2011 dan diperpanjang secara otomatis.

Pada akhir perjanjian maka secara otomatis akan diperpanjang untuk periode selanjutnya, kecuali
masing-masing pihak memberikan pemberitahuan melalui surat tercatat 3 (tiga) bulan sebelum
akhir tahun pertama atau setiap periode tahun selanjutnya untuk mengakhiri perjanjian.

86
Domisili Hukum : Tidak disebutkan dalam perjanjian.
Penyelesaian Perselisihan : Pertama-tama akan diselesaikan secara musyawarah namun apabila
tidak tercapai kesepakatan akan diselesaikan melalui arbitrase yang
akan ditunjuk oleh kedua belah pihak. Hukum yang berlaku yaitu
hukum dimana kantor resmi Prinsipal berada.
Hak dan Kewajiban :

Prinsipal :
a.) Hak:
- Menerima pembayaran atas produk-produk Prinsipal yang dipesan dan dijual oleh
Distributor di wilayah pemasaran Distributor berdasarkan perjanjian.
- Menangani layanan purna jual dan suku cadang. Dalam hal NHL membutuhkan bantuan
Distributor untuk layanan purna jual dan suku cadang maka NHL akan memberikan 6%
hasil penjualan layanan purna jual dan suku cadang kepada Distributor.
b.) Kewajiban:
- Membantu dan memberikan pada Distributor seluruh dokumen yang diperlukan terkait
produk dan teknologinya dan membantu dalam promosi pasar.
- Memasok Distributor dengan produk-produk Prinsipal sesuai dengan pesanan Distributor
tepat pada waktunya untuk menjamin pelaksanaan perjanjian.
- Tidak boleh menunjuk orang atau perusahaan lain untuk penjualan atau perwakilan
dari produknya di Indonesia atau menjual secara langsung produk di Indonesia kepada
konsumen. Setiap pelanggaran akan dikenakan denda 10% dari total jumlah perjanjian
terkait.

Distributor :
a.) Hak:
- Membeli dan menjual produk Prinsipal sebagaimana ditentukan dalam perjanjian untuk
dan atas namanya sendiri tanpa nama dari Pinsipal.
- Mengiklankan, mempromosikan produk-produk Prinsipal sebagai Ekslusif Distributor di
wilayah Indonesia.
- Menggunakan merk, nama atau simbol-simbol lain dari Prinsipal namun hanya dalam
rangka identifikasi dan promosi produk objek perjanjian sebagaimana ditentukan dalam
perjanjian.
- Menjual produk-produk Prinsipal sebagai Exclusive Distributor di wilayah pemasaran
sebagaimana diatur dalam perjanjian.
- Menyelenggarakan bengkel perbaikan dan juga layanan purnya jual atas seluruh produk
sebagaimana disebutkan dalam perjanjian, yang tidak termasuk dalam cakupan layanan.

b.) Kewajiban:
- Memenuhi target pesanan dan penjualan sebagaimana ditentukan dalam perjanjian.
- Membayar produk-produk Prinsipal yang dipesan olehnya.
- Menjalankan bisnis secara bertanggungjawab dan memberikan informasi atas aktivitas
bisnis Distributor dan kondisi pasar di Indonesia kepada Prinsipal.
- Tidak boleh menjual produk-produk lain yang bersaing dengan produk Prinsipal baik di
dalam maupun di luar wiayah Indonesia. Setiap pelanggaran akan dikenakan denda 10%
dari total jumlah perjanjian terkait.
- Tidak menggunakan atau memberitahukan kepada pihak ketiga (lain) setiap pengetahuan
dan rahasia dagang yang mungkin diperolehnya dalam cara apapun selama aktivitas
bisnisnya dengan Prinsipal, termasuk setelah masa berakhirnya perjanjian.
- Mempromosikan dan mempublikasikan produk objek perjanjian di wilayah Indonesia
dengan biaya yang ditanggungnya
- Memberitahukan pada Prinsipal setiap keikutsertaannya pada suatu pameran dan eksebisi
dalam jangka waktu yang patut.
- Tidak boleh mendaftarkan atau memiliki pendaftaran atas setiap merk, nama dan symbol
Prinsipal sebagaimana ditentukan dalam perjanjian baik di dalam wilayah Indonesia
maupun di luar wilayah Indonesia.

87
- Memberikan informasi pada Prinsipal atas setiap peritiwa persaingan tidak sehat yang
member pengaruh pada hak atas kekayaan industry dari Prinsipa yang diketahuinya dan
membantu Prinsipal dengan kemampuan terbaiknya untuk melindungi dirinya sendiri
dalam melawan persaingan tidak sehat tersebut..
- Menjamin ketersediaan suku cadang produk NHL agar produk dapat berfungsi dengan
normal. Daftar mana akan disepakati oleh kedua belah pihak.

Keterangan:
Sesuai dengan klausula dalam perjanjian disebutkan bahwa pada akhir perjanjian maka secara
otomatis akan diperpanjang untuk periode selanjutnya, kecuali masing-masing pihak memberikan
pemberitahuan melalui surat tercatat 3 (tiga) bulan sebelum akhir tahun pertama atau setiap periode
tahun selanjutnya untuk mengakhiri perjanjian. Pada saat ini perjanjian masih berlaku diantara para
pihak dengan perpanjangan otomatis dimana tidak ada pengakhiran berdasarkan pemberitahuan
melalui surat tercatat oleh masing-masing pihak dalam waktu 3 (tiga) bulan sebelum peride tahun
berjalan.

3. Distributorship Agreement (Agreement No.: TDCV/Kobexindo/20120210.01) (Perjanjian Distribusi),


tanggal 10 Februari 2012, yang dibuat di bawah tangan, antara Tata Daewoo Commercial Vehicle
Co., Ltd., (“TDCV”) (Prinsipal/Produsen) dan PT Kobexindo Tractors (Distributor), dengan ketentuan
dan syarat-syarat sebagai berikut:

Ruang Lingkup : Penunjukan Distributor sebagai distributor ekslusif oleh Prinsipal dari
produk-produk Prinsipal di wilayah Indonesia yaitu truk (6x4 Dump
Truck dan 8x4 Dump Truck) dan suku cadangnya.
Nilai Perjanjian : 1. Tahun 2012-2013: 100 truck;
2. Tahun 2013-2014: 150 truck;
3. Tahun 2014-2015: 225 truck;
4. Tahun 2015-2016: 338 truck;
5. Tahun 2016-2017: 508 truck
Dengan nilai (harga) yang sepenuhnya menjadi kewenangan dan
akan ditentukan oleh Prinsipal dimana harga yang sudah ditentukan
dan diterima tidak boleh diubah untuk periode berjalan.
Jangka Waktu : Sejak tanggal ditandatangani (10 Februari 2012) sampai dengan 9
Februari 2015, dengan ketentuan perpanjangan setiap tahun selama
masa periode 3 tahun perjanjian setelah diadakannya evaluasi kinerja
Distributor oleh Prinsipal, yaitu minimal 75% dari rencana bisnis yang
disetujui. Apabila Distributor tidak mampu memenuhi target minimal
maka Prinsipal memiliki hak untuk menolak perpanjangan perjanjian
setelah masa 1 tahun berjalan yang artinya perjanjian hanya berjalan
untuk masa 1 tahun saja.

Setelah lewat masa 3 tahun maka perjanjian akan dievluasi dan para
pihak sepakat untuk memperbarui perjanjian.

Domisili Hukum : Tidak disebutkan dalam perjanjian.


Penyelesaian Perselisihan : Diselesaikan melalui negosiasi dan konsultasi. Apabila tidak tercapai
kesepakatan dalam waktu 30 hari maka dengan pemberitahuan oleh
salah satu pihak maka masing-masing pihak dapat mengajukan
sengketa ke Arbitrase Singapura dengan hukum yang diberlakukan
yaitu hukum Singapura. Putusan arbitrase merupakan putusan final
dan mengikat para pihak. Putusan arbitrase dapat diajukan untuk
diuji di pengadilan yang memiliki wilayah yurisdiksi terhadap pihak
terkait.

88
Hak dan Kewajiban :

Prinsipal :
a.) Hak:
- Menerima pembayaran atas produk-produk Prinsipal yang dipesan dan dijual oleh
Distributor di wilayah pemasaran Distributor berdasarkan perjanjian.
- Menentukan harga yang akan diberlakukan dalam pembelian produk oleh Distributor.
b.) Kewajiban:
- Menyediakan produk yang dipesan untuk dijual kembali oleh Distributor di wilayah
Indonesia.
- Melakukan direct selling di wilayah Indonesia, termasuk dalam kondisi-kondisi penjualan
tertentu sebagaimana dimaksud dalam perjanjian.
- Mengunjungi Distributor, dealer dan konsumen atau tempat dari Distributor, dealer dan
konsumen.
- Melakukan pemeriksaan atas persediaan produk oleh Distributor.
- Menerima laporan-laporan rutin dari Distributor sebagaimana ditentukan dalam
perjanjian.

Distributor :
a.) Hak:
- Membeli dan menjual produk Prinsipal sebagaimana ditentukan dalam perjanjian sebagai
distributor eksklusif di wilayah Indonesia.
b.) Kewajiban:
- Mempromosikan, memasarkan, menjual dan mendistribusikan produk Prinsipal di wilayah
Indonesia dan menyediakan seluruh jaminan purna jual, perbaikan dan layanan perawatan
yang diperlukan dengan usaha terbaiknya.
- Menjaga persediaan produk Prinsipal secara cukup.
- Mengizinkan perwakilan Prinsipal untuk mengunjungi dealer atau konsumen dan untuk
mengunjungi tempat Distributor dan/atau dealers untuk memeriksa persediaan, catatan
layanan purna jual, dan dokumen lain yang terkait.
- Menjaga layanan penjualan dan layanan purna jual yang diwajibkan secara full time untuk
penjualan dari produk Prinsipal.
- Menyediakan laporan rutin kepada Prinsipal sebagaimana ditentukan dalam perjanjian,
antara lain laporan penguasaan pasar, laporan rencana pemasaran, laporan analisis
pemasaran dan lain sebagainya.
- Memenuhi jumlah minimum pembelian dan penjualan kembali dari produk Prinsipal di
wilayah Indonesia.
- Membangun jaringan penjualan dan layanan untuk penjualan dan layanan purna jual di
wilayah Indonesia, dengan menunjuk pihak ketiga sebagai dealer resmi dari distributor,
penunjukan mana dengan persetujuan terlebih dahulu dari Prinsipal.
- Tidak boleh menjual atau mengekspor produk Prinsipal di luar wilayah Indonesia.
- Membayar produk-produk Prinsipal yang dipesan olehnya.

4. Importer Agreement, tanggal 20 Februari 2012, yang dibuat antara Jungheinrich Lift Truck Singapore
Pte Ltd. (Jungheinrich) dan KOBE (importir), dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut:

Ruang Lingkup : Hak ekslusif untuk menjual (oleh Perseroan) atas produk
”Jungheinrich Material Handling Equipment”, di wilayah Indonesia,
kecuali Batam dan Bintan.
Nilai Perjanjian : Sesuai dengan daftar harga yang berlaku pada tanggal pengiriman,
kecuali dalam kasus individual, dimana harganya bervariasi dari
daftar harga yang telah tertera dalam konfirmasi pemesanan atau
dalam dokumen lainnya. Harga harus dicantumkan dalam Euro.
Jungheinrich berhak melakukan perubahan dalam jangka waktu
6 (enam) minggu.

89
Jangka Waktu : Tidak Terbatas. Perjanjian dapat diakhiri oleh masing-masing pihak
dengan memberikan pemberitahuan kepada pihak lainnya dalam
jangka waktu 6 (enam) bulan sebelum mengakhiri Perjanjian.
Domisili Hukum : Singapura
Penyelesaian Perselisihan : Pengadilan yang berwenang di wilayah hukum importir.
Hak dan Kewajiban :
Jungheinrich :
a.) Hak:
- Menerima pembayaran atas produk-produk Jungheinrich yang dipesan dan dijual oleh
importir di wilayah pemasaran Distributor berdasarkan perjanjian.
b.) Kewajiban:
- Memasok importir dengan produk-produk sesuai dengan pesanan importir tepat pada
waktunya untuk menjamin pelaksanaan perjanjian.
Distributor :
a.) Hak:
- Membeli dan menjual produk Jungheinrich sebagaimana ditentukan dalam perjanjian
untuk dan atas namanya sendiri tanpa nama dari Jungheinrich.
- Mengiklankan, mempromosikan produk-produk Jungheinrich di wilayah pemasaran
sebagaimana yang diatur dalam perjanjian.
- Menggunakan merk dari Jungheinrich.
b.) Kewajiban:
- Memberikan informasi kepada Jungheinrich mengenai aktifitas bisnis yang berhubungan
dengan produk-produk Jungheinrich yang dipasarkan dan berhubungan dengan
perkembangan pasar di wilayah pemasaran.
- Membangun dan menjaga operasi bisnis dan tempat yang harus sesuai dengan
persyaratan tujuan dalam perjanjian.
- Tidak memodifikasi kemasan dari produk-produk Jungheinrich;
- Tidak mengubah, memindahkan, atau memodifikasi merk, nomor atau hal lainnya yang
mengidentifikasikan atau berhubungan dengan produk Jungheinrich.
Keterangan:
- Perjanjian dibuat di bawah tangan dan ditandatangani di hadapan L Kuppanchetti, Notaris
Publik di Republik Singapura pada tanggal 20 Februari 2012.

M. Aset Tetap

Tabel dibawah ini adalah daftar aset tetap yang dimiliki oleh Perseroan dan Anak Perusahaan per
tanggal 31 Desember 2011:

Luas
No. Lokasi No. Sertifikat Berlaku Hingga Milik
(m2)
1. Desa Karangsari, Kecamatan Cikarang HGB No. 31 12.680 18 September 2038 Perseroan
Timur, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa
Barat
2. Desa Karangsari, Kecamatan Cikarang HGB No. 32 12.670 18 September 2038 Perseroan
Timur, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa
Barat
3. Desa Karangsari, Kecamatan Cikarang HGB No. 33 9.690 18 September 2038 Perseroan
Timur, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa
Barat
4. Desa Jatibening, Kecamatan Pondok HGB No.F2.7115 1.590 15 Desember 2031 Perseroan
Gede, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa (AJB No.
Barat 458/2011)
5. Desa Jatibening, Kecamatan Pondok HGB No.f2.7116 221 15 Desember 2031 Perseroan
Gede, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa AJB No.
Barat 459/2011
6. Desa Nagacipta, Kecamatan Serang, HGB No.1 7.952 15 Desember 2041 Perseroan
Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat (AJB No.560/2011)
7. Kelurahan Gunung Sahari Selatan, HGB No. 636 244 3 Desember 2028 Perseroan
Kecamatan Kemayoran, Kota Jakarta
Pusat, Povinsi DKI Jakarta

90
Luas
No. Lokasi No. Sertifikat Berlaku Hingga Milik
(m2)
8. Kelurahan Ancol, Kecamatan HGB No. 2384 2.835 27 Mei 2024 Perseroan
Pademangana, Kota Jakarta Utara, (AJB No. 136/2011)
Provinsi DKI Jakarta
9. Kelurahan Ancol, Kecamatan HGB No. 3362 1.918 9 November 2027 Perseroan
Pademangana, Kota Jakarta Utara, (AJB No. 137/2011)
Provinsi DKI Jakarta
10. Kelurahan Ancol, Kecamatan HGB No. 2383 1.008 Tidak terbaca Perseroan
Pademangana, Kota Jakarta Utara, (AJB No. 138/2011)
Provinsi DKI Jakarta
11. Kelurahan Ancol, Kecamatan HGB No. 3399 777 24 November 2031 Perseroan
Pademangana, Kota Jakarta Utara, (AJB No. 139/2011)
Provinsi DKI Jakarta
12. Kelurahan Ancol, Kecamatan HGB No. 3398 1.820 24 November 2031 Perseroan
Pademangana, Kota Jakarta Utara, (AJB No. 140/2011)
Provinsi DKI Jakarta
13. Kelurahan Tugurejo, Kecamatan Tugu, HM No. 846 (Akta Pelepasan dan 3.879 - Perseroan
Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah Pembebasan Hak Atas Tanah No.
54/2011)
14. Desa Sedatiagung, Kecamatan Sedati, HGB No. 312 378 24 September 2032 Perseroan
Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur
15. Desa Sedatiagung, Kecamatan Sedati, HGB No. 209 1.129 24 September 2032 Perseroan
Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur
16. Desa Sedatiagung, Kecamatan Sedati, HGB No. 351 485 9 Agustus 2041 Perseroan
Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur
17. Desa Sedatiagung, Kecamatan Sedati, HGB No. 353 831 24 September 2041 Perseroan
Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur
18. Desa Sedatiagung, Kecamatan Sedati, HGB No. 352 549 13 November 2041 Perseroan
Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur
19. Kelurahan Sepinggan, Kecamatan HGB No. 6017 607 15 September 2025 Perseroan
Balikpapan Selatan, Kota Balikpapan,
Provinsi Kalimantan Timur
20. Kelurahan Sepinggan, Kecamatan HGB No. 6018 979 15 September 2025 Perseroan
Balikpapan Selatan, Kota Balikpapan,
Provinsi Kalimantan Timur
21. Kelurahan Sepinggan, Kecamatan HGB No. 10256 3.754 23 Juni 2028 Perseroan
Balikpapan Selatan, Kota Balikpapan,
Provinsi Kalimantan Timur
22. Kelurahan Air Hitam, Kecamatan Payung HGB No. 107 2.237 11 September 2029 Perseroan
Sekaki, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau
23. Desa Landasan Ulin, Kecamatan HGB No. 965 9.005 4 September 2038 Perseroan
Landasan Ulin, Kabupaten Daerah
Tingkat II Banjar, Provinsi Kalimantan
Selatan

N. Perkara-Perkara yang Dihadapi Perseroan, Anak Perusahaan, Direksi dan Komisaris

Pada saat Prospektus ini diterbitkan tidak terdapat gugatan ataupun perkara yang sedang berjalan
atau telah diputus oleh Lembaga Peradilan dan/atau Badan Arbitrase atau potensi perkara, baik
dalam perkara pidana, perdata, perpajakan, arbitrase, hubungan industrial, tata usaha negara maupun
kepailitan di muka badan peradilan di Indonesia, yang memiliki pengaruh secara material terhadap
kelangsungan usaha, harta kekayaan dan rencana Penawaran Umum Perdana Saham Perseroan.

91

Anda mungkin juga menyukai