Anda di halaman 1dari 3

DAKWAH DI INDONESIA (1)

GEOGRAFIS NUSANTARA: Secara geografis Indonesia (Nusantara) memang negeri


yang penduduknya mayoritas muslim paling jauh dari pusat pusat Islam Timur Tengah.
Namun demikian diketahui bahwa Nusantara adalah kawasan maritim, pelayaran dari
berbagai penjuru dunia sejak awal masehi telah ramai mengunjungi kepulauan nusantara,
bukan hanya rute rute perdagangan antar kepulauan Indoensia dan berbagai daerah dan
negara di daratan Asia Tenggara. Demikian hal dari kawasan India dan Cina seperti halnya
para pedagang timur tengah atau pedagang arab telah banyak yang berlabuh dan berdagang
juga membeli rempah rempah dari Indonesia untuk kemudian di bawa kenegaranya
masing-masing. (lihat Taufiq Abdullah (ed). Sejarah Umat islam Indonesia (1993).
Berkenaan dengan masuknya Islam ke Indonesia, para ahli sejarah berdiskusi panjang
tentang tiga hal pokok. (1) asal tempat kedatangan Islam, (2) siapa para da’inya, dan (3)
kapan (waktu) dakwah Islam masuk Indonesia. Menurut para sejarawan, terdapat tiga teori
pertama Islam masuk ke Indoenesia berasal dari Timur Tengah (Arab), kedua berasala dari
Persia (Baghdad), dan ketiga berasal dari Gujarat anak benua India. Demikian halnya
dengan dari perspektif waktu ada yang mengatakan abad ketujuh (I H) ada juga yang
berpendapat abad ke 13 (6 H), yang paling moderat bisa dikatakan Islam sudah masuk
abad ke 7 dan berkembang abad ke 13. Alasan sejarah yang menguatkan ketiga teori
tersebut, baca Sejarah dakwah, Syamsuddin,RS.hal 184-187.
Media Dakwah di Indonesia;
Ada sejumlah wasilah-saluran (media) dakwah yang memungkinkan Islam menyebar di
DAKWAH DI INDONESIA (1)
GEOGRAFIS NUSANTARA: Secara geografis Indonesia (Nusantara) memang negeri
yang penduduknya mayoritas muslim paling jauh dari pusat pusat Islam Timur Tengah.
Namun demikian diketahui bahwa Nusantara adalah kawasan maritim, pelayaran dari
berbagai penjuru dunia sejak awal masehi telah ramai mengunjungi kepulauan nusantara,
bukan hanya rute rute perdagangan antar kepulauan Indoensia dan berbagai daerah dan
negara di daratan Asia Tenggara. Demikian hal dari kawasan India dan Cina seperti halnya
para pedagang timur tengah atau pedagang arab telah banyak yang berlabuh dan berdagang
juga membeli rempah rempah dari Indonesia untuk kemudian di bawa kenegaranya
masing-masing. (lihat Taufiq Abdullah (ed). Sejarah Umat islam Indonesia (1993).
Berkenaan dengan masuknya Islam ke Indonesia, para ahli sejarah berdiskusi panjang
tentang tiga hal pokok. (1) asal tempat kedatangan Islam, (2) siapa para da’inya, dan (3)
kapan (waktu) dakwah Islam masuk Indonesia. Menurut para sejarawan, terdapat tiga teori
pertama Islam masuk ke Indoenesia berasal dari Timur Tengah (Arab), kedua berasala dari
Persia (Baghdad), dan ketiga berasal dari Gujarat anak benua India. Demikian halnya
dengan dari perspektif waktu ada yang mengatakan abad ketujuh (I H) ada juga yang
berpendapat abad ke 13 (6 H), yang paling moderat bisa dikatakan Islam sudah masuk
abad ke 7 dan berkembang abad ke 13. Alasan sejarah yang menguatkan ketiga teori
tersebut, baca Sejarah dakwah, Syamsuddin,RS.hal 184-187.
Media Dakwah di Indonesia;
Ada sejumlah wasilah-saluran (media) dakwah yang memungkinkan Islam menyebar di
Indonesia: Pertama, perdagangan. Kesibukan lalu lintas perdagangan abad ke 7 sd 16
membuat para pedagang muslim dari Arab, Persia dan India turut ambil bagian dalam
perdagangan di negeri negeri bagian barat, tenggara dan timur benua Asia. Perdagangan
sangat efektif dijadikan media dakwah karena hampir semua strata sosial terlibat langsung
di dalamnya.
Tome Pires salah seorang pakar sejarah dunia berpendapat tentang Islamisasi di pesisir
pulau jawa, sebagaimana dikutif Badri Yatim bahwa banyak pedagang muslim yang
bermukim di yang penduduknya masih animis. Mereka berhasil mendirikan masjid masjid
mendatangkan mullah-mullah dan guru-guru dari luar sehingga jumlah mereka semakin
banyak. Di beberapa tempat penguasa-penguasa jawa yang menjabat sebagai bupati
kerajaan Majapahit yang ditempatkan di pesisir utara Jawa banyak yang masuk Islam,
bukan hanya factor politik yang memang sedang goyah saat itu, melainkan karena faktor
hubungan ekonomi dengan pedangang-pedangang muslim. Dalam perekembangan
berikutnya mereka kemudian mengambil alih perdagangan dan kekuasaan di tempat-
tempat tinggalnya.
Kedua, Perkawinan. Dari perspektif ekonomi para pedagang muslim memiliki status sosial
yang lebih baik dibanding kebanyakan pribumi. Sehingga wajar jika penduduk pribumi
terutama putri-putri bangsawan tertarik menjadi istri-istri para saudagar kaya. Sebelum
pernikahan dilangsungkan mereka di Islam kan terlebih dahulu. Dari perkawainan mereka
memiliki keturunan dan lingkungan mereka makin bertambah luas, timbul perkampungan
perkampungan baru, daerah dan bahkan kerajaan kerajaan muslim. Dalam perkembangan
berikutnya tidak sedikit wanita muslim dinikahi oleh keturunan bangsawan. Misalnya
pernikahan Raden Rahmat (Sunan Ampel) dengan Nyai Manila (salah seorang putri raja),
Sunan Gunung Djati mempersunting Kawungaten, Brawijaya dengan putri Campa yg
mempunyai keturunan Raden Patah (pendiri kerajaan Demak) dan banyak lagi contoh lain.
Media perkawinan ini sangat menguntungkan bagi perkembangan dakwah dan
mempercepat “islamisasi” di Indonesia, karena seperti contoh di atas tidak sedikit seorang
muslim mendapatkan isteri atau menantu dari keturunan bangsawan yang bukan hanya
punya harta dan kedudukan tetapi juga mereka mempunyai kekuasaan (politik).
Ketiga. Saluran Tasawuf, para sufi yang datang ke Indonesia baik berasal dari Baghdad
maupun India mengajarkan teosofi yg bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas
oleh masyarakat Indoensia. Dengan pendekatan tasawuf bentuk Islam yang diajarkan
kepada penduduk asli pribumi mempunyai beberapa persamaan dengan alam pikiran
mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu sehingga agama baru (Islam) mudah
dimengerti dan diterima. Para sufi yang sekaligus sebagai dai antara lain Hamzah Fansuri
di Aceh, Syekh Lemah Abang dan Sunan Panggung di Pulau Jawa. Disinyalir ajaran sufi
yang berbau “mistik” ini masih berkembang subur hingga pada abad 19 bahkan abad 20
M.
Keempat, Media Pendidikan. Dakwah Islam di Indonesia disebarkan melalui saluran
Pendidikan, baik Pendidikan pesantren maupun non pesantren, seperti yang
diselenggarakan para guru ngaji, ustad-ustad di berbagai majelis taklim. Pendidikan
Pondok Pesantren dalam hal ini adalah yang paling banyak berjasa dalam mengembangkan
dakwah di Indonesia, hampir di seluruh pelosok nusantara berdiri berbagai pesantren yang
satu visi dan misi yakni mengajarkan dan memperaktekkan ilmu-ilmu keislaman (dirasah
Islamiyah) kepada para kader (santri). Di Ponpes ini kemudian banyak melahirkan calon-
calon ulama, kyai, ajengan, ustad dan guru ngaji lainnya. Setelah menjadi alumni mereka
mengembangkan dirinya dengan mendirikan pesantren di daerahnya sebagai media
dakwah mereka yang akhirnya agama Islam sangat cepat menyebar di berbagai pelosok
Nusantara. Salah satu contoh pesantren yang didirikan yang masa awal perkembangan
dakwah Islam yakni pesantren yang didirikan Raden Rahmat di Ampel Denta (Surabaya)
dan oleh Sunan Giri di Giri (Gresik). Alumni dari kedua pesantren ini banyak berdakwah
di bergai wilayah Nusantara.
Untuk kasus Indonesia Pendidikan pesantren sangat efektif dan mensosialisasikan Islam .
Hal ini bukan hanya karena pesantren mengajarkan Islam secara sederhana, melainkan
juga sangat adaptif dengan budaya paternalistic penduduk bangsa Indosnesia. Bahkan
sampai saat ini tradisi Islam pesantren masih sangat kental untuk daerah daerah tertentu.
Kelima, Kesenian. Dakwah Islam dengan menggunakan pendekatan seni dan kesenian
sudah sejak lama ada dalam proses ilslamisasi di dunia, termasuk di Indonesia. Kesenian
yang sangat terkenal dan sering dilakukan para dai (wali) sejak lama atau sebelum
Indonesia terbebas dari penjajahan antara lain pertunjukkan gamelan dan wayang. Tertulis
dalam sejarah bahwa Suna Kalijaga adalah salah seorang tokoh yang paling mahir dalam
mementaskan kesenian wayang sebagai media dakwah. Sebagian besar waktu itu cerita
wayang masih diadopsi dari cerita Mahabrata dan Ramayana, tetapi dalam cerita itu
disisipkan ajaran dan nama-nama pahlawan Islam. Dalam pertunjukkannya Sunan
Kalijaga tidak pernah meminta upah pertunjukkan, tetapi meminta para penonton untuk
mengikutinya mengucapkan dua kalimat syahadat (syahadatain). Selain gamelan dan
wayang, kesenian lain seperti seni sastra (hikayat, babad dan lainnya), seni bangunan, seni
ukir, kalighrafi juga kerap dijadikan sebagai media dakwah.
Keenam. Politik. Di berbagai wilayah Nusantara, misalnya di maluku dan Sulawesi,
kebanyakan masyarakatnya masuk islam setelah raja-rajanya memluk Islam terlebih
dahulu. Pengaruh politik dan kekuasaan para raja sangat besar terhadap penyebaran Islam
di daerah ini. Di samping itu di Sumatera, Jawa maupun Indonesia bagian timur, demi
kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan bukan Islam.
Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan
Islam untuk masuk Islam. (lebih detail lihat Badri Yartim, hal 215-2018).

Anda mungkin juga menyukai