Anda di halaman 1dari 7

Sri Wahyu Ningsih

011711048

Rabu, 10 Juni 2020

SFH MSNP II – CKD & TherapyO2

Case Study Analysis a Patient with CKD

Ny. R berumur 62 tahun masuk ke IGD rumah sakit BA dengan keluhan utama mual muntah,
pusing, sesak, dan sakit pinggang. Di ruang IGD pasien dilakukan pemeriksaan TTV : TD 200/
90 mmHg, Nadi 100 x /menit, RR 26 kali per menit, Suhu 36,5 C. Pemeriksaan darah dengan
nilai Leukosit 3,7 juta/μl (3,8-5,2), nilai hemoglobin 10,3g/dl (11,7-15.5) dan nilai hematocrit
33% (35-47). Nilai ureum 123 mg/dl (17-49) dan kreatinin 4,80 mg/dl (<1,1). Pasien juga
terdapat edema pada tungkai. Sebelum masuk rumah sakit anak pasien mengatakan dua hari yang
lalu dalam sehari muntah-muntah 3-4 kali, muntah berisi makanan, nyeri kepala dan badan terasa
lemas, nafsu makan menurun, batuk-batuk, dan BAK sedikit. Pada tahun 2012 pasien sudah
mempunyai hipertensi yang baru diketahui pada saat pertama kali dirawat di rumah sakit.
Penyakit diabetes mellitus diketahui oleh pasien setelah satu tahun kemudian. Kemudian tahun
2013 pasien dirawat karena diabetes dan tahun 2017 pasien di rawat karena penyakit gagal ginjal
kronis. Dirumah sakit yang terakhir pasien melakukan cuci darah, namun sudah kurang lebih 2
bulan pasien tidak mau untuk cuci darah lagi.

1. Jelaskan patofisiologi terjadinya CKD


Jawab :
Penyakit ini menyebabkan berkurangnya massa ginjal. Sebagai upaya kompensasi,
terjadilah hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang masih tersisa yang diperantarai
oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth factor. Akibatnya, terjadi hiperfiltrasi
yang diikuti peningkatan tekanan kapiler dan 10 aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini
berlangsung singkat, hingga pada akhirnya terjadi suatu proses maladaptasi berupa sklerosis
nefron yang masih tersisa. Sklerosis nefron ini diikuti dengan penurunan fungsi nefron
progresif, walaupun penyakit yang mendasarinya sudah tidak aktif lagi.
2. Sebutkan factor resiko/etiologi terjadinya CKD pada pasien
Jawab :
 Etiologi
1. Penyakit parenkim ginjal
 Penyakit ginjal primer : Glomerulonephritis, pyelonephritis
 Penyakit ginjal sekunder : nefritis lupus, hypertensi, nepropati, DM
2. Penyakit ginjal obstruktif
BPH, nephrolithiasis, vesicolothiasis

 Faktor Resiko

 Usia. Karena usia yang makin bertambah, maka risiko penyakit ini juga
meningkat.
 Suku. Mereka yang merupakan keturunan Afrika, Amerika, dan suku asli
Amerika memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan dengan ras lainnya.
 Jenis Kelamin. Umumnya laki-laki memiliki risiko lebih tinggi mengalami
penyakit ini.
 Riwayat Keluarga. Riwayat keluarga juga merupakan salah satu faktor pemicu
diabetes dan hipertensi yang berakhir pada gagal ginjal kronis.
 Sering Konsumsi Makanan Tinggi Protein dan Lemak. Konsumsi makanan
tinggi protein dan lemak bisa tingkatkan risiko terkena gagal ginjal.
 Penggunaan Jenis Obat Tertentu. Ada baiknya untuk menghentikan
penggunaan obat-obatan tertentu yang dapat merusak ginjal, misalnya golongan
analgesik (obat penghilang rasa sakit). 

3. Identifikasi 3 masalah keperawatan utama pasien didukung dengan data focus


Jawab :
I. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluan urine dan retensi urin
II. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia mual muntah
III. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan suplai O2 dan nutrisi ke jaringan sekunder
4. Buat NCP pada 3 masalah utama tersebut.
Jawab :
I. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluan urine dan retensi urin
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan volume cairan pasien seimbang.
Dengan Kriteria Hasil :
Terbebas dari eodema, efusi anasarka, bunyi nafas normal
Intervensi :
1. Kaji status cairan : Timbang BB, keseimbangan masukan dan keluaran
cairan, turgor kulit adan adanya edema
2. Batasi masukan cairan
3. Identifikasi sumber potensial cairan
4. Kolaborasi pemberian cairan sesuai terapi
II. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia mual muntah
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi pasien
seimbang dan adekuat. Dengan kriteria hasil : nafsu makan meningkat, tidak terjadi
penurunan BB, masukan nutrisi yang adekuat.
Intervensi :
1. Monitor adanya mual dan muntah
2. Monitor adanya kehilan BB dan perubahan status nutrisi
3. Monitor hasil laboratorium (Albumin, total protein, dan Hb)
4. Monitor intake nutrisi dan kalori
5. Anjurkan klien makan sedkit tetapi serong
6. Anjurkan klien makan selagi hangat
7. Kalaorasi dengan tim gizi dalam pemberian diet
III. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan suplai O2 dan nutrisi ke jaringan sekunder
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan perfusi jaringan adekuat,
dengan kriteria hasil : membrane mukosa merah muda, akral hangat, TT dalam batas
normal, tidak ada edema.
Intervensi :
1. Kaji nyeri
2. Inspeksi kulit dan palpasi anggota badan
3. Atur posisi klien dengan posisi semi fowler
4. Monitor status cairan intake dan output
5. Evaluasi nadi dan edema

Clinical Activity 2 : O2 THERAPY and Venipuncture


1. Explain why your patient requires oxygen
Jawab :
Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk mengobati atau mencegah hipoksemia sehingga
mencegah hipoksia jaringan yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan ataupun
kematian sel.

2. What type of equipment is used to give O2 therapy?


Jawab :
a. Nasal kanul / masker sederhana / masker NRBM, sesuai ukuran pasien
b. Selang oksigen
c. Tabung oksigen dengan manometernya
d. Humidifier
e. Water steril (aquadest) / air matang / air mineral
f. Flowmeter (pengukur aliran
g. Plester
h. Gunting pleste

3. How do you decide how much O2 the patient needs ?


Jawab :
Rumus Pemberian O2
MV = VTxRR

Keterangan:
MV= Minute Ventilation, udara yang masuk ke sistem pernapasan setiap menit

VT= Volume Tidal, 6-8 ml/kg bb

RR= Respiration Rate

Misalnya : Berat Badan 50 kg, RR 30x/menit

MV= VTxRR

= (50 kg x (6-8 ml)) x 30

= 9000-12000 ml/mnt

= 9-12 L/menit

4. Identify the different ways the patient’s response to O2


Jawab :
a. Nilai SaO2 menggunakan pulse oxymetri
b. Kateter nasal atau prongs yang bergeser
c. Kebocoran system aliran oksigen
d. Kecepatan aliran oksigen yang tidak tepat
e. Jalan nafas yang tersumbat oleh lender atau kotoran hidung(bersihkan hidung dengan
ujung kain yang lembap atau sedot perlahan)
f. Distensi lambung (periksa posisi kateter dan perbaiki)

5. Demonstrate the correct procedure O2 therapy


Jawab :
Cara Pemasangan :

a. Alat-alat didekatkan pasien


b. Cuci tangan
c. Pasang manometer pada tabung oksigen
d. Pasang flowmeter dan pastikan alirannya mati terlebih dahulu
e. Pasang botol humidifier
f. Sambung selang oksigenasi dengan humidifier
g. Buka aliran flowmeter untuk mengecek aliran oksigen
h. Atur aliran oksigen sesuai indikasi
i. Pasang alat terapi oksigen pada pasien
j. Amati respon pasien
k. Pasang plester untuk fiksasi
l. Rapikan pasien dan alat-alat
m. Dokumentasikan prosedur dan respon pasien

1. Explain why a patient requires venipuncture


Jawab :
a. Untuk mendapatkan darah tujuan diagnostic
b. Untuk memantau kadar komponen darah
c. Untuk memberikan perawatan terapeutik termasuk obat – obatan, nutrisi atau
kemoterapi
d. Untuk menghilangkan darah karena kelebihan kadar besi atau eritrosit
e. Untuk mengumpulkan darah, seperti transfuse

2. Collect and then list below the equipment used to do venipuncture


Jawab :
Spuit,  Tourniquet, kapas alkohol, needle/wing needle, vacuum tube, blood container,
plester

3. What infection control precaution are needed to safety perform venipuncture?


Jawab :
 Cuci tangan sebelum melakukan prosedur
 Membersihkan tempat pengambilan darah menggunakan alkohol swab secara
sirkular
 Pastikan tabung dalam keadaan tertutup rapat

Anda mungkin juga menyukai