Anda di halaman 1dari 4

Sri Wahyu Ningsih

011711048
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Masalah Kepeawatan : Defisit Perawatan Diri

B. Definisi
Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan untuk secara mandiri
mempertahankan lingkungan yang meningkatkan pertumbuhan yang aman
(NANDA, 2017).
Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien
dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga
kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang
perawatan diri terlihat dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri
antaranya mandi, makan minum secara mandiri, berhias secara mandiri,
toileting (BAK/BAB), [CITATION Dam12 \l 1033 ].
Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan dalam kebersihan diri
makan, berpakaian, berhias diri, makan sendiri, buang air besar atau buang air
kecil sendiri (Toileting) (KEliat, B.A, dkk, 2011).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan serta toileting) kegiatan itu harus bisa
dilakukan secara mandiri, [ CITATION Her11 \l 1033 ].

C. Tanda dan gejala


Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut [CITATION Nit09 \l
1033 ] sebagai berikut :

a. Mandi/hygiene
Klien mengalami ketidak mampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air,
mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan
keluar kamar mandi.
b. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakan atau mengambil
potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau
menukar pakaian klien juga memiliki ketidak mampuan untuk
mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat
tambahan, menggunakan kancing tarik,melepaskan pakaian,
menggunakan kaos kaki,mempertahankan penampilan pada tingkat yang
memuaskan, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.
c. Makan
Klien mempunyai ketidak mampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,
menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka
container, memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan
dari wadah lalu memasukanya ke dalam mulut, melengkapi makan,
mencerna makanan menurut cara yang diterima oleh masyarakat,
mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan
aman.
d. BAB/BAK
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam
mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban,
memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah
BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.

D. Klasifikasi/jenis/tipe
Menurut [CITATION Muk12 \t \l 1033 ] yaitu:
1. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri sendiri.
2. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan berhias untuk diri sendiri.
3. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
sendiri.
4. Defisit perawatan diri : eliminasi
Hambatn kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
eliminasi sendiri.

E. Etiologi
 Factor predisposisi
1. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
2. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3. Kemampuan
realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan
realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan
lingkungan termasuk perawatan diri
4. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.

 Faktor presipitasi
Faktor presivitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.
1. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
2. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang
untuk menyediakannya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6. Kebiasaan
seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu
dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain –lain.
7. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

F. Terapi psikofarmaka
1. Obat anti psikosis : Penotizin.
2. Obat anti depresi : Amitripilin.
3. Obat antu ansietas : Diasepam, bromozepam, clobozam.
4. Obat anti insomia : phnebarbital.

G. Rentang respon neurobiologi

Adaptif Maladaptif

Pola perawatan Kadang perawatan Tidak melakukan


diri seimbangan diri kadang tidak perawatan saat stres

1. Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor dan


mampu untuk berperilaku adaptif maka pola perawatan yang dilakukan
klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
2. Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien mendapatan
stressor kadang-kadang pasien tidak menperhatikan perawatan dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak perduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stress

H. POHON MASAL

effeck
Isolasi Sosial : Menarik Diri

core problem
Defisit Perawatan Diri: mandi, berdandan

Causa
Harga Diri Rendah Kronis

DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti, M. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Reflika Aditama.
Damaiyanti, M., & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika
Aditama.
Fitri, N. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Herman, A. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa . Bandung: Nuha
Medika.

Anda mungkin juga menyukai