Anda di halaman 1dari 17

CASE STUDY

SFH-CMSNP

Disusun Oleh:

Sri Wahyu Ningsih

(011711048)

UNIVERSITAS BINAWAN

Jalan Raya Kalibata No. 25-30 Jakarta Timur 13630 Indonesia

Tahun 2020
CASE STUDY:
Tn.H umur 62 tahun, datang ke RS pusat rujukan diantar oleh petugas dengan
diagnose medis COVID – 19 terkonfirmasi Positif. Sebelumnya klien datang ke RS daerah
dengan keluhan tenggorokan terasa tidak nyaman sudah dua hari, batuk kering, tenggorokan
berlendir tidak ada, demam, sesak tidak ada namun mengeluh bernafasnya terasa sedikit
berbeda. Klien dilakukan 2 kali pemeriksaan Rapid Test SARS-CoV-2 anti bodytest dengan
hasil dua kali positif, selanjutnya klien dilakukan pemeriksaan lab swab tenggorokan
Polymerase Chain Reaction (PCR). Klien dianjurkan untuk isolasi mandiri dirumah oleh
dokter Spesialis Penyakit Dalam RS Daerah dan meminta membawa keluarganya untuk
screening. Hari berikutnya pasien datang kembali ke RS daerah dengan istrinya (tinggal
hanya berdua) untuk dilakukan swab tenggorokan Polymerase Chain Reaction(PCR) pada
istrinya, setelah dilakukan pemeriksaan swab klien dan istrinya dianjurkan untuk kembali
kerumah dan melakukan isolasi mandiri sampai hasil test tersebut keluar. Hasil swab
menunjukkan Tn H positif Covid 19, sementara istrinya negatif. Selanjutnya pasien dijemput
oleh petugas RS daerah untuk kemudian dirujuk ke RS Rujukan. Hasil pengkajian kemudian
ditemukan bahwa klien mengeluh tenggorokan terasa sakit, nyeri saat menelan, anosmia,
demam dengan suhu 38,2˚C, batuk dengan dahak sulit dikeluarkan, sesak nafas dengan
RR 30x/menit. Klien mengatakan ini merupakan pengalaman yang kedua mendapatkan
perawatan di Rumah Sakit. Riwayat penyakit sebelumnya Hipertensi dan pernah dirawat
karena gangguan pencernaan. , riwayat alergi tidak ada. Klien memiliki kebiasaan merokok
sampai saat ini, dalam sehari klien dapat menghabiskan 1 bungkus rokok. Vital Sign: TD :
123/72mmHg, N : 98 ×/mnt, RR : 30 ×/mnt, S : 38,2˚C, SpO2 87% dengan terpasang
oksigen NRM 8 liter per menit, klien tampak sesak, batuk-batuk, pernafasan cuping hidung,
retraksi intercosta, ronchi di kedua paru bagian bawah.
Hasil pemeriksaan penunjang:
1. Hemoglobin (N = 14.0-18.0) = 15.4 g/dL,
Hematokrit (HCT) (N = 35-55) = 44 %,
Leukosit (WBC) (N = 4.0-12.0) = 7.6 g/dL,
Trombosit (PLT) (150-400) = 214 ribu/ul,
Eritrosit (RBC) (N = 4.00-6.02) = 4.76 juta/uL,
MCV (N = 82-92) = 94* fl,
MCH (N = 27-31) = 32 pg,
MCHC (N = 31-37) = 34 g/dl,
Basofil (N = 0-1) = 0 %,
Eosinofil (N = 1-3) = 1 %,
Netrofil (N = 50-70) = 65 %,
Limfosit (N = 20-40) = 27 %,
Monosit (N = 2-8) = 7%
2. Rapid Test SARS-CoV-2 (N = Negatif) = Positif
3. Swab PCR terkonfirmasi positif Covid 19.
4. Hasil pemeriksaan rontgen thorax didapatkan jantung tidak membesar, CTR 50%. Aorta
baik, mediastinum superior tidak melebar. Trachea ditengah, kedua hilus tidak menebal.
Infiltrat di kedua paru.. Tulang-tulang dinding dada yang tervisualisasi optimal kesan
intake.
Terapiyang didapatkan:
 Azitromicin tab 1 x 500 mg,
 Vitamin C tab 3 x 250,
 Paracetamol inj bila perlu (demam atau nyeri tenggorokan) 3 x 500 mg,
 methyl prednisolone 2 x 8mg,
 oksigen NRM 8 liter per menit.
Perkembangan selanjutnya kondisi pasien menurun, disertai penurunan saturasi oksigen
menjadi 80%.
Pemeriksaan Agd:
 pH. 7,49
 PCO2 23 mmHg
 PO2 80 mmHg
 BE -1,2 mmol/Lt
 CO2 17,6 mmol/L
 HCO3 16,9 mmol/L
Pertanyaan kritis:
1. Jelaskan tentang virus Corona!
Jawab :
Pengertian Teori Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2 (SARS-CoV2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit
karena infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan
ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian.
Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih
dikenal dengan nama virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke
manusia. Walaupun lebih bayak menyerang lansia, virus ini sebenarnya bisa menyerang
siapa saja, mulai dari bayi, anak-anak, hingga orang dewasa, termasuk ibu hamil dan ibu
menyusui. Infeksi virus Corona disebut COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) dan
pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini
menular dengan sangat cepat dan telah menyebar ke hampir semua negara, termasuk
Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan.
Selain virus SARS-CoV-2 atau virus Corona, virus yang juga termasuk dalam
kelompok ini adalah virus penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan
virus penyebab Middle-East Respiratory Syndrome (MERS). Meski disebabkan oleh
virus dari kelompok yang sama, yaitu coronavirus, COVID-19 memiliki beberapa
perbedaan dengan SARS dan MERS, antara lain dalam hal kecepatan penyebaran dan
keparahan gejala.

2. Jelaskan patofisiology Covid 19 sampai dengan terjadinya ARDS!


Jawab :

Virus Corona masuk kedalam saluran pernafasan atas kemudian bereplikasi di sel
epitel saluran nafas atas (melakukan siklus hidupnya). Setelah itu menyebar ke saluran
nafas bawah. Pada infeksi akut terjadi penurunan virus dari saluran nafas dan virus dapat
berlanjut meluruh dan menyebabkan cairan bocor ke alveoli, yang menyebabkan
kerusakan alveoli akibat rembesan cairan dari pembuluh darah kapiler di dalam paru –
paru de dalam alveoli. Penumpukan cairan tersebut membuat paru-paru tidak bisa terisi
udara, sehingga pasokan oksigen ke aliran darah dan tubuh menjadi berkurang.
Kekurangan pasokan oksigen ini akan menyebabkan terhentinya fungsi organ, termasuk
otak dan ginjal. Jika dibiarkan, kondisi ini akan mengancam nyawa penderitanya.

3. Bagaimana pendapat anda apakah dari awal pemeriksaan sampai dengan dirawat,
prosedur yang dilakukan terhadap Tn. H sudah tepat?
Jawab :
Menurut pendapat saya, dari awal pemeriksaan sampai dengan dirawat, prosedur
yang dilakukan terhadap Tn. H sudah tepat. Karena Tn. H melakukan dua kali
pemeriksaan Rapid Test SARS-CoV-2 antibodi test dengan hasil positif. Dan istri Tn.
H juga melakukan pemeriksaan Rapid Test SARS-CoV-2 antibodi test dengan hasil
negative, tetatpi tetap dianjurkan untuk isolasi mandiri. Tn. H juga mendaptakan
pemeriksaan rontgen toraks yang menunjukan positif covid-19.

4. Pemeriksaan photo toraks didapatkan adanya oedema paru, menurut anda apa
yang mendasari terjadinya oedema tersebut?
Jawab :
Oedema paru dapat dibuktikan dengan Opasitas Bilateral pada foto toraks.

5. Apa indikasi pemasangan ventilator pada pasien covid 19?


Jawab :
Indikasi pemasangan ventilator pada pasien covid 19, yaitu :
1) Volume tidal ≤6 ml/kg
2) Frekuensi pernafasan ≤35x/menit
3) Tekanan Pleteu airway ≤30 cm H2O
4) Positive end-espiratory-pressure (PEEP) ≥3 cm H2O

6. Menurut anda apakah tuan H ada indikasi pemasangan ventilator?


Jawab :
Ya. Karena, dari hasil rongent Tn.H terdapat infiltrate dikedua belah paru yang
menyebabkan Tn.H dyspnea dan membutuhkan alat ventilator. Dan ditunjukan juga
dengan hasil AGD yaitu Alkalosis respiratory terkompensasi sebagian.
7. Berdasarkan data di atas, rumuskan 2 diagnosa keperawatan prioritas dan NCP!
DATA FOKUS
Data Subyektif Data Obyektif
- Pasien mengatakan tenggorokan tidak - Hasil TTV
nyaman selama 2 hari. TD : 123/72 mmHg
- Pasien mengatakan batuk kering N : 98 x/menit
- Pasien mengatakan tenggorokan tidak RR : 30 x/menit
ada lendir. Suhu : 38,2oC
- Pasien mengatakan demam 38,2oC - SpO2 : 87%
- Pasien mangatakan sesak nafas - Terpasang oksigen NRM 8 liter/menit
- Pasien mangatakan nyeri menelan - Pasien tampak sesak
- Pasien mengatakan anosmia - Pasien tampak batuk-batuk
- Pasien mengatakan batuk berdahak, - Pasien bernafas dengan cuping hidung
dan dahak sulit untuk dikeluarkan - Retraksi intercosta disebabkan oleh
- Pasien mengatakan ada riwayat penumpukan dahak
hipertensi - Suara nafas : ronchi di kedua paru
- Pasien mengatakan menghabiskan bagian bawah
rokok 1 bungkus/hari - Pola nafas berubah
- Hasil pemeriksaan penunjang:
1. Hemoglobin (N = 14.0-18.0) =
15.4 g/dL
2. Hematokrit (HCT) (N = 35-55) =
44 %
3. Leukosit (WBC) (N = 4.0-12.0) =
7.6 g/dL
4. Trombosit (PLT) (150-400) = 214
ribu/ul
5. Eritrosit (RBC) (N = 4.00-6.02) =
4.76 juta/uL
6. MCV (N = 82-92) = 94* fl
7. MCH (N = 27-31) = 32 pg
8. MCHC (N = 31-37) = 34 g/dl
9. Basofil (N = 0-1) = 0 %,Eosinofil
(N = 1-3) = 1 %
10. Netrofil (N = 50-70) = 65 %
11. Limfosit (N = 20-40) = 27 %
12. Monosit (N = 2-8) = 7%
- Rapid Test SARS-CoV-2
(N = Negatif) = Positif
- Swab PCR terkonfirmasi positif
Covid 19.
- Hasil pemeriksaan rontgen thorax
didapatkan
1. Jantung tidak membesar
2. CTR 50%
3. Aorta baik
4. Mediastinum superior tidak
melebar
5. Trachea ditengah
6. kedua hilus tidak menebal
7. Infiltrat di kedua paru
8. Tulang-tulang dinding dada yang
tervisualisasi optimal kesan intake.
- Terapiyang didapatkan:
1. Azitromicin tab 1 x 500 mg
2. Vitamin C tab 3 x 250
3. Paracetamol inj bila perlu (demam
atau nyeri tenggorokan) 3 x 500
mg
4. Methyl prednisolone 2 x 8 mg
5. Oksigen NRM 8 liter per menit.
- Perkembangan selanjutnya kondisi
pasien menurun, disertai penurunan
saturasi oksigen menjadi 80%.
Pemeriksaan Agd: pH. 7,49 PCO2 23
mmHg PO2 80 mmHg BE -1,2
mmol/L tCO2 17,6 mmol/L HCO3
16,9 mmol/L. Hasil pemeriksaan AGD
: Alkalosis respiratory terkompensasi
sebagian.

ANALISA DATA

No Data (Subyektif & Obyektif) Masalah Etiologi


1. DS: Bersihan jalan nafas Hipersekresi jalan nafas
- Pasien mengatakan
tidak efektif (D.0001)
tenggorokan tidak nyaman
selama 2 hari.
- Pasien mengatakan batuk
kering.
- Pasien mengatakan
tenggorokan tidak ada lendir.
- Pasien mengatakan demam
38,2oC
- Pasien mengatakan anosmia

DO:
- Hasil TTV
TD : 123/72 mmHg
N : 98 x/menit
RR : 30 x/menit
Suhu : 38,2oC
- SpO2 : 87%
- Pola nafas berubah
- Suara nafas : ronchi di kedua
paru bagian bawah
- Retraksi intercosta
disebabkan oleh penumpukan
dahak
- Pasien tampak batuk-batuk
- Rapid Test SARS-CoV-2
(N = Negatif) = Positif
- Swab PCR terkonfirmasi
positif Covid 19.
2. DS: Gangguan pertukaran gas Perubahan membrane
- Pasien mangatakan sesak
(D.0005) alveolar-alveolus
nafas
kapiler
- Pasien mengatakan
menghabiskan rokok 1
bungkus/hari
DO:
- Hasil TTV
TD : 123/72 mmHg
N : 98 x/menit
RR : 30 x/menit
Suhu : 38,2oC
- SpO2 : 87%
- Terpasang oksigen NRM 8
liter/menit
- Pasien tampak sesak
- Terpasang oksigen NRM 8
liter/menit
- Pasien bernafas dengan
cuping hidung
- Hasil pemeriksaan AGD :
- Alkalosis respiratory
terkompensasi sebagian.
- Hasil pemeriksaan rontgen
thorax didapatkan Jantung
tidak membesar, CTR 50%,
Aorta baik, Mediastinum
superior tidak melebar,
Trachea ditengah, kedua hilus
tidak menebal, Infiltrat di
kedua paru, Tulang-tulang
dinding dada yang
tervisualisasi optimal kesan
intake.
- Rapid Test SARS-CoV-2
(N = Negatif) = Positif
- Swab PCR terkonfirmasi
positif Covid 19.

3. DS: Intoleransi aktivitas Ketidak seimbangan


- Pasien mangatakan sesak
(D.0056) antara suplai dan
nafas
kebutuhan oksigen
- Pasien mengatakan ada
riwayat hipertensi
DO:
- Hasil TTV
TD : 123/72 mmHg
N : 98 x/menit
RR : 30 x/menit
Suhu : 38,2oC
- SpO2 : 87%
- Terpasang oksigen NRM 8
liter/menit
- Rapid Test SARS-CoV-2
(N = Negatif) = Positif
- Swab PCR terkonfirmasi
positif Covid 19.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

I. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Hipersekresi jalan nafas (D.0001)
II. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Perubahan membrane alveolar-alveolus
kapiler (D.0005)
III.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (D.0056)
INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas Tujuan : (I.01011)
tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Observasi :
berhubungan dengan keperawatan 3 kali 24 jam pasein - Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, dan
Hipersekresi jalan mampu mempertahankan jalan nafas usaha nafas)
nafas (D.0001) tetap paten. - Monitor bunyi nafas tambahan (ronchi)
Dengan kriteria hasil : (L.01001) - Monitor sputum (jumlah, warna dan aroma)
1. Mampu melakukan batuk Terapeutik :
efektif - Posisikan semi fowler atau fowler
2. Produksi sputum menurun - Berikan minum hangat
3. Frekuensi nafas membaik - Lakukan fisioterapi dada
4. Pola nafas membaik - Lakukan pengisapan lendir kurang dari 15 detik
5. Tidak ada suara nafas - Berikan oksigen 8 liter/menit
tambahan Edukasi :
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian bronkodilator
- Kolaborasi pemberian farmakologi
(I.14509)
Observasi :
- Lakukan skrinning pasien isolasi dengan kriteria
(suhu diatas > 37% dari daerah endemic)
Terapeutik :
- Tempatkan satu pasien untuk satu kamar
- Sediakan seluruh kebutuhan harian dan
pemeriksaan sederhana dikamar pasien
- Lakukan kebersihan tangan pada 5 moment
- Pasang alat proteksi diri sesuai SOP
- Minimalkan kontak dengan pasien
- Pasang poster kewaspadaan standar di pintu
kamar pasien
- Pakaikan masker selama proses transportasi
pasien
2. Gangguan pertukaran Tujuan : (I.01014)
gas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Observasi :
dengan Perubahan keperawatan 3 kali 24 jam - Monitor frekuensi irama kedalaman dan upaya
membrane alveolar- diharapkan oksigenisasi dan nafas
alveolus kapiler eliminasi karbon dioksida pada - Monitor pola nafas
(D.0005) membrane alveolus-kapiler dalam - Monitor kemampuan batuk efektif
batas normal. - Monitor adanya produksi sputum
Dengan kriteria hasil : (L.01003) - Monitor adanya sumbatan jalan nafas
1. dyspnea menurun - Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
2. bunyi nafas tambahan - Auskultasi bunyi nafas
menurun - Monitor saturasi O2
3. nafas cuping hidung menurun - Monitor nilai AGD
4. PcO2 membaik - Monitor hasil X-ray toraks
5. PO2 membaik Terapeutik :
6. pH arteri membaik - Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
7. pola nafas membaik pasien
8. warna kulit membaik - Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

(I.12366)
Observasi :
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi
Terapeutik :
- Sediakan materi dan media edukasi
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
Edukasi :
- Jelaskan gejala fisik penarikan nikotin (misalnya
sakit kepala, pusing, mual, dan insomnia)
- Jelaskan gejala berhenti merokok (misalnya mulut
kering, batuk, tenggorokan gatal)
- Jelaskan aspek psikososail yang mempengaruhi
perilaku merokok
- Informasikan prosuk pengganti nikotin (misalnya
permen karet, semprotan hidung dan inhaler)
- Ajarkan berhenti merokok
3. Intoleransi aktivitas Tujuan : (I.05178)
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi :
Ketidak seimbangan keperawatan 3 kali 24 jam - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
antara suplai dan diharapkan respon fisiologis terhadap mengakibatkan kelelahan
kebutuhan oksigen aktivitas yang membutuhkan tenaga. - Monitor kelelahan fisik mdan emosional
(D.0056) Dengan kriteris hasil : (L.05047) - Monitor pola dan jam tidur
1. Saturasi O2 meningkat - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
2. Keluhan lelah menurun melakukan aktivitas
3. Dispnea saat aktivitas Terapeutik :
menurun - Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
4. Dispenea setelah aktivitas - Berikan latihan distraksi yang menenangkan
menurun Edukasi :
5. Perasaan lelah menurun - Anjurkan tirah baring
6. Tekanan darah membaik - Anjurkan melakukan aktivitas secara berkala
7. Frekuensi nafas membaik - Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang

(I.03119)
Observasi :
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Identifikasi status nutrisi
- Monitor asupan makanan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik :
- Lakukan oral hygiene sebelum makan
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
sesuai
- Berikan suplemen makanan
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk
Kolaborasi :
- Kolaborasi medikasi sebelum makan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentykan
jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan

Anda mungkin juga menyukai