01711048
Tugas MSNP II
Ny. U berusia 53 tahun, ibu rumah tangga datang ke IGD RSUD BA dengan keluhan lemas (+),
pusing (+), mual(+), muntah (+) sudah 3 kali, nyeri pada ulu hati dengan skala nyeri 6 dan perut terasa
perih, tidak nafsu makan (+).Klien memiliki riwayat penyakit DM type II sudah 12 tahun.Selama di IGD
klien dilakukan pemeriksaanTTV dengan hasil TD: 126/87 mmHg, Nadi: 94 x/menit, RR: 22 x/menit,
Suhu: 36,40C,dan dilakukan pemeriksaan GDS dengan hasil Gula Darah Sewaktu dengan hasil 384 mg/dl.
Klien diberikan terapi IV line Nacl 20 tpm/menit pada tangan kiri, kesadaran compos mentis dengan nilai
Glow Coma Scale (GCS) 15 dan dilakukan pemeriksaan lab dengan hasil Hemaglobin 10,2gr/dl, Leukosit
6,2 ribu/uL, Hematokrit 30%, Trombosit 248 ribu/uL, Natrium 139 mmol/L, Kalium 3,9 mmol/L, Klorida
105 mmol/L. Diberikan penatalaksanaan medis novorapid flexpen insulin kelipatan 5 unit, aprazolan
1x0,5 mg, mucosta 3 x 100mg, ulsafate sirup 1x80ml, pantoprazole 2x4 mg, ondancetron 3x4 mg. Klien
di pindahkan ke ruang rawat inap dengan diagnosa DM type 2, Dispepsia.
1. Jelaskan patofisiologi DM
Jawab :
2. Jelaskan komplikasi kronis pada DM
Jawab :
Makrovaskular
Komplikasi makrovaskular terutama terjadi akibat aterosklerosis. Komplikasi makrovaskular ikut
berperan dan menyebabkan gangguan aliran darah, penyulit komplikasi jangka panjang dan
peningkatan mortalitas. Adanya penyumbatan tersebut mengakibatkan aliran darah juga
terhambat, yang berujung pada beberapa komplikasi seperti:
a. Serangan jantung, karena aliran darah ke jantung terhambat
b. Stroke, karena aliran darah ke otak terganggu
c. Rasa sakit dan penurunan kemampuan pemulihan terhadap infeksi
Mikrovaskular
Komplikasi mikrovaskular terjadi akibat penebalam membrane pembuluh-pembuluh kecil.
Penyebab penebalan tersebut tampaknya berkaitan langsung dengan tingginya kadar glukosa
darah. Penebalan mikrovaskular tersebut menyebabkan iskemia dan penurunan penyaluran
oksigen da zat gizi kejaringan. Selain itu, Hb terglikolisasi memiliki afinitas terhadap oksigen
yang lebih tinggi sehingga oksigen terikat lebih erat ke molekul Hb. Hal ini menyebabkan
ketersediaan oksigen untuk jaringan berkurang. Hipoksia kronis juga juga dapat menyebabkan
hipertensi karena jantung dipaksa meningkatkan curah jantung sebagai usaha untuk menyalurkan
lebih banyak oksigen kejaringan. Ginjal, retina, dan system saraf perifer, termasuk neuron
sensorik dan motoric somatic sangat dipengaruhi oleh gangguan mikrovaskular diabetik. Sirkulasi
mikrovaskular yang buruk juga akan menggangu reaksi imun dan inflamsi karena kedua hal ini
bergantung pada perfusi jaringan yang baik untuk menyalurkan sel-sel imun dan mediator
inflamasi.
a. Kerusakan ginjal (nefropati diabetik)
Diabetes mellitus kronis yang menyebabkan kerusakan ginjal sering dijumpai dan
nefropati diabetic merupakan salah satu penyebab terjadinya gagal ginjal. Di ginjal yang
paling parah mengalami kerusakan adalah kapiler glomerulus akibat hipertensi dan glukosa
plasma yang tinggi menyebabkan penenbalan membrane basal dan pelebaran glomerulus.
Lesi-lesi sklerotik nodular, yang disebut nodul Kimmelstiel-Wilson, terbentuk di glomerulus
sehingga semakin menghambat aliran darah dan akibatnya merusak nefron.
b. Kerusakan system saraf (neuropati diabetik)
Penyakit saraf yang disebabkan diabetes mellitus disebut neuropati diabetic. Neuropati
diabetic disebabkan hipoksia kronis sel-sel saraf yang kronis serta efek dari hiperglikemia.
Pada jaringan saraf terjadi penimbunan sorbitol dan fruktosa dan penurunan kadar mionositol
yang menimbulkan neuropati selanjutnya timbul nyeri, parestesia, berkurangnya sensasi
getar dan propoiseptik, dan gangguan motorik yang disertai hilangnya refleks-refleks tendon
dalam, kelemahan otott-otot dan atrofi. Neuropati dapat menyerang saraf-saraf perifer, saraf-
saraf kranial, atau system saraf otonom. Terserangnya system saraf otonom disertai diare
noktural, keterlambatan pengosongan lambung, hipotensi dan impotensi.
c. Gangguan penglihatan (retimopati diabetik)
Retinopati disebabkan memburuknya kondisi mikrosirkulasi sehingga terjadi kebocoran
pada pembuluh darah retina. Hal ini bias menjadi salah satu penyebab kebutaan. Retinopati
sebenarnya merupakan kerusakan yang unik pada diabetes karena selain karena gangguan
mikrovaskular, penyakit ini juga disebabkan adanya biokimia darah sehingga terjadi
penumpukan zat-zat tertentu pada jaringan retina. Gangguan awal pada retina tidak
menimbulkan keluhan-keluhan sehingga penderita kebanyakan tidak mengetahui telah
terkena retinopati. Hal ini baru terdeteksi oleh ahli mata dengan ophtalmoskop. Jika
gangguan ini dibiarkan dan kerusakan menjadi sangat progresif serta menyerang daerah
penting (macula) maka penderita dapat kehilangan penglihatannya. Katarak dan glukoma
(meningkatnya tekanan pada bola mata) juga merupakan salah satu dari komplikasi mata
pada pasien diabetes.
nyeri : 6 RR : 22 x/menit
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Hiperglikemia Risiko perfusi
Klien mengatakan lemas perifer tidak efektif
Klien mengatakan pusing D.0015
DO :
Klien mempunyai riwayat DM tipe II
sudah 12 tahun
TTV =
TD :126/87 mmHg
N : 94 x/menit
S : 36,4oC
RR : 22 x/menit
GDS = 384mg/dL
Terpasang NaCL 20tpm
Kes = Composmetis
2 DS : Diabetes melitus Risiko
Klien mengatakan lemas ketidakseimbangan
Klien mengatakan pusing kadar glukosa
DO : darah
Klien memiliki penyakit DM tipe II D.0038
sudah 12 tahun
TTV =
TD : 126/87 mmHg
N : 94 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 36,4oC
Hasil laboratorium :
Hb : 10,2 gr/dl
Leukosit : 6,2ribu/uL
Ht : 30%
Trombosit : 248 ribu/uL
Natrium : 139 mmol/L
Kalium : 3,9 mmol/L
Klorida : 105 mmol/L
GDS = 384 mg/dl
3 DS : Gangguan Risiko
Klien mengatakan mual mekanisme regulasi ketidakseimbangan
Klien mengatakan muntah sudah 3x elektrolit
Klien mengatakan tidak nafsu makan D.0037
DO :
Hasil laboratorium :
Hb : 10,2 gr/dl
Leukosit : 6,2ribu/uL
Ht : 30%
Trombosit : 248 ribu/uL
Natrium : 139 mmol/L
Kalium : 3,9 mmol/L
Klorida : 105 mmol/L
TTV =
TD : 126/87 mmHg
N : 94 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 36,4oC
Terpasang NaCL 20tpm
Diagnosa keperawatan
Dewasa: Seperti tablet konvensional, tablet mudah larut atau larutan yang diminum:
Awalnya, 0,5 mg tiga kali sehari, akan ditingkatkan seperlunya dengan penambahan
tidak lebih dari 1 mg setiap 3-4 hari hingga 10 mg setiap hari. Sebagai tablet yang
lama larut : 0,5-1 mg sekali sehari, meningkat setiap 3-4 hari dengan penambahan
tidak lebih dari 1 mg / hari hingga 3-6 mg setiap hari.
Lansia: Awalnya, 250 mcg 2-3 kali sehari, akan ditingkatkan secara bertahap jika
diperlukan dan ditoleransikan.
c. Mucosta
Indikasi : untuk mengobati radang usus dan gastritis.
Kontra indikasi : pasien dengan riwayat hipersensitif
Efek Samping : hipersensitivitas, sembelit dan pembesaran perut.
Dosis : 3x1tablet/hari
d. Ulsafate sirup
Indikasi : gastritis, tukak lambung, dan tukak usus 12 jari
Kontra indikasi : Dikonsumsi pada perut kosong (1 atau 2 jam sebelum/sesudah makan)
Efek Samping : konstipasi, diare, mual, mulut kering, keerahan pada kulit, pusing.
Dosis : 3-4x2sendok/hari
e. Pantoprazole
Indikasi : untuk asam lambung
Kontra indikasi : penggunaan bersama dengan ril[ivirine, antazanavir, dan nelfinavir dan
laktasi
Efek Samping : sakit kepala, diare, kram otot, denyut jantung sangat cepat
f. Ondansetron
Indikasi : untuk mengobati mual dan muntah
Kontra indikasi : pada penderita sindrom kongenital dan penggunaan bersamaan dengan
apomorphine.
Efek Samping : sakit krpala, sembelit, lelah, meriang, mengantuk dan pusing
Dosis :
Clinical Activity 1 : BLOOD TRANSFUSION
1. Explain why a patient requires a blood transfusion!
Answer :
Indikasi pemberian tranfusi darah, yaitu:
Kehilangan darah akut, bila 20-30% total volume darah hilang dan perdarahan masih
terus terjadi
Anemia berat
Syok septik (jika cairan IV mampu mengatasi gangguan sirkulasi darah dan sebagai
tambahan dari pemberian antibiotic)
Memberikan plasma dan trombosit sebagai tambahan factor pembekuan, karena
komponen darah spesifik yang lain tidak ada
Tranfusi tukar pada neonatus dengan icterus berat
5. What information did you provide to the patient regarding blood transfusion reaction
Answer :
Informasi yang diberikan mengenai reaksi tranfusi yaitu memberitahukan reaksi tranfusi. Ada
jenis reaksi transfusi yang buruk da nada yang moderat. Reaksi transfusi bias segera terjadi
setelah transfusi dimulai, namun ada juga reaksi yang terjadi beberapa hari atau bahkan lebih
lama setelah transfusi dilakukan. Untuk mencegah terjadinya reaksi yang buruk diperlukan
tindakan pencegahan sebelum transfusi dimulai. Jenis darah diperiksa berkali-kali, dan
dilakukan cross-matched untuk memastikan bahwa jenis darah tersebut cocok dengan jenis
darah dari orang yang akan mendapatkannya. Setelah itu, perawat dan teknisi laboratorium
bank darah mencari informasi tentang pasien dan informasi pada unit darh ( atau komponen
darah) sebelum dikeluarkan. Informasi inin dicocokan sekali lagi dihadapan pasien sebelum
transfusi dimulai.