Anda di halaman 1dari 13

Sri Wahyu Ningsih

01711048

Tugas MSNP II

Selasa, 09 Juni 2020

Case Study Analysis a Patient with Diabetes Mellitus

Ny. U berusia 53 tahun, ibu rumah tangga datang ke IGD RSUD BA dengan keluhan lemas (+),
pusing (+), mual(+), muntah (+) sudah 3 kali, nyeri pada ulu hati dengan skala nyeri 6 dan perut terasa
perih, tidak nafsu makan (+).Klien memiliki riwayat penyakit DM type II sudah 12 tahun.Selama di IGD
klien dilakukan pemeriksaanTTV dengan hasil TD: 126/87 mmHg, Nadi: 94 x/menit, RR: 22 x/menit,
Suhu: 36,40C,dan dilakukan pemeriksaan GDS dengan hasil Gula Darah Sewaktu dengan hasil 384 mg/dl.
Klien diberikan terapi IV line Nacl 20 tpm/menit pada tangan kiri, kesadaran compos mentis dengan nilai
Glow Coma Scale (GCS) 15 dan dilakukan pemeriksaan lab dengan hasil Hemaglobin 10,2gr/dl, Leukosit
6,2 ribu/uL, Hematokrit 30%, Trombosit 248 ribu/uL, Natrium 139 mmol/L, Kalium 3,9 mmol/L, Klorida
105 mmol/L. Diberikan penatalaksanaan medis novorapid flexpen insulin kelipatan 5 unit, aprazolan
1x0,5 mg, mucosta 3 x 100mg, ulsafate sirup 1x80ml, pantoprazole 2x4 mg, ondancetron 3x4 mg. Klien
di pindahkan ke ruang rawat inap dengan diagnosa DM type 2, Dispepsia.
1. Jelaskan patofisiologi DM
Jawab :
2. Jelaskan komplikasi kronis pada DM
Jawab :
 Makrovaskular
Komplikasi makrovaskular terutama terjadi akibat aterosklerosis. Komplikasi makrovaskular ikut
berperan dan menyebabkan gangguan aliran darah, penyulit komplikasi jangka panjang dan
peningkatan mortalitas. Adanya penyumbatan tersebut mengakibatkan aliran darah juga
terhambat, yang berujung pada beberapa komplikasi seperti:
a. Serangan jantung, karena aliran darah ke jantung terhambat
b. Stroke, karena aliran darah ke otak terganggu
c. Rasa sakit dan penurunan kemampuan pemulihan terhadap infeksi
 Mikrovaskular
Komplikasi mikrovaskular terjadi akibat penebalam membrane pembuluh-pembuluh kecil.
Penyebab penebalan tersebut tampaknya berkaitan langsung dengan tingginya kadar glukosa
darah. Penebalan mikrovaskular tersebut menyebabkan iskemia dan penurunan penyaluran
oksigen da zat gizi kejaringan. Selain itu, Hb terglikolisasi memiliki afinitas terhadap oksigen
yang lebih tinggi sehingga oksigen terikat lebih erat ke molekul Hb. Hal ini menyebabkan
ketersediaan oksigen untuk jaringan berkurang. Hipoksia kronis juga juga dapat menyebabkan
hipertensi karena jantung dipaksa meningkatkan curah jantung sebagai usaha untuk menyalurkan
lebih banyak oksigen kejaringan. Ginjal, retina, dan system saraf perifer, termasuk neuron
sensorik dan motoric somatic sangat dipengaruhi oleh gangguan mikrovaskular diabetik. Sirkulasi
mikrovaskular yang buruk juga akan menggangu reaksi imun dan inflamsi karena kedua hal ini
bergantung pada perfusi jaringan yang baik untuk menyalurkan sel-sel imun dan mediator
inflamasi.
a. Kerusakan ginjal (nefropati diabetik)
Diabetes mellitus kronis yang menyebabkan kerusakan ginjal sering dijumpai dan
nefropati diabetic merupakan salah satu penyebab terjadinya gagal ginjal. Di ginjal yang
paling parah mengalami kerusakan adalah kapiler glomerulus akibat hipertensi dan glukosa
plasma yang tinggi menyebabkan penenbalan membrane basal dan pelebaran glomerulus.
Lesi-lesi sklerotik nodular, yang disebut nodul Kimmelstiel-Wilson, terbentuk di glomerulus
sehingga semakin menghambat aliran darah dan akibatnya merusak nefron.
b. Kerusakan system saraf (neuropati diabetik)
Penyakit saraf yang disebabkan diabetes mellitus disebut neuropati diabetic. Neuropati
diabetic disebabkan hipoksia kronis sel-sel saraf yang kronis serta efek dari hiperglikemia.
Pada jaringan saraf terjadi penimbunan sorbitol dan fruktosa dan penurunan kadar mionositol
yang menimbulkan neuropati selanjutnya timbul nyeri, parestesia, berkurangnya sensasi
getar dan propoiseptik, dan gangguan motorik yang disertai hilangnya refleks-refleks tendon
dalam, kelemahan otott-otot dan atrofi. Neuropati dapat menyerang saraf-saraf perifer, saraf-
saraf kranial, atau system saraf otonom. Terserangnya system saraf otonom disertai diare
noktural, keterlambatan pengosongan lambung, hipotensi dan impotensi.
c. Gangguan penglihatan (retimopati diabetik)
Retinopati disebabkan memburuknya kondisi mikrosirkulasi sehingga terjadi kebocoran
pada pembuluh darah retina. Hal ini bias menjadi salah satu penyebab kebutaan. Retinopati
sebenarnya merupakan kerusakan yang unik pada diabetes karena selain karena gangguan
mikrovaskular, penyakit ini juga disebabkan adanya biokimia darah sehingga terjadi
penumpukan zat-zat tertentu pada jaringan retina. Gangguan awal pada retina tidak
menimbulkan keluhan-keluhan sehingga penderita kebanyakan tidak mengetahui telah
terkena retinopati. Hal ini baru terdeteksi oleh ahli mata dengan ophtalmoskop. Jika
gangguan ini dibiarkan dan kerusakan menjadi sangat progresif serta menyerang daerah
penting (macula) maka penderita dapat kehilangan penglihatannya. Katarak dan glukoma
(meningkatnya tekanan pada bola mata) juga merupakan salah satu dari komplikasi mata
pada pasien diabetes.

3. Identifikasi 3 masalah keperawatan utama pasien didukung dengan data focus


Jawab :
Data Fokus

Data Subjektif Data Objektif


 Klien mengatakan lemas  Klien memiliki penyakit DM tipe II
 Klien mengatakan pusing sudah 12 tahun
 Klien mengataka mual  TTV =

 Klien mengatakan muntah sudah 3x TD : 126/87 mmHg

 Klien mengatakan nyeri ulu hati, Skala N : 94 x/menit

nyeri : 6 RR : 22 x/menit

 Klien mengatakan terasa perih dibagian S : 36,4oC

ulu hati  GCS = 15

 Klien mengatakan tidak nafsu makan  Kesadaran : Composmetis


 GDS = 384 mg/dl
 Terapi cairan :
NaCL 20tpm/mnt
 Hasil laboratorium :

Hb : 10,2 gr/dl
Leukosit : 6,2ribu/uL
Ht : 30%
Trombosit : 248 ribu/uL
Natrium : 139 mmol/L
Kalium : 3,9 mmol/L
Klorida : 105 mmol/L
 Terapi obat :
Novoravid flexpen insulin : 5 u
Aprazolan : 1 x 0,5 mg
Muscosta : 3 x 100 mg
Ulsafate sirup : 1 x 80ml
Pantoprazole : 2 x4 mg
Ondancetron : 3 x 4 mg

Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Hiperglikemia Risiko perfusi
 Klien mengatakan lemas perifer tidak efektif
 Klien mengatakan pusing D.0015
DO :
 Klien mempunyai riwayat DM tipe II
sudah 12 tahun
 TTV =
TD :126/87 mmHg
N : 94 x/menit
S : 36,4oC
RR : 22 x/menit
 GDS = 384mg/dL
 Terpasang NaCL 20tpm
 Kes = Composmetis
2 DS : Diabetes melitus Risiko
 Klien mengatakan lemas ketidakseimbangan
 Klien mengatakan pusing kadar glukosa
DO : darah
 Klien memiliki penyakit DM tipe II D.0038
sudah 12 tahun
 TTV =
TD : 126/87 mmHg
N : 94 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 36,4oC
 Hasil laboratorium :
Hb : 10,2 gr/dl
Leukosit : 6,2ribu/uL
Ht : 30%
Trombosit : 248 ribu/uL
Natrium : 139 mmol/L
Kalium : 3,9 mmol/L
Klorida : 105 mmol/L
 GDS = 384 mg/dl
3 DS : Gangguan Risiko
 Klien mengatakan mual mekanisme regulasi ketidakseimbangan
 Klien mengatakan muntah sudah 3x elektrolit
 Klien mengatakan tidak nafsu makan D.0037
DO :
 Hasil laboratorium :
Hb : 10,2 gr/dl
Leukosit : 6,2ribu/uL
Ht : 30%
Trombosit : 248 ribu/uL
Natrium : 139 mmol/L
Kalium : 3,9 mmol/L
Klorida : 105 mmol/L
 TTV =
TD : 126/87 mmHg
N : 94 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 36,4oC
 Terpasang NaCL 20tpm
Diagnosa keperawatan

I. Risiko perfusi perifer tidak efektif b.d Hiperglikemia


II. Risiko ketidak seimbangan kadar glukosa darah b.d Diabetes mellitus
III. Risiko ketidak seimbangcan elektrolit b.d Gangguan mekanisme regulasi

4. Buat NCP pada 3 masalah utama tersebut


Jawab :

Diagnosa Keperawatan Intervensi


Risiko perfusi perifer tidak efektif Observasi :
 Monitor status cairan
b.d Hiperglikemia
 Identifikasi penyebab hiperglikemia
 Monitor kadar glukosa darah
 Monitor intake dan output cairan
Terapeutik :
 Berikan asupan cairan oral
Edukasi :
 Jelaskan penyebab dan factor risiko
penyakit
 Anjurkan klien monitor kadar glukosa
darah sacara mandiri
 Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan
olahraga
 Jelaskan kemungkinan terjadinya
komplikasi
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian insulin
 Kolaborasi pemberian kalium
 Kolaborasi pemberian cairan IV
Risiko ketidak seimbangan kadar Observasi :
 Monitor kadar glukosa darah
glukosa darah b.d Diabetes mellitus
 Monitor intake dan output cairan
Terapeutik :
 Berikan asupan cairan oral
Edukasi :
 Jelaskan penyebab dan factor risiko
penyakit
 Anjurkan klien monitor kadar glukosa
darah sacara mandiri
 Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan
olahraga
 Jelaskan kemungkinan terjadinya
komplikasi
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian insulin
 Kolaborasi pemberian kalium
 Kolaborasi pemberian cairan IV
Risiko ketidak seimbangcan Observasi :
 Monitor mual dan muntah
elektrolit b.d Gangguan mekanisme
 Monitor tanda dan gejala hyperkalemia
regulasi  Monitor hasil laboratorium
Terapeutik :
 Berikan cairan intravena
 Catat intake dan output cairan

5. Indikasi dan Kontra Indrikasi Obat – obatan :


Jawab :
a. Novorapid
 Indikasi : digunakan untuk terapi penyakit DM
 Kontra indikasi : penderita kadar gula darah di bawah normal (Hipoglikemia)
 Efek Samping : Kadar gula dibawah normal(Hipoglikemia), dan reaksi alergi berat yang
terjadi secara tiba – tiba dan dapat menyebabkan kematian (reaksi anafilaksis)
 Dosis : 0,5 u/KgBB/hari
b. Aprazolam
 Indikasi : untuk mengatasi gangguan kecemasan dan gangguan panik
 Kontra indikasi : untuk penderita glaucoma sudut sempit akut.
 Efek Samping :
 Sulit berkonsentrasi, merasa pusing, mengantuk, atau sakit kepala.
 Perubahan suasana hati, seperti menjadi mudah marah.
 Mudah lupa.
 Produksi air liur meningkat.
 Perubahan gairah seksual.
 Gangguan pencernaan, seperti mual, sembelit, dan perubahan nafsu makan.
 Gangguan koordinasi, seperti kesulitan berjalan atau berbicara.
 Sulit buang air kecil.
 Nyeri sendi.
 Dosis :

 Dewasa: Seperti tablet konvensional, tablet mudah larut atau larutan yang diminum:
Awalnya, 0,5 mg tiga kali sehari, akan ditingkatkan seperlunya dengan penambahan
tidak lebih dari 1 mg setiap 3-4 hari hingga 10 mg setiap hari. Sebagai tablet yang
lama larut : 0,5-1 mg sekali sehari, meningkat setiap 3-4 hari dengan penambahan
tidak lebih dari 1 mg / hari hingga 3-6 mg setiap hari.
 Lansia: Awalnya, 250 mcg 2-3 kali sehari, akan ditingkatkan secara bertahap jika
diperlukan dan ditoleransikan.

c. Mucosta
 Indikasi : untuk mengobati radang usus dan gastritis.
 Kontra indikasi : pasien dengan riwayat hipersensitif
 Efek Samping : hipersensitivitas, sembelit dan pembesaran perut.
 Dosis : 3x1tablet/hari

d. Ulsafate sirup
 Indikasi : gastritis, tukak lambung, dan tukak usus 12 jari
 Kontra indikasi : Dikonsumsi pada perut kosong (1 atau 2 jam sebelum/sesudah makan)
 Efek Samping : konstipasi, diare, mual, mulut kering, keerahan pada kulit, pusing.
 Dosis : 3-4x2sendok/hari

e. Pantoprazole
 Indikasi : untuk asam lambung
 Kontra indikasi : penggunaan bersama dengan ril[ivirine, antazanavir, dan nelfinavir dan
laktasi
 Efek Samping : sakit kepala, diare, kram otot, denyut jantung sangat cepat

f. Ondansetron
 Indikasi : untuk mengobati mual dan muntah
 Kontra indikasi : pada penderita sindrom kongenital dan penggunaan bersamaan dengan
apomorphine.
 Efek Samping : sakit krpala, sembelit, lelah, meriang, mengantuk dan pusing
 Dosis :
Clinical Activity 1 : BLOOD TRANSFUSION
1. Explain why a patient requires a blood transfusion!
Answer :
Indikasi pemberian tranfusi darah, yaitu:
 Kehilangan darah akut, bila 20-30% total volume darah hilang dan perdarahan masih
terus terjadi
 Anemia berat
 Syok septik (jika cairan IV mampu mengatasi gangguan sirkulasi darah dan sebagai
tambahan dari pemberian antibiotic)
 Memberikan plasma dan trombosit sebagai tambahan factor pembekuan, karena
komponen darah spesifik yang lain tidak ada
 Tranfusi tukar pada neonatus dengan icterus berat

2. What blood group are available ?


Answer:
 Golongan darah A
Memiliki antigen A pada sel darah merah dan memproduksi antibodi B dalam plasma
darah.
 Golongan darah B
Memiliki antigen B pada sel darah merah dan memproduksi antibodi A dalam plasma
darah.
 Golongan darah AB
Memiliki antigen A dan B pada sel darah merah, namun memproduksi antibodi A dan B
pada plasma darah.
 Golongan darah O
Tidak memiliki antigen A dan B pada sel darah merah, namun memproduksi antibodi A
dan B di plasma darah.

3. Mention type of Blood product


Answer:
Whole blood
Whole blood (darah lengkap) biasanya disediakan hanya untuk tranfusi pada perdarahan
massif. Whole blood biasa diberikan untuk perdarahan akut, shock hipovolemik serta bedah
mayor dengan perdarahan > 1500 ml. whole blood akan meningkatkan hemoglobin 1 g/dl.
Packet Red Blood Cell (PRC)
PRBC mengandung hemoglobin yang sama dengan whole blood, bedanya adalah pada
jumlah plasma dimana PRBC lebih sedikit mengadung plasma. Hal ini menyebabkan kadar
hemotrokrit PRBC lebih tinggi disbanding dengan whole blood yaitu 70% disbanding 40%.
PRBC biasa diberikan pada pasien dengan perdarahan lambat, anemia atau pada kelainan
jantung. Saat hendak digunakan, PRBC perlu dihangatkan terlebih dahulu hingga sama
dengan suhu tubuh (37°C). bila tidak dihangatkan akan menyulitkan terjdinya perpindahan
oksigen dari darah ke organ tubuh.
Plasma Beku Segar (Fresh Frozen Plasma)
Fres Frozen Plasma (FFP) mengandung semua protein plasma (faktor pembekuan), terutama
factor V dan VII. FFP biasa diberikan setelah tranfusi darah massif, setelah terapi warfarin
dan koagulopati pada penyakit hati. Setiap unit FFP biasanya dapat menaikan masing-masing
kadar factor pembekuan sebesar 2-3% pada orang dewasa.
Trombosit
Tranfusi trombosit diindikasikan pada pasien dengan trombositopenia berat (<20.000
sel/mm3) disertai gejala klinis perdarahan. Akan tetapi, bila tidak dijumpai gejala klinis
perdarahan, tranfusi trombosit tidak diperlukan. Satu unit trombi=osit dapat meningkatkan
7000-10.000 trombosit/mm3 setelah 1 jam transfuse pada pasien dengan berat 70 kg.
Kriopresipitat
Kriopresipitat mengandung factor VII dan fibrinogen dalam jumlah banyak. Krisopresipitat
diindikasikan pada pasien dengan penyakit hemophilia dan juga pada pasien dengan
defisiensi fibrinogen.

4. Explain possible adverse effect of patient’s response to the blood product


Answer:
a) Reaksi Alergi
Alergi merupakan reaksi yang paling sering terjadi setelah tranfusi darah. Hal ini terjadi
karena reaksi tubuh terhadap protein plasma dalam darah donor. Biasanya gejala hanya
gatal-gatal, yang dapat diobati dengan antihistamin.
b) Reaksi Demam
Orang yang menerima darah mengalami demam mendadak selama atau dalam waktu 24
jam sejak tranfusi. Sakit kepala, mual, menggigil, atau perasaan umum
ketidaknyamanan mungkin bersamaan dengan demam. Acetaminophen (Tylenol) dapat
meredakan gejala-gejala ini. Reaksi-reaksi tersebut terjadi sebagai respon tubub
terhadap sel-sel darah putih dalam darahn yang disumbangkan. Hal ini lebih sering
terjadi pada orang yang pernah mendapat transfuse sebelumnya dan pada wanita yang
pernah beberapa kali mengalami kehamilan. Jenis-jenis reaksi juga dapat menyebabkan
demam.
c) Reaksi hemolitik kekebalan akut
Ini adalah jenis yang paling serius dari reaksi transfuse, tetapi sangat jarang terjadi.
Reaksi hemolitik kekebalan akut terjadi ketika darah donor dan pasien tidak cocok.
Antibodi pasien menyerang sel-sel darah merah yang ditransfusikan menyebabkan
mereka mematahkan (hemolyze) dan melepaskan zat-zat berbahaya ke dalam aliran
darah. Pasien mungkin menggigil, demam, nyeri dada dan punggung bawah, serta mual.
d) Reaksi hemolitik tertunda
Reaksi ini terjadi ketika tubuh perlaham-laham menyerang antigen (antigen selain
ABO) pada sel-sel darah yang ditransfusikan. Sel-sel darah mengalami pemecahan
setelah beberapa hari atau minggu trnsfusi dilakukan. Biasanya tidak ada gejala, tetapi
sel-sel darah merah yang ditansfusikan hancur dan jumlah sel darah merah pasien
mengalami penurunan. Orang-orang yang mengalami jenis reaksi hemolitik tertunda ini
perlu menjalami tes darah khusus sebelum menerima transfusi darah kembali.

5. What information did you provide to the patient regarding blood transfusion reaction
Answer :
Informasi yang diberikan mengenai reaksi tranfusi yaitu memberitahukan reaksi tranfusi. Ada
jenis reaksi transfusi yang buruk da nada yang moderat. Reaksi transfusi bias segera terjadi
setelah transfusi dimulai, namun ada juga reaksi yang terjadi beberapa hari atau bahkan lebih
lama setelah transfusi dilakukan. Untuk mencegah terjadinya reaksi yang buruk diperlukan
tindakan pencegahan sebelum transfusi dimulai. Jenis darah diperiksa berkali-kali, dan
dilakukan cross-matched untuk memastikan bahwa jenis darah tersebut cocok dengan jenis
darah dari orang yang akan mendapatkannya. Setelah itu, perawat dan teknisi laboratorium
bank darah mencari informasi tentang pasien dan informasi pada unit darh ( atau komponen
darah) sebelum dikeluarkan. Informasi inin dicocokan sekali lagi dihadapan pasien sebelum
transfusi dimulai.

Anda mungkin juga menyukai