Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS INTENSIF II

Acute Respiratory Distress Syndrome (Ards)


Dosen Pengampu:
H. Marwansyah, S.Kep, Ns, M.Kep
\

Oleh:
Kelompok 2

Anggun Laila Sari Nur P07120217046


Elisa Intania P07120217054
Harianoor P07120217059
Karin Vera Marita P07120217061
Muhammad Syarwanie P07120217072
Nur Aprilisa Wulandari P07120217074
Yenny Yulistiani P07120217085
Rustina Alvina Muslimah P07120217078

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV
JURUSAN KEPERAWATAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dari kelompok 2 dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari dosen pengampu yaitu bapak H. Marwansyah, S.Kep, Ns, M.Kep pada
bidang study keperawatan intensif 2. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang (ARDS) bagi para pembaca dan juga penulis.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu yang telah


memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami selaku penulis minta maaf sebesar-besarnya
kalau ada penulisan yang tidak sempurna dalam makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
A. Definisi.........................................................................................................4
B. Etiologi.........................................................................................................4
C. Etiologi.........................................................................................................7
D. Manifestasi Klinik........................................................................................9
E. Alogaritma ARDS......................................................................................10

BAB III PENUTUP..............................................................................................12


A. Kesimpulan................................................................................................12
B. Saran...........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) adalah cedera paru akut


difus inflamasi yang terjadi peningkatan permeabilitas vaskular paru dan
kehilangan udara pada jaringan paru. Definisi lain Acute respiratory distress
syndrome (ARDS) merupakan sindrom, kumpulan observasi klinis dan
fisiologis yang menggambarkan suatu keadaan patologis. Patogenesis
ARDS belum sepenuhnya jelas dan belum ada gold standard untuk
mendiagnosis. ARDS ditandai dengan edema paru non kardiogenik,
inflamasi pada paru, hipoksemia, dan penurunan komplians paru. ARDS
adalah kelainan yang progresif secara cepat dan awalnya bermanifestasi
klinis sebagai sesak napas (dyspneu dan tachypneu) yang kemudian dengan
cepat berubah menjadi gagal napas. ARDS pertama kali dideskripsikan pada
tahun 1967 oleh Asbaugh dkk yang memaparkan 12 kasus dengan gejala
gawat napas, gagal napas hipoksemik, dan infiltrat patchy bilateral pada foto
toraks pasien dengan rentang usia 11-48 tahun.

Faktor risiko ARDS mempunyai kondisi atau penyakit yang secara


langsung atau tidak langsung mencederai paru-parunya. Adapun cedera
langsung pada paru berupa pneumonia, aspirasi dari isi lambung dan
komplikasi penggunaan ventilasi mekanik. Cedera tidak langsung pada
paru-paru diakibatkan oleh kondisi sepsis, kondisi perdarahan hebat, kondisi
transfusi masif, cedera pada dada atau kepala akibat hantaman keras,
pankreatitis dan emboli lemak.

Salah satu komplikasi ARDS adalah infeksi, hal ini terjadi ketika pasien
berada di RS dan berbaring dalam waktu yang lama, sehingga dapat
meningkatkan kejadian infeksi, seperti pneumonia, selain itu penggunaan
ventilasi mekanik juga dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi paru.
Penggunaan ventilasi mekanik juga dapat menimbulkan komplikasi

1
pneumothoraks, dimana udara atau gas berkumpul di rongga diantara paru-
paru, sehingga menyebabkan satu atau kedua paru kolaps. Komplikasi lain
penggunaan ventilasi mekanik adalah terjadinya paru kaku (parut), yang
menyebabkan sulitnya paru mengembang dan terisi udara. Saat pasien
berbaring lama dapat meningkatkan risiko terbentuknya sumbatan darah di
vena yang dalam di tubuh, kondisi ini disebut thrombosis vena dalam (deep
vein thrombosis). Thrombosis pada DVT dapat terlepas dan berjalan melalui
aliran darah sehingga menyumbat aliran darah paru, keadaan ini disebut
emboli paru.

Pemeriksaan penunjang ARDS terdiri dari pemeriksaan initial seperti


analisa gas darah arteri (penurunan PO2, penurunan P/F rasio), X ray dada
(adanya penumpukan cairan di paruparu), kultur darah, kultur sputum.
Pemeriksaan lainnya seperti CT-Scan dada (adanya tumor), pemeriksaan
echocardiografi (kondisi gagal jantung dapat menyebabkan edema paru
yang menyerupai ARDS).

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) ?
2. Apa saja etiologi Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) ?
3. Bagaimana patofisiologi Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS) ?
4. Bagaimana manifestasi klinis Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS) ?
5. Bagaimana algoritma penatalaksanaan pada kasus Acute Respiratory
Distress Syndrome (ARDS) ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) ?
2. Mengetahui tentang etiologi Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS) ?

2
3. Mengetahui tentang patofisiologi Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS) ?
4. Mengetahui tentang manifestasi klinis Acute Respiratory Distress
Syndrome (ARDS) ?
5. Mengetahui tentang algoritma penatalaksanaan pada kasus Acute
Respiratory Distress Syndrome (ARDS) ?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) merupakan


kerusakan paru total akibat berbagai etiologi. Keadaan ini dapat dipicu
oleh berbagai hal, misalnya sepsis, pneumonia viral atau bakterial,
aspirasi isi lambung, trauma dada, syok yang berkepanjangan,
terbakar, emboli lemak, tenggelam, transfusi darah masif, bypass
kardiopulmonal, keracunan O2, perdarahan pankreatitis akut, inhalasi
gas beracun, serta konsumsi obat-obatan tertentu. ADRS merupakan
keadaan darurat medis yang dipicu oleh berbagai proses akut yang
berhubungan langsung ataupun tidak langsung dengan kerusakan paru
(Aryanto Suwondo, 2006)
ARDS atau Sindroma Distres Pernafasan Dewasa ( SDPD ) adalah
kondisi kedaruratan paru yang tiba-tiba dan bentuk kegagalan nafas
berat, biasanya terjadi pada orang yang sebelumnya sehat yang telah
terpajan pada berbagai penyebab pulmonal atau non-pulmonal
( Hudak, 1997).
ARDS adalah Penyakit akut dan progressive dari kegagalan
pernafasan disebabkan terhambatnya proses difusi oksigen dari
alveolar ke kapiler (a-c block) yang disebabkan oleh karena
terdapatnya edema yang terdiri dari cairan koloid protein baik
interseluler maupun intra alveolar. (Prof. Dr. H. Tabrani Rab, 2000).

B. Etiologi

4
ARDS berkembang sebagai akibat kondisi atau kejadian berbahaya
berupa trauma jaringan paru baik secara langsung maupun tidak
langsung. Penyebabnya bisa penyakit apapun, yang secara langsung
ataupun tidak langsung melukai paru-paru:
1. Trauma langsung pada paru

a. Pneumoni virus,bakteri,fungal

b. Contusio paru

c. Aspirasi cairan lambung

d. Inhalasi asap berlebih

e. Inhalasi toksin

f. Menghisap O2 konsentrasi tinggi dalam waktu lama

2. Trauma tidak langsung

a. Sepsis

b. Shock, Luka bakar hebat, Tenggelam

c. DIC (Dissemineted Intravaskuler Coagulation)

d. Pankreatitis

e. Uremia

f. Overdosis Obat seperti heroin, metadon, propoksifen atau aspirin.

g. Idiophatic (tidak diketahui)

h. Bedah Cardiobaypass yang lama

i. Transfusi darah yang banyak

j. PIH (Pregnand Induced Hipertension)

k. Peningkatan TIK

l. Terapi radiasi

m. Trauma hebat, Cedera pada dada

5
Gejala biasanya muncul dalam waktu 24-48 jam setelah terjadinya
penyakit atau cedera. SGPA(sindrom gawat pernafasan akut) seringkali
terjadi bersamaan dengan kegagalan organ lainnya, seperti hati atau
ginjal. Salah satu faktor resiko dari SGPA adalah merokok sigaret. Angka
kejadian SGPA adalah sekitar 14 diantara 100.000 orang/tahun.
Menurut Hudak & Gallo (1997), gangguan yang dapat mencetuskan
terjadinya ARDS adalah:

Sistemik : a. Syok karena beberapa penyebab

b. Sepsis gram negative

c. Hipotermia, Hipertermia

d. Takar lajak obat (Narkotik, Salisilat, Trisiklik,


Paraquat,Metadone, Bleomisin)

e. Gangguan hematology (DIC, Transfusi massif, Bypass


kardiopulmonal)

f. Eklampsia

g. Luka bakar

Pulmonal : a. Pneumonia (Viral, bakteri, jamur, penumosistik karinii)

b. Trauma (emboli lemak, kontusio paru)

c. Aspirasi ( cairan gaster, tenggelam, cairan hidrokarbon )

d. PneumositiNon-s
Pulmonal : a. Cidera Kepala
b.Peningkatan TIK

c. Pascakardioversi

d. Pankreatitis

e. Uremia

6
C. Patofisiologi
ARDS terjadi sebagai akibat cedera atau trauma pada membran alveolar
kapiler yang mengakibatkan kebocoran cairan kedalam ruang interstisiel
alveolar dan perubahan dalam jaring-jaring kapiler, terdapat
ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi yang jelas akibat kerusakan
pertukaran gas dan pengalihan ekstansif darah dalam paru-paru. ARDS
menyebabkan penurunan dalam pembentukan surfaktan, yang mengarah
pada kolaps alveolar. Komplians paru menjadi sangat menurun atau paru-
paru menjadi kaku akibatnya adalah penurunan karakteristik dalam
kapasitas residual fungsional, hipoksia berat dan hipokapnia (Brunner &
Suddart 616).
Ada 3 fase dalam patogenesis ARDS:
1. Fase Eksudatif

Fase permulaan, dengan cedera pada endothelium dan epitelium,


inflamasi, dan eksudasi cairan. Terjadi 2-4 hari sejak serangan akut.
2. Fase Proliferatif

Terjadi setelah fase eksudatif, ditandai dengan influks dan proliferasi


fibroblast, sel tipe II, dan miofibroblast, menyebabkan penebalan dinding
alveolus dan perubahan eksudat perdarahan menjadi jaringan granulasi
seluler/membran hialin. Fase proliferatif merupakan fase menentukan yaitu
cedera bisa mulai sembuh atau menjadi menetap, ada resiko terjadi lung
rupture (pneumothorax).
3. Fase Fibrotik/Recovery

Jika pasien bertahan sampai 3 minggu, paru akan mengalami


remodeling dan fibrosis. Fungsi paru berangsurangsur membaik dalam
waktu 6 – 12 bulan, dan sangat bervariasi antar individu, tergantung
keparahan cederanya.

7
Perubahan patofisiologi berikut ini mengakibatkan sindrom klinis yang
dikenal sebagai ARDS (Philip etal, 1995):
a. Sebagai konsekuensi dari serangan pencetus, complement cascade
menjadi aktif yang selanjutnya meningkatkan permeabilitas dinding kapiler.
b. Cairan, lekosit, granular, eritrosit, makrofag, sel debris, dan protein
bocor kedalam ruang interstisiel antar kapiler dan alveoli dan pada akhirnya
kedalam ruang alveolar.
c. Karena terdapat cairan dan debris dalam interstisium dan alveoli
maka area permukaan untuk pertukaran oksigen dan CO2 menurun sehingga
mengakibatkan rendahnyan rasio ventilasi-perfusi dan hipoksemia.
d. Terjadi hiperventilasi kompensasi dari alveoli fungsional, sehingga
mengakibatkan hipokapnea dan alkalosis resiratorik.
e. Sel-sel yang normalnya melaisi alveoli menjadi rusak dan diganti
oleh sel-sel yang tidak menghasilkan surfaktan ,dengan demikian
meningkatkan tekanan pembukaan alveolar.
ARDS biasanya terjadi pada individu yang sudah pernah mengalami
trauma fisik, meskipun dapat juga terjadi pada individu yang terlihat sangat
sehat segera sebelum awitan, misalnya awitan mendadak seperti infeksi
akut. Biasanya terdapat periode laten sekitar 18-24 jam dari waktu cedera
paru sampai berkembang menjadi gejala. Durasi sindrom dapat dapat
beragam dari beberapa hari sampai beberapa minggu. Pasien yang tampak
sehat akan pulih dari ARDS. Sedangkan secara mendadak relaps kedalam
penyakit pulmonary akut akibat serangan sekunder seperti pneumotorak
atau infeksi berat (Yasmin Asih. Hal 125).
Sebenarnya sistim vaskuler paru sanggup menampung penambahan
volume darah sampai 3 kali normalnya, namun pada tekanan tertentu, cairan
bocor keluar masuk ke jaringan interstisiel dan terjadi edema paru.( Jan
Tambayog 2000, hal 109).

8
D. Manifestasi Klinik
Ciri khas ARDS adalah hipoksemia yang tidak dapat diatasi selama
bernapas spontan. Frekuensi pernapasan sering kali meningkat secara
bermakna dengan ventilasi menit tinggi. Sianosis dapat atau tidak terjadi.
Hal ini harus diingat bahwa sianosis adalah tanda dini dari hipoksemia.
Gejala klinis utama pada kasus ARDS adalah:
a. Distres pernafasan akut: takipnea, dispnea , pernafasan
menggunakan otot aksesoris pernafasan dan sianosis sentral.
b. Batuk kering dan demam yang terjadi lebih dari beberapa jam
c. Auskultasi paru: ronkhi basah, krekels halus di seluruh bidang
paru, stridor, wheezing.
d. Perubahan sensorium yang berkisar dari kelam pikir dan agitasi
sampai koma.
e. Auskultasi jantung: bunyi jantung normal tanpa murmur atau
gallop ( YasminAsih Hal 128 ).

9
E. Alogaritma Ards

10
11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Acute respiratory distress syndrome (ARDS) merupakan sindrom,
kumpulan observasi klinis dan fisiologis yang menggambarkan suatu
keadaan patologis. Patogenesis ARDS belum sepenuhnya jelas dan belum
ada gold standard untuk mendiagnosis. ARDS ditandai dengan edema paru
non kardiogenik, inflamasi pada paru, hipoksemia, dan penurunan
komplians paru. ARDS adalah kelainan yang progresif secara cepat dan
awalnya bermanifestasi klinis sebagai sesak napas (dyspneu dan
tachypneu) yang kemudian dengan cepat berubah menjadi gagal napas.
ARDS atau Sindroma Distres Pernafasan Dewasa ( SDPD ) adalah
kondisi kedaruratan paru yang tiba-tiba dan bentuk kegagalan nafas berat,
biasanya terjadi pada orang yang sebelumnya sehat yang telah terpajan
pada berbagai penyebab pulmonal atau non-pulmonal

B. SARAN
Penulis berharap makalah ini dapat membantu dan dijadikan tambahan
ilmu mata kuliah keperawatan kegawatdaruratan. Penyusun juga memohon
maaf apabila ada kesalahan serta kehilafan dalam makalah ini untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

12
DAFTAR PUSTAKA

Aboet, A.A., Tinni, T. M. (2018) Acute Respiratory Distress Syndrome


(ARDS). Makalah Anestesia dan critical care, Vol. 36 No. 2

Bakhtiar, A., Rena, A. M., (2018) Acute Respiratory Distress Syndrome


(ARDS). Jurnal Respirasi (JR), Vol. 4. No. 2 : 51-60

Anynomous, 2007. Asuhan Keperawatan KLIEN dengan ARDS (Adult


Respiratory Distress Syndrome) Pre Acut/ Post Acut Care.
http://rusari.com/askep_aspirasi_distress.html. Tanggal 9 September
2009 pukul 17.43 WIB
Anynomous, 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien ARDS. http://keperawatan-
gun.blogspot.com/2007/07/asuhan-keperawatan-pada-klien-dg-
25.html. Tanggal 16 September 2009 pukul 12.30 WIB
Anynomous, 2006. Sindrom Gawat Pernafasan Akut.
http://medicastore/penyakit_kategori/index/1.html. Tanggal 17
September 2009 pukul 13.30 WIB
Carpenito,Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.EGC. Jakarta.

Hudak, Gall0. 1997. Keperawatan Kritis. Pendekatan Holistik.Ed.VI. Vol.I.


EGC. Jakarta.

Rab, Tabrani. 2000. Agenda Gawat Darurat (Critical Care) jilid 2. Bandung:
PT. Alumni

13

Anda mungkin juga menyukai