“Shock Hipovolemik”
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kritis Intensif 2
Dosen Pengampu:
Marwansyah S.Kep, Ns, M.Kep
Disusun oleh:
Kelompok 4
1. Diah Oktaviani
2. Erek Kuswanto
3. Indah Fitria lestari
4. Maulidia Selfianie
5. M. Irfan Sidik
6. Rachmawati Eka P. K.
7. Silva Niar Katamsi
8. M. Nurikhsan
i
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya pada kami, sehingga kami dapat menyelesaikam tugas makalah ini
dengan baik. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen mata kuliah
Keperawatan Kritis Intensif 2 yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran
kepada kami. Kami menyusun makalah yang berjudul Shock Hipovolemik untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kritis Intensif 2 yang diberikan oleh
bapak Marwansyah S.Kep, Ns, M.Kep. Kemampuan maksimal dan usaha yang keras
telah kami curahkan dalam penyusunan makalah ini.
Akhirnya, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
karena kami menyusun makalah ini dalam rangka mengembangkan kemampuan diri.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun baik lisan maupun tulisan
sangat kami harapkan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 4
1. Pengertian......................................................................................................4
2. Etiologi..........................................................................................................5
3. Manifestasi Klinis ........................................................................................6
4. Patofisiologi .................................................................................................8
5. Komplikasi....................................................................................................10
6. Pathway.........................................................................................................10
7. Pemeriksaan Penunjang................................................................................11
8. Penatalaksanaan ...........................................................................................11
9. Algoritma shock hipovolemik.......................................................................14
A. Simpulan............................................................................................................. 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan pada pembuluh dapat terjadi pada berbagai tempat, baik arteri
(afterload), vena (preload), kapiler dan venula. Penurunan hebat tahanan tahanan
vaskuler arteri atau arteriol akan menyebabkan tidak seimbangnya volume cairan
1
intravaskuler dengan pembuluh tersebut sehingga menyebabkan tekanan darah
menjadi sangat rendah yang akhirnya juga menyebabkan tidak terpenuhianya
perfusi jaringan. Peningkatan tahanan arteri juga dapat mengganggu sistim
sirkulasi yang mengakibatkan menurunya ejeksi ventrikel jantung sehingga
sirkulasi dan oksigenasijaringan menjadi tidak optimal. Begitu juga bila terjadi
peningkatan hebat pada tonus arteriol, yang secara langsung dapat menghambat
aliran sirkulasi ke jaringan. Gangguan pada vena dengan terjadinya penurunan
tahanan atau dilatasi yang berlebihan menyebabkan sistem darahbalik menjadi
sehingga pengisian jantung menjadi berkurang pula. Akhirnya menyebabkan
volume sekuncup dan curah jantung juga menurun yang tidak mencukupi untuk
oksigenasi dan perfusi ke jaringan. Ganguan pada kapiler secara langsung seperti
terjadinya sumbatan atau kontriksi sistemik secara langsung menyebabkan
terjadinya gangguan perfusi karena area kapiler adalah tempat terjadinya
pertukaran gas antara vaskuler dengan jaringan sel-sel tubuh. Berdasarkan
bermacam-macam sebab dan kesamaan mekanisme terjadinya itu shock dapat
dikelompokkan menjadi beberapa empat macam yaitu shock hipovolemik, shock
distributif, shock obstrukttif, danshock kardiogenik.
B. Rumusan Masalah
2
C. Tujuan Penulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Endotelium memainkan peran penting dalam proses fisiologis
vaskular, patofisiologis, dan reparatif. Fungsi endotelium sangat berubah
setelah shock hipovolemik karena iskemia sel endotel dan oleh reperfusi
karena resusitasi dengan cairan. Karena kekurangan oksigen, apoptosis sel
endotel diinduksi setelah shock hipovolemik.Paling sering, shock
hipovolemik bersifat sekunder akibat kehilangan darah yang cepat (shock
hemoragik).Kehilangan darah eksternal akut sekunder untuk trauma
tembus dan gangguan perdarahan GI yang berat adalah 2 penyebab umum
shock hemoragik. Shock hemoragik juga bisa terjadi akibat kehilangan
darah internal akut yang signifikan ke dalam rongga toraks dan abdomen.
Dua penyebab umum kehilangan darah internal yang cepat adalah
cedera organ padat dan ruptur aneurisma aorta perut. Shock hipovolemik
dapat terjadi akibat kehilangan cairan yang signifikan (selain dari darah).
Dua contoh shock hipovolemik sekunder akibat kehilangan cairan
termasuk gastroenteritis refrakter dan luka bakar yang luas. (Paul Kolecki,
2016)
2. Etiologi
a. Kehilangan darah:
1) Dapat akibat eksternal seperti melalui luka terbuka
2) Perdarahan internal dapat menyebabkan shock hipovolemik jika
perdarahan ini didalam thoraks, abdomen, retroperitoneal atau
tungkai atas
b. Kehilangan Plasma merupakan akibat yang umum dari luka bakar,
cidera berat atau inflamsi peritoneal
c. Kehilangan cairan dapat disebabkan oleh hilangnya cairan secara
berlebihan melalui jalur gastrointestinal, urinarius, atau kehilangan
lainnya tanpa adanya penggantian yang adekuat.
5
3. Manifestasi Klinis Shock Hipovolemik
6
penurunan tekanan darah terutama sistolik dan tekanan nadi,
refiling kapiler yang melambat, peningkatan frekuensi nafas dan
pasien menjadi lebih cemas.
c) Shock hipovolemik stadium-III bila terjadi perdarahan sebanyak 30-
40%. Gejala-gejala yang muncul pada stadium-II menjadi semakin
berat. Frekuensi nadi terus meningkat hingga diatas 120 kali
permenit, peningkatan frekuensi nafas hingga diatas 30 kali
permenit, tekanan nadi dan tekanan darah sistolik sangat menurun,
refiling kapiler yang sangat lambat.
d) Stadium-IV adalah shock hipovolemik pada kehilangan darah lebih
dari 40%. Pada saat ini takikardi lebih dari 140 kali permenit
dengan pengisian lemah sampai tidak teraba, dengan gejala-gejala
klinis pada stadium-III terus memburuk. Kehilangan volume
sirkulasi lebih dari 40% menyebabkan terjadinya hipotensi berat,
tekanan nadi semakin kecil dan disertai dengan penurunan
kesadaran atau letargik.
Tanda dan
Stadium I Stadium II Stadium III Stadium IV
Pemeriksaan Klinis
Kehilangan Darah (%) 15% 15-30% 30-40% >40%
Sangat
Kesadaran Sedikit cemas Cemas Letargi
cemas/Bingung
Frekuensi Jantung atau >100-
<100x/menit >120-140x/menit >140x/menit
Nadi 120x/menit
Frekuensi Nafas 14-20x/menit 20-30x/menit 30-40x/menit >35x/menit
Refiling Kapiler Lambat Lambat Lambat Lambat
Tekanan Darah Sistolik Normal Normal Turun Turun
Tekanan Nadi Normal Turun Turun Turun
Sangat
Produksi Urin >30ml/Jam 20-30ml/Jam 5-15ml/Jam
sedikit
7
4. Patofisiologi
Keterangan:
8
awal- awal terjadinya kehilangan darah, terjadi respon sistim saraf
simpatis yang mengakibatkan peningkatan kontraktilitas dan frekuensi
jantung. Dengan demikian pada tahap awal tekanan darah sistolik dapat
dipertahankan. Namun kompensasi yang terjadi tidak banyak pada
pembuuh perifer sehingga telah terjadi penurunan diastolik sehingga
secara bermakna akan terjadi penurunan tekanan nadi rata-rata.13
Berdasarkan kemampuan respon tubuh terhadap kehilangan volume
sirkulasi tersebut maka secara klinis tahap shock hipovolemik dapat
dibedakan menjadi tiga tahapan yaitu tahapan kompensasi, tahapan
dekompensasi dan tahapan irevesrsibel. Pada tahapan kompensasi,
mekanisme autoregulasi tubuh masih dapat mempertahankan fungsi
srikulasi dengan meningkatkan respon simpatis. Pada tahapan
dekompensasi, tubuh tidak mampu lagi mempertahankan fungsinya
dengan baik untuk seluruh organ dan sistem organ. Pada tahapan ini
melalui mekanisme autoregulasi tubuh berupaya memberikan perfusi ke
jaringan organ-organ vital terutama otak dan terjadi penurunan aliran
darah ke ekstremitas. Akibatnya ujung-ujung jari lengan dan tungkai
mulai pucat dan terasa dingin. Selanjutnya pada tahapan ireversibel
terjadi bila kehilangan darah terus berlanjut sehingga menyebabkan
kerusakan organ yang menetapdan tidak dapat diperbaiki. Keadaan
klinis yang paling nyata adalah terjadinya kerusakan sistem filtrasi ginjal
yang disebut sebagai gagal ginjal akut.
5. Komplikasi
9
a. Gagal jantung Gagal ginjal
b. Kerusakan jaringan ARDS (Acute Respiratory Disstres Syndrom)
c. Kerusakan otak irreversible
d. Dehidrasi kronis
e. Multiple organ failure DIC (Disseminated Intravascular Coagulation)
6. Pathway
Tubuh kehilangan
oksigen dan darah
Hipovolemia Metabolisme
Cardiac filling
TD
O2 dan CO2
Tonus simpatik
Hipoperfusi
Vasokonstriksi alveoli
pembuluh darah
Nafas cepat
Kulit
Ketidakefektifan
Akral dingin Pola nafas
7. Pemeriksaan penunjang
Ketidakefektifan
perfusi jaringan 10
a. Kultur darah
b. Kimia serum, termasuk elektrolit
c. DPL dan profil koagulasi
d. AGD dan oksimetri nadi
e. Pemeriksaan curah jantung
f. Laktat serum
g. Urinalisis dengan berat jenis, osmolaritas, dan elektrolis urin
h. EKG, foto toraks,USG jantung
i. Tesfungsi ginjal dan hati
b. Penatalaksanaan Medis
11
Tujuan penanganan medis adalah untuk mengembalikan volume
intravaskular, mendistribusikan kembali volume cairan, dan mengatasi
penyebab utama shock. Jika pasien mengalami hemoragi, perdarahan
dihentikan dengan cara penekanan atau operasi. Diare dan muntah
diatasi dengan obat-obatan.
12
ke rumah sakit secepat mungkin, dan memulai perawatan yang tepat di
lapangan. Tekanan langsung harus diterapkan pada pembuluh
pendarahan eksternal untuk mencegah kehilangan darah lebih lanjut.
Pencegahan cedera lebih lanjut berlaku sebagian besar untuk pasien
dengan trauma. Tulang belakang leher harus diimobilisasi, dan pasien
harus dilepaskan, jika ada, dan dipindahkan ke tandu. Splinting fraktur
dapat meminimalkan cedera neurovaskular dan kehilangan
darah.Meskipun pada kasus tertentu stabilisasi mungkin bermanfaat,
transportasi pasien yang sakit dengan cepat ke rumah sakit tetap
merupakan aspek yang paling penting dari perawatan pra-rumah sakit.
Perawatan definitif pasien hipovolemik biasanya memerlukan rumah
sakit, dan kadang-kadang bedah, intervensi. Penundaan dalam
perawatan definitif, misalnya, seperti transportasi yang tertunda,
berpotensi berbahaya.Kebanyakan intervensi pra-rumah sakit
melibatkan imobilisasi pasien (jika trauma terlibat), mengamankan
saluran udara yang memadai, memastikan ventilasi, dan
memaksimalkan sirkulasi.Dalam pengaturan shock hipovolemik,
ventilasi tekanan positif dapat mengurangi aliran balik vena,
mengurangi hasil jantung, dan memperburuk keadaan kejut. Sementara
oksigenasi dan ventilasi diperlukan, ventilasi tekanan positif yang
berlebihan dapat merugikan pasien yang menderita shock
hipovolemik.Perawatan yang tepat biasanya dapat dimulai tanpa
menunda transportasi. Beberapa prosedur, seperti memulai jalur
intravena (IV) atau splinting ekstremitas, dapat dilakukan saat pasien
dilepaskan. Namun, prosedur di lapangan yang memperpanjang
transportasi harus ditunda. Manfaat untuk memberikan cairan IV
sebelum keberangkatan dari tempat kejadian tidak jelas; Namun, garis
IV dan resusitasi cairan harus dimulai dan dilanjutkan setelah pasien
dalam perjalanan ke perawatan definitif.
13
14
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
16