TINJUAN TEORI
A. TEORI MEDIS
1. Persalinan
Artinya :
telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya
9
Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah
Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku
dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan
Allah memberi wasiat pada manusia agar berbakti pada kedua orang
tua adalah karena proses persalinan yang dialami ibu merupakan suatu
proses yang sangat berat. Pengaruh kontraksi rahim ketika bayi mau
ibu ketika melahirkan dan resiko yang sangat berat yang ditanggung
seorang ibu, Nabi cukup bijaksana dan memberi empati pada ibu yang
sebagai rasa impati karena musibah yang dialami dan juga beratnya
resiko kehamilan dan melahirkan bagi seorang ibu. Hal ini bukan
berarti membiarkan ibu yang akan melahirkan agar mati syahid, tetapi
10
b. Pengertian persalianan
hidup dari dalam uterus ke dunia luar. Persalinan dan kelahiran normal
(janin+uri) yang dapat hidup ke dunia luar dari dalam rahim melalui
jalan lahir dengan LBK atau dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan
alat-alat, serta tidak melukai ibu dan bayi, yang umumnya berlangsung
11
4) Perasaan nyeri diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi –
1) Rasa nyeri oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering, dan
teratur.
pembukaan.
( Oxom, 2010)
12
2) Faktor Passanger (Bayi)
6) Tahap persalinan
13
a. Kala 1
2 fase, yaitu :
cm.
menjadi 4 cm,
lengkap.
14
Lama kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam
b. kala II
dilahirkan. Pada kala II, his menjadi lebih kuat dan lebih
15
dan lama tahap persalinan kala II berbeda-beda tergantung
c. Kala III
16
cermat, sehingga tidak menyebabkan gangguan kontraksi
7. Partograf
pemeriksaan dalam.
17
secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama
(Prawirohardjo, 2013).
kelahiran
(Prawirohardjo, 2013).
2. Retensio Plasenta
a. Pengertian retensio plasenta
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama
setengah jam setelah persalinan bayi. (Rukiyah,2009). Retensio
plasenta adalah bila plasenta tetap tertinggal dalam uterus setengah jam
setelah anak lahir. (Prawihardjo, 2010).
18
jaringan penyokong plasenta berkontraksi maka plasenta yang tidak
dapat berkontraksi mulai terlepas dari dinding uteru. Tegangan yang
ditimbulkannya menyebabkan lapis dan desidua spongiosa yang
longgar memberi jalan, dan pelepasan plasenta terjadi di tempat
itupembuluh darah yang terdapat diuterus berada diantara serat – serat
otot miometrium yang saling bersilangan. Kontraksi serat – serat otot
ini mengakibatkan pembuluh darah terjepit serta perdarahan terhenti.
(Prawihardjo,2010).
c. Penyebab retensio plasenta
1) Fungsional :
(a) His kurang kuat (Penyebab terpenting).
(b) Plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi disudut tuba),
bentuknya (Plasenta membranasea, plasenta anularis), dan
ukurannya (plasenta yang sangat kecil).
(c) Plasenta yang sukar lepas karena penyebab diatas disebut
plasenta adhesiva
2) Patologi Anatomi :
(a) Plasenta Akreta.
(b) Plasenta inkreta.
(c) Plasenta perkreta.
d. Patofisiologi retensio plasenta
Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perdarahan. Jika
lepas sebagian terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk
mengeluarkannya. Plasenta yang belum lepas sama sekali dari dinding
uterus karena :
1) Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta
adhesiva).
2) Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi korialis
menembus desidua sampai mimetrium dibawah peritoneum
(plasenta akreta – perkreta).
3) Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum
keluar, disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau
19
karena salah penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran
konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya
plasenta (inkarserio plasenta). (Sumarah, 2009).
e. Patologi retensio plasenta
Retensio plasenta akan mengganggu kontraksi otot rahim dan
menimbulkan perdarahan. Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat
diperkirkan bahwa darah penderita terlalu banyak hilang,
keseimbangan baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan
tidak terjadi, kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam
(Sumarah, 2009).
Plasenta manual dengan segera dilakukan bila terdapat riwayat
perdarahan post partum berulang, terjadi perdarahan post partum
melebihi 400cc, pada pertolongan persalinan dengan narkosa, plasenta
belum lahir setelah menunggu selama setengah jam (Sumarah, 2009)
f. Klasifikasi retensio plasenta
1) Jenis retensio plasenta
(a) Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot
korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme
separasi fisiologi.
(b) Plasenta akreta adalah implantasi jonjot orion plasenta hingga
memasuki sebagian lapisan miometrium.
Faktor predisposisi terjadinya plasenta akreta adalah plasenta
previa, bekas secsio sesaria, pernah kuret berulang, dan
multiparitas.
Plasenta akreta ada yang kompleta, yaitu jika seluruh
permukaannya melekat dengan erat pada dinding rahim.
Plasenta akreta yang parsialis yaitu jika hanya beberapa bagian
dari permukaannya lebih erat berhubungan dengan dinding
rahim dari biasa. Plasenta akreta yang kompleta, inkreta, dan
perkreta jarang terjadi. Penyebab plasenta akreta adalah
kelainan desidua, misalnya desidua yang terlalu tipis. Plasenta
akreta menyebabkan retensio plasenta.
20
(c) Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta
hingga mencapai/memasuki miometrium.
(d) Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang
menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding
uterus.
(e) Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta didalam
kavum uteri, disebabkan oleh konstriksi ostium uteri. Plasenta
sudah lepas tetapi belum lahir karena atonia uteri dan akan
menyebabkan perdarahan yang banyak, atau karena adanya
lingkaran kontriksi pada bagian bawah rahim akibat kesalahan
penangan kala III yang akan menghalangi plasenta keluar
(plasenta inkarserata) (Prawirohardjo, 2010).
g. Faktor predisposisi retensio plasenta
Kejadian retensio plasenta berkaitan dengan grandemultipara
dengan implantasi plasenta dalam bentuk plasenta adhesiva, plasenta
akreta, plasenta inkreta dan perkreta. (Prawirohardjo, 2010). Usia
kehamilan dikaitkan dengan lama kala III. Usia kehamilan yang lebih
muda dihubungkan denga kala III yang lebih lama. Frekuensi
pengeluaran manual plasenta juga dihubungkan kelahiran prematur.
Perdarahan meningkat seiring makin muda usia gestasi dan
peningkatan pengeluaran plasenta secara manual. (Varney,2007)
Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta, plasenta
melekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi chorialis menembus
desidua sampai miometrium bahkan sampai dibawah peritonium
(Plasenta akreta – perkreta), plasenta yang sudah keluar, disebabkan
oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau salah dalam
penanganan kala III sehingga terjadi lingkaran kontriksi pada bagian
bawah uterus. (Sumarah, 2009)
h. Tanda / gejala klinik retensio plasenta.
1) Plasenta tidak lahir setelah 30 menit.
2) Perdarahan segera.
3) Kontraksi uterus : lemah
21
Tanda dan gejala kadang – kadang timbul : tali pusat putus akibat
traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjut.
(Sumarah, 2009).
3. Manual Plasenta
a. Pengertian / definisi
perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc yang tidak
setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti
eksplorasi jalan lahir dan tali pusat putus (Fadlun dan Feryanto, 2011).
22
sebagian besar gangguan pelepasan plasenta disebabkan oeh gangguan
c. Patologis
2011).
23
Plasenta dalam hal ini tidak mudah untuk dilepaskan melainkan
Menurut Fadlun dan Feryanto (2011) tanda dan gejala dari manual
dalam uterus.
a. Persiapan
24
2) Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan
2) Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva,
salam (ibu jari merapat ke jari telunjuk dan jari-jari lain saling
merapat).
bawah.
25
2) Bila plasenta berimplantasi di korpus belakang, tali pusat tetap
dinding uterus.
Catatan:
kesehatan rujukan.
26
5) Mengeluarkan plasenta
disediakan.
27
4) Beritahukan pada ibu dan keluarganya bahwwa tindakan telah
lanjutan.
sebagai berikut:
(Nursalam, 2009)
1) Data Subyektif
2008)
28
(1) Nama
(2) Umur
(3) Agama
(5) Pendidikan
tersebut.
(7) Alamat
29
Ditanyakan karena mungkin memiliki nama yang sama
banyaknya darah, haid teratur atau tidak, sifat darah (cair atau
2011).
(Ambarwati, 2008).
2010)
adalah grandemultipara.
dengan tindakan.
30
(3) Nifas Apakah terjadi perdarahan, infeksi dan bagaimana
laktasinya.
(4) Anak Jenis kelamin, berat badan waktu lahir, hidup atau
postpartum.
31
Sudah pernah diimunisasi TT atau belum,
(Winkjosastro, 2008).
2011).
32
pertumbuhan dan perkembangan janin (Rohani
dkk., 2011).
2008).
2008).
33
kuat sehingga memicu tejadinya retensio
plasenta.
2) Data obyektif
Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur oleh
34
(2) Amnesia, menurunnya kesadaran ditandai dengan
tertentu.
dkk., 2011).
(Saifuddin, 2010).
35
(b) Suhu Suhu badan wanita inpartu tidak melebihi
dkk., 2011).
2010).
(d) Inspeksi
(1) Kepala
36
(2) Muka
(3) Mata
dialaminya.
Untuk mengetahui ada karies gigi atau tidak, lidah bersih atau
atau tidak.
(7) Dada
(9) Perut
37
Untuk mengetahui ada bekas operasi atau tidak, ada strie atau
(10) Vulva
atau tidak.
(11) Anus
(12) Ekstremitas
38
Inkarserata dan uterus yang cukup pada plasenta akreta
(Nursalam, 2009).
(Rohani dkk.,2011).
(Saifuddin, 2010).
(i) Data penunjang USG untuk mengetahui apakah ada massa atau
1) Diagnosa
39
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam
2) Masalah
3) Kebutuhan
40
2) Potensial terjadi syok haemorhagie : Karena adanya perdarahan
postpartum.
4) Inversio uteri akibat penarikan tali pusat yang kuat pada plasenta
d. Langkah IV : Antisipasi
vital (tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu), kontraksi uterus, dan
diindikasikan oleh kondisi pasien dan masalah lain yang berkaitan dan
yang akan dilakukan lebih lanjut, apakah kolaborasi atau tidak dan
disetujui oleh kedua belah pihak, baik dari pihak keluarga maupun
41
petugas kesehatan. Pada langkah ini seorang bidan merumuskan rencana
tidak.
Langkah ini dapat dilakukan pada wanita yang bersangkutan, bidan atau
(Saifuddin, 2006) :
42
C. Kebijakan Pemerintah
upaya kesehatan.
harus sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki. Selain itu dalam ayat
1. Tenaga medis
3. Tenaga kefarmasian
5. Tenaga gizi
43
mematuhi ketentuan undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 23 ayat
menjadi landasan hukum pada asuhan kebidanan ibu bersalin kala III
a. Huruf a : Episiotomi
44
Kriteria pencatatan asuhan kebidanan (catatan perkembangan
45
D. Kerangka Teori
Persalinan
f.
Fisiologis
Fisiologis Patologis
Manajemen
Aktif Kala III
berhasil Rujuk
Pemantauan Kala IV
46