Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
Nama Kelompok :
1.
2.
3.
4.
5.
Dst..
Prinsip bahwa dasar kode etik adalah menghargai hak dan martabat manusia, tidak akan
pernah berubah. Prinsip ini juga diterapkan baik dalam bidang pendidikan maupun pekerjaan.
Juga dalam hak-haknya memperoleh pelayanan kesehatan (Suhami,2010).
Apabila menghadapi suatu situasi yang melibatkan keputusan yang bersifat etis dan
moralitas, perawat hendaknya bertanya kepada dirinya sendiri:
Bila jawaban atas pertanyaan diatas positif berdasarkan ukuran yang seharusnya, perilaku
yang ditampilkan akan berkenan dan sesuai dengan hak-hak pasien, dan haknya sendiri untuk
mempertahankan kewibawaan. Fungsi kode etik menurut Hipocrates :
Kode etik penting dalam sistem pelayanan kesehatan dan dalam praktik keperawatan
menurut Kozier & Erb (1990) dalam Suhaemi, (2010):
1. Etika akan menunjukkan standar profesi untuk kegiatan keperawatan. Standar ini akan
melindungi perawat dan pasien
2. Kode etik menjadi alat untuk menyusun standar praktik profesional, memperbaiki, dan
memelihara standar tersebut
3. Kode etik adalah pedoman resmi untuk tindakan profesional, akan diikuti orang-orang
dalam profesi dan harus diterima sebagai nilai pribadi bagi anggota profesional
4. Kode etik memberi kerangka pikir kepada anggota profesi untuk membuat keputusan
dalam situasi keperawatan
Jadi, kode etik mengimbau perawat tentang hal yang boleh dilakukan dan yang tidak
boleh dilakukan.Sebetulnya bukan soal paksaan, semuanya bergantung pada perawat sendiri.
Perawat bebas mendengarkan kata hatinya bila telah menerima nilai yang baik, kata hati akan
menuntunnya, dan akan tertanam nilai moral.
Prinsip moral mempunyai peran yang penting dalam menentukan perilaku yang etis dan
dalam pemecahan masalah etik. Prinsip moral merupakan standar umum dalam melakukan
sesuatu sehingga membentuk suatu sistem etik.Prinsip moral berfungsi untuk membuat secara
spesifik apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan, atau diizinkan dalam suatu
keadaan.Terdapat tiga prinsip moral yang sering digunakan dalam diskusi moral, yaitu
autonomy, non-maleficience, dan justice (Johnstone, 1989 dalam buku Suhaemi, 2010).
1. Otonomi
Otonomi berasal dari bahasa Latin, yaitu autos, yang berarti sendiri dan nomos,
artinya aturan.Otonomi berarti kemampuan untuk menentukan sendiri atau mengatur diri
sendiri.Menghargai otonomi berarti menghargai manusia sebagai sebagai seseorang yang
mempunyai harga diri dan martabat yang mampu menentukan sesuatu bagi
dirinya.Prinsip otonomi sangat penting dalam keperawatan.Perawat harus menghargai
harkat dan martabat manusia sebagai individu yang dapat memutuskan hal yang terbaik
bagi dirinya. Perawat harus melibatkan klien untuk berpartisipasi dalam membuat
keputusan yang berhubungan dengan asuhan keperawatan klien tersebut.
Perawat yang menghargai manusia dalam penerapan otonomi, termasuk juga menghargai
profesi lain dalam lingkup tugas perawat, misalnya dokter, ahli farmasi, dan sebagainya.
1. Non-maleficience
Beneficience merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan
orang lain. Contoh: seorang klien yang mempunyai kepercayaan bahwa pemberian
transfusi darah bertentangan dengan keyakinannya, mengalami pendarahan hebat akibat
penyakit hati yang kronis. Sebelum kondisi klien bertambah berat, klien sudah
memberikan pernyataan tertulis kepada dokter bahwa ia tidak mau dilakukan transfuse
darah. Pada suatu saat, ketika kondisi klien bertambah buruk dan terjadi pendarahan
hebat, dokter seharusnya mengintruksikan untuk memberikan transfusi darah.Dalam hal
ini, akhirnya transfusi darah tidak diberikan karena prinsip beneficience, walaupun
sebenarnya pada saat yang bersamaan terjadi penyalahgunaan prinsip maleficienc.
2. Keadilan
Keadilan (justice) merupakan prinsip moral berlaku adil untuk semua individu.
Tindakan yang dilakukan untuk semua orang sama. Tindakan yang sama tidak selalu
identic, tetapi dalam hal ini persamaan mempunyai kontribusi yang relative sama untuk
kebaikan kehidupan seseorang. Dalam aplikasinya, prinsip moral ini tidak berdiri sendiri,
tetapi bersifat komplementer sehingga kadang-kadang menimbulkan masalah dalam
berbagai situasi.
Hubungan perawat-klien.Kontak yang terus-menerus antara perawat dengan klien
membutuhkan suatu hubungan perawat-klien yang spesiifik, yang dibina atas dasar saling
percaya.Hubungan yang spesifik ini merupakan dasar dalam etika keperawatan.
Hubungan perawat klien didasarkan pada penghargaan atas harkat dan martabak manusia,
penumbuhan rasa saling percaya, cara pemecahan masalah, dan kolaborasi. Dalam
hubungan perawat-klien, perawat dapat berfungsi sebagai narasumber dalam memberi
informasi yang relevan dengan masalah klien.Perawat juga dapat berfungsi sebagai
konselor, yaitu ketika klien menjelaskan perasaannya dan hal-hal yang berkaitan dengan
keadaan sakitnya.
Disamping itu, perawat juga dapat berfungsi sebagai pengganti orang tua, saudara
kandung, atau orang yang paling dekat dengan klien sehingga memungkinkan klien
mengeksplorasi perasaanya sesuai dengan sifat hubungan tersebut. Fungsi lain yang
dilaksanakan perawat adalah sebagai seorang ahli yang mempunyai pengetahuan dan
keterampilan dalam mengatasi masalah dalam kebutuhan kllien. Pada proses hubungan
perawat-klien, klien mengutarakan masalahnya dalam rangka mendapatkan pertolongan,
artinya klien mempercayakan dirinya terhadap asuhan keperawatan yang diberikan, untuk
ini perawat mempunyai kewajiban menghargai kepercayaan klien dengan memberikan
asuhan secara kompeten, melindungi harkat dan martabat klien, dan menjaga kerahasian
klien. Hubungan ini memerlukan perlakuan yang adil dan penghargaan atats hak dan
kewajiban kedua belah pihak.
a. Otonomy (Autonomy)
c. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapainya sesuatu yang sama dan adil
terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral,legal,dan
kemanusiaan.Nilai ini Direfleksikan dalam praktik profesional ketika perawat
bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum,standar praktik dan keyakinan yang
benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis selama
perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien dan keluarga.
e. Kejujuran (Veracity)
g. Kerahasian (Confidentiality)
h. Akuntabilitas (Accountability)