OLEH :
SURIANTI M (P2015212)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumor Wilms adalah keganasan terbanyak ke lima dan merupakan tumor
ginjal tersering pada usia anak- anak. Tumor ini terbanyak muncul pada usia tiga
tahun dan jarang ditemukan setelah usia 8 tahun. Wilms tumor yang dikenal juga
sebagai nephroblastoma, diambil dari nama seorang ahli bedah Jerman yaitu Max
Wilms, yang pertama kali mendeskripsikan tumor ini pada abad ke 19 (Agung,
Muzakir, & Gunawan, 2016).
Deskripsi patologi mengenai tumor Wilms pertama kali ditulis pada tahun
1872 dan dideskripsikan oleh Osler pada tahun 1879. Osler menemukan bahwa
tumor ginjal pada anak-anak yang dilaporkan oleh beberapa klinis saat itu
sebenarnya merupakan kelainan yang sama. Pada tahun 1899, Wilms melaporkan
7 kasus yang dijumpainya dan melakukan tinjauan literatur pada kongres di
Berlin. Penjelasannya mengenai gambaran klinis penyakit ini sangat jelas
sehingga istilah tumor yang memakai namanya ini (tumor Wilms) lebih populer
digunakan dari pada nefroblastoma hingga sekarang. Eksisi bedah merupakan
pilihan terapi satu-satunya hingga tahun 1915, ketika Friedlander
memperkenalkan terapi radiasi sebagai altenatif pilihan. Ladd dan White
kemudian secara bertahap menyempurkan teknik bedah dan meningkatkan
survival hingga 20%. Kemoterapi dengan aktinomisin dimulai tahun 1954 dan
vinkristin ditambahkan pada tahu 1963. Pada tahun 1956, Farber dengan
menggunakan kombinasi eksisi bedah, radiasi pascaoperasi, dan kemoterapi
memulai era modern dengan angka survival selama 2 tahun mencapai 81%
(Agung et al., 2016).
Pasien dengan tumor Wilms dan kandungan DNA yang diploid
(mengindikasikan proliferasi yang rendah) ditemukan mempunyai prognosis
yang baik. Hiperploidi (aktivitas mitotik yang tinggi) merupakan gambaran
prosnostik yang buruk untuk tumor Wilms (J.M Wilkinson, 2018).
Tumor Wilms atau disebut juga dengan Nefroblastoma adalah tumor ganas
pada ginjal yang banyak menyerang anak berusia kurang dari 10 tahun dan
paling sering di jumpai pada umur 3,5 tahun (Agung et al., 2016).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tumor Wilms?
2. Bagaimana etiologi tumor Wilms?
3. Bagaimana manifestasi klinis dan patofisiologi tumor Wilms?
4. Bagaimana pathway tumor Wilms?
5. Bagimana pemeriksaan diagnostik dan penalaksanaan tumor Wilms?
6. Bagaimana penyusunan asuhan keperawatan anak pada kelainan kongenital
pada sistem urinari : tumor Wilms?
C. Tujuan
Tujuan penyusunan laporan pendahuluan ini adalah untuk memberikan
pengetahuan dapat memberikan informasi dan pemahaman mengenai asuhan
keperawatan pada klien anak yang menderita Tumor Wilms.
D. Manfaat
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan
dan dapat dipakai sebagai bahan acuan lebih lanjut khususnya mengenai asuhan
keperawatan anak pada kelainan kongenital sistem urinari : tumor Wilms.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
1. Definisi
Tumor Wilms (Nefroblastoma) adalah tumor ginjal yang ditemukan
pada anak-anak. Tumor wilms merupakan tumor ginjal yang tubuh dari sel
embrional primitive di ginjal. Makrokoskopis ginjal akan tampak membesar
dan keras sedangkan gambaran histo patologinya menunjukan gabungan dari
pembentukan abortif glomerulus dan gambaran otot polos,otot serat lingkang,
tulang rawan dan tulang. Tumor dapat bermetastase terutama ke paru, ginjal
dan jarang sekali ke tulang (Judith M Wilkinson, 2015).
Tumor Wilms (Nefoblastoma) adalah tumor ganas yang tumbuh dari
sel embrional primitive di ginjal. Tumor Wilms biasanya ditemukan pada
anak – anak yang berumur kurang dari 5 tahun, tetapi kadang di temukan
pada anak yang lebih besar atau orang dewasa. Tumor Wilms merupakan
tumor ganas intraabdomen yang tersering pada anak-anak dan tumbuh
dengan cepat (progresif). Tumor Wilms adalah tumor pada intraabdomen
yang paling sering dijumpai pada anak. Tumor ini merupakan neoplasma
embrional dari ginjal, biasanya muncul sebagai massa asistomatik di
abdomen atas atau pinggang. Tumor sering ditemukan saat orang tua
memandikan atau mengenakan baju anak nya atau saat dokter melakukan
pemeriksaan fisik terhadap anak yang tampak sehat (Setiawaty & Susianti,
2016).
2. Etiologi
Penyebab tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik.
Tumor Wilms berhubungan dengan kelainan bawaan tertentu, seperti: (Judith
M Wilkinson, 2015)
1. WAGR syndrome :
a. Retardasi mental
b. Aniridia – bayi lahir tanpa iris
c. Gebitourinary malformation
2. Deny-Drash Syndrome
Sindrom ini menyebabkan kerusakan ginjal sebelum umur 3 tahun
dan sangat langka. Didapati perkembangan genital yang abnormal. Anak
dengan sindrom ini berada dalam resiko tinggi terkena tipe kanker lain,
selain Tumor Wilms.
3. Beckwith-Widemann Syndrome
Bayi lahir dengan berat badan yang lebih tinggi dari bayi normal,
lidah yang besar, pembesaran organ-organ.
3. Manifestasi Klinik
Keluhan utama biasanya hanya benjolan perut, jarang dilaporkan adanya
nyeri perut dan hematuria, nyeri perut dapat timbul bila terjadi invasi tumor
yang menembus ginjal sedangkan hematuria terjadi karena invasi tumor yang
menembus sistem pelveokalises. Demam dapat terjadi karena reaksi
anafilaksis tubuh terdapat protein tumor dan gejala lain yang bisa muncul
adalah:
1. Hipertensi diduga karena penekanan tumor atau hematom pada
pembuluh-pembuluh darah yang mensuplai darah keginjal, sehingga
terjadi iskemi jaringan yang akan merangsang pelepasan renin atau tumor
sendiri mengeluarkan renin.
2. Anemia
3. Penurunan berat badan
4. Infeksi saluran kencing
5. Malaise
6. Anoreksia
7. Tumor wilms tidak jarang dijumpai bersama kelainan kongenital
lainnya,seperti aniridia, anomali saluran kemih atau genitalia dan
retardasi mental (Nursalam, 2016).
4. Patofisiologi
Tumor Wilms ini terjadi pada parenkim ginjal. Tumor tersebut tumbuh
dengan cepat di lokasi yang dapat unilateral atau bilateral. Pertumbuhan
tumor tersebut akan meluas atau menyimpang ke luar renal. Mempunyai
gambaran khas berupa glomerulus dan tubulus yang primitif dan abortif
dengan ruangan bowman yang tidak nyata, dan tubulus abortif dikelilingi
stroma sel kumparan.
Pertama-tama jaringan ginjal hanya mengalami distorsi, tetapi kemudian
di invasi oleh sel tumor. Tumor ini pada sistem memperlihatkan warna yang
putih atau keabu – abuan homogen, lunak dan encepaloid. Tumor tersebut
akan menyebar hingga ke abdomen dan dikatakan sebagai suatu massa
abdomen. Akan teraba pada abdominal dengan dilakukan palpasi.
Wilms Tumor seperti pada retinoblastoma disebabkan oleh dua trauma
mutasi pada gen supresor tumor. Mutasi pertama adalah inaktivasi alel
pertama dari gen supressor tumor yang menyangkut aspek prozigot dan
postzigot. Mutasi kedua inaktivasi alel kedua dari gen tumor supresor
spesifik.
Munculnya tomor wilms sejak dalam perkembangan embrio dan akan
tumbuh dengan cepat setelah lahir. Pertumbuhan tumor akan mengenai ginjal
atau pembuluh vena renal dan menyembur ke organ lain (Nursalam, 2016).
5. Pathway
Kelainan Genetika
TUMOR WILMS
Kurang pengetahuan
Disfungsi ginjal Nyeri akut Sesak napas dan detak
jantung tidak biasa
Gelisah, cemas, sulit
tidur, meringis
Gangguan glomelurus Sulit tidur
Asidosis metabolik
Resiko ketidakseimbangan
cairan
Peningkatan asam lambung
Mual muntah
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
6. Komplikasi
1. Metastase ke par-paru, sum-sum tulang (anemia), ginjal kontra lateral dan
hati.
2. Komplikasi dari pembedahan
3. Efek samping dari kemoterapi dan terapi radiasi.
7. Pemeriksaan Diagnostik
1. IVP dengan pemeriksaan IVP tampak distorasi sistem pielokalises
(perubahan bentuk sistem pielokalises) dan sekaligus pemeriksaan ini
berguna umtuk mengtahui fungsi ginjal.
2. Foto thoraks merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi ada tidaknya
metastasis ke paru-paru. Arteriografi khusus hanya diindikasikan untuk
pasien dengan tumor wilms bilateral.
3. Ultrasonografi merupakan pemeriksaan non invasif yang dapat
membedakan tumor solid dengan tumor yang mengandung cairan.
Dengan pemeriksaan USG, tumor wilms nampak sebagai tumor padat di
daerah ginjal. USG juga dapat digunakan sebagai pandu pada biopsi, pada
USG bagian sagital tumor akan tampak mengalami pembesaran.
4. CT-Scan memberi beberapa keuntungan dalan mengevaluasi tumor
wilms. Ini meliputi konfirmasi mengenai asal tumor intra renal yang
biasanya menyingkirkan neuroblastoma, deteksi masa multipel,
penentuan perluasan tumor, termasuk keterlibatan oembuluh darah besar
dan evaluasi dari ginjal yang lain.
5. Magnetic Resonance Imaging (MRI), dapat memberikan informasi
tentang perluasan tumor didalam vena cava inferior termasuk perluasan
ke daerah intercardial. MRI akan memperlihatkan hipointensitas dan
hiperintensitas.
6. Laboratorium, kada LDH meninggi dan VMA dalam batas normal.
Urinalisis juga dapat menunjukkan bukti hematuria, LED meningkat, dan
anemia dapat juga terjadi, terlebih pada pasien dengan perdarahan
subkapsuler. Pasien dengan metastasis di hepar dapat menunjukkan
abnormalitas pada analisa serum (Setiawaty & Susianti, 2016).
8. Penatalaksanaan
Terapi pilihan adalah nefrektomi. Kemoterapi dan radioterapi dilakukan
sesuai stadium. Pada tumor bilateral dengan gambaran histopatologi ganas
dilakukan nefrektomi bilateral, kemoterapi, dan radioterapi, kemudian dialisis
atau transplantasi ginjal.
Tindakan operasi merupakan tindakan terapi sekaligus penentuan
stadium tumor. Neferktomi primer dikerjakan pada semua keadaan kecuali
pada tumor unilateral yang unrectestable, tumor bilateral dan tumor yang
sudah berekstensi ke vena kava inferior di atas vena hepatica. Tumor yang
unresectable dinilai intra operatif. Diberikan kemoterapi seperti pada stadium
III dan pengangkatan tumor dilakukan setelah 6 minggu. Pada tumor
bilateral, dilakukan biopsy untuk menentukan jenis tumor dan diberikan
kemoterapi biasanya dalam 8-10 minggu. Nefrektomi dilakukan pada kasus
tumor bilateral jika diberikn sisa parenkim ginjal setelah reseksi tumor masih
lebih dari 2/3. Hal penting dalam pembedahan meliputi insisi transperitoneal,
eksplorasi ginjal kontra lateral, dilakukan nefrektomi radikal, hindari
tumpahan tumor, dan biopsy kelenjar getah bening yang dicurigai.
Terapi lanjutan dengan kemoterapi atau radioterapi tergantung pada
hasil staging dan histology dari tumor.
Nefrektomi parsial pada pasien dengan tumor bilateral, solitary kidney,
dan insufisiensi renal. Pada kasus tumor wilms bilateral yang perlu dilakukan
nefrektomi bilateral, transpalasi dilakukan setelah 1 tahun setelah selesai
pemberian kemoterapi (Setiawaty & Susianti, 2016).
B. Konsep Keperawatan
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
SKENARIO KASUS :
Seorang anak laki-laki berinisial An.R berusia 4 tahun dirawat diruangan
perawatan umum rumah sakit swasta. Klien dirawat dengan keluhan terdapat
benjolan di abdomen, nyeri abdomen, hematuria, dan nafsu makan menurun.
Hasil anamnesa yang dilakukan oleh perawat didapatkan sebagai berikut : pucat,
massa abdomen teraba, status nutrisi kurang. Dilakukan pemeriksaan darah
didapatkan hasil hemoglobin menurun, ureum dan kreatinin meningkat.
Pemeriksaan CT Scan dan USG abdomen untuk memastikan jenis massa
diabdomen. Klienmendapatkan terapi pembedahan dilanjutkan dengan
kemoterapi. Diagnosa medis klien Tumor Wilms. Perawat dan dokter serta
paramedik lainnya yang terkait melakukan perawatan secara integrasi untuk
menghindari/mengurangi resiko komplikasi lebih lanjut. Keluarga klien bertanya
kenapa bisa terjadi penyakit ini.
1. Pengkajian
a. Data umum : identitas klien dan penanggung jawab/pengantar
b. Riwayat kesehatan saat ini : keluhan utama, alasan masuk RS, riwayat
penyakit dan data medik
c. Riwayat kesehatan masa lalu : penyakit yang pernah dialami, riwayat
alergi, imunisasi dll.
d. Riwayat kesehatan keluarga : keterangan mengenai kondisi kesehatan
keluarga, penyakit dan penyebab meninggal dan usia.
e. Riwayat psiko-sosio-spiritual : pola koping, harapan pasien terhadap
penyakitnya, adaptasi, hubungan pasien dengan anggota keluarganya,
masyarakat dan terhadap lawan bicara, aktivitas sosial, bahasa yang
digunakan, keadaan lingkungan, kegiatan keagamaan dan keyakinan
tentang kesehatan.
f. Kebutuhan dasar/pola kebiasaan sehari-hari : Makan, minum, tidur,
eliminasi fekal & urine, aktivitas & latihan, dan personal hygiene
(sebelum dan setelah masuk RS).
g. Pemeriksaan fisik : keadaan umum, head to toe, pengkajian data fokus,
pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan medis.
Aktifitas / istrahat
Kelemahan/keletihan
Perubahan pola istirahat ; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur
misalnya,nyeri,ansietas.
Keterbatasan partisipasi dalam hobi.
Eliminasi
Eliminasi urine : gangguan pada glomerulus menyebabkan sisa-sisa
metabolisme tdak dapat dieskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan
natrium pada tubulus ginjal yang tidak mengalami gangguan yang
menyebabkan oliguri, anuria, proteinuria, hematuria.
Makanan/ cairan
Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan
air,edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh.Klien mudah mengalami
infeksi karena adanya depresi sistem imun.Adanya mual,muntah,dan
anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat.BB meningkat
karena adanya edema.Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.
Kognitif dan preseptual
Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan gatal-
gatal karena adanya uremia.gangguan penglihatan dapat terjadi apabila
terjadi hipertensi.
Presesepsi diri
Klien dan orang tua cemas dan takut karena adanya pembedahan.
KLASIFIKASI DATA
Data Objektif :
1. Klien tampak menangis
2. Tampak adanya massa pada
bagian perut
3. Klien tampak memgang perut
menahan sakitnya
4. N = 100x.menit
5. RR = 28x/menit
6. Hasil pengkajian status nyeri :
P : Orang tua klien mengatakan
anaknya mengeluh sakit pada
saat bergerak
Q : Nyeri seperti di tusuk
R : Nyeri di bagian abdomen
S : Skala nyeri 8
T : Hilang timbul ± 10 menit
2 Data Subjektif : Gangguan Disuria
1. Keluarga klien mengatakan Eliminasi urine
anaknya sering tidak bisa buang
air kecil,dan kalaupun BAK
biasanya tidak sebanyak yang
seperti biasanya.
Data Objektif :
1. Klien tampak ingin BAK tetapi
mengeluh tidak bisa
mengeluarkan seluruh volume
air kencing. Tampak volume air
kencing tidak banyak seperti
biasanya (kurang lebih 1cc saat
klien BAK)
3 Data Subjektif : Defisit Nutrisi Anoreksia
1. Ibu klien mengatakan anaknya
kurang nafsu makan dan tidak
mau makan
2. Ibu klien mengatakan anaknya
sering mual dan muntah.
Data Objektif :
1. Klien tampak mual dan muntah
2. Klien tampak tidak
menghabiskan porsi makannya
3. BB = 10 kg
TB = 94 cm
IMT = 11,31 (Gizi sedang)
4. Hasil lab :
Hb : 10 gr/dL
Ureum : 41 mg/dL
Kreatinin : 2 mg/dL
4 Data Subjektif : Intoleransi Kelemahan fisik
1. Ibu klien mengatakan anaknya Aktivitas
sering tidak dapat bermain
dengan lancar sebagaimana
biasanya bersama teman
sebayanya semenjak anaknya
sakit
2. Ibu klien mengatakan anaknya
lemas.
Data Objektif :
1. Klien terlihat hanya terbaring di
tempat tidur
2. Klien terlihat lemas
2. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (D.0077)
2. Gangguan eliminasi urine b.d disuria (D.0040)
3. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient (D.0019)
4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik (D.0056)
3. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
B. Saran
Kami mengharapkan saran dari para pembaca demi perbaikan makalah
kelompok kami kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, M., Muzakir, & Gunawan. (2016). Pengaruh kualitas pelayanan keperawatan,
fasilitas dan minat terhadap kepuasan pasien diruang rawat inap RSU Wisata
UIT Makassar. Jurnal Miral Management, 1.
Setiawaty, M., & Susianti. (2016). Diagnosis dan Tatalaksana Tumor Wilms. 5, 91–
95.
Tarwoto, & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Kperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.