Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KELAINAN KONGENITAL

PADA SISTEM URINARI : “TUMOR WILMS”

OLEH :

A.M KILAT (P1712082)

MUH ALI NURDANI (P2015216)

NURDYANTI AMIR (P2015214)

SURIANTI M (P2015212)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
GRAHA EDUKASI MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumor Wilms adalah keganasan terbanyak ke lima dan merupakan tumor
ginjal tersering pada usia anak- anak. Tumor ini terbanyak muncul pada usia tiga
tahun dan jarang ditemukan setelah usia 8 tahun. Wilms tumor yang dikenal juga
sebagai nephroblastoma, diambil dari nama seorang ahli bedah Jerman yaitu Max
Wilms, yang pertama kali mendeskripsikan tumor ini pada abad ke 19 (Agung,
Muzakir, & Gunawan, 2016).
Deskripsi patologi mengenai tumor Wilms pertama kali ditulis pada tahun
1872 dan dideskripsikan oleh Osler pada tahun 1879. Osler menemukan bahwa
tumor ginjal pada anak-anak yang dilaporkan oleh beberapa klinis saat itu
sebenarnya merupakan kelainan yang sama. Pada tahun 1899, Wilms melaporkan
7 kasus yang dijumpainya dan melakukan tinjauan literatur pada kongres di
Berlin. Penjelasannya mengenai gambaran klinis penyakit ini sangat jelas
sehingga istilah tumor yang memakai namanya ini (tumor Wilms) lebih populer
digunakan dari pada nefroblastoma hingga sekarang. Eksisi bedah merupakan
pilihan terapi satu-satunya hingga tahun 1915, ketika Friedlander
memperkenalkan terapi radiasi sebagai altenatif pilihan. Ladd dan White
kemudian secara bertahap menyempurkan teknik bedah dan meningkatkan
survival hingga 20%. Kemoterapi dengan aktinomisin dimulai tahun 1954 dan
vinkristin ditambahkan pada tahu 1963. Pada tahun 1956, Farber dengan
menggunakan kombinasi eksisi bedah, radiasi pascaoperasi, dan kemoterapi
memulai era modern dengan angka survival selama 2 tahun mencapai 81%
(Agung et al., 2016).
Pasien dengan tumor Wilms dan kandungan DNA yang diploid
(mengindikasikan proliferasi yang rendah) ditemukan mempunyai prognosis
yang baik. Hiperploidi (aktivitas mitotik yang tinggi) merupakan gambaran
prosnostik yang buruk untuk tumor Wilms (J.M Wilkinson, 2018).
Tumor Wilms atau disebut juga dengan Nefroblastoma adalah tumor ganas
pada ginjal yang banyak menyerang anak berusia kurang dari 10 tahun dan
paling sering di jumpai pada umur 3,5 tahun (Agung et al., 2016).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tumor Wilms?
2. Bagaimana etiologi tumor Wilms?
3. Bagaimana manifestasi klinis dan patofisiologi tumor Wilms?
4. Bagaimana pathway tumor Wilms?
5. Bagimana pemeriksaan diagnostik dan penalaksanaan tumor Wilms?
6. Bagaimana penyusunan asuhan keperawatan anak pada kelainan kongenital
pada sistem urinari : tumor Wilms?

C. Tujuan
Tujuan penyusunan laporan pendahuluan ini adalah untuk memberikan
pengetahuan dapat memberikan   informasi   dan pemahaman mengenai asuhan
keperawatan pada klien anak yang menderita Tumor Wilms.

D. Manfaat
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan
dan dapat dipakai sebagai bahan acuan lebih lanjut khususnya mengenai asuhan
keperawatan anak pada kelainan kongenital sistem urinari : tumor Wilms.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
1. Definisi
Tumor Wilms (Nefroblastoma) adalah tumor ginjal yang ditemukan
pada anak-anak. Tumor wilms merupakan tumor ginjal yang tubuh dari sel
embrional primitive  di ginjal. Makrokoskopis ginjal akan tampak membesar
dan keras sedangkan gambaran histo patologinya menunjukan gabungan dari
pembentukan abortif glomerulus dan gambaran otot polos,otot serat lingkang,
tulang rawan dan tulang. Tumor dapat bermetastase terutama ke paru, ginjal
dan jarang sekali ke tulang (Judith M Wilkinson, 2015).
Tumor Wilms (Nefoblastoma) adalah tumor ganas yang tumbuh dari
sel embrional primitive di ginjal. Tumor Wilms biasanya ditemukan pada
anak – anak yang berumur kurang dari 5 tahun, tetapi kadang di temukan
pada anak yang lebih besar atau orang dewasa. Tumor Wilms merupakan
tumor ganas intraabdomen yang tersering pada anak-anak dan tumbuh
dengan cepat (progresif). Tumor Wilms adalah tumor pada intraabdomen
yang paling sering dijumpai pada anak. Tumor ini merupakan neoplasma
embrional dari ginjal, biasanya muncul sebagai massa asistomatik di
abdomen atas atau pinggang. Tumor sering ditemukan saat orang tua
memandikan atau mengenakan baju anak nya atau saat dokter melakukan
pemeriksaan fisik terhadap anak yang tampak sehat (Setiawaty & Susianti,
2016).

2. Etiologi
Penyebab tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik.
Tumor Wilms berhubungan dengan kelainan bawaan tertentu, seperti: (Judith
M Wilkinson, 2015)
1. WAGR syndrome :
a. Retardasi mental
b. Aniridia – bayi lahir tanpa iris
c. Gebitourinary malformation
2. Deny-Drash Syndrome
Sindrom ini menyebabkan kerusakan ginjal sebelum umur 3 tahun
dan sangat langka. Didapati perkembangan genital yang abnormal. Anak
dengan sindrom ini berada dalam resiko tinggi terkena tipe kanker lain,
selain Tumor Wilms.
3. Beckwith-Widemann Syndrome
Bayi lahir dengan berat badan yang lebih tinggi dari bayi normal,
lidah yang besar, pembesaran organ-organ.

3. Manifestasi Klinik
Keluhan utama biasanya hanya benjolan perut, jarang dilaporkan adanya
nyeri perut dan hematuria, nyeri perut dapat timbul bila terjadi invasi tumor
yang menembus ginjal sedangkan hematuria terjadi karena invasi tumor yang
menembus sistem pelveokalises. Demam dapat terjadi karena reaksi
anafilaksis tubuh terdapat protein tumor dan gejala lain yang bisa muncul
adalah:
1. Hipertensi diduga karena penekanan tumor atau hematom pada
pembuluh-pembuluh darah yang mensuplai darah keginjal, sehingga
terjadi iskemi jaringan yang akan merangsang pelepasan renin atau tumor
sendiri mengeluarkan renin.
2. Anemia
3. Penurunan berat badan
4. Infeksi saluran kencing
5. Malaise
6. Anoreksia
7. Tumor wilms tidak jarang dijumpai bersama kelainan kongenital
lainnya,seperti aniridia, anomali saluran kemih atau genitalia dan
retardasi mental (Nursalam, 2016).

4. Patofisiologi
Tumor Wilms ini terjadi pada parenkim ginjal. Tumor tersebut tumbuh
dengan cepat di lokasi yang dapat unilateral atau bilateral. Pertumbuhan
tumor tersebut akan meluas atau menyimpang ke luar renal. Mempunyai
gambaran khas berupa glomerulus dan tubulus yang primitif dan abortif
dengan ruangan bowman yang tidak nyata, dan tubulus abortif dikelilingi
stroma sel kumparan.
Pertama-tama jaringan ginjal hanya mengalami distorsi, tetapi kemudian
di invasi oleh sel tumor. Tumor ini pada sistem memperlihatkan warna yang
putih atau keabu – abuan homogen, lunak dan encepaloid. Tumor tersebut
akan menyebar hingga ke abdomen dan dikatakan sebagai suatu massa
abdomen. Akan teraba pada abdominal dengan dilakukan palpasi.
Wilms Tumor seperti pada retinoblastoma disebabkan oleh dua trauma
mutasi pada gen supresor tumor. Mutasi pertama adalah inaktivasi alel
pertama dari gen supressor tumor yang menyangkut aspek prozigot dan
postzigot. Mutasi kedua inaktivasi alel kedua dari gen tumor supresor
spesifik.
Munculnya tomor wilms sejak dalam perkembangan embrio dan akan
tumbuh dengan cepat setelah lahir. Pertumbuhan tumor akan mengenai ginjal
atau pembuluh vena renal dan menyembur ke organ lain (Nursalam, 2016).
5. Pathway

Kelainan Genetika

Poliferasi patologik Blastoma

Tubuli dan glomelurus tidak berdifusi dengan


baik pada kehamilan

Blastoma renalis dijanin

TUMOR WILMS

Tumor belum menembus Kemoterapi Tindakan pre operasi


kapsul ginjal
Rambut rontok,kulit kering terasa perih, mual
munta, dan tidak nafsu makan Adanya massa di abdomen
Berdiferensiasi

Tumor menembus kapsul Rasa lelah dan lemah Rencana pembedahan


ginjal parirenal, vena renal Hematoma sepanjang hari

Kurang pengetahuan
Disfungsi ginjal Nyeri akut Sesak napas dan detak
jantung tidak biasa
Gelisah, cemas, sulit
tidur, meringis
Gangguan glomelurus Sulit tidur

Gangguan tumbuh Ansietas


Gangguan filtrasi Gangguan tumbuh dan kembang kembang
Hematuria Gangguan filtrasi Gangguan kesimbangan asam basa

Asidosis metabolik
Resiko ketidakseimbangan
cairan
Peningkatan asam lambung

Mual muntah

Nafsu makan menurun

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
6. Komplikasi
1. Metastase ke par-paru, sum-sum tulang (anemia), ginjal kontra lateral dan
hati.
2. Komplikasi dari pembedahan
3. Efek samping dari kemoterapi dan terapi radiasi.

7. Pemeriksaan Diagnostik
1. IVP dengan pemeriksaan IVP tampak distorasi sistem pielokalises
(perubahan bentuk sistem pielokalises) dan sekaligus pemeriksaan ini
berguna umtuk mengtahui fungsi ginjal.
2. Foto thoraks merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi ada tidaknya
metastasis ke paru-paru. Arteriografi khusus hanya diindikasikan untuk
pasien dengan tumor wilms bilateral.
3. Ultrasonografi merupakan pemeriksaan non invasif yang dapat
membedakan tumor solid dengan tumor yang mengandung cairan.
Dengan pemeriksaan USG, tumor wilms nampak sebagai tumor padat di
daerah ginjal. USG juga dapat digunakan sebagai pandu pada biopsi, pada
USG bagian sagital tumor akan tampak mengalami pembesaran.
4. CT-Scan memberi beberapa keuntungan dalan mengevaluasi tumor
wilms. Ini meliputi konfirmasi mengenai asal tumor intra renal yang
biasanya menyingkirkan neuroblastoma, deteksi masa multipel,
penentuan perluasan tumor, termasuk keterlibatan oembuluh darah besar
dan evaluasi dari ginjal yang lain.
5. Magnetic Resonance Imaging (MRI), dapat memberikan informasi
tentang perluasan tumor didalam vena cava inferior termasuk perluasan
ke daerah intercardial. MRI akan memperlihatkan hipointensitas dan
hiperintensitas.
6. Laboratorium, kada LDH meninggi dan VMA dalam batas normal.
Urinalisis juga dapat menunjukkan bukti hematuria, LED meningkat, dan
anemia dapat juga terjadi, terlebih pada pasien dengan perdarahan
subkapsuler. Pasien dengan metastasis di hepar dapat menunjukkan
abnormalitas pada analisa serum (Setiawaty & Susianti, 2016).

8. Penatalaksanaan
Terapi pilihan adalah nefrektomi. Kemoterapi dan radioterapi dilakukan
sesuai stadium. Pada tumor bilateral dengan gambaran histopatologi ganas
dilakukan nefrektomi bilateral, kemoterapi, dan radioterapi, kemudian dialisis
atau transplantasi ginjal.
Tindakan operasi merupakan tindakan terapi sekaligus penentuan
stadium tumor. Neferktomi primer dikerjakan pada semua keadaan kecuali
pada tumor unilateral yang unrectestable, tumor bilateral dan tumor yang
sudah berekstensi ke vena kava inferior di atas vena hepatica. Tumor yang
unresectable dinilai intra operatif. Diberikan kemoterapi seperti pada stadium
III dan pengangkatan tumor dilakukan setelah 6 minggu. Pada tumor
bilateral, dilakukan biopsy untuk menentukan jenis tumor dan diberikan
kemoterapi biasanya dalam 8-10 minggu. Nefrektomi dilakukan pada kasus
tumor bilateral jika diberikn sisa parenkim ginjal setelah reseksi tumor masih
lebih dari 2/3. Hal penting dalam pembedahan meliputi insisi transperitoneal,
eksplorasi ginjal kontra lateral, dilakukan nefrektomi radikal, hindari
tumpahan tumor, dan biopsy kelenjar getah bening yang dicurigai.
Terapi lanjutan dengan kemoterapi atau radioterapi tergantung pada
hasil staging dan histology dari tumor.
Nefrektomi parsial pada pasien dengan tumor bilateral, solitary kidney,
dan insufisiensi renal. Pada kasus tumor wilms bilateral yang perlu dilakukan
nefrektomi bilateral, transpalasi dilakukan setelah 1 tahun setelah selesai
pemberian kemoterapi (Setiawaty & Susianti, 2016).
B. Konsep Keperawatan

FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

SKENARIO KASUS :
Seorang anak laki-laki berinisial An.R berusia 4 tahun dirawat diruangan
perawatan umum rumah sakit swasta. Klien dirawat dengan keluhan terdapat
benjolan di abdomen, nyeri abdomen, hematuria, dan nafsu makan menurun.
Hasil anamnesa yang dilakukan oleh perawat didapatkan sebagai berikut : pucat,
massa abdomen teraba, status nutrisi kurang. Dilakukan pemeriksaan darah
didapatkan hasil hemoglobin menurun, ureum dan kreatinin meningkat.
Pemeriksaan CT Scan dan USG abdomen untuk memastikan jenis massa
diabdomen. Klienmendapatkan terapi pembedahan dilanjutkan dengan
kemoterapi. Diagnosa medis klien Tumor Wilms. Perawat dan dokter serta
paramedik lainnya yang terkait melakukan perawatan secara integrasi untuk
menghindari/mengurangi resiko komplikasi lebih lanjut. Keluarga klien bertanya
kenapa bisa terjadi penyakit ini.

1. Pengkajian
a. Data umum : identitas klien dan penanggung jawab/pengantar
b. Riwayat kesehatan saat ini : keluhan utama, alasan masuk RS, riwayat
penyakit dan data medik
c. Riwayat kesehatan masa lalu : penyakit yang pernah dialami, riwayat
alergi, imunisasi dll.
d. Riwayat kesehatan keluarga : keterangan mengenai kondisi kesehatan
keluarga, penyakit dan penyebab meninggal dan usia.
e. Riwayat psiko-sosio-spiritual : pola koping, harapan pasien terhadap
penyakitnya, adaptasi, hubungan pasien dengan anggota keluarganya,
masyarakat dan terhadap lawan bicara, aktivitas sosial, bahasa yang
digunakan, keadaan lingkungan, kegiatan keagamaan dan keyakinan
tentang kesehatan.
f. Kebutuhan dasar/pola kebiasaan sehari-hari : Makan, minum, tidur,
eliminasi fekal & urine, aktivitas & latihan, dan personal hygiene
(sebelum dan setelah masuk RS).
g. Pemeriksaan fisik : keadaan umum, head to toe, pengkajian data fokus,
pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan medis.

Aktifitas / istrahat
 Kelemahan/keletihan
Perubahan pola istirahat ; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur
misalnya,nyeri,ansietas.
 Keterbatasan partisipasi dalam hobi.
Eliminasi
 Eliminasi urine : gangguan pada glomerulus menyebabkan sisa-sisa
metabolisme tdak dapat dieskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan
natrium pada tubulus ginjal yang tidak mengalami gangguan yang
menyebabkan oliguri, anuria, proteinuria, hematuria.
Makanan/ cairan
 Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan
air,edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh.Klien mudah mengalami
infeksi karena adanya depresi sistem imun.Adanya mual,muntah,dan
anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat.BB meningkat
karena adanya edema.Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.
Kognitif dan preseptual
 Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan gatal-
gatal karena adanya uremia.gangguan penglihatan dapat terjadi apabila
terjadi hipertensi.
Presesepsi diri
 Klien dan orang tua cemas dan takut karena adanya pembedahan.
KLASIFIKASI DATA

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


1. Ibu klien mengatakan anaknya 1. Klien tampak menangis
sering menangis dan mengeluh sakit. 2. Tampak adanya massa pada bagian
2. Klien mengatakan perutnya terasa perut
sakit. 3. Klien tampak memgang perut
3. Keluarga klien mengatakan anaknya menahan sakitnya
sering tidak bisa buang air kecil,dan 4. N = 100x.menit
kalaupun BAK biasanya tidak 5. RR = 28x/menit
sebanyak yang seperti biasanya. 6. Hasil pengkajian status nyeri :
4. Ibu klien mengatakan anaknya P : Orang tua klien mengatakan
kurang nafsu makan dan tidak mau anaknya mengeluh sakit pada saat
makan bergerak
5. Ibu klien mengatakan anaknya Q : Nyeri seperti di tusuk
sering mual dan muntah. R : Nyeri di bagian abdomen
6. Ibu klien mengatakan anaknya S : Skala nyeri 8
sering tidak dapat bermain dengan T : Hilang timbul ± 10 menit
lancar sebagaimana biasanya 7. Klien tampak ingin BAK tetapi
bersama teman sebayanya semenjak mengeluh tidak bisa mengeluarkan
anaknya sakit seluruh volume air kencing. Tampak
7. Ibu klien mengatakan anaknya volume air kencing tidak banyak
lemas. seperti biasanya (kurang lebih 1cc
saat klien BAK)
8. Klien tampak mual dan muntah
9. Klien tampak tidak menghabiskan
porsi makannya
10. BB = 10 kg
TB = 94 cm
IMT = 11,31 (Gizi sedang)
11. Hasil lab :
Hb : 10 gr/dL
Ureum : 41 mg/dL
Kreatinin : 2 mg/dL
12. Klien terlihat hanya terbaring di
tempat tidur
13. Klien terlihat lemas
ANALISA DATA

No. Analisa Data Problem Masalah


1 Data Subjektif : Nyeri Akut Agen pencedera
1. Ibu klien mengatakan anaknya fisiologis
sering menangis dan mengeluh
sakit.
2. Klien mengatakan perutnya
terasa sakit.

Data Objektif :
1. Klien tampak menangis
2. Tampak adanya massa pada
bagian perut
3. Klien tampak memgang perut
menahan sakitnya
4. N = 100x.menit
5. RR = 28x/menit
6. Hasil pengkajian status nyeri :
P : Orang tua klien mengatakan
anaknya mengeluh sakit pada
saat bergerak
Q : Nyeri seperti di tusuk
R : Nyeri di bagian abdomen
S : Skala nyeri 8
T : Hilang timbul ± 10 menit
2 Data Subjektif : Gangguan Disuria
1. Keluarga klien mengatakan Eliminasi urine
anaknya sering tidak bisa buang
air kecil,dan kalaupun BAK
biasanya tidak sebanyak yang
seperti biasanya.

Data Objektif :
1. Klien tampak ingin BAK tetapi
mengeluh tidak bisa
mengeluarkan seluruh volume
air kencing. Tampak volume air
kencing tidak banyak seperti
biasanya (kurang lebih 1cc saat
klien BAK)
3 Data Subjektif : Defisit Nutrisi Anoreksia
1. Ibu klien mengatakan anaknya
kurang nafsu makan dan tidak
mau makan
2. Ibu klien mengatakan anaknya
sering mual dan muntah.

Data Objektif :
1. Klien tampak mual dan muntah
2. Klien tampak tidak
menghabiskan porsi makannya
3. BB = 10 kg
TB = 94 cm
IMT = 11,31 (Gizi sedang)
4. Hasil lab :
Hb : 10 gr/dL
Ureum : 41 mg/dL
Kreatinin : 2 mg/dL
4 Data Subjektif : Intoleransi Kelemahan fisik
1. Ibu klien mengatakan anaknya Aktivitas
sering tidak dapat bermain
dengan lancar sebagaimana
biasanya bersama teman
sebayanya semenjak anaknya
sakit
2. Ibu klien mengatakan anaknya
lemas.

Data Objektif :
1. Klien terlihat hanya terbaring di
tempat tidur
2. Klien terlihat lemas

2. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (D.0077)
2. Gangguan eliminasi urine b.d disuria (D.0040)
3. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient (D.0019)
4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik (D.0056)
3. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

IMPLEMENTASI HARI PERTAMA


Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi
Rabu, Nyeri Akut Manajemen Nyeri S:
24/02/2021 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, - Klien masih mengeluh
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri pada perutnya
nyeri. - Ibu klien mengatakan anak
Hasil : masih sering menangis
- Hasil pengkajian status nyeri : karna nyeri yang dirasakan
P : Orang tua klien mengatakan O :
anaknya mengeluh sakit pada saat - Pasien nampak menangis
bergerak - Klien nampak memegang
Q : Nyeri seperti di tusuk perut dan menahan rasa
R : Nyeri di bagian abdomen sakitnya
S : Skala nyeri 8 - Tampak adanya massa pada
T : Hilang timbul ± 10 menit bagian perut
2. Mengidentifikasi respons nyeri non - Skala nyeri 8
verbal. A : Masalah belum teratasi
Hasil : Pasien nampak menangis dan P : Lanjutkan intervensi :
menahan rasa sakitnya Manajemen Nyeri
3. Memberikan teknik nonfarmakologis 1. Identifikasi lokasi,
untuk mengurangi rasa nyeri. karakteristik, durasi,
Hasil : frekuensi, kualitas, intensitas
- Pasien mampu melakukan teknik nyeri.
nonfarmakologis (relaksasi napas 2. Identifikasi respons nyeri non
dalam, pemberian aroma terapi, dan verbal.
terapi pijat) untuk mengurangi nyeri. 3. Berikan teknik
- Nyeri berkurang nonfarmakologis untuk
- Pasien merasa nyaman mengurangi rasa nyeri.
4. Memfasilitasi istirahat dan tidur 4. Fasilitasi istirahat dan tidur.
Hasil :
- Pasien difasilitasi kamar yang baik
untuk istirahat dan tidur.
- Pasien merasa segar setiap kali
bangun tidur (tidur berkualitas).
5. Mengajarkan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri.
Hasil : Pasien memahami teknik
nonfarmakologi untuk mengurangi rasa
nyeri.
Rabu, Gangguan Manajemen Eliminasi Urine S:
24/02/2021 Eliminasi Urine 1. Mengidentifikasi tanda dan gejala - Ibu klien mengatakan tidak
retensi atau inkontinesia urine dapat berkemih
Hasil : Ibu klien mengatakan anaknya O :
tidak bisa BAK - Klien tampak ingin BAK
2. Mengidentifikasi factor yang tetapi mengeluh tidak bisa
menyebabkan retensi atau inkontinesia mengeluarkan seluruh
urine volume air kencing.
Hasil : Tampak adanya massa pada A : Masalah belum terasi
bagian perut P : Lanjutkan intervensi
3. Memonitor eliminasi urine Manajemen Eliminasi Urine
Hasil : Klien tampak ingin BAK tetapi 1. Mengidentifikasi tanda dan
mengeluh tidak bisa mengeluarkan gejala retensi atau inkontinesia
seluruh volume air kencing. Tampak urine
volume air kencing tidak banyak seperti 2. Mengidentifikasi factor yang
biasanya (kurang lebih 1cc saat klien menyebabkan retensi atau
BAK) inkontinesia urine
4. Membatasi asupan cairan, jika perlu 3. Memonitor eliminasi urine
Hasil : Ibu klien mengerti apa yang di 4. Membatasi asupan cairan, jika
sampaikan perlu
5. Mengajarkan mengenali tanda berkemih 5. Mengajarkan mengenali tanda
dan waktu yang tepat untuk berkemih berkemih dan waktu yang tepat
Hasil : Ibu klien memahami penjelasan untuk berkemih
Rabu, Defisit Nutrisi Manajemen Nutrisi S:
24/02/2021 1. Mengidentifikasi status nutrisi - Ibu klien mengatakan
Hasil : Ibu klien mengatakan anaknya anaknya tidak nafsu makan
tidak nafsu makan dan tidak mau makan - Klien mengatakan mual
2. Mengidentifikasi makanan yang disukai dan muntah
Hasil : Ibu klien mengatakan anaknya O :
menyukai makan-makanan yang - Klien nampak mual dan
berminyak munta
3. Memonitor berat badan - Tampak porsi makan yang
Hasil : IMT 11,31 tidak dihabiskan
4. Menganjurkan posisi duduk A : Masalah belum terasi
Hasil : Klien dalam posisi duduk P : Lanjutkan intervensi
5. Mengkolaborasikan dengan ahli gizi Manajemen Nutrisi
medikasi sebelum makan 1. Mengidentifikasi status nutrisi
Hasil : Disarankan makan sayur, ikan 2. Mengidentifikasi makanan
yang disukai
3. Memonitor berat badan
4. Menganjurkan posisi duduk
5. Mengkolaborasikan dengan
ahli gizi medikasi sebelum
makan
Rabu, Intoleransi Manajemen Energi S:
24/02/2021 Aktivitas 1. Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh - Pasien mengatakan
yang mengakibatkan kelelahan. mengeluh badannya
Hasil : Klien mengeluh merasa O:
badannya begitu lemas - Pasien nampak lemas.
2. Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan A : Masalah belum teratasi
selama melakukan aktivitas. P : Lanjutkan intervensi
Hasil : Ibu klien mengatan nyeri pada Manajemen Energi
bagian perut 1. Mengidentifikasi gangguan
3. Menganjurkan tirah baring. fungsi tubuh yang
Hasil : Pasien akan lebih banyak mengakibatkan kelelahan.
istirahat dari sebelumnya. 2. Memonitor lokasi dan
4. Menganjurkan melakukan aktivitas ketidaknyamanan selama
secara bertahap. melakukan aktivitas.
Hasil : Pasien akan melakukannya. 3. Mengajurkan tirah baring
5. Memberikan terapi nonfarmakologi. 4. Menganjurkan melakukan
Hasil : Telah di berikan terapi rebusan aktivitas secara bertahap.
daun gersen dengan dosis 2x sehari. 5. Memberikan terapi
nonfarmakologi.

IMPLEMENTASI HARI KEDUA


Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi
Kamis, Nyeri Akut Manajemen Nyeri S:
25/02/2021 1. Mengidentifikasi lokasi, - Klien mengatakan nyeri
karakteristik, durasi, frekuensi, berkurang
kualitas, intensitas nyeri. O:
Hasil : - Klien nampak sesekali meringis
- Hasil pengkajian status jika nyeri timbul
nyeri : - Klien nampak sedikit tenang
P : Orang tua klien - Skala nyeri 4
mengatakan anaknya A : Masalah belum teratasi
mengeluh sakit pada saat P : Lanjutkan intervensi :
bergerak Manajemen Nyeri
Q : Nyeri seperti di tusuk 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas,
R : Nyeri di bagian abdomen intensitas nyeri.
S : Skala nyeri 4 (sedang) 2. Identifikasi respons nyeri non
T : Hilang timbul verbal.
2. Mengidentifikasi respons nyeri 3. Fasilitasi istirahat dan tidur.
non verbal.
Hasil : Klien nampak meringis
3. Memberikan teknik non
farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri.
Hasil :
- Klien mampu melakukan
teknik nonfarmakologis
(relaksasi napas dalam,
pemberian aroma terapi, dan
terapi pijat) untuk
mengurangi nyeri.
- Nyeri berkurang
- Klien merasa nyaman
4. Memfasilitasi istirahat dan tidur
Hasil :
- Klien difasilitasi kamar yang
baik untuk istirahat dan tidur.
- Klien merasa segar setiap kali
bangun tidur (tidur
berkualitas).
5. Mengajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri.
Hasil : Klien memahami teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri.
Kamis, Gangguan Manajemen Eliminasi Urine S:
25/02/2021 Eliminasi Urine 1. Mengidentifikasi tanda dan gejala - Ibu klien mengatakan tidak
retensi atau inkontinesia urine dapat berkemih
Hasil : Ibu klien mengatakan O :
anaknya tidak bisa BAK - Klien tampak ingin BAK tetapi
2. Mengidentifikasi factor yang mengeluh tidak bisa
menyebabkan retensi atau mengeluarkan seluruh volume
inkontinesia urine air kencing.
Hasil : Tampak adanya massa A : Masalah belum terasi
pada bagian perut P : Lanjutkan intervensi
3. Memonitor eliminasi urine Manajemen Eliminasi Urine
Hasil : Tampak volume air 1. Mengidentifikasi tanda dan gejala
kencing tidak banyak seperti retensi atau inkontinesia urine
biasanya (kurang lebih 1cc saat 2. Mengidentifikasi factor yang
klien BAK) menyebabkan retensi atau
4. Membatasi asupan cairan, jika inkontinesia urine
perlu 3. Memonitor eliminasi urine
Hasil : Ibu klien mengerti apa
yang di sampaikan
5. Mengajarkan mengenali tanda
berkemih dan waktu yang tepat
untuk berkemih
Hasil : Ibu klien memahami
penjelasan
Rabu, Defisit Nutrisi Manajemen Nutrisi S:
24/02/2021 1. Mengidentifikasi status nutrisi - Ibu klien mengatakan anaknya
Hasil : Ibu klien mengatakan tidak nafsu makan
anaknya tidak nafsu makan - Klien mengatakan mual dan
2. Mengidentifikasi makanan yang muntah
disukai O:
Hasil : Ibu klien mengatakan - Klien nampak mual dan munta
anaknya menyukai makan- - Tampak porsi makan yang tidak
makanan yang berminyak dihabiskan
3. Memonitor berat badan A : Masalah belum terasi
Hasil : IMT 11,31 P : Lanjutkan intervensi
4. Menganjurkan posisi duduk Manajemen Nutrisi
Hasil : Klien dalam posisi duduk 1. Mengidentifikasi status nutrisi
5. Mengkolaborasikan dengan ahli 2. Mengidentifikasi makanan yang
gizi medikasi sebelum makan disukai
Hasil : Disarankan makan sayur, 3. Mengkolaborasikan dengan ahli gizi
ikan medikasi sebelum makan
Kamis, Intoleransi Manajemen energy S:
25/02/2021 Aktivitas 1. Mengidentifikasi gangguan fungsi - Pasien mengatakan mengeluh
tubuh yang mengakibatkan badannya
kelelahan.
Hasil : Klien mengeluh merasa O :
badannya begitu lemas - Pasien nampak lemas.
2. Memonitor lokasi dan A : Masalah belum teratasi
ketidaknyamanan selama P : Lanjutkan intervensi
melakukan aktivitas. Manajemen Energi
Hasil : Ibu klien mengatan nyeri 1. Mengidentifikasi gangguan fungsi
pada bagian perut tubuh yang mengakibatkan
3. Menganjurkan tirah baring. kelelahan.
Hasil : Pasien akan lebih banyak 2. Memonitor lokasi dan
istirahat dari sebelumnya. ketidaknyamanan selama
4. Menganjurkan melakukan melakukan aktivitas.
aktivitas secara bertahap. 3. Mengajurkan tirah baring
Hasil : Pasien akan 4. Menganjurkan melakukan aktivitas
melakukannya. secara bertahap.
5. Memberikan terapi 5. Memberikan terapi nonfarmakologi.
nonfarmakologi.
Hasil : Telah di berikan terapi
rebusan daun gersen dengan dosis
2x sehari.

IMPLEMENTASI HARI KETIGA


Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi
Jumat, Nyeri Akut Manajemen Nyeri S:
26/02/2021 1. Mengidentifikasi lokasi, - Klien mengatakan nyeri sudah
karakteristik, durasi, frekuensi, hilang
kualitas, intensitas nyeri. O:
Hasil : - Klien nampak tenang
- Klien mengatakan nyeri A : Masalah teratasi
hilang P : Intervensi di hentikan
- Klien nampak tenang
2. Mengidentifikasi respons nyeri
non verbal.
Hasil : Klien tidak nampak
meringis.
4. Memfasilitasi istirahat dan tidur
Hasil :
- Klien difasilitasi kamar yang
baik untuk istirahat dan tidur.
- Klien merasa segar setiap kali
bangun tidur (tidur
berkualitas).
Jumat, Gangguan Manajemen Eliminasi Urine S:
26/02/2021 Eliminasi Urine 1. Mengidentifikasi tanda dan gejala - Ibu klien mengatakan sudah
retensi atau inkontinesia urine dapat berkemih
Hasil : Ibu klien mengatakan O :
anaknya sudah bisa BAK - Klien tampak sudah berkemih
2. Mengidentifikasi factor yang A : Masalah terasi
menyebabkan retensi atau P : Hentikan intervensi
inkontinesia urine
Hasil : Tampak adanya massa
pada bagian perut
3. Memonitor eliminasi urine
Hasil : Tampak klien sudah dapat
berkemih
Hasil : Ibu klien memahami
penjelasan
Jumat, Defisit Nutrisi Manajemen Nutrisi S:
26/02/2021 1. Mengidentifikasi status nutrisi - Ibu klien mengatakan anaknya
Hasil : Ibu klien mengatakan tidak nafsu makan
anaknya sudah mau makan - Klien mengatakan mual dan
2. Menganjurkan posisi duduk muntah
Hasil : Klien dalam posisi duduk O:
3. Mengkolaborasikan dengan ahli - Klien nampak mual dan munta
gizi medikasi sebelum makan - Tampak porsi makan yang tidak
Hasil : Disarankan makan sayur, dihabiskan
ikan A : Masalah terasi sebagian
P : Hentikan intervensi
Jumat, Intoleransi Manajemen energy S:
26/02/2021 Aktivitas 1. Mengidentifikasi gangguan fungsi - Pasien mengatakan lemasnya
tubuh yang mengakibatkan sudah berkurang
kelelahan.
Hasil : Klien mengatakan sudah O :
tidak lemas - Pasien nampak sudah membaik
2. Memonitor lokasi dan A : Masalah teratasi sebagian
ketidaknyamanan selama P : Hentikan intervensi.
melakukan aktivitas.
Hasil : Ibu klien mengatan nyeri
pada bagian perut
3. Menganjurkan tirah baring.
Hasil : Pasien akan lebih banyak
istirahat dari sebelumnya.
4. Memberikan terapi
nonfarmakologi.
Hasil : Telah di berikan terapi
rebusan daun gersen dengan dosis
2x sehari.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tumor Wilms (Nefroblastoma) adalah tumor ginjal yang ditemukan pada
anak-anak. Tumor wilms merupakan tumor ginjal yang tubuh dari sel embrional
primitive  di ginjal. Didapatkan diagnosis keperawatan pada tumor Wilms yaitu
ansietas, defisit nutrisi, risiko gangguan pertumbuhan, nyeri akut dan risiko
ketidakseimbangan cairan.

B. Saran
Kami mengharapkan saran dari para pembaca demi perbaikan makalah
kelompok kami kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Agung, M., Muzakir, & Gunawan. (2016). Pengaruh kualitas pelayanan keperawatan,
fasilitas dan minat terhadap kepuasan pasien diruang rawat inap RSU Wisata
UIT Makassar. Jurnal Miral Management, 1.

Nursalam. (2016). Manajemen Keperawatan (Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional). Jakarta: Salemba Medika.

PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan


Indikator Diagnostik (Edisi 1). Jakarta Selatan: DPP PPNI.

PPNI, T. P. S. D. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan


Tindakan Keperawatan (Edisi 1). Jakarta Selatan: DPP PPNI.

PPNI, T. P. S. D. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan


Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Setiawaty, M., & Susianti. (2016). Diagnosis dan Tatalaksana Tumor Wilms. 5, 91–
95.

Tarwoto, & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Kperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.

Wilkinson, J.M. (2018). Diagnosa Keperawatan: NANDA-I, Hasil NOC, Intervensi


NIC. Ed. 10 (EGC, Ed.). Jakarta.

Wilkinson, Judith M. (2015). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi


NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai