“ Perawatan Paliatif Dengan Pasien HIV/ AIDS Pada Anak Dan Dewasa “
Disusun Oleh
Kelompok 2 :
Kelas : B Semester 6
Dengan makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami Perawatan Paliatif Dengan
HIV pada anak dan dewasa dengan benar. Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada dosen
pembimbing mata kuliah Keperawatan Paliatif Dengan HIV Pada Anak dan Dewasa
memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar Perawatan Paliatif Dengan HIV. Tidak
lupa penulis sampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan
berupa konsep, pemikiran dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Dengan segala kerendahan hati, saran dan
kritik yang konstruktif sangat kami harapkan dari pembaca guna meningkatkan pembuatan
makalah pada tugas lain dan pada waktu mendatang.
Penyusun
Daftar Isi
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam
jiwa, dengan cara meringankan penderita dari rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian
yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial
atau spiritual (World Health Organization (WHO), 2016).
Menurut WHO (2016) penyakit-penyakit yang termasuk dalam perawatan paliatif seperti
penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi 38.5%, kanker 34%, penyakit pernapasan kronis
10.3%, HIV/AIDS 5.7%, diabetes 4.6% dan memerlukan perawatan paliatif sekitas 40-
60%.Pada tahun 2011 terdapat 29 juta orang meninggal di karenakan penyakit yang
membutuhkan perawatan paliatif. Kebanyakan orang yang membutuhkan perawatan paliatif
berada pada kelompok dewasa 60% dengan usia lebih dari 60 tahun, dewasa (usia 15-59
tahun) 25%, pada usia 0-14 tahun yaitu 6% (Baxter, et al., 2014).
Pelayanan perawatan paliatif memerlukan keterampilan dalam mengelola komplikasi
penyakit dan pengobatan, mengelola rasa sakit dan gejala lain, memberikan perawatan
psikososial bagi pasien dan keluarga, dan merawat saat sekarat dan berduka (Matzo &
Sherman, 2015).Penyakit dengan perawatan paliatif merupakan penyakit yang sulit atau sudah
tidak dapat disembuhkan, perawatan paliatif ini bersifat meningkatkan kualitas hidup
(WHO,2016)
Perawatan paliatif meliputi manajemen nyeri dan gejala; dukungan psikososial,
emosional, dukungan spiritual; dan kondisi hidup nyaman dengan perawatan yang tepat, baik
dirumah, rumah sakit atau tempat lain sesuai pilihan pasien. Perawatan paliatif dilakukan
sejak awal perjalanan penyakit, bersamaan dengan terapi lain dan menggunakan pendekatan
tim multidisiplin untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarga mereka (Canadian Cancer
Society, 2016).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Perawatan Paliatif Pada Pasien Anak Dan Dewasa Dengan HIV ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui perawatan paliatif pada pasien anak dan dewasa dengan HIV
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Makalah ini dapat digunakan sebagai data dasar dalam pengembangan ilmu keperawatan
paliatif.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis : diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi peneliti terkait perawatan
paliatif pada anak dan dewasa dengan HIV
b. Bagi Praktek Keperawatan : Sebagai sumber informasi dan masukan untuk
memberikan perawatan paliatif pada anak dan dewasa dengan HIV
BAB II
PEMBAHASAN
g. Darah/produk darah
Transmisi melalui transfusi atau produkdarahterjadi di negaranegara barat
sebelum tahun 1985. Sesudah tahun 1985 transmisi melalui jalur ini di negara barat
sangat jarang, karenadarah donor telah diperiksa sebelum ditransfusikan. Resiko tertular
infeksi/HIV lewat trasfusi darah adalah lebih dari 90%.
Transmisi Transplasental Penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke
anak mempunyai resiko sebesar 50%. Penularan dapat terjadi sewaktu hamil, melahirkan
dan sewaktu menyusui. Penularan melalui air susu ibu termasuk penularan dengan resiko
rendah.
I. Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostig AIDS
Human Immunodefeciency Virus dapat di isolasi dari cairan-cairan yang berperan dalam
penularan AIDS seperti darah, semen dan cairan serviks atau vagina. Diagnosa adanya
infeksi dengan HIV ditegakkan di laboratoruim dengan ditemukannya antibodi yang khusus
terhadap virus tersebut. Pemeriksaan untuk menemukan adanya antibodi tersebut
menggunakan metode Elisa (Enzyme Linked Imunosorbent Assay). Bila hasil test Elisa
positif maka dilakukan pengulangan dan bila tetap positif setelah pengulangan maka harus
dikonfirmasikan dengan test yang lebih spesifik yaitu metode Western Blot. Dasar dalam
menegakkan diagnosa AIDS adalah :
1. Adanya HIVsebagaietiologi(melalui pemeriksaan laboratorium).
2. Adanya tanda-tanda Immunodeficiency.
3. Adanya gejala infeksi oportunistik. Dalam prakteknya yang dipakai sebagai petunjuk
adalah infeksi oportunistik atau sarkoma kaposi pada usia muda kemudian dilakukan uji
serologis untuk mendeteksi zat anti HIV (Elisa, Western Blot).