Anda di halaman 1dari 6

NAMA : Adiba

NIM : 2008016124

DPNA : 24

PRODI/KELAS : ILMU HUKUM/C

MATA KULIAH : HUKUM ADMINISTRASI NEGARA


Konsep Sistem Common Law

Common law tidak bergantung pada beberapa undang -undang yang merupakan
produk keputusan legislatif, Sebagian besar didasarkan pada preseden, artinya keputusan
hukum yang telah dibuat dalam kasus serupa sebelumnya. Preseden ini dipelihara dari
waktu ke waktu melalui catatan sejarah pengadilan serta didokumentasikan dalam koleksi
hukum kasus yang dikenal sebagai buku tahunan dan laporan. Preseden ini diterapkan
dalam keputusan setiap kasus baru yang ditentukan oleh hakim ketua. Akibatnya, hakim
memiliki peran besar dalam membentuk hukum di Amerika dan Inggris. Common law
menggunakan putusan hakim sebelumnya sebagai sumber hukum atau yang lebih dikenal
dengan doktrin stare decisis. Tradisi common law lahir pada tahun 1066, terjadi peristiwa
pada tahun tersebut yakni Ketika bangsa Norman mengalahkan dan menaklukkan kaum asli
(Anglo Saxon) di Inggris. Common law berdasarkan sumbernya berasal dari putusan
putusan hakim/pengadilan (judicial decisions). Melalui putusan putusan hakim yang
mewujudkan kepastian hukum, walaupun tetap mengakui peraturan yang dibuat oleh
legislatif. Common Law sumber sumber hukumnya tidak tersusun secara sistematik dalam
hierarki tertentu seperti pada sistem hukum Eropa Kontinental.

Dalam system hukum Anglo Saxon adanya ‘peranan’ yang diberikan kepada seoranh
hakim yang berfungsi tidak hanya sebagai pihak yang bertugas menetapkan dan
menafsirkan peraturan peraturan hukum saja, melainkan peranannya sangat besar yaitu
membentuk seluruh tata kehidupan masyarakat. Hakim mempunyai wewenang yang sangat
luas untuk menafsirkan peraturan hukum yang berlaku dan menciptakan prinsip prinsip
hukum baru yang akan menjadi pegangan bagi hakim hakim lain untuk memutuskan
perkara yang sejenis (pola piker induktif). Dalam sistem ini, diberikan prioritas yang besar
pada yurisprudensi dan menganut prinsip judge made precedent sebagai hal utama dari
hukum. Common law mengenal pula pembagian hukum publik dan privat. Hukum privat
lebih dimaksudkan sebagai kaidah kaidah hukum tentang hak milik, hukum tentang orang,
hukum perjanjian dan hukum tentang perbuatan melawan hukum yang tersebar di dalam
peraturan peraturan tertulis, putusan putusan hakim dan hukum. 1

Konsep sistem civil law


1
A. Suprayogi, “perbandingan sistem hukum common law dan civil law di bidang hubungan
industrial”, 2018, Hal 2-7
Sistem hukum ini berkembang di negara negara eropa daratan dan sering disebut
sebagai “civil law” yang semula berasal dari kodifikasi hukum yang berlaku di kekaisaran
romawi. Sistem civil law mempunyai tiga karakteristik, yaitu adanya kodifikasi, hakim tidak
terikat kepada presiden sehingga undang undang menjadi sumber hukum yang terutama,
dan sistem peradilan bersifat inkuisitorial. Karakteristik utama yang menjadi dasar sistem
hukum civil law adalah hukum memperoleh kekuatan mengikat. Karakteristik dasar ini
dianut mengingat bahwa nilai utama yang merupakan tujuan hukum adalah kepastian
hukum. Kepastian hukum hanya dapat diwujudkan kalau tindakan tindakan hukum manusia
dalam pergaulan hidup diatur dengan peraturan peraturan hukum tertulis. Penganut sistem
civil law memberi keleluasaan yang besar bagi hakim untuk memutus perkara tanpa perlu
meneladani putusan putusan hakim terdahulu yang menjadi pegangan hakim adalah aturan
yang dibuat oleh parlemen, yaitu undang undang. Karakteristik ketiga pada sistem hukum
civil law adalah apa yang oleh Lawrence Friedman disebut sebagai digunakannya sitsem
inkuisitorial dalam peradilan. Sistem ini mengandalkan profesionalisme dan kejujuran hakim.
Bentuk-bentuk sumber hukum dalam arti formal dalam sistem hukum Civil Law berupa
peraturan perundang-undangan, kebiasaankebiasaan, dan yurisprudensi. Dalam rangka
menemukan keadilan, para yuris dan lembaga-lembaga yudisial maupun quasi-judisial
merujuk kepada sumber-sumber tersebut.

Semua negara penganut civil law hukum ini mengenal pembagian hukum publik dan
hukum privat. Hukum publik mencakup peraturanperaturan hukum yang mengatur
kekuasaan dan wewenang penguasa/negara serta hubungan-hubungan antara masyarakat
dan negara (sama dengan hukum publik di sistem hukum Anglo-Saxon). Hukum Privat
mencakup peraturan peraturan hukum yang mengatur tentang hubungan antara individu-
individu dalam memenuhi kebutuhan hidup demi hidupnya. Sistem hukum ini memiliki segi
positif dan negatif. Segi positifnya adalah hampir semua aspek kehidupan masyarakat serta
sengketasengketa yang terjadi telah tersedia undang-undang/hukum tertulis, sehingga
kasus-kasus yang timbul dapat diselesaikan dengan mudah, disamping itu dengan telah
tersedianya berbagai jenis hukum tertulis akan lebih menjamin adanya kepastian hukum
dalam proses penyelesaiannya. Sedang segi negatifnya, banyak kasus yang timbul sebagai
akibat dari kemajuan zaman dan peradaban manusia, tidak tersedia undang-undangnya. 2

Ciri ciri negara hukum

2
F. Nurhardianto, “sistem hukum dan posisi hukum Indonesia”, Jurnal TAPIs Vol. 11 No. 1 Januari-
Juni, 2015, Hal 35-40
Konsepsi Negara Hukum atau “Rechtsstaat” yang sebelumnya hanya tercantum
dalam Penjelasan UUD 1945, dirumuskan dengan tegas dalam Pasal 1 ayat (3) yang
menyatakan, “Negara Indonesia adalah Negara Hukum.” Dalam konsep Negara Hukum itu,
diidealkan bahwa yang harus dijadikan panglima dalam dinamika kehidupan kenegaraan
adalah hukum, bukan politik ataupun ekonomi. Karena itu, jargon yang biasa digunakan
dalam bahasa Inggeris untuk menyebut prinsip Negara Hukum adalah ‘the rule of law, not
of man’. Berikut ciri ciri negara hukum: Supremasi Hukum (Supremacy of Law): Adanya
pengakuan normatif dan empirik akan prinsip supremasi hukum. Persamaan dalam Hukum
(Equality before the Law): Adanya persamaan kedudukan setiap orang dalam hukum dan
pemerintahan, yang diakui secara normative dan dilaksanakan secara empirik. Asas
Legalitas (Due Process of Law): Yaitu bahwa segala tindakan pemerintahan harus
didasarkan atas peraturan perundang-undangan yang sah dan tertulis. Pembatasan
Kekuasaan: Menerapkan prinsip pembagian kekuasaan secara vertikal atau pemisahan
kekuasaan secara horizontal. Organ-Organ Campuran Yang Bersifat Independen. Peradilan
Bebas dan Tidak Memihak: Adanya peradilan yang bebas dan tidak memihak (independent
and impartial judiciary). Peradilan Tata Usaha Negara: Meskipun peradilan tata usaha
negara juga menyangkut prinsip peradilan bebas dan tidak memihak, tetapi penyebutannya
secara khusus sebagai pilar utama Negara Hukum tetap perlu ditegaskan tersendiri.
Peradilan Tata Negara (Constitutional Court): Di samping adanya pengadilan tata usaha
negara yang diharapkan memberikan jaminan tegaknya keadilan bagi tiap-tiap warga
negara. Perlindungan Hak Asasi Manusia: Adanya perlindungan konstitusional terhadap hak
asasi manusia dengan jaminan hukum bagi tuntutan penegakannya melalui proses yang
adil. Bersifat Demokratis (Democratische Rechtsstaat): Dianut dan dipraktekkannya prinsip
demokrasi atau kedaulatan rakyat. Berfungsi sebagai Sarana Mewujudkan Tujuan Bernegara
(Welfare Rechtsstaat). Transparansi dan Kontrol Sosial: Adanya transparansi dan kontrol
sosial yang terbuka terhadap setiap proses pembuatan dan penegakan hukum. Ber-
Ketuhanan Yang Maha Esa Khusus mengenai cita Negara Hukum Indonesia yang
berdasarkan Pancasila.3

Perbedaan Negara Hukum Klasik dan Modern

3
J. Asshiddiqie, “gagasan negara hukum Indonesia”, hal 2-4
Negara penguasa atau Negara kekuasaan atau Negara klasik adalah kedaulatan atas Negara
berada dalam tangan penguasa. Jadi, pelaku Negara adalah penguasa. Penguasa adalah
subjek, sedangkan rakyat adalah objek milik dari penguasa (raja atau sejenis). Dengan
demikian, status rakyat terhadap penguasa adalah sebagai berikut:

Rakyat adalah abdi dari penguasa. Rakyat adalah objek bukan subyek terhadap penguasa.
Dengan demikian, juga bukan subyek terhadap administrasi negara (penguasa), ia adalah
juga abdi dari administrasi Negara (penguasa). Rakyat adalah hambanya penguasa, dan
penguasa (administrasi ) adalah tamunya rakyat. Rakyat tidak punya hak terhadap
penguasa. Jika rakyat mempunyai hak berdasarkan atas kebijakan dari peguasa yang
sewaktu-waktu dapat diubah atau dihapuskan. Perilaku baik dari penguasa terhadap rakyat
adalah kebijakan bukan kewajiban dari penguasa terhadap rakyat. Pembangkangan dari
rakyat terhadap penguasa apalagi menggugat penguasa adalah pantang dan sebagai
perbuatan merongrong wibawa penguasa. Aristoteles juga memberikan definisi mengenai
Negara klasik ini sebagai sebuah persekutuan dari keluarga dan desa untuk mencapai
kehidupan sebaik-baiknya. Pengertian dalam konsep Negara Hukum Modern ada beberapa
bagian yakni perlindungan hak-hak asasi manusia: adanya pembagian atau pemisahan
kekuasaan, pemerintahaan berdasarkan undang-undang, adanya peradilan administrasi.
Dan ada pula supremasi hukum (supremacy of law), persamaan didapan hukum (equality
before the law), tindakan peradilan dan parlemen. Berdasrakan pernyataan dari Julius Stahl
dan Albert Venn Dicey di atas, maka menurut hemat penulis, ciri-ciri yang harus termuat
dalam konsep negara hukum modern saat ini di antaranya adalah sebagai berikut: a)
Adanya perlindungan hak asasi manusia. b) Adanya supremasi hokum untuk menjaga
kesewenangwenangan. c) Adanya pemisahan kekuasaan. d) Adanya persamaan di muka
hukum dan pemerintahan. e) Adanya peradilan administrasi. f) Adanya Due Process of Law.
Sistem hukum modern harus mencarminkan rasa keadilan bagi masyarakat. Hukum tersebut
harus sesuai dengan kondisi masyarakat yang diaturnya. Hukum dibuat sesuai dengan
prosedur yang ditentukan. Hukum yang dapat dimengerti atau dipahami oleh masyarakat.
Konsep keadilan dalam system hukum modern di sini adalah keadilan atau dalam bahasa
inggris justice merupakan bagian dari nilai (value) yang bersifat abstrak sehingga memiliki
banyak arti dan konotasi. Sistem hukum modern juga harus mencerminkan rasa keadilan
bagi masyarakat. 4

Negara hukum

4
2 C.F Strong, Konstitusi Konstitusi Politik,,,.,,,h.85-86.
Negara hukum menurut F.R Bothlingk adalah “De taat waarin de wilsvrijheid van
gezagsdragers is beperkt door grenzen van recht” (negara, dimana kebebasan kehendak
pemegang kekuasaan dibatasi oleh suatu kehendak hukum). A.Hamid S. Attamimi dengan
mengutip Burkens, mengatakan bahwa negara hukum (rechstaat) secara sederhana adalah
negara yang menempatkan hukum sebagai dasar kekuasaan negara dan penyelenggaraan
kekuasaan tersebut dalam segala bentuknya dilakukan dibawah kekuasaan hukum. Lebih
lanjut disebutkan bahwa dalam rangka merealisasikan pembatasan pemegang kekuasaan
tersebut maka diwujudkan dengan cara, “Enerzijds in een binding van rechter administatie
aan de wet, anderjizds in een begrenzing van de bevoegdheden van de wetgever”, (disatu
sisi keterikatan hakim dan pemerintah terhadap undang-undang, dan disisi lain pembatasan
kewenangan oleh pembuat undang-undang).

Negara Hukum itu dibangun dengan mengembangkan perangkat hukum itu sendiri
sebagai suatu sistem yang fungsional dan berkeadilan, dikembangkan dengan menata supra
struktur dan infra struktur kelembagaan politik, ekonomi dan social yang tertib dan teratur,
serta dibina dengan membangun budaya dan kesadaran hukum yang rasional dan
impersonal dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pada dasarnya
konsep negara hukum tidak terpisahkan dari pilarnya sendiri yaitu paham kedaulatan
hukum. Paham ini adalah ajaran yang mengatakan bahwa kekuasaan tertinggi terletak ada
hukum atau tidak ada kekuasaan lain apapun, kecuali hukum semata. Konsep negara hukum
berdasarkan wilayah tradisi hukumnya dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu, konsep
negara hukum rechtsstaat dan konsepsi negara hukum the rule of law yang telah mendapat
dorongan dari pada renaissance dan reformasi keduanya merupkan abad XIX dan di
pengaruhi paham liberalisme dan indivisualisme. a tipe negara hukum dapat dibedakan atas
2 tipe, yaitu hukum formal dan negara hukum material, tetapi dalam perkembangannya
kemudian muncul konsep welfare state yang kemudian melahirkan tipe negara
kesejahteraan. Negara hukum materil merupakan pengertian negara hukum dalam arti luas,
yang sering disebut dengan negara hukum modern (modern rechtsstaat). Pada tipe negara
hukum materil, lingkup tugas pemerintah bukan saja melaksanakan ketentuan undang-
undang semata, melainkan juga turut membuat undangundang atau berbagai peraturan
pelaksanaannya. Negara tidak hanya bertugas sebagai penjaga malam, melainkan
berkewajiban pula secara aktif untuk terlibat dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat
demi tercapainya tujuan bernegara.5

5
Ridwan HR, 2014, Hukum Administasi Negara, Jakarta, Rajawali Pers

Anda mungkin juga menyukai