Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN KONSEP AKUNTANSI

1. KONSEP DASAR AKUNTANSI MENURUT PATON DAN LITTLETON


A. Entitas Bisnis atau Kesatuan Usaha (The Business Entity)
Bahwa perusahaan dianggap sebagai suatu kesatuan atau badan usaha ekonomik yang
berdiri sendiri, bertindak atas namanya sendiri, dan kedudukannya terpisah dari pemilik atau
pihak lain yang menanamkan dana dalam perusahaan dan kesatuan ekonomik tersebut
menjadi pusat perhatian atau sudut pandang akuntansi.

B. Kontinuitas Kegiatan/Usaha (Continuity of Activity)


Bahwa kalau tidak ada tanda-tanda, gejala-gejala, atau rencana pasti di masa datang
bahwa kesatuan usaha akan dibubarkan atau dilikuidasi maka akuntansi menganggap bahwa
kesatuan usaha tersebut akan berlangsung terus sampai waktu tak terbatas.
Dalam menghadapi ketidakpastian kelangsungan usaha, akuntansi menganut konsep ini
atas dasar penalaran bahwa harapan normal atau umum (normal expectation) pendirian
perusahaan adalah untuk berlangsung terus dan berkembang bukan untuk mati atau likuidasi.

C. Mengukur Pertimbangan-Pertimbangan (Measured Consideration)


Bahwa jumlah rupiah/agregat-harga (price-aggregate) atau penghargaan adalah
kesepakatan (measured consideration) yang terlibat dalam tiap transaksi atau kegiatan
pertukaran (exchange activities) merupakan bahan olah dasar akuntansi (the basic subject
matter of accounting) yang paling objektif terutama dalam mengukur sumber ekonomik yang
masuk (pendapatan) dan sumber ekonomik yang keluar (biaya). Sebagai konsekuensi,
elemen-elemen atau pos-pos pelaporan keuangan diatur atas dasar penghargaan sepakatan
tersebut.

D. Kos Melekat (Cost Attach)


Bahwa kos melekat pada objek yang dipresentasinya hingga kos bersifat mudah bergerak
dan dapat dipecah-pecah atau digabung-gabungkan kembali mengikuti objek yang didekati.
Berbagai kos mempunyai daya saling mengikat antara yang satu dan yang lainnya ikatan
objek-objek yang disimbolkannya. Bila berbagai komponen digabungkan menjadi suatu
objek atau barang baru, gabungan kos yang baru semata-mata merupakan penggabungan
berbagai kos yang melekat pada tiap komponen tanpa memperhatikan nilai ekonomik baru
yang melekat pada barang baru.
1
E. Upaya dan Capaian/Hasil (Effort and Accomplishment)
Bahwa biaya merupakan upaya dalam rangka memperoleh hasil berupa pendapatan.
Dengan kata lain, tidak ada hasil (pendapatan) tanpa upaya (biaya). Secara konseptual,
pendapatan timbul karena biaya bukan sebaliknya pendapatan menanggung biaya.

F. Bukti Objektif yang Dapat diperiksa (Variviable, Objective Evidence)


Bahwa informasi keuangan akan mempunyai tingkat kebermanfaatan dan tingkat
keterandalan yang cukup tinggi apabila terjadinya data keuangan didukung oleh bukti-bukti
yang objektif dan dapat diuji kebenarannya (keabsahannya/keautetikannya). Objektivitas
bukti harus dievaluasi atas dasar kondisi yang melingkupi penciptaan, pengukuran, dan
penangkapan atau pengakuan data akuntansi. Jadi, akuntansi tidak mendasarkan diri pada
objektivitas mutlak melainkan pada objektivitas relatif yaitu objektivitas yang paling tinggi
pada waktu transaksi terjadi dengan mempertimbangkan keadaan dan tersedianya informasi
pada waktu tersebut.

G. Asumsi (Assumptions)
Bahwa asumsi di sini merupakan penjelasan bahwa keenam dasar sebelumnya merupakan
asumsi atau didasarkan atas asumsi tertentu dengan segala keterbatasannya.
Asumsi – asumsi tersebut adalah :
a) Kesatuan Usaha: Terbatas penggunaannya jika diterapkan pada kegiatan
departemen, operasi unit pemerintahan, keiatan usaha perseorangan atau firma dan
kegiatan usaha perusahaan afiliasi (anak).
b) Kontinuitas Usaha: Asumsinya didasarkan atas pengalaman perusahaan pada
umumnya.
c) Periode Satu Tahun: Satu tahun adalah waktu yang tepat untuk pelapran , karena
tidak terlalu pendek, juga tidak terlalu panjang.
d) Harga Pokok Sebagai Bahan Olah Akuntansi: Harga pokok faktor produksi
tersebut adalah HP pada saat terjadinya.
e) Daya beli uang stabil.
f) Tujuannya adalah Mencari Laba : Perusahaan dipandang sebagai suatu organisasi
yang dibentuk untuk menghasilkan pendapatan
Konsep-konsep dasar yang diuraikan oleh P&L sebenarnya sudah cukup lengkap karena
dapat menjelaskan tentang faktor lingkungan dan praktik akuntansi yang berjalan pada
2
jamannya, dimana seperangkat konsep dasar ini dikemukan pada tahun 1970. P&L juga
menunjukkan kaitan antara konsep dasar yang satu dengan yang lain secara koheren.

2. GAMBARAN UMUM KONSEP DASAR OLEH FASB


Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) didefinisikan oleh FASB sebagai:
“A coherent system of interrelated objectives and fundamentals that is expected to lead to
consistent standards and that prescribes the nature, function, and limits of financial
accounting and reporting”.
Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) adalah suatu sistem koheren yang
terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi landasan
bagi penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta batas- batas dari
akuntansi keuangan dan laporan keuangan.
Kerangka kerja konseptual akan meningkatkan pemahaman dan keyakinan pemakai
laporan keuangan atas pelaporan keuangan, dan akan menaikkan komparabilitas antar laporan
keuangan perusahaan. Masalah-masalah yang baru akan dapat dipecahkan secara cepat jika
mengacu pada kerangka teori yang telah ada. Perkembangan kerangka konseptual
(conceptual framework) FASB melahirkan beberapa konsep dasar atau sering disebut dengan
Statements of Financial Accounting Concepts (SFAC) diantaranya:
a. SFAC No. 1, “Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises”, yang
menyajikan tujuan dan sasaran akuntansi.
b. SFAC No. 2, ”Qualitative Characteristics of Accounting Information”, yang
menjelaskan karakteristik yang membuat informasi akuntansi menjadi bermanfaat.
c. SFAC No. 3, ”Elements of Financial Statements of Business Enterprises”, yang
memberikan definisi dari pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan, seperti
asset, liabilities, equity, revenue, dan expense.
d. SFAC No. 4 (1980), Objectives of Financial Reporting ByNonbusiness
Organizations SFAC No. 4 ini berkaitan dengan tujuan pelaporan keuangan
nonbisnis.
e. SFAC No. 5, “Recognition and Measurements in Financial Statements of Business
Enterprises”, yang menetapkan kriteria pengakuan dan pengukuran fundamental serta
pedoman tentang informasi apa yang biasanya harus dimasukkan ke dalam laooran
keuangan dan kapan waktu pelaporannya.

3
f. SFAC No. 6, “Elements of Financial Statements”, yang menggantikan SFAC No. 3
dan memperluas ruang lingkup SFAC No. 3 dengan memasukkan organisasi-
organisasi nirlaba.
g. SFAC No. 7, “Using Cash Flow Information and Present Value in Accounting
Measurements”, yang memberikan kerangka kerja bagi pemakaian arus kas masa
depan yang diharapkan dan nilai sekarang sebagai dasar pengukuran.
h. SFAC No. 8, Conceptual Frameworks for Financial Reporting SFAC No.8
merupakan salah satu dari serangkaian publikasi di FASB untuk akuntansi dan
pelaporan keuangan yang mencakup dua bab kerangka konseptual baru yang
menggantikan SFAC No.1

Berikut adalah penjelasan SFAC menurut (Wolk, Dodd et al. 2013)


A. SFAC No. 1 (1978), Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises
Secara umum, SFAC No. 1 membahas mengenai tujuan pelaporan keuangan. Tujuan
akuntansi menurut statement ini adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk
pengambilan keputusan bisnis oleh pengguna laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan
harus bersifat general purpose atau melayani semua keutuhan secara umum, sementara
pengguna laporan keuangan memiliki kepentingan yang berbeda-beda (heterogen).
Dalam SFAC No. 1 terdapat beberapa value judgments yang penting:
 Kegunaan laporan keaungan harus melebihi dari biaya dalam pembuatannya.
 Selain laporan akuntansi ada beberapa hal yang bias menjadi sumber informasi
sebuah perusahaan.
 Akuntansi akrual sangat berguna dalam menilai dan memperkirakan earning power
dan aliran kas perusahaan
 Informasi yang diberikan seharusnya berguna, namun pengguna harus menggunakan
prediksi dan penilaian mereka sendiri
Pada dasarnya, SFAC No. 1 ini menjelaskan bahwa pelaporan keuangan diharuskan
menyajikan informasi ekonomi tentang sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas
pemilik perusahaan. Selain itu, kinerja sebuah perusahaan juga harus dilaporkan dalam
laporan laba rugi yang dinyatakan dari pengukuran jumlah laba perusahaan beserta
komponennya serta bagaimana kinerja arus kas perusahaan.

4
B. SFAC No. 2 (1980), Qualitative Characeristics Of Accountingg Information
SFAC No. 2 menjelaskan mengenai karakteristik kualitatif dari informasi akuntansi.
Selain itu, dijelaskan juga mengenai fungsi laporan keuangan yaitu untuk membantu
pengguna dalam pengambilan keputusan bisnis. Seperti tertulis di SFAC No. 1, seluruh
pengguna dianggap memahami dan mengerti isi dari laporan keuangan, akan tetapi pada
kenyataannya tidak semuanya demikian. Laporan keuangan yang dimengerti
(understandability) atau tidak tetap saja terdapat batasan dimana kebermanfaatan dari
informasi laporan keuangan harus lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan dalam
penyajian laporan keuangan (information economics).
Selain itu dalam penyajian laporan keuangan, setidaknya laporan keuangan harus
mencakup dua kualitas spesifik keputusan primer, yaitu relevance dan reliability. Relevance
memiliki tiga aspek, yaitu:
(1) Predictive value (nilai prediktif): kebergunaan laporan dalam memprediksi kejadian
ekonomis di masa depan
(2) Feedback value (nilai umpan balik): laporan keuangan dapat mengkonfirmasi atau
mengoreksi ekspektasi manajemen sebelumnya
(3) Timeliness (ketepatan waktu): informasi laporan keuangan sesuai dengan
pertimbangan pengguna saat ini
Sementara itu, Reliability terdiri dari tiga aspek berikut:
(1) Verifiability: menurut (Holthausen and Watts 2001), variability memiliki kontribusi
dalam menjamin kualitas suatu informasi akuntansi karena melalui serangkaian
verifikasi untuk merepresentasikan hal yang dijelaskan sebenarnya.
(2) Representational faithfulness: representational faithfulness berkaitan dengan
measurement theory. Representational faithfulness mengacu pada gagasan bahwa
pengukuran itu sendiri harus berkorespondensi dengan fenomena yang diukur.
(3) Neutrality: proses penyusunan standar seharusnya memperhatikan relevance dan
reliability di atas efek standar tersebut terhadap kelompok pengguna laporan
keuangan atau perusahaan itu sendiri
Selain konsep-konsep di atas, ada beberapa konsep lain yang dibahas dalam Statement
No. 2, yaitu:
(1) Conservatism: pertimbangan mengenai pengakuan yang dapat memengaruhi seluruh
pos. konservatisme menekankan pada mendahulukan pengakuan beban daripada
pendapatan.
5
(2) Comparability dan Consistency: laporan keuangan memiliki kemampuan untuk
dibandingkan dengan laporan keuangan lainnya dalam kurun waktu tertentu maupun
jenis perusahaan tertentu, dan mengadopsi kebijakan atau standar yang konsisten dari
waktu ke waktu.
(3) Materiality: pertimbangan dalam menilai suatu ukuran yang dapat ditoleransi ataupun
tidak dan mempengaruhi besar kecilnya salah saji dalam pelaporan keuangan.

C. SFAC No. 3 (1980), Elements Of Financial Statements Business Enterprises


Statement No. 3 mendefinisikan 10 elemen laporan keuangan, di antaranya adalah
sebagai berikut:
(1) Aktiva, manfaat ekonomi yang memiliki kemungkinan terjadi di masa depan, yang
diperoleh atau dikuasai oleh perushaan sebagai hasil dari transaksi bisnis atau
kejadian-kejadian di masa lalu.
(2) Kewajiban, sebuah pengorbanan ekonomi yang memiliki kemungkinan terjadi di
masa depan, yang muncul akibat kewajiban berjalan perusahaan atau kewajiban yang
ditimbulkan dari transaksi bisnis atau kejadian di masa lalu untuk mengalokasikan
aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas-entitas lain di masa mendatang.
(3) Ekuitas, berupa kepentingan dalam aktiva sebuah perusahaan, yang telah dikurangi
dengan utang-utangnya.
(4) Investasi oleh pemilik, kenaikan aktiva bersih sebuah entitas yang dihasilkan akibat
alokasi suatu hal yang bernilai dari perusahaan lain terhadap perusahaan tersebut
untuk memperoleh kepentingan kepemilikan di dalam organisasi.
(5) Deviden, penurunan aktiva bersih sebuah perusahaan akibat transfer aktiva,
penyediaan jasa, atau timbulnya kewajiban oleh perusahaan kepada pemilik.
(6) Laba komprehensif, perubahan modal sebuah perusahaan selama suatu periode
tertentu akibat transaksi dan kejadian lainnya yang tidak berasal dari pemilik.
(7) Pendapatan, inflow atau peningkatan atas aktiva sebuah perusahaan atau pembayaran
utang-utang perusahaan selama siklus akuntansi, atau dimulai dari kegiatan produksi
barang atau penyediaan jasa, atau aktivitas-aktivitas lainnya yang merupakan kegiatan
operasional utama perusahaan.
(8) Beban, outflow atau penggunaan atas aktiva sebuah perusahaan atau meningkatnya
jumlah kewajiban selama suatu siklus akuntansi dari kegiatan produksi barang
penyediaan jasa, atau aktivitas-aktivitas lainnya yang merupakan kegiatan operasional
utama perusahaan.
6
(9) Keuntungan, sebuah kenaikan ekuitas sebuah perusahaan yang ditimbulkan oleh
transaksi peripheral atau insidentil dari transaksi-transaksi ataupun kejadian lainnya
dan situasi yang mempengaruhi keuangan perusahaan selama suatu periode tertentu,
selain yang bersasal dari pendapatan atau investasi oleh pemilik.
(10) Kerugian, sebuah penurunan ekuitas sebuah perusahaan yang ditimbulkan dari
transaksi peripheral atau insidental maupun dari transaksi dan kejadian lainnya yang
mempengaruhi perusahaan selama suatu periode akuntansi, selain yang bersasal dari
pendapatan atau investasi pemilik.

D. SFAC No. 4 (1980), Objectives of Financial Reporting By Nonbusiness Organizations


SFAC No. 4 ini berkaitan dengan tujuan pelaporan keuangan nonbisnis, dimana
karakterisitik dari organisasi non bisnis adalah:
(1) Penerimaan sumber daya meskipun jumlahnya besar akan tetapi tidak mengharapakan
pengembalian.
(2) Tujuan operasi selain untuk menyediakan barang dan jasa
(3) Tidak adanya kepentingan pemilik yang dapat dijual, dipindah, atau ditebus atau yang
merupakan jatah bagian dari distribusi sisa sumber daya pada saat likuidasinya.

E. SFAC No. 5 (1984), Recognition Dan Measurement In Financial Statements Of


Business Enterprises
SFAC No. 5 menjelaskan mengenai pengakuan dan pengukuran. Salah satu fokus SFAC
No. 5 adalah menjelaskan pengertian earning yang berbeda dengan net income. Earning
merupakan net income dikurangi efek kumulatif pada tahun sebelumnya karena adanya
perubahan prinsip akuntansi yang digunakan. Dengan demikian, selain statement of earning,
sekarang muncul statement of comprehensive income yang memuat:
1) Semua perubahan ekuitas pemilik selain setoran pemilik pada periode tersebut
2) Efek kumulatif pada tahun sebelumnya karena adanya perubahan prinsip akuntansi
yang digunakan
3) Efek rugi/untung dari marketable securities yang bukan termasuk aset lancar
4) Penyesuaian mata uang asing.
Karena adanya pembedaan konsep antara earning dan comprehensive income,
muncullah masalah pengukuran. Recognition criteria mengacu pada ketika aset, kewajiban,
biaya, pendapatan, untung, atau rugi harus dicatat. Adapun dalam pengukuran baik aktiva
7
ataupu pasiva harus memenuhi beberapa atribut diantaranya, historical cost,
current/replacement cost, exit/current market value, net realizable value (selling cost – any
cost to complete or dispose), dan present (discounted) value atau aliran kas masa depan.

F. SFAC No. 6 (1985), Elements Of Financial Statements; A Replacement of FASB


Concepts Statements No. 3 Also Incorporating An Amendment of FASB Concepts
Statements No. 2
SFAC No. 6 merupakan pengganti dari SFAC No. 3, dimana definisi yang terdapat
didalamnya sama persis dengan yang tertulis di SFAC No. 3 yang ditambahkan cakupan
sampai ke organisasi nonbisnis. Dengan demikian, karakteristik informasi akuntansi pada
SFAC No. 2 juga berlaku bagi organisasi nonbisnis.

G. SFAC No. 7 (2000), Using Cash Flow Informasi Dan Present Value In Accounting
Measurements
SFAC No. 7 menjelaskan mengenai permasalahan dalam pengukuran khusus dan
bukannya masalah konseptual yang lebih luas. SFAC No. 7 mencakup kondisi dimana
present-market determined amounts tidak tersedia saat harus diakui. Namun, metode present
value tidak digunakan secara konsisten dalam standar.
Hal yang paling penting mengenai pengukuran aset adalah pengukuran-pengukuran
present value merupakan metode untuk mensimulasi nilai yang fair. Oleh karena itu, jika
perusahaan tidak mengetahui nilai pasar aset tertentu, maka perusahaan akan bekerja keras
terhadap tingkat diskon tersebut. Tingkat diskon (potongan tunai) seharusnya meliputi resiko
dan ketidakpastian, yang dapat mencerminkan penilaian oleh nilai pasar.
Sementara itu hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran pasiva adalah tingkat diskon
harus dipengaruhi oleh posisi kredit suatu perusahaan. Pembawaan nilai pasiva yang
sebenarnya dipengaruhi oleh kedudukan kredit perusahaan sehingga jika kedudukan kredit
perusahaan memburuk, maka penilaian pasiva akan menurun (karena jika posisi kredit yang
rendah berarti tingkat potongan tunai akan naik). Pengukuran aset dan pasiva pada SFAC No
7 bersifat tetap. Suatu aset dilihat dan dinilai secara terpisah dari perusahaan yang
memilikinya, tetapi pasiva tidak dapat dipisahkan karena pasiva pada akhirnya akan dilunasi.

H. SFAC No. 8, Conceptual Frameworks for Financial Reporting


SFAC No.8 merupakan salah satu dari serangkaian publikasi di FASB untuk akuntansi
dan pelaporan keuangan yang mencakup dua bab kerangka konseptual baru yang
8
menggantikan SFAC No.1, tujuan pelaporan keuangan oleh Business Enterprises, dan SFAC
No.2, karakteristik kualitatif informasi akuntansi. SFAC No.8 dimaksudkan untuk
menetapkan tujuan-tujuan dan konsep-konsep fundamental yang akan menjadi dasar untuk
pengembangan akuntansi keuangan dan pedoman pelaporan. Secara umum isi dan tujuan
SFAC No.8 adalah:
1) Bagian pertama hasil projek bersama dengan IASB dalam merumuskan konsep dasar
akuntansi keuangan.
2) Menggantikan SFAC No.1 dan 2
3) Terdiri atas tiga bab :
(1) Bab 1, tujuan pelaporan keuangan tujuan umum.
(2) Bab 2, entitas pelaporan
(3) Bab 3, karakteristik kualitatif informasi keuangan bermanfaat.

3. JOINT PROJECT FASB DAN IASB


Kerangka IASB telah disetujui oleh Dewan IASC pada bulan April 1989 untuk
diterbitkan pada bulan Juli 1989, dan diadopsi oleh IASB pada bulan April 2001. IAS semula
disusun oleh IASC (dewan penyusun standar sebelumnya) kemudian tugas menyusun standar
ini diambil alih oleh IASB (dewan penyusun standar yg baru). IASB berbeda dengan FASB.
IASB merupakan badan yang berwenang untuk menyusun standar akuntansi internasional
sedangkan FASB merupakan badan yang berwenang untuk menyusun standar akunatnsi yang
berlaku di Amerika.
Tujuan dari proyek ini adalah untuk menggantikan kerangka konseptual yang lama dan
untuk membentuk suatu standar yang akan memandu organisasi dan penyajian informasi
dalam laporan keuangan. Hasil dari proyek ini secara langsung akan mempengaruhi
bagaimana pengelolaan suatu entitas laporan keuangan mengkomunikasikan informasi
kepada pengguna laporan keuangan, seperti sekarang dan potensi investor saham, kreditur
dan kreditur lainnya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kegunaan informasi yang
diberikan dalam laporan keuangan suatu entitas untuk membantu pengguna membuat
keputusan dalam kapasitas mereka sebagai penyedia modal.
Dalam menyetujui untuk melanjutkan proyek-proyek serupa mereka bersama-sama,
setuju untuk melihat di penyajian informasi dalam laporan keuangan. Proyek bersama
memiliki perkembangan di luar lingkup presentasi dan menampilkan item pendapatan dan
biaya, melainkan menunjukkan presentasi dan menampilkan di muka laporan keuangan yang

9
merupakan satu set lengkap laporan keuangan. Pada bulan April 2004, dewan IASB dan
FASB memutuskan untuk pendekatan proyek dalam tiga tahap:
1. Tahap A akan menunjukkan laporan yang merupakan satu set lengkap laporan keuangan
dan periode yang mereka harus diberikan.
2. Tahap B akan mengatasi isu-isu yang lebih mendasar yang berkaitan dengan presentasi dan
menampilkan informasi dalam laporan keuangan, termasuk menggabungkan dan
disaggregating informasi dalam setiap laporan keuangan utama, mendefinisikan total dan
subtotal, dan mempertimbangkan kembali penggunaan langsung atau metode tidak
langsung untuk menyajikan operasi kas arus.
3. Tahap C akan menunjukkan presentasi dan menampilkan informasi keuangan interim di
AS prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP). IASB juga dapat mempertimbangkan
kembali persyaratan dalam IAS 34, tentang pelaporan keuangan interim.

10
DAFTAR PUSTAKA

 https://kartikaharahap.wordpress.com/2011/11/11/konsep-dasar-akuntansi/,diakses
(diakses 22 September 2018)
 Triyuwono,Iwan. 2003. Konsekuensi Penggunaan Enthity Teori Sebagai  Konsep
Dasar Standar Akuntansi Perbankan Syariah, JAAI, Volume 7 , No. 1, Juni 2003
 Wolk, H. I., et al. (2013). Accounting Theory Conceptual Issues in a Political and
Economic Environment. sagepub.com, SAGE Publications, Inc.
 Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Yogyakarta:
BPFE.

11

Anda mungkin juga menyukai