Anda di halaman 1dari 37

Teknik Perkapalan Tugas Rencana Garis

Politeknik Negeri Bengkalis ISMAIL

BAB I. Umum

1.1.Pendahuluan
Untuk mengetahui bentuk dan mengukur badan kapal dapat digunakan beberapa penggambaran
/proyeksi dari bentuk sebuah kapal terhadap bidang-bidang tertentu. Bentuk kapal yang 3 dimensi
tersebut dapat diproyeksikan ke 3 bidang antara lain bidang horizontal, bidang datar vertical
memanjang data bidang datar vertical melintang yang masing-masing disebut dengan body plan,
sheer plan, dan half-breadth plan.
Mata kuliah Teknik Rencana Garis (TRG) dengan bobot satu sks ini, Mahasiswa nantinya
diharapkan dapat merancang atau membuat rencana garis dari suatu kapal yang merupakan langkah
awal dari mahasiswa untuk pencapaian tugas-tugas selanjutnya, seperti Tugas Rencana Umum,
Tugas Perporosan, Propeller dan Perancangan Kamar Mesin. Dalam pembuatannya ada beberapa
metode yang digunakan, dalam semester ini metode yang digunakan adalah Metode NSP diagram,
yaitu suatu metode perhitungan dengan pembacaan grafik NSP yang nantinya akan didapatkan
luasan tiap-tiap station dari kapal yang dirancang.
Mahasiswa dalam Tugas Rencana Garis ini diharapkan dapat membuat penggambaran utama
yang ada dalam Tugas Rencana Garis. Adapun gambar tersebut adalah Body Plan, Sheer Plan dan
Half Breadth Plan. Dalam latar belakang mahasiswa teknik, maka dalam pengambaran ini tentunya
dibutuhkan ketelitian dalam perhitungan maupun dalam pengukuran gambar. Ketelitian ini yang
nantinya akan memberikan keakuratan dalam pengambaran utama dalam Tugas Rencana Garis.
Searah dengan perkembangan dunia keteknikan mahasiswa juga diharapkan mampu menggunakan
kemajuan teknologi di bidang teknik. Maka pada konteks Tugas Rencana Garis ini digunakan
program Excel sebagai pengolah data dan hitungan, sedangkan untuk penggambarannya digunakan
AutoCad sebagai program pendukung.

1
Teknik Perkapalan Tugas Rencana Garis
Politeknik Negeri Bengkalis ISMAIL

1.2 TAHAPAN PENGERJAAN

Adapun tahapan penerkaan/Pembuatan rencana garis ini, antara lain:

1. perhitungan data awal


2. pembuatan CSA
3. pembuatan A.2T dan B/2
4. pembuatan haluan dan buritan
5. pembuatan Body Plan
6. pembuatan Half Breath Plan
7. pembuatan Buttock Line pada Sheer Plan
8. pembuatan Bangunan Atas (Sheer Standar)
9. pembuatan Forecastel deck, pook deck dan Bullwark.

Dalam pengumpulan data sesuai dengan metode, maka digunakan diagramNSP untuk
mengetahui beberapa koefesien- kofesien dan variabel yang akan digunakan . untuk pengolahan
data dan perhitungan dalam hal ini dipergunakan program Excel, sedangkan untuk visualitas
penggambaran digunakan AutoCad. Program Excel dan AutoCad resebut digunakan karena
program tersebut tidak hanya mendukung dalam pengerjaan tetapi juga mendukung
pembelajaran mahasiswa karena kedua program tersebut hanya menampilkan hasil masukan
data dari operator dan bukan berkerja secara otomatis.

2
Teknik Perkapalan Tugas Rencana Garis
Politeknik Negeri Bengkalis ISMAIL

BAB II.LANDASAN TEORI

Sebelum kita melakukan perhitungan terhadap data kapal dan melakukan langkah pekerjaan
gambar, alangkah baiknya kita mengatahui difinisi dari istilah-istilah yang digunakan dalam
perhitungan data maupun pengerjaan gambar tersebut agar nantinya lebih memudahkan kita dalam
proses pengerjaan.

1. penjang kapal/ length between perpendicular (Lpp)


Merupakan panjang kapal yang diukur dari batas garis tegak air bagian depan (haluan/Fp) kapal
sampai garis tegak kemudi (belakang/Ap).
a. After perpendicular (Ap)
Garis tegak buritan adalah garis yang terletak pada linggi kemudi bagian belakang atau
terletak pada sumbu kemudi.
b. Fore perpendicular (Fp)
Garis tegak haluan adalah garis yang terletak pada titik potong antara linggi haluan dengan
garis air pada sarat muat yang telah direncanakan.

2. Lebar Kapal (Bm)


Merupakan lebar kapal pada garis air yang diukur pada bagian tengah kapal atau degan kata
lebar terbesar kapal.

Gambar 2.1 lebar kapal

3
Teknik Perkapalan Tugas Rencana Garis
Politeknik Negeri Bengkalis ISMAIL

3. Tinggi kapal / depth moulded (H)


Merupakan ketinggian pada kapal yang ukuran dari garis dasar (Base line) sampai garis tepi
geladak terendah, diukur ditengah panjang kapal.

4. Sarat kapal/ Design Draft (T)


Merupakan ketinggian pada kapal yang diukur dari garis dasar sampai pada ketinggian tertentu,
dimana ketinggian tersebut merupakan batas ketinggian kapal yang terendam air pada saat kapal
diberi muatan penuh.

5. Koefisien Blok (Cb /Cbpp /δpp)


Merupakan perbandingan antara volume kapal dengan kapal dengan perkalian panjang, lebar,
dan sarat kapal. Semakin besar nilai Cb, maka akan semakin gemuk kapal tersebut, begitu pula
sebaliknya.
Setelah kita mengetahui data-data teknik, maka dilakukan suatu perhitungan untuk menentukan:
6. Length of water line (LWL)
Merupakan jarak mendatar garis air muat, yang diukur dari titik potong garis muat
dengan tinggi haluan sampai titik potong garis air muat dengan tinggi buritan, yang
dirumuskan sebagai pertambahan panjang dari LPP sebesar 2-5%.
𝑳𝑾𝑳 = 𝑳𝑷𝑷 𝟐 − 𝟓 %. 𝑳𝑷𝑷
7. Length of Displacement (Ldisp)
Merupakan panjang kapal imajiner yang terjadi karena adanya perpindahan fluida
sebagai akibat dari tercelupnya badan kapal, panjang ini digunakan untuk menentukan
seberapa besar luasan-luasan yang tercelup air, pada saat dibagi menjadi 20 station. Panjang
displacement dirumuskan sebagai panjang rata-rata antara LPP dan Lwl, yaitu:
𝑳𝒅𝒊𝒔𝒑 = 𝟏 𝟐 . (𝑳𝒑𝒑 + 𝑳𝒘𝒍)

4
Teknik Perkapalan Tugas Rencana Garis
Politeknik Negeri Bengkalis ISMAIL

8. Coeffsien Block of Waterline (δWL)


Merupakan perbandingan antara volume kapal dengan hasil kali antara panjang, lebar
dan sarat kapal. Koefisien blok ini menunjukan kegemukan kapal. Rumusnya yaitu:
𝜹 = (𝑳𝑷𝑷𝒙𝜹𝒑𝒑)/𝑳𝒘𝒍
9. Volume Displacement (V disp)
merupakan volume perpindahan fluida (air) sebagai akibat adanya badan kapal yang
tercelup air, yang dirumuskan sebagai
𝑽𝒅𝒊𝒔𝒑 = 𝑳𝒅𝒊𝒔𝒑 𝒙𝑩𝒙𝑻𝒙𝜹𝒅𝒊𝒔𝒑𝒍
10. Radius Bilga (R)
Merupakan jari-jari lengkung bagian yang menghubungkan antara bagian samping dan
bagian dasar kapal, yang dirumuskan sebagai:

𝑹= 𝟏 𝟏
𝟐 𝒙 𝑩𝒙𝑻 − 𝑨𝒎𝒊𝒅 /(𝟏 − 𝟒 𝝅)
11. Luas Penampang Tengah Kapal / Midship (Aϕ)
Merupakan luasan bagian tengah kapal yang dipotong secara melintang yang memiliki
lebar B dan tinggi T, yang dirumuskan sebagai:
𝑨𝒎𝒊𝒅 = 𝑩𝒎𝒍𝒅𝒙𝑻 − 𝟐 (𝑹𝟐 − (𝟏 𝟒)𝝅𝑹𝟐

Lebar (B)

Sarat (T) A midship

Gambar 2.2 luasan penampang tengah kapal

5
Teknik Perkapalan Tugas Rencana Garis
Politeknik Negeri Bengkalis ISMAIL

12. Coeffisien Midship (Cm/β)


Merupakan perbandingan antara gading besar (Midship Area) dengan luasan suatu
bidang yang lebarnya B dan tingginya T, yang dirumuskan sebagai harga pendekatan
terhadap koeffisien Block displacement, sebesar:
𝜷 = 𝑨𝒎/ 𝑩𝒙𝑻
13. Coeffisien Prismatik
Merupakan perbandingan antara bentuk kapal dibawah sarat dengan sebuah prisma yang
dibentuk oleh bidang tengah kapal.

a. Coeffisien Prismatik of perpendicular (Cp/φpp)


𝝋𝒑 = 𝜹𝒑𝒑 /𝜷

b. Coeffisien Prismatik of Water Line (Cp / φWL)


𝝋𝑾𝑳 = 𝜹𝑾𝑳 / 𝜷
c. Coeffisien Prismatik of Displacement (CP / β)
14. Panjang kapal (LOA)
Merupakan kependekan dari Length Over All, merupakan panjang kapal yang diukur
dari ujung haluan sampai ujung buritan kapal.
15. Midship (ϕ)
Merupakan potongan melintang pada tengah kapal.
16. Center Line (ȼ)
Merupakan potongan panjang pada bagian tengah kapal.
17. Base line
Merupakan garis dasar suatu kapal.
18. Station (St)
Merupakan pembagian panjang kapal menjadi beberapa bagian dengan jarak yang sama.

6
Teknik Perkapalan Tugas Rencana Garis
Politeknik Negeri Bengkalis ISMAIL

BAB III

PERHITUNGAN DATA AWAL KAPAL

LINES PLAN (RENCANA GARIS)


Dalam pembuatan desain rencana garis ini ada beberapa tahapan pengerjaan, antara lain :
1. Perhitungan Data awal
2. Pembuatan CSA
3. Pembuatan A/2T dan B/2
4. Perencanaan Haluan dan Buritan
5. Perencanaan Body Plan
6. Perencanaan Half Breath Plan
7. Perencanaan Buttock Line pada Sheer Plan
8. Prencanaan Bangunan Atas (Sheer Standar)
9. Perencanaan Forecastle deck, Poop deck dan Bullwark.
Dari tahapanan-tahapan tersebut sebagai pengolah data hitungan dipergunakan program Excel,
sedangkan untuk visualisasi penggambaran digunakan AutoCad. Program Excel dan AutoCad dipilih
karena hanya merupakan program pendukung pembuatan Rencana Garis secara manual sehingga sangat
cocok jika digunakan untuk pembelajaran bagi mahasiswa, artinya kedua program tersebut hanya
menampilkan input si operator bukannya bekerja otomatis seperti ‘katakanlah’ program Tribone yang
merupakan suatu program aplikasi Lines Plan. Karena itu selain proses perhitungan dan tahap-tahap
pembuatan Rencana Garis, pada laporan ini juga akan dicantumkan beberapa aplikasi sederhana dari
program Excel dan AutoCad.
3.1 Perhitungan data awal :
Tahap pertama pada perkerjaan Tugas Rencana Garis adalah perhitungan data awal dari
beberapa data teknid kapal yang berupa

7
Teknik Perkapalan Tugas Rencana Garis
Politeknik Negeri Bengkalis ISMAIL

T H

AP FP
Lpp
LwL
LoA

3.1 ukuran panjang kapal


Nama kapal : KM.HANTU GIMAU
Type : General Cargo
Metode : NSP Diagram

 Panjang Kapal / Length between Perpendiculer (Lpp) : 101.42 Meter


 Lebar Kapal / Breadth Moulded ( B ) : 16.4 Meter
 Tinggi Kapal / Depth Moulded ( H ) : 8.25 Meter
 Sarat Kapal / Design Draft ( T ) : 6.74 Meter
 Block Coeffisien ( Cb / Cbpp / δpp ) : 0.74
 Kecepatan Kapal ( Vs ) : 12.5 Knot

Perhitunan data awal

1. Length Water line (Lwl)


Lwl = 𝐿𝑃𝑃 + ( 2 − 5 % 𝑥 𝑙𝑝𝑝)
= 101.42 + (4% x 101.42)
Lwl = 105.477 meter
2. Tentukan Ldisp (Length of Dispacement)
Ldisp = ½ x (Lwl + Lpp)
= ½ x (105.477 + 101.42)
Ldisp = 103.448 meter 1 feet = 0.3048 meter
= Ldisp / 0.3048
= 103.448 / 0.3048
= 339.398 feet

8
Teknik Perkapalan Tugas Rencana Garis
Politeknik Negeri Bengkalis ISMAIL

3. Menentukan harga Vs/√Ldisp guna mencari % luasan per satation dari tabel NSP
Vs/√Ldisp = 12.5 / √103.448 Note: Ldisp dalam satuan feet
= 0.679
4. Tentukan coeffisien Blok Water Line (Cb/δ)
a. Cbdisp = 0.723 note: Cbdisp ditetapkan dari pembacaan grafik NSP yang
Ditarik garis lurus dari harga Vs/√Ldisp
b. Cbpp = (Ldisp x Cb disp) / Lpp
= (103.448 x 0.723)/ 101.42
= 0.737
c. CbWL = (Lpp x Cbpp) / LWL
= (101.42x 0.737) / 105.447
= 0.709
5. Tentukan Coeffisien Midship (Cm/β)
Cm atau β = 0.986 didapatkan pembacaan dari grafik NSP
6. Tentukan Luas Midship (Amid atau AФ)
Amid = (B x T x β )
= (16.4 x 6.74 x 0.0.986 )
Amid = 108.99 M2
7. Menghitung radius bilga pada midship
R = √1/2 x {(B x T)-Amid } / (1- ¼ π)
= √1/2 x {(16.4x6.74)-108.99}/ (1- ¼ π)
= 1.897 M2
8. Tentukan jarak antara station displasment
hdips = Ldisp / 20
= 103.448 / 20
hdips = 5.1724Meter
9. Volume displacement (Vdisp)
Vdisp = Ldisp x B x T x Cbdips
= 103.448 x 16.4 x 6.74 x 0.723
Vdisp = 8267.340 M3

9
Teknik Perkapalan Tugas Rencana Garis
Politeknik Negeri Bengkalis ISMAIL

10. Tentukan prismatik displacement (Cpdips atau φdips)


φWL = Cbwl / Cm
= 0.709 / 0.986
= 0.719
φdips = Vdisp / (Ldisp x Amid) φdips = Cbdisp / Cm
= 8267.340 / (103.448 x 108.99) = 0.723 / 0.986
= 0.737 φdips = 0.737 Pembuktian

φpp = Cbdisp x (Ldisp / Lpp)


= 0.723x (103.448 / 101.42)

= 0.748

Gambar 3.2 lebar kapal

11. Kemudian tentukan % luasan pembuktian dari tabel NSP berdasarkan nilai φdisp
(coeffisien prismatik)
Vs/√ atau φdisp 339.448 feet
hdisp = 5.172 Meter
Setelah kita ketahui data perhitungan awal dari ukuran utama kapal maka data tersebut dapat
kita masukkan ke dalam program Excel sebagai angka acuan yang akan digunakan untuk perhitungan
selanjutnya.

10
Teknik Perkapalan Tugas Rencana Garis
Politeknik Negeri Bengkalis ISMAIL

Untuk persiapan penggambaran pada AutoCad, ada beberapa hal yang perlu kita setting
terlebih dahulu, yaitu acuan unit yang akan kita pakai dalam penggambaran ‘berskala’. Caranya adalah
sebagai berikut:

Setelah masuk pada program AutoCadKlik kanan (Pada mouse) Option

pilih User Preferences, kemudian akan ditampilkan setting menu sebagai berikut:

Gambar 3.3. Mengubah Skala

Karena digunakan skala 1:100 yang berarti 1 meter di lapangan sama dengan 1 Centimeter
pada gambar, maka setting unit yang dipakai adalah milimeter.

Nb:Karena digunakan milimeter sebagai unit acuan maka skala 1 : 100 dalam hitungan,
ketika akan dimasukkan ke AutoCad harus dikalikan 10. (mengubah satuan centimeter ke milimeter).

3.2 Pembuatan Curve of Section Area (CSA)

Caranya adalah mencari e (prosentase area per-station) dengan menggunakan tabel NSP yaitu
dengan cara mengetahui coefisien prismatic, kemudian membuat garis datar dari angka koefisien
prismatic itu dan membuat titik temu antara garis datar tersebut dengan garis b pada tabel NSP,
kemudian ditarik garis vertkal dari titik tersebut dan mendapatkan nilai e dalam persen.

11
Teknik Perkapalan Tugas Rencana Garis
Politeknik Negeri Bengkalis ISMAIL

3.2.1 Membaca Grafik NSP

Sebelum kita memulai menggambar, maka kita harus mengetahui cara membaca dari grafik
NSP. Karena dari grafik ini kita akan mengetahui luasan tiap station pada kapal. Dari perhitungan awal
tadi kita telah mendapatkan besarnya nilai dari Vs/√Ldisp = 0.679, dari nilai itu kita dapat mencari
besarnya persen luasan dari tiap–tiap station pada diagram NSP , dengan cara menetukan  kemudian
ditarik garis mendatar dari nilai  tersebut sehingga akan menemukan titik temu antara garis mendatar
tersebut dengan kurva tiap-tiap station, kemudian dari titik tersebut ditarik garis vertical ke atas dan
akan menemukan besar nilai persen. Setelah itu kita dapat mencari luas tiap station (A) kapal dengan
cara mengalikan antara persen luas (%A) dengan luas Midship Kapal (A).

Selain untuk mencari besar luasan tiap station, dari diagram NSP maka kita juga dapat
menentukan letak LCBdisp, dengan cara menentukan titik perpotongan antara  dengan letak titik tekan
b, kemudian tarik garis vertical ke bawah dan kita akan mendapatkan nilai letak dari titik dalam %
Ldisp.

Gambar 3.4. Grafik NSP

12
Teknik Perkapalan Tugas Rencana Garis
Politeknik Negeri Bengkalis ISMAIL

Table 3.1 Luasan Setiap Station

No Luas
0 0
1 14.000
2 33.000
3 54.000
4 72.000
5 86.000
6 94.000
7 99.000
8 100
9 100
10 100
11 100
12 100
13 100
14 99.300
15 95.500
16 87.000
17 69.000
18 46.000
19 19.000
20 0

3.2.2 Menggambarkan CSA awal pada Ldisp

13
Teknik Perkapalan Tugas Rencana Garis
Politeknik Negeri Bengkalis ISMAIL

CSA merupakan sebuah grafik yang dibentuk antara luas tiap station dengan stationnya.
Dimana sebagai absisnya adalah station dan ordinatnya adalah luas tiap station. Cara pembuatan CSA :

1. Pertama–tama kita membuat suatu garis horizontal dengan panjang Ldisp & membagi panjang
Ldisp/20 serta memberikan tanda, mulai dari kiri kekanan mulai station 0,1,2,3 dst. Skala yang
digunakan adalah 1 : 100 yang mempunyai arti 1 cm dalam gambar mewakili 100 cm pada benda
yang sesungguhnya. Dari data yang diperoleh pada pembacaan grafik NSP berdasarkan Cf, maka
bisa kita gambarkan CSA awal dengan panjang Ldisp :

Curve Section Area (CSA) Awal (%)


150
LUasan (%)

100 Lu
as

50

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Jarak Station (meter)

Gambar 3.5 grafik CSA awal

2. Membuat garis sejajar dibawah garis Ldisp yaitu garis LwL dengan panjangnya adalah Lpp + (3%
x Lpp), tambahan panjang tersebut ditambahkan pada bagian depan dan belakang csa, untuk lebih
jelas lihat gambar dibawah ini :

Gambar 3.6 grafik CSA (LWL)

3. Kemudian membuat garis sajajar dengan garis LwL yaitu garis Lpp (Length between
Perpendiculer) dan membaginya menjadi 20 station (mulai Ap sampai dengan Fp), dengan
catatan station Fp berada pada ujung bagian kanan csa dengan panjang Lwl.

14
Teknik Perkapalan Tugas Rencana Garis
Politeknik Negeri Bengkalis ISMAIL

4. Untuk selanjutnya diperoleh CSA baru dengan patokan Length Between Perpendicular (LPP)
namun dari titik AP ke kiri ada penambahan garis sepanjang 4 % Lpp yang dibagi menjadi 2
station yaitu station A’ dan A.
Penambahan inilah yangdisebut sebagai Cant Part, sedangkan station AP sampai statio FP
adalah Main Part.

Jadi Main Part yang ditambah dengan Cant Part adalah Length of Water Line (LWL ).

5. Membuat table luasan daerah perstation dengan mengukur tinggi tiap-tiap station pada grafik
CSA_Lwl sehingga diperoleh prosentase dari setiap stationnya. Untuk mendapatkan luas tiap
station dengan cara mengalikan presentase dengan Amid (A)

Tabel 3.2 CSA akhir

15
Teknik Perkapalan Tugas Rencana Garis
Politeknik Negeri Bengkalis ISMAIL

Amid Luas (A) Product I


No luasan (%) FS FM Product II
II (I x II)/100 (A x FS)
(Prod I x FM
A 0.0000 108.99 0 0.4 0 -10.80 0

A' 4.2605 108.99 4.64 1.6 7.430 -10.40 -77.267

Ap 8.7840 108.99 9.57 1.4 13.403 -10 -134.030

1 23.7399 108.99 25.87 4 103.495 -9 -931.455

2 44.9625 108.99 49.00 2 98.008 -8 -784.063

3 63.8052 108.99 69.54 4 278.161 -7 -1947.129

4 80.2065 108.99 87.42 2 174.832 -6 -1048.990

5 90.3154 108.99 98.43 4 393.734 -5 -1968.668

6 97.0083 108.99 105.73 2 211.456 -4 -845.823

7 100.0000 108.99 108.99 4 435.954 -3 -1307.862

8 100.0000 108.99 108.99 2 217.977 -2 -435.954

9 100.0000 108.99 108.99 4 435.954 -1 -435.954

10 100.0000 108.99 108.99 2 217.977 0 0.000

11 100.0000 108.99 108.99 4 435.954 1 435.954

12 100.0000 108.99 108.99 2 217.977 2 435.954

13 100.0000 108.99 108.99 4 435.954 3 1307.862

14 98.6093 108.99 107.47 2 214.946 4 859.782

15 93.7191 108.99 102.14 4 408.572 5 2042.861

16 83.4394 108.99 90.94 2 181.879 6 1091.272

17 63.5753 108.99 69.29 4 277.159 1940.113


7
18 39.5293 108.99 43.08 2 86.165 689.318
8

16
Teknik Perkapalan Tugas Rencana Garis
Politeknik Negeri Bengkalis ISMAIL

19 15.1452 108.99 16.51 4 66.026 594.235


9
Fp 0.0000 108.99 0 1 0 0
10
∑1 4913.011 -519.844
∑2
12. Jarak antara station (hdisp)
hLpp = Lpp / 20
= 101.42 / 20
= 5.071 Meter
Vsimp = 1/3 x hLppx ∑1
= 1/3 x 3.300 x 1771.62
= 1948.781936 meter3

Lcbsimp = ∑2 / ∑1 x hLpp
= -835.52 / 1771.62 x 3.300
= - 1.556
13. Koreksi Volume Displacemet
vdisp = 1929.264 M3

𝑉𝑠𝑖𝑚𝑝 −𝑉𝑑𝑖𝑠𝑝
koreksi volume = 𝑥100 %
𝑉𝑑𝑖𝑠𝑝
1948.781936 −1929.264
= 𝑥100 %
1929.264
= 1.01%
Koreksi volume = 1.01% koreksi ini tidak memenuhi sarat karena saratnya <0.5%
14. Koreksi titik tekan memanjang (LCB)
e = -0.82% ( e diperoleh dari grafik NSP a, b, c)
Ldisp = 66.990 (diperoleh dari perhitungan awal)
Lcbdisp = e x Ldisp
= -0.82% x 66.990
Lcbdisp = -0.005
LcbNSP = Lcbdisp
= -0.005

17
Teknik Perkapalan Tugas Rencana Garis
Politeknik Negeri Bengkalis ISMAIL

𝐿𝑐𝑏𝑠𝑖𝑚𝑝 −𝐿𝑐𝑏𝑁𝑆𝑃
Koreksi LCB = 𝑥100%
𝐿𝑝𝑝

−1.556—0.005
= 𝑥100%
66

=-2.35% koreksinya tidak memenuhi karena saratnyna < 1.0 %

CSA AKHIR
120

100

80

60
Ser…
40

20

0
A A' Ap 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19Fp

Gambar 3.7 grafik CSA akhir


15. CARA TRANSFORMASI CSA
Karena koreksi pada CSA akhir koreksinya tidak memenuhi sarat yang ada, maka kita
harus menggunakan kurva CSAnya kita transformasi menggunakan persamaan JOHOW dan
PROHASKA
Menggunakan rumus johow

𝛽
Johow :𝑎 = 𝛿 +𝛽 𝑥100

18
Teknik Perkapalan Tugas Rencana Garis
Politeknik Negeri Bengkalis ISMAIL

0.9735
: 𝑎 = 0.597 +0.9735 𝑥100

a = 61.987

Gambar 3.8 grafik JOHOW

Langkah-langkah penggunaan johow

Pada pembuatan curvae of sectional areas dengan menggunakan metode NSP ini
kadang-kadang letak titik tekan kapal tak dapat diambil seperti yang ditentukan diagram
(lengkung b)

Dalam hal ini dilakukan transmormasi dengan cara sebagai berikut:


1. Pada curve of sectional Areas, gambarkan letak titik keatas memanjang P sesuai hasil NSP
(lengkung b, berjarak dariφdisp) dari letak titik tekan keatas memanjang Q seperti yang
dikehendaki (dengan tinggi sama dengan P)
2. Tinggi titik tekan tersebut diatas secara vertikal dapat ditentukan dengan rumus johow atau
prohaska seperti berikut ini
3. Rumus JOHOW atau PROHASKA
𝛽
Johow :𝑎 = 𝛿 +𝛽 𝑥100
6𝜑 −1
Prohaska: b 𝑏 = 𝑥
6𝜑

X= 1 tinggi CSA dalam scala panjang


19
Teknik Perkapalan Tugas Rencana Garis
Politeknik Negeri Bengkalis ISMAIL

a = jarak titik berat kebagian atas CSA


b = jaak titik berat kebagian dasar CSA
4. Tarik garis tegak melalui P, memotong garis dasar dititk R dengan titik Q (garis RQ)
5. Tarik garis sejajar RQ melalui titik dasar setiap station, dengan melalui titik perpotongan
tiap garis station dengan CSA ditari garis dasar hingga memotong gasi sejajar garis RQ pada
titik potongnya
6. Titik-titik potong terseut selanjutnya dihubungkan dan menjadi CSA yang baru denga titik
tekan keatas Q
7. Selanjutnya CSA yang baru diperiksa volume dan letek titik tekannya. Bila telah memenuhi
sarat (<0.5% untuk volume dan <0.1% untuk letak titik tekan keatas)

20
Teknik Perkapalan Tugas Rencana Garis
Politeknik Negeri Bengkalis ISMAIL

Table 3.3 table JOHOW

Product
luasan Luas (A)
No Amid II FS I FM Product II
(%)
(I x II)/100 (A x FS) (Prod I x FM
A 0 46.962 0.000 0.3 0.000 -10.6 0
A' 2.163 46.962 1.016 1.2 1.219 -10.3 -12.555
Ap 5.719 46.962 2.705 1.3 3.516 -10 -35.159
1 12.318 46.962 5.785 4 23.139 -9 -208.252
2 24.886 46.962 11.687 2 23.374 -8 -186.991
3 38.099 46.962 17.892 4 71.568 -7 -500.977
4 53.171 46.962 24.970 2 49.940 -6 -299.642
5 67.032 46.962 31.480 4 125.918 -5 -629.591
6 79.148 46.962 37.169 2 74.339 -4 -297.356
7 88.528 46.962 41.575 4 166.298 -3 -498.894
8 94.675 46.962 44.461 2 88.923 -2 -177.845
9 98.329 46.962 46.177 4 184.709 -1 -184.709
10 100.000 46.962 46.962 2 93.924 0 0.000
11 100.000 46.962 46.962 4 187.848 1 187.848
12 99.496 46.962 46.725 2 93.451 2 186.901
13 96.623 46.962 45.376 4 181.504 3 544.513
14 89.370 46.962 41.970 2 83.940 4 335.760
15 77.939 46.962 36.602 4 146.407 5 732.034
16 58.880 46.962 27.651 2 53.302 6 331.815
17 37.134 46.962 17.439 4 69.755 7 488.288
18 17.849 46.962 8.382 2 16.764 8 134.116
19 6.721 46.962 3.156 4 12.625 9 113.627
Fp 0 46.962 0.000 1 0.000 10 0.000
∑1 1754.465 ∑2 22.930
16. Jarak antara station (hdisp)
hLpp = Lpp / 20
= 66 / 20
hLpp = 3.300 meter
Vsimp = 1/3 x hLppx ∑1
= 1/3 x 3.300 x 1754.465

21
Teknik Perkapalan Tugas Rencana Garis
Politeknik Negeri Bengkalis ISMAIL

Vsimp = 1929.911 M3
Lcbsimp = ∑2 / ∑1 x hLpp
= 22.930/ 1754.465 x 3.300
= 0.043
17. Koreksi Volume Displacemet
vdisp = 1929.264 M3

𝑉𝑠𝑖𝑚𝑝 −𝑉𝑑𝑖𝑠𝑝
koreksi volume = 𝑥100 %
𝑉𝑑𝑖𝑠𝑝
1929 .911 −1929 .264
= 𝑥100 %
1929 .264

= 0.03%
Koreksi volume = 0.03% koreksi ini memenuhi sarat karena yang ditentukan<0.5%
18. Koreksi titik tekan memanjang (LCB)
e = -0.82% ( e diperoleh dari grafik NSP a, b, c)
Ldisp = 66.990 M (diperoleh dari perhitungan awal)
Lcbdisp = e x Ldisp
= -0.82% x 66.990
Lcbdisp = -0.005
LcbNSP = Lcbdisp
= -0.005
𝐿𝑐𝑏𝑠𝑖𝑚𝑝 −𝐿𝑐𝑏𝑁𝑆𝑃
Koreksi LCB = 𝑥100%
𝐿𝑝𝑝
0.043 − −0.005
= 𝑥100%
66

=0.07% Koreksi LCB 0.07% koreksinya memenuhi karena <0.1%

3.3 Pembuatan A/2T dan B/2


Cara membuat grafik A/2T adalah dengan membandingkan antar A/2T tiap station dengan
stationnya dengan garis absisnya LwL dan garis ordinatnya adalah luas tiap station dibagi dengan 2
kali tinggi kapal. Sedangkan yang perludiperhatikan dimana grafik A/2T tidak boleh melebihi tinggi
atau diatas garis B/2 begitu pula sebaliknya. Grafik A/2T dibuat dengan skala 1 : 100

22
Teknik Perkapalan Tugas Rencana Garis
Politeknik Negeri Bengkalis ISMAIL

Table 3.4 tabel A/2T

No Luas (A)
2T A/2T
A 0 8.04 0.000
A' 1.02 8.04 0.127
Ap 2.70 8.04 0.336
1 5.78 8.04 0.719
2 11.69 8.04 1.454
3 17.89 8.04 2.225
4 24.97 8.04 3.106
5 31.48 8.04 3.915
6 37.17 8.04 4.623
7 41.57 8.04 5.170
8 44.46 8.04 5.530
9 46.18 8.04 5.744
10 46.96 8.04 5.841
11 46.96 8.04 5.841
12 46.73 8.04 5.812
13 45.38 8.04 5.644
14 41.97 8.04 5.220
15 36.60 8.04 4.552
16 27.65 8.04 3.439
17 17.44 8.04 2.169
18 8.38 8.04 1.041
19 3.16 8.04 0.393
Fp 0.00 8.04 0.000

23
Teknik Perkapalan Tugas Rencana Garis
Politeknik Negeri Bengkalis ISMAIL

A/2T

8.000
Luasan%

6.000
4.000 Series1
2.000
0.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Jarak Station

Gambar 3.9 grafik A/2T

19. Menentukan Cpf (coeffisien prismatik Fore)


Cpf = φpp + [(1.4 + φpp) x e] e = letak titik memanjang NSP
= 0.606+[(1.4+0.606)x(-0.82)]
Cpf = 0.590
Cpa = φdisp – [(1.4 + φdisp) x e]
= 0.606 – [(1.4 + 0.606) x (-0.82)]
= 0.622
Jadi nilai Cpf adalah 0.590 dapat diketahui sudut masuk 10o dan ada penambahan 3o, jadi nilai
Cpf adalah 130

24
Teknik Perkapalan Tugas Rencana Garis
Politeknik Negeri Bengkalis ISMAIL

Kemudian menentukan nilai B/2 yang mempunyai persen luas 100% kemudian kita tambahkan
untuk 2 station ke depan dan ke belakang inilah yang dinamakan dengan Paralel Middle Body.
Kemudian dari Paralel Middle Body kita desain sendiri garis melengkung yang stream line yang
berakhir pada station A untuk buritan dan untuk haluan berakhir pada station 20 dan sudut masuk kita
tambahkan kira-kira 5 mm dari FP. Untuk bagian AP, dalam mendesain kita harus benar-benar
memperhatikan luas Engine Room yaitu kira-kira berada mulai dari station A sampai 4. terakhir kali
setelah gambar B/2 terbentuk maka kita akan memperoleh nilai B/2 tiap station dengan cara mengukur
panjang garis vertikal dan dikalikan dengan skalanya. Setelah pengambaran selesai maka diambil data-
data B/2 tiap-tiap station pada grafik tersebut. Misalnya pada station Ap (lihat gambar dibawah ini) :

Tabel 3.5 tabel B/2


25
Teknik Perkapalan Tugas Rencana Garis
Politeknik Negeri Bengkalis ISMAIL

NO B/2 FS B/2XFS

A 0.000 0.3 0.000


A' 1.537 1.2 1.844
Ap 1.816 1.3 2.361
1 2.668 4 10.672
2 3.522 2 7.044
3 4.233 4 16.932
4 4.918 2 9.836
5 5.541 4 22.164
6 5.795 2 11.590
7 5.912 4 23.648
8 6.000 2 12.000
9 6.000 4 24.000
10 6.000 2 12.000
11 6.000 4 24.000
12 5.968 2 11.936
13 5.829 4 23.316
14 5.478 2 10.956
15 4.825 4 19.300
16 3.810 2 7.620
17 2.658 4 10.632
18 1.770 2 3.540
19 0.911 4 3.644
FP 0 1 0.000
S1 = 269.035

Berdasarkan data-data yang diperoleh tersebut, maka dihitung koreksi luas bidang garis
airnya.Toleransi maksimum koreksi Awl adalah 0.5%. Sebelum kita menghitung koreksi Awl,ada
beberapa data perhitungan yang perlu dihitung, yaitu:
26
Teknik Perkapalan Tugas Rencana Garis
Politeknik Negeri Bengkalis ISMAIL

Awl simp =2/3 x hLpp x∑

=2/3 x 3.300 x 269.035

Awl simp =591.877 M2

20. Menentukan Cwl dan Awl


Cwl = 1/3 + ( 2/3 x Cbwl ) Awl = Lwl x B x Cwl
=1/3 + (2/3 x 0.588) =67.98 x 12 x 0.726
2
=0.726 M Awl =591.8642
Koreksi titik tekan memanjang (Lcb)
𝐴𝑤𝑙𝑠𝑖𝑚𝑝 −𝐴𝑤𝑙
Koreksi Awl = 100%
𝐴𝑤𝑙
591.877 −591.8642
= 100%
591 .8642

=0.002
Koreksi Awl = 0.002% koreksinya memenuhi karena <0.5%

Gambar 3.9 grafik B/2,A/2T

3.4 PerencanaanHaluan dan Buritan


Sebelum kita membuat gambar selanjutnya maka kita akan menentukan bentuk dari haluan
dan buritan kapal yang kita rencanakan.

3.5 Perencanaan Haluan Kapal

27
Teknik Perkapalan Tugas Rencana Garis
Politeknik Negeri Bengkalis ISMAIL

Haluan merupakan bagian depan dari kapal, maka langkah pertama yang perlu kita rencanakan
yaitu membuat garis miring 150 yang diukur dari garis tegak FP sepanjang T (sarat). Untuk lebih jelas,
lihat gambar dibawah ini :

Gambar 3.1. Perencanaan Haluan Kapal

3.6 Perencanaan Buritan kapal

28
Teknik Perkapalan Tugas Rencana Garis
Politeknik Negeri Bengkalis ISMAIL

Buritan adalah bagian belakang dari kapal, maka pada perencanaannya ada beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi, untuk lebih jelas lihat gambar dibawah ini :

A A' AP 1 2 3 4 5

Gambar 3.12. Perencanaan Buritan Kapal

3.7 Perencanaan Body Plan

Sebelum kita merencanakan Body Plan, perlu dipahami terlebih dahulu bahwa body plan adalah
proyeksi station-station pada kapal dari pandangan depan. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar
berikut:

Gambar 3.13. Perencanaan Body Plan

29
Teknik Perkapalan Tugas Rencana Garis
Politeknik Negeri Bengkalis ISMAIL

Setelah kita membuat grafik CSA, A/2T dan B/2. kemudian dari grafik itu kita gunakan untuk
merencanakan Body Plan. Langkah-langnya adalah sebagai berikut :

1. Membuat persegi panjang dengan panjang adalah lebar kapal (B) sedangka tingginya adalah sarat
kapal (T). Pada bagian tengah persegi panjang ditarik garis vertikal. Garis vertikal ini diserbut
Center Line (CL)
2. Membuat titik-titik sepanjang sisi atas dari persegi panjang tersebut, yang jaraknya dari center line
adalah b/2 dan A/2T.
3. Mengerjakan setengah bagian dulu dari persegi panjang tersebut (misalnya pada bagian kiri).
Pertama-tama membuat garis sepanjang b/2 pada station AP, selain itu juga membuat garis
sepanjang A/2T pada ststion AP. Kemudian dibuat garis lengkung sehingga luasan yang diaksir
harus sama (luasan a1 = a2) dan luasan keseluruhan harus sama dengan luasan pada tabel
perhitungan tiap-tiap station, begitu juga dengan statio-station lainnya. Untuk lebih jelas lihat
gambar dibawah ini :

Gambar 3.14 body plan

3.8 Perencanaan Half Breath Plan

30
Teknik Perkapalan Tugas Rencana Garis
Politeknik Negeri Bengkalis ISMAIL

Half breadth plan ini merupakan gambar irisan-irisan kapal jika dilihat dari atas, pada setiap
garis air (water line). Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar dibawah ini:

Gambar 3.15. Perencanaan Half Breath Plan


3.9 Membuat Half Breadth Plan
Untuk membuatnya pada kotak Body Plan dibuat garis horizontal yang disebut sebagai garis
water line (WL). Garis–garis ini memiliki ketinggian tertentu yang diukur mulai dari garis dasar pada
Body Plan . Pada kapal ini terdapat 9 water line yaitu : WL 0,0m;WL 0,5m; WL 1,0m ; WL 2,0m; WL
3,0m ; WL 4,0m; WL 5,0m; WL 6,0 WL 7,O m ; dan WL 7,43 m.Selanjutnya diukur jarak tiap kurva
masing-masing station dengan center line untuk tiap water linenya.

Kemudian dari ukuran-ukuran tersebut dibuat grafik atau kurva yang stream line untuk masing
– masing WL. Apabila kurva yang dibuat tidak stream line maka dilakukan perubahan pada Body Plan.
Kurva-kuva ini menggambarkan bentuk separuh kapal yang dilihat dari atas.Pada WL sarat grafik atau
kurvanya akan sama dengan grafik B/2.

3.10 Membuat Sent Line

Membuat Sent Line dengan cara menarik garis diagonal pada kedua sisi Body Plan dimulai
dari center line kesisi bawah center line dan diukur jarak tiap kurva section dengan titk awal garis
diagonal tadi.

Setelah data Sent Line didapat kemudian digambarkan dengan cara mengambar garis lurus
sepanjang LWL yang dibagi persectionnya dan selanjutnya titik- titik itu digambarkan pada tiap section
dengan posisi dibawah garis LWL. Penggambaran garis ini harus secara stream line.

3.11 Perencanaan Buttock Line pada Sheer Plan

31
Teknik Perkapalan Tugas Rencana Garis
Politeknik Negeri Bengkalis ISMAIL

Buttock line adalah garis yang menyatakan bentuk irisan kapal jika dibuat dari samping.
Pembuatannya adalah berdasarkan data pada half breadth plan. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar
di bawah ini:

Gambar 3.16. Perencanaan Buttock Line

3.12 Membuat Buttock Line

32
Teknik Perkapalan Tugas Rencana Garis
Politeknik Negeri Bengkalis ISMAIL

Caranya adalah pertama kita bagi ½ lebar kapal menjadi 4 bagian yang sama baik pada body
plan maupun pada half breadth plan. Lalu dari perpotongan antara garis-garis lurus itu dengan garis-
garis air (water lines), kita proyeksikan ke sheer plan, dengan cara menarik garis lurus ke atas. Garis-
garis vertikal ini jika dipotongkan dengan garis-garis air (water lines) pada sheer plan yang sesuai pada
half bread plan, maka akan terbentuk titik-titik yang jika dihubungkan akan terbentuk buttock line.

Tiap-tiap garis baik pada water line maupun pada buttock line harus mempunyai bentuk yang
fair dan stream line.Jika tidak, maka harus dirubah supaya bisa fair dan stream line. Tentu saja
perubahan ini akan berpengaruh pada bagian-bagian sebelumnya, misalnya merubah body plan.

3.13 Perencanaan Forecastle deck, Poop Deck dan Bulwark

3.13.1 Forecastle deck

Forecastle deck merupakan bangunan yang terletak tepat diatas main deck pada bagian haluan
yang memiliki ketinggian 1,9-2.4 meter diukur dari geladak utama (upper deck side line), sedangkan
untuk panjang dari bangunan ini adalah ≥ 10 %LPP dari FP. Serta diletakkan tepat pada frame/gading.
Pada perencanaan ini, perencana merencanakan :

Panjang Forecastle Deck : 10%LPP

: 10% x 66

: 6.598 Meter

Tinggi Forecastle Deck : 2.2 Meter

Perencanaan Haluan

33 Bulkwark

Fore Castle Deck


Teknik Perkapalan Tugas Rencana Garis
Politeknik Negeri Bengkalis ISMAIL

Gambar 3.17. Perencanaan Forecastle Deck

3.13.2 Bulwark
Bulwark merupakan pagar yang terbuat dari plat yang terletak pada geladak tepi pada upper
deck, forecastle deck dan poop deck yang berfungsi sebagai pembatas untuk sisi kapal pada geladak
paling rendah. Direncanakan setinggi 1000 mm diukur pada geladak terendah.

Perencanaan Haluan

Bulkwark

Fore Castle Deck

17 18 19

Gambar 3.18. Perencanaan Bulkwark

3.13.3 Poop Deck

34
Teknik Perkapalan Tugas Rencana Garis
Politeknik Negeri Bengkalis ISMAIL

Poop deck merupakan bangunan yang terletak diatas main deck pada bagian buritan yang
memilki ketinggian 1,9-2,4 meter diukur dari geladak utama (upper deck side line) sedangkan untuk
panjang dari bangunan ini tidak ditentukan besarnya sehingga direncanakan sepanjang jarak antara
ujung kapal pada bagian buritan sampai pada sekat depan kamar mesin dan ditempatkan tepat pada
frame/gading. Panjang kamar mesin ±15%Lpp. Pada perencanaan ini, perencana merencanakan :

Panjang Poop Deck : 20%LPP

:20% x 66

: 13.2 Meter

Tinggi Poop Deck : 2.3 Meter

A A' AP 1 2 3 4 5

Gambar 3.19. Perencanaan Poop Deck

Geladak Utama, Geladak Akil, Geladak Kimbul, dan Kubu – kubu

35
Teknik Perkapalan Tugas Rencana Garis
Politeknik Negeri Bengkalis ISMAIL

Sudah disebutkan di depan tadi bahwa gambar rencana garis bertujuan untuk mengetahui bentuk
bodi dari kapal yang akan dibangun tidak terkecuali untuk bangunan atas dari kapal tersebut. Sehingga
pada perencanaan awal atau pada rencana garis ini dapat dimungkinkan untuk mendesain rencana atau
rancangan dari bangunan atas kapal yang akan kita buat. Untuk geladak utama, kita dapat membuatnya
lurus atau mengikuti aturan menggunakan sheer standar, dimana perhitungan atau rumus dari sheer
standar ini adalah sebagai berikut:

Di depan midship : a= 5.6 (Lpp/3 + 10) [mm]


b= 22.2 (Lpp/3 + 10) [mm]
c= 50.0 (Lpp/3 + 10) [mm]

Di belakang midship : x= 2.8 (Lpp/3 + 10) [mm]


y= 11.1 (Lpp/3 + 10) [mm]
z= 25.0 (Lpp/3 + 10) [mm]
Apabila di gambar secara melintang maka akan tampak suatu lengkungan pada geladak utama.
Kenaikan lengkungan tersebut pada centerline dinamakan chamber. Ketinggian dari chamber ini adalah
sebesar lebar kapal dibagi 50 atau B/50. Di sini kita bisa melihat ada dua posisi dari geladak utama
tersebut, yaitu pada sisi dan pada titik puncak chamber. Pada sisi kita namakan dengan deck sideline
dan yang pada titik puncak chamber kita namakan deck centerline. Kegunaan dari chamber ini adalah
untuk mengalirkan air apabila air naik sampai ke geladak, sehingga tidak akan ada air yang tergenang di
geladak.

Geladak akil dibuat pada haluan kapal (forecastle deck) dan geladak kimbul dibuat pada buritan
kapal (poop deck). Batas untuk geladak akil adalah pada sekat tubrukan (collision bulkhead) sedangkan
untuk geladak kimbul adalah pada sekat kamar mesin. Pada penggambarannya, digambarkan kelebihan
pelat sisi pada geladak kimbul sebesar 100 – 200 [mm]. hal ini bertujuan untuk memudahkan proses
pengelasan untuk menyambung pelat sisi dengan pelat geladak. Ketinggian kedua geladak ini tidak
sama jika diukur dari geladak utama. Geladak akil lebih tinggi posisinya dibandingkan dengan geladak
kimbul.

36
Teknik Perkapalan Tugas Rencana Garis
Politeknik Negeri Bengkalis ISMAIL

Kubu – kubu atau yang biasanya disebut bulwark adalah tambahan pelat sisi pada deck sideline setinggi
1 meter dengan tujuan agar air laut tidak dapat masuk ke geladak kapal dan juga untuk menjaga supaya
anak buah kapal tidak tercebur ke laut apabila berdiri di pinggir kapal. Pada forecastle deck, bulwark
tidak dibuat penuh karena dapat digantikan oleh rilling. Ketika diteruskan ke forecastle maupun poop
deck, bulwark dibuat melengkung. Hal ini bertujuan supaya pelat tidak mengalami keretakan pada saat
kapal mengalami rolling muapun pitching.

37

Anda mungkin juga menyukai