Anda di halaman 1dari 53

PANDUAN

KETERAMPILAN KLINIK DASAR


(K K D)
( untuk Kalangan Sendiri )
Internal

SEMESTER

3
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2019
2 |KKD-3 FKUC

DAFTAR ISI

Halaman Judul .............................................................................................................. 1


Daftar Isi ....................................................................................................................... 2

METERI 1
1. Penilaian Saraf Pusat
a. Pengantar ………………………………………..……………………………... 4
b. Teknik Pemeriksaan …………………………………………………………… 10
c. Checklist Pemeriksaan ………………………………………………………… 19

METERI 2
2. Pemeriksaan Muskuloskeletal dan Range of Motion
a. Pengantar ………………………………………..……………………………... 23
b. Teknik Pemeriksaan …………………………………………………………… 32
c. Checklist Pemeriksaan ………………………………………………………… 36

METERI 3
3. Pemasangan Fisik Thoraks Dasar
a. Pengantar ………………………………..……………………………………... 39
b. Teknik Pemeriksaan …………………………………………………………… 45
c. Checklist Pemeriksaan ………………………………………………………… 51
KKD-3 FKUC |3

PEMERIKSAAN SARAF PUSAT

Tujuan Umum :
Setelah mengikuti pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa memiliki keterampilan untuk melakukan
Pemeriksaan Saraf Pusat

Tujuan Khusus :
1. Melakukan Pemeriksaan Nervus Olfaktorius (N I)
2. Melakukan Pemeriksaan Nervus Optikus (N II)
3. Melakukan Pemeriksaan Nervi Okularis (N III, IV, VI)
4. Melakukan Pemeriksaan Nervus Trigeminus (N V)
5. Melakukan Pemeriksaan Nervus Facialis (N VII)
6. Melakukan Pemeriksaan Nervus Akustikus (N VIII)
7. Melakukan Pemeriksaan Nervus Glosofaringeus (N IX)
8. Melakukan Pemeriksaan Nervus Vagus (N X)
9. Melakukan Pemeriksaan Nervus Aksesorius (N XI)
10. Melakukan Pemeriksaan Nervus Hipoglossus (N XII)

Alat, Bahan dan Media Pembelajaran :


1. Palu Refleks 5. Wadah berlebel air gula, air garam, air
2. Set Garputala jeruk nipis (asam), air buah pare (pahit)
3. Laryngoscope 6. Senter / Pen Light
4. Wadah berisi bubuk kopi, tembakau, 7. Wadah berlabel : air hangat
minyak kayu putih 8. Kapas dipilin ujungnya

Gambar 1.
Lokasi nervi
cranialis
4 |KKD-3 FKUC

A. PENGANTAR

Dua belas pasang nervi cranialis menghubungkan end organ dengan pusat sistem saraf. Sistem saraf
ini menerima informasi dari dunia luar termasuk dari viscera. Fungsi motorik yang diatur oleh nervi
cranialis ditujukan pada pengaturan fungsi organ-organ khusus, yaitu vokalisasi, mastikasi, gerakan
menelan makanan dan kontrol reflek pernafasan dan visceral.

Implikasi fisiologis dan anatomis dari gangguan fungsi nervi cranialis sangat penting dalam diagnosis
klinik. Beberapa teknik pemeriksaan khusus digunakan untuk memeriksa fungsi nervus ini. Berikut
ini teknik pemeriksaan 12 nervi cranialis.

A.1 NERVUS OLFAKTORIUS (N I)

Nervus olfaktorius tersusun atas sel-sel nervus olfaktorius yang terdapat pada mukosa rongga
hidung bagian atas. Serabut saraf yang keluar dari badan sel saraf ini membentuk 20 berkas
serabut saraf pada setiap sisi rongga hidung. Serabut-serabut ini menembus lamina kribriformis
ossis ethmoidalis dan serabut-serabut sarafnya bersinaps di neuron-neuron bulbus olfaktorius.
Terdapat dua jenis sel yang menyusun bulbus olfaktorius yaitu sel mitral dan sel berjambul (tufted
cells). Serabut-serabut saraf yang keluar dari kedua jenis sel tersebut membentuk berkas saraf
yang disebut traktus olfaktorius.

Gambar 2. Epitel olfaktorius

Sensasi bau timbul akibat hantaran impuls oleh serabut-serabut saraf yang keluar dari badan
sel mitral ke korteks lobus piriformis dan amigdala, sedangkan sel berjambul menghantarkan
impuls olfaktorik ke hipotalamus untuk membangkitkan reflek olfaktorik- kinetik, yaitu
timbulnya salivasi akibat mencium bau tertentu.
KKD-3 FKUC |5

A.2 NERVUS OPTIKUS (N II)

Nervus optikus tersusun atas serabut-serabut axon saraf yang berasal dari sel-sel ganglionik di
retina. Axon saraf yang berasal dari sel-sel saraf tersebut bersinaps dengan serabut-serabut dendrit
sel-sel saraf pada area corpus geniculatum lateralis, pulvinar dan collilus superior membentuk
pusat visual primer.

Axon saraf yang berasal dari sel-sel saraf pada corpus geniculatum lateralis, pulvinar dan collilus
superior membawa impuls ke pusat visual di korteks yang terletak pada cuneus. Perjalanan
serabut saraf yang membentuk nervus optikus dapat dilihat pada skema berikut ini.

Gambar 3. Skema Lintasan Nervus Optikus (kiri) dan ganggua lapang pandang
6 |KKD-3 FKUC

A.3 PEMERIKSAAN NERVI OKULARIS, (N III, IV, VI)

Nervus okularis terdiri dari dua komponen dengan fungsi yang berbeda, yaitu:
1. Motor Somatik, menginervasi empat dari enam otot-otot ekstraokular dan muskulus levator
palpebra superior. Komponen ini berfungsi mengontrol kontraksi otot ekstraokuler dalam
melihat dan fiksasi objek penglihatan.
2. Motor viseral, memberikan inervasi parasimpatis pada muskulus konstriktor pupil dan
muskulus siliaris. Komponen ini bertanggungjawab dalam refleks akomodasi pupil sebagai
respon terhadap cahaya.

Pemeriksaan nervi okularis meliputi tiga hal yaitu:


1. Pemeriksaan gerakan bola mata
2. Pemeriksaan kelopak mata
3. Pemeriksaan pupil.

A.4 PEMERIKSAAN NERVUS TRIGEMINUS (N V)

Nervus trigeminus merupakan nervus cranialis V berfungsi menginervasi bagian muka dan
kepala. Nervus ini mempunyai 3 cabang, yaitu cabang yang menginervasi dahi dan mata
(ophthalmic V1), pipi (maxillary V2), dan muka bagian bawah dan dagu (mandibular V3).
Ketiga cabang nervus V ini bertemu pada satu area yang disebut ganglion Gasery, yang
selanjutnya menuju batang otak melalui pons menuju badan-badan sel nukleus nervi trigemini.
Dari sini informasi yang diterima diolah untuk selanjutnya dikirim ke korteks serebri untuk
menimbulkan kesadaran akan sensasi fasial.

Gambar 4. Skema N. Trigeminus dan area inervasinya.

Nervus trigeminus bertanggungjawab terhadap sensasi raba, nyeri, dan temperatur pada muka.
Selain itu nervus ini juga mengontrol gerakan otot yang berperan dalam mengunyah makanan.
Perlu diingat bahwa nervus ini tidak berperan dalam pengaturan gerakan wajah yang diatur oleh
nervus VII.

A.5 PEMERIKSAAN NERVUS FACIALIS (N VII)

Nervus facialis (N VII) mempunyai komponen somatosensorik eferen dan aferen dengan fungsi
yang dapat dibedakan, yaitu:
1. Branchial motor (special visceral efferent), yang menginervasi otot-otot fasialis, otot digastrik
bagian belakang, otot stylohyoideus dan stapedius.
KKD-3 FKUC |7

2. Viseral motor (general visceral efferent), yang memberikan inervasi parasimpatik pada
kelenjar lakrimal, submandibular dan sublingual; serta mukosa menginervasi mukosa
nasofaring, palatum durum dan mole.
3. Sensorik khusus (special afferent), yaitu memberikan sensasi rasa pada 2/3 anterior lidah dan
inervasi palatum durum dan mole.
4. Sensorik umum (general somatic afferent), menimbulkan sensasi kulit pada konka, auricula
dan area di belakang telinga.

Serabut syaraf yang membentuk branchial motor merupakan komponen N. VII yang paling
dominan, sedangkan ketiga komponen serabut lainnya menggabung menjadi satu terpisah dari
branchial motor. Gabungan dari ketiga serabut terakhir membentuk nervus intermedius.

Gambar 5. Skema Serabut eferen dan aferen N. Facialis

A.6 PEMERIKSAAN NERVUS AKUSTIKUS (NVIII)

Nervus akustikus (N VIII) terdiri dari dua berkas syaraf, yaitu:


1. Nervus kokhlearis yang bertanggungjawab menghantarkan impuls pendengaran.
2. Nervus vestibularis yang bertanggung jawab menghantarkan impuls keseimbangan.

Gambar. 6 Nervus vestibulokokhlearis


8 |KKD-3 FKUC

A.7 PEMERIKSAAN NERVUS GLOSOFARINGEUS (N IX)

Nervus Glosofaringeus terdiri dari serabut-serabut motorik dan sensorik. Serabut motoriknya
sebagian bersifat somatomotorik dan sebagian lainnya bersifat sekretomotorik.

Gambar 7. Nervus Glosofaringeus

A.8 PEMERIKSAAN NERVUS VAGUS (N X)

Nervus vagus terdiri dari 5 komponen dengan fungsi yang berbeda. Kelima komponen tersebut
adalah:
1. Branchial motor (eferen viseral khusus) yang bertanggung jawab terhadap koordinasi otot-
otot volunter faring, sebagian besar laring, dan salah satu otot ekstrinsik lidah.
2. Viseral motor (eferent viseral umum) yang bertanggung jawab terhadap inervasi parasimpatik
otot-otot dan kelenjar faring, laring, dan viseral thoraks dan abdomen.
3. Viseral sensori (eferen viseral umum) yang memberikan informasi sensorik viseral dari laring,
esophagus, trachea, dan visera abdominal dan thorakal, serta membawa informasi dari
reseptor tekanan dan kemoreseptor aorta.
4. Sensori umum (aferen somatik umum), memberikan informasi sensorik umum dari kulit
belakang daun telinga, meatus acusticus eksterna, permukaan luar membrana tympani dan
faring.
5. Sensori khusus, merupakan cabang minor dari nervus vagus yang bertanggungjawab
menimbulkan sensasi rasa dari daerah epiglotis.
KKD-3 FKUC |9

Gambar 8. Nervus Vagus

A.8 PEMERIKSAAN NERVUS AKSESORIUS (N XI)

Nervus aksesorius tersusun atas komponen kranial dan spinal yang merupakan serabut motorik.
Kedua komponen tersebut menginervasi otot yang berbeda, yaitu:
1. Branchial motor (komponen kranial) yang bertanggung jawab memberikan inervasi otot-otot
laring dan faring.
2. Branchial motor (komponen spinal) yang bertanggung jawab memberikan inervasi otot-otot
trapezius dan sternokleidomastoideus.

Gambar 9. Nervus Asesorius


10 | K K D - 3 FKUC

A.9 PEMERIKSAAN NERVUS HIPOGLOSSUS (N XII)

Nervus hipoglosus hanya mempunyai satu komponen motor somatik. Nervus ini menginervasi
semua otot intrinsik dan sebagian besar otot ekstrinsik lidah (genioglosus, styloglosus dan
hyoglosus).

Gambar 10. Epitel olfaktorius

Sensasi bau timbul akibat hantaran impuls oleh serabut-serabut saraf yang keluar dari badan
sel mitral ke korteks lobus piriformis dan amigdala, sedangkan sel berjambul menghantarkan
impuls olfaktorik ke hipotalamus untuk membangkitkan reflek olfaktorik- kinetik, yaitu
timbulnya salivasi akibat mencium bau tertentu.

B. TEKNIK PEMERIKSAAN

B.1 PEMERIKSAAN NERVUS OLFAKTORIUS (N I)

Prosedur Pemeriksaan :
1. Memberitahukan kepada penderita bahwa daya penciumannya akan diperiksa.
2. Melakukan pemeriksaan untuk memastikan tidak ada sumbatan atau kelainan pada rongga
hidung.
3. Meminta penderita untuk menutup salah satu lubang hidung.
4. Meminta penderita untuk mencium bau-bauan tertentu (misalnya: ekstrak kopi, ekstrak
jeruk, vanili, atau tembakau) melalui lubang hidung yang terbuka.
5. Meminta penderita menyebutkan jenis bau yang diciumnya.
KKD-3 FKUC | 11

Gambar 11. Pemeriksaan N I

Syarat Pemeriksaan :
• Jalan nafas harus dipastikan bebas dari penyakit.
• Bahan yang dipakai harus dikenal oleh penderita.
• Bahan yang dipakai bersifat non iritating. Catatan:
• Bahan yang cepat menguap tidak boleh digunakan dalam pemeriksaan ini sebab bahan
tersebut dapat merangsang nervus trigeminus (N V) dan alat-alat pencernaan.

Interpretasi Hasil Pemeriksaan :


• Terciumnya bau-bauan secara tepat menandakan fungsi nervus olfaktorius kedua sisi adalah
baik.
• Hilangnya kemampuan mengenali bau-bauan (anosmia) yang bersifat unilateral tanpa
ditemukan adanya kelainan pada rongga hidung merupakan salah satu tanda yang mendukung
adanya neoplasma pada lobus frontalis cerebrum.
• Anosmia yang bersifat bilateral tanpa ditemukan adanya kelainan pada rongga hidung
merupakan salah satu tanda yang mendukung adanya meningioma pada cekungan olfaktorius
pada cerebrum. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat dari trauma ataupun pada meningitis. Pada
orang tua dapat terjadi gangguan fungsi indra penciuman ini dapat terjadi tanpa sebab yang
jelas. Gangguan ini dapat berupa penurunan daya pencium (hiposmia). Bentuk gangguan
lainnya dapat berupa kesalahan dalam mengenali bau yang dicium, misalnya minyak kayu
putih tercium sebagai bawang goreng, hal ini disebut parosmia.
• Selain keadaan di atas dapat juga terjadi peningkatan kepekaan penciuman yang disebut
hiperosmia, keadaan ini dapat terjadiakibat trauma kapitis, tetapi kebanyakan hiperosmia
terkait dengan kondisi psikiatrik yang disebut konversi histeri. Sensasi bau yang muncul tanpa
adanya sumber bau disebut halusinasi olfaktorik. Hal ini dapat muncul sebagai aura pada
epilepsi maupun pada kondisi psikosis yang terkait dengan lesi organik pada unkus.

B.2 PEMERIKSAAN NERVUS OPTIKUS (N II)

Fungsi nervus optikus dapat di periksa dengan beberapa teknik pemeriksaan. Pada bagian ini akan
dibatasi pada pemeriksaan visus dan lapangan pandang (visual field) sedangkan funduskopi akan
dilatihkan pada semester berikutnya.

Prosedur Pemeriksaan :
1. PEMERIKSAAN DAYA PENGLIHATAN (VISUS)
Pemeriksaan visus pada bagian neurologi pada umumnya tidak dikerjakan menggunakan
kartu Snellen tetapi dengan melihat kemampuan penderita dalam mengenali jumlah jari-jari,
gerakan tangan dan sinar lampu.
12 | K K D - 3 FKUC

Prosedur :
1. Memberitahukan kepada penderita bahwa akan diperiksa daya penglihatannya.
2. Memastikan bahwa penderita tidak mempunyai kelainan pada mata misalnya, katarak,
jaringan parut atau kekeruhan pada kornea, peradangan pada mata (iritis, uveitis),
glaukoma, korpus alienum.
3. Pemeriksa berada pada jarak 1- 6 meter dari penderita.
4. Meminta penderita untuk menutup mata sebelah kiri untuk memeriksa mata sebelah
kanan.
5. Meminta penderita untuk menyebutkan jumlah jari pemeriksa yang diperlihatkan
kepadanya.
6. Jika penderita tidak dapat menyebutkan jumlah jari dengan benar, maka pemeriksa
menggunakan lambaian tangan dan meminta penderita menentukan arah gerakan tangan
pemeriksa.
7. Jika penderita tidak dapat menentukan arah lambaian tangan, maka pemeriksa
menggunakan cahaya lampu senter dan meminta penderita untuk menunjuk asal cahaya
yang disorotkan ke arahnya.
8. Menentukan visus penderita.
9. Melakukan prosedur yang sama untuk mata sebelah kiri.

2. PEMERIKSAAN LAPANGAN PANDANG


Pemeriksaan lapangan pandang bertujuan memeriksa batas-batas penglihatan bagian perifer.
Pemeriksaan ini dapat dikerjakan dengan 3 teknik, yaitu:
1. Test konfrontasi dengan tangan
2. Test dengan kampimeter
3. Test dengan perimeter.

Dalam latihan pemeriksaan nervus cranialis ini jenis test pertama yang akan dilatihkan..

Prosedur pemeriksaan lapangan pandang (test konfrontasi dengan tangan)


1. Meminta penderita duduk berhadapan dengan pemeriksa pada jarak 1 meter.
2. Meminta penderita menutup mata kirinya dengan tangan untuk memeriksa mata kanan.
3. Meminta penderita melihat hidung pemeriksa
4. Pemeriksa menggerakkan jari tangannya dari samping kanan ke kiri dan dari atas ke
bawah.
5. Meminta penderita untuk mengatakan bila masih melihat jari-jari tersebut.
6. Menentukan hasil pemeriksaan.
7. Mengulangi prosedur pemeriksaan untuk mata sebelah kiri dengan menutup mata sebelah
kanan.

Gambar 12. Test konfrontasi


KKD-3 FKUC | 13

Jenis-jenis kelainan lapangan pandang (visual field defect) :


• Total blindness : tidak mampu melihat secara total.
• Hemianopsia : tidak mampu melihat sebagian lapangan pandang (temporal; nasal;
bitemporal; binasal)
• Homonymous hemianopsia
• Homonymous quadrantanopsia

B.3 PEMERIKSAAN NERVI OKULARIS, (N III, IV, VI)

Prosedur Pemeriksaan :
1. Memberitahukan penderita bahwa akan dilakukan pemeriksaan terhadap gerakan bola
matanya.
2. Memeriksa ada tidaknya gerakan bola mata di luar kemauan penderita (nistagmus).
3. Meminta penderita untuk mengikuti gerakan tangan pemeriksa yang digerakkan ke segala
jurusan.
4. Mengamati ada tidaknya hambatan pada pergerakan matanya (hambatan dapat terjadi pada
salah satu atau kedua mata).
5. Meminta penderita untuk menggerakkan sendiri bola matanya.

Gambar 13. Nervi Okularis (N III, N IV dan N VI)

Gambar 14. Pemeriksaan gerakan bola mata

Prosedur pemeriksaan kelopak mata :


1. Meminta penderita untuk membuka kedua mata dan menatap kedepan selama satu menit.
14 | K K D - 3 FKUC

2. Meminta penderita untuk melirik ke atas selama satu menit.


3. Meminta penderita untuk melirik ke bawah selama satu menit.
4. Pemeriksa melakukan pengamatan terhadap celah mata dan membandingkan lebar celah mata
(fisura palpebralis) kanan dan kiri.
5. Mengidentifikasi ada tidaknya ptosis, yaitu kelopak mata yang menutup.

Gambar 15. Pemeriksaan kelopak mata

Prosedur pemeriksaan pupil :


1. Melihat diameter pupil penderita (normal 3 mm).
2. Membandingkan diameter pupil mata kanan dan kiri (isokor atau anisokor).
3. Melihat bentuk bulatan pupil teratur atau tidak.
4. Memeriksa refleks pupil terhadap cahaya direk :
5. Menyorotkan cahaya ke arah pupil lalu mengamati ada tidaknya miosis dan mengamati
apakah pelebaran pupil segera terjadi ketika cahaya dialihkan dari pupil.
6. Memeriksa refleks pupil terhadap cahaya indirek :
7. Mengamati perubahan diameter pupil pada mata yang tidak disorot cahaya ketika mata yang
satunya mendapatkan sorotan cahaya langsung.

Gambar 16. Pemeriksaan refleks pupil

8. Memeriksa refleks akomodasi pupil.


9. Meminta penderita melihat jari telunjuk pemeriksa pada jarak yang agak jauh.
10. Meminta penderita untuk terus melihat jari telunjuk pemeriksa yang digerakkan mendekati
hidung penderita.
11. Mengamati gerakan bola mata dan perubahan diameter pupil penderita (pada keadaan normal
kedua mata akan bergerak ke medial dan pupil menyempit).

B.4 PEMERIKSAAN NERVUS TRIGEMINUS (N V)

Prosedur Pemeriksaan :
Pemeriksaan N V meliputi pemeriksaan motoric dan sensorik. Adapun prosedur pemeriksaannya
adalah sebagai berikut :
KKD-3 FKUC | 15

1. Pemeriksaan fungsi motorik :


a. Meminta penderita untuk merapatkan gigi sekuat kuatnya.
b. Pemeriksa mengamati muskulus masseter dan muskulus temporalis (normal : kekuatan
kontraksi sisi kanan dan kiri sama).
c. Meminta penderita untuk membuka mulut.
d. Pemeriksa mengamati apakah dagu tampak simetris dengan acuan gigi seri atas dan
bawah (apabila ada kelumpuhan, dagu akan terdorong ke arah lesi).

Gambar 17. Pemeriksaan kekuatan muskulus masseter dan muskulus temporalis

2. Pemeriksaan fungsi sensorik :


a. Melakukan pemeriksaan sensasi nyeri dengan jarum pada daerah dahi, pipi, dan rahang
bawah.
b. Melakukan pemeriksaan sensasi suhu dengan kapas yang dibasahi air hangat pada daerah
dahi, pipi, dan rahang bawah.

3. Melakukan pemeriksaan refleks kornea :


• Menyentuh kornea dengan ujung kapas (normal penderita akan menutup mata/ berkedip).

Gambar 18. Pemeriksaan refleks kornea

4. Melakukan pemeriksaan refleks masseter :


a. Meminta penderita untuk sedikit membuka mulutnya.
b. Meletakkan jari telunjuk kiri pemeriksa di garis tengah dagu penderita.
c. Mengetok jari telunjuk kiri pemeriksa dengan jari tengah tangan kanan pemeriksa atau
dengan palu refleks.
d. Mengamati respon yang muncul : kontraksi muskulus masseter dan mulut akan menutup.
16 | K K D - 3 FKUC

Gambar 19. Pemeriksaan refleks masseter

B.5 PEMERIKSAAN NERVUS FACIALIS (N VII)

Pemeriksaan fungsi nervus VII meliputi:


1. Pemeriksaan motorik nervus fasialis
2. Pemeriksaan viserosensorik dan viseromotorik nervus intermedius.

Prosedur Pemeriksaan :
1. Pemeriksaan motorik
a. Meminta penderita untuk duduk dengan posisi istirahat (rileks).
b. Pemeriksa mengamati muka penderita bagian kiri dan kanan apakah simetris atau tidak.
c. Pemeriksa mengamati lipatan dahi, tinggi alis, lebar celah mata, lipatan kulit nasolabial
dan sudut mulut.
d. Meminta penderita menggerakkan mukanya dengan cara sbb:
• Mengerutkan dahi, bagian yang lumpuh lipatannya tidak dalam.
• Mengangkat alis.
• Menutup mata dengan rapat, lalu pemeriksa mencoba membuka dengan tangan.
• Memoncongkan bibir atau nyengir.

Gambar 20. Pemeriksaan motorik N. VII


KKD-3 FKUC | 17

2. Pemeriksaan viseromotorik (parasimpatis)


a. Memeriksa kondisi kelenjar lakrimalis, basah atau kering
b. Memeriksa kelenjar sublingualis
c. Memeriksa mukosa hidung dan mulut.

3. Pemeriksaan sensorik
a. Meminta pemeriksa menjulurkan lidah.
b. Meletakkan gula, asam garam, atau sesuatu yang pahit pada sebelah kiri dan kanan dari
2/3 bagian depan lidah.
c. Meminta penderita untuk menuliskan apa yang dirasakannya pada secarik kertas.

Catatan: Pada saat dilakukan pemeriksaan hendaknya:


• Lidah penderita terus menerus dijulurkan keluar
• Penderita tidak diperkenankan bicara
• Penderita tidak diperkenankan menelan

B.6 PEMERIKSAAN NERVUS AKUSTIKUS (NVIII)

Prosedur Pemeriksaan :
Prosedur pemeriksaan nervus akustikus/vestibulokokhlearis (N. VIII) Pemeriksaan nervus.VIII
meliputi :
1. Pemeriksaan fungsi pendengaran
2. Pemeriksaan fungsi vestibular

1. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran.


❖ Pemeriksaan Rinne :
• Tujuan untuk membandingkan pendengaran melalui tulang dan udara dari penderita.
• Pada telinga sehat, pendengaran melalui udara di dengar lebih lama daripada melalui
tulang.
• Garputala ditempatkan pada planum mastoid sampai penderita tidak dapat
mendengarnya lagi, kemudian garpu tala dipindahkan ke depan meatus eksternus. Jika
pada posisi yang kedua ini masih terdengar dikatakan tes positif, pada orang normal
atau tuli persepsi, tes Rinne ini positif. Pada tuli konduksi tes Rinne negatif.
❖ Pemeriksaan Weber :
• Tujuan untuk membandingkan daya transport melalui tulang di telinga kanan dan kiri
penderita.
• Garputala diletakkan di dahi penderita. Pada keadaan normal kiri dan kanan sama
keras (penderita tidak dapat menentukan di mana yang lebih keras).
• Bila terdapat tuli konduksi di sebelah kiri, misal oleh karena otitis media, pada tes
Weber terdengar kiri lebih keras. Bila terdapat tuli persepsi di sebelah kiri, maka tes
Weber terdengar lebih keras di kanan.
❖ Pemeriksaan Schwabach :
• Tujuan membandingkan hantaran tulang penderita dengan hantaran tulang pemeriksa
(dengan anggapan pandengaran pemeriksa adalah baik)
• Garputala yang telah digetarkan ditempatkan di prosesus mastoideus penderita. Bila
penderita sudah tidak mendengar lagi suara garputala tersebut, maka segera garputala
dipindahkan ke prosesus mastoideus pemeriksa.
• Bila hantaran tulang penderita baik, maka pemeriksa tidak akan mendengar suara
mendenging lagi. Keadaan ini dinamakan Schwabach normal.
• Bila hantaran tulang si penderita kurang baik, maka pemeriksa masih mendengar suara
getaran garputala tersebut. Keadaan ini dinamakan Schwabach memendek.
18 | K K D - 3 FKUC

2. Pemeriksaan Fungsi Keseimbangan


a. Pemeriksaan dengan Tes Kalori :
• Bila telinga kiri dimasukkan air dingin timbul nistagmus ke kanan. Bila telinga kiri
dimasukkan air hangat akan timbul nistagmus ke kiri.
• Bila ada gangguan keseimbangan, maka perubahan temperatur air dingin dan hangat
ini tidak menimbulkan reaksi.
b. Pemeriksaan dengan Past Ponting Test :
Penderita diminta untuk menyentuh ujung jari pemeriksa dengan jari telunjuknya,
kemudian dengan mata tertutup penderita diminta untuk mengulangi, normal penderita
harus dapat melakukannya.

B.7 PEMERIKSAAN NERVUS GLOSOFARINGEUS (N IX)

Prosedur Pemeriksaan :
1. Penderita diminta untuk membuka mulutnya.
2. Dengan penekan lidah, lidah hendaknya ditekan ke bawah, sementara itu penderita diminta
untuk mengucapkan ’a-a-a’ panjang.
3. Maka akan tampak bahwa langit-langit yang sehat akan bergerak ke atas. Lengkung langit-
langit di sisi yang sakit tidak akan bergerak ke atas.
4. Adanya gangguan pada m. stylopharingeus, maka uvula tidak simetris tetapi tampak miring
tertarik ke sisi yang sehat.
5. Adanya gangguan sensibilitas, maka jika dilakukan perabaan pada bagian belakang lidah
atau menggores dinding pharyng kanan dan kiri, refleks muntah tidak terjadi.

B.8 PEMERIKSAAN NERVUS VAGUS (N X)

Prosedur Pemeriksaan :
1. Buka mulut penderita, bila terdapat kelumpuhan maka akan terlihat uvula tidak di tengah
tetapi tampak miring tertarik ke sisi yang sehat.
2. Refleks faring / refleks muntah tidak ada.
3. Untuk memeriksa plica vokalis diperlukan laryngoscope. Bila terdapat kelumpuhan satu sisi
pita suara, maka pita suara tersebut tidak bergerak sewaktu fonasi atau inspirasi dan pita
suara akan menjadi atonis dan lama kelamaan atopi, suara penderita menjadi parau.
4. Bila kedua sisi pita suara mengalami kelumpuhan, maka pita suara itu akan berada di garis
tengah dan tidak bergerak sama sekali sehingga akan timbul afoni dan stridor inspiratorik.

B.9 PEMERIKSAAN NERVUS AKSESORIUS (N XI)

Prosedur pemeriksaan :
1. Untuk mengetahui adanya paralisis m. sternokleidomastoideus :
a. Penderita diminta menolehkan kepalanya kearah sisi yang sehat, kemudian kita raba m.
sternokleidomastoideus.
b. Bila terdapat paralisis N. XI di sisi tersebut, maka akan teraba m. sternokleidomastoideus
itu tidak menegang.
2. Untuk mengetahui adanya paralisis m. trapezius : Pada inspeksi akan tampak :
a. Bahu penderita di sisi yang sakit adalah lebih rendah daripada di sisi yang sehat.
b. Margo vertebralis skapula di sisi yang sakit tampak lebih ke samping daripada di sisi yang
sehat.
KKD-3 FKUC | 19

B.10 PEMERIKSAAN NERVUS HIPOGLOSSUS (N XII)

Prosedur Pemeriksaan :
Kelumpuhan pada N. Hipoglossus akan menimbulkan gangguan pergerakan lidah.
1. Akibat gangguan pergerakan lidah, maka perkataan-perkataan tidak dapat diucapkan dengan
baik, disebut dengan disartria.
2. Dalam keadaan diam, lidah tidak simetris, biasanya bergeser ke daerah sehat karena tonus di
sini menurun.
3. Bila lidah dijulurkan, lidah akan berdeviasi ke sisi sakit.

C. CHECLIST PENILAIAN

C.1 PEMERIKSAAN NERVUS OLFAKTORIUS (N I)

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan dan
persetujuan tindakan (informed consent)

II Pemeriksaan Nervus Olfaktorius (N I)


3 Memberitahukan kepada penderita bahwa daya penciumannya akan
diperiksa.
4 Melakukan pemeriksaan untuk memastikan tidak ada sumbatan atau
kelainan pada rongga hidung.
5 Meminta penderita untuk menutup salah satu lubang hidung.
6 Meminta penderita untuk mencium bau-bauan tertentu (misalnya: ekstrak
kopi, ekstrak jeruk, vanili, atau tembakau) melalui lubang hidung yang
terbuka.
7 Meminta penderita menyebutkan jenis bau yang diciumnya.
8 Pemeriksaan yang sama dilakukan juga untuk lubang hidung yang satunya.
9 Melaporkan hasil pemeriksaan n. olfaktorius.

III Profesionalisme
10 Melakukan dengan penuh percaya diri
11 Melakukan dengan kesalahan minimal

Jumlah Skor

Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
22
20 | K K D - 3 FKUC

C.2 PEMERIKSAAN NERVUS OPTIKUS (N II)

1. PEMERIKSAAN DAYA PENGLIHATAN (VISUS)

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan dan
persetujuan tindakan (informed consent)

II Pemeriksaan Nervus Optikus (N II)


3 Memberitahukan kepada penderita bahwa akan diperiksa daya
penglihatannya.
4 Memastikan bahwa penderita tidak mempunyai kelainan pada mata
misalnya, katarak, jaringan parut atau kekeruhan pada kornea, peradangan
pada mata ( iritis, uveitis), glaukoma, korpus alienum
5 Pemeriksa berada pada jarak 1- 6 meter dari penderita.
6 Meminta penderita untuk menutup mata sebelah kiri untuk memeriksa mata
sebelah kanan.
7 Meminta penderita untuk menyebutkan jumlah jari pemeriksa
yang diperlihatkan kepadanya.
8 Jika penderita tidak dapat menyebutkan jumlah jari dengan benar, maka
pemeriksa menggunakan lambaian tangan dan meminta penderita
menentukan arah gerakan tangan pemeriksa.
9 Jika penderita tidak dapat menentukan arah lambaian tangan, maka
pemeriksa menggunakan cahaya lampu senter dan meminta penderita untuk
menunjuk asal cahaya yang disorotkan ke arahnya.
10 Menentukan visus penderita.
11 Melakukan prosedur yang sama untuk mata sebelah kiri.
12 Melaporkan hasil pemeriksaan daya penglihatan.

III Profesionalisme
13 Melakukan dengan penuh percaya diri
14 Melakukan dengan kesalahan minimal

Jumlah Skor

Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
28
KKD-3 FKUC | 21

2. PEMERIKSAAN LAPANGAN PANDANG

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan dan
persetujuan tindakan (informed consent)

II Pemeriksaan Lapang Pandang


Test konfrontasi dengan tangan
3 Meminta penderita duduk berhadapan dengan pemeriksa pada jarak 1
meter.
4 Meminta penderita menutup mata kirinya dengan tangan untuk memeriksa
mata kanan.
5 Meminta penderita melihat hidung pemeriksa
6 Pemeriksa menggerakkan jari tangannya dari samping kanan ke kiri dan
dari atas ke bawah.
7 Meminta penderita untuk mengatakan bila masih melihat jari- jari tersebut.
8 Menentukan hasil pemeriksaan.
9 Mengulangi prosedur pemeriksaan untuk mata sebelah kiri dengan
menutup mata sebelah kanan.
10 Melaporkan hasil pemeriksaan lapang pandang

III Profesionalisme
11 Melakukan dengan penuh percaya diri
12 Melakukan dengan kesalahan minimal

Jumlah Skor

Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
24

C.3 PEMERIKSAAN NERVI OKULARIS (N III, IV, VI)

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan dan
persetujuan tindakan (informed consent)
22 | K K D - 3 FKUC

II Pemeriksaan Nervi Okularis (N III, IV, VI)


Pemeriksaan Gerakan Bola Mata
3 Memberitahukan penderita bahwa akan dilakukan pemeriksaan terhadap
gerakan bola matanya.
4 Memeriksa ada atau tidaknya gerakan bola mata di luar kemauan penderita
(nistagmus)
5 Meminta penderita untuk mengikuti gerakan tangan pemeriksa yang
digerakkan ke segala jurusan.
6 Mengamati ada tidaknya hambatan pada pergerakan matanya (hambatan
dapat terjadi pada salah satu atau kedua mata).
7 Meminta penderita untuk menggerakkan sendiri bola matanya.

Pemeriksaan Kelopak Mata


8 Meminta penderita untuk membuka kedua mata dan menatap kedepan
selama satu menit.
9 Meminta penderita untuk melirik ke atas selama satu menit
10 Meminta penderita untuk melirik ke bawah selama satu menit
11 Pemeriksa melakukan pengamatan terhadap celah mata dan
membandingkan lebar celah mata (fisura palpebralis) kanan dan kiri.
12 Mengidentifikasi ada tidaknya ptosis, yaitu kelopak mata yang menutup.

Pemeriksaan Pupil
13 Melihat diameter pupil penderita (normal 3 mm).
14 Membandingkan diameter pupil mata kanan dan kiri (isokor atau anisokor)
15 Melihat bentuk bulatan pupil teratur atau tidak.
16 Memeriksa refleks pupil terhadap cahaya direk : Menyorotkan cahaya ke
arah pupil lalu mengamati ada tidaknya miosis dan mengamati apakah
pelebaran pupil segera terjadi ketika cahaya dialihkan dari pupil.
17 Memeriksa refleks pupil terhadap cahaya indirect : Mengamati perubahan
diameter pupil pada mata yang tidak disorot cahaya ketika mata yang
satunya mendapatkan sorotan cahaya langsung.

Memeriksa Refleks Akomodasi Pupil.


18 Meminta penderita melihat jari telunjuk pemeriksa pada jarak yang agak
jauh.
19 Meminta penderita untuk terus melihat jari telunjuk pemeriksa yang
digerakkan mendekati hidung penderita.
20 Mengamati gerakan bola mata dan perubahan diameter pupil penderita
(pada keadaan normal kedua mata akan bergerak ke medial dan pupil
menyempit)
21 Melaporkan hasil pemeriksaan nervi okularis

III Profesionalisme
22 Melakukan dengan penuh percaya diri
23 Melakukan dengan kesalahan minimal

Jumlah Skor

Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
KKD-3 FKUC | 23

2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
46

C.4 PEMERIKSAAN NERVUS TRIGEMINUS (N V)

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan dan
persetujuan tindakan (informed consent)

II Pemeriksaan Nervus Trigeminus (N V)


Pemeriksaan Motorik
3 Meminta penderita untuk merapatkan gigi sekuat kuatnya
4 Pemeriksa mengamati m. Maseter dan m. Temporalis (normal: kekuatan
kontraksi sisi kanan dan kiri sama).
5 Meminta penderita untuk membuka mulut
6 Pemeriksa mengamati apakah dagu tampak simetris dengan acuan gigi seri
atas dan bawah (apabila ada kelumpuhan, dagu akan terdorong ke arah
lesi).

Pemeriksaan Fungsi Sensorik


7 Melakukan pemeriksaan sensasi nyeri dengan jarum pada daerah dahi, pipi,
dan rahang bawah.
8 Melakukan pemeriksaan sensasi suhu dengan kapas yang dibasahi air
hangat pada daerah dahi, pipi, dan rahang bawah.
Melakukan pemeriksaan refleks kornea
9 Menyentuh kornea dengan ujung kapas (normal penderita akan menutup
mata / berkedip)
10 Menanyakan apakah penderita dapat merasakan sentuhan tersebut.
Melakukan pemeriksaan refleks masseter
11 Meminta penderita untuk sedikit membuka mulutnya
12 Meletakkan jari telunjuk kiri pemeriksa di garis tengah dagu penderita
13 Mengetok jari telunjuk kiri pemeriksa dengan jari tengah tangan kanan
pemeriksa atau dengan palu refleks.
14 Mengamati respon yang muncul : kontraksi m. masseter dan mulut akan
menutup.

III Profesionalisme
15 Melakukan dengan penuh percaya diri
16 Melakukan dengan kesalahan minimal

Jumlah Skor

Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
24 | K K D - 3 FKUC

2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
32

C.5 PEMERIKSAAN NERVUS FACIALIS (N VII)

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan dan
persetujuan tindakan (informed consent)

II Pemeriksaan Nervus Facialis (N VII)


➢ Pemeriksaan motorik
3 Meminta penderita untuk duduk dengan posisi istirahat (rileks)
4 Pemeriksa mengamati muka penderita bagian kiri dan kanan apakah
simetris atau tidak.
5 Pemeriksa mengamati lipatan dahi, tinggi alis, lebar celah mata, lipatan
kulit nasolabial dan sudut mulut.
6 Meminta penderita menggerakkan mukanya dengan cara sbb:
• Mengerutkan dahi, bagian yang lumpuh lipatannya tidak dalam.
• Mengangkat alis,
• Menutup mata dengan rapat, lalu pemeriksa mencoba membuka dengan
tangan.
• Memoncongkan bibir atau nyengir,
• Meminta penderita menggembungkan pipinya, lalu pemeriksa menekan
pipi kiri dan kanan untuk mengamati apakah kekuatannya sama. Bila
ada kelumpuhan maka angin akan keluar dari bagian yang lumpuh.
➢ Pemeriksaan viseromotorik (parasimpatis)
8 Memeriksa kondisi kelenjar lakrimalis, basah atau kering
9 Memeriksa kelenjar sublingualis
10 Memeriksa mukosa hidung dan mulut.
➢ Pemeriksaan sensorik
11 Meminta pemeriksa menjulurkan lidah.
12 Meletakkan gula, asam, garam, atau sesuatu yang pahit pada sebelah kiri
dan kanan dari 2/3 bagian depan lidah.
13 Meminta penderita untuk menuliskan apa yang dirasakannya pada secarik
kertas.
14 Melaporkan hasil pemeriksaan n. facialis

III Profesionalisme
15 Melakukan dengan penuh percaya diri
16 Melakukan dengan kesalahan minimal

Jumlah Skor

Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
KKD-3 FKUC | 25

1. Dilakukan, tapi belum sempurna


2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
32

C.6 PEMERIKSAAN NERVUS AKUSTIKUS (NVIII)

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan dan
persetujuan tindakan (informed consent)

II Pemeriksaan Nervus Akustikus (NVIII)


II.1 Pemeriksaan Fungsi Pendengaran
a. Pemeriksaan Rinne
3 Melakukan pemeriksaan Rinne dengan benar
4 Menjelaskan interpretasi pemeriksaan Rinne dengan benar.

b. Pemeriksaan Weber
5 Melakukan pemeriksaan Weber dengan benar.
6 Menjelaskan interpretasi pemeriksaan Weber dengan benar.

c. Pemeriksaan Schwabach
7 Melakukan pemeriksaan Schwabach dengan benar.
8 Menjelaskan interpretasi pemeriksaan Schwabach dengan benar.

II.2 Pemeriksaan Fungsi Keseimbangan


a. Pemeriksaan dengan Tes Kalori
9 Melakukan pemeriksaan tes kalori dengan benar.
10 Menjelaskan interpretasi pemeriksaan tes kalori dengan benar.

b. Pemeriksaan dengan Past Pointing Test


11 Melakukan pemeriksaan Past Pointing Test dengan benar.
12 Menjelaskan interpretasi pemeriksaan Past Pointing Test dengan benar.
13 Melaporkan hasil pemeriksaan n. Akustikus dengan benar.

III Profesionalisme
14 Melakukan dengan penuh percaya diri
15 Melakukan dengan kesalahan minimal

Jumlah Skor

Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
26 | K K D - 3 FKUC

2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
30

C.7 PEMERIKSAAN NERVUS GLOSOFARINGEUS (N IX)

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan dan
persetujuan tindakan (informed consent)

II Pemeriksaan Nervus Glosofaringeus (N IX)


3 Meminta pasien membuka mulutnya
4 Dengan penekan lidah, lidah ditekan ke bawah, penderita diminta untuk
mengucapkan ’a-a-a’ panjang.
5 Mengamati respon yang terjadi dan melaporkan hasil pemeriksaan
komponen motorik dari nervus glosofaringeus.
6 Meraba bagian belakang lidah atau menggores dinding pharyng kanan dan
kiri.
7 Mengamati respon yang terjadi dan melaporkan hasil pemeriksaan
komponen sensorik dari nervus glosofaringeus.

III Profesionalisme
8 Melakukan dengan penuh percaya diri
9 Melakukan dengan kesalahan minimal

Jumlah Skor

Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
18

C.8 PEMERIKSAAN NERVUS VAGUS (N X)

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan dan
persetujuan tindakan (informed consent)
KKD-3 FKUC | 27

II Pemeriksaan Nervus Vagus (N X)


3 Minta penderita untuk membuka mulut
4 Melakukan dan melaporkan pemeriksaan inspeksi : bila terdapat
kelumpuhan nervus vagus, uvula tidak berada di tengah, tampak miring
tertarik ke sisi yang sehat.
5 Melakukan pemeriksaan refleks faring/muntah dengan benar.
6 Mempersiapkan laryngoscope dan melakukan pemeriksaan plica vokalis
7 Menilai dan melaporkan ada tidaknya kelumpuhan nervus vagus :
• Bila terdapat kelumpuhan satu sisi, pita suara tidak bergerak waktu
fonasi / inspirasi, atonis, atropi, suara penderita parau.
• Bila terdapat kelumpuhan dua sisi, pita suara berada di tengah dan tidak
bergerak, timbul afoni dan stridor inspiratorik.

III Profesionalisme
8 Melakukan dengan penuh percaya diri
9 Melakukan dengan kesalahan minimal

Jumlah Skor

Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
18

C.9 PEMERIKSAAN NERVUS AKSESORIUS (N XI)

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan dan
persetujuan tindakan (informed consent)

II Pemeriksaan Nervus Aksesorius (N XI)


Paralisis M. Sternokleidomastoideus
3 Penderita diminta menolehkan kepalanya ke arah sisi yang sehat.
4 Meraba m. sternokleidomastoideus
5 Menilai dan melaporkan ada tidaknya paralisis N. XI : bila terdapat paralisis
N. XI di sisi tersebut, maka akan teraba m. sternokleidomastoideus tidak
menegang.

Pemeriksaan Paralisis M. Trapezius


6 Inspeksi m. trapezius
7 Menilai ada tidaknya paralisis N. XI : bila terdapat paralisis N. XI di sisi
tersebut : bahu penderita di sisi yang sakit lebih rendah daripada sisi yang
28 | K K D - 3 FKUC

sehat, margo vertebralis skapula di sisi yang sakit tampak lebih ke samping
daripada sisi yang sehat.

III Profesionalisme
8 Melakukan dengan penuh percaya diri
9 Melakukan dengan kesalahan minimal

Jumlah Skor

Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
18

C.10 PEMERIKSAAN NERVUS HIPOGLOSSUS (N XII)

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan dan
persetujuan tindakan (informed consent)

II Pemeriksaan Nervus Hipoglossus (N XII) : Memeriksa adanya


disartria
3 Meminta pasien membuka mulut dan melakukan inspeksi lidah dalam
keadaan diam, bila ada kelumpuhan lidah tidak simetris, tertarik ke sisi
yang sehat.
4 Meminta pasien menjulurkan lidah dan melakukan inspeksi lidah dalam
keadaan dijulurkan, bila ada kelumpuhan N. XII lidah akan berdeviasi ke
sisi yang sakit.

III Profesionalisme
5 Melakukan dengan penuh percaya diri
6 Melakukan dengan kesalahan minimal

Jumlah Skor

Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
12
KKD-3 FKUC | 29

PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL DAN


RANGE OF MOTION (ROM)

Tujuan Umum :
Setelah mengikuti pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa memiliki keterampilan untuk melakukan
Pemeriksaan Muskuloskeletal dan Range Of ,Motion (ROM)

Tujuan Khusus :
1. Melakukan pemeriksan sendi bahu dengan benar
2. Melakukan pemeriksan sendi siku dengan benar
3. Melakukan pemeriksan sendi pergelangan tangan dan jari tangan dengan benar
4. Melakukan pemeriksan sendi lutut dan ektremitas bawah dengan benar
5. Melakukan pemeriksan sendi pergelangan kaki dan kaki dengan benar

Alat, Bahan dan Media Pembelajaran :


1. Sarung tangan non steril
2. Probandus

A. PENGANTAR

A.1 PEMERIKSAAN ANGGOTA GERAK

Pada pemeriksaan anggota gerak dilakukan penilaian terhadap keadaan tulang, otot serta sendi.
Pemeriksaan dilakukan dengan inspeksi kemudian diikuti dengan palpasi serta perkusi seperti
yang telah dipelajari pada blok sebelumnya.

Kelainan pada anggota gerak dapat terjadi:


a. Berbagai kelainan kongenital dapat terjadi pada ekstremitas superior maupun inferior,
diantaranya amelia (tidak terdapatnya semua anggota gerak), ekstromelia (tidak adanya salah
satu anggota gerak), fokomelia (anggota gerak bagian proksimal yang pendek), sindaktili
(bergabungnya jari-jari), atau polidaktili (jumlah jari lebih dari normal)
b. Fraktur, dislokasi, hemangioma yang besar, limfangioma, fistula Arteriovena, neuro-
fibromatosis dapat menyebabkan panjang dan bentuk ekstremitas kanan dan kiri tidak sama
c. Pada keadaan yang menyebabkan hipoksia kronik (penyakit jantung bawaan sianotik,
penyakit paru kronik) dan dapat pula disebabkan oleh penyakit lain seperti penyakit hati
kronik, endokarditis dan beberapa keganasan menyebabkan adanya jari-jari tabuh (clubbing-
finger) pada tangan dan kaki. Tanda dini dari jari tabuh adalah menaiknya dasar kuku, pada
stadium selanjutnya seluruh bagian distal jari dan kuku mengembang dan membundar.
d. Nyeri tekan pada angggota gerak paling sering disebabkan oleh trauma dan infeksi. Nyeri
tekan pada m. Sartorius dapat merupakan tanda dari meningitis tuberculosa. Tiap rasa nyeri
pada bagian distal tulang harus dicurigai kemungkinan terdapatnya osteomyelitis.
e. Gangren atau nekrosis jaringan akibat sumbatan pembuluh darah. Proses ini mula-mula
ditandai dengan anggota gerak yang dingin, pucat, kekuatan ototnya menghilang, serta rasa
nyeri. Dengan berlanjutnya proses nekrosis, maka daerah itu menjadi hipoestesi dan bewarna
hitam.
f. Disamping deformitas, tanda fraktur lainnya adalah nyeri, krepitasi serta gangguan fungsi
anggota gerak.
g. Kelainan bentuk tulang. Seringkali sampai lebih kurang satu tahun setelah anak dapat
berjalan, bentuk tibia melengkung keluar (genu varum). Genu valgum, tungkai berbentuk
30 | K K D - 3 FKUC

huruf X seringkali didapatkan pada anak berumur 2-5 tahun yang masih dikategorikan normal,
akan tetapi dapat ditemukan pada anak dengan poliomyelitis, rakitis, sifilis, atau pada anak
yang posisi kedua kakinya pronasi.

Gambar 1. Genu varum et valgum

h. Kelainan posisi kaki, misalnya club foot, pes kavus, pes ekuinus.
i. Gaya berjalan berupa kaki menyeret (foot drop), gaya berjalan seperti menggunting (scissors
gait), ataksia (cara berjalan yang canggung dan meluas).

Hal penting yang perlu dilakukan dalam pemeriksaan sendi mayor:


a. Inspeksi sendi untuk melihat simetris atau tidak, alignment dan deformitas tulang
b. Inspeksi dan palpasi jaringan sekitar, lihat perubahan kulit, nodul, atrofi otot dan krepitasi
c. ROM dan manuver tiap sendi
d. Penilaian tanda inflamasi seperti bengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan dan kemerahan

Tanda-tanda radang sendi seperti RA, Demam Rematik, Serum Sickness gerakan menjadi
terbatas akibat rasa nyeri spasme otot dan tendon daerah sekitarnya. Adanya deformitas sendi
pergelangan tangan, siku, bahu, sendi sternoclavicularis, temporomandibularis dan sendi panggul
bisa menjadi tanda adanya subluksasi atau dislokasi.

A.2 RANGE OF MOTION (ROM)

Pemeriksaan range of motion (ROM) adalah pemeriksaan dengan melakukan pengukuran luas
gerakan sendi (derajat) yang terjadi dari kontraksi dan pergerakan otot. Pemeriksaan dilakukan
dengan meminta klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik
secara aktif ataupun pasif.

Tujuan pemeriksaan range of motion adalah:


a. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot.
b. Mencegah kontraktur dan kekakuan pada sendi
KKD-3 FKUC | 31

Jenis ROM :
a. ROM pasif, pemeriksa melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang
normal (klien pasif). Kekuatan otot 50 %
b. ROM aktif, pemeriksa memberikan motivasi dan membimbing klien dalam melaksanakan
pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif).
Kekuatan otot 75 %

Jenis gerakan :
a. Fleksi
b. Ekstensi
c. Hiper ekstensi
d. Rotasi
e. Sirkumduksi
f. Supinasi
g. Pronasi
h. Abduksi
i. Aduksi
j. Oposisi

Sendi yang digerakan :


a. ROM Aktif
Seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendiri secara aktif.

b. ROM Pasif
Seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan klien tidak
mampu melaksanakannya secara mandiri.
• Leher (fleksi/ekstensi, fleksi lateral)
• Bahu tangan kanan dan kiri (fkesi/ekstensi, abduksi/adduksi, Rotasi bahu)
• Siku tangan kanan dan kiri (fleksi/ekstensi, pronasi/supinasi)
• Pergelangan tangan (fleksi/ekstensi/hiperekstensi, abduksi/adduksi)
• Jari-jari tangan (fleksi/ekstensi/hiperekstensi, abduksi/ adduksi, oposisi)
• Pinggul dan lutut (fleksi/ekstensi, abduksi/adduksi, rotasi internal/eksternal)
• Pergelangan kaki (fleksi/ekstensi, rotasi)
• Jari kaki (fleksi/ekstensi)

Indikasi :
a. Stroke atau penurunan tingkat kesadaran
b. Kelemahan otot
c. Fase rehabilitasi fisik
d. Klien dengan tirah baring lama

Kontra Indikasi :
a. Trombus/emboli pada pembuluh darah
b. Kelainan sendi atau tulang
c. Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (misalnya: jantung)
32 | K K D - 3 FKUC

B. TEKNIK PEMERIKSAAN

B.1 PEMERIKSAAN SENDI BAHU

a. Inspeksi
• Inspeksi apakah terdapat deformitas, pembengkakan, atrofi otot atau fasikulasi.
• Jika ada riwayat nyeri bahu, minta pasien untuk menunjuk lokasi nyeri karena lokasi nyeri
bisa menjadi petunjuk letak lesi, misalnya :
− Tepat diatas bahu, menyebar sampai ke leher : sendi acromioclavicular
− Lateral bahu, menyebar ke insersi dari musculus deltoideus – lesi dari cuff
− rotator
− Bahu bagian depan : lesi dari tendon bicipitalis

b. ROM
• Selama melakukan pemeriksaan ROM bahu, pemeriksa menempatkan tangannya pada
bahu pasien untuk mendeteksi ada tidaknya kresipitasi.
• Minta pasien untuk mengangkat lengannya (abduksi) setinggi bahu (90°) dengan telapak
tangan menghadap ke atas (untuk menilai pergerakan glenohumeralis)
• Kemudian angkat lengan pada posisi vertical di atas kepala dengan telapak tangan saling
berhadapan (untuk menilai pergerakan scapulothoracalis sebesar 60°dan kombinasi
pergerakan glenohumerale dan scapulothoracalis pada aduksi 30°)

Gambar 2 Prosedur pemeriksaan ROM sendi bahu

• Selanjutnya minta pasien menempatkan kedua tangan di belakang lehernya dengan siku
menghadap keluar (untuk menilai rotasi eksternal dan abduksi
• Terakhir minta pasien menempatkan kedua tangan dibelakang tubuh (untuk menilai rotasi
internal dan adduksi)

B.2 PEMERIKSAAN SIKU

a. Inspeksi
• Topang lengan pasien dengan tangan pemeriksa sehingga siku menjadi fleksi 70°.
• Inspeksi medial dan lateral epicondylus dan olecranon.
• Inspeksi kontur dari siku, termasuk permukaan ekstensor dari ulna. Catat adanya nodul
atau pembengkakan.
KKD-3 FKUC | 33

b. Palpasi
• Palpasi daerah olekranon dan tekan epicondylus untuk nyeri tekan, catat jika ada dislokasi
dari olekranon.
• Palpasi grooves antara epicondylus dan olekranon, perhatikan adakah nyeri,
pembengkakan atau penebalan

c. Pemeriksaan ROM Siku


• Pemeriksaan rom siku mencakup gerakan fleksi dan ekstensi siku serta gerakan pronasi
dan supinasi lengan bawah.
• Pada saat pemeriksaan dengan pronasi dan supinasi, sebelumnya mintalah pasien untuk
memposisikan lengannya fleksi pada siku untuk meminimalisasi gerakan sendi bahu.

Gambar 3. Pemeriksaan ROM siku

B.3 PEMERIKSAAN PERGELANGAN TANGAN DAN JARI TANGAN

a. Inspeksi
• Inspeksi daerah palmar dan dorsal dari tangan, juga tulang dari setiap jari tangan apakah
terdapat deformitas, pembengkakan atau angulasi.

b. Palpasi
• Palpasi daerah pergelangan tangan pada bagian distal radius dan ulna dengan
menggunakan kedua ibu jari pada bagian dorsum pergelangan tangan.
• Perhatikan adakah pembengkakan, bogginess atau nyeri. Nyeri daerah distal radius dapat
menjadi pertanda adanya fraktur colless.
• Palpasi daerah jari tangan PIP dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk,
• Perhatikan apakah terdapat nyeri, pembengkakan, dan pembesaran tulang. Bila
• ditemukan nodul (pembesaran tulang ) biasanya merupakan tanda dari Osteoarthritis.

Gambar 4 Palpasi pergelangan tangan dan jari tangan

c. Pemeriksaan ROM pergelangan tangan


Flexion
• Tempatkan lengan bawah pasien di atas meja periksa, pemeriksa memegang siku pasien.
34 | K K D - 3 FKUC

• Posisikan pergelangan tangan pasien pada posisi ekstensi dan jari pemeriksa pada telapak
tangan pasien.
• Minta pasien untuk memfleksikan pergelangan tangannya melawan gravitasi

Extension
• Tempatkan lengan bawah pasien di atas meja periksa, pemeriksa memegang siku pasien.
• Posisikan pergelangan tangan pasien pada posisi fleksi dan tempatkan tangan pemeriksa
pada punggung tangan pasien.
• Minta pasien untuk mengekstensikan pergelangan tangannya melawan gravitasi.

Ulnar and radial deviation


• Posisikan telapak tangan pasien menghadap ke bawah.
• Salah satu tangan pemeriksa memegang pergelangan tangan pasien dan tangan lainnya
menopang telapak tangan pasien
• Minta pasien untuk menggerakan pergelangan tangannya ke arah lateral dan medial.

Gambar 5 Pemeriksaan ROM pergelangan tangan

d. Pemeriksaan ROM jari tangan


Flexion dan extension
• Minta pasien untuk mengepalkan tangannya kemudian memekarkan jari-jarinya secara
bergantian. Normalnya pergerakan tersebut dapat dilakukan dengan lancar.

Abduction dan adduction


• Minta pasien untuk memekarkan jari-jarinya (abduksi) dan merapatkan jarinya (adduksi)
secara bergantian.
• Pada ibu jari, nilailah pergerakan fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi dan oposisi:
• Tes Fleksi dengan meminta pasien untuk menggerakkan ibu jari menyilang telapak tangan
dan menyentuh dasar jari kelingking.
• Tes ekstensi dengan meminta pasien kembali menggerakkan ibu jarinya
• Tes Abduksi dengan meminta pasien untuk memposisikan jarinya dalam keadaan netral,
telapak tangan menghadap ke atas. Kemudian gerakkan ibu jari ke arah anterior menjauh
dari telapak tangan
• Tes adduksi dengan gerakan kembali ibu jari ke arah belakang.
• Tes oposisi dengan meminta pasien untuk menggerakkan ibu jari menyilang telapak
tangan,ibu jari menyentuh setiap ujung jari yang lain.

Gambar 6. Pemeriksaan ROM jari tangan


KKD-3 FKUC | 35

B.4 PEMERIKSAAN LUTUT DAN EKSTREMITAS BAWAH

a. Inspeksi
• Inspeksi cara dan irama berjalan pasien saat memasuki ruang pemeriksaan. Perhatikan
bentuk dan kontur lutut, apakah terdapat atrofi m. quadriceps apakah terdapat
pembengkakan.

b. Palpasi
• Mintalah pasien untuk duduk di tepi bed pemeriksaan dengan lutut dalam posisi fleksi.
Pada posisi ini landmark tulang dapat lebih mudah terlihat sementara otot, tendon dan
ligament lebih rileks, sehingga palpasi lebih mudah dilakukan.
• Palpasi dan identifikasi condylus femoralis media dan lateral, epicondylus femoralis
media dan lateral
• Palpasilah ligamen, batas meniscus dan bursa dari lutut, perhatikan jika terdapat
kekakuan.

c. Pemeriksaan ROM lutut


• Prinsip pemeriksaan rom lutut adalah fleksi, ekstensi, rotasi internal dan eksternal.
• Minta pasien untuk menggerakan fleksi dan ekstensi lututnya dalam keadaan duduk.
• Jika diperlukan, pemeriksaan dapat dilakukan dengan meminta pasien berjongkok-berdiri
yang juga dapat menilai keseimbangan pasien.
• Minta pasien untuk memutar kakinya kearah medial dan lateral untuk menilai rotasi.
• Terkadang juga diperlukan pemeriksaan stabilitas ligament dan integritas meniscus
terutama jika terdapat riwayat trauma atau teraba kekakuan. Pemeriksaan tersebut
mencakup Abduction Stress Test, Adduction Stress Test, Anterior Drawer Sign, Lachman
Test, Posterior Drawer Sign, dan McMurray Test yang dapat Anda pelajari sendiri pada
literatur pemeriksaan fisik.

B.5 PEMERIKSAAN PERGELANGAN KAKI DAN KAKI

a. Inspeksi
• Inspeksi daerah pergelangan kaki dan kaki, perhatikan apakah terdapat deformitas,
pembengkakan, nodule dan atau callus

b. Palpasi
• Palpasi dengan menggunakan kedua ibu jari pada bagian anterior dari pergelangan kaki
dan perhatikan adakah pembengkakan dan nyeri. Nyeri lokal dapat ditemukan pada kasus
arthritis, cedera ligament, atau infeksi daerah pergelangan kaki.
• Palpasi juga dilakukan di sendi-sendi Metatarsofalang dengan cara menekan kaki dengan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk. Nyeri yang didapatkan oleh karena penekanan
bisa menjadi pertanda stadium awal dari RA atau inflamasi akut yang disebakan oleh
GOUT.

Gambar 7. Pemeriksaan pergelangan kaki dan kaki


36 | K K D - 3 FKUC

c. Pemeriksaan ROM pergelangan kaki dan kaki


• ROM dari pergelangan kaki adalah dorsofleksi dan plantarfleksi.
• ROM kaki terdiri dari eversi dan inversi dengan cara memegang pergelangan kaki dan
tumit kaki pasien kemudian minta pasien menggerakan kakinya inversi dan eversi.

Gambar 8. Pemeriksaan ROM pergelangan kaki dan kaki

C. CHECKLIST PENILAIAN

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan (prosedur singkat) yang akan
dilakukan dan persetujuan tindakan (informed consent)

II Pemeriksaan Muskuloskeletal dan ROM : Sendi Bahu


3 Lakukan inspeksi: apakah terdapat deformitas, pembengkakan, atrofi otot
atau fasikulasi
4 Jika ada riwayat nyeri bahu, minta pasien untuk menunjuk lokasi nyeri,
lakukan palpasi pada area tersebut.
Lakukan pemeriksaan ROM sendi bahu dengan memegang sendi bahu
pasien dan meminta pasien untuk:
5 Mengangkat lengannya (abduksi) setinggi bahu (90°) dengan telapak
tangan menghadap ke atas
6 Mengangkat lengannya vertical di atas kepala dengan telapak tangan saling
berhadapan
7 Menempatkan kedua tangan di belakang lehernya dengan siku menghadap
keluar
8 Menempatkan kedua tangan dibelakang tubuh

III Pemeriksaan Muskuloskeletal dan ROM : Sendi Siku


9 Lakukan inspeksi dengan menopang lengan pasien dengan tangan
pemeriksa sehingga siku menjadi fleksi 70°. Perhatikan epicondylus medial
dan lateral serta olecranon. Perhatikan kontur siku, apakah terdapat nodul
atau pembengkakan.
10 Lakukan palpasi daerah olekranon dan tekan epicondylus untuk nyeri
tekan. Perhatikan apakah terdapat dislokasi olekranon, adakah nyeri,
pembengkakan atau penebalan antara epicondylus dan olekranon
Lakukan pemeriksaan ROM Siku dengan meminta pasien untuk :
11 Melakukan gerakan fleksi pada sikunya
12 Melakukan gerakan ekstensi pada sikunya
KKD-3 FKUC | 37

13 Memposisikan sikunya fleksi kemudian melakukan gerakan pronasi


(telapak tangan menghadap ke bawah)
14 Lengan tetap fleksi pada siku kemudian melakukan gerakan supinasi
(telapak tangan menghadap ke atas)

IV Pemeriksaan Muskuloskeletal dan ROM : Sendi Pergelangan Tangan


dan Jari
15 Lakukan inspeksi daerah palmar dan dorsal tangan serta jari tangan,
perhatikan apakah terdapat deformitas, pembengkakan atau angulasi.
16 Lakukan palpasi daerah pergelangan tangan pada bagian distal radius dan
ulna dengan menggunakan kedua ibu jari. Perhatikan adakah
pembengkakan, bogginess atau nyeri. Palpasi daerah jari tangan dengan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk. Perhatikan adakah nyeri,
pembengkakan atau pembesaran tulang.

Lakukan pemeriksaan ROM pergelangan tangan:


17 Flexion:
a. Menempatkan lengan bawah pasien di atas meja periksa, pemeriksa
memegang siku pasien.
b. Memposisikan pergelangan tangan pasien pada posisi ekstensi dan jari
pemeriksa pada telapak tangan pasien.
c. Meminta pasien untuk memfleksikan pergelangan tangannya melawan
gravitasi
18 Extension:
a. Menempatkan lengan bawah pasien di atas meja periksa, pemeriksa
memegang siku pasien.
b. Memposisikan pergelangan tangan pasien pada posisi fleksi dan tangan
pemeriksa pada punggung tangan pasien.
c. Meminta pasien untuk mengekstensikan pergelangan tangannya
melawan gravitasi.
19 Ulnar and radial deviation:
a. Memposisikan telapak tangan pasien menghadap ke bawah.
b. Memegang pergelangan tangan pasien dan menopang telapak tangan
pasien
c. Meminta pasien untuk menggerakan pergelangan tangannya ke arah
lateral dan media
Lakukan pemeriksaan ROM jari tangan :
20 Flexion dan extension:
Meminta pasien untuk mengepalkan tangannya kemudian memekarkan
jari-jarinya secara bergantian
21 Abduction dan adduction:
Meminta pasien untuk memekarkan jari-jarinya (abduksi) dan merapatkan
jarinya (adduksi) secara bergantian
Lakukan pemeriksaan ROM ibu jari:
22 Tes Fleksi:
Meminta pasien untuk menggerakkan ibu jari menyilang telapak tangan dan
menyentuh dasar jari kelingking
23 Tes ekstensi :
Meminta pasien kembali menggerakkan ibu jarinya
38 | K K D - 3 FKUC

24 Tes Abduksi:
Meminta pasien untuk memposisikan jarinya dalam keadaan netral, telapak
tangan menghadap ke atas. Kemudian gerakkan ibu jari ke arah anterior
menjauh dari telapak tangan.
25 Tes adduksi:
Meminta pasien menggerakan kembali ibu jari ke arah belakang
26 Tes oposisi:
Meminta pasien untuk menggerakkan ibu jari menyilang telapak tangan,ibu
jari menyentuh setiap ujung jari yang lain

V Pemeriksaan Muskuloskeletal dan ROM : Lutut dan ekstremitas


bawah
27 Lakukan inspeksi cara dan irama berjalan pasien. Perhatikan pula bentuk
dan kontur lutut, apakah terdapat atrofi M. quadriceps, apakah terdapat
pembengkakan.
28 Lakukan palpasi dengan meminta pasien untuk duduk di tepi bed
pemeriksaan dengan lutut fleksi. Palpasi dan identifikasi condylus
femoralis media dan lateral, epicondylus femoralis media dan lateral serta
ligamen, batas meniscus, perhatikan jika terdapat kekakuan.
Lakukan pemeriksaan ROM lutut:
29 Fleksi dan Ekstensi: Meminta pasien untuk menggerakan fleksi dan
ekstensi lututnya dalam keadaan duduk.
30 Rotasi internal dan eksternal: Meminta pasien untuk memutar kakinya
kearah medial dan lateral

VI Pemeriksaan Muskuloskeletal dan ROM : Pergelangan kaki dan kaki


31 Lakukan inspeksi daerah pergelangan kaki dan kaki, perhatikan apakah
terdapat deformitas, pembengkakan, nodule dan atau calus
32 Lakukan palpasi dengan menggunakan kedua ibu jari pada bagian anterior
dari pergelangan kaki. Perhatikan adakah pembengkakan dan nyeri. Palpasi
sendi metatarsofalang dengan menekan kaki dengan menggunakan ibu jari
dan jari telunjuk.Perhatikan adakah pembengkakan dan nyeri
Lakukan pemeriksaan ROM pergelangan kaki & kaki dengan:
33 Meminta pasien melakukan gerakan dorsofleksi dan plantar fleksi
34 Eversi dan inversi:
a. Peganglah pergelangan kaki dan tumit pasien
b. Pinta pasien menggerakan kakinya inversi (memutar ke medial) dan
eversi (memutar ke lateral)

VII Profesionalisme
35 Melakukan dengan penuh percaya diri
36 Melakukan dengan kesalahan minimal

Jumlah Skor

Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
72
KKD-3 FKUC | 39

PEMERIKSAAN FISIK TORAKS DASAR

Tujuan Umum :
Setelah mengikuti pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa memiliki keterampilan untuk melakukan
Pemeriksaan Toraks Dasar

Tujuan Khusus :
1. Melakukan pemeriksaan dada Posterior (Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan Auskultasi)
2. Melakukan pemeriksaan dada Anterior (Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan Auskultasi)

Alat, Bahan dan Media Pembelajaran :


1. Stetoskop - auscultation trainer dan Smartscope
2. Amplifier speaker system
3. Laptop dan speaker
4. Manikin ½ badan bagian atas

A. PENGANTAR

A.1 JANTUNG

Letak topografi jantung adalah 2/3 bagian jantung terletak di rongga dada kiri dan 1/3 sisanya
terletak disebelah kanan. Di bagian bawah berbatas langsung dengan diagfragma. Sisi kanan
dibatasi oleh atrium kanan sedangkan sisi kiri dibatasi sebagian besar ventrikel kiri dan sisanya
oleh atrium kiri. Batas antara atrium kiri dan ventrikel kiri adalah pinggang jantung. Di bagian
atas terdapat vena kava superior, aorta asendens, arteri pulmonalis dengan percabangan kiri dan
kanan.

Dalam melakukan pemeriksaan fisis jantung diperlukan patokan berupa garis-garis imaginer dan
titik-titik tertentu.
a. Garis-garis patokan adalah sebagai berikut :
1. Garis mid sternal, yaitu garis vertikal yang ditarik mulai dari pertengahan supra sternal
sampai processus xypoideus.
2. Garis sternal adalah garis vertikal yang melalui titik-titik batas antara sternum dengan
tulang rawan iga dari atas ke bawah dan didapatkan kiri dan kanan.
3. Garis midclavicular vertikal didapat kiri dan kanan. Mula-mula diraba keseluruhan tulang
clavikula. Kemudian ditentukan titik tengahnya. Dari titik tengah ini ditarik garis lurus
ke caudal. Biasanya pada pria normal garis midclavikula ini melewati papila mammae.
4. Garis parasternal adalah garis paralel dengan garis midclavikula yang ditarik dari titik
tengah antara garis midclavikula dengan garis sternal.
5. Garis aksila anterior adalah garis vertikal yang ditarik melalui tepi lipatan ketiak anterior
ke arah caudal.
6. Garis aksila posterior adalah garis vertikal yang ditarik melalui tepi ketiak posterior ke
arah caudal.
7. Garis mid aksila adalah garis vertikal di tengah antara garis aksila anterior dan garis aksila
posterior (puncak aksila).
40 | K K D - 3 FKUC

Gambar 1. Garis-garis imaginer patokan pemeriksaan jantung

b. Titik Patokan :
1. Angulus Ludovici (angulus sternalis) adalah perbatasan antara manubrium sterni dan
corpus sterni yang diraba terasa menonjol. Titik ini merupakan perlengketan antara
tulang iga II dengan sternum. Titik ini dipakai juga sebagai patokan dalam mengukur
vena jugularis eksterna.

Gambar 2. Angulus ludovici (angulus sternalis/manubriosternal joint)

2. Area apeks: terletak di sela iga V sekitar 2 jari medial dari garis midclavikula kiri. Titik
ini merupakan titik lokasi untuk auskultasi katup mitral, karena bunyi jantung dari katup
mitral paling optimal terdengar di titik tersebut.
3. Area trikuspid: terletak di sela iga IV-V sternal kiri dan sela iga IV-V sternal kanan.
Titik ini merupakan titik lokasi untuk auskultasi katup trikuspid karena bunyi jantung
trikuspidal paling optimal terdengar di titik tersebut.
4. Area pulmonal terletak di sela iga II sternal kiri merupakan titik auskultasi optimal untuk
mendengarkan bunyi jantung katup pulmonal.
5. Area aorta terletak di sela iga II garis sternalis kanan merupakan titik auskultasi optimal
untuk bunyi jantung aorta.
KKD-3 FKUC | 41

Analisis Hasil Pemeriksaan


1. Inspeksi
Pada umumnya kedua belah dada adalah simetris. Perikordium yang cekung dapat terjadi
akibat perikarditis menahun, fibrosis atau atelektasis paru, skoliosis atau kifoskoliosis.
Prekordium yang cembung dapat terjadi akibat dari pembesaran jantung, efusi epikardium,
efusi pleura, tumor paru, tumor mediastinum dan skoliosis atau kifoskoliosis.
2. Palpasi apeks jantung
Pada keadaan normal iktus kordis dapat teraba pada ruang intercostal kiri V, agak ke
medial (2cm) dari linea midklavikularis kiri. Apabila denyut iktus tidak dapat dipalpasi,
bisa diakibatkan karena dinding torakss yang tebal misalnya pada orang gemuk atau adanya
emfisema, tergantung pada hasil pemeriksaan inspeksi dan perkusi.
3. Perkusi batas jantung
Perubahan antara bunyi sonor dari paru-paru ke redup kita tetapkan sebagai batas jantung.
4. Auskultasi jantung
a. Murmur sistolik Menjalar ke karotis, dapat terjadi pada stenosis/sklerosis aorta
b. Murmur diatolik Terdengar paling keras di tepi sternal kiri bawah, dapat terjadi pada
regurgiasi pulmonal, regurgitasi aorta
c. Murmur pansistolik Paling keras di apeks, dapat terjadi pada regurgitasi mitral,
regurgitasi trikuspid
d. Murmur mid-diastolik Paling keras di apeks, dapat terjadi pada stenosis mitral,
stenosis tricuspid
e. Intensitas murmur.
Tabel. Intensitas Murmur
Grade Deskripsi
Grade 1 Sangat lemah, hanya terdengar setelah pendengar benar-benar
memperhatikan; dapat terdengar tidak disemua posisi
Grade 2 Lemah, namun segera terdengar setelah menempatkan stetoskop di dada
Grade 3 Cukup keras
Grade 4 Keras, dengan thrill yang teraba
Grade 5 Sangat keras, dengan thrill. Dapat terdengar dengan stetoskop terletak
sebagian di dada.
Grade 6 Sangat keras, dengan thrill. Dapat terdengar dengan stetoskop tidak
ditempelkan di dada.

A.2 PARU

1. Inspeksi dada:
a. Kulit
Perhatikan adanya warna kulit yang abnormal, kelainan kulit, kelainan vaskular, dan
bekas luka tertentu. Hal ini mungkin menunjukkan adanya riwayat kelainan paru,
misalnya adanya bekas luka post WSD pada pneumothorax.
b. Subkutis
Nilai jumlah lemak subkutis. Hal ini mungkin akan mempengaruhi pemeriksaan perkusi
dada dan suara pernapasan saat auskultasi.
c. Payudara
Adanya payudara yang besar pada wanita mungkin akan mempengaruhi perkusi dan
auskultasi.
d. Otot
Perhatikan ukuran otot thorax pasien. Hal in juga dapat mempengaruhi perkusi dan
auskultasi.
e. Rangka
42 | K K D - 3 FKUC

Perhatikan bentuk dan kesimetrisan dada. Abnormalitas dari rangka thorax dapat
mempengaruhi posisi dan ekspansi paru. Contoh dari kelainan rangka thorax yang dapat
mempengaruhi fungsi paru dan jantung adalah kelainan kongenital pectus excavatum
(dada menjorok kedalam) dan pectus carinacum (dada burung), gangguan tulang
belakang seperti scoliosis atau kyphosis dan barrel-shape yang berhubungan dengan
COPD dimana didapatkan costal triangle melebar.

2. Deformitas toraks

Dewasa normal:
Torakss pada dewasa normal, ukuran diameter lateral
lebih besar dari diameter anteroposterior.
Bickley. Bates Guide to Physical Examination and History
Taking 8th Edition. 2002-08

Barrel Chest:
Diameter anteroposterior melebar. Bentuk ini normal
pada payi, sering menyertai penuaan normal serta pada
pasien PPOK.

Bickley. Bates Guide to Physical Examination and History


Taking 8th Edition. 2002-08

Traumatic Flail Chest


Bila terjadi fraktur multiple pada iga, gerakan
paradoksial dada dapat terlihat. Turunnya difragma
menurunkan tekanan intratoraksal saat inspirasi, area
yang terluka menjorok kedalam, sedangkan saat
ekspirasi menonjol keluar.
Bickley. Bates Guide to Physical Examination and History
Taking 8th Edition. 2002-08

Funnel Chest (Pectus Excavatum):


Dikarakteristikkan dengan depresi pada sternum
bagian bawah. Adanya kompresi jantung dan
pembuluh darah besar dapat menimbulkan adanya
murmur.

Pigeon Chest (Pectus Carinatum)


Pada kelainan ini, sternum bergeser, diameter
anteroposterior melebar. Kartilago kostae merapat pada
sternum dan mengalami depresi.

Kyphoscoliosis:
Pada kelainan ini terdapat abnormalitas kurva tulang
belakang dan rotasi vertebrae yang mengubah bentuk
dada. Dapat terjadi distorsi paru yang menyebabkan
sulitnya menilai hasil pemeriksaan paru.

Gambar 3. Jenis-jenis kelainan bentuk dada


dan tulang belakang
KKD-3 FKUC | 43

3. Palpasi dada:
a. Ekspansi dada dapat diperiksa bukan hanya melalui inspeksi, namun juga dengan
palpasi. Dari pemeriksaan ini pemeriksa dapat merasakan bila ekspansi dinding dada
kurang ataupun asimetris.
b. Pada pemeriksaan palpasi dada juga dapat diketahui adanya nyeri tekan pada dinding
dada seperti pada kecurigaan terdapat fraktur iga.
c. Pada pemeriksaan fremitus vokal, normalnya getaran suara dihantarkan ke seluruh
dinding dada sehingga dirasakan sama kanan dan kiri.

Kelainan Penyebab
Menurunnya ekspansi dada - Penyakit fibrotik kronis pada paru atau pleura yang
atau terlambat pada salah mengalami keterlambatan
satu sisi - Efusi pleura
- Pneumonia lobaris
- Nyeri pleural yang berhubungan dengan splinting
- Obstruksi bronkus unilateral
Vokal fremitus menurun - Obstruksi bronkus
- Efusi pleura
- PPOK
- Fibrosis pleura
- Pneumotorakss
- Infiltrasi tumor
- Atelektasis
- Dinding dada yang terlalu tebal
Vokal fremitus meningkat - Pneumonia

4. Perkusi dada

Interprestasi Normal Patologis


Pekak Hati Pneumonia lobaris;
Efusi pleura;
Hemothorax;
Empiema,
Jaringan fibrosa;
Tumor
Sonor Paru normal Bronkhitis kronis
Hipersonor Emfisema;
Pneumothorax
Timpani Lambung yang berisi udara Pneumothorax luas

a. Batas paru-hati normalnya berada di sela iga 6 atau 7 linea midclavicula dextra.
Sedangkan batas paru-lambung berada di sela iga 5 atau 6 linea aksilaris anterior sinistra.
b. Pada pasien dengan COPD, batas paru-hati dapat lebih rendah.

5. Auskultasi Dada
Stetoskop mempunyai dua jenis sisi pendengar, yaitu :
• Membran untuk mendengarkan bunyi-bunyi dengan frekuensi tinggi, seperti bunyi
jantung I dan II
• Bel untuk mendengarkan bunyi dengan frekuensi rendah, misalnya bunyi jantung III.

Penilaian
1) Karakter suara
Terdapat tiga tipe suara napas:
44 | K K D - 3 FKUC

a. Vesikular atau suara napas normal


Terdengar pada orang normal (kecuali bayi dan balita) di seluruh lapang paru.
Suara napas ini terdengar sebagai suara dengan frekuensi yang rendah, jernih,
inspirasi terdengar halus dan ekspirasi terdengar lebih halus lagi, dengan rasio antara
inspirasi dan ekspirasi 3:1.
b. Bronkial
Suara nafas normal, lokasi auskultasi terdengar pada daerah manubrium. Bunyi
nafas ini terdengar di sepanjang fase inspirasi dengan nada tinggi. Saat
ekspirasi nada terdengar lebih tinggi, bunyi ini terdengar sepanjang fase ekspirasi,
lebih keras, dan lebih lama.
Bila ditemukan di area lain selain diatas, maka bermakna patologis. Contohnya pada
pneumonia, edema paru dan pulmonary hemorrhage.
c. Bronchovesikular
Ssuara nafas normal yang terdengar pada daerah paru dekat bronkus, lokasi
auskultasi pada sela iga I dan II linea sternal kanan dan kiri. Sifat suaranya diantara
suara napas vesikuler & bronkial. Pada fase inspirasi & ekspirasi suara ini terdengar
jelas seluruhnya dengan nada sedang
d. Suara napas Trakeal,
Normalnya hanya terdengar di daerah trakea. Suara ini terdengar sangat keras, nada
tinggi, dengan kualitas ―distinct harsh hollow‖. Komponen inspirasi & ekspirasi
sama, ada jeda diantaranya

Gambar 4. Karakteristik suara nafas dan lokasi auskultasinya

2) Intensitas
Intensitas suara napas dapat normal atau menurun (suara napas menurun). hal ini dapat
disebabkan oleh:
Tabel. Intensitas suara napas
Proses yang mendasari Penyakit
Hiperaerasi pada jaringan sekitar paru COPD;
Hiperinflasi paru
KKD-3 FKUC | 45

Proses yang mendasari Penyakit


Meningkatnya jarak stetoskop dengan Obesitas;
udara paru Pneumothorax
Berkurangnya pernapasan Gangguan neuromuskular;
Stadium akhir serangan asma
Menurunnya aerasi jaringan paru Atelektasis

3) Rasio inspirasi dan ekspirasi


Normalnya, rasio inspirasi dan ekspirasi adalah 3:1. Memanjangnya waktu ekspirasi
dapat disebabkan oleh obstruksi saluran napas bawah, seperti pada asma, biasanya
disertai wheezing. Waktu inspirasi yang memanjang disebabkan oleh obstruksi saluran
napas atas, misalnya pada obstruksi benda asing. Suara napas ini kencang dengan nada
tinggi, disebut stridor inspirasi.
a. Suara napas tambahan
b. Suara napas tambahan yang berasal dari pleura. Berupa suara gesekan atau crackling
akibat iritasi atau inflamasi pleura. Paling jelas terdengar pada akhir inspirasi.
c. Suara napas tambahan yang berasal dari bronkopulmonar
- Wheezing: terjadi akibat konstriksi jalan napas, seperti pada asma.
- Ronkhi: disebabkan oleh adanya sekret yang tebal pada jalan napas, seperti pada
bronkhitis.
- Crackles: suara yang keras dan menghilang saat batuk atau inspirasi dalam.
Early inspiratory crackles dapat ditemukan pada pasien COPD. Late inspiratory
crackles ditemukan pada edema paru. Expiratory crackles ditemukan pada
emfisema dan bronkiektasis, biasanya tidak menghilang saat batuk.

B. TEKNIK PEMERIKSAAN

B.1 PROFESIONALISME

1. Membina sambung rasa, senyum, salam, sapa


2. Menjelaskan tujuan pemeriksaan yang akan dilakukan
3. Mempersilahkan pasien untuk melepaskan pakaian atasnya (baju). Mintalah pasien untuk
ditemani anggota keluarganya kalau khawatir / merasa tidak nyaman
• Mintalah pasien melepas pakaian sampai pinggang untuk menampilkan daerah dada saat
pemeriksaan. Untuk pasien perempuan pakaian diposisikan untuk menutupi daerah
payudara. (informed consent)
• Pemeriksaan dilakukan pada posisi sebelah kanan pasien/ tempat tidur.
4. Cuci Tangan WHO

B.2. GENERAL ASSESMENT

Inspeksi /perhatikanlah :
1. Ekspresi wajah pasien > tampak sesak/ tidak, nafas cuping hidung, tampak capek, kelelahan,
frekuensi nafas meningkat, sesak, sianosis dan edema, serta tripod position. Frekuensi
pernafasan normal pada orang dewasa saat istirahat 14-20 kali permenit.
2. Bentuk & ukuran toraks (simetris/ tidak, normochest, barrel chest dan pigeon chest/ pectus
carinatum, pectus excavatum)
3. Pergerakan pernapasan (simetris, salah satu bagian tertinggal/ tidak)
4. Adanya kontraksi otot-otot pernafasan tambahan yang ditandai dengan retraksi
interkostal,retraksi suprasterna,dan retraksi supraklavikular .
46 | K K D - 3 FKUC

B.3 DADA POSTERIOR

Meminta pasien duduk tegak diatas tempat tidur, rileks, tangan menyilang di depan dada
menyentuh bahu kiri dan kanan serta pemeriksa memposisikan diri di belakang pasien.

Gambar 5. Posisi pemeriksaan thorak posterior

1. Inspeksi :
➢ Perhatikanlah dinding dada posterior bentuk dan apakah ada kelainan, deformitas,
asimetris, tanda penting seperti adanya massa ataupun tanda peradangan, bekas luka,dll.

2. Palpasi :
➢ Berusaha menghangatkan tangan sebelum menyentuh penderita
➢ Palpasi ada tidaknya daerah nyeri tekan di dinding dada posterior
➢ Nilai adanya kelainan, tumor, massa, daerah peradangan
➢ Nilai simetrisitas dan ekspansi dada dengan cara letakkan kedua tangan pada dada
posterior dengan kedua ibu jari bertemu di vertebrae thoracal VII, kemudian mintalah
pasien inspirasi maksimal diikuti dengan ekspirasi maksimal. Perhatikan perbedaan jarak
antar kedua ibu jari pemeriksa.

Gambar 6. Palpasi untuk menilai ekspansi dinding dada

➢ Menilai fremitus taktil, dengan menempelkan telapak tangan, bagian polar (tepi luar)
tangan atau jari-jari tangan pada dinding dada pasien secara lembut (untuk merasakan
getaran/taktil) kemudian pasien disuruh untuk mengucapkan kata-kata seperti “tujuh
tujuh” atau “Sembilan – Sembilan” dengan nada sedang. Bandingkan getaran yang timbul
antara hemithorak kiri dan kanan secara simetris dengan cara menyilangkan tangan
pemeriksa secara bergantian. Jika terdapat kontur tulang iga, usahakan untuk mengikuti
alur celahnya (spatum inter-costae) agar mendapatkan getaran yang optimal.

Gambar 7. Palpasi menilai fremutis taktil (kiri). Lokasi pemeriksaan fremitus taktil (kanan)
KKD-3 FKUC | 47

3. Perkusi
➢ Perkusilah dinding dada posterior kiri dan kanan
➢ Cara perkusi baik dan benar serta suara perkusi yang dihasilkan sesuai (jangan
melakukan perkusi pada daerah scapula), yaitu dengan cara:
− Hiperektensikan jari tengah tangan kiri (disebut jari fleksimeter), tekan dengan lembut
pada sendi interphalang distal permukaan yang akan diperkusi. Hindari kontak
permukaan dengan bagian lain dari tangan, karena hal ini akan mengurangi vibrasi,
jari 2,4,dan 5 tidak menyentuh dada.
− Posisikan tangan kanan cukup dekat dengan permukaan dengan jari tengah agak
fleksi, lemaskan dan siap untuk mengetuk.
− Dengan gerakan cepat tapi santai, pada sendi pergelangan tangan, ketuk jari
fleksimeter dengan menggunakan ujung jari tengah tangan kanan. ketukan dilakukan
dengan cepat untuk menghindari pengurangan vibrasi. Cukup 2 kali ketukan

Gambar 8. Cara Perkusi Thoraks

4. Auskultasi
➢ Idealnya, auskultasi dilakukan dalam ruangan sunyi. Terkadang suara yang dapat
mengganggu pemeriksaan ini berasal dari gesekan stetoskop dengan
kulit/rambut/pakaian, kontraksi otot. Perlu banyak latihan agar kemampuan auskultasi
menjadi handal.
➢ Ambil dan Periksalah stetoskop, gunakan bagian diafragma
➢ Bagian telinga stetoskop diarahkan ke anterior atau sejajar dengan arah kanal auditoris
eksternal
➢ Lakukan auskultasi dengan meminta pasien inspirasi dan ekspirasi.
➢ Pemeriksa membandingkan auskultasi kiri dan kanan dari atas ke bawah.

Gambar 9. Lokasi auskultasi dada posterior.


48 | K K D - 3 FKUC

B.4 DADA ANTERIOR

1. Inspeksi
➢ Mintalah pasien tetap duduk di tempat tidur dan pemeriksa berada di depan pasien
➢ Amati ada tidaknya kelainan bentuk dada, gerakan pernafasan, pulsasi di area apeks
jantung serta ada tidaknya tanda tanda kontraksi otot bantu nafas.

2. Palpasi
➢ Posisikan penderita berbaring telentang 30 derajat dengan mengelevasi ujung tempat tidur
(Mintalah pasien berbaring supine dengan kedua tangan sedikit abduksi, pastikan baju
menutupi daerah payudara kanan untuk pemeriksaan dinding dada kiri dan sebaliknya
secara bergantian untuk pasien wanita).
➢ Berusaha menghangatkan tangan sebelum menyentuh penderita
➢ Lakukanlah penilaian ekspansi dinding dada anterior seperti sebelumnya
➢ Lakukan penilaian fremitus taktil pada dinding dada anterior seperti pada sebelumnya.
➢ Gunakan ujung permukaan bawah ujung jari anda untuk meraba apeks jantung (Teraba
sebagai pulsasi/ ictus cordis yang berukuran kira-kira setengah mata uang logam (2 cm)
dan lokasinya terletak 2 jari medial dari garis midclavikula kiri).

Gambar 10. Cara Palpasi apeks Jantung

3. Perkusi
➢ Lakukan perkusi dinding dada depan kiri dan kanan
➢ Lakukan perkusi daerah jantung. Dengan perkusi dapat ditentukan batas-batas jantung,
pinggang jantung dan countur jantung.
➢ Batas Jantung Kanan.
o Mula-mula ditentukan lebih dahulu titik tengah garis midclavikula kanan, jari-jari
tangan kanan diletakkan sejajar dengan iga.
o Kemudian dilakukan perkusi mulai dari titik tengah tadi, dari cranial ke arah caudal.
Suara normal yang didapat adalah bunyi sonor yang berasal dari paru.
o Perkusi diteruskan sampai timbul suara redup, biasanya pada sela iga VI kanan.
o Bunyi redup ini berasal dari batas antara paru dan puncak hati. Puncak hati ini ditutupi
oleh diagfragma dan masih ada jaringan paru di atas jaringan puncak hati itu, sehingga
terdapat gabungan antara masa padat dan sedikit udara dari paru.
o Setelah didapat titik batas sonor-redup, diukur dua jari kearah cranial.
o Pada titik yang baru ini diletakkan kembali telapak tangan dan jari-jarinya diposisikan
dengan arah jari tegak lurus terhadap iga.
o Kemudian dilakukan perkusi ke arah medial untuk mencari perubahan suara dari sonor
ke redup yang merupakan batas relatif kanan jantung dan normal adalah pada garis
sternal kanan. Dari titik batas ini selanjutnya dilakukan perkusi sampai mendapat suara
pekak, yang merupakan batas absolut jantung kanan, biasanya pada garis midsternal.
KKD-3 FKUC | 49

➢ Batas Jantung Kiri


o Mula-mula ditentukan garis aksila anterior kiri. Kemudian jari tengah diletakan pada
titik teratas garis aksila anterior dengan arah jari sejajar dengan iga.
o Perkusi dari kranial ke kaudal untuk mencari perubahan bunyi dari sonor ke timpani
yang merupakan batas paru dan lambung, biasanya pada sela iga VIII kiri.
o Dari titik ini diukur dua jari ke arah kranial dengan posisi jari kiri tegak lurus terhadap
iga, sampai timbul perubahan suara dari sonor ke redup, yang merupakan batas relatif
jantung paru. Biasanya terletak pada 2 jari medial garis midclavicular kiri.
o Perkusi diteruskan ke medial, sampai terjadi perubahan suara dari redup ke pekak yang
merupakan batas absolut jantung kiri.

➢ Batas Jantung Atas


o Tentukan garis sternal kiri lebih dahulu. Dari titik teratas dilakukan perkusi dan arah
sejajar iga ke arah kaudal, sampai terjadi perubahan suara dari sonor ke redup. Normal
adalah sela iga II kiri.

Gambar 11. Perkusi Jantung

4. Auskultasi
➢ Tetapkan stetoskop erat-erat ke dinding dada, gunakan diafragma
➢ Auskultasi dinding dada depan dengan meminta pasien inspirasi dan ekspirasi setiap
pemeriksaan pada 4 lokasi suara napas dasar.

Gambar 12. Lokasi auskultasi paru dada anterior.

➢ Auskultasi jantung boleh mulai dari apeks atau basal. Gunakan sisi diafragma untuk
mendengarkan bunyi Jantung I dan II (sisi bel untuk mendengarkan bunyi jantung frekuensi
rendah, misalnya bunyi jantung III).

➢ Ada beberapa posisi untuk auskultasi jantung, yaitu:


1. Telentang
2. Dekubitus lateral kiri
3. Duduk tegak lurus
4. Duduk membungkuk ke depan
50 | K K D - 3 FKUC

Gambar 13. Posisi auskultasi jantung

➢ Lokasi titik pemeriksaan auskultasi jantung adalah :


o Apeks untuk mendengarkan bunyi jantung yang berasal dari katup mitral
o Sella iga IV-V sternal kiri dan sela iga IV-V kanan untuk mendengarkan bunyi jantung yang
bersal dari katup trikuspidal.
o Sela iga II kiri untuk mendengarkan bunyi jantung yang berasal dari katup pulmonal.
o Sela iga II kanan untuk mendengarkan bunyi yang berasal dari katup aorta.

Gambar 14. Daerah auskultasi jantung

➢ Tentukan bunyi jantung, fase, irama dan frekuensinya. Bunyi jantung normal terdiri atas bunyi
jantung I dan bunyi jantung II. Untuk menentukan yang mana bunyi jantung I adalah dengan cara
1. Raba arteri radialis atau arteri karotis atau iktus kordis, dimana bunyi jantung I sinkron
dengan denyut nadi arteri-arteri tersebut atau dengan denyut iktus kordis.
2. Fase antara bunyi jantung I dan bunyi jantung II disebut fase sistolik, sedangkan fase antara
bunyi jantung II dan bunyi jantung I disebut fase diatolik. Fase sistolik lebih pendek dari
pada fase diastolic.
3. Irama Jantung, normalnya adalah reguler, dengan denyut jantung berkisar antara 60-100
menit.
KKD-3 FKUC | 51

C. CHECKLIST PEMERIKSAAN

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan (prosedur singkat) yang akan
dilakukan dan persetujuan tindakan (informed consent)

II Persiapan dan Pemeriksaan Awal


3 Mempersilahkan pasien untuk melepaskan pakaian atasnya (baju).
Mintalah pasien untuk ditemani anggota keluarganya kalau khawatir /
merasa tidak nyaman
4 Cuci tangan WHO
5 General assessment (laporkan hasil Inspeksi)

Pemeriksaan Dada Posterior


6 Meminta pasien duduk tegak diatas tempat tidur, rileks dan memposisikan
diri di belakang pasien
Inspeksi
7 Inspeksi dinding dada posterior (laporkan hasil)
Palpasi
8 Palpasi dinding dada posterior (daerah nyeri tekan atau adanya kelainan)
9 Berusaha menghangatkan tangan sebelum menyentuh penderita
10 Lakukan palpasi ekspansi dinding dada
11 Mintalah pasien inspirasi dan ekspirasi
Perkusi
Perkusi dinding dada belakang, dengan cara perkusi:
12 Hiperektensikan jari tengah tangan kiri (disebut jari fleksimeter), tekan
dengan lembut pada sendi interphalang distal permukaan yang akan
diperkusi.
13 Hindari kontak permukaan dengan bagian lain dari tangan, karena hal ini
akan mengurangi vibrasi, jari 2,4,dan 5 tidak menyentuh dada.
14 Posisikan tangan kanan cukup dekat dengan permukaan dengan jari tengah
agak fleksi, lemaskan dan siap untuk mengetuk.
15 Dengan gerakan cepat tapi santai, pada sendi pergelangan tangan, ketuk jari
fleksimeter dengan menggunakan ujung jari tengah tangan kanan. ketukan
dilakukan dengan cepat untuk menghindari pengurangan fibrasi
Auskultasi
16 Ambil dan periksa stetoskop, gunakan bagian diafragma, lakukan
auskultasi.
17 Minta pasien inspirasi dan ekspirasi setiap titik pemeriksaan

Pemeriksaan Dada Anterior


18 Pindahlah ke posisi berhadapan dengan pasien
Inspeksi
19 Lakukan inspeksi dada depan
20 Mintalah pasien berbaring telentang elevasi 30 derajat
Palpasi
21 Berusaha menghangatkan tangan sebelum menyentuh penderita
22 Lakukan penilaian ekspansi dada seperti sebelumnya
23 Minta pasien inspirasi dan ekspirasi
52 | K K D - 3 FKUC

24 Raba apeks jantung dengan menggunakan ujung permukaan bawah ujung


jari, tentukan ukuran dan lokasinya.
Perkusi
25 Lakukan perkusi dinding dada depan
26 Lakukan perkusi daerah jantung
Tentukan batas jantung kanan :
27 ➢ Mula-mula ditentukan lebih dahulu titik tengah garis
midclavikula kanan, jari-jari tangan kanan diletakkan sejajar dengan
iga.
28 ➢ Kemudian dilakukan perkusi mulai dari titik tengah tadi, dari cranial ke
arah caudal. (Suara normal yang didapat adalah bunyi sonor yang
berasal dari paru).
29 ➢ Perkusi diteruskan sampai timbul suara redup, biasanya pada sela iga
VI kanan.
30 ➢ Setelah didapat titik batas sonor-redup, diukur dua jari kearah cranial.
31 ➢ Pada titik yang baru ini diletakkan kembali telapak tangan dan jari-
jarinya diposisikan dengan arah jari tegak lurus terhadap iga.
32 ➢ Pada titik yang baru ini diletakkan kembali telapak tangan dan jari-
jarinya diposisikan dengan arah jari tegak lurus terhadap iga.
33 ➢ Kemudian dilakukan perkusi ke arah medial untuk mencari perubahan
suara dari sonor ke redup yang merupakan batas relatif kanan jantung
dan normal adalah pada garis sternal kanan
34 ➢ Dari titik batas ini selanjutnya dilakukan perkusi sampai mendapat
suara pekak, yang merupakan batas absolut jantung kanan, biasanya
pada garis midsternal.

Tentukan batas jantung kiri


35 ➢ Mula-mula ditentukan garis aksila anterior kiri. Kemudian jari tengah
diletakan pada titik teratas garis aksila anterior dengan arah jari sejajar
dengan iga.
36 ➢ Perkusi dari kranial ke kaudal untuk mencari perubahan bunyi dari
sonor ke timpani yang merupakan batas paru dan lambung, biasanya
pada sela iga VIII kiri.
37 ➢ Dari titik ini diukur dua jari ke arah kranial dengan posisi jari kiri tegak
lurus terhadap iga, sampai timbul perubahan suara dari sonor ke redup,
yang merupakan batas relatif jantung paru. Biasanya terletak pada 2 jari
medial garis midclavicular kiri
38 ➢ Perkusi diteruskan ke medial, sampai terjadi perubahan suara dari redup
ke pekak yang merupakan batas absolut jantung kiri.

Tentukan batas jantung atas


39 ➢ Tentukan garis sternal kiri lebih dahulu.
40 ➢ Dari titik teratas dilakukan perkusi dan arah sejajar iga ke arah kaudal,
sampai terjadi perubahan suara dari sonor ke redup. Normal adalah sela
iga II kiri.

Auskultasi
41 Lakukan auskultasi dinding dada depan sesuai 4 lokasi suara napas dasar:
Suara napas trakeal, suara napas bronkial, suara napas bronkovesikuler,
Suara napas vesikuler
42 Mintalah pasien inspirasi dan ekspirasi di setiap titik pemeriksaan
Dengarkanlah suara nafas di setiap titik pemeriksaan
KKD-3 FKUC | 53

43 ➢ Apeks untuk mendengarkan bunyi jantung yang berasal dari katup


mitral
44 ➢ Sella iga IV-V sternal kiri dan sela iga IV-V kanan untuk mendengarkan
bunyi jantung yang bersal dari katup trikuspidal.
45 ➢ Sela iga II linea parasternal kiri untuk mendengarkan bunyi jantung
yang berasal dari katup pulmonal.
46 ➢ Sela iga II linea parasternal kanan untuk mendengarkan bunyi yang
berasal dari katup aorta.
47 Gunakan sisi bel untuk mendengarkan bunyi Jantung I dan II (Gunakan sisi
diagfragma untuk mendengarkan bunyi jantung frekuensi rendah, misalnya
bunyi jantung III).

III Profesionalisme
48 Melakukan dengan penuh percaya diri
49 Melakukan dengan kesalahan minimal

Jumlah Skor

Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
98

Anda mungkin juga menyukai