SEMESTER
1
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2019
2 |KKD-1 FKUC
DAFTAR ISI
MATERI 1
1. History Taking -- Anamnesis
a. Pengantar ………………………………………………………..……….……... 3
b. Teknik Pemeriksaan …………………………………………………..………… 5
c. Checklist Pemeriksaan …………………………………………………..……… 10
2. Menumbuhkan Empati
a. Pengantar ………………………………………………………………...……... 12
b. Prosedur Latihan …………………………………………………………...…… 13
c. Checklist Pemeriksaan ………………………..………………………………… 14
MATERI 2
3. Pemeriksaan Tanda Vital
a. Pengantar ………………………………..……………………………….……... 15
b. Teknik Pemeriksaan ……………………………..……………………………… 21
c. Checklist Pemeriksaan ..………………………………………………………… 27
MATERI 3
4. Pemeriksaan Refleks Fisiologis
a. Pengantar ………..…………………………………………………….………... 30
b. Teknik Pemeriksaan ……..……………………………………………………… 31
c. Checklist Pemeriksaan …………..……………………………………………… 34
MATERI 4
6. Teknik Aseptik
a. Pengantar ………………..…………………………………………….………... 46
b. Teknik Keterampilan …………..………………………………..……………… 47
c. Checklist Pemeriksaan …………..……………………………………………… 58
KKD-1 FKUC |3
Tujuan Umum :
Setelah mengikuti pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa memiliki keterampilan untuk melakukan
anamnesis (History Taking)
Tujuan Khusus :
1. Mendapatkan riwayat medis (bio-physical history) secara komplet dan akurat, dengan tujuan
untuk mengenali suatu pola yang bisa mengarah pada suatu penyakit.
2. Menyusun suatu wawancara medis yang efektif dan efisien dalam segi waktu tetapi tetap dapat
meningkatkan proses ”diagnostic reasoning”.
3. Mengikutsertakan pasien dalam suatu proses interaktif, meningkatkan pemahaman pasien, serta
menjaga hubungan baik dengan pasien.
A. PENGANTAR
The Cambridge Calgary Observation Guide After Silvermann, Kurtz dan Draper
Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa tahap komunikasi dokter-pasien meliputi :
1. Memulai wawancara (initiating the session)
2. Mengumpulkan informasi (gathering information)
3. Keterangan Skor dan perencanaan (explanation and planning)
4. Menutup wawancara (closing the session)
4 |KKD-1 FKUC
Kemudian pada saat melaksanakan tahap – tahap komunikasi dokter pasien tersebut ada dua hal
yang harus selalu diperhatikan, yaitu:
1. Kemampuan menjalin hubungan / sambung rasa dengan pasien (building the relationship).
2. Kemampuan menstruktur wawancara (structuring the consultation).
Kemampuan menjalin hubungan dan kemampuan menstruktur wawancara harus selalu digunakan
(secara tepat) pada tiap tahap komunikasi dokter-pasien. Bisa dikatakan ketiga hal tersebut harus
bisa berjalan secara paralel pada saat wawancara sedang berlangsung. Pada bagian ini akan
dibahas lebih lanjut mengenai proses mengumpulkan informasi (gathering information). Proses
pengumpulan informasi ini lebih lanjut akan disebut sebagai proses ANAMNESIS.
Dalam anamnesis alur pikir yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan sistematis, sehingga perlu diingat : Fundamental Four & Sacred Seven.
2. Mulai berfikir organ mana yang terkena dan jangan berpikir penyakit apa, sehingga
pengetahuan anatomi dan fisiologi harus dikuasai dengan baik.
3. Anamnesis menggunakan keterampilan interpersonal sehingga dibutuhkan pengetahuan
sosiologi, psikologi dan antropologi.
B. TEKNIK PEMERIKSAAN
Anamnesis yang baik harus mengacu pada pertanyaan yang sistematis, yaitu dengan
berpedoman pada empat pokok pikiran (The Fundamental Four) dan tujuh butir mutiara
anamnesis (The Sacred Seven). Yang dimaksud dengan empat pokok pikiran, adalah melakukan
anamnesis dengan cara mencari data:
Sebelum melakukan anamnesis lebih lanjut, pertama yang harus ditanyakan adalah identitas
pasien, yaitu umur, jenis kelamin, ras, status pernikahan, agama dan pekerjaan.
1. Riwayat Penyakit Sekarang,
Hal ini meliputi keluhan utama dan anamnesis lanjutan. Keluhan utama adalah keluhan yang
membuat seseorang datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk mencari pertolongan,
misalnya : demam, sesak nafas, nyeri pinggang, dll. Keluhan utama ini sebaiknya tidak lebih
dari satu keluhan. Kemudian setelah keluhan utama, dilanjutkan anamnesis secara sistematis
dengan menggunakan tujuh butir mutiara anamnesis, yaitu :
1. Lokasi (dimana ? menyebar atau tidak ?)
2. Onset / awitan dan kronologis (kapan terjadinya? berapa lama?)
3. Kuantitas keluhan (ringan atau berat, seberapa sering terjadi ?)
4. Kualitas keluhan (rasa seperti apa ?)
5. Faktor-faktor yang memperberat keluhan.
6. Faktor-faktor yang meringankan keluhan.
7. Analisis sistem yang menyertai keluhan utama.
organ. Rasa sakit yang tumpul (dull) seperti diremas, kramp, kolik, sesuatu yang bergerak
biasanya menunjukkan proses pada organ yang berongga (saluran cerna, empedu). Rasa
sakit yang tidak khas menunjukkan organ padat (hati, pankreas).
CONTOH KASUS
Skenario 1
Seorang laki-laki, datang ke IGD Rumah Sakit dengan keluhan utama nyeri pada perut.
Identitas pasien
Nama : Tn. Albert
Umur : 20 tahun
Alamat : Abepante
Pekerjaan : mahasiswa
Keluhan utama : nyeri pada perut
Skenario 2
Seorang perempuan datang ke dokter dengan keluhan badan lemas. Identitas pasien :
Nama : Ny. Juwita
Umur : 40 tahun
Alamat : Sentani
Pekerjaan : Ibu ruma tangga, kadang menjadi buruh tukang cuci dan seterika di
rumah tetangga-tetangganya.
Status perkawinan : Menikah mempunyai 2 anak
Keluhan utama : badan lemas
Skenario 3
Seorang laki-laki, datang ke puskesmas dengan keluhan sakit kepala.
Identitas:
Nama : Tn. Boyke
Umur : 38 tahun
Alamat : Entrop
Pekerjaan : Karyawan Perusahaan swasta
Status perkawinan : sudah menikah
Keluhan utama : sakit kepala
Skenario 4
Seorang wanita, berusia 22 tahun, datang mengunjungi dokter dengan keluhan demam 2 hari.
Identitas pasien
Nama : Nn. Sinta
Umur : 22 tahun
Pekerjaan : Karyawan perusahaan swasta
Alamat : Padang Bulan
Status perkawinan : Belum menikah
Keluhan utama : Demam
10 | K K D - 1 FKUC
Riwayat keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang sedang menderita sakit serupa, orang tua sehat dan tidak
menderita penyakit DM, hipertensi, asma, maupun penyakit menahun
C. CHECKLIST PENILAIAN
Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Membuka Wawancara
1 Menyapa pasien
2 Memperkenalkan diri
3 Menunjukkan sikap hormat dan respek pada pasien
4 Mengidentifikasi dan mengkonfirmasi permasalahan pasien
5 Menegosiasikan agenda konsultasi
II Anamnesis
6 Menanyakan identitas penderita
7 Menanyakan keluhan utama
8 Menanyakan lokasi
9 Menanyakan onset dan kronologi
10 Menanyakan kualitas keluhan
11 Menanyakan kuantitas keluhan
12 Menanyakan faktor-faktor pemberat
13 Menanyakan faktor-faktor peringan
14 Menanyakan gejala penyerta
15 Menanyakan riwayat penyakit dahulu
KKD-1 FKUC | 11
III Profesionalisme
32 Melakukan dengan penuh percaya diri
33 Melakukan dengan kesalahan minimal
Jumlah Skor
Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).
Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
66
12 | K K D - 1 FKUC
MENUMBUHKAN EMPATI
Tujuan Umum :
Setelah mengikuti pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa memiliki keterampilan untuk bersikap
Empati kepada pasien
Tujuan Khusus :
1. Mengidentifikasi perasaan-perasaan orang lain.
2. Merespon secara empatik perasaan-perasaan yang diungkapkan oleh orang lain.
A. PENGANTAR
Salah satu kunci untuk meningkatkan kualitas komunikasi antar individu adalah dengan
empati. Sikap ini berarti seorang dokter dapat merasakan secara mendalam apa yang dirasakan
oleh pasien tanpa kehilangan identitas diri.
Seorang dokter dapat memahami perasaan pasiennya dengan melihat raut wajah dan bahasa
isyarat tubuh serta dengan mencermati bahasa verbal pasien. Kita telah mengenal emosi-emosi
dasar seperti rasa senang/bahagia, sedih, marah, terkejut, jijik, dan takut sejak kecil. Namun ada
keunikan yang bisa muncul karena perbedaan budaya dan keyakinan pada setiap orang.
Empati merupakan kemampuan untuk memahami pribadi orang lain sebagaimana dia
mampu memahami dirinya sendiri. Seorang dokter hendaknya dapat menerima secara tepat
makna dan perasaan-perasaan pasiennya. Dokter yang empatik mampu mendengarkan pasien
dengan tanpa prasangka dan tidak menilai negatif dan mampu mendengarkan cerita pasien dengan
baik.Dokter yang empatik dapat merasakan kepedihan pasien tetapi dia tidak larut terhanyut
karenanya. Dengan demikian dokter yang empatik mampu membaca tanda-tanda (isyarat,
gesture, mimik) yang menggambarkan keadaan psikologis dan emosi yang sedang dialami orang
lain. Orang yang empatik mampu merespon secara tepat kebutuhan-kebutuhan orang lain tanpa
kehilangan kendali.
Empati berbeda dengan simpati dan antipati. Apati berarti tidak peduli dan tidak
melibatkan perasaan atau tidak menaruh minat dan perhatian terhadap seseorang atau beberapa
orang. Seseorang yang apati terhadap sesuatu biasanya tidak mau melibatkan diri, dan biasanya
memberikan pesan non verbal yang mengisaratkan ketidakpedulian seperti ”Apa peduliku”, ”Ah,
itu masalahmu, bukan urusanku”, dan lain sebagainya.
Simpati, adalah suatu keterlibatan emosi yang berlebihan kepada orang lain. Simpati
dapat mengurangi kekuatan dan kemandirian dokter (sebagai helper) dimana dokter menjadi tidak
mampu memberi bantuan ketika dia sangat dibutuhkan.Kata-kata yang terucap dari seorang yang
bersimpati misalnya: “Kasihan kamu ”
Sementara itu empati memiliki tiga komponen penting yaitu
1. Tetap menjaga diri agar tidak terlena dengan orang lain pada saat kita memahami perasaan
orang lain secara sensitive dan akurat ;
2. Memahami situasi yang memicu perasaan-perasaan tersebut;
3. Mengkomunikasikan dengan orang lain dengan cara-cara yang membuat orang lain merasa
diterima dan dipahami.
Sikap empatik dapat dikomunikasikan dengan bahasa verbal dan non verbal namun tetap
memperhatikan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku.
KKD-1 FKUC | 13
B. PROSEDUR LATIHAN
Sesi 1:
Sesi 2:
Lakukanlah paraphrase pada ungkapan pasien berikut ini. Diskusikan dengan instruktur.
”Pasien 1”
(sambil terbata-bata dengan mata lembab pasien yang didiagnosis kanker paru): ”Aku paham
mengapa temanku melarang aku merokok sejak setahun yang lalu.”
Paraphrase 1: ” ......................................................................................................
Paraphrase 2: ” ......................................................................................................
”Istri pasien 1”
(muka memerah, mata memandang tajam, nafas tampak agak sesak. ): ”Apa salah kami ya Alloh,
kenapa penyakit itu Kau berikan pada suamiku?”
Paraphrase 1: ” ......................................................................................................
Paraphrase 2: ” ......................................................................................................
“Pasien 2” (agak gemetar, wajah pucat, kedua tangannya menekan perut). Pasien ini didiagnosis
gastritis Akut:”Aduh sakit sekali dok, perut saya seperti ditusuk-tusuk…cepat dok..tolong saya”.
Paraphrase 1: ” ......................................................................................................
Paraphrase 2: ” ......................................................................................................
”Pasien 3”
(mata agak membuka lebar, alis ditarik kebelakang, mulut menganga). Pasien ini didiagnosis
terserang HIV AIDS:
”Tidak mungkin dok, tidak mungkin penyakit itu menyerangku??”
Paraphrase 1: ” ......................................................................................................
Paraphrase 2: ” ......................................................................................................
Pasien 4
(terkejut mendengar biaya pengobatan yang harus mereka tanggung dan mencoba menanyakan
alternative tindakan): “ Dok, apa tidak ada cara lain untuk pengobatan anak saya selain operasi
semahal itu,dok?”
Paraphrase 1: ” ......................................................................................................
Paraphrase 2: ” ......................................................................................................
14 | K K D - 1 FKUC
C. CHECKLIST PENILAIAN
Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Dokter menggunakan gerak tubuh yang tepat dalam mengungkapan empati
2 Dokter menggunakan mimik wajah yang tepat dalam mengungkapan
empati
3 Dokter mendengarkan dengan aktif ungkapan si pasien
4 Dokter menggunakan kata-kata yang tepat dalam mengungkapan empati.
II Profesionalisme
5 Melakukan dengan penuh percaya diri
6 Melakukan dengan kesalahan minimal
Jumlah Skor
Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).
Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
12
KKD-1 FKUC | 15
Tujuan Umum :
Setelah mengikuti pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa memiliki keterampilan untuk melakukan
pemeriksaan Tanda Vital
Tujuan Khusus :
1. Melakukan pemeriksaan tekanan darah.
2. Melakukan pemeriksaan nadi.
3. Melakukan pemeriksaan respiratory rate.
4. Melakukan pemeriksaan suhu tubuh.
5. Menginterpretasikan data yang didapat untuk membuat langkah diagnostik selanjutnya.
A. PENGANTAR
Metode klasik memeriksa tekanan ialah dengan menentukan tinggi kolom cairan yang
memproduksi tekanan yang setara dengan tekanan yang diukur. Alat yang mengukur tekanan
dengan metode ini disebut manometer.
Alat klinis yang biasa digunakan dalam
mengukur tekanan adalah
sphygmomanometer, yang mengukur
tekanan darah. Dua tipe tekanan gauge
dipergunakan dalam
sphygmomanometer. Pada manometer
merkuri, tekanan diindikasikan dengan
tinggi kolom merkuri dalam tabung
kaca. Pada manometer aneroid, tekanan
mengubah bentuk tabung fleksibel
tertutup, yang mengakibatkan jarum
bergerak ke angka.
Prinsip Pengukuran :
Tekanan Tekanan
Klasifikasi Tekanan Darah
Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Pre-Hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Stage 1 140-159 90-99
Hipertensi Stage 2 > 160 > 100
Jantung bekerja memompa darah ke sirkulasi tubuh (dari ventrikel kiri) dan ke paru (dari ventrikel
kanan). Melalui ventrikel kiri, darah disemburkan melalui aorta dan kemudian diteruskan ke arteri
di seluruh tubuh. Sebagai akibatnya, timbullah suatu gelombang tekanan yang bergerak cepat
pada arteri dan dapat dirasakan sebagai denyut nadi. Dengan menghitung frekuensi denyut nadi,
dapat diketahui frekuensi denyut jantung dalam 1 menit.
• Denyut jantung juga tergantung pada aktivitas bayi dan anak. Misalnya, ketika menangis
atau kesakitan, denyut jantung bisa mencapai 180x/menit.
• Denyut jantung normal dewasa berada pada rentang 60-100x/menit
18 | K K D - 1 FKUC
• Takikardia bila frekuensi nadi > 100 kali/menit, sedangkan bradikardia bila frekuensi
nadi< 60 kali/menit
• Irama nadi: Normal irama teratur
• Pengisian : tidak teraba, lemah, cukup (normal), kuat, sangat kuat
• Kelenturan dinding arteri : elastis dan kaku
• Perbandingan nadi/arteri kanan dan kiri (Normal : nadi kanan dan kiri sama)
• Perbandingan antara frekuensi nadi/arteri dengan frekuensi denyut jantung (Normal : tidak
ada perbedaan).
Bernafas adalah suatu tindakan involunter (tidak disadari), diatur oleh batang otak dan dilakukan
dengan bantuan otot-otot pernafasan, Saat inspirasi, diafragma dan otot-otot interkostalis
berkontraksi, memperluas kavum thoraks dan mengembangkan paru-paru. Dinding dada akan
bergerak ke atas, ke depan dan ke lateral, sedangkan diafragma terdorong ke bawah. Saat inspirasi
berhenti, paru-paru kembali mengempis, diafragma naik secara pasif dan dinding dada kembali
ke posisi semula.
Analisis Hasil Pemeriksaan
1. Penilaian pernapasan:
a. Tipe pernapasan:
Pada keadaan normal, tipe pernapasan pada wanita biasanya adalah pernapasan dada,
sedangkan pada laki-laki biasanya tipe pernapasan abdominal.
b. Frekuensi napas:
Frekuensi pernapasan normal dewasa saat istirahat antara 14-20 kali/menit dan sampai
dengan 44 x/menit pada bayi. Bila terdapat kesulitan bernapas, maka frekuensi napas
juga akan meningkat (takipnea). Frekuensi napas juga dapat berkurang (bradipnea),
misalnya akibat stimulasi saraf.
KKD-1 FKUC | 19
c. Dalam pernapasan:
Saat keadaan istirahat, pernapasan biasanya cukup dangkal, namun kedalamannya akan
meningkat saat latihan. Pernapasan yang sangat cepat dan adanya nyeri dada, misalnya
pada fraktur iga, pernapasan biasanya dangkal.
Regularitas: Pada keadaan normal, pernapasan biasanya teratur, bila terdapat gangguan
pada pusat napas, misalnya, pernapasan dapat memiliki jeda yang cukup lama (apnoe).
d. Hubungan inspirasi dan ekspirasi:
Normalnya masa inspirasi lebih pendek dari ekspirasi dengan rasio 5:6. Pada serangan
asma, fase ekspirasi memanjang (biasanya disertai wheezing). Pada obstruksi jalan napas
atas, misalnya saat tersedak, fase inspirasi dapat memanjang (disertai stridor)
e. Bibir atau lidah yang kebiruan atau ungu.
Gejala ini merupakan tanda sianosis sentral. Keadaan ini dapat terjadi bila darah
kekurangan oksigen.
g. Obstructive Breathing
Pada penyakit paru obstruktif, ekspirasi memanjang disebabkan oleh menyempitnya
saluran napas meningkatkan hambatan aliran udara. Penyebabnya antara lain asma,
bronkhitis kronis dan COPD.
Suhu merupakan gambaran hasil metabolisme tubuh.Termogenesis (produksi panas tubuh) dan
termolisis (panas yang hilang) secara normal diatur oleh pusat thermoregulator hipothalamus.
Pengukuran suhu oral biasanya lebih mudah dan hasilnya lebih tepat, tetapi termometer air raksa
dengan kaca tidak seyogyanya dipakai untuk pengukuran suhu oral, yaitu pada penderita yang
tidak sadar, gelisah atau tidak kooperatif, tidak dapat menutup mulutnya atau pada bayi dan orang
tua.
2. Abnormalitas Suhu .
Demam atau pireksia adalah peningkatan suhu tubuh diatas normal. Hiperpireksia adalah
peningkatan suhu tubuh diatas 41,1oC. Hipotermia adalah penurunan suhu tubuh abnormal
dibawah 35oC per rektal.
Penyebab demam antara lain infeksi, trauma (seperti operasi atau cedera kompresi),
keganasan, kelainan darah (seperti anemia hemolitik akut), reaksi obat dan gangguan imunitas
(seperti collagen vascular disease).
Penyebab utama hipotermia adalah paparan terhadap dingin. Penyebab predisposisi lain
termasuk menurunnya pergerakan seperti pada paralisis, vasokonstriksi seperti pada sepsis,
konsumsi alkohol berlebih, kelaparan, hipotiroidisme dan hipoglikemia. Orang tua merupakan
golongan yang rentan terhadap hipotermia dan lebih sedikit terjadi demam.
B. TEKNIK PEMERIKSAAN
Prosedur pemeriksaan :
• Pemilihan sphymomanometer (blood pressure cuff)
Sphygmomanometer adalah alat yang digunakan untuk pengukuran tekanan darah, yang
terdiri dari cuff, bladder dan alat ukur air raksa. Dalam melakukan pemeriksaan ini harus
diperhatikan:
• Lebar dari bladder kira-kira 40 % lingkar lengan atas (12 - 14 cm pada dewasa).
• Panjang bladder kira-kira 80 % lingkar lengan atas.
• Sphygmomanometer harus dikalibrasi secara rutin.
5. Carilah arteri brachialis/arteri radialis, biasanya terletak di sebelah medial tendo muskulus
biceps brachii.
6. Untuk menentukan seberapa besar menaikkan tekanan pada cuff, perkirakan tekanan
sistolik palpatoir dengan meraba arteri brachialis/arteri radialis dengan satu jari tangan
sambil menaikkan tekanan pada cuff sampai nadi menjadi tak teraba, kemudian tambahkan
30 mmHg dari angka tersebut. Hal ini bertujuan untuk menghindari ketidaknyamanan
pasien dan untuk menghindari auscultatory gap. Setelah menaikkan tekanan cuff 30
mmHg tadi, longgarkan cuff sampai teraba denyutan arteri brachialis (tekanan sistolik
palpatoir). Kemudian kendorkan tekanan secara komplit (deflate).
7. Hasil pemeriksaan tekanan darah secara palpatoir akan didapatkan tekanan darah sistolik
dan tidak bisa untuk mengukur tekanan darah diastolik.
KKD-1 FKUC | 23
2. Auskultatoir
8. Pastikan membran stetoskop terdengar suara saat diketuk dengan jari.
9. Letakkan membran stetoskop pada fossa cubiti tepat di atas arteri brachialis.
10. Naikkan tekanan dalam bladder dengan memompa bulb sampai tekanan sistolik palpatoir
ditambah 30 mmHg.
11. Turunkan tekanan perlahan, ± 2-3 mmHg/detik.
12. Dengarkan menggunakan stetoskop dan catat dimana bunyi Korotkoff I terdengar pertama
kali. Ini merupakan hasil tekanan darah sistolik.
13. Terus turunkan tekanan bladder sampai bunyi Korotkoff V (bunyi terakhir terdengar). Ini
merupakan hasil tekanan darah diastolik.
14. Untuk validitas pemeriksaan tekanan darah minimal diulang 3 kali. Hasilnya diambil rata-
rata dari hasil pemeriksaan tersebut.
Gambar 10a. Pemeriksaan pulsasi arteri brachialis pada orang dewasa dan anak
Persiapan pemeriksaan :
• Pasien dalam keadaan tenang, posisi tidur.
• Dokter meminta ijin kepada pasien untuk membuka baju bagian atas.
➢ Pada inspirasi, perhatikan : gerakan iga ke lateral, pelebaran sudut epigastrium, adanya
retraksi dinding dada (supraklavikuler, suprasternal, interkostal, epigastrium),
penggunaan otot-otot pernafasan aksesoria serta penambahan ukuran anteroposterior
rongga dada.
➢ Pada ekspirasi, perhatikan : masuknya kembali iga, menyempitnya sudut epigastrium dan
pengurangan diameter anteroposterior rongga dada.
• Pemeriksaan palpasi : pemeriksa meletakkan telapak tangan untuk merasakan naik turunnya
gerakan dinding dada.
• Pemeriksaan auskultasi : menggunakan membran stetoskop diletakkan pada dinding dada di
luar lokasi bunyi jantung.
Gambar 12. Pengukuran suhu Oral Gambar 13. Pengukuran suhu Aksila
(Catatan : pada prakteknya, untuk menghemat waktu pemeriksaan, sambil menunggu pemeriksaan
suhu dilakukan pemeriksaan nadi dan frekuensi nafas).
C. CHECKLIST PENILAIAN
Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan (prosedur singkat) yang akan
dilakukan dan persetujuan tindakan (informed consent
III Profesionalisme
11 Melakukan dengan penuh percaya diri
12 Melakukan dengan kesalahan minimal
Jumlah Skor
Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).
Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
24
Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
28 | K K D - 1 FKUC
II Pemeriksaan Nadi
3 Meraba arteri radialis dengan cara meletakkan jari telunjuk dan jari tengah
atau 3 jari (jari telunjuk,tengah dan manis) di atas arteri radial dan sedikit
ditekan sampai teraba pulsasi.
4 Menilai frekuensi, irama, pengisian, kelenturan dinding arteri, pada kedua
pergelangan tangan kanan dan kiri
5 Memberitahukan hasil pemeriksaan nadi pada pasien
Profesionalisme
6 Melakukan dengan penuh percaya diri
7 Melakukan dengan kesalahan minimal
Jumlah Skor
Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).
Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
14
Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan (prosedur singkat) yang akan
dilakukan dan persetujuan tindakan (informed consent
III Profesionalisme
7 Melakukan dengan penuh percaya diri
8 Melakukan dengan kesalahan minimal
Jumlah Skor
Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
KKD-1 FKUC | 29
Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
16
Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan (prosedur singkat) yang akan
dilakukan dan persetujuan tindakan (informed consent
II Pemeriksaan Suhu
3 Mempersiapkan termometer dan mengecek apakah air raksa menunjukkan
angka dibawah 350C.
4 Memasang termometer pada aksila, rectal atau oral.
5 Memasang termometer pada tempat tersebut selama kurang lebih 3-5
menit.
6 Membaca hasil , interpretasi hasil, dan memberitahukan hasil pemeriksaan
suhu pada penderita
III Profesionalisme
7 Melakukan dengan penuh percaya diri
8 Melakukan dengan kesalahan minimal
Jumlah Skor
Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).
Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
16
30 | K K D - 1 FKUC
Tujuan Umum :
Setelah mengikuti pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa memiliki keterampilan untuk melakukan
pemeriksaan refleks fisiologis serta mengenali kelainannya.
Tujuan Khusus :
1. Melakukan pemeriksaan Refleks pada lengan / tangan (Biceps dan Triceps)
2. Melakukan pemeriksaan Refleks pada tungkai (Patela/Quadriseps dan Achiles)
A. PENGANTAR
Prinsip Umum :
1. Pemeriksaan refleks fisiologis biasa dilakukan selama pemeriksaan fisik; sehingga
pemeriksaan ini tidak dilakukan secara terpisah, kecuali pada kasus-kasus tertentu yang
membutuhkan pemeriksaan reflek fisiologis yang benar-benar akurat.
2. Kasus-kasus tersebut biasanya berhubungan erat dengan keluhan-keluhan utama
seperti berikut: kelelahan (mudah lelah), kesulitan berjalan, gangguan atau ketidakmampuan
berjalan, paraesthesia, nyeri otot, nyeri ekstremitas, gangguan pertumbuhan otot, nyeri
punggung, gangguan fungsi otonom (ereksi, sistem kemih, dan defekasi).
3. Refleks-refleks fisiologis meliputi : refleks peregangan otot yang muncul pada stimulasi
tendon, periosteum, tulang, persendian, fascia, atau aponeurosis. Refleks- refleks tersebut
mungkin disalahartikan sebagai refleks tendon atau periosteum. Refleks akan muncul dengan
peregangan otot dan bukan oleh tendon. Tendon adalah area dimana stimulus mudah
dikerjakan. Karena refleks bisa terjadi melalui organ sensorik (misalnya neuromuscular
spindle), maka refleks seperti itu dinamakan refleks proprioseptik.
B. TEKNIK PEMERIKSAAN
Refleks pada lengan/tangan yang paling penting adalah refleks biceps, refleks triceps, refleks
brachioradialis, dan refleks jari fleksor. Pemeriksaan keempat refleks tersebut dilakukan secara
rutin pada pemeriksaan neurologis untuk memeriksa refleks pada lengan/tangan.
1. Refleks Biceps
• Pasien dalam keadaan duduk dan relaks.
• Lengan pasien harus relaks dan sedikit ditekuk/fleksi pada siku dengan telapak tangan
mengarah ke bawah.
• Letakkan siku pasien pada lengan/tangan pemeriksa.
• Letakkan ibu jari pemeriksa untuk menekan tendon biceps pasien.
32 | K K D - 1 FKUC
• Dengan menggunakan palu refleks, pukul ibu jari anda (yang menekan tendon tadi) untuk
memunculkan refleks biceps.
• Reaksi pertama adalah kontraksi dari otot biceps dan kemudian fleksi pada siku.
• Biceps adalah otot supinator untuk lengan bawah, hal tersebut akan menimbulkan gerakan
supinasi.
• Jika refleks ini meningkat, daerah refleks akan meluas dan refleks ini akan muncul dengan
cara memukul klavikula; akan terjadi fleksi pada pergelangan dan jari-jari tangan; dan
juga adduksi dari ibu jari.
• M. Biceps brachii diinervasi oleh n. musculocutaneus (C5-C6).
2. Refleks triceps
• Pasien diminta untuk duduk dalam posisi yang relaks.
• Letakkan lengan pasien pada lengan/tangan pemeriksa.
• Posisi pasien sama seperti saat pemeriksaan refleks biceps.
• Pasien diminta untuk me-relaks-kan lengannya.
• Saat lengan pasien sudah benar-benar relaks (dengan cara palpasi otot triceps : tidak
tegang), pukul tendon triceps yang melalui fossa olecranii.
• Reaksinya adalah kontraksi otot triceps dan sedikit terhentak. Reaksi ini dapat terlihat
ataupun dirasakan oleh lengan pemeriksa yang menahan lengan pasien.
• M. Triceps brachii diinervasi oleh n. Radialis (C6-C8). Proses refleks melalui C7.
3. Refleks Patella/Quadriceps
• Pasien duduk dengan posisi tungkai menggantung.
• Lakukan palpasi pada sisi kanan dan sisi kiri tendon patella.
• Tahan daerah distal paha dengan menggunakan satu tangan, sedangkan tangan yang lain
memukul tendon patella untuk memunculkan refleks patella.
• Tangan pemeriksa yang menahan bagian distal paha akan merasakan kontraksi otot
quadriceps dan pemeriksa mungkin dapat melihat gerakan tiba-tiba dari tungkai bagian
bawah.
• Cara lain untuk memeriksa :
- Pasien diminta untuk menggenggam tangan mereka sendiri.
- Pukul tendon patella saat pasien saling menarik genggaman tangan mereka
- Metode ini disebut “reinforcement”
- Jika pasien tidak mampu untuk duduk, dianjurkan posisi supinasi
4. Refleks Achilles
• Pasien diminta untuk duduk dengan satu tungkai menggantung (gambar 5), atau berbaring
dengan posisi supine (gambar 6), atau berdiri dengan bertumpu pada lutut dimana bagian
bawah tungkai dan kaki berada di luar meja pemeriksaan.
• Tegangkan tendon Achilles dengan cara menahan kaki di posisi dorsofleksi.
• Pukul tendon Achilles dengan ringan dan cepat untuk memunculkan refleks Achilles,
yaitu fleksi kaki yang tiba-tiba.
• “Reinforcement” juga dapat dilakukan pada pemeriksaan ini.
C. CHECKLIST PENILAIAN
Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan (prosedur singkat) yang akan
dilakukan dan persetujuan tindakan (informed consent)
III Profesionalisme
10 Melakukan dengan penuh percaya diri
11 Melakukan dengan kesalahan minimal
Jumlah Skor
Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).
Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
22
Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan (prosedur singkat) yang akan
dilakukan dan persetujuan tindakan (informed consent)
KKD-1 FKUC | 35
III Profesionalisme
10 Melakukan dengan penuh percaya diri
11 Melakukan dengan kesalahan minimal
Jumlah Skor
Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).
Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
22
Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan (prosedur singkat) yang akan
dilakukan dan persetujuan tindakan (informed consent)
III Profesionalisme
7 Melakukan dengan penuh percaya diri
8 Melakukan dengan kesalahan minimal
Jumlah Skor
36 | K K D - 1 FKUC
Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).
Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
16
Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan (prosedur singkat) yang akan
dilakukan dan persetujuan tindakan (informed consent)
III Profesionalisme
7 Melakukan dengan penuh percaya diri
8 Melakukan dengan kesalahan minimal
Jumlah Skor
Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).
Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
16
KKD-1 FKUC | 37
Tujuan Umum :
Setelah mengikuti kegiatan ketrampilan ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan
refleks patologis serta mengenali kelainannya.
Tujuan Khusus :
1. Melakukan pemeriksaan Refleks Hoffman dan Trommer
2. Melakukan pemeriksaan Refleks Babinski
3. Melakukan pemeriksaan Refleks Chaddock
4. Melakukan pemeriksaan Refleks Oppenheim
5. Melakukan pemeriksaan Refleks Gordon
6. Melakukan pemeriksaan Refleks Schaefer
7. Melakukan pemeriksaan Refleks Rossolimo dan Mendel-Bechterew
A. PENGANTAR
Pemeriksaan refleks patologis merupakan salah satu pemeriksaan penting dalam bidang
neurologi. Pemeriksaan refleks patologis dapat menunjukkan adanya lesi di Upper Motor
Neuron (UMN).
Refleks patologis adalah refleks-refleks yang tidak dapat dibangkitkan pada orang-
orang sehat, kecuali pada bayi dan anak kecil. Kebanyakan merupakan gerakan reflektorik
defensif atau postural yang pada orang dewasa yang sehat terkelola dan ditekan oleh aktivitas
susunan piramidal. Anak kecil umur antara 4-6 tahun masih belum memiliki susunan piramidal
yang sudah bermyelinisasi penuh, sehingga aktivitas susunan piramidalnya masih belum
sempurna. Maka dari itu gerakan reflektorik yang dinilai sebagi refleks patologis pada orang
dewasa tidak selamanya patologis jika dijumpai pada anak kecil. Tetapi pada orang dewasa
refleks patologis selalu merupakan tanda lesi Upper Motor Neuron (UMN). Manifestasi lesi
pada UMN biasanya berupa kelemahan atau kelumpuhan anggota gerak yang bersifat
spastik.
38 | K K D - 1 FKUC
Refleks-refleks patologis itu sebagian besar bersifat refleks dalam dan sebagian lainnya
bersifat refleks superfisial. Reaksi yang diperlihatkan oleh refleks patologis itu sebagian besar
adalah sama akan tetapi mempunyai nama yang bermacam-macam karena dibangkitkan dengan
cara yang berbeda. Misalnya refleks plantaris dengan respon ekstensor dahulu dikenal dengan
nama tanda Babinski. Kemudian ditemukan metode lain untuk membangkitkannya yang dikenal
sebagai modifikasi Babinski, yaitu refleks Chaddock, Oppenheim, Schaefer, dan Gordon. Refleks
Babinski dan modifikasi Babinski yang positif menunjukkan adanya lesi di traktus piramidalis.
Refleks Babinski tidak ditemukan pada orang sehat kecuali pada bayi kurang dari 1 tahun
karena myelinisasi pada traktus tersebut belum sempurna. Refleks Rossolimo-Mendel
Bechterew jika positif menunjukkan adanya lesi di traktus piramidalis medula spinalis
maupun kapsula interna.
Kelainan motoris akibat lesi di UMN selain ditandai dengan adanya refleks patologis juga
dapat ditandai dengan hiperrefleksiia dari refleks-refleks fisiologis. Hiperrrefleksia seringkali
diiringi dengan klonus yaitu kontraksi otot yang berulang-ulang setelah dilakukan perangsangan
tertentu.
B. TEKNIK PEMERIKSAAN
2. Refleks Babinski
• Goreskan ujung palu refleks pada telapak kaki pasien.
• Goresan dimulai pada tumit menuju ke atas dengan menyusuri bagian lateral telapak kaki,
kemudian setelah sampai pada pangkal kelingking, goresan dibelokkan ke medial sampai
akhir pada pangkal jempol kaki.
• Refleks Babinski positif jika ada respon dorsofleksi ibu jari yang disertai pemekaran jari-
jari yang lain.
KKD-1 FKUC | 39
3. Refleks Chaddock
• Dilakukan goresan dengan ujung palu refleks pada kulit dibawah maleolus eksternus.
• Goresan dilakukan dari atas ke bawah (dari proksimal ke distal).
• Refleks Chaddock positif jika ada respon dorsofleksi ibu jari kaki yang disertai pemekaran
jari-jari yang lain.
4. Refleks Oppenheim
• Dengan menggunakan jempol dan jari telunjuk pemeriksa, tulang tibia pasien diurut dari
atas ke bawah.
• Refleks Oppenheim positif jika ada respon dorsofleksi ibu jari kaki yang disertai
pemekaran jari-jari yang lain.
5. Refleks Gordon
• Dilakukan pemijatan pada otot betis pasien.
• Refleks Gordon positif jika ada respon dorsofleksi ibu jari yang disertai pemekaran dari
jari-jari yang lain.
6. Refleks Schaefer
• Dilakukan pemijatan pada tendo Achilles penderita.
• Refleks Schaefer positif jika ada respon dorsofleksi ibu jari yang disertai pemekaran jari-
jari yang lain.
C. CHECKLIST PENILAIAN
Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan (prosedur singkat) yang akan
dilakukan dan persetujuan tindakan (informed consent)
III Profesionalisme
8 Melakukan dengan penuh percaya diri
9 Melakukan dengan kesalahan minimal
Jumlah Skor
Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).
Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
18
CHECKLIST PENILAIAN
Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan (prosedur singkat) yang akan
dilakukan dan persetujuan tindakan (informed consent)
42 | K K D - 1 FKUC
III Profesionalisme
7 Melakukan dengan penuh percaya diri
8 Melakukan dengan kesalahan minimal
Jumlah Skor
Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).
Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
16
Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan (prosedur singkat) yang akan
dilakukan dan persetujuan tindakan (informed consent)
III Profesionalisme
7 Melakukan dengan penuh percaya diri
8 Melakukan dengan kesalahan minimal
Jumlah Skor
Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
KKD-1 FKUC | 43
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).
Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
16
Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan (prosedur singkat) yang akan
dilakukan dan persetujuan tindakan (informed consent)
III Profesionalisme
7 Melakukan dengan penuh percaya diri
8 Melakukan dengan kesalahan minimal
Jumlah Skor
Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).
Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
16
Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan (prosedur singkat) yang akan
dilakukan dan persetujuan tindakan (informed consent)
44 | K K D - 1 FKUC
III Profesionalisme
7 Melakukan dengan penuh percaya diri
8 Melakukan dengan kesalahan minimal
Jumlah Skor
Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).
Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
16
Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan (prosedur singkat) yang akan
dilakukan dan persetujuan tindakan (informed consent)
III Profesionalisme
7 Melakukan dengan penuh percaya diri
8 Melakukan dengan kesalahan minimal
Jumlah Skor
Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).
Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
16
KKD-1 FKUC | 45
Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan (prosedur singkat) yang akan
dilakukan dan persetujuan tindakan (informed consent)
III Profesionalisme
7 Melakukan dengan penuh percaya diri
8 Melakukan dengan kesalahan minimal
Jumlah Skor
Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).
Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
16
46 | K K D - 1 FKUC
TEKNIK ASEPTIK
Tujuan Umum :
Setelah mengikuti pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa memiliki keterampilan untuk melakukan
Teknik Aseptik sebelum melakukan tindakan bedah baik itu minor surgery atau major surgery,
dan atau tindakan medis di luar ruang operasi
Tujuan Khusus :
1. Mengetahui manfaat teknik aseptik dan sterilisasi.
2. Mengetahui 5 moments hand hygiene
3. Melakukan prosedur cuci tangan (hand hygiene) dengan sabun (diluar ruang operasi)
4. Melakukan prosedur cuci tangan (hand hygiene) dengan “hand rub” (diluar ruang operasi)
5. Memakai masker dan penutup kepala
6. Melakukan prosedur cuci tangan (hand hygiene) dengan sabun (didalam ruang operasi)
7. Memakai jubah operasi dengan teknik aseptic
8. Memakai sarung tangan steril dengan jubah operasi
9. Memakai sarung tangan steril tanpa jubah operasi
10. Melepas sarung tangan dengan benar
11. Memakai masker, head cap dan surgery gown.
A. PENGANTAR
Teknik aseptik adalah salah satu cara untuk memperoleh kondisi bebas dari
mikroorganisme. Dasar dari teknik ini adalah bahwa infeksi berasal dari luar tubuh, sehingga
teknik ini dipakai untuk mencegah masuknya infeksi dari luar tubuh melalui tempat pembedahan.
Tujuan akhir dari aseptik adalah untuk menghindarkan pasien dari infeksi paska operasi dan untuk
mencegah penyebaran patogen. Dengan demikian melalui teknik aseptik yang baik selain dapat
menghindarkan infeksi pada penderita juga akan melindungi dokter agar tidak terinfeksi oleh
penderita.
Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi melalui berbagai cara antara lain kontak
dengan lingkungan, petugas kesehatan, atau alat-alat medis. Teknik aseptik harus dilakukan pada
saat pembedahan, kateterisasi urin, prosedur intravaskular, respiratory suction, pemasangan
drain, pemasangan ventilator, pengambilan sampel darah, dll.
KKD-1 FKUC | 47
B. TEKNIK KETERAMPILAN
Tindakan hand hygiene tidak hanya perlu dilakukan di ruang operasi.Di luar ruang operasi pun
kita harus menerapkan prosedur hand hygiene. Hand hygiene yang baik harus memenuhi 2 hal
yaitu five moments hand hygiene (lima saat harus mencuci tangan) dan langkah hand hygiene.
a) Five moments hand hygiene
Berdasarkan guideline dari WHO tahun 2009 mengenai hand hygiene, terdapat 5 saat harus
mencuci tangan. Lima saat tersebut adalah :
1. Sebelum menyentuh pasien
2. Sebelum melakukan tindakan aseptic
3. Setelah terpapar cairan tubuh pasien
4. Setelah menyentuh pasien
5. Setelah menyentuh lingkungan sekitar perawatan pasien
Dalam pembedahan prosedur aseptik meliputi tindakan sebelum, saat maupun sesudah tindakan
bedah, yaitu :
a. Pemakaian masker dan penutup kepala.
b. Mencuci tangan.
c. Pemakaian sarung tangan dan jubah operasi.
d. Persiapan penderita.
e. Memelihara sterilisitas medan operasi.
f. Menggunakan teknik operasi aman.
g. Sterilisitas dari ruang operasi minor dan alat operasi.
b) Mencuci Tangan
Walaupun operator telah menggunakan sarung tangan steril, tetapi dengan mencuci dan
menggosok tangan akan mengurangi risiko infeksi karena kontaminasi mikroorganisme dari
tangan operator. Hal ini karena pada saat menggunakan sarung tangan akan memberikan
kondisi yang hangat dan lembab, yang akan menyebabkan bakteri mudah tumbuh, sehingga
dengan mencuci tangan sebelum menggunakan sarung tangan steril akan meminimalkan dan
menghambat pertumbuhan bakteri di dalam sarung tangan.
Mencuci tangan juga harus disertai dengan menyikat tangan dan lengan dengan sikat yang
lembut agar tidak mengiritasi kulit. Gunakan sabun untuk mencuci tangan.
Yang perlu diperhatikan pada cara ini adalah agar bagian luar sarung tangan
tidaktersentuh oleh tangan secara langsung. Oleh karena itu sarung tangan steril
biasanya pangkalnya dilipat keluar agar dapat dipakai sebagai pegangan pada
saat memakainya seperti pada gambar di diatas.
C. CHECKLIST PENILAIAN
C.1 MENCUCI TANGAN DENGAN SABUN DAN AIR MENGALIR DI LUAR RUANG
OPERASI
Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
1 Melepaskan semua perhiasan dari jari tangan, pergelangan tangan, siapkan
sabun
2 Membasahi tangan dan memakai sabun secukupnya.
3 Menggosokkan telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri.
4 Menggosok punggung tangan kanan dengan telapak tangan kiri, jari
menggosok sela-sela jari, dilakukan sama untuk punggung tangan kiri
5 Menggosok telapak tangan kanan dengan telapak tangan
6 Menggosok bagian belakang jari-jari dengan telapak tangan yang
berlawanan, posisi saling mengunci.
7 Menggosok ibu jari dengan arah rotasi menggunakan tangan yang
berlawanan
8 Menggosok ke-empat jari dengan arah rotasi pada telapak tangan yang
berlawanan
9 Membilas tangan dengan air mengalir
10 Mengeringkan tangan dengan handuk sekali pakai
11 Menutup kran air dengan menggunakan handuk
II Profesionalisme
12 Melakukan dengan penuh percaya diri
13 Melakukan dengan kesalahan minimal
Jumlah Skor
Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).
Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
26
Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
1 Melepaskan semua perhiasan dari jari tangan dan pergelangan
tangan.
2 Menuangkan hand rub pada telapak tangan.
3 Menggosokkan telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri.
4 Menggosok punggung tangan kanan dengan telapak tangan kiri, jari
menggosok sela-sela jari, dilakukan sama untuk punggung tangan kiri
KKD-1 FKUC | 59
II Profesionalisme
10 Melakukan dengan penuh percaya diri
11 Melakukan dengan kesalahan minimal
Jumlah Skor
Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).
Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
22
Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Memakai Jubah Operasi
1 Dengan satu tangan mengambil jubah operasi (gown terlipat) dan hanya
menyentuh lapisan paling luar
2 Memegang gown tanpa gown menyentuh tubuh dan benda lain yang tak
steril
3 Masukkan kedua lengan pada lengan gown (dengan bantuan asisten)
4 Ujung jari tidak menyentuh bagian luar ujung gown. (Asisten akan
membantu merapikan gown).
5 Perhatikan bahwa asisten hanya boleh menyentuh permukaan bagian
dalam gown.
6 Membuka dan mengambil sarung tangan kanan dengan tangan kiri yang
masih tertutup jubah dan diletakan pada lengan jubah yang berlawanan
7 Memegang ujung sarung tangan kanan dengan tangan kanan sementara
tangan lainnya memasukan tangan kiri (yang masih tertutup jubah
8 Mengambil dan memasang sarung tangan kanan dengan tangan kiri pada
sisi dalam lipatan sarung tangan.
9 Membetulkan letak sarung tangan sampai tepat pada jari- jari.
.
60 | K K D - 1 FKUC
II Profesionalisme
10 Melakukan dengan penuh percaya diri
11 Melakukan dengan kesalahan minimal
Jumlah Skor
Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).
Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
22
Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Menggunakan Sarung Tangan Tanpa Jubah Operasi
1 Dapat menyiapkan sarung tangan dengan tepat/siap pakai.
2 Mengambil sarung tangan kanan dengan tangan kiri pada lipatan keluar
bagian proximal
3 Memasang sarung tangan tersebut pada tangan kanan tanpa menyentuh
bagian luarnya.
4 Mengambil sarung tangan kiri dengan tangan kanan pada sisi dalam lipatan
sarung tangan.
5 Memasang sarung tangan kiri tanpa tangan kanan menyentuh tangan kiri.
6 Balikkan kedua sarung tangan dengan memasukkan tangan pada bagian
bawah/pangkal lipatan.
7 Membetulkan letak sarung tangan sampai tepat pada jari- jari.
II Profesionalisme
8 Melakukan dengan penuh percaya diri
9 Melakukan dengan kesalahan minimal
Jumlah Skor
Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).
Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
18