Anda di halaman 1dari 60

PANDUAN

KETERAMPILAN KLINIK DASAR


(K K D)
( untuk Kalangan Sendiri )
Internal

SEMESTER

1
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2019
2 |KKD-1 FKUC

DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................................. 1


Daftar Isi ........................................................................................................................... 2

MATERI 1
1. History Taking -- Anamnesis
a. Pengantar ………………………………………………………..……….……... 3
b. Teknik Pemeriksaan …………………………………………………..………… 5
c. Checklist Pemeriksaan …………………………………………………..……… 10

2. Menumbuhkan Empati
a. Pengantar ………………………………………………………………...……... 12
b. Prosedur Latihan …………………………………………………………...…… 13
c. Checklist Pemeriksaan ………………………..………………………………… 14

MATERI 2
3. Pemeriksaan Tanda Vital
a. Pengantar ………………………………..……………………………….……... 15
b. Teknik Pemeriksaan ……………………………..……………………………… 21
c. Checklist Pemeriksaan ..………………………………………………………… 27

MATERI 3
4. Pemeriksaan Refleks Fisiologis
a. Pengantar ………..…………………………………………………….………... 30
b. Teknik Pemeriksaan ……..……………………………………………………… 31
c. Checklist Pemeriksaan …………..……………………………………………… 34

5. Pemeriksaan Refleks Patologis


a. Pengantar ………………..…………………………………………….………... 37
b. Teknik Pemeriksaan ……………..……………………………………………… 38
a. Checklist Pemeriksaan …………..……………………………………………… 41

MATERI 4
6. Teknik Aseptik
a. Pengantar ………………..…………………………………………….………... 46
b. Teknik Keterampilan …………..………………………………..……………… 47
c. Checklist Pemeriksaan …………..……………………………………………… 58
KKD-1 FKUC |3

HISTORY TAKING -- ANAMNESIS

Tujuan Umum :
Setelah mengikuti pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa memiliki keterampilan untuk melakukan
anamnesis (History Taking)

Tujuan Khusus :
1. Mendapatkan riwayat medis (bio-physical history) secara komplet dan akurat, dengan tujuan
untuk mengenali suatu pola yang bisa mengarah pada suatu penyakit.
2. Menyusun suatu wawancara medis yang efektif dan efisien dalam segi waktu tetapi tetap dapat
meningkatkan proses ”diagnostic reasoning”.
3. Mengikutsertakan pasien dalam suatu proses interaktif, meningkatkan pemahaman pasien, serta
menjaga hubungan baik dengan pasien.

Alat, Bahan dan Media Pembelajaran : -


1. Papan White Board, Spidol dan penghapus

A. PENGANTAR

STRUKTUR KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN


Struktur komunikasi dokter-pasien terdiri dari 3 hal yang harus berjalan secara paralel, yaitu :

The Cambridge Calgary Observation Guide After Silvermann, Kurtz dan Draper

Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa tahap komunikasi dokter-pasien meliputi :
1. Memulai wawancara (initiating the session)
2. Mengumpulkan informasi (gathering information)
3. Keterangan Skor dan perencanaan (explanation and planning)
4. Menutup wawancara (closing the session)
4 |KKD-1 FKUC

Kemudian pada saat melaksanakan tahap – tahap komunikasi dokter pasien tersebut ada dua hal
yang harus selalu diperhatikan, yaitu:
1. Kemampuan menjalin hubungan / sambung rasa dengan pasien (building the relationship).
2. Kemampuan menstruktur wawancara (structuring the consultation).

Kemampuan menjalin hubungan dan kemampuan menstruktur wawancara harus selalu digunakan
(secara tepat) pada tiap tahap komunikasi dokter-pasien. Bisa dikatakan ketiga hal tersebut harus
bisa berjalan secara paralel pada saat wawancara sedang berlangsung. Pada bagian ini akan
dibahas lebih lanjut mengenai proses mengumpulkan informasi (gathering information). Proses
pengumpulan informasi ini lebih lanjut akan disebut sebagai proses ANAMNESIS.

Dalam anamnesis alur pikir yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan sistematis, sehingga perlu diingat : Fundamental Four & Sacred Seven.
2. Mulai berfikir organ mana yang terkena dan jangan berpikir penyakit apa, sehingga
pengetahuan anatomi dan fisiologi harus dikuasai dengan baik.
3. Anamnesis menggunakan keterampilan interpersonal sehingga dibutuhkan pengetahuan
sosiologi, psikologi dan antropologi.

Bagan Alur Proses Anamnesis

TAHAP – TAHAP ANAMNESIS yang terdiri atas:


1. Initial exploration: Berisi keluhan utama pasien {Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)}
2. Further exploration (disease & Illness) : Untuk menggali lebih dalam mengenai keluhan
pasien, baik dari sisi penyakit maupun perspektif pasien.
3. Essential background information.: Riwayat Penyakit Dahulu (RPD), Riwayat
Kesehatan Keluarga serta Riwayat Sosial dan Ekonomi
KKD-1 FKUC |5

B. TEKNIK PEMERIKSAAN

Anamnesis yang baik harus mengacu pada pertanyaan yang sistematis, yaitu dengan
berpedoman pada empat pokok pikiran (The Fundamental Four) dan tujuh butir mutiara
anamnesis (The Sacred Seven). Yang dimaksud dengan empat pokok pikiran, adalah melakukan
anamnesis dengan cara mencari data:

1. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)


2. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
4. Riwayat Sosial dan Ekonomi

Sebelum melakukan anamnesis lebih lanjut, pertama yang harus ditanyakan adalah identitas
pasien, yaitu umur, jenis kelamin, ras, status pernikahan, agama dan pekerjaan.
1. Riwayat Penyakit Sekarang,
Hal ini meliputi keluhan utama dan anamnesis lanjutan. Keluhan utama adalah keluhan yang
membuat seseorang datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk mencari pertolongan,
misalnya : demam, sesak nafas, nyeri pinggang, dll. Keluhan utama ini sebaiknya tidak lebih
dari satu keluhan. Kemudian setelah keluhan utama, dilanjutkan anamnesis secara sistematis
dengan menggunakan tujuh butir mutiara anamnesis, yaitu :
1. Lokasi (dimana ? menyebar atau tidak ?)
2. Onset / awitan dan kronologis (kapan terjadinya? berapa lama?)
3. Kuantitas keluhan (ringan atau berat, seberapa sering terjadi ?)
4. Kualitas keluhan (rasa seperti apa ?)
5. Faktor-faktor yang memperberat keluhan.
6. Faktor-faktor yang meringankan keluhan.
7. Analisis sistem yang menyertai keluhan utama.

Anamnesis secara sistematis ini akan dibahas secara rinci, yaitu :


1. Lokasi Sakit
Seorang penderita yang datang dengan nyeri di ulu hati, perlu ditanyakan lebih lanjut
secara tepat bagian mana yang dimaksud, bila perlu penderita diminta menunjukkan
dengan tangannya, dimana bagian yang paling sakit dan penjalarannya ke arah mana.
Bila pusat sakit di tengah (linea mediana) dicurigai proses terjadi di pankreas dan
duodenum; sebelah kiri →lambung; sebelah kanan → duodenum, hati, kandung empedu;
di atas → hati, oesofagus, paru, pleura dan jantung.
Penjalaran nyeri tepat lurus di belakang menunjukkan adanya proses di pankreas atau
duodenum dinding belakang; di punggung lebih ke atas → lambung dan duodenum;
bawah belikat kanan →kandung empedu; bahu kanan → duodenum, kandung empedu,
diafragma kanan; bahu kiri →diafragma kiri.

2. Onset dan kronologis


Perlu ditanyakan kapan mulai timbulnya sakit atau sudah berlangsung berapa lama.
Apakah keluhan itu timbul mendadak atau perlahan-lahan, hilang timbul atau menetap.
Apakah ada waktu-waktu tertentu keluhan timbul. Misalnya bila nyeri ulu hati timbul
secara ritmik → curiga ulkus peptikum, malam hari →ulkus peptikum dan tiap pagi →
dispepsia non ulkus.
3. Kualitas (sifat sakit)
Bagaimana rasa sakit yang dialami penderita harus ditanyakan, misalnya rasa sakit yang
tajam (jelas) seperti rasa panas, terbakar, pedih, diiris, tertusuk, menunjukkan inflamasi
6 |KKD-1 FKUC

organ. Rasa sakit yang tumpul (dull) seperti diremas, kramp, kolik, sesuatu yang bergerak
biasanya menunjukkan proses pada organ yang berongga (saluran cerna, empedu). Rasa
sakit yang tidak khas menunjukkan organ padat (hati, pankreas).

4. Kuantitas (derajat sakit)


Ditanyakan seberapa berat rasa sakit yang dirasakan penderita. Hal ini tergantung dari
penyebab penyakitnya, tetapi sangat subjektif, karena dipengaruhi antara lain kepekaan
seorang penderita terhadap rasa sakit, status emosi dan kepedulian terhadap penyakitnya.
Dapat ditanyakan apakah sakitnya ringan, sedang atau berat. Apakah sakitnya
mengganggu kegiatan sehari-hari, pekerjaan penderita atau aktifitas fisik lainnya.

5. Faktor yang memperberat keluhan.


Ditanyakan adakah faktor-faktor yang memperberat sakit, seperti aktifitas makan, fisik,
keadaan atau posisi tertentu. Adakah makanan/ minuman tertentu yang menambah sakit,
seperti makanan pedas asam, kopi, alkohol panas, obat dan jamu. Bila aktifitas makan/
minum menambah sakit menunjukkan proses di saluran cerna empedu dan pankreas.
Aktifitas fisik dapat menambah sakit pada pankreatitis, kholesistitis, apendisitis, perforasi,
peritonitis dan abses hati. Batuk, nafas dalam dan bersin menambah sakit pada pleuritis.

6. Faktor yang meringankan keluhan.


Ditanyakan adakah usaha penderita yang dapat memperingan sakit, misalnya dengan
minum antasida rasa sakit berkurang, menunjukkan adanya inflamasi di saluran cerna
bagian atas. Bila posisi membungkuk dapat mengurangi sakit menunjukkan proses
inflamasi dari pankreas atau hati.

7. Keluhan yang menyertai


Perlu ditanyakan keluhan–keluhan lain yang timbul menyertai dan faktor pencetusnya,
misalnya bila penderita mengeluh nyeri ulu hati, yang perlu ditanyakan lebih lanjut adalah:
• Apakah keluhan tersebut berhubungan dengan aktifitas makan ?
• Bagaimana buang air besarnya, adakah flatus ?
• Adakah ikterik ?
• Adakah pembengkakan, benjolan atau tumor, atau nyeri tekan ?
• Adakah demam, batuk, sesak nafas, nyeri dada, berdebar-debar, keringat dingin atau
badan lemas ?
• Adakah penurunan berat badan ?

2. Riwayat Penyakit Dahulu


Ditanyakan adakah penderita pernah sakit serupa sebelumnya, bila dan kapan terjadinya dan
sudah berapa kali dan telah diberi obat apa saja, serta mencari penyakit yang relevan dengan
keadaan sekarang dan penyakit kronik (hipertensi, diabetes mellitus, dll), perawatan lama,
rawat inap, imunisasi, riwayat pengobatan dan riwayat menstruasi (untuk wanita).

3. Riwayat Penyakit Keluarga


Anamnesis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya penyakit keturunan dari pihak keluarga
(diabetes mellitus, hipertensi, tumor, dll) atau riwayat penyakit yang menular.

4. Riwayat sosial dan ekonomi


Hal ini untuk mengetahui status sosial pasien, yang meliputi pendidikan, pekerjaan
pernikahan, kebiasaan yang sering dilakukan (pola tidur, minum alkohol atau merokok, obat-
obatan, aktivitas seksual, sumber keuangan, asuransi kesehatan dan kepercayaan).
KKD-1 FKUC |7

KETERAMPILAN YANG HARUS DIKUASAI DALAM MELAKUKAN ANAMNESIS

Keterampilan Mengeksplorasi Masalah Pasien :


1. Memberi kesempatan pada pasien untuk menceritakan permasalahan yang dihadapinya
(dengan kata – kata pasien sendiri).
2. Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup secara tepat. Mulailah dengan pertanyaan terbuka
terlebih dahulu, baru diikuti dengan pertanyaan tertutup.
3. Dengarkan dengan penuh perhatian. Berilah kesempatan pada pasien untuk menyelesaikan
ceritanya, dan jangan menginterupsi.
4. Berilah kesempatan pada pasien untuk memberikan respons baik secara verbal maupun
nonverbal. Tehnik yang digunakan bisa pemberian dukungan/ dorongan, adanya pengulangan,
paraphrasing, interpretasi, dll.
5. Mengenali isyarat verbal dan non verbal yang ditunjukkan oleh pasien.
6. Mengklarifikasi pernyataan pasien yang kurang jelas, atau yang membutuhkan suatu
keterangan tambahan.
7. Secara berkala buatlah ringkasan dari pernyataan yang dibuat pasien untuk memverifikasi
pengertian anda. Mintalah pasien untuk mengkoreksi pernyataan anda, atau mintalah pada
pasien untuk memberikan keterangan tambahan bila diperlukan.
8. Gunakan pertanyaan yang ringkas dan mudah dipahami. Hindari menggunakan istilah – istilah
medis yang tidak dipahami pasien.
9. Buatlah urutan waktu suatu kejadian.

CONTOH KASUS

Skenario 1
Seorang laki-laki, datang ke IGD Rumah Sakit dengan keluhan utama nyeri pada perut.
Identitas pasien
Nama : Tn. Albert
Umur : 20 tahun
Alamat : Abepante
Pekerjaan : mahasiswa
Keluhan utama : nyeri pada perut

Riwayat Penyakit Sekarang :


• Onset dan kronologi : Nyeri dirasakan sejak 12 jam awalnya nyeri dirasakan diulu hati,
makin lama makin berat.
• Lokasi : Nyeri perut terutama dirasakan di perut bagian kanan bawah
• Kualitas nyeri : Nyeri berat sehingga mengganggu aktifitas
• Kuantitas nyeri : Nyeri dirasakan terus menerus sejak 12 jam yang lalu
• Yang memperberat : bila mencoba makan dan banyak bergerak semakin nyeri
• Yang memperingan : bila berbaring dan minum obat pereda nyeri keluhan sedikit
berkurang
• Keluhan lainnya : mual, kembung, nafsu makan berkurang, demam, hari ini tidak
dapat buang air besar, kebiasaan BAB kurang teratur.

Riwayat penyakit dahulu :


Punya riwayat sakit maag, tidak ada alergi obat dan makanan, belum pernah rawat inap di RS
8 |KKD-1 FKUC

Riwayat penyakit keluarga :


Tidak ada orang tua yang menderita sakit, tidak ada riwayat DM, hipertensi, maupun penyaki
yang menahun

Riwayat sosial ekonomi :


Pasien anak pertama dari 2 bersaudara, saat ini tinggal di kost, kedua orang tua pegawai
negeri. Pasien mendapatkan asuransi kesehatan BPJS. Pola makan kurang teratur, jarang
makan sayur maupun buah. Pasien jarang berolah raga, suka merokok dan minum alkohol.

Skenario 2
Seorang perempuan datang ke dokter dengan keluhan badan lemas. Identitas pasien :
Nama : Ny. Juwita
Umur : 40 tahun
Alamat : Sentani
Pekerjaan : Ibu ruma tangga, kadang menjadi buruh tukang cuci dan seterika di
rumah tetangga-tetangganya.
Status perkawinan : Menikah mempunyai 2 anak
Keluhan utama : badan lemas

Riwayat Penyakit Sekarang :


• Onset dan kronologi : selama 1 bulan ini merasakan badannya lemas sehingga
terasa cepat lelah saat bekerja
• Lokasi : tidak relevan untuk ditanyakan
• Kualitas : badan terasa lemas, setelah duduk hendak berdiri seakan
mau jatuh
• Kuantitas : Keluhan hilang timbul, terutama dirasakan terutama sekitar
jam sepuluh pagi pada saat sedang bekerja
• Hal-hal yang memperberat : Badan teras lemas saat banyak mengangkat angkat cucian.
• Hal-hal yang meringankan : Keluhan berkurang setelah beristirahat
• Keluhan lain : Mual, nyeri kepala, kadang ujung ujung jari terasa
kesemutan

Riwayat Penyakit Dahulu :


Pernah mengalami keluhan serupa, belum pernah sakit lama maupun rawat inap di Rumah
sakit. Tidak mempunyai riwayat alergi obat dan makanan.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada anggota keluarga yang sakit serupa. Tidak ada riwayat sakit kencing manis,
hipertensi, asma maupun penyakit menahun pada orang tuanya.

Riwayat sosial ekonomi :


Pasien seorang ibu rumah tangga yang bekerja sebagai asisten rumah tangga. Suami adlah
seorang tukang batu. Mempunyai 2 orang anak sedang sekolah SD. Pasien kartu sehat.
Kebiasaan makan pasien tidak teratur, biasa makan sesempatnya setelah pekerjaan selesai
yaitu sekitar jam 11 pagi. Pasien mengaku terbiasa sarapan dengan minum teh manis saja.
Pasien jarang mengkonsumsi daging atau telur, sehari-hari biasa dengan lauk seadanya
terutama tahu tempe, kerupuk dan sayur saja. Pasien tidak merokok tetapi menjadi perokok
pasif karena suami merokok di rumah. Tidak mengkonsumsi alkhohol.
KKD-1 FKUC |9

Skenario 3
Seorang laki-laki, datang ke puskesmas dengan keluhan sakit kepala.
Identitas:
Nama : Tn. Boyke
Umur : 38 tahun
Alamat : Entrop
Pekerjaan : Karyawan Perusahaan swasta
Status perkawinan : sudah menikah
Keluhan utama : sakit kepala

Riwayat Penyakit Sekarang :


• Onset dan kronologis : Sakit kepala dirasakan sudah kurang lebih selama satu minggu,
sampai saat ini tidak menghilang.
• Kualitas : Sakit kepala dirasakan seperti ada tekanan di bagian belakang
kepala, leher belakang terasa tegang, tetapi keluhan masih
dapat ditahan sehingga masih pasien dapat melakukan
pekerjaan.
• Kuantitas : Keluhan mulai dirasakan pada sore hari dan semakin
mengganggu pada malam hari.
• Yang memperberat : Apabila harus kerja lembur nyeri kepala semakin memberat
• Yang memperingan : Tidur dan minum paracetamol dirasakan dapat mengurangi
keluhan sakit kepala.
• Keluhan penyerta : Tidak ada panas, mual, maupun nyeri otot.

Riwayat penyakit dahulu :


Pasien sering mengalami keluhan serupa biasanya sembuh setelah berobat ke dokter. Pasien
pernah mengalami tensi tinggi tetapi tidak rutin minum obat penurun tensi

Riwayat penyakit keluarga :


Kedua orang tua menderita hipertensi, tetapi tidak ada riwayat DM maupun penyakit menahun
yang lain

Riwayat sosial ekonomi :


Pasien adalah karyawan sebuah perusahaan Finance, bagian pemasaran. Sudah berkeluarga
dengan 2 anak dan istri sebagai ibu rumah tangga. Pasien tinggal di perumahan dengan
lingkungan yang bersih. Tidak ada tetangga yang sedang sakit. Pola makan teratur dengan
menu yang cenderung tinggi garam dan lemak. Pasien merokok 1 bungkus sehari, tidak
mengkonsumsi alkohol. Pasien melakukan aktivitas olah raga rutin berupa tenis 2 kali
seminggu.

Skenario 4
Seorang wanita, berusia 22 tahun, datang mengunjungi dokter dengan keluhan demam 2 hari.
Identitas pasien
Nama : Nn. Sinta
Umur : 22 tahun
Pekerjaan : Karyawan perusahaan swasta
Alamat : Padang Bulan
Status perkawinan : Belum menikah
Keluhan utama : Demam
10 | K K D - 1 FKUC

Riwayat Penyakit Sekarang :


• Onset dan kronologis : Demam tinggi sejak 2 hari terakhir, demam dirasakan mendadak
sejak 2 hari sampai saat ini demam belum turun.
• Lokasi : tidak relevan untuk ditanyakan
• Kualitas : badan merasakan panas tinggi sampai menggigil
• Kuantitas : demam dirasakan terus menerus sepanjang hari
• Yang memperberat : tidak jelas, karena panas dirasakan terus
• Yang memperingan : panas berkurang sebentar setelah minum obat kemudian demam
dirasakan lagi
• Keluhan penyerta : pasien merasakan pusing, mual, nyeri otot, tetapi pasien tidak
mengeluhkan batuk pilek maupun nyeri tenggorok.

Riwayat penyakit dahulu :


Pasien belum pernah menderita sakit yang serupa dengan keluhan saat ini. Pasien belum
pernah mengalami rawat inap di Rumah sakit. Tidak mempunyai riwayat alergi obat dan
makanan.

Riwayat keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang sedang menderita sakit serupa, orang tua sehat dan tidak
menderita penyakit DM, hipertensi, asma, maupun penyakit menahun

Riwayat sosial ekonomi :


Pasien tinggal dengan orang tuanya di daerah perumahan. Satu minggu yang lalu tetangga ada
yang menderita panas dan di rawat di rumah sakit. Pola makan pasien teratur makan 3 kali
sehari dengan menu seimbang, olah raga 3 kali seminggu, tidak mengkonsumsi rokok maupun
alkhohol. Pasien mendapatkan asuransi kesehatan dari perusahaan tempat bekerja.

C. CHECKLIST PENILAIAN

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Membuka Wawancara
1 Menyapa pasien
2 Memperkenalkan diri
3 Menunjukkan sikap hormat dan respek pada pasien
4 Mengidentifikasi dan mengkonfirmasi permasalahan pasien
5 Menegosiasikan agenda konsultasi

II Anamnesis
6 Menanyakan identitas penderita
7 Menanyakan keluhan utama
8 Menanyakan lokasi
9 Menanyakan onset dan kronologi
10 Menanyakan kualitas keluhan
11 Menanyakan kuantitas keluhan
12 Menanyakan faktor-faktor pemberat
13 Menanyakan faktor-faktor peringan
14 Menanyakan gejala penyerta
15 Menanyakan riwayat penyakit dahulu
KKD-1 FKUC | 11

16 Menanyakan riwayat kesehatan keluarga


17 Menanyakan riwayat sosial ekonomi
18 Menanyakan kebiasaan pribadi
19 Penggunaan bahasa yang mudah dipahami pasien
20 Menggunakan pertanyaan terbuka secara tepat
21 Menggunakan pertanyaan tertutup secara tepat

III Menutup Wawancara


22 Menanyakan pada pasien apakah ada hal yang terlewat
23 Menutup wawancara dengan membuat suatu ringkasan
24 Membuat kesepakatan dengan pasien (contracting)

IV Sambung Rasa Dengan Pasien


25 Menunjukkan tingkah laku (non verbal) yang sesuai
26 Bila melakukan kegiatan lain (misal melihat catatan atau menulis), tidak
sampai mengganggu proses wawancara dengan pasien.
27 Tidak menghakimi
28 Memberikan empati dan dukungan terhadap pasien

V Keterampilan Menstruktur Wawancara


29 Menggunakan signposting
30 Menjalankan wawancara dengan urutan yang logis/ tepat
31 Memperhatikan waktu

III Profesionalisme
32 Melakukan dengan penuh percaya diri
33 Melakukan dengan kesalahan minimal

Jumlah Skor

Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
66
12 | K K D - 1 FKUC

MENUMBUHKAN EMPATI

Tujuan Umum :
Setelah mengikuti pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa memiliki keterampilan untuk bersikap
Empati kepada pasien

Tujuan Khusus :
1. Mengidentifikasi perasaan-perasaan orang lain.
2. Merespon secara empatik perasaan-perasaan yang diungkapkan oleh orang lain.

Alat, Bahan dan Media Pembelajaran : -


1. Papan White Board, Spidol dan penghapus

A. PENGANTAR

Salah satu kunci untuk meningkatkan kualitas komunikasi antar individu adalah dengan
empati. Sikap ini berarti seorang dokter dapat merasakan secara mendalam apa yang dirasakan
oleh pasien tanpa kehilangan identitas diri.
Seorang dokter dapat memahami perasaan pasiennya dengan melihat raut wajah dan bahasa
isyarat tubuh serta dengan mencermati bahasa verbal pasien. Kita telah mengenal emosi-emosi
dasar seperti rasa senang/bahagia, sedih, marah, terkejut, jijik, dan takut sejak kecil. Namun ada
keunikan yang bisa muncul karena perbedaan budaya dan keyakinan pada setiap orang.
Empati merupakan kemampuan untuk memahami pribadi orang lain sebagaimana dia
mampu memahami dirinya sendiri. Seorang dokter hendaknya dapat menerima secara tepat
makna dan perasaan-perasaan pasiennya. Dokter yang empatik mampu mendengarkan pasien
dengan tanpa prasangka dan tidak menilai negatif dan mampu mendengarkan cerita pasien dengan
baik.Dokter yang empatik dapat merasakan kepedihan pasien tetapi dia tidak larut terhanyut
karenanya. Dengan demikian dokter yang empatik mampu membaca tanda-tanda (isyarat,
gesture, mimik) yang menggambarkan keadaan psikologis dan emosi yang sedang dialami orang
lain. Orang yang empatik mampu merespon secara tepat kebutuhan-kebutuhan orang lain tanpa
kehilangan kendali.
Empati berbeda dengan simpati dan antipati. Apati berarti tidak peduli dan tidak
melibatkan perasaan atau tidak menaruh minat dan perhatian terhadap seseorang atau beberapa
orang. Seseorang yang apati terhadap sesuatu biasanya tidak mau melibatkan diri, dan biasanya
memberikan pesan non verbal yang mengisaratkan ketidakpedulian seperti ”Apa peduliku”, ”Ah,
itu masalahmu, bukan urusanku”, dan lain sebagainya.
Simpati, adalah suatu keterlibatan emosi yang berlebihan kepada orang lain. Simpati
dapat mengurangi kekuatan dan kemandirian dokter (sebagai helper) dimana dokter menjadi tidak
mampu memberi bantuan ketika dia sangat dibutuhkan.Kata-kata yang terucap dari seorang yang
bersimpati misalnya: “Kasihan kamu ”
Sementara itu empati memiliki tiga komponen penting yaitu
1. Tetap menjaga diri agar tidak terlena dengan orang lain pada saat kita memahami perasaan
orang lain secara sensitive dan akurat ;
2. Memahami situasi yang memicu perasaan-perasaan tersebut;
3. Mengkomunikasikan dengan orang lain dengan cara-cara yang membuat orang lain merasa
diterima dan dipahami.
Sikap empatik dapat dikomunikasikan dengan bahasa verbal dan non verbal namun tetap
memperhatikan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku.
KKD-1 FKUC | 13

B. PROSEDUR LATIHAN

Sesi 1:

1. Mahasiswa dibagi menjadi 2 kelompok kecil (kelompok 1 dan kelompok 2).


2. Kelompok 1 menyampaikan perasaannya dan kelompok 2 menilai perasaan apa yang
diungkapkan oleh kelompok 1. Perasaan yang diungkapan dalam bentuk kesedihan,
kegembiraan, kemarahan, ketakutan dan jijik.
3. Lakukan kegiatan berikutnya secara bergantian (kelompok 1 menilai perasaan kelompok 2).
4. Buatlah kesimpulan dan refleksi dari kegiatan ini bersama-sama dengan instruktur.

Sesi 2:

Lakukanlah paraphrase pada ungkapan pasien berikut ini. Diskusikan dengan instruktur.

Paraphrase adalah pengungkapan kembali suatu konsep dengan cara lain


dalam bahasa yang sama, namun tanpa mengubah maknanya

”Pasien 1”
(sambil terbata-bata dengan mata lembab pasien yang didiagnosis kanker paru): ”Aku paham
mengapa temanku melarang aku merokok sejak setahun yang lalu.”
Paraphrase 1: ” ......................................................................................................
Paraphrase 2: ” ......................................................................................................

”Istri pasien 1”
(muka memerah, mata memandang tajam, nafas tampak agak sesak. ): ”Apa salah kami ya Alloh,
kenapa penyakit itu Kau berikan pada suamiku?”
Paraphrase 1: ” ......................................................................................................
Paraphrase 2: ” ......................................................................................................

“Pasien 2” (agak gemetar, wajah pucat, kedua tangannya menekan perut). Pasien ini didiagnosis
gastritis Akut:”Aduh sakit sekali dok, perut saya seperti ditusuk-tusuk…cepat dok..tolong saya”.
Paraphrase 1: ” ......................................................................................................
Paraphrase 2: ” ......................................................................................................

”Pasien 3”
(mata agak membuka lebar, alis ditarik kebelakang, mulut menganga). Pasien ini didiagnosis
terserang HIV AIDS:
”Tidak mungkin dok, tidak mungkin penyakit itu menyerangku??”
Paraphrase 1: ” ......................................................................................................
Paraphrase 2: ” ......................................................................................................

Pasien 4
(terkejut mendengar biaya pengobatan yang harus mereka tanggung dan mencoba menanyakan
alternative tindakan): “ Dok, apa tidak ada cara lain untuk pengobatan anak saya selain operasi
semahal itu,dok?”
Paraphrase 1: ” ......................................................................................................
Paraphrase 2: ” ......................................................................................................
14 | K K D - 1 FKUC

C. CHECKLIST PENILAIAN

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Dokter menggunakan gerak tubuh yang tepat dalam mengungkapan empati
2 Dokter menggunakan mimik wajah yang tepat dalam mengungkapan
empati
3 Dokter mendengarkan dengan aktif ungkapan si pasien
4 Dokter menggunakan kata-kata yang tepat dalam mengungkapan empati.

II Profesionalisme
5 Melakukan dengan penuh percaya diri
6 Melakukan dengan kesalahan minimal

Jumlah Skor

Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
12
KKD-1 FKUC | 15

PEMERIKSAAN TANDA VITAL (VITAL SIGN)

Tujuan Umum :
Setelah mengikuti pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa memiliki keterampilan untuk melakukan
pemeriksaan Tanda Vital

Tujuan Khusus :
1. Melakukan pemeriksaan tekanan darah.
2. Melakukan pemeriksaan nadi.
3. Melakukan pemeriksaan respiratory rate.
4. Melakukan pemeriksaan suhu tubuh.
5. Menginterpretasikan data yang didapat untuk membuat langkah diagnostik selanjutnya.

Alat, Bahan dan Media Pembelajaran :


1. Manometer air raksa / aneroid
2. Stetoskop
3. Termometer (glass / electronic)
4. Jam / Stopwatch

A. PENGANTAR

Untuk menegakkan diagnosis, setelah dilakukan anamnesis berikutnya adalah


pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dimulai dengan pemeriksaan kesan umum, tanda vital dan
kemudian analisis sistem organ secara sistematis. Pemeriksaan ini sangat penting dalam menilai
sistem berbagai organ yang bekerja dalam tubuh seseorang.
Pemeriksaan tanda vital terdiri dari pemeriksaan tekanan darah, nadi, laju pernafasan
(respiratory rate) dan suhu. Semua komponen tersebut harus dinilai pada saat melakukan
pemeriksaan fisik. Hasil yang didapat dari pemeriksaan ini dapat mengarahkan dokter dalam
melakukan pemeriksaan lebih lanjut, guna menegakkan diagnosis pada seseorang penderita.

A.1 PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH

Metode klasik memeriksa tekanan ialah dengan menentukan tinggi kolom cairan yang
memproduksi tekanan yang setara dengan tekanan yang diukur. Alat yang mengukur tekanan
dengan metode ini disebut manometer.
Alat klinis yang biasa digunakan dalam
mengukur tekanan adalah
sphygmomanometer, yang mengukur
tekanan darah. Dua tipe tekanan gauge
dipergunakan dalam
sphygmomanometer. Pada manometer
merkuri, tekanan diindikasikan dengan
tinggi kolom merkuri dalam tabung
kaca. Pada manometer aneroid, tekanan
mengubah bentuk tabung fleksibel
tertutup, yang mengakibatkan jarum
bergerak ke angka.

Gambar 1. Manometer merkuri dan manometer aneroid


16 | K K D - 1 FKUC

Prinsip Pengukuran :

Tekanan darah diukur menggunakan sebuah


manometer berisi air raksa. Alat itu dikaitkan
pada kantong tertutup yang dibalutkan
mengelilingi lengan atas (bladder & cuff).
Tekanan udara dalam kantong pertama
dinaikkan cukup di atas tekanan darah
sistolik dengan pemompaan udara ke
dalamnya. Ini memutuskan aliran arteri
brakhial dalam lengan atas, memutuskan
aliran darah ke dalam arteri lengan bawah.
Kemudian, udara dilepaskan secara perlahan-
lahan dari kantong selagi stetoskop
digunakan untuk mendengarkan kembalinya
denyut dalam lengan bawah.
Gambar 2. Pemeriksaan tekanan darah
Jenis tekanan darah (TD) :
• Tekanan darah sistolik yaitu tekanan maksimum dinding arteri pada saat kontraksi ventrikel
kiri.
• Tekanan darah diastolic yaitu tekanan minimum dinding arteri pada saat relaksasi ventrikel
kiri.
• Tekanan arteri atau tekanan nadi yaitu jarak antara tekanan sistolik dan diastolik.
Pengukuran tekanan darah merupakan gambaran resistensi pembuluh darah, cardiac output,
status sirkulasi dan keseimbangan cairan. Tekanan darah ini dipengaruhi beberapa faktor,
antara lain : aktifitas fisik, status emosional, nyeri, demam atau pengaruh kopi dan tembakau.

Pengukuran Tekanan Darah


Tekanan sistolik, ditentukan berdasarkan bunyi Korotkoff 1, sedangkan diastolik pada Korotkoff
5. Pada saat cuff dinaikkan tekanannya, selama manset menekan lengan dengan sedikit sekali
tekanan sehingga arteri tetap terdistensi dengan darah, tidak ada bunyi yang terdengar melalui
stetoskop. Kemudian tekanan dalam cuff dikurangi secara perlahan. Begitu tekanan dalam cuff
turun di bawah tekanan sistolik, akan ada darah yang mengalir melalui arteri yang terletak di
bawah cuff selama puncak tekanan sistolik dan kita mulai mendengar bunyi berdetak dalam arteri
yang sinkron dengan denyut jantung. Bunyi-bunyi pada setiap denyutan tersebut disebut bunyi
korotkoff. Ada 5 fase bunyi korotkoff :

Tabel 1. Bunyi Korotkoff


Bunyi
Deskripsi
Korotkoff
Fase 1 Bunyi pertama yang terdengar setelah tekanan cuff diturunkan perlahan. Begitu
bunyi ini terdengar, nilai tekanan yang ditunjukkan pada manometer dinilai
sebagai tekanan sistolik.
Fase 2 Perubahan kualitas bunyi menjadi bunyi berdesir
Fase 3 Bunyi semakin jelas dan keras
Fase 4 Bunyi menjadi meredam
Fase 5 Bunyi menghilang seluruhnya setelah tekanan dalam cuff turun lagi sebanyak 5-
6 mmHg. Nilai tekanan yang ditunjukkan manometer pada fase ini dinilai
sebagai tekanan diastolik
KKD-1 FKUC | 17

Analisis Hasil Pemeriksaan


1. Penilaian tekanan darah berdasarkan The Joint National Committe VII (JNC-VII) adalah :

Tekanan Tekanan
Klasifikasi Tekanan Darah
Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Pre-Hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Stage 1 140-159 90-99
Hipertensi Stage 2 > 160 > 100

2. Kesalahan yang sering terjadi pada saat pengukuran tekanan darah :


a. Ukuran bladder dan cuff tidak tepat (terlalu kecil atau terlalu besar). Bila terlalu kecil,
tekanan darah akan terukur lebih tinggi dari yang sebenarnya, dan sebaliknya bila terlalu
besar.
b. Pemasangan bladder dan cuff terlalu longgar, tekanan darah terukur lebih tinggi dari yang
seharusnya.
c. Pusat cuff tidak berada di atas arteri brachialis.
d. Cuff dikembangkan terlalu lambat, mengakibatkan kongesti vena, sehingga bunyi
Korotkoff tidak terdengar dengan jelas.
e. Saat mencoba mengulang pemeriksaan, kembali menaikkan tekanan cuff tanpa
mengempiskannya dengan sempurna atau re-inflasi cuff terlalu cepat. Hal ini
mengakibatkan distensi vena sehingga bunyi Korotkoff tidak terdengar dengan jelas.

A.2 PEMERIKSAAN NADI / ARTERI

Jantung bekerja memompa darah ke sirkulasi tubuh (dari ventrikel kiri) dan ke paru (dari ventrikel
kanan). Melalui ventrikel kiri, darah disemburkan melalui aorta dan kemudian diteruskan ke arteri
di seluruh tubuh. Sebagai akibatnya, timbullah suatu gelombang tekanan yang bergerak cepat
pada arteri dan dapat dirasakan sebagai denyut nadi. Dengan menghitung frekuensi denyut nadi,
dapat diketahui frekuensi denyut jantung dalam 1 menit.

Analisis Hasil Pemeriksaan


1. Penilaian nadi/arteri :
• Frekuensi Heart Rate Normal:
Usia 1 - 2 hari : 123 - 159 kali /menit
Usia 3 - 6 hari : 129 - 166 kali/menit
Usia 1 - 3 minggu : 107 - 182 kali/menit
Usia 1 – 2 bulan : 121 - 179 kali/menit
Usia 3 - 5 bulan : 106 - 186 kali/menit
Usia 6 - 11 bulan : 109 - 169 kali/menit
Usia 1 - 2 tahun : 89 - 151 kali/menit
Usia 3 - 4 tahun : 73 - 137 kali/menit
Usia 5 - 7 tahun : 65 - 133 kali/menit
Usia 8 - 11 tahun : 62 - 130 kali/menit
Usia 12 - 15 tahun : 60 - 119 kali/menit

• Denyut jantung juga tergantung pada aktivitas bayi dan anak. Misalnya, ketika menangis
atau kesakitan, denyut jantung bisa mencapai 180x/menit.
• Denyut jantung normal dewasa berada pada rentang 60-100x/menit
18 | K K D - 1 FKUC

• Takikardia bila frekuensi nadi > 100 kali/menit, sedangkan bradikardia bila frekuensi
nadi< 60 kali/menit
• Irama nadi: Normal irama teratur
• Pengisian : tidak teraba, lemah, cukup (normal), kuat, sangat kuat
• Kelenturan dinding arteri : elastis dan kaku
• Perbandingan nadi/arteri kanan dan kiri (Normal : nadi kanan dan kiri sama)
• Perbandingan antara frekuensi nadi/arteri dengan frekuensi denyut jantung (Normal : tidak
ada perbedaan).

2. Abnormalitas pemeriksaan nadi/arteri :


• Pulsus defisit: frekuensi nadi/arteri lebih rendah daripada frekuensi denyut jantung
(misalnya pada fibrilasi atrium).
• Pulsus seler (bounding pulse, collapsing pulse, water-hammer pulse, Corrigan's pulse),
disebabkan upstroke dan downstroke mencolok dari pulsus, misalnya pada tirotoksikosis,
regurgitasi aorta, hipertensi, Patent Ductus Arteriosus (PDA), fistula arteriovenosus.
• Pulsus tardus (plateau pulse) : disebabkan karena upstroke dan downstroke yang per-
lahan, misalnya pada stenosis katup aorta berat.
• Pulsus alternan : perubahan kuatnya denyut nadi yang disebabkan oleh kelemahan jan-
tung, misalnya pada gagal jantung, kadang-kadang lebih nyata dengan auskultasi saat
mengukur tekanan darah.
• Pulsus bigeminus : nadi teraba berpasangan dengan interval tak sama dimana nadi kedua
biasanya lebih lemah dari nadi sebelumnya. Kadang-kadang malah tak teraba sehingga
seolah-olah merupakan suatu bradikardia atau pulsus defisit jika dibandingkan denyut
jantung.
• Pulsus paradoksus : melemah atau tak terabanya nadi saat inspirasi. Sering lebih nyata
pada auskultasi saat pengukuran tekanan darah, di mana pulsus terdengar melemah saat
inspirasi, dan biasanya tak melebihi 10 mmHg. Bisa pula disertai penurunan tekanan vena
jugularis saat inspirasi, misalnya pada gangguan restriksi pada effusi perikardium,
tamponade perikardium, konstriksi perikard, sindrom vena kava superior, atau emfisema
paru.

A.3 PEMERIKSAAN PERNAFASAN

Bernafas adalah suatu tindakan involunter (tidak disadari), diatur oleh batang otak dan dilakukan
dengan bantuan otot-otot pernafasan, Saat inspirasi, diafragma dan otot-otot interkostalis
berkontraksi, memperluas kavum thoraks dan mengembangkan paru-paru. Dinding dada akan
bergerak ke atas, ke depan dan ke lateral, sedangkan diafragma terdorong ke bawah. Saat inspirasi
berhenti, paru-paru kembali mengempis, diafragma naik secara pasif dan dinding dada kembali
ke posisi semula.
Analisis Hasil Pemeriksaan
1. Penilaian pernapasan:
a. Tipe pernapasan:
Pada keadaan normal, tipe pernapasan pada wanita biasanya adalah pernapasan dada,
sedangkan pada laki-laki biasanya tipe pernapasan abdominal.
b. Frekuensi napas:
Frekuensi pernapasan normal dewasa saat istirahat antara 14-20 kali/menit dan sampai
dengan 44 x/menit pada bayi. Bila terdapat kesulitan bernapas, maka frekuensi napas
juga akan meningkat (takipnea). Frekuensi napas juga dapat berkurang (bradipnea),
misalnya akibat stimulasi saraf.
KKD-1 FKUC | 19

Pedoman Perhitungan Frekuensi Napas (WHO)

Usia anak Napas Normal Napas Cepat


0 – 2 bulan 30 –50 per menit > 60 per menit
2 –12 bulan 25-40 per menit > 50 per menit
1 – 5 tahun 20-30 per menit > 40 per menit
5 – 12 tahun 19 – 23x/menit >30 permenit
14 – 18 tahun 16 - 18x/menit
Dewasa (>18 tahun) 12 - 20x/menit

c. Dalam pernapasan:
Saat keadaan istirahat, pernapasan biasanya cukup dangkal, namun kedalamannya akan
meningkat saat latihan. Pernapasan yang sangat cepat dan adanya nyeri dada, misalnya
pada fraktur iga, pernapasan biasanya dangkal.
Regularitas: Pada keadaan normal, pernapasan biasanya teratur, bila terdapat gangguan
pada pusat napas, misalnya, pernapasan dapat memiliki jeda yang cukup lama (apnoe).
d. Hubungan inspirasi dan ekspirasi:
Normalnya masa inspirasi lebih pendek dari ekspirasi dengan rasio 5:6. Pada serangan
asma, fase ekspirasi memanjang (biasanya disertai wheezing). Pada obstruksi jalan napas
atas, misalnya saat tersedak, fase inspirasi dapat memanjang (disertai stridor)
e. Bibir atau lidah yang kebiruan atau ungu.
Gejala ini merupakan tanda sianosis sentral. Keadaan ini dapat terjadi bila darah
kekurangan oksigen.

2. Kelainan laju dan irama pernapasan.


a. Takipnea
Pernapasan dangkal dan cepat, dapat disebabkan oleh penyakit paru restriktif, pleuritis
dan elevated diaphragm.
b. Hiperventilasi
Pernapasan yang cepat, dapat disebabkan oleh latihan, kecemasan dan asidosis metabolik.
Pada pasien koma, pertimbangkan infark, hipoksia atau hipoglikemia yang mempengaruhi
otak tengah atau pons. Kussmaul adalah pernapasan cepat dan dalam karena asidosis
metabolik.
c. Bradipnea
Pernapasan lambat, mungkin secara tidak langsung terjadi pada koma diabeteikum, drug
induced, depresi pernapasan, dan peningkatan tekanan intrakranial.
d. Cheyne–Stokes Breathing
Pernapasan yang dalam kemudian berubah menjadi periode apnea (tidak bernapas). Anak-
anak dan orang tua mungkin menunjukkan pola ini saat tidur. Penyebab lainnya meliputi
gagal jantung, uremia, drug-induced, depresi pernapasan, dan kerusakan otak (biasanya
pada kedua hemisfer atau diencephalon).
e. Ataxic Breathing (Biot’s Breathing)
Pernapasan ini ditandai dengan ketidakteraturan napas yang tidak terduga. Napas mungkin
dangkal atau dalam dan berhenti untuk periode yang singkat. Penyebabnya antara lain
depresi pernapasan dan kerusakan otak, biasanya pada tingkat medula.
f. Sighing Respiration
Pernapasan diselingi dengan periode mendesah, pemeriksa harus waspada dengan
kemungkinan sindroma hiperventilasi – penyebab umum dispnea dan pusing. Desahan
yang jarang, normal terjadi.
20 | K K D - 1 FKUC

g. Obstructive Breathing
Pada penyakit paru obstruktif, ekspirasi memanjang disebabkan oleh menyempitnya
saluran napas meningkatkan hambatan aliran udara. Penyebabnya antara lain asma,
bronkhitis kronis dan COPD.

A.4 PEMERIKSAAN SUHU

Suhu merupakan gambaran hasil metabolisme tubuh.Termogenesis (produksi panas tubuh) dan
termolisis (panas yang hilang) secara normal diatur oleh pusat thermoregulator hipothalamus.

Gambar 3. Jenis-Jenis Termometer


Pemeriksaan suhu dapat dilakukan di mulut (gambar 12), aksila (gambar 13) atau rektal (gambar
14), dan ditunggu selama 3–5 menit. Pemeriksaan suhu dilakukan dengan menggunakan
termometer baik dengan glass thermometer atau electronic thermometer. Bila menggunakan glass
thermometer, sebelum digunakan air raksa pada termometer harus dibuat sampai menunjuk angka
350C atau di bawahnya.

Pengukuran suhu oral biasanya lebih mudah dan hasilnya lebih tepat, tetapi termometer air raksa
dengan kaca tidak seyogyanya dipakai untuk pengukuran suhu oral, yaitu pada penderita yang
tidak sadar, gelisah atau tidak kooperatif, tidak dapat menutup mulutnya atau pada bayi dan orang
tua.

Analisis Hasil Pemeriksaan


1. Penilaian pernapasan:
• Usia 0-3 bulan sebaiknya dilakukan pengukuran suhu di rectal.
• Usia 3 bulan-4 tahun sudah mulai bisa dilakukan di aksila.
• Usia 4 tahun keatas sudah mulai bisa dilakukan di oral.
• Pada pemeriksaan suhu oral, suhu didapatkan dari aliran darah arteri karotis eksterna.
• Pemeriksaan suhu di rektal merupakan yang paling akurat karena mendekati suhu inti
tubuh.
• 36.1-37.20C = normal.
• 37.8 - 38.9 0C = low-grade fever.
• >39.5 0C = high-grade fever.
KKD-1 FKUC | 21

2. Abnormalitas Suhu .
Demam atau pireksia adalah peningkatan suhu tubuh diatas normal. Hiperpireksia adalah
peningkatan suhu tubuh diatas 41,1oC. Hipotermia adalah penurunan suhu tubuh abnormal
dibawah 35oC per rektal.
Penyebab demam antara lain infeksi, trauma (seperti operasi atau cedera kompresi),
keganasan, kelainan darah (seperti anemia hemolitik akut), reaksi obat dan gangguan imunitas
(seperti collagen vascular disease).
Penyebab utama hipotermia adalah paparan terhadap dingin. Penyebab predisposisi lain
termasuk menurunnya pergerakan seperti pada paralisis, vasokonstriksi seperti pada sepsis,
konsumsi alkohol berlebih, kelaparan, hipotiroidisme dan hipoglikemia. Orang tua merupakan
golongan yang rentan terhadap hipotermia dan lebih sedikit terjadi demam.

B. TEKNIK PEMERIKSAAN

B.1 PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH

Prosedur pemeriksaan :
• Pemilihan sphymomanometer (blood pressure cuff)
Sphygmomanometer adalah alat yang digunakan untuk pengukuran tekanan darah, yang
terdiri dari cuff, bladder dan alat ukur air raksa. Dalam melakukan pemeriksaan ini harus
diperhatikan:
• Lebar dari bladder kira-kira 40 % lingkar lengan atas (12 - 14 cm pada dewasa).
• Panjang bladder kira-kira 80 % lingkar lengan atas.
• Sphygmomanometer harus dikalibrasi secara rutin.

Gambar 4. Bagian-bagian manometer

Gambar 5. Bagian-bagian stetoskop


22 | K K D - 1 FKUC

Persiapan pengukuran tekanan darah


Pada saat akan memulai pemeriksaan, sebaiknya :
1. Pasien dalam kondisi tenang
2. Pasien diminta untuk tidak merokok atau minum yang mengandung kafein minimal 30
menit sebelum pemeriksaan.
3. Istirahat sekitar 5 menit setelah melakukan aktifitas fisik ringan
4. Lengan yang diperiksa harus bebas dari pakaian.
5. Raba arteri brachialis dan pastikan bahwa pulsasinya cukup.
6. Pemeriksaan tekanan darah bisa dilakukan dengan posisi pasien berbaring, duduk,
maupun berdiri tergantung dari tujuan pemeriksaan. Hasil pemeriksaan tersebut
dipengaruhi oleh posisi pasien.
7. Posisikan lengan sedemikian sehingga arteri brachialis kurang lebih pada level setinggi
jantung.
8. Jika pasien duduk, letakkan lengan pada meja sedikit diatas pinggang dan kedua kaki
menapak di lantai.
9. Apabila menggunakan tensimeter air raksa, usahakan agar posisi manometer selalu
vertikal, dan pada waktu membaca hasilnya, mata harus berada segaris horisontal dengan
level air raksa.
10. Pengulangan pengukuran dilakukan beberapa menit setelah pengukuran pertama.

Adapun Prosedur Pengukuran Tekanan Darah terdiri dari 2 teknik :


1. Palpatoir
1. Siapkan tensimeter dan stetoskop.
2. Posisi pasien boleh berbaring, duduk atau berdiri tergantung tujuan pemeriksaan
3. Lengan dalam keadaan bebas dan rileks, bebas dari pakaian.
4. Pasang bladder sedemikian rupa sehingga melingkari bagian tengah lengan atas dengan
rapi, tidak terlalu ketat atau terlalu longgar. Bagian bladder yang paling bawah berada 2
cm/ 2 jari diatas fossa cubiti. Posisikan lengan sehingga sedikit membentuk sudut (fleksi)
pada siku.

Gambar 6. Memasangbladder/ manset

5. Carilah arteri brachialis/arteri radialis, biasanya terletak di sebelah medial tendo muskulus
biceps brachii.
6. Untuk menentukan seberapa besar menaikkan tekanan pada cuff, perkirakan tekanan
sistolik palpatoir dengan meraba arteri brachialis/arteri radialis dengan satu jari tangan
sambil menaikkan tekanan pada cuff sampai nadi menjadi tak teraba, kemudian tambahkan
30 mmHg dari angka tersebut. Hal ini bertujuan untuk menghindari ketidaknyamanan
pasien dan untuk menghindari auscultatory gap. Setelah menaikkan tekanan cuff 30
mmHg tadi, longgarkan cuff sampai teraba denyutan arteri brachialis (tekanan sistolik
palpatoir). Kemudian kendorkan tekanan secara komplit (deflate).
7. Hasil pemeriksaan tekanan darah secara palpatoir akan didapatkan tekanan darah sistolik
dan tidak bisa untuk mengukur tekanan darah diastolik.
KKD-1 FKUC | 23

2. Auskultatoir
8. Pastikan membran stetoskop terdengar suara saat diketuk dengan jari.
9. Letakkan membran stetoskop pada fossa cubiti tepat di atas arteri brachialis.

Gambar 7. Memompa bladder/ manset

10. Naikkan tekanan dalam bladder dengan memompa bulb sampai tekanan sistolik palpatoir
ditambah 30 mmHg.
11. Turunkan tekanan perlahan, ± 2-3 mmHg/detik.
12. Dengarkan menggunakan stetoskop dan catat dimana bunyi Korotkoff I terdengar pertama
kali. Ini merupakan hasil tekanan darah sistolik.
13. Terus turunkan tekanan bladder sampai bunyi Korotkoff V (bunyi terakhir terdengar). Ini
merupakan hasil tekanan darah diastolik.
14. Untuk validitas pemeriksaan tekanan darah minimal diulang 3 kali. Hasilnya diambil rata-
rata dari hasil pemeriksaan tersebut.

B.2 PEMERIKSAAN NADI / ARTERI

Prosedur pemeriksaan nadi/arteri radialis :


1. Penderita dapat dalam posisi duduk atau berbaring. Lengan dalam posisi bebas dan rileks.
2. Periksalah denyut arteri radialis di pergelangan tangan dengan cara meletakkan jari telunjuk
dan jari tengah atau 3 jari (jari telunjuk, tengah dan manis) di atas arteri radialis dan sedikit
ditekan sampai teraba pulsasi yang kuat.
3. Penilaian nadi/arteri meliputi: frekuensi (jumlah) per menit, irama (teratur atau tidaknya),
pengisian, dan dibandingkan antara arteri radialis kanan dan kiri .
4. Bila iramanya teratur dan frekuensi nadinya terlihat normal dapat dilakukan hitungan selama
15 detik kemudian dikalikan 4, tetapi bila iramanya tidak teratur atau denyut nadinya terlalu
lemah, terlalu pelan atau terlalu cepat, dihitung sampai 60 detik.
5. Apabila iramanya tidak teratur (irregular) harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan auskultasi
jantung (cardiac auscultation) pada apeks jantung.

Gambar 8. Pemeriksaan nadi arteri radialis


24 | K K D - 1 FKUC

Pemeriksaan nadi/arteri karotis


Perabaan nadi dapat memberikan gambaran tentang aktivitas pompa jantung maupun keadaan
pembuluh itu sendiri. Kadang-kadang nadi lebih jelas jika diraba pada pembuluh yang lebih besar,
misalnya arteri karotis.
Catatan : pada pemeriksaan nadi/arteri karotis kanan dan kiri tidak boleh bersamaan.

Gambar 9. Pemeriksaan nadi (arteri karotis)

Pemeriksaan nadi/arteri ekstremitas lainnya


1. Pemeriksaan nadi/arteri brachialis (gambar 10a).
2. Pemeriksaan nadi/arteri femoralis (gambar 10b).
3. Pemeriksaan nadi/ arteri tibialis posterior (gambar 10c).
4. Pemeriksaan nadi/arteri dorsalis pedis (gambar 10d).

Gambar 10a. Pemeriksaan pulsasi arteri brachialis pada orang dewasa dan anak

Gambar 10b. Pemeriksaan pulsasi arteri femoralis

Gambar 10c. Pemeriksaan pulsasi Gambar 10d. Pemeriksaan pulsasi


arteri tibialis posterior arteri dorsalis pedis
KKD-1 FKUC | 25

B.3 PEMERIKSAAN PERNAFASAN

Persiapan pemeriksaan :
• Pasien dalam keadaan tenang, posisi tidur.
• Dokter meminta ijin kepada pasien untuk membuka baju bagian atas.

Cara pemeriksaan pernapasan:


• Pemeriksaan inspeksi : perhatikan gerakan pernafasan pasien secara menyeluruh (lakukan
inspeksi ini tanpa mempengaruhi psikis penderita).

Gambar 11. Inspeksi pergerakan dinding dada

➢ Pada inspirasi, perhatikan : gerakan iga ke lateral, pelebaran sudut epigastrium, adanya
retraksi dinding dada (supraklavikuler, suprasternal, interkostal, epigastrium),
penggunaan otot-otot pernafasan aksesoria serta penambahan ukuran anteroposterior
rongga dada.
➢ Pada ekspirasi, perhatikan : masuknya kembali iga, menyempitnya sudut epigastrium dan
pengurangan diameter anteroposterior rongga dada.
• Pemeriksaan palpasi : pemeriksa meletakkan telapak tangan untuk merasakan naik turunnya
gerakan dinding dada.
• Pemeriksaan auskultasi : menggunakan membran stetoskop diletakkan pada dinding dada di
luar lokasi bunyi jantung.

B.4 PEMERIKSAAN SUHU

Prosedur Pemeriksaan Suhu secara Oral :


• Turunkan air raksa sedemikian sehingga air raksa pada termometer menunjuk angka 350C
atau di bawahnya dengan cara mengibaskan termometer beberapa kali.
• Letakkan ujung termometer di bawah salah satu sisi lidah. Minta pasien untuk menutup mulut
dan bernafas melalui hidung.
• Tunggu 3-5 menit. Baca suhu pada termometer.
• Apabila penderita baru minum dingin atau panas, pemeriksaan harus ditunda selama 10-15
menit agar suhu minuman tidak mempengaruhi hasil pengukuran.

Prosedur Pengukuran suhu aksila :


• Turunkan air raksa sedemikian sehingga air raksa pada termometer menunjuk angka 35 0C atau
di bawahnya.
• Letakkan termometer di lipatan aksila. Lipatan aksila harus dalam keadaan kering. Pastikan
termometer menempel pada kulit dan tidak terhalang baju pasien.
26 | K K D - 1 FKUC

• Jepit aksila dengan merapatkan lengan pasien ke tubuhnya.


• Tunggu 3-5 menit. Baca suhu pada termometer.

Gambar 12. Pengukuran suhu Oral Gambar 13. Pengukuran suhu Aksila

Prosedur pengukuran suhu secara rektal :


• Pemeriksaan suhu melalui rektum ini biasanya dilakukan terhadap bayi.
• Pilihlah termometer dengan ujung bulat, beri pelumas di ujungnya.
• Masukkan ujung termometer ke dalam anus sedalam 3-4 cm.
• Cabut dan baca setelah 3 menit

(Catatan : pada prakteknya, untuk menghemat waktu pemeriksaan, sambil menunggu pemeriksaan
suhu dilakukan pemeriksaan nadi dan frekuensi nafas).

Rata-rata suhu normal


dengan pengukuran
oral adalah 37 0C.

Suhu rektal lebih


tinggi daripada suhu
oral ± 0,4 - 0,5 0C.

Suhu aksila lebih


rendah dari suhu oral
sekitar 0,5 0C - 1 0C.
KKD-1 FKUC | 27

C. CHECKLIST PENILAIAN

C.1 KETERAMPILAN PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan (prosedur singkat) yang akan
dilakukan dan persetujuan tindakan (informed consent

II Pemeriksaan Tekanan Darah


3 Menyiapkan pasien dalam posisi duduk atau tidur telentang, pemeriksa
berada di samping kanan pasien.
4 Mempersiapkan tensimeter dan memasang manset pada lengan atas pasien.
5 Meraba nadi arteri brachialis dan memompa tensimeter sampai tidak teraba
denyutan.
6 Menaikkan tekanan tensimeter 30 mmHg di atasnya, dan melonggarkan
cuff sampai teraba denyutan arteri brachialis (tekanan sistolik palpatoir).
7 Mengosongkan udara pada manset sampai tekanan 0
8 Memasang membran stetoskop pada fossa cubiti dan memompa bladder
sampai tekanan sistolik palpatoir ditambah 30 mmHg
9 Melonggarkan kunci pompa perlahan-lahan dan menentukan tekanan
sistolik dan diastolik.
10 Melepas manset dan memberitahukan hasil pemeriksaan tekanan darah
pada penderita.

III Profesionalisme
11 Melakukan dengan penuh percaya diri
12 Melakukan dengan kesalahan minimal

Jumlah Skor

Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
24

C.2 KETERAMPILAN PEMERIKSAAN NADI

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
28 | K K D - 1 FKUC

2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan (prosedur singkat) yang akan


dilakukan dan persetujuan tindakan (informed consent

II Pemeriksaan Nadi
3 Meraba arteri radialis dengan cara meletakkan jari telunjuk dan jari tengah
atau 3 jari (jari telunjuk,tengah dan manis) di atas arteri radial dan sedikit
ditekan sampai teraba pulsasi.
4 Menilai frekuensi, irama, pengisian, kelenturan dinding arteri, pada kedua
pergelangan tangan kanan dan kiri
5 Memberitahukan hasil pemeriksaan nadi pada pasien

Profesionalisme
6 Melakukan dengan penuh percaya diri
7 Melakukan dengan kesalahan minimal

Jumlah Skor

Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
14

C.3 KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FREKUENSI PERNAFASAN

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan (prosedur singkat) yang akan
dilakukan dan persetujuan tindakan (informed consent

II Pemeriksaan Frekuensi Pernafasan


3 Menyiapkan pasien dalam posisi duduk atau tidur telentang.
4 Melakukan pemeriksaan pernafasan dengan inspeksi dinding dada atau
dengan palpasi atau dengan auskultasi.
5 Menilai frekuensi pernafasan per menit dan irama pernafasan
6 Memberitahukan hasil pemeriksaan frekuensi pernafasan pada pasien

III Profesionalisme
7 Melakukan dengan penuh percaya diri
8 Melakukan dengan kesalahan minimal

Jumlah Skor

Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
KKD-1 FKUC | 29

1. Dilakukan, tapi belum sempurna


2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
16

C.4 KETERAMPILAN PEMERIKSAAN SUHU

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan (prosedur singkat) yang akan
dilakukan dan persetujuan tindakan (informed consent

II Pemeriksaan Suhu
3 Mempersiapkan termometer dan mengecek apakah air raksa menunjukkan
angka dibawah 350C.
4 Memasang termometer pada aksila, rectal atau oral.
5 Memasang termometer pada tempat tersebut selama kurang lebih 3-5
menit.
6 Membaca hasil , interpretasi hasil, dan memberitahukan hasil pemeriksaan
suhu pada penderita

III Profesionalisme
7 Melakukan dengan penuh percaya diri
8 Melakukan dengan kesalahan minimal

Jumlah Skor

Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
16
30 | K K D - 1 FKUC

PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS

Tujuan Umum :
Setelah mengikuti pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa memiliki keterampilan untuk melakukan
pemeriksaan refleks fisiologis serta mengenali kelainannya.

Tujuan Khusus :
1. Melakukan pemeriksaan Refleks pada lengan / tangan (Biceps dan Triceps)
2. Melakukan pemeriksaan Refleks pada tungkai (Patela/Quadriseps dan Achiles)

Alat, Bahan dan Media Pembelajaran :


1. Reflex-hammer
2. Sarung tangan nonsteril

A. PENGANTAR

Prinsip Umum :
1. Pemeriksaan refleks fisiologis biasa dilakukan selama pemeriksaan fisik; sehingga
pemeriksaan ini tidak dilakukan secara terpisah, kecuali pada kasus-kasus tertentu yang
membutuhkan pemeriksaan reflek fisiologis yang benar-benar akurat.
2. Kasus-kasus tersebut biasanya berhubungan erat dengan keluhan-keluhan utama
seperti berikut: kelelahan (mudah lelah), kesulitan berjalan, gangguan atau ketidakmampuan
berjalan, paraesthesia, nyeri otot, nyeri ekstremitas, gangguan pertumbuhan otot, nyeri
punggung, gangguan fungsi otonom (ereksi, sistem kemih, dan defekasi).
3. Refleks-refleks fisiologis meliputi : refleks peregangan otot yang muncul pada stimulasi
tendon, periosteum, tulang, persendian, fascia, atau aponeurosis. Refleks- refleks tersebut
mungkin disalahartikan sebagai refleks tendon atau periosteum. Refleks akan muncul dengan
peregangan otot dan bukan oleh tendon. Tendon adalah area dimana stimulus mudah
dikerjakan. Karena refleks bisa terjadi melalui organ sensorik (misalnya neuromuscular
spindle), maka refleks seperti itu dinamakan refleks proprioseptik.

Gambar 1. Lintasan Lengkung saraf Refleks Fisiologis


KKD-1 FKUC | 31

Prinsip-prinsip Dasar pada Pemeriksaan Refleks :


1. Peralatan yang biasa digunakan adalah “reflex-hammer”; yang paling baik adalah yang
terbuat dari karet. Bahan dari karet ini tidak akan mengakibatkan sakit. Nyeri harus dihindari
pada pemeriksaan refleks karena akan mengakibatkan bias interpretasi.
2. Pasien harus dalam keadaan rileks, sangat-sangat rileks pada area yang akan diperiksa, dan
area tersebut harus bebas sehingga dapat memberikan reaksi refleks maksimalnya.
3. Stimulasi harus dilakukan cepat dan secara langsung, intensitas harus dalam rentang
normal- yang tidak mengakibatkan sakit.
4. Reaksi yang terbentuk akan bergantung pada tonus otot, sehingga akan memerlukan
“kontraksi minimal” yang biasanya diperiksa. Jika pemeriksa ingin membandingkan sisi kana
dan kiri, posisi ekstremitas harus simetris kanan-kiri.

Analisis Hasil Pemeriksaan


Interpretasi :
Sebuah refleks dapat diinterpretasikan sebagai refleks yang negatif, menurun, normal, meningkat,
atau hiperaktif. Berikut kriteria secara kuantitatif :
0 : Tidak berespon
+1 : Agak menurun, di bawah normal
+2 : Normal; rata-rata/umum
+3 : Lebih cepat dibanding normal; masih fisiologis (tidak perlu dianalisis & tindak lanjut)
+4 : Hiperaktif sangat cepat, biasanya disertai klonus, dan sering mengindikasikan adanya
suatu penyakit

Kelainan yang dapat ditemukan antara lain:


a. Hiporefleksia: Refleks menurun pada kelainan lower motor neuron.
b. Arefleksia. Dapat disebabkan oleh:
- Lesi yang melibatkan saraf tepi (jalur aferen dan/atau eferen lengkung refleks).
- Lesi pada bagian sentral (spinal root) dari lengkung refleks, seperti syringomalasia.
- Fase akut dari cedera spinal.
- Koma dalam.
- Arefleksia kongenital, biasanya pada tungkai.
c. Hiperefleksia: refleks meningkat pada gangguan yang melibatkan upper motor neuron.
d. Adanya klonus merupakan tanda patologis dan indikasi adanya lesi pada central motor
neuron (CML) diatas refleks cabang spinal. Pada bayi baru lahir atau pasien dengan refleks
yang sangat cepat, klonus bertahan selama 3-4 ketukan didapatkan dikedua sisi.

B. TEKNIK PEMERIKSAAN

B.1 PEMERIKSAAN REFLEKS PADA LENGAN/TANGAN

Refleks pada lengan/tangan yang paling penting adalah refleks biceps, refleks triceps, refleks
brachioradialis, dan refleks jari fleksor. Pemeriksaan keempat refleks tersebut dilakukan secara
rutin pada pemeriksaan neurologis untuk memeriksa refleks pada lengan/tangan.
1. Refleks Biceps
• Pasien dalam keadaan duduk dan relaks.
• Lengan pasien harus relaks dan sedikit ditekuk/fleksi pada siku dengan telapak tangan
mengarah ke bawah.
• Letakkan siku pasien pada lengan/tangan pemeriksa.
• Letakkan ibu jari pemeriksa untuk menekan tendon biceps pasien.
32 | K K D - 1 FKUC

• Dengan menggunakan palu refleks, pukul ibu jari anda (yang menekan tendon tadi) untuk
memunculkan refleks biceps.
• Reaksi pertama adalah kontraksi dari otot biceps dan kemudian fleksi pada siku.
• Biceps adalah otot supinator untuk lengan bawah, hal tersebut akan menimbulkan gerakan
supinasi.
• Jika refleks ini meningkat, daerah refleks akan meluas dan refleks ini akan muncul dengan
cara memukul klavikula; akan terjadi fleksi pada pergelangan dan jari-jari tangan; dan
juga adduksi dari ibu jari.
• M. Biceps brachii diinervasi oleh n. musculocutaneus (C5-C6).

Gambar 2. Pemeriksaan reflex biceps

2. Refleks triceps
• Pasien diminta untuk duduk dalam posisi yang relaks.
• Letakkan lengan pasien pada lengan/tangan pemeriksa.
• Posisi pasien sama seperti saat pemeriksaan refleks biceps.
• Pasien diminta untuk me-relaks-kan lengannya.
• Saat lengan pasien sudah benar-benar relaks (dengan cara palpasi otot triceps : tidak
tegang), pukul tendon triceps yang melalui fossa olecranii.
• Reaksinya adalah kontraksi otot triceps dan sedikit terhentak. Reaksi ini dapat terlihat
ataupun dirasakan oleh lengan pemeriksa yang menahan lengan pasien.
• M. Triceps brachii diinervasi oleh n. Radialis (C6-C8). Proses refleks melalui C7.

Gambar 3. Pemeriksaan reflex triceps


KKD-1 FKUC | 33

B.2 PEMERIKSAAN REFLEKS PADA TUNGKAI

3. Refleks Patella/Quadriceps
• Pasien duduk dengan posisi tungkai menggantung.
• Lakukan palpasi pada sisi kanan dan sisi kiri tendon patella.
• Tahan daerah distal paha dengan menggunakan satu tangan, sedangkan tangan yang lain
memukul tendon patella untuk memunculkan refleks patella.
• Tangan pemeriksa yang menahan bagian distal paha akan merasakan kontraksi otot
quadriceps dan pemeriksa mungkin dapat melihat gerakan tiba-tiba dari tungkai bagian
bawah.
• Cara lain untuk memeriksa :
- Pasien diminta untuk menggenggam tangan mereka sendiri.
- Pukul tendon patella saat pasien saling menarik genggaman tangan mereka
- Metode ini disebut “reinforcement”
- Jika pasien tidak mampu untuk duduk, dianjurkan posisi supinasi

Gambar 4a. Pemeriksaan reflex patella Gambar4. Pemeriksaan reflex


Quadriceps

4. Refleks Achilles
• Pasien diminta untuk duduk dengan satu tungkai menggantung (gambar 5), atau berbaring
dengan posisi supine (gambar 6), atau berdiri dengan bertumpu pada lutut dimana bagian
bawah tungkai dan kaki berada di luar meja pemeriksaan.
• Tegangkan tendon Achilles dengan cara menahan kaki di posisi dorsofleksi.
• Pukul tendon Achilles dengan ringan dan cepat untuk memunculkan refleks Achilles,
yaitu fleksi kaki yang tiba-tiba.
• “Reinforcement” juga dapat dilakukan pada pemeriksaan ini.

Gambar 5. Pemeriksaan Refleks Achilles Gambar 6. Pemeriksaan Refleks


Achilles
34 | K K D - 1 FKUC

C. CHECKLIST PENILAIAN

C.1 PEMERIKSAAN REFLEKS BICEPS

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan (prosedur singkat) yang akan
dilakukan dan persetujuan tindakan (informed consent)

II Pemeriksaan Refleks Biceps


3 Meminta pasien untuk duduk dan relaks
4 Meletakkan lengan pasien pada lengan/tangan pemeriksa
5 Memposisikan lengan bagian bawah pasien antara posisi fleksi dan
ekstensi, dan sedikit pronasi
6 Meletakkan siku pasien di atas tangan pemeriksa
7 Meletakkan ibu jari pemeriksa di atas tendon biceps pasien
8 Memukul ibu jari pemeriksa dengan palu refleks untuk memunculkan
refleks biceps
9 Mengamati dan melaporkan respons refleks yang terjadi

III Profesionalisme
10 Melakukan dengan penuh percaya diri
11 Melakukan dengan kesalahan minimal

Jumlah Skor

Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
22

C.2 PEMERIKSAAN REFLEKS TRICEPS

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan (prosedur singkat) yang akan
dilakukan dan persetujuan tindakan (informed consent)
KKD-1 FKUC | 35

II Pemeriksaan Refleks Triceps


3 Meminta pasien untuk duduk dan relaks
4 Meletakkan lengan pasien pada lengan/tangan pemeriksa
5 Memposisikan lengan bagian bawah pasien antara posisi fleksi dan
ekstensi
6 Meminta pasien untuk melemaskan lengan bagian bawah
7 Menyentuh otot triceps untuk memastikan otot tersebut tidak tegang
8 Memukul tendon triceps yang melewati fossa olecranii dengan palu refleks
untuk memunculkan refleks triceps
9 Mengamati dan melaporkan respons refleks yang terjadi

III Profesionalisme
10 Melakukan dengan penuh percaya diri
11 Melakukan dengan kesalahan minimal

Jumlah Skor

Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
22

C.3 PEMERIKSAAN REFLEKS PATELLA

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan (prosedur singkat) yang akan
dilakukan dan persetujuan tindakan (informed consent)

II Pemeriksaan Refleks Patella


3 Meminta pasien untuk duduk/berbaring dengan tungkai menggantung dan
tidak melihat ke arah tungkai
4 Menekan area disekitar (sisi kanan dan kiri) tendon patella
5 Satu tangan memegang distal otot paha sedangkan tangan yang lain
memukul tendon patella dengan palu refleks
6 Mengamati dan melaporkan respons refleks yang terjadi

III Profesionalisme
7 Melakukan dengan penuh percaya diri
8 Melakukan dengan kesalahan minimal

Jumlah Skor
36 | K K D - 1 FKUC

Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
16

C.4 PEMERIKSAAN REFLEKS ACHILLES

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan (prosedur singkat) yang akan
dilakukan dan persetujuan tindakan (informed consent)

II Pemeriksaan Refleks Achilles


3 Meminta pasien untuk duduk, berbaring, atau berdiri dengan bertumpu
pada lutut dengan tungkai dan kaki bagian bawah menggantung di luar meja
pemeriksaan
4 Menegangkan tendon Achilles dengan menahan kaki pada posisi
dorsofleksi
5 Memukul tendon Achilles menggunakan palu refleks dengan ringan dan
cepat untuk memunculkan refleks Achilles
6 Mengamati dan melaporkan respons refleks yang terjadi

III Profesionalisme
7 Melakukan dengan penuh percaya diri
8 Melakukan dengan kesalahan minimal

Jumlah Skor

Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
16
KKD-1 FKUC | 37

PEMERIKSAAN REFLEKS PATOLOGIS

Tujuan Umum :
Setelah mengikuti kegiatan ketrampilan ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan
refleks patologis serta mengenali kelainannya.

Tujuan Khusus :
1. Melakukan pemeriksaan Refleks Hoffman dan Trommer
2. Melakukan pemeriksaan Refleks Babinski
3. Melakukan pemeriksaan Refleks Chaddock
4. Melakukan pemeriksaan Refleks Oppenheim
5. Melakukan pemeriksaan Refleks Gordon
6. Melakukan pemeriksaan Refleks Schaefer
7. Melakukan pemeriksaan Refleks Rossolimo dan Mendel-Bechterew

Alat, Bahan dan Media Pembelajaran :


1. Reflex-hammer
2. Handscun nonsteril

A. PENGANTAR

Pemeriksaan refleks patologis merupakan salah satu pemeriksaan penting dalam bidang
neurologi. Pemeriksaan refleks patologis dapat menunjukkan adanya lesi di Upper Motor
Neuron (UMN).

Gambar 1. Motor Neurone Lesions

Refleks patologis adalah refleks-refleks yang tidak dapat dibangkitkan pada orang-
orang sehat, kecuali pada bayi dan anak kecil. Kebanyakan merupakan gerakan reflektorik
defensif atau postural yang pada orang dewasa yang sehat terkelola dan ditekan oleh aktivitas
susunan piramidal. Anak kecil umur antara 4-6 tahun masih belum memiliki susunan piramidal
yang sudah bermyelinisasi penuh, sehingga aktivitas susunan piramidalnya masih belum
sempurna. Maka dari itu gerakan reflektorik yang dinilai sebagi refleks patologis pada orang
dewasa tidak selamanya patologis jika dijumpai pada anak kecil. Tetapi pada orang dewasa
refleks patologis selalu merupakan tanda lesi Upper Motor Neuron (UMN). Manifestasi lesi
pada UMN biasanya berupa kelemahan atau kelumpuhan anggota gerak yang bersifat
spastik.
38 | K K D - 1 FKUC

Refleks-refleks patologis itu sebagian besar bersifat refleks dalam dan sebagian lainnya
bersifat refleks superfisial. Reaksi yang diperlihatkan oleh refleks patologis itu sebagian besar
adalah sama akan tetapi mempunyai nama yang bermacam-macam karena dibangkitkan dengan
cara yang berbeda. Misalnya refleks plantaris dengan respon ekstensor dahulu dikenal dengan
nama tanda Babinski. Kemudian ditemukan metode lain untuk membangkitkannya yang dikenal
sebagai modifikasi Babinski, yaitu refleks Chaddock, Oppenheim, Schaefer, dan Gordon. Refleks
Babinski dan modifikasi Babinski yang positif menunjukkan adanya lesi di traktus piramidalis.
Refleks Babinski tidak ditemukan pada orang sehat kecuali pada bayi kurang dari 1 tahun
karena myelinisasi pada traktus tersebut belum sempurna. Refleks Rossolimo-Mendel
Bechterew jika positif menunjukkan adanya lesi di traktus piramidalis medula spinalis
maupun kapsula interna.
Kelainan motoris akibat lesi di UMN selain ditandai dengan adanya refleks patologis juga
dapat ditandai dengan hiperrefleksiia dari refleks-refleks fisiologis. Hiperrrefleksia seringkali
diiringi dengan klonus yaitu kontraksi otot yang berulang-ulang setelah dilakukan perangsangan
tertentu.

B. TEKNIK PEMERIKSAAN

1. Refleks Hoffman dan Tromner


• Dilakukan dengan ekstensi jari tengah pasien.
• Refleks Hoffmann diperiksa dengan cara melakukan petikan pada kuku jari tengah.
• Refleks Tromner diperiksa dengan cara mencolek ujung jari tengah.
• Refleks Hoffmann-Tromner positif jika timbul gerakan fleksi pada ibu jari, jari telunjuk,
dan jari-jari lainnya.
• Refleks Hoffman tromner positif bilateral pada 25% orang normal, sedangkan bila
unilateral merupakan indikasi lesi UMN diatas segmen servikal VIII.

Gambar 2. Refleks Hoffman

Gambar 3. Refleks Tromner

2. Refleks Babinski
• Goreskan ujung palu refleks pada telapak kaki pasien.
• Goresan dimulai pada tumit menuju ke atas dengan menyusuri bagian lateral telapak kaki,
kemudian setelah sampai pada pangkal kelingking, goresan dibelokkan ke medial sampai
akhir pada pangkal jempol kaki.
• Refleks Babinski positif jika ada respon dorsofleksi ibu jari yang disertai pemekaran jari-
jari yang lain.
KKD-1 FKUC | 39

Gambar 4. Refleks Babinski

3. Refleks Chaddock
• Dilakukan goresan dengan ujung palu refleks pada kulit dibawah maleolus eksternus.
• Goresan dilakukan dari atas ke bawah (dari proksimal ke distal).
• Refleks Chaddock positif jika ada respon dorsofleksi ibu jari kaki yang disertai pemekaran
jari-jari yang lain.

Gambar 5. Refleks Chaddock

4. Refleks Oppenheim
• Dengan menggunakan jempol dan jari telunjuk pemeriksa, tulang tibia pasien diurut dari
atas ke bawah.
• Refleks Oppenheim positif jika ada respon dorsofleksi ibu jari kaki yang disertai
pemekaran jari-jari yang lain.

Gambar 6. Refleks Oppenheim


40 | K K D - 1 FKUC

5. Refleks Gordon
• Dilakukan pemijatan pada otot betis pasien.
• Refleks Gordon positif jika ada respon dorsofleksi ibu jari yang disertai pemekaran dari
jari-jari yang lain.

Gambar 7. Refleks Gordon

6. Refleks Schaefer
• Dilakukan pemijatan pada tendo Achilles penderita.
• Refleks Schaefer positif jika ada respon dorsofleksi ibu jari yang disertai pemekaran jari-
jari yang lain.

Gambar 8. Refleks Gordon

7. Refleks Rossolimo-Mendel Bechterew


• Refleks Rossolimo diperiksa dengan cara melakukan ketukan palu refleks pada telapak
kaki di daerah basis jari-jari pasien.

Gambar 9. Refleks Rosolimo


KKD-1 FKUC | 41

• Refleks Mendel-Bechterew diperiksa dengan menggunakan palu refleks pada daerah


dorsum pedis basis jari-jari kaki pasien.
• Refleks Rossolimo-Mendel Bechterew positif jika timbul fleksi plantar jari-jari kaki
nomor 2 sampai nomor 5.

C. CHECKLIST PENILAIAN

C.1 PEMERIKSAAN REFLEKS HOFMAN-TROMNER

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan (prosedur singkat) yang akan
dilakukan dan persetujuan tindakan (informed consent)

II Refleks Pemeriksaan Hofman-Tromner


3 Mempersiapkan pasien pada posisi siap dilakukan pemeriksaan
4 Melakukan ekstensi jari tengan pasien yang akan diperiksa
5 Melakukan petikan pada kuku jari tengah pasien (Hoffman) dan colekan
pada ujung jari tengah (Tromner)
6 Mengamati dan melaporkan respons refleks yang terjadi
7 Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan Hoffmann-Tromner

III Profesionalisme
8 Melakukan dengan penuh percaya diri
9 Melakukan dengan kesalahan minimal

Jumlah Skor

Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
18
CHECKLIST PENILAIAN

C.2 PEMERIKSAAN REFLEKS BABINSKI

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan (prosedur singkat) yang akan
dilakukan dan persetujuan tindakan (informed consent)
42 | K K D - 1 FKUC

II Pemeriksaan Refleks Babinski


3 Mempersiapkan pasien pada posisi siap dilakukan pemeriksaan
4 Menggoreskan ujung palu refleks pada telapak kaki pasien
dengan benar
5 Mengamati dan melaporkan respons refleks yang terjadi
6 Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan Babinski

III Profesionalisme
7 Melakukan dengan penuh percaya diri
8 Melakukan dengan kesalahan minimal

Jumlah Skor

Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
16

C.3 PEMERIKSAAN REFLEKS CHADDOCK

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan (prosedur singkat) yang akan
dilakukan dan persetujuan tindakan (informed consent)

II Pemeriksaan Refleks Chaddock


3 Mempersiapkan pasien pada posisi siap dilakukan pemeriksaan
4 Melakukan goresan dengan ujung palu refleks pada kulit di bawah maleolus
eksternus
5 Mengamati dan melaporkan respons refleks yang terjadi
6 Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan Chaddock

III Profesionalisme
7 Melakukan dengan penuh percaya diri
8 Melakukan dengan kesalahan minimal

Jumlah Skor

Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
KKD-1 FKUC | 43

2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
16

C.4 PEMERIKSAAN REFLEKS OPPENHEIM

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan (prosedur singkat) yang akan
dilakukan dan persetujuan tindakan (informed consent)

II Pemeriksaan Refleks Oppenheim


3 Mempersiapkan pasien pada posisi siap dilakukan pemeriksaan
4 Dengan jempol dan jari telunjuk pemeriksa diurut tulang tibia dari atas ke
atas
5 Mengamati dan melaporkan respons refleks yang terjadi
6 Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan Oppenheim

III Profesionalisme
7 Melakukan dengan penuh percaya diri
8 Melakukan dengan kesalahan minimal

Jumlah Skor

Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
16

C.5 PEMERIKSAAN REFLEKS GORDON

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan (prosedur singkat) yang akan
dilakukan dan persetujuan tindakan (informed consent)
44 | K K D - 1 FKUC

II Pemeriksaan Refleks Gordon


3 Mempersiapkan pasien pada posisi siap dilakukan pemeriksaan
4 Melakukan pemijatan pada otot betis pasien
5 Mengamati dan melaporkan respons refleks yang terjadi
6 Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan Gordon

III Profesionalisme
7 Melakukan dengan penuh percaya diri
8 Melakukan dengan kesalahan minimal

Jumlah Skor

Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
16

C.6 PEMERIKSAAN REFLEKS SCHAEFFER

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan (prosedur singkat) yang akan
dilakukan dan persetujuan tindakan (informed consent)

II Pemeriksaan Refleks Schaeffer


3 Mempersiapkan pasien pada posisi siap dilakukan pemeriksaan
4 Melakukan pemijatan pada tendon Achiles
5 Mengamati dan melaporkan respons refleks yang terjadi
6 Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan Schaeffer

III Profesionalisme
7 Melakukan dengan penuh percaya diri
8 Melakukan dengan kesalahan minimal

Jumlah Skor

Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
16
KKD-1 FKUC | 45

C.7 PEMERIKSAAN REFLEKS ROSSOLIMO & MENDEL-BECHTEREW

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, salam, sapa
2 Beritahu kepada pasien mengenai tindakan (prosedur singkat) yang akan
dilakukan dan persetujuan tindakan (informed consent)

II Pemeriksaan Refleks Rossolimo & Mendel-Bechterew


3 Mempersiapkan pasien pada posisi siap dilakukan pemeriksaan
4 Melakukan ketokan dengan palu refleks pada telapak kaki di daerah basis
jari-jari pasien (Refleks Rossolimo) dan perkusi dengan palu refleks pada
daerah dorsum pedis basis jari-jari kaki (Refleks Mendel-Bechterew)
5 Mengamati dan melaporkan respons refleks yang terjadi
6 Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan Rossolimo

III Profesionalisme
7 Melakukan dengan penuh percaya diri
8 Melakukan dengan kesalahan minimal

Jumlah Skor

Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
16
46 | K K D - 1 FKUC

TEKNIK ASEPTIK

Tujuan Umum :
Setelah mengikuti pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa memiliki keterampilan untuk melakukan
Teknik Aseptik sebelum melakukan tindakan bedah baik itu minor surgery atau major surgery,
dan atau tindakan medis di luar ruang operasi

Tujuan Khusus :
1. Mengetahui manfaat teknik aseptik dan sterilisasi.
2. Mengetahui 5 moments hand hygiene
3. Melakukan prosedur cuci tangan (hand hygiene) dengan sabun (diluar ruang operasi)
4. Melakukan prosedur cuci tangan (hand hygiene) dengan “hand rub” (diluar ruang operasi)
5. Memakai masker dan penutup kepala
6. Melakukan prosedur cuci tangan (hand hygiene) dengan sabun (didalam ruang operasi)
7. Memakai jubah operasi dengan teknik aseptic
8. Memakai sarung tangan steril dengan jubah operasi
9. Memakai sarung tangan steril tanpa jubah operasi
10. Melepas sarung tangan dengan benar
11. Memakai masker, head cap dan surgery gown.

Alat, Bahan dan Media Pembelajaran :


1. Keran Air (gambar wastafel)
2. Sikat kecil (cuci tangan)
3. Handuk steril atau kasa steril
4. Sabun cuci tangan (hand Soap)
5. Handrub berbasis alcohol
6. Handscun steril dan non steril
7. Masker
8. Penutup Kepala
9. Surgery gown (jubah operasi)

A. PENGANTAR

Teknik aseptik adalah salah satu cara untuk memperoleh kondisi bebas dari
mikroorganisme. Dasar dari teknik ini adalah bahwa infeksi berasal dari luar tubuh, sehingga
teknik ini dipakai untuk mencegah masuknya infeksi dari luar tubuh melalui tempat pembedahan.
Tujuan akhir dari aseptik adalah untuk menghindarkan pasien dari infeksi paska operasi dan untuk
mencegah penyebaran patogen. Dengan demikian melalui teknik aseptik yang baik selain dapat
menghindarkan infeksi pada penderita juga akan melindungi dokter agar tidak terinfeksi oleh
penderita.
Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi melalui berbagai cara antara lain kontak
dengan lingkungan, petugas kesehatan, atau alat-alat medis. Teknik aseptik harus dilakukan pada
saat pembedahan, kateterisasi urin, prosedur intravaskular, respiratory suction, pemasangan
drain, pemasangan ventilator, pengambilan sampel darah, dll.
KKD-1 FKUC | 47

B. TEKNIK KETERAMPILAN

B.1 PROSEDUR HAND HYGIENE DI LUAR RUANG OPERASI

Tindakan hand hygiene tidak hanya perlu dilakukan di ruang operasi.Di luar ruang operasi pun
kita harus menerapkan prosedur hand hygiene. Hand hygiene yang baik harus memenuhi 2 hal
yaitu five moments hand hygiene (lima saat harus mencuci tangan) dan langkah hand hygiene.
a) Five moments hand hygiene
Berdasarkan guideline dari WHO tahun 2009 mengenai hand hygiene, terdapat 5 saat harus
mencuci tangan. Lima saat tersebut adalah :
1. Sebelum menyentuh pasien
2. Sebelum melakukan tindakan aseptic
3. Setelah terpapar cairan tubuh pasien
4. Setelah menyentuh pasien
5. Setelah menyentuh lingkungan sekitar perawatan pasien

Gambar 1. Five Moments Hand Hygiene


48 | K K D - 1 FKUC

b) Hand hygiene. Langkah mencuci tangan :


Cuci tangan (Hand hygiene) dapat dilakukan dengan menggunakan hand rub berbasis
alkohol ataupun dengan sabun dan air mengalir.
1) Cuci tangan dengan air dan sabun
Apabila tangan kita tampak kotor atau apabila terdapat material infeksius yang
menempel di tangan, maka kita harus melakukan cuci tangan menggunakan sabun dan
air mengalir. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, cuci tangan harus dilakukan
dengan langkah maupun durasi waktu yang benar

2) Cuci tangan dengan hand rub


Apabila tangan kita tidak tampak kotor atau tidak tampak ada material infeksius yang
menempel di tangan, cuci tangan cukup dilakukan dengan hand rub
(direkomendasikan menggunakan hand rub berbasis alkohol)

Gambar 2. Hand Hygiene Technique with soap and water


(Duration of procedure 40 – 60 seconds)
KKD-1 FKUC | 49

Gambar 3. Hand Hygiene Technique with alcohol base formulation


(Duration of procedure 20 – 30 seconds)
50 | K K D - 1 FKUC

B.2 PROSEDUR ASEPTIK DI RUANG OPERASI

Dalam pembedahan prosedur aseptik meliputi tindakan sebelum, saat maupun sesudah tindakan
bedah, yaitu :
a. Pemakaian masker dan penutup kepala.
b. Mencuci tangan.
c. Pemakaian sarung tangan dan jubah operasi.
d. Persiapan penderita.
e. Memelihara sterilisitas medan operasi.
f. Menggunakan teknik operasi aman.
g. Sterilisitas dari ruang operasi minor dan alat operasi.

a) Pemakaian Masker Dan Penutup Kepala


Masker digunakan oleh operator untuk menghindari terjadinya penyebaran bakteri dari
operator kepada penderita pada saat operator berbicara, bersin, batuk atau saat bernafas.
Masker juga akan melindungi operator dari percikan darah dari penderita. Penutup kepala
digunakan untuk mencegah kotoran atau bakteri dari kepala operator mengkontaminasi medan
operasi.

Gambar 4 Penggunaan masker dan tutup kepala

b) Mencuci Tangan
Walaupun operator telah menggunakan sarung tangan steril, tetapi dengan mencuci dan
menggosok tangan akan mengurangi risiko infeksi karena kontaminasi mikroorganisme dari
tangan operator. Hal ini karena pada saat menggunakan sarung tangan akan memberikan
kondisi yang hangat dan lembab, yang akan menyebabkan bakteri mudah tumbuh, sehingga
dengan mencuci tangan sebelum menggunakan sarung tangan steril akan meminimalkan dan
menghambat pertumbuhan bakteri di dalam sarung tangan.
Mencuci tangan juga harus disertai dengan menyikat tangan dan lengan dengan sikat yang
lembut agar tidak mengiritasi kulit. Gunakan sabun untuk mencuci tangan.

Teknik Mencuci Tangan


KKD-1 FKUC | 51
52 | K K D - 1 FKUC
KKD-1 FKUC | 53

c) Memakai jubah operasi (surgery gown) dan sarung tangan

c.1 Teknik memakai surgery gown


54 | K K D - 1 FKUC

c.2 Pemakaian Sarung Tangan


Untuk semua prosedur tindakan pembedahan operator harus mengenakan sarung tangan
steril.Memakai danmelepas sarung tangan harus dilakukan secara benar. Sarung tangan
harus diganti apabila:
• Bila tangan menyentuh bagian luar dari sarung tangan.
• Bila sarung tangan menyentuh benda yang tidak steril.
• Bila sarung tangan bocor, sobek atau tertusuk.
Sarung tangan biasanya telah dibungkus dan ditata dengan baik agar dapat dipakai tanpa
mengotori bagian luarnya.Sarung tangan pertama harus dipasang dengan memegang
lipatannya saja, sedangkan sarung tangan kedua harus dipegang dengan menggunakan
sarung tangan pertama. Perlu diperhatikan bahwa pada sarung tangan yang terbungkus,
bungkusluarnya tidak steril, sedangkan bungkus dalamnya steril.

c.2.1 Teknik Memakai Sarung Tangan Dengan Jubah Operasi


KKD-1 FKUC | 55
56 | K K D - 1 FKUC

C.2.2 Teknik Memakai Sarung Tangan Tanpa Jubah Operasi


1. Persiapkan tempat yang lapang untuk membuka sarung tangan. Bukalah
bungkus sarung tangan atau dibukakan oleh orang lain. Bukalah bungkus bagian
dalam sarung tangan. Maka tampak sarung tangan terlipat dengan telapak tangan
diatas dan dilipat. Ambil sarung tangan pertama hanya dengan menyentuh
bagian luar lipatan yang nanti akan menjadi bagian dalam setelah dipakai.
2. Dengan memegang luar lipatan masukkan tangan anda tanpa menyentuh
bagianluar sarung tangan. Pegang dengan satu tangan dan tangan yang
masukkan kesarung tangan (pegang pangkal sarung tangan yang terlipat dengan
tangan kiri,tangan kanan dimasukkan ke sarung tangan).
3. Angkat ambil sarung tangan kedua dari dalam lipatan. Masukkan tangan anda.
4. Perhatikan sarung tangan pertama tidak boleh menyentuh bagian kulit tangan
yang belum bersarung tangan. Ambil sarung tangan yang lain dengan tangan
yang sudah bersarung tangan, masukkan tangan ke dalam sarung tangan.
5. Balikkan lipatan sarung tangan pertama dengan memasukkan tangan dibawah
lipatan.
6. Balikkan sarung tangan kedua seperti pada sarung tangan pertama. Betulkan
letak sarung tangan sampai tepat pada jari-jari.
KKD-1 FKUC | 57

Yang perlu diperhatikan pada cara ini adalah agar bagian luar sarung tangan
tidaktersentuh oleh tangan secara langsung. Oleh karena itu sarung tangan steril
biasanya pangkalnya dilipat keluar agar dapat dipakai sebagai pegangan pada
saat memakainya seperti pada gambar di diatas.

c.2.3 Melepas sarung tangan


Sarung tangan yang sudah digunakan harus dilepaskan secara hati-hati,
karenasarung tangan tersebut dapat mengandung bahan infeksius.Dasarnya
adalah bagianluar sarung tangan yang telah terkena darah dan cairan dari
penderita jangan sampaimenyentuh kulit kita. Lepas sarung tangan dengan
perlahan dan hati-hati sehingga tidakada darah yang memercik ke kulit kita.

Teknik melepas sarung tangan


58 | K K D - 1 FKUC

C. CHECKLIST PENILAIAN

C.1 MENCUCI TANGAN DENGAN SABUN DAN AIR MENGALIR DI LUAR RUANG
OPERASI

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
1 Melepaskan semua perhiasan dari jari tangan, pergelangan tangan, siapkan
sabun
2 Membasahi tangan dan memakai sabun secukupnya.
3 Menggosokkan telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri.
4 Menggosok punggung tangan kanan dengan telapak tangan kiri, jari
menggosok sela-sela jari, dilakukan sama untuk punggung tangan kiri
5 Menggosok telapak tangan kanan dengan telapak tangan
6 Menggosok bagian belakang jari-jari dengan telapak tangan yang
berlawanan, posisi saling mengunci.
7 Menggosok ibu jari dengan arah rotasi menggunakan tangan yang
berlawanan
8 Menggosok ke-empat jari dengan arah rotasi pada telapak tangan yang
berlawanan
9 Membilas tangan dengan air mengalir
10 Mengeringkan tangan dengan handuk sekali pakai
11 Menutup kran air dengan menggunakan handuk

II Profesionalisme
12 Melakukan dengan penuh percaya diri
13 Melakukan dengan kesalahan minimal

Jumlah Skor

Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
26

C.2 MENCUCI TANGAN DENGAN HAND RUB BERBASIS ALKOHOL

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
1 Melepaskan semua perhiasan dari jari tangan dan pergelangan
tangan.
2 Menuangkan hand rub pada telapak tangan.
3 Menggosokkan telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri.
4 Menggosok punggung tangan kanan dengan telapak tangan kiri, jari
menggosok sela-sela jari, dilakukan sama untuk punggung tangan kiri
KKD-1 FKUC | 59

5 Menggosok telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri, jari


menggosok sela-sela jari
6 Menggosok bagian belakang jari-jari dengan telapak tangan yang
berlawanan, posisi saling mengunci.
7 Menggosok ibu jari dengan arah rotasi menggunakan tangan yang
berlawanan
8 Menggosok ke-empat jari dengan arah rotasi pada telapak tangan yang
berlawanan
9 Tangan anda telah aman saat alkohol mengering

II Profesionalisme
10 Melakukan dengan penuh percaya diri
11 Melakukan dengan kesalahan minimal

Jumlah Skor

Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
22

C.3 CHECKLIST KETERAMPILAN MEMAKAI JUBAH OPERASI DAN SARUNG


TANGAN

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Memakai Jubah Operasi
1 Dengan satu tangan mengambil jubah operasi (gown terlipat) dan hanya
menyentuh lapisan paling luar
2 Memegang gown tanpa gown menyentuh tubuh dan benda lain yang tak
steril
3 Masukkan kedua lengan pada lengan gown (dengan bantuan asisten)
4 Ujung jari tidak menyentuh bagian luar ujung gown. (Asisten akan
membantu merapikan gown).
5 Perhatikan bahwa asisten hanya boleh menyentuh permukaan bagian
dalam gown.
6 Membuka dan mengambil sarung tangan kanan dengan tangan kiri yang
masih tertutup jubah dan diletakan pada lengan jubah yang berlawanan
7 Memegang ujung sarung tangan kanan dengan tangan kanan sementara
tangan lainnya memasukan tangan kiri (yang masih tertutup jubah
8 Mengambil dan memasang sarung tangan kanan dengan tangan kiri pada
sisi dalam lipatan sarung tangan.
9 Membetulkan letak sarung tangan sampai tepat pada jari- jari.
.
60 | K K D - 1 FKUC

II Profesionalisme
10 Melakukan dengan penuh percaya diri
11 Melakukan dengan kesalahan minimal

Jumlah Skor

Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
22

C.3 CHECKLIST TEKNIK MENGGUNAKAN SARUNG TANGAN TANPA JUBAH


OPERASI

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
I Menggunakan Sarung Tangan Tanpa Jubah Operasi
1 Dapat menyiapkan sarung tangan dengan tepat/siap pakai.
2 Mengambil sarung tangan kanan dengan tangan kiri pada lipatan keluar
bagian proximal
3 Memasang sarung tangan tersebut pada tangan kanan tanpa menyentuh
bagian luarnya.
4 Mengambil sarung tangan kiri dengan tangan kanan pada sisi dalam lipatan
sarung tangan.
5 Memasang sarung tangan kiri tanpa tangan kanan menyentuh tangan kiri.
6 Balikkan kedua sarung tangan dengan memasukkan tangan pada bagian
bawah/pangkal lipatan.
7 Membetulkan letak sarung tangan sampai tepat pada jari- jari.

II Profesionalisme
8 Melakukan dengan penuh percaya diri
9 Melakukan dengan kesalahan minimal

Jumlah Skor

Keterangan Skor :
0. Tidak dilakukan mahasiswa
1. Dilakukan, tapi belum sempurna
2. Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
18

Anda mungkin juga menyukai