PEMBIMBING:
DR. GERY DALA P. BASO SP.PD
OLEH :
DEVI SONDA
20110840220
PENDAHULUAN
Keluhan Utama
Tidak bisa makan ± 6bulan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien merupakan rujukan dari RSUD Sarmi datang ke polik penyakit dalam Rumah
Sakit Umum Jayapura pada tanggal 27Februari 2019 pukul 09.30 WIT dengan
keluhan tidak bisa makan ± 6bulan, di dalam mulut terasa terbakar disertai nyeri
menelan, Demam (+) hilang timbul, kurang lebih 2 minggu, membaik pada saat
minum obat penurun panas, mual (-) muntah (-), Batuk kering (+) ± 6bulan, bercak
darah (-) memberat pada saat malam hari, pada saat batuk terasa sesak (+) disertai
nyeri dada dan nyeri ulu hati, nyeri seperti rasa terbakar / panas dan susah bernafas,
berkeringat di malam hari (+) mencret (-), nafsu makan (-) badan lemas, seperti
tidak ada tenanga untuk bekerja dan mengalami penurunan berat badan yang drastis,
ibu pasien mengaku bahwa anaknya lebih cenderung banyak tidur akhir akhir ini
Riwayat Penyakit Dahulu
DDR Negatif
Jenis Pemeriksaan Pemeriksaan lab Hasil (28/02/2019) Nilai Rujukan
Urinalisa Warna
urine kimia kuning,
kejernihan agak KERU
pH 6,5
Bilirubin, Nitrit, negatif
Keton, Blood, Glukosa
lekosit estrase 25,0
Sedimen Eritrosit 15,4
Lekosit 54
Sel epitel 26,2
Silinder 6,07
Bakteri 48,6
Kristal 147,8
Jamur 0
AMORF 23,1
Protein +1
Kesan : TB PARU
HASIL TCM
HIV
TB PARU
Anemia
HIPOALBUMIN
TERAPI
• IVFD NS :D5 % 1 :2 cc/ 24 jam
• Inj ceftriaxone 1x 2gr iv
• Ambroxol 3 x 30 mg
• Inj.omeperazole 2 x 1 amp
• Sulcralfat 3x1 cc
• HepaQ 3 x 1
• Pct 3 x 1 tab
• Cotrimoxazole 1x960 gr
S O A P
- Batuk (+) Ku: TSS Candidiasis Oral - IVFD NS :D5 % 1 :2 cc/ 24 jam
- Lemas Kes: CM Susp. TB paru - Ketoconazole 1 x 150 mg
- Nyeri ulu hati TTV: TD:90/60 mmHg, N:78 x/m, SpO2: 97%, RR:25 x/m, SB:36,50C - Inj ceftriaxone 1x 2gr iv
- Mual (+) - Ambroxol 3 x 30 mg
K/L: CA (+), SI(-), OC (+), PKGB (-)
- Belum bisa makan - Inj.omeperazole 2 x 1 amp
Thorax:
- Sulcralfat 3x1 cc
I: simetris, ikut gerak napas.
Follow Up
P: vokal premitus (+) d = s
P: sonor
A: suara napas vesikuler, Rhonci (+), wheezing (-).
Jantung:
I: Ictus cordis tidak tampak
P: Thrill (-), Ictus cordis teraba.
P: Redup, batas jantung normal
Abdomen
I: Membesar, deformitas (-).
A: BU (+)
P: Nyeri tekan didapatkan nyeri tekan pada epigastrium.
Extremitas: akral hangat, CRT <2”, udem(-).
Vegetatif:
Makan (-) Minum (+)
BAB (+) & BAK (+)
Follow Up
- Sulcralfat 3x1 cc
P: sonor
A: suara napas vesikuler, Rhonci (+), wheezing (-).
Jantung:
I: Ictus cordis tidak tampak
P: Thrill (-), Ictus cordis teraba.
P: Redup, batas jantung normal
Abdomen
I: Membesar, deformitas (-)
A: BU (+)
P: Nyeri tekan didapatkan nyeri tekan pada epigastrium.
Extremitas: akral hangat, CRT <2”, udem(-).
Vegetatif:
Makan (+) Minum (+)
BAB (+) & BAK (+)
Follow Up
P: vokal premitus (+) d = s - Ambroxol 3 x 30 mg
P: sonor
- Inj.omeperazole 2 x 1 amp
A: suara napas vesikuler, Rhonci (+), wheezing (-).
Jantung: - Sulcralfat 3x1 cc
I: Ictus cordis tidak tampak
- HepaQ 3 x 1
P: Thrill (-), Ictus cordis teraba.
P: Redup, batas jantung normal
Abdomen
I: Membesar, deformitas (-)
A: BU (+)
P: Nyeri tekan didapatkan nyeri tekan pada epigastrium.
Extremitas: akral hangat, CRT <2”, udem(-).
Vegetatif:
Makan (-) Minum (+)
BAB (+) & BAK (+)
Follow Up
(-). Ambroxol 3 x 30 mg
Jantung:
I: Ictus cordis tidak tampak - Inj.omeperazole 2 x 1 amp
P: Thrill (-), Ictus cordis teraba.
P: Redup, batas jantung normal - Sulcralfat 3x1 cc
Abdomen
I: Membesar, deformitas (-) - HepaQ 3 x 1
A: BU (+)
P: Nyeri tekan didapatkan nyeri tekan pada
epigastrium.
Extremitas: akral hangat, CRT <2”, udem(-).
Vegetatif:
Makan (-) Minum (+)
BAB (+) & BAK (+)
Follow Up
A: suara napas vesikuler, Rhonci (+),
wheezing (-).
Jantung:
I: Ictus cordis tidak tampak
P: Thrill (-), Ictus cordis teraba.
P: Redup, batas jantung normal
Abdomen
I: Membesar, deformitas (-)
A: BU (+)
P: Nyeri tekan didapatkan nyeri tekan
pada epigastrium.
Extremitas: akral hangat, CRT <2”,
udem(-).
Vegetatif:
Makan (-) Minum (+)
BAB (+) & BAK (+)
Follow Up
A: suara napas vesikuler, Rhonci (+),
wheezing (-).
Jantung:
I: Ictus cordis tidak tampak
P: Thrill (-), Ictus cordis teraba.
P: Redup, batas jantung normal
Abdomen
I: Membesar, deformitas (-)
A: BU (+)
P: Nyeri tekan didapatkan nyeri tekan
pada epigastrium.
Extremitas: akral hangat, CRT <2”,
udem(-).
Vegetatif:
Makan (-) Minum (+)
BAB (+) & BAK (+)
Follow Up
A: suara napas vesikuler, Rhonci (+),
wheezing (-). - Pct 3 x 1 tab
Jantung: - Cotrimoxazole 1x960 gr
I: Ictus cordis tidak tampak
P: Thrill (-), Ictus cordis teraba.
P: Redup, batas jantung normal
Abdomen
I: Membesar, deformitas (-)
A: BU (+)
P: Nyeri tekan didapatkan nyeri tekan
pada epigastrium.
Extremitas: akral hangat, CRT <2”,
udem(-).
Vegetatif:
Makan (+) Minum (+)
BAB (+) & BAK (+)
• Asimtomatik • Penurunan berat badan < 10 % • Penurunan berat badan > •HIV wasting syndrome
•Limfadenopati • ISPA berulang (Sinusistis, 10% • Pneumonia,
generalisata persisten tonsilitis, otitis media dan • Diare kronis > 1 bulan pneumosistis
farangitis ) • Suhu tubuh > 37,5 0C, • Pneumonia bakterialis
Herpez soster intermiten/persisten > 1 bulan berat dan berulang
Kelingitis angularis • Kandidiasis oral • Herpes simplek > 1
• Oral hairy leukoplakia bulan
Tb paru • Kandidiasis esofagus
• TB ekstra paru
Sarkoma kaposi
Retinitis CMV
Toksoplasmosis otak
Ensofalopati HIV
Meningitis kriptokokus
Penularan HIV
• Transmisi melalui kontak Transmisi secara vertikal :
seksual (heteroseksual, Ibu yang terinfeksi HIV kepada
homoseksual) mencapai janinnya sewaktu hamil, persalinanan
60%. Sedangkan penularan setelah melahirkan melalui pemberian
melalui jarum suntik Air Susu Ibu (ASI)
sebesar 30%,
Pemeriksaan laboratorium
• Menentukan adanya antibodi :
RAPID TES (DIPSTICK)
• Menentukan adanya virus : DNA PCR , HIV RNA
• Jumlah sel CD4
• Resistensi tes
• Darah lengkap
• Kimia darah
• Serologis : SIFILIS,TOKSOPLASMA, HBV, HCV DAN CMV
• TB dan Malaria
Lab untuk infeksi oportunistik
Ko infeksi TB HIV
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan Gambaran klinis dapat berupa
oleh Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium demam, penurunan berat badan, dan
gejala konstitusional seperti batuk dan
tuberculosis adalah agen menular yang dapat muncul nyeri dada
sebagai reaktivasi infeksi laten pada pasien
imunokompromais atau sebagai infeksi primer setelah
penularan dari orang ke orang pada berbagai stadium HIV.
Individu dengan HIV positif memiliki resiko 21-34
kali untuk terinfeksi
Terapi ARV diberikan pada semua pasien
koinfeksi TB-HIV berapapun jumlah
CD4, Pengobatan ARV dapat dimulai
setelah OAT dapat ditoleransi, biasanya
setelah 2 - 8 minggu, Pantau
kemungkinan terjadi efek samping
obat,dan Gunakan rejimen yang
mengandung Efavirenz
penatalaksanaan
CARE, SUPPORT AND TREATMENT FOR PLWA
38