Anda di halaman 1dari 70

Case Based Discussion

“Hepatitis A”
Oleh DM FK UNUSA :

Dian Safira Devi


5120021043

Dokter Pembimbing :
dr. Lea Maera Shanty, Sp. PD

KEPANITERAAN SMF ILMU PENYAKIT DALAM


RSI JEMURSARI SURABAYA
2023
Identitas Pasien
Nama : Ny. L
Usia : 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Surabaya
Status Perkawinan : Menikah
Ruangan : MRS Dahlia

Anamnesis Pasien
Keluhan Utama: Nyeri perut
Anamnesis Pasien
Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang perempuan berusia 30 tahun datang ke IGD RSI Jemursari dengan keluhan nyeri perut, nyeri
perut sudah dirasakan sejak 2 hari SMRS. nyeri perut dirasa lebih terasa di ulu hati dan di perut kanan
bawah. Nyeri seperti ditusuk dan diremas-remas. VAS 9 hingga tidak bisa berkata-kata. Tidak ada faktor
pemberat maupun peringan. Pasien juga mengeluhkan Muntah. Muntah sudah dirasakan sejak 2 hari SMRS.
pada hari pertama pasien mengaku sudah lebih dari 5 kali muntah. Muntah dirasa sehabis makan dan minum.
Muntah berisi cairan dan makanan. Pasien mengaku jika muntah volume nya bisa 1 gelas aqua ( +220 ml ).
Muntah tidak disertai dengan darah. Saat MRS pasien muntah sebanyak >2 kali namun dengan volume lebih
sedikit. Pasien juga Mengeluhkan demam sebelumnya demam dirasa sejak 1 minggu SMRS. demam dirasa
naik turun dan juga hilang timbul. Tidak ada faktor pemberat, pasien sudah meminum paracetamol
sebelumnya. Demam sempat turun namun timbul lagi. Pasien juga mengaku 1 SMRS merasa selalu haus kalau
sering haus tapi saat diminumkan langsung muntah namun saat diruangan sudah tidak dirasakan. pasien
juga mengeluhkan lemas karena nafsu makan pasien menurun berbarengan dengan demam. volume BAK
diduga menurun semenjak sakit. Dengan warna urin keruh.
Anamnesis Pasien
• Riwayat Penyakit Dahulu : -
• Riwayat Penyakit Keluarga : -
• Riwayat Alergi : -
• Riwayat Penggunaan Obat : ever A, foravit.
• Riwayat Kebiasaan : pasien sering makan di luar seperti bakso , mie, soto. Pasien jarang minum,

dalam sehari hanya minum 600 cc. Dan rutin minum kopi 1 hari 2 sachet. Pasien juga sering
menahan pipis.
Pemeriksaan Fisik Pasien
Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum : lemah
- GCS : E4 V5 M6

Vital Sign
- Tekanan Darah : 99/67 mmHg
- Nadi : 93x/menit teratur
- RR : 20 x/menit
- Suhu : 36,5°C
- SpO2 : 99%
- BB : 50 TB : 160
Kepala Leher
- Anemis -/- - Bibir kering +
- Ikterus +/+
- Cyanosis -/-
- Dyspneu -/-
- Cowong -/-
Pemeriksaan Fisik Pasien

Paru
- Inspeksi : Simetris (+), Retraksi dinding dada (-/-)
- Palpasi : Pergerakan simetris (+), Fremitus (+/+)
- Perkusi : sonor (+/+)
- Auskultasi : Vesikuler (+/+), Wh (-/-), Rh (-/-)

Jantung
- Inpeksi : Distensi vena jugularis (-), Ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : Pulsasi arteri karotis (+), Ictus cordis teraba di ICS V
anterior axilla sinistra
- Perkusi : Batas jantung
Kanan atas : ICS II Parasternal line Dextra
Kanan bawah : ICS IV Parasternal line Dextra
Pinggang jantung : ICS II Parasternal line Sinistra
Kiri bawah : ICS V Mid Clavicula Line Sinistra
- Auskultasi : S1/S2 Tunggal, murmur (-), gallop (-)
Pemeriksaan Fisik Pasien

Abdomen
- Inspeksi : Simetris
- Auskultasi : Bising usus meningkat
- Perkusi : Shiting dullnes (-), Undulasi (-), Hipertimpani (+)
- Palpasi : Hepatomegali (+), Splenomegali (-), Nyeri tekan Epigastrium (+), Mc
Burney (-), Turgor kulit menurun

Ekstremitas
- Akral hangat kering dan ikterus di semua ekstremitas
- CRT <2 detik
Pemeriksaan Laboratorium
(26/09/2023)
DARAH Hasil Nilai Normal HITUNG JENIS Hasil Nilai Normal
LENGKAP LEKOSIT

Lekosit 5.51 ribu/uL 3.60 ~ 11.0 Basofil 0.00 % 0~1

Limfosit 17,20 % 25 ~ 40
Eritrosit 4,44 juta/uL 3.80 ~ 5.20
Easinofil 0,40 % 2-4
Hemoglobin 13,50 g/dL 11.7 ~ 15.5
Monosit 8,30 % 2~8
RDW-CV 13,8 % 11.5 ~ 14.5
Neutrofil 74 % 39.3 ~ 73.7

Trombosit 224 ribu/uL 150 ~ 440 INDEX Hasil Nilai Normal


ERITROSIT
MPV 9 fL 7.2 ~ 11.1
MCV 87,4 fL 80 ~ 100

Hematokrit 38,8 % 35 ~ 47 MCH 30,3 pg 26.0 ~ 34.0

MCHC 34,7 % 32 ~ 36
Pemeriksaan Laboratorium
(26/09/2023)
URINE Hasil Nilai Normal HITUNG JENIS Hasil Nilai Normal
LENGKAP LEKOSIT

Warna Kuning Kuning Protein 1+ Negatif


Kecoklatan
Urobilinogen 70,0 mg/dl 3,2 - 16
Kejernihan Agak Keruh Jernih
pH 6,0 5-8

Glukosa Negatif Negatif Lekosit 2+ Negatif

Bilirubin 2+ Negatif Nitrit Negatif Negatif

Ketone 4+ Negatif

Specific Gravity 1.025 1.005 - 1.030

Blood 2+ Negatif
Pemeriksaan Laboratorium

URINE SEDIMEN Hasil Nilai Normal


LENGKAP
Jamur Negatif Negatif
SEDIMEN Hasil Nilai Normal
Parasit Negatif Negatif

Eritrosit 6- 8 plp 0-1

Lekosit 3 - 5 plp 0-1

Epithel 3 - 5 plp 0-1

Kristal Negatif Negatif

Bakteri Positif Negatif

Cast Negatif Negatif


(26/09/2023)
NATRIUM / KALIUM Hasil Nilai Normal
/ CHLO (DARAH)

Natrium 142.20 135 ~ 147


mEq/L IMMUNO Hasil Nilai Normal
SEROLOGI
Kalium 3,46mEq/L 3.5 ~ 5.0
Rapid Antigen Negatif Negatif
Chlorida 104,90 95 ~ 105 Swab
mEq/L

FUNGSI Hasil Nilai Normal FUNGSI HATI Hasil Nilai Normal


GINJAL

SK 0,21 mg/dl 0,45 - 0,75 SGOT 1236 U/Ll < 35

BUN 6,9 mg/dL 10 - 20 SGPT 1416 U/L <35


(27/09/2023)
FUNGSI HATI Hasil Nilai Normal
IMMUNO Hasil Nilai Normal
SEROLOGI
Albumin 3,7 g/dL Dewasa : 3.4 - 4.8
Anti HCV Rapid Non Reaktif Non Reaktif
Neonatus : 3.8 - 4.2
< 1 th : 3.0 - 5.2 >=
1 th : 3.5 - 5.2
HBs Ag Rapid Non Reaktif Non Reaktif
Globulin 4.1 g/dL 1.8 ~ 5.1

Ig M anti HAV REAKTIF 16.52 Non Reaktif : <


FUNGSI HATI Hasil Nilai Normal 0.80 Grey Zone :
(BILIRUBIN) 0.80-1.20 Reaktif
: > 1.20

Bilirubin Total 4,94 mg/dl 0,1 - 1,0

Bilirubin Direct 4,06 mg/dL <=0,2


Pemeriksaan USG Abdomen Atas + Baway
Hepar :
- Ukuran Normal, tepi rata, sudut tajam. Intensitas echo parenchyma homogen. Vena Porta / Hepatica normal, portal vein flow +/- 28
cm/s
- IHBD/EHBD tak melebar. Tak tampak mass / kista / nodul
GB :
- Besar dan bentuk normal. Tak tampak batu. Massa/Sludge (-), tak tampak penebalan dinding
Pancreas :
- Ukuran normal. Parenchym homogen, Kalsifikasi (-)
Lien :
- Ukuran normal. Parenchym homogen, Kalsifikasi (-) Kesimpulan :
Ginjal kanan : Saat ini Hepar/GB/Pancreas/Lien/Ginjal
- Ukuran normal, echo cortex tak meningkat, batas sinus cortex jelas. KananKiri/Buli/Uterus/Adnexa/Mc.Burney
- Tak tampak ectasis systema pelviocalyceal. Tak tampak batu / massa/kista dalam batas normal
Ginjal kiri :
- Ukuran normal, echo cortex tak meningkat, batas sinus cortex jelas.
- Tak tampak ectasis systema pelviocalyceal. Tak tampak batu/massa/kista
Buli-buli :
- Terisi cukup, dinding rata, tak tampak batu/massa
Uterus :
- Bentuk normal, tak tampak massa/kalsifikasi. Tak tampak intensitas echo cairan di cavum abdomen
Adnexa ka ki :
- Tak tampak lesi solid maupun kistik. Tak tampak intensitas echo cairan di cavum abdomen
Mc. Burney :
- Tak tampak kelainan
(29/09/2023)

FUNGSI HATI Hasil Nilai Normal FUNGSI HATI Hasil Nilai Normal
(BILIRUBIN)

Bilirubin Total 6,33 mg/dl 0,1 - 1,0 SGOT 674 U/Ll < 35

SGPT 975 U/L <35


Bilirubin Direct 4,88 mg/dL <=0,2
(02/10/2023)

FUNGSI HATI Hasil Nilai Normal FUNGSI HATI Hasil Nilai Normal
(BILIRUBIN)

Bilirubin Total 3,49 mg/dl 0,1 - 1,0 SGOT 159 U/Ll < 35

SGPT 520 U/L <35


Bilirubin Direct 2,36 mg/dL <=0,2
(05/10/2023)

FUNGSI HATI Hasil Nilai Normal FUNGSI HATI Hasil Nilai Normal
(BILIRUBIN)

Bilirubin Total 2,70 mg/dl 0,1 - 1,0 SGOT 65 U/Ll < 35

SGPT 184 U/L <35


Bilirubin Direct 1,51 mg/dL <=0,2
Pemeriksaan RO Thorax Pasien
THORAX AP DEWASA

● Cor : Besar dan bentuk normal


● Pulmo : Tak tampak infiltrate
● Kedua sinus phrenicocostalis tajam
● Tulang-tulang dan soft tissue normal

Kesimpulan :
Foto thorax dalam batas normal
Anamnesis • Abdominal pain HEPATITIS A • Ig M anti • Inf RL 28 tpm ● Keluhan • Cuci tangan sesering
• nyeri perut ulu hati- • Vomiting AKUT HAV • Diet TKTP lunak ● Tanda-tanda mungkin
kanan bawah sejak 2 • Febris • USG 2100 kkal vital • Stop jajan dari luar
hari yll • Malaise abdomen • Omeprazole drip ● Fungsi hati • Makan makanan yang
• seperti di tusuk2/di • Anoreksia 1 x 40 mg telah dimasak hingga
remas2 • BAK keruh • Inj matang
• VAS : 9 • Sering jajan di luar Ondansentron 2 • Jangan berbagi
• muntah sejak 2 hari • Ikterus x 8 mg makanan dan
>5x sehari • Urobilinogen ↑ • Tramadol 2x50 minuman dengan
• demam sejak 7 hari • Bilirubinuria mg p.o orang lain
naik turun • SGOT SGPT ↑
• Badan lemas • Hiperbillirubinemi
• nafsu makan a
menurun dan sering • Ig M anti HAV :
minum REACTIVE : 16.52
• BAK menurun dan
berwarna keruh
• RSE: Sering jajan di
luar dan rutin
konsumsi kopi sachet, • Febris ISK ● Kultur • inj. Ciprofloxacin ● keluhan ● Higienitas Genitalia
sering menahan • BAK menurun dan urine 2 x 200 mg ● Monitor TTV ● Banyak minum air
kencing, kurang berwarna keruh ● UL ● Respon ● Tidak menahan
minum air • sering menahan terapi kencing
Pemeriksaan fisik kencing
• K/L: ikterik + • Bakteriuria
• Abdomen : • Hematuria
hipertimpani, • Lekosituria
hepatomegali, nyeri • Eritrosituria
tekan epigastrium
• Akral : ikterus semua
kuadran turgor kulit
menurun
• Malaise Dehidrasi ● SE  Inf RL 28 tpm ● Keluhan Klinis ● Keluhan Klinis
• Vommiting ringan sedang ● TTV ● TTV
• Thirsty ec Vomitting
* Rehidrasi ● Tanda-tanda ● Tanda-tanda
• Nafsu makan cairan dehidrasi dehidrasi
menurun (daldiyono) skor ● intake cairan intake cairan cukup
• BAK menurun cukup
• Turgor kulit 2, bb 55 : 733 cc
menurun DALAM 2 JAM
PLANING
TPL PPL ASSESSMENT
Diagnosis Terapi Monitoring Edukasi

Pemeriksaan Lab
DL
• Limfosit 17,20 %
UL :
• Warna : kuning
kecoklatan
• Kejernihan : agak
keruh
• Bilirubin : +2
• Keton : +4
• Blood : +2
• Protein urine +1
• Urobilinogen 70
mg/dl
• Lekosit urine +2
• Eritrosit 6- 8 plp
• Lekosit 3 - 5 plp
• Epithel 3 - 5 plp
• Bakteri +
Elektrolit serum :
Kalium 3,46mEq/L
Fungsi Ginjal
SK 0,21 mg/dl
BUN 6,9 mg/dL
Fungsi Hati
SGOT 1236 U/Ll
SGPT 1416 U/L
Bilirubin Total 4,94
mg/dl
Bilirubin Direct 4,06
mg/dL
Ig M anti HAV :
REACTIVE
COI : 16.52
Follow up
Tanggal Subjek Objek Assesment Planing

Anamnesis GCS E4V5M6 Hepatitis Diagnosis:Kultur urine, Fungsi Hati, Serum


• Belum bisa BAB sejak MRS TTV : TD : 127/98, N : 75, RR 20, A+hematuria ec susp Elektrolit, USG abdomen, Urinalisis
• Nyeri ulu hati terasa perih SPO2 : 99, S : 36,3 ISK+ Dehidrasi
• Mual ringan-sedang Terapi :
Pemeriksaan Fisik • Inf RL 28 tpm
• Kepala: dbn • Diet TKTP lunak 2100 kkal
• Thorax pulmo : dbn • Omeprazole drip 1 x 40 mg
• Abdomen : Hipertimpani, Bising • Inj Ondansentron 2 x 8 mg
usus meningkat, Nyeri • Tramadol 2x50 mg p.o
epigastrium + • inj. Ciprofloxacin 2 x 200 mg
• Ekstremitas : AKHM, CRT <2
dtk Monitoring:
• TTV
• keluhan pasien
Ig M anti HAV : reaktif COI 16.52 • Tanda-tanda dehidrasi
29/09/2023 Edukasi :
• Cuci tangan sesering mungkin
• Stop jajan dari luar
• Makan makanan yang telah dimasak hingga
matang
• Jangan berbagi makanan dan minuman
dengan orang lain
• Higienitas Genitalia
• Banyak minum air
• Tidak menahan kencing
Follow up
Tanggal Subjek Objek Assesment Planing

Anamnesis GCS E4V5M6 Diagnosis:Kultur urine, Fungsi Hati, Serum


• Demam - TTV : TD : 131/69, N : 68, RR 20, SPO2 Hepatitis Elektrolit, USG abdomen, Urinalisis
• BAB semalam 1 x berwarna : 99, S : 36 A+hematuria
hitam kecoklatan, konsistensi ec susp ISK+ Terapi :
padat, lendir -, bau -, ampas -, Pemeriksaan Fisik Dehidrasi • Inf RL 28 tpm
darah - • Kepala: dbn • Diet TKTP lunak 2100 kkal
• nafsu makan pasien baik • Thorax pulmo : dbn ringan-sedang • Omeprazole drip 1 x 40 mg
• BAK normal • Abdomen : Hipertimpani, Bising • Inj Ondansentron 2 x 8 mg
• tidak ada keluhan lainya usus meningkat. • Tramadol 2x50 mg p.o k/p
• Ekstremitas : AKHM, CRT <2 dtk • inj. Ciprofloxacin 2 x 200 mg
Monitoring:
FUNGSI HATI • TTV
• keluhan pasien
Bilirubin Total 6.33 mg/dL • Tanda-tanda dehidrasi
30/09/2023 Edukasi :
Bilirubin Direct 4.88 mg/dL • Cuci tangan sesering mungkin
• Stop jajan dari luar
SGOT (AST) 674 U/L(menurun dari • Makan makanan yang telah dimasak hingga
hasil awal) matang
• Jangan berbagi makanan dan minuman
SGPT (ALT) 975 U/L (menurun dari dengan orang lain
hasil awal) • Higienitas Genitalia
• Banyak minum air
• Tidak menahan kencing
Follow up
Tanggal Subjek Objek Assesment Planing

Anamnesis GCS E4V5M6 Hepatitis Diagnosis: Kultur urine, Fungsi Hati, Serum
• Keluhan berkurang TTV : TD : 131/69, N : 68, RR 20, SPO2 A+hematuria ec Elektrolit, USG abdomen, Urinalisis
• Badan sudah tidak kuning : 99, S : 36 susp ISK+
Terapi :
Pemeriksaan Fisik Dehidrasi ringan- • Inf RL 28 tpm
• Kepala: dbn sedang • Diet TKTP lunak 2100 kkal
• Thorax pulmo : dbn • Omeprazole drip 1 x 40 mg
• Abdomen : Hipertimpani, Bising • Inj Ondansentron 2 x 8 mg
usus meningkat. • Tramadol 2x50 mg p.o k/p
• Ekstremitas : AKHM, CRT <2 dtk • inj. Ciprofloxacin 2 x 200 mg
Fungsi Hati Monitoring:
Bilirubin Total 3.49 mg/dL • TTV
Bilirubin Direct 2.36 mg/dL • keluhan pasien
SGOT (AST) 159 U/L • Tanda-tanda dehidrasi
SGPT (ALT) 520 U/L
02/10/2023 Edukasi :
• Cuci tangan sesering mungkin
• Stop jajan dari luar
• Makan makanan yang telah dimasak hingga
matang
• Jangan berbagi makanan dan minuman
dengan orang lain
• Higienitas Genitalia
• Banyak minum air
• Tidak menahan kencing
Follow up
Tanggal Subjek Objek Assesment Planing

Anamnesis GCS E4V5M6 Hepatitis Diagnosis: Kultur urine, Fungsi Hati, Serum
• Keluhan berkurang TTV : TD : 131/69, N : 68, RR 20, SPO2 A+hematuria ec Elektrolit, USG abdomen, Urinalisis
• Badan sudah tidak : 99, S : 36 susp ISK+
kuning Dehidrasi ringan- Terapi :
Pemeriksaan Fisik sedang • Inf RL 28 tpm
• Kepala: dbn • Diet TKTP lunak 2100 kkal
• Thorax pulmo : dbn • Omeprazole drip 1 x 40 mg
• Abdomen : Hipertimpani, Bising • Inj Ondansentron 2 x 8 mg
usus meningkat. • Tramadol 2x50 mg p.o k/p
• Ekstremitas : AKHM, CRT <2 dtk • inj. Ciprofloxacin 2 x 200 mg →STOP
• Dulcolax supp 1x1
Monitoring:
• TTV
• keluhan pasien
• Tanda-tanda dehidrasi
03/10/2023
Edukasi :
• Cuci tangan sesering mungkin
• Stop jajan dari luar
• Makan makanan yang telah dimasak hingga
matang
• Jangan berbagi makanan dan minuman
dengan orang lain
• Higienitas Genitalia
• Banyak minum air
• Tidak menahan kencing
Follow up
Tanggal Subjek Objek Assesment Planing

Anamnesis GCS E4V5M6 Hepatitis Diagnosis: Kultur urine, Fungsi Hati, Serum
• Demam - TTV : TD : 131/69, N : 68, RR 20, SPO2 A+hematuria Elektrolit, USG abdomen, Urinalisis
• BAB semalam 1 x berwarna : 99, S : 36
hitam kecoklatan, konsistensi ec susp ISK+ Terapi :
padat, lendir -, bau -, ampas -, Pemeriksaan Fisik Dehidrasi ● Inf RL 28 tpm
darah - • Kepala: dbn ringan-sedang ● Diet TKTP lunak 2100 kkal
• nafsu makan pasien baik • Thorax pulmo : dbn ● Omeprazole drip 1 x 40 mg
• BAK normal • Abdomen : Hipertimpani, Bising ● Inj Ondansentron 2 x 8 mg
• tidak ada keluhan lainya usus meningkat. ● Tramadol 2x50 mg p.o k/p
• Ekstremitas : AKHM, CRT <2 dtk ● ACC KRS
Monitoring:
● TTV
● keluhan pasien
● Tanda-tanda dehidrasi
● LAB ulang jika meningkat→ KRS
04/10/2023
Edukasi :
● Cuci tangan sesering mungkin
● Stop jajan dari luar
● Makan makanan yang telah dimasak
hingga matang
● Jangan berbagi makanan dan minuman
dengan orang lain
● Higienitas Genitalia
● Banyak minum air
● Tidak menahan kencing -
Follow up
Tanggal Subjek Objek Assesment Planing

Anamnesis GCS E4V5M6 Hepatitis Diagnosis: Kultur urine, Fungsi Hati, Serum
• Demam - TTV : TD : 131/69, N : 68, RR 20, SPO2 A+hematuria Elektrolit, USG abdomen, Urinalisis
• BAB semalam 1 x berwarna : 99, S : 36
hitam kecoklatan, konsistensi ec susp ISK+ Terapi pulang :
padat, lendir -, bau -, ampas -, Pemeriksaan Fisik Dehidrasi ● Tab Omeprazole 2 x 20 mg
darah - • Kepala: dbn ringan-sedang ● Tab Ondansentron 2 x 8 mg
• nafsu makan pasien baik • Thorax pulmo : dbn
• BAK normal • Abdomen : Hipertimpani, Bising Monitoring:
• tidak ada keluhan lainya usus meningkat. - TTV
• Ekstremitas : AKHM, CRT <2 dtk - keluhan pasien
- Tanda-tanda dehidrasi
Fungsi Hati - Pasien KRS
Bilirubin Total 2.70 mg/dL
Bilirubin Direct 1.51 mg/dL Edukasi :
SGOT (AST) 65 U/L ● Cuci tangan sesering mungkin
SGPT (ALT) 184 U/L ● Stop jajan dari luar
05/10/2023 ● Makan makanan yang telah dimasak
hingga matang
● Jangan berbagi makanan dan minuman
dengan orang lain
● Higienitas Genitalia
● Banyak minum air
● Tidak menahan kencing
● Kontrol poli-
i
Tinjauan Pustaka
“Hepatitis A”
DEFINISI

Hepatitis adalah proses terjadinya inflamasi dan atau nekrosis jaringan hati.
Dapat disebabkan oleh infeksi, obat-obatan, toksin, gangguan metabolik, maupun
kelainan autoimun. Hepatitis A adalah hepatitis yang disebabkan oleh infeksi
Hepatitis A Virus.

Source : Lina, 2019.


ANATOMI
EPIDEMIOLOGI

Di indonesia berdasarkan daya yang berasal dari rumah sakit. Hepatitis A masih merupakan
bagian besar dari kasus-kasus- hepatitis akut yang di rawat yaitu berkisar dari 39,8 - 68,3 %

Sebagian besar terjadi di daerah dengan kebersihan yang buruk dan sanitasi yang buruk

Terjadi melalui rute fekal oral, kontak dengan penderita,atau melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi atau melalui darah (jarang)
FAKTOR RISIKO

● Anak anak yang tinggal di sanitasi yang buruk dan di daerah dengan
kebersihan rendah
● Anak anak yang tinggal di daerah dengan tingginya insiden HAV
● Makanan yang berisiko tinggi (lerang mentah)
● Orang yang bepergian ke daerah endemis
● Tempat penitipan anak

Pembahasan:
Kebiasaan pasien makan makan luar dpat
menjadi faktor risiko hepatitis
ETIOLOGI
❏ Hepatitis A disebabkan oleh hepatitis A
virus (HAV) digolongkan dalam
picornavirus, subklasifikasi hepatovirus
❏ Virus ini termasuk untai tunggal (single
stranded), virus RNA
❏ Diameter 27-28 nm dgn bentuk kubus
simetrik
❏ Replikasi di sitoplasma hepatosit yang
terinfeksi ekskresi lewat bile, menular
lewat feses

Source : Lina, 2019.


TRANSMISI
❏ Secara enterik (fekal oral)
(Makanan minuman terkontaminasi)
❏ Kontak personal
(hubungan seksual, tempat penitipan anak)
❏ Darah
(transfusi (jarang), Pemakaian bersama pada
IVDU intravena drug user)

Masa inkubasi penyakit ini adalah 15-50 hari (rata-


rata 30 hari). Dan Penularan berlangsung cepat.

Pembahasan:
Bersarkan kebiasaan pasien makan
makanan luar shingga kemungkinan
transmisinya secara enterik (fekal 0ral)
PATOGENESIS
● Transmisi fekal oral → replikasi di
hepatosit
● Receptor binding → uncoating →
virion assembly , maturation, release
→ replication
➔ Sel2 inflamasi
➔ Nekrosis
➔ Lymph node membesar
➔ Cholestatis
➔ Fungsi sintesis hepar menurun

Source : Lina, 2019.


PATOFISIOLOGI

Source : Lina, 2019.


MANIFESTASI KLINIS
malaise umum, mialgia, atralgia, mudah lelah, gejala
➔ FASE PRODROMAL saluran napas atas dan anoreksia. Mual, muntah, demam
(pra ikterik) derajat rendah umumnya terjadi pada hepatitis A akut.
Nyeri abdomen ringan menetap di bagian kanan
atas/epigastrium

Ikterus muncul setelah 5-10 hari. Penurunan berat


➔ FASE JAUDICE badan, pembesaran hepar dan lien, nyeri perut
kanan atas, kolestasis (urin gelap feses dempul)

➔ FASE KONVALESEN Gejala hilang, hanya ada pembesaran


hepar dan abnormalitas fungsi hati.
Pembahasan: Pada hepatitis A. perbaikan klinis dan
Pada pasien ditemukan gejal demam, mual
laboratorium lengkap terjadi dalam 9
muntah, urin yang gelap dan ikterus pada
seluruh badan sehingga dari manifestasi yang
minggu
ada pasien masuk pada fase jaudice
DIAGNOSIS
ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK
❏ Asymptomatic ❏ Keadaan umum : sakit sedang
❏ Sindrom klinis (gejala prodromal) -berat
- Malaise, anoreksia, mual muntah ❏ Febris
- Gejala flu, faringitis, batuk, coryza, ❏ Jaudice
fotofobia, sakit kepala dan mialgia ❏ Nyeri tekan pada hati
❏ Muncul secara mendadak ❏ Hepatomegaly
❏ Demam ❏ Spleenomegaly
❏ Gejala prodromal hilang dan muncul ❏ Limfadenopati
kuning ❏ Abdominal pain
❏ Kuning didahului dengan urin berwarna
Pembahasan:
gelap, pruritus Pada pasien ditemukan gejala demam, mual
muntah, urin yang gelap dan ikterus pada
seluruh badan, dari pemeriksaan fisik juga
ditemukan hepatomegali dan abdominal pain.
DIAGNOSIS
❏ IgM anti HAV : dapat dideteksi selama fase akut dan 3-6 bulan
setelahnya
❏ IgG anti HAV : lifelong
❏ Bilirubin (direk >>
❏ SGOT SGPT :sampai dengan 4xUL , memuncak pada 3-10 hari setelah
onset
❏ PT APTT : memanjang
❏ Albumin
Pembahasan:
Hasil pemeriksaan penunjang pasien
mendukung diagnosis, karena didapatkan hasil
reaktif Ig M anti HAV, peningkatan billirubin,
SGOT SGPT yg meningkat signifikan di
angka ribuan
DIAGNOSIS BANDING
PENYAKIT SALURAN HEPATITIS LAIN
EMPEDU

Diagnosis
banding
HEPATITIS A

LEPTOSPIROSIS INFEKSI VIRUS LAIN


TATALAKSANA
● Bed rest
● Diet TKTP
● Obat simptomatis (antipiretik, antimual, rehidrasi)
● Immunoglobulin

● Pasien dapat dirawat jalan selama terjamin hidrasi dan intake kalori yang cukup
● Pasien diperiksa tiap minggu selama fase awal penyakit dan terus evaluasi sampai
sembuh.
● Pasien dengan hepatitis akut tidak memerlukan perawatan isolasi. Orang yang
merawat pasien hepatitis akut A dan E harus selalu mencuci tangannya dengan
sabun dan air. Pembahasan:
Terapi yang diberikan pada pasien sifatnya
simtomatik yakni obat anti mual, anti nyeri
dan rehidrasi karena muntah hingga dehidrasi
PENCEGAHAN

Perbaikan sanitasi (diri dan lingkungan), keamanan pangan dan


imunisasi
KOMPLIKASI

Meskipun sangat jarang tetapi dapat terjadi komplikasi yang sering


menyertai infeksi hepatitis A seperti Gagal ginjal akut, nefritis
interstisial, pankreatitis, aplasia sel darah merah, agranulositosis,
aplasia sumsum tulang, blok jantung sementara, sindrom Guillain-
Barré, arthritis akut, penyakit Still, sindrom lupuslike, Hepatitis
autoimun dan sindrom Sjögren.
Tinjauan Pustaka
“ISK”
Definisi

Infeksi saluran kemih adalah salah satu penyakit


infeksi dimana jumlah bakteriuria berkembang biak dengan
jumlah kuman biakan urin >100.000 /ml urin. Bakteriuria
asimtomatik didefinisikan sebagai kultur urin positif tanpa
keluhan, sedangkan bakteriuria simtomatik didefinisikan
sebagai kultur urin positif disertai keluhan.

Source : Lina, 2019.


Epidemiologi

Menurut WHO, Infeksi saluran kemih (ISK) adalah penyakit infeksi kedua tersering pada tubuh
sesudah infeksi saluran pernafasan dan sebanyak 8,3 juta kasus dilaporkan per tahun. Infeksi
ini juga lebih sering dijumpai pada wanita dari pada laki-laki. Ditambahkan oleh (Hooton,
2012). Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2014, diperkirakan jumlah
penderita penyakit infeksi saluran kemih di Indonesia mencapai 90-100 kasus per 100.000
penduduk per tahunnya atau sekitar 180.000 kasus baru per tahunnya.

Source : Darsono, dkk, 2016


Etiologi

1) ketidak mampuan atau kegagalan kandung kemih untuk mengosongkan isinya secara
sempurna
2) penurunan daya tahan tubuh
3) peralatan yang dipasang pada saluran kemih seperti kateter dan prosedur sistoskopi.
4) Jenis Kelamin
5) Usia
6) Genetik
7) Kelainan refluks
8) Diabetes Mellitus
9) Penggunaan Kateter
10) Aktivitas seksual
11) Kebiasaan Menahan buang air kecil
12) Kurang minum air putih

Source : (Safitri, 2013).


Etiologi

Berdasarkan bakterinya :

● E.coli (90%)
● klebsiella sp
● Proteus sp
● Providensiac
● Citrobacter
● P.aeruginosa
● Acinetobacter
● enterococcus faecali
● staphylococcus saprophyticus

Source : Sudoyo A.W., dkk., 2016


Epidemiologi

Menurut WHO, Infeksi saluran kemih (ISK) adalah penyakit infeksi kedua
tersering pada tubuh sesudah infeksi saluran pernafasan dan sebanyak 8,3
juta kasus dilaporkan per tahun.
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2014,
diperkirakan jumlah penderita penyakit infeksi saluran kemih di Indonesia
mencapai 90-100 kasus per 100.000 penduduk per tahunnya atau sekitar
180.000 kasus baru per tahunnya (Darsono, dkk, 2016).

Source : (Safitri, 2013).


Manifestasi Klinis

Cystitis Akut tanpa penyulit Piolenefritis Akut Cystitis akut dengan penyulit
• Pasien dengan cystitis dapat • Manifestasi klinis yang dapat • ISK pada individu dengan
dijumpai keluhan berupa dijumpai berupa demam tinggi adanya abnormalitas
dysuria, frequency, urgency, dan menggigil, nyeri punggung structural (seperti obstruksi
nocturia dan nyeri suprapubik. dan pinggang, kolik abdomen, ureter dan leher kandung
Urin yang ditemukan seringkali mual dan muntah, dysuria, kemih termasuk akibat
keruh, berbau dan juga dapat frequency, dan nocturia. pembesaran prostat,
bercampur darah sekitar 30% Bakteriemia yang terjadi dapat polycystic kidney disease,
kasus. memicu komplemen, system obstruksi batu, atau adanya
pembekuan dan kinin, yang pemakaian kateter ataupun
akhirnya dapat menyebabkan benda asing lannya) maupun
syok septic, disseminated abnormalitas fungsional
intravascular coagulation. (neurogenic bladder oleh
karena cedera spinal, diabetes
mellitus, dan sclerosis
Pembahasan: pada multiple) pada saluran kemih.
pasien keluhan kencing
keruh

Source : (Safitri, 2013).


Patofisiologi ISK

Peranan Host

49
Diagnosis
Anamnesis

• Anamnesis untuk menegakkan diagnosa dapat dilakukan dengan Pasien dengan


ISK paling sering mengeluhkan disuria, frekuensi, dan urgensi. Disuria diartikan
sebagai nyeri saat berkemih. Frekuensi diartikan sebagai frekuensi berkemih yang
sering meskipun asupan cairan normal. Sementara itu, urgensi diartikan sebagai
munculnya keinginan berkemih yang mendadak

Pembahasan: pada pasien


didapatkan demam, urin
berwarna keruh, dan juga
pasien sering menahan kencing

Source : Lowder, 2018


Diagnosis
Pemeriksaan Fisik

- Keadaan Umum Dan Tingkat Kesadaran


Pasien ISK umumnya memiliki keadaan umum yang baik. Namun, pada pasien dengan urosepsis, keadaan
umum lebih buruk dan dapat disertai dengan penurunan kesadaran.
- Tanda-Tanda Vital
Pasien dengan ISK umumnya memiliki gangguan tanda vital, seperti demam dan takikardia. Pasien dengan
urosepsis yang disertai dengan syok, dapat memiliki tanda hipotensi.
- Pemeriksaan Abdomen
Pada pasien ISK, dapat ditemukan nyeri tekan pada suprapubik atau daerah flank dengan palpasi dalam. Nyeri
tekan dan ketok pada sudut kostrovertebra mengindikasikan pyelonephritis.

Source : Lowder, 2018


Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang

1. Urinalisis :
Pada pemeriksaan dipstik dapat berbagai cara, diantaranya :
● Uji leukosit esterase, dapat mendeteksi leukosituri 8-10 per lapang pandang besar (lpb)
pada pemeriksaan mikroskopik.
● Uji reduksi Griess nitrat, dengan adanya bakteri dapat mengubah nitrat menjadi nitrit
pada urin.
● Uji reduksi triphenyltetrazolium chloride menjadi triphenylformazan bila ditemukannya
bakteri. Pembahasan: pada
pasien ditemukan
bakteri + pada banyak
pemeriksaan urin
lengkap
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang

2. Pemeriksaan Kultur Urin :


Diagnosis definitive ISK diperlukan isolasi suatu kuman dengan jumlah yang
signifikan. Sampel diperoleh dengan clean-catch midstream urine sebagai suatu teknik
standar pada individu dewasavatau pada anak yang lebih tua. Pada anak yang masih sangat
muda, uwkwkrin diperoleh dengan pemakaian kateter atau dengan aspirasi suprapubik.
Penentuan jumlah dan tipe bakteri pada urin merupakan prosedur diagnostik yang
penting1 . Pada pasien yang simptomatik, bakteri biasanya ada dalam jumlah yang besar
(≥105 /mL).
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang

3. Teknik Pencitraan :
Karena biaya dan tidak begitu akurat, maka pemeriksaan ini dilakukan bila
ditemukannya hal-hal sebagai berikut : kasus-kasus pyelonefritis yang cukup serius dan berulang,
dicurigainya ada kelainan structural, jika infeksi tidak respon dengan terapi, jika dicurigainya ada
obstruksi atau abses.
Tatalaksana

a. Infeksi Saluran Kemih Bawah


Prinsip utama penatalaksanaan ISK bawah yaitu pemberian cairan yang banyak dan
antibiotik yang adekuat. Jika perlu dapat diberikan terapi simtomatik untuk alkalinisasi urin, berikut
terapinya:
- Pemberian antibiotik tunggal; seperti: ampisilin 3 gram, trimetoprim 200 mg. Hampir 80% pasien akan
memberikan respon setelah 48 jam.
- Bila infeksi menetap dan disertai gejala kelainan urinalisis (leukosuria) diperlukan terapi konvensional
seelama 5-10 hari.
- Pembahasan:
Pemeriksaan mikroskopis dan kultur urin tidak diperlukan jika semua pada
gejala hilang pasien
dan tanpa
diberikan tatalaksana antibitotik
lekuosuria. berupa ciprofloxacin
Tatalaksana

b. Infeksi Saluran Kemih Atas


The infectous disease society of America menganjurkan satu dari tiga pilihan
terapi antibiotik IV sebagai terapi awal selama 48 jam-72 jam sebelum diketahui
mikroorganisme penyebabnya, antara lain :
- Fluorokuinolon
- Aminoglikosida dengan atau tanpa ampisilin
- Sefalosporin dengan spektrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida.
Komplikasi

Pada ISK Komplikata dapat terjadi komplikasi berupa abses perinefrik,


piolenefritis atau sistisis emfisematosa hingga nekrosis ginjal dan syok
septik yang lebih banyak ditemukan pada pasien dengan DM. ISK pada
pasien hamil dapat menyebabkan bayi prematur dan pertumbuhan bayi
melambat.

Source : Liwang, 2020 57


Prognosis

Prognosis ISK nonkomplikata umunya baik yang


ditunjukkan dengan perbaikan klinis setelah 48 jam
pengobatan dan tidak menyebabkan gangguan fungsi
ginjal

Source : Liwang, 2020 58


Tinjauan Pustaka
“Dehidrasi”
Definisi

dehidrasi adalah suatu keadaan penurunan total air di


dalam tubuh karena hilangnya cairan secara patologis, asupan
air tidak adekuat, atau kombinasi keduanya. Dehidrasi terjadi
karena pengeluaran air lebih banyak daripada jumlah yang
masuk, dan kehilangan cairan ini juga disertail dengan
hilangnya elektrolit.

Source : Lina, 2019.


Etiologi

Dehidrasi dapat disebabkan karena kehilangan cairan akibat faktor patologis, seperti
diare. Dehidrasi juga dapat terjadi karena peningkatan kebutuhan cairan tubuh, seperti
demam, suhu lingkungan yang tinggi.

Pembahasan: pada pasien


diduga terjadi dehidrasi
dikarenakan muntah yang
berlebihan dan juga demam
sebelumnya
Source : Lina, 2019.
Diagnosis
Tujuan utama dari pemeriksaan fisik adalah untuk menilai tingkat dehidrasi pasien.
Umumnya penampilan sakit, membran mukosa kering, waktu pengisian kapiler yang
tertunda, peningkatan denyut jantung dan tanda-tanda vital lain yang abnormal seperti
penurunan tekanan darah dan peningkatan laju nafas dapat membantu dalam
mengidentifikasi dehidrasi.

Source : Barr, dkk. 2017


Derajat Dehidrasi
• Dehidrasi Ringan (hilang cairan 2-5% BB) gambaran klinisnya turgor kurang, suara
serak, pasien belum jatuh dalam presyok dan bibir kering.

• Dehidrasi Sedang (hilang cairan 5-8% BB) turgor buruk, suara serak, pasien jatuh
dalam presyok atau syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam.

• Dehidrasi Berat (hilang cairan 8-10 BB) tanda dehidrasi sedang ditambah kesadaran
menurun (apatis sampai koma), otot otot kaku, sianosis.

Pembahasan: pada pasien didapatkan turgor


menurun dan rasa haus, nafsu makan menuruna
dan bak menurun, jadi dapat dapat disimpulan
pasien mengalami dehidrasi ringan-sedang
Source : Barr, dkk. 2017
Diagnosis
Pemeriksaan penunjang

● Serum elektrolit: Na+ , K+ , Cl-


● Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan asam basa
(pernafasan Kusmaull)

Pembahasan: pada pasien sudah


dilakuan pemeriksaan serum
elektrolit namun dalam batas
normal

Source : Liwang, 2020


Tatalaksana Terapi Rehidrasi
A. Jenis cairan
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia
cukup banyak di pasaran, meskipun jumlah kaliumnya lebih rendah bila 11
dibandingkan dengan kadar Kalium cairan tinja. Apabila tidak tersedia cairan ini,
boleh diberikan cairan NaCl isotonik. Sebaiknya ditambahkan satu ampul Na
bikarbonat 7,5% 50 ml pada setiap satu liter infus NaCl isotonik. Asidosis akan
dapat diatasi dalam 1-4 jam. Pada keadaan diare akut awal yang ringan, tersedia
di pasaran cairan/bubuk oralit, yang dapat diminum sebagai usaha awal agar
tidak terjadi dehidrasi dengan berbagai akibatnya. Rehidrasi oral (oralit) harus
mengandung garam dan glukosa yang dikombinasikan dengan air.

Source : Barr, dkk. 2017


Tatalaksana Terapi Rehidrasi

C. Jalur pemberian Cairan


Rute pemberian cairan pada orang dewasa terbatas pada oral dan
intravena. Untuk pemberian per oral diberikan larutan oralit yang
komposisinya berkisar antara 29g glukosa, 3,5g NaCl, 2,5g Na bikarbonat
dan 1,5g KCI setiap liternya. Cairan per oral juga digunakan untuk
memperlahankan hidrasi setelah rehidrasi inisial.

Source : Barr, dkk. 2017


Tatalaksana Terapi Rehidrasi

B. Jumlah Cairan
Pada prinsipnya jumlah cairan yang hendak
diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang
keluar dari badan. Kehilangan cairan dari
badan dapat dihitung dengan memakai
Metode Daldiyono berdasarkan keadaan klinis
dengan skor. Rehidrasi cairan dapat diberikan
dalam 1-2 jam untuk mencapai kondisi
rehidrasi. Pembahasan: skor didapatkan 2
dengan bb 50 didapatkan melalui
skor daldiyono pasien mendapatkan
rehidrasi cairan sebanyak 700 cc
Source : Barr, dkk. 2017 dalam 2 jam
Komplikasi

Pada kasus-kasus yang


terlambat mendapat
Kehilangan cairan dan Kehilangan elektrolit
pertolongan medis, syok
kelainan elektrolit melalui feses dapat
hipovolemik sudah tidak
merupakan komplikasi mengarah terjadinya
dapat diatasi lagi, dapat
utama. karena bisa terjadi hipokalemia dan asidosis
timbul nekrosis tubular
hipovolemik metabolic.
akut ginjal dan selanjutnya
terjadi gagal multi organ

Source : Amin, L. 2015 68


Kesimpulan

● Keluhan yang dimiliki pasien berupa nyeri perut sejak 2 hari dengan disertai mual dan
muntah, rasa haus, BAK Jarang, Nafsu makan menurun menjadi salah satu dasar diagnosis
dari pasien
● Dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik yang ditemukan adanya mukosa bibir kering,
hipertimpani abdomen, bising usus menurun, hepatomegali, nyeri tekan epigastrium, turgor
kulit menurun dan Ikterus dikeempat ekstremitas dan pada pemeriksaan urin dan ig M anti
HAV serta fungsi hati yang meningkat dapat diambil kesimpulan bahwa pasien mengalami
suatu peradangan hati akut atau hepatitis A dengan infeksi saluran kemh dan disertai
dehidrasi karena muntah yang terus menerus
● Terapi yang diberikan bersifat simtomatik ditambah dengan pemberia antibiotik untuk
infeksi saluran kemih.
● Oleh karena itu pasien diberikan edukasi untuk menjaga higienitas dan sanitasi diri dan
lingkungan.
TERIMA KASIH
Jazakumullah Khairan Katsiran

70

Anda mungkin juga menyukai