PAPUA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas akhir Kepaniteraan Klinik Madya
Disusun oleh:
Ferdinand Kapisa
0110840126
Dokter Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA-PAPUA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV dapat
akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang didapat dan disebabkan oleh infeksi HIV.
Pada tahun 2013 diperkirakan 1,1 juta (11%) pasien HIV menderita TB dan sebanyak
360.000 orang diantaranya meninggal dunia (WHO, 2014). Pada tahun 2014 diperkirakan 1,2
juta (12%) pasien HIV menderita TB dan sebanyak 0.4 juta orang penderita TB-HIV
meninggal dunia, diantaranya 890.000 orang pria, 480.000 orang wanita dan 140.000
anak-anak. Hal ini mengakibatkan terjadi peningkatan sebesar 0,1% pada pasien HIV
dengan TB positif 1
Di Indonesia sendiri penderita HIV yang dilaporkan dari bulan oktober sampai
desember 2017 sebanyak 14.640 orang, presentani HIV tertinggi pada kelompok umur 25 –
49 tahun (69,2 %) diikuti kelompok 20-24 tahun (16,7) dan kelompok umur > 50 tahun 7,6
%, laki-laki lebih banyak dibandingkan wanita, presentasi faktor resiko penularan HIV
adalah hubungan seks beresiko pada heteroseksual 22 %, homoseksual 21% dan penggunaan
alat suntik tidak steril 2 %, jumlah kasus HIV yang dilaporkan tahun 2005 – 2017
mengalami kenaikan tiap tahunnya ± 280.623 jumlah tertinggi DKI Jakarta 51.981, Jawa
Timur 39.633, Papua 29.083. Jumlah AIDS yang dilaporkan dari bulan oktober sampai
desember 2017 sebanyak 102.667 orang dengan daerah yang paling tinggi Papua 19.729
peran penting dalam mengontrol aktivitas otot polos, otot rangka, serta otot jantung. Hal ini
juga penting untuk transmisi normal sinyal listrik seluruh sistem saraf dalam tubuh. Kadar
normal kalium sangat penting untuk menjaga irama jantung normal listrik.
Walaupun kadar kalium dalam serum hanya sebesar 2% dari kalium total tubuh dan
pada banyak kasus tidak mencerminkan status kalium tubuh; hipokalemia perlu dipahami
karena semua intervensi medis untuk mengatasi hipokalemia berpatokan pada kadar kalium
serum (1)
Studi lebih lanjut di Amerika Serikat angka kejadian hipokalemia pasien rawat inap
adalah 20%, walaupun hanya 4-5 % dari pasien hipokalemia tersebut yang gejala klinisnya
terlihat. Pada hipokalemia yang ringan ( Serum K+ : 3,0 – 3,5) gejala klinisnya asimptomatik.
Namun, pada hipokalemia yang berat (serum kalium sangat rendah) bisa sangat berbahaya,
apalagi pada pasien jantung.
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Umur : 21 tahun
Pekerjaan : -
No. RM : 179481
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Jayapura pada
tanggal 15 Oktober 2019 pukul 00.30 WIT dengan keluhan sesak ± 1 hari, sesak
dirasakan hilang timbul, sesak lebih sering timbul pada saat beraktivitas atau saat
pasien banyak berbicara. Pasien mengaku sesak biasa disertai nyeri pada badan yang
dirasakan ± 1 bulan yang lalu, nyeri badan dirasakan terus-menerus, nyeri lebih terasa
pada saat duduk, dan untuk mengurangi nyeri badan pasien biasanya meminta keluarga
untuk memijat badan pasien. Pasien juga mengaku mencret selama ± 1 bulan, sehari 3 –
4 kali, isi cairan dan makanan, warna cokelat. Sakit kepala (-), pusing (-), demam (-),
mual (+) muntah (-). Pasien mengaku nafsu makan menurun, makan sedikit ± 3 – 4
sendok makan.
Pada pasien ini sebelumnya pernah mengkonsumsi obat anti tuberkulosis dan
Riwayat alergi
Riwayat Sosial
GCS : E4V5M6
3. Tanda-tanda Vital :
Nadi : 98 x/m
Respirasi : 33 x/m
B. Status Interna
HASIL LABORATORIUM
Hematokrit 27,4 %, Leukosit 8,21 103/uL, Trombosit 322 103/uL, Eritrosit 3,68 106/uL.
Pada hitung jenis Leukosit di dapatkan Sel basofil 0,1%, Eosinofil 3,9%, Neutrofil
83,6%, Limfosit 4,4%, Monosit 8,0. Pemeriksaan malaria (DDR) negatif. Pada
pemeriksaan Kimia Darah didapatkan Gula Darah Sewaktu 150 mg/dL. Pada
pemeriksaan elektrolit darah di dapatkan Natrium Darah 140,20 mEq/L, Kalium Darah
Kalium Darah 1,75 mEq/L, Klorida Darah 111,20 mEq/L, Kalsium 1,19 mEq/L.
Hematokrit 26,7 %, Leukosit 6,88 103/uL, Trombosit 391 103/uL, Eritrosit 3,82 106/uL.
Pada hitung jenis Leukosit di dapatkan Sel basofil 0,1%, Eosinofil 6,8%, Neutrofil
80,1%, Limfosit 5,7%, Monosit 7,3. Pada pemeriksaan Elektrolit Darah di dapatkan
Natrium Darah 147,90 mEq/L, Kalium Darah 2,00 mEq/L, Klorida Darah 116,40
Kalium Darah 2,35 mEq/L, Klorida Darah 105,00 mEq/L, Kalsium 1,17 mEq/L.
Kalium Darah 3,65 mEq/L, Klorida Darah 109,40 mEq/L, Kalsium 1,10 mEq/L.
2.5 Follow Up
S O A P
S O A P
S O A P
S O A P
S O A P
S O A P
S O A P
S O A P
S O A P
S O A P
BAB III
PEMBAHASAN
Human Immunodeficiency Virus menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih,
yaitu limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di
permukaan sel limfosit. Berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan
berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam
mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem
kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang
dengan sistem kekebalan yang terganggu nilai CD4 semakin lama akan semakin
penderita HIV/AIDS 9
Pada tahun 2013 diperkirakan 1,1 juta (11%) pasien HIV menderita TB dan
sebanyak 360.000 orang diantaranya meninggal dunia (WHO, 2014). Pada tahun 2014
diperkirakan 1,2 juta (12%) pasien HIV menderita TB dan sebanyak 0.4 juta orang
orang wanita dan 140.000 anak-anak. Hal ini mengakibatkan terjadi peningkatan
Asimtomatik
Herpez soster
Kelingitis angularis
Kandidiasis oral
Tb paru
Pneumonia pneumosistis
Kandidiasis esofagus
TB ekstra paru
Sarkoma kaposi
Retinitis CMV
Toksoplasmosis otak
Ensofalopati HIV
Meningitis kriptokokus
Kontak seksual merupakan salah satu cara utama transmisi HIV di berbagai
belahan dunia. Dilihat dari cara penularan, proporsi penularan HIV melalui
sebesar 30%, dan sebagian lainnya tertular melalui ibu dan anak
Transmisi secara vertikal dapat terjadi dari ibu yang terinfeksi HIV kepada janinnya
Ibu (ASI). Angka penularan selama kehamilan sekitar 5-10%, sewaktu persalinan
setelah kulit tertusuk jarum atau benda tajam lainnya yang tercemar oleh
darah seseorang yang terinfeksi HIV adalah sekitar 0,3% sedangkan risiko
penularan HIV ke membran mukosa atau kulit yang mengalami erosi adalah
sekitara 0,09% 9 38
3.2 Patofisiologi
HIV ditularkan melalui kontak seksual, paparan darah yang terinfeksi atau
sekret dari kulit yang terluka, dan oleh ibu yang terinfeksi kepadajaninnya atau melalui
laktasi8
Molekul reseptor membran CD4 pada sel sasaran akan diikat oleh HIV
dalam tahap infeksi. HIV terutama akan menyerang limfosit CD4. Limfosit CD4
berikatan kuat dengan gp120 HIV sehingga gp41 dapat memerantarai fusi
membrane virus ke membran sel. Dua ko-reseptor permukaan sel, CCR5 dan
CXCR4 diperlukan, agar glikoprotein gp120 dan gp41 dapat berikatan dengan
dapat masuk ke membran sel sasaran. Selain limfosit, monosit dan makrofag juga
rentan terhadap infeksi HIV. Monosit dan makrofag yang terinfeksi dapat berfungsi
sebagai reservoir untuk HIV tetapi tidak dihancurkan oleh virus. HIV bersifat
politronik dan dapat menginfeksi beragam sel manusia, seperti sel Natural Killer
(NK), limfosit B, sel endotel, sel epitel, sel langerhans, sel dendritik, sel mikroglia
dan berbagai jaringan tubuh. Setelah virus berfusi dengan limfosit CD4, maka
baru dari yang terinfeksi. Limfosit CD4 yang terinfeksi mungkin tetap laten dalam
terprogram) anergi (pencegahan fusi sel lebih lanjut), atau pembentukan sinsitium (fusi
sel) 9
pemeriksaan cepat mendeteksi anti HIV atau antibodi tubuh terhadap virus HIV,
pemeriksaan standar dengan ELISA untuk mendeteksi antibodi terhadap HIV, tes
antigen HIV untuk mendeteksi antigen HIV, Menentukan adanya virus : DNA PCR,
HIV RNA , Jumlah sel CD4, Resistensi tes, Darah lengkap, Kimia darah, Serologis :
sifilis,toksoplasma, hbv, hcv dan cmv, TB dan Malaria, Lab untuk infeksi oportunistik
931
3.4 Penatalaksanaan
Pengobatan khusus :
Pengobatan kanker (kaposi, limfoma, cervix dll), Infeksi yang lain (malaria, pms) 10
b. Obat Profilaksis
PPK (pengobatan pencegahan kotrimoksasol) diberikan pada ODHA dengan
stadium klinis 2, 3, dan 4 pada CD4 <200 sel/mm3 atau stadium klinis 3 dan 4 bila
tidak tersedia pemeriksaan CD4. Dosis PPK untuk orang dewasa 1x960 mg (dua tablet
atau satu tablet forte), Efek samping yang mungkin timbul antara lain ruam kulit
(alergi) dari tingkat ringan sampai berat. Bila timbul ruam kulit yang luas atau basah
tidak dianjurkan pada pasien dengan riwayat alergi berat (Steven Johnson Syndrome),
Kotrimoksasol tidak menggantikan terapi ARV. Oleh karena itu perlu direncanakan
pasien sehat kembali dengan tingkat kepatuhan minum obat ARV baik dan CD4 >200
NsRTI NNRTI PI
Nucleoside reverse Non Nucleoside Protease
transcriptase inhibitor reverse transcriptase inhibitor
inhibitor
yang sering di sebut Abstinance (A), Be Faithfull (B), Condom (C), Don’t Inject
(D) dan Education (E), Abstinance yaitu tidak melakukan seks bebas atau tidak
melakukan hubungan seksual dengan penderita HIV/AIDS, setia kepada pasangan
(Kondom), tidak menggunakan jarum suntik yang bergantian dengan orang lain
atau pemakaian jarum yang tidak steril, tato atau akupuntur (Don’t inject) dan
3.6 Hipokalemia
Definisi
Etiologi
1. Deplesi Kalium
dan kalium plasma 3,5--5 mEq/L. Asupan K+ yang sangat kurang dalam diet
regulasi ini hanya cukup untuk mencegah terjadinya deplesi kalium berat. Pada
umumnya, jika asupan kalium yang berkurang, derajat deplesi kalium bersifat
kumulatif sebesar 250 s.d. 300 mEq (kira-kira 7-8% kalium total tubuh) dalam 7
—10 hari4. Setelah periode tersebut, kehilangan lebih lanjut dari ginjal minimal.
Orang dewasa muda bisa mengkonsumsi sampai 85 mmol kalium per hari,
sedangkan lansia yang tinggal sendirian atau lemah mungkin tidak mendapat
2. Disfungsi Ginjal
Ginjal tidak dapat bekerja dengan baik karena suatu kondisi yang disebut
Asidosis Tubular Ginjal (RTA). Ginjal akan mengeluarkan terlalu banyak kalium.
Kehilangan melalui feses (diare) dan keringat bisa terjadi bermakna. Pencahar
dapat menyebabkan kehilangan kalium berlebihan dari tinja. Ini perlu dicurigai
pada pasien-pasien yang ingin menurunkan berat badan. Beberapa keadaan lain
Diuretik boros kalium dan aldosteron merupakan dua faktor yang bisa
menguras cadangan kalium tubuh. Tiazid dan furosemid adalah dua diuretik yang
Patofisiologi
Hipokalemia bisa terjadi tanpa perubahan cadangan kalium sel. Ini disebabkan
intraseluler, antara lain beban glukosa, insulin, obat adrenergik, bikarbonat, dsb.
ke dalam sel otot. Sedangkan aldosteron merangsang pompa Na +/K+ ATP ase yang
berfungsi sebagai antiport di tubulus ginjal. Efek perangsangan ini adalah retensi
kadar K serum sebesar 0,2—0,4 mmol/L2,3, sedangkan dosis kedua yang diberikan
dalam waktu satu jam akan mengurangi sampai 1 mmol/L3. Ritodrin dan terbutalin,
yakni obat penghambat kontraksi uterus bisa menurunkan kalium serum sampai
serendah 2,5 mmol per liter setelah pemberian intravena selama 6 jam.
ATP ase. Hipokalemia berat hampir selalu merupakan gambaran khas dari keracunan
akut teofilin. Kafein dalam beberapa cangkir kopi bisa menurunkan kalium serum
sebesar 0,4 mmol/L. Karena insulin mendorong kalium ke dalam sel, pemberian
hormon ini selalu menyebabkan penurunan sementara dari kalium serum. Namun, ini
jarang merupakan masalah klinik, kecuali pada kasus overdosis insulin atau selama
Derajat Hipokalemia
sedangkan hipokalemia berat didefinisikan sebagai kadar serum < 2,5 mEq/L.
Hipokalemia yang < 2 mEq/L biasanya sudah disertai kelainan jantung dan
mengancam jiwa.
Gejala Klinis
a. SSP dan neuromuskular : lelah, tidak enak badan, reflek tendon dalam
menghilang.
Penatalaksanaan
Untuk bisa memperkirakan jumlah kalium pengganti yang bisa diberikan, perlu
mengganti kehilangan tidak rumit, tidak ada rumus baku untuk menghitung
biasa diberikan pada hipokalemia moderat dan berat. Pada hipokalemia ringan
(kalium 3—3,5 mEq/L) diberikan KCl oral 20 mmol per hari dan pasien
boleh melebihi dosis maksimum dewasa. Pada kadar < 2 mEq/L, bisa
ICU. Untuk koreksi cepat ini, KCl tidak boleh dilarutkan dalam larutan
lebih sesuai.
Terapi oral dengan garam kalium sesuai jika ada waktu untuk koreksi
d. Kalium Intravena
mmol K+ /L. Ini harus menjadi standar dalam cairan pengganti K+.
Diet Kalium
Diet yang mengandung cukup kalium pada orang dewasa rata-rata 50-
100 mEq/hari (contoh makanan yang tinggi kalium termasuk kismis,
pisang, aprikot, jeruk, advokat, kacang-kacangan, dan kentang).
Prognosis
kadar kalium secara drastis dapat menyebabkan masalah jantung yang serius yang
Berdasarkan kriteria WHO, anemia merupakan suatu keadaan klinis dimana konsentrasi
hemoglobin kurang dari 13 g/dl pada laki-laki dan kurang dari 12 g/dl pada
perempuan.17 Khusus untuk wanita hamil, kriteria WHO untuk anemia adalah kadar
hemoglobin kurang dari 11 g/dl.22 Anemia merupakan komplikasi yang sering terjadi
pada infeksi HIV tipe 1 (HIV-1). Penyebab multifaktorial dari komplikasi anemia
tepat. Sebuah studi menunjukkan prevalensi terjadinya anemia pada pasien HIV/AIDS
sebanyak 71% populasi yang diteliti. Anemia secara fungsional memiliki makna sebagai
penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi
fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer
(penurunan oxygen carrying capacity). Anemia merupakan suatu kumpulan gejala yang
disebabkan oleh bermacam penyebab. Pada dasarnya, anemia disebabkan oleh karena:
1).Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang; 2). Kehilangan darah keluar
tubuh (perdarahan); 3). Proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya
(hemolisis).
Diagnosis Anemia
Anemia bukan suatu kesatuan penyakit (disease entity) yang dapat disebabkan
adanya anemia, menentukan jenis anemia, menentukan etiologi atau penyakit dasar
anemia, dan menentukan ada atau tidaknya penyakit penyerta yang akan
serta pendekatan klinis. Dalam pendekatan klinis yang menjadi perhatian adalah: 1).
Kecepatan timbulnya penyakit (awitan anemia); 2). Berat ringannya derajat anemia;
3). Gejala yang menonjol. Untuk keperluan klinis, kriteria anemia yang dapat dipakai
mkanisme berikut: 1). Penurunan produksi sel darah merah ; 2). Peningkatan
destruksi sel darah merah ; 3). Inefektivitas produksi sel darah merah. Umumnya,
ketiga mekanisme tersebut termasuk infiltrasi sumsum tulang yang disebabkan oleh
PEMBAHASAN
hari, sesak dirasakan hilang timbul, sesak lebih sering timbul pada saat beraktivitas atau
saat pasien banyak berbicara. Keluhan sesak merupakan salah satu gejala klinis yang
timbul akibat rendahnya kadar kalium dalam darah yang memperlemah otot-otot
pernapasan. Penderita juga mengaku sesak biasa disertai nyeri pada badan yang
dirasakan ± 1 bulan yang lalu, nyeri badan dirasakan terus-menerus. Keluhan nyeri
badan sesuai dengan teori bahwa salah satu gejala klinis hipokalemia yaitu kelelahan
pada otot, perasaaan lelah dan nyeri otot. Penderita juga mengeluh mencret selama ± 1
bulan, sehari 3 – 4 kali, isi cairan dan makanan, warna cokelat. Keluhan mencret ± 1
bulan sesuai dengan teori merupakan salah satu manifestasi klinis HIV Stadium III
Pasien sedang dalam pengobatan antiretrovirus sejak tahun 2018 dan pernah
merupakan manifestasi klinis yang muncul akibat rendahnya kadar hemoglobin darah <
10 g/dL yang terkait dengan HIV/AIDS dimana terjadi akibat tiga mkanisme berikut:
1). Penurunan produksi sel darah merah ; 2). Peningkatan destruksi sel darah merah ;
3). Inefektivitas produksi sel darah merah yang dikarenakan penggunaan obat-obatan
oral yang sesuai dengan gejala klinis HIV stadium 3. Pada pemeriksaan fisik juga
ditemukan berat badan pasien kurang dengan nilai indeks massa tubuh 15. Berat badan
kurang sesuai dengan gejala klinis HIV stadium 3 dimana terjadi penurunan berat
yang menjadi penanda adanya hipokalemia berat, dimana kadar kalium < 3,5 mEq,
Hemoglobin 8,4 g/dL yang menandakan adanya anemia dimana kadar hemoglobin
Terapi cairan yang diberikan pada penderita ini adalah Normal Saline + KCL 25
mEq 21 tpm. Cairan Normal Saline merupakan cairan jenis kristaloid yang memiliki
komposisi mirip cairan ekstraseluler yang diberikan untuk memenuhi asupan elektrolit.
DAFTAR PUSTAKA
departemen kesehatan RI
7. Mirna, Eva dkk, 2016. Karakteristik pasien koinfeksi TB HIV dirumah sakit
9. Setiati siti, Alwi Idrus dkk,2014. Ilmu Penyakit Dalam. Interna publishing.
Jakarta
10. Baso Samuel. Care, Support and treatment for PLWA. POKJA AIDS and