2016
i
2016
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan karuni-Nya. Tak lupa shalawat serta salam penulis panjatkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW sebagai tauladan, panutan bagi umat manusia, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Evaluasi Pengadaan Obat
Dengan Metode ABC di Puskesmas Sleman Yogyakarta. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) pada Fakultas
Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
vii
Keluarga Tercinta, Mamah, Papah, Iyo, Teh Ulan, Teh Fanny, dan Giri Graha
Fikri terimakasih atas doa dan dukungannya yang selalu diberikan, yang selalu m
Sahabat terkasih, Titi, Panic, Ari, Vrizka Maulida, Fitri, Resa Aditama, Ikka, Windy, Ay
Bernadetha, Rany Willem, Maria Johana, Devi , dan I Gusti Ngurah Teguh serta kerab
Akhir kata, penulis mengakui terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi
peneliti-peneliti khususnya dalam bidang kefarmasian.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN. iv
PRAKATA......... vii
DAFTAR ISI.. ix
INTISARI.. xv
ABSTRACT .. xvi
BAB I PENGANTAR 1
A. Latar Belakang 1
1. Permasalahan . 3
2. Keaslian penelitian 3
3. Manfaat penelitian. 6
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum 6
ix
2. Tujuan khusus 7
A. Obat... .. 8
B. Pengelolaan Obat.. 9
C. Pengadaan Obat 10
D. Puskesmas..... 15
E. Analisis ABC.... 18
F. Analisis VEN.... 21
G. Keterangan empiris... 24
A. Analisis ABC..... 33
B. Analisis VEN. 36
C. Analisis Ketersediaan Obat... 38
1. Ketersediaan Obat Sesuai Dengan Pola Penyakit......
40
2. Obat Yang Dikembalikan. 41
D. Hasil Wawancara 41
x
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 44
A. Kesimpulan 44
B. Saran.. 45
DAFTAR PUSTAKA 46
LAMPIRAN.. 48
BIOGRAFI PENULIS. 76
xi
DAFTAR TABEL
Tabel I. Pengelompokkan Pemakaian Obat Berdasarkan Analisis ABC Pada Tahun 2013
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 5. Analisis VEN Tahun 2013 dan 2014 Oleh Dokter Umum Puskesmas
Sleman Yogyakarta... 65
Lampiran 6. Analisis VEN Tahun 2013 Oleh Kepala UPT POAK Sleman.. 66
Lampiran 7. Analisis VEN Tahun 2014 Oleh Kepala UPT POAK Sleman. 67
Lampiran 8. Kesesuaian jumlah permintaan obat yang diminta dan jumlah yang
diterima dari Puskesmas Sleman ke UPT POAK Sleman tahun 2013 dan 2014... 68
Lampiran 9. Analisis VEN Tahun 2013 Oleh Dokter Umum Puskesmas Tempel I 69
Lampiran 10. Analisis VEN Tahun 2014 Oleh Dokter Umum Puskesmas Tempel
I.. 70
Lampiran 11. Kesesuaian jumlah permintaan obat yang diminta dan jumlah yang
diterima dari Puskesmas Tempel I ke UPT POAK Sleman tahun 2013 dan 2014... 71
Lampiran 12. Daftar 10 Penyakit Terbesar Tahun 2013 dan 2014 di Puskesmas
Sleman. 73
Lampiran 13. Contoh Form LPLPO Puskesmas Tempel 1..... 74
xiv
INTISARI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
dengan pelayanan obat dan pelayanan obat tergantung dari ketersediaan obat di
yang kurang atau berlebih dan adanya obat yang telah kadaluwarsa atau rusak
yang masih ditemukan di tempat penyimpanan obat. Masalah ini dipengaruhi oleh
pengelolaan obat yang kurang baik. Pengelolaan yang kurang baik bisa
untuk menjamin ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan obat yang efektif dan
sehingga mudah diperoleh pada tempat dan waktu yang tepat. Oleh karena itu,
pengelolaan obat terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap perencanaan, permintaan,
Banyak cara dalam melakukan pengelolaan obat yang efektif dan efisien
yaitu salah satunya adalah dengan metode ABC. Metode ABC dapat membantu
Yogyakarta karena Puskemas ini memiliki jumlah permintaan obat paling banyak
Yogyakarta. Berdasarkan data yang diperoleh dari UPT POAK bahwa Puskesmas
obat sebanyak 144 item obat dan pada tahun 2014 memiliki permintaan obat
cakupan yang cukup luas yaitu dengan beberapa fasilitas pendukung dalam
pelayanan kesehatan antara lain : pengobatan umum, pelayanan kesehatan ibu dan
pengelolaan obat yang baik. Oleh karena itu dilakukan evaluasi terkait pengadaan
obat dengan metode ABC yang diharapkan dapat membantu memperbaiki proses
1. Permasalahan
berikut :
Yogyakarta?
2. Keaslian Penelitian
cukup baik. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tempat dan periode
menggunakan metode ABC dari tiga jalur yaitu Reguler, Jamkesmas, dan
Askes. Kesimpulan dari penelitian ini adalah dari ketiga jalur tersebut
kurang baik karena sering terjadi kekosongan dan kelebihan obat. Dengan
dan metode yang digunakan bukan hanya metode ABC melainkan VEN.
seluruh obat selama tiga tahun (2007, 2008, 2009) untuk menentukan
Vital, Esensial dan Non esensial. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
pengelolaan obat di Puskesmas dikatakan cukup baik, hal ini dilihat dari
nilai indeks kritis yaitu kelompok A dan B jumlahnya lebih banyak dari
6
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
metode ABC.
b. Manfaat praktis
pengadaan obat agar lebih efisien dan efektif sehingga ketersediaan obat
terjamin.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
metode ABC.
7
a. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini diantaranya adalah untuk :
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Obat
Tahun 2014,obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
Menurut Ansel (1985), obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis,
mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia
atau hewan.
campuran yang dipergunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam dan luar
badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan termasuk untuk memperelok
B. Pengelolaan Obat
merupakan proses kegiatan seleksi obat untuk menentukan jenis dan jumlah obat
mendapatkan :
sebelumnya, data mutasi obat, dan rencana pengembangan. Proses seleksi ini
harus melibatkan tenaga kesehatan yang ada di puskesmas seperti dokter, bidan,
secara tertib, baik obat dan bahan medis habis pakai yang diterima, disimpan,
C. Pengadaan Obat
telah direncanakan dan disetujui melalui pembelian, baik secara langsung atau
non steril, maupun yang berasal dari sumbangan (Pratiwi et al., 2011).
2012). Tujuan pengadaan obat adalah untuk memenuhi kebutuhan obat di setiap
unit pelayanan kesehatan sesuai dengan pola penyakit di wilayah kerja Puskesmas
(Depkes, 2003).
jumlah obat, obat dengan mutu yang tinggi, menjamin tersedianya obat dengan
cepat dan tepat waktu. Oleh karena itu, pengadaan obat harus memperhatikan dan
mempertimbangkan bahwa obat yang diminta atau diadakan sesuai dengan jenis
lain: sesuai rencana, sesuai kemampuan, sistem atau cara pengadaan sesuai
ketersediaan obat yang tepat dalam jumlah yang tepat, pada harga yang tepat, dan
kualitas sesuai dengan standar yang diakui. Obat-obatan dapat diperoleh melalui
8. Melakukan pembayaran
9. Mendistribusikan obat
efektif harus :
1. Mengelola hubungan antara pembeli dan penjual secara transparan dan etis
berkualitas
untuk mencapai total biaya terendah dalam pembelian (Quick et al., 2012).
meliputi:
obat, pemeriksaan penerimaan obat, berita acara dan pemeriksaan obat, obat-
Ada berbagai cara yang dapat ditempuh dalam fungsi pengadaan logistik
yaitu :
a. Pembelian yaitu dengan cara membeli baik dengan cara pengadaan langsung,
b. Produksi sendiri, beberapa jenis bahan farmasi dan obat sederhana dapat
c. Sumbangan atau hibah. Biasanya sumbangan ini berasal dari Badan Sosisal
d. Meminjam yaitu meminjam dari Puskesmas lain atau lembaga lain, biasanya
yang terbatas sehingga kebutuhan tidak mencukupi, pemasok yang yang kurang
baik, kualitas obat rendah dan jadwal penerimaan barang yang tidak sesuai.
ke dalam kategori dasar, yaitu : tender terbuka, tender terbatas, negosiasi bersaing,
harga dan waktu pengiriman. Pengadaan obat dapat berjalan dengan model
berbeda misalnya model pembelian tahunan, pembelian tetap atau pembelian terus
yang telah direncanakan dan disetujui. Menurut Quick J., et al., ada empat metode
proses pengadaan :
1. Tender terbuka, berlaku untuk semua rekanan yang terdaftar dan sesuai
menguntungkan.
15
2. Tender terbatas sering disebut dengan lelang tertutup. Hanya dilakukan pada
rekanan tertentu yang sudah terdaftar dan punya riwayat yang baik. Harga
3. Pembelian dengan tawar menawar dilakukan bila jenis barang tidak urgen dan
D. Puskesmas
1. Definisi
Tahun 2014, Pusat Kesehatan Masyarakat yang disebut Puskesmas adalah fasilitas
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
perhitungan biaya kebutuhan obat dalam rupiah yang disesuaikan dengan dana
yang tersedia.
16
Dalam pengadaan obat, kesesuaian jumlah dan jenis obat antara yang
direncanakan dengan yang diadakan merupakan salah satu hal yang penting untuk
obat dari UPT POAK dilakukan secara bijaksana agar obat yang tersedia di
atau pemeliharaan dalam jangka waktu tertentu. Pemesanan yang dilakukan oleh
memperhatikan pemakaian bulan yang lalu dan sisa stok yang ada. Setelah obat
Permasalahan yang sering dihadapi pada tahap penyimpanan adalah pada buku
pencatatan terutama kartu stok kadang tidak tercatat, adanya resep yang tidak
tercatat, label pada kaleng obat sering lepas, hilang atau tercecer, dan kadang tidak
Puskesmas Sleman merupakan salah satu Puskesmas yang ada di Kabupaten Slem
Memberikan pelayanan yang berkualitas
ibu dan anak/KB, pengobatan gigi, perbaikan gizi, psikologi, pelayanan poliklinik
E. Analisis ABC
rasional. Analisis ABC juga dapat membantu untuk mengidentifikaasi biaya yang
dihabiskan untuk setiap item obat yang tidak terdapat dalam daftar obat esensial
atau untuk obat yang jarang digunakan. Metode ini dalam proses pengadaan
Memesan item obat pada kelompok A lebih sering dan dalam jumlah yang
Hal ini untuk mencegah terjadinya kekurangan item yang mendadak dan
Analisis ABC juga sering disebut dengan hukum Pareto. Pareto ABC
kumulatif dari jumlah investasi (nilai investasi), dan skor total nilai pakai dan nilai
investasi (nilai indeks kritis). Dalam metode ini, item obat dikelompokkan
menjadi kelompok berdasarkan persentase kumulatif dari nilai pakai dan nilai
investasi, yaitu 80% untuk kelompok A, 15% untuk kelompok B, dan 5% untuk
Analisis ABC didasarkan pada sebuah konsep yang dikenal dengan nama
Hukum Pareto (Ley de Pareto), dari nama ekonom dan sosiolog Italia, Vilfredo
memiliki persentase terkecil (20%) yang bernilai atau memiliki dampak terbesar
(80%). Pada tahun 1940-an, Ford Dickie dari General Electric mengembangkan
20
konsep Pareto ini untuk menciptakan konsep ABC dalam klasifikasi barang
persediaan (Kusnadi, 2009). Dalam hal ini, pengelompokan kelas, yaitu: A, B, dan
total seluruh barang, tetapi merepresentasikan 75-80% dari total nilai uang.
total seluruh barang, tetapi merepresentasikan 10-15% dari total nilai uang.
total seluruh barang, tetapi merepresentasikan 5-10% dari total nilai uang
(Sutarman, 2003).
2012).
a. Kelompok A adalah kelompok obat yang tidak boleh diganti dan harus selalu
b. Kelompok B adalah obat-obatan yang dapat diganti dengan obat lain yang
2014).
Analisis ABC dapat diterapkan pada suatu periode tahunan atau periode
4. Menyusun kembali daftar berurutan dari nilai total yang paling tinggi sampai
terkecil
F. Analisis VEN
prioritas seleksi pembelian obat serta menentukan tingkat stok yang aman dan
pengadaan obat bila tidak cukup dana untuk membeli semua item yang diminta.
Analisis VEN juga membantu menentukan item mana yang harus dibeli bila
mengelompokkan obat didasarkan kepada dampak tiap jenis obat pada kesehatan.
Semua jenis obat yang tercantum dalam daftar obat dikelompokkan ke dalam tiga
kelompok berikut :
a. V (Vital)
Pada obat kelompok ini tidak boleh terjadi kekosongan. Contoh obat yang
termasuk jenis obat vital adalah adrenalin, antitoksin, insulin, obat jantung.
b. E (Essensial)
obat ini adalah obat yang bekerja kausal yaitu obat yang bekerja pada sumber
terbanyak. Kekosongan obat kelompok ini dapat ditolelir kurang dari 48 jam.
Contoh obat yang termasuk jenis obat Essensial adalah antibiotik, obat
23
gastrointestinal, NSAID dan lain lain. Contoh obat yang termasuk jenis obat
kompleks.
c. N (Non Essensial)
sendiri dan obat yang diragukan manfaatnya dibanding obat lain yang sejenis.
Kriteria nilai krisis obat ini adalah obat penunjang agar tindakan atau pengobatan
Kekosongan obat kelompok ini dapat ditolerir lebih dari 48 jam. Contoh obat
yang termasuk jenis obat Non-esensial adalah vitamin, suplemen dan lain-lain.
Contoh obat yang termasuk jenis obat Non Esensial di Puskesmas adalah Aspirin
prioritas pembelian obat serta menentukan tingkat stok yang aman dan harga
memperhatikan nama obat, satuan kemasan, jumlah obat yang diadakan, obat
G. Keterangan Empiris
BAB III
data sebenarnya (tanpa adanya manipulasi data). Pengambilan data dalam penel
Puskesmas Sleman tahun 2013-2014 (Pratiknya, 2001).
C. Definisi Operasional
B, dan C dilakukan dengan pengambilan data pemakaian serta harga obat dari
obat yang menyerap biaya sebesar 80% dari total biaya persediaan, kelompok
B merupakan kelompok obat yang menyerap biaya sebesar 15% dari total
Puskesmas Sleman, dokter umum Puskesmas Sleman dan Kepala UPT POAK
5. Jumlah obat yang diminta dan diterima oleh Puskesmas diperoleh dari data
obat dalam LPLPO yang didapatkan dari UPT POAK Kabupaten Sleman
Yogyakarta.
27
dokter umum Puskesmas Sleman dan Kepala UPT POAK Kabupaten Sleman
D. Subyek Penelitian
Data obat dalam LPLPO dari Puskesmas Sleman dan Tempel I yang
penelitian ini. Kriteria inklusi yang digunakan oleh peneliti adalah seluruh obat
2013-2014 dan kriteria eksklusi yang digunakan oleh peneliti adalah sediaan obat
obat dalam LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat) dari
Puskesmas ke UPT POAK dan hasil wawancara yang dilakukan terhadap Kepala
Pengelola Ruang Obat Puskesmas Sleman, dokter umum Puskesmas Sleman dan
F. Instrumen Penelitian
berupa flash untuk memuat data daftar seluruh obat selama tahun 2013 dan
yang berisi tentangdata yang diambil dari perhitungan dengan metode ABC yang
kemudian diambil data dari kategori A untuk menentukan VEN karena jumlah
Puskesmas Tempel I dengan cara pengisian tabel data yg diisi oleh Kepala UPT
POAK Kabupaten Sleman, dokter umum Puskesmas Sleman dan Tempel I, dan
wawancara secara terstruktur terkait hal mengenai metode ABC dan VEN,
G. Tempat Penelitian
Puskesmas Sleman, Jl. Kapten Haryadi No. 6 Desa Triharjo, Kabupaten Sleman,
1. Observasi awal
Sleman Yogyakarta sebagai tolak ukur untuk melihat pengadaan obat yang
Kabupaten Yogyakarta.
pertanyaan dan melampirkan data terkait kriteria VEN untuk kategori A oleh
Sleman dan Tempel I, dan kepala pengelola ruang obat Puskesmas Sleman
4. Pengambilan data
didapatkan data retrospektif yang meliputi data pemakaian sediaan obat serta
harga obat pada tahun 2013 dan 2014 serta data LPLPO yang diambil dari
Puskesmas Sleman dan Tempel I terkait jumlah permintaan dan jumlah yang
Kabupaten Yogyakarta.
Tahapan berikutnya adalah pengolahan data dan analisis data yang dapat
digunakan sebagai acuan dalam penarikan kesimpulan dan pemberian saran yang
1. Analisis ABC
Pengambilan data dilakukan terhadap besarnya jumlah pemakaian obat per satu
bulan kemudian dikumulatifkan menjadi satu tahun lalu diurutkan dari pemakaian
15%, dan 5%. Kelompok A merupakan kelompok obat yang menyerap biaya
sebesar 80% dari total biaya persediaan, kelompok B merupakan kelompok obat
yang menyerap biaya sebesar 15% dari total biaya persediaan, sedangkan
perhitungannya :
31
=nxh
2. Analisis VEN
Kategori VEN didapatkan dari data pengelompokkan obat dengan metode ABC yan
terutama dalam masalah obat-obatan dan menghadapi keluhan pasien.
32
I. Keterbatasan Penelitian
BAB IV
A. Analisis ABC
Kabupaten Sleman Yogyakarta dan data yang diambil dari Puskesmas Sleman
dilakukan wawancara dengan dokter umum dan kepala pengelola ruang obat
Yogyakarta dan penjelasan mengenai VEN (Vital, Esensial, dan Non Esensial).
Pemrosesan data dimulai dengan pengambilan data obat secara retrospektif berupa
data pemakaian obat serta harga obat tahun 2013 dan 2014 di UPT POAK
untuk setiap bulannya. Pemesanan obat yang dilakukan ke UPT POAK Sleman
menghindari obat yang tersisa dari jumlah yang dipesan. Apabila jumlah obat
yang dipesan masih tersisa, maka dari pihak UPT POAK Sleman Yogyakarta
banyak obat-obatan yang ingin dipesan untuk setiap bulannya. Berikut hasil
analisis ABC yang didapatkan dari data LPLPO tahun 2013 dan 2014 :
2013 2014
Jumlah item
Jumlah item
Persent Persenta
Kel Jumlah ase Jumlah se
obat
. % %
pemakaian jumlah pemakaian jumlah
(Rp) pemaka (Rp) pemaka
ian (%) ian (%)
obat
Rp Rp
A 24 16, 79,6 20 11, 79,2
317,998,075. 425,892,725.
7 3
00 Rp 00 Rp
B 39 27, 15,3 45 25, 15,7
61,153,115. 84,622,515.
1 4
00 Rp 00 Rp
C 81 56, 5,1 112 63, 5,1
20,281,180. 26,940,150.
2 3
Rp Rp
Tot 14 10 100 17 10 100
399,432,370. 537,455,390.
al 4 0 7 0
00 00
Tabel I menjelaskan analisis ABC di Puskesmas Sleman Yogyakarta pada
tahun 2013. Data yang didapatkan pada tahun 2013, jumlah total item obat
sebanyak 144. Analisis ABC dilakukan dengan mengurutkan nilai pemakaian obat
dari terbesar hingga terkecil lalu dibuat persentase dan dibuat persen kumulatif
sehingga didapatkan mana yang masuk dalam kategori A dengan persen kumulatif
5%. Pada tahun 2013 obat yang masuk dalam kelompok A sebesar 24 item atau
16,7% dari total item dengan jumlah pemakaian Rp317,998,075,00 atau 79,6%