Anda di halaman 1dari 30

i

PENGARUH KEPERILAKUAN ORGANISASI TERHADAP KEGUNAAN SISTEM

AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

PROPOSAL

Di Ajukan

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Laporan Pada Program Studi Akuntansi

OLEH :

APRILIA M. A. YOGI

18-121-030

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS YAPIS PAPUA
T/A
2020/2021
ii

KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur kepada allah, atas semua nikmat dan hidayat yang

terlimpahkan , nikmat kecukupan dan kesenangan serta wujud dari doa ,ujian,

cobaan,dengan teguran mu sehingga dengan melalui semua itu, penulis dapat

menyelesaikan tugas ini dengan baik.

Penulisan tugas ini guna melengkapi persyaratan nilai di mata kuliah seminar

dan selain juga , penulis mengaangkat judul ini dalam seminar , agar secara sukarelah

akan mengantar dan menetapkan sebagai judul tugas akhir.

Demikian tugas seminar ini , penulis buat tidak sesuai dengan karya yang

sebenarnya , sehingga pembaca atau pemeriksa serta dosen bersangkutan dapat

memalukmi secara sukarela.


iii

Daftar Isi

Halaman Persetujuan............................................................................................. I

Halaman Persetujuan............................................................................................. II

Kata Pengantar...................................................................................................... III

Daftar isi................................................................................................................. IV

Bab.I Pendahuluan

A. Latar Belakang………………………………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………….. 4
C. Tujuan Penelitian……………………………………………………………… 5
D. Manfaat Penelitian…………………………………………………………….. 5
Bab.II Landasan Teori
A. Penelitian Terdahulu…………………………………………………….…….. 6
B. Landasan Teoritis……………………………………………………….……… 10
1. Faktor Keperilakuan Organisasi…………………….…………..……….. 10
2. Variabel Intervening Konflik Kognitif Dan Afektif…………………….. 12
3. Pengertian Sistem Akuntansi Keuangan Daerah……………..………… 14
C. Kerangka Berfikir………………………………………………….…………… 17
D. Hipotesis Penelitian……………………………………….…………………….. 18
Bab.III .Metode Penelitian
A. Jenis Dan Tempat Penelitian…………………………...……………………… 21
B. Populasi,Sampel Dan Teknik Pengambilan Sampel………...……………….. 21
1. Populasi………………………………….…………………………………… 21
2. Sampel………...……………………………………………………………… 21
3. Teknik Pengambilan Sample……………...……………………………….. 21
C. Teknik Pengumpulan Data……………………………..……………………… 22
D. Variabel Penelitian……………………………...………………………………. 22
1. Variabel Terikat……………………..……………………………………… 22
2. Variabel Bebas……………………………………………………………… 22
E. Uji Instrumen………………..…………………………………………………... 23
1. Uji Validitas…………...…………………………………………………….. 23
2. Uji Reliabilitas…….………………………………………………………… 23
F. Metode Analisa Data…...………………………………………………………. 23
1. Analisa Statistik Deskriptif…………………...……………………………. 23
iv

2. Analisa Regresi Berganda………………………….……………………… 23


a. Uji Asumsi Klasik………………….…………………………………… 23
b. Uji Normalitas ………….……………………………………………. 23
c. Uji Linearitas………………………………………………………….. 24
d. Uji Multikolonierita………….………………………………………. 24
e. Uji Heterokedasdititas…………..…………………………………… 24
G. Pengujian Hipotesis…………...………………………………………………. 24
1. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistic)………………….. 24
2. Analisa Koefisien Determinasi Parsial ………………………………… 24

Daftar Pustaka ………………………………………..…………………………… 25


v

BAB.I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Latar belakang penelitian ini adalah atas peraturan perundang - undangan

yang telah dikeluarkan oleh pemerintah menunjukkan reformasi pengelolaan

keuangan negara.

Paket peraturan perundang-undangan tersebut diantaranya adalah: Undang-

undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang – undang

Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang - undang

Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung

Jawab Keuangan Negara. Undang - undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah.

Undang - undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Pusat dan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang

Standar Akuntansi Pemerintahan, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun

2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Permendagri Nomor 13 Tahun

2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Terbitnya Peraturan

Mentri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang perubahan atas

Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, berbagai peraturan serta perundang-

undangan tersebut diatas diharapkan dapat dijadikan landasan yang kokoh

bagi pengelola keuangan Negara dalam rangka menjadikan good governance

dan clean government.


vi

Chenhall (2004) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa factor – factor

perilaku selama implementasi akan meningkatkan kegunaan sistem ABCM

pada perusahaan.

Konflik Afektif berhubungan negative dengan kegunaan Sistem

Akuntansi Keuangan Daerah. Penelitian ini mendukung dari penelitian

Chenhall (2004) dimana factor konflik afektif berhubungan dengan kegunaan

sistem ABCM.

Hubungan tidak langsung antara factor organisasional dengan sistem

yang dimediasi dengan konflik kognetif ada perbedaan yang sangat kecil. Dan

saran untuk peneliti lanjutan dengan lebih banyak dan tidak terbatas pada

Dinas dan kantor dan Badan Pengelola Keuangan Daerah saja. Saran

penelitian tersebut diperluas untuk seluruh Dinas di Pemerintah Kabupaten

maupun Pemerintah Kota.

Pengembangan istrumen yaitu disesuaikan dengan kondisi dan

lingkungan dari objek yang dteliti. Penelitian yang dilakukan Heri Hidayat

(2008) tentang Analisis Implikasi Ketidaksesuaian Rancangan Sistem Informasi

Keuangan Pemerintah Daerah (SIKPD), hasil menunjukkan bahwa sebanyak

38 temuan yang mengindikasikan perbedaan antara aturan (format standart)

yang berlaku yaitu PP No. 58 Tahun 2005 dan Permendgri No. 13 Tahun

2006, dikarenakan belum menggunakan Struktur organisasi baru yang sesuai

PP No. 58 Tahun 2005 , PP No. 47 Tahun 2006 dan Permendagri No.13

Tahun 2006.
vii

Penelitian yang dilakukan Azhar (2008) , tentang Faktor - faktor yang

mempengaruhi Keberhasilan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, Hasil

penelitian menunjukkan bahwa Regulasi, komitmen, SDM bersama-sama

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan Permendagri No.

13 tahun 2006, sedangkan regulasi tidak mempengaruhi secara signifikan.

Penelitian yang dilakukan Abdul Rohman (2009) tentang Pengaruh

Implementasi Sistem Akuntansi, Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap

Fungsi Pengawasan dan kinerja pemerintah Daerah (survei pada Pemerintah

Daerah di Jawa Tengah ).

Penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi sistem akuntansi

pemerintahan dan implementasi pengelolaan keuangan daerah berpengaruh

terhadap fungsi pengawasan intern.

Hasil ini mengidentifikasikan bahwa implementasi sistem akuntansi dan

sistem pengelolaan keuangan daerah dapat mempengaruhi atau memperlancar

pelaksanaan fungsi pengawasan intern pada pemda di Jawa Tengah.

Penelitian ini menguji Faktor Keperilakuan Organisasi Terhadap

Kegunaan Sitem Akuntansi Keuangan Daerah.

Penelitian ini akan menguji pengaruh factor perilaku organisaional,

konflik kognetif dan afektif dalam meningkatkan kegunaan Sistem Akuntansi

Keuangan Daerah di Pemerintah Daerah SUBOSUKAWONOSRATEN.

(Kotamadya Surakarta, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten

Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen dan Kabupaten

Klaten).

Penelitian ini ada perbedaan dengan penelitian sebelumnya, perbedaan -

perbedaan tersebut adalah populasi penelitian ini tidak hanya pegawai negri
viii

sipil yang bekerja di bagian keuangan kantor sekretaris daerah dan badan

pengelola keuangan daerah saja akan tetapi populasinya adalah pengelola

keuangan Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPD) Penatausahaan

Dinas masing - masing Kota dan Kabupaten di SUBOSUKAWONOSRATEN,

Terbitnya Peraturan Mentri Dalam Negri No. 59 Tahun 2007 Atas Perubahan

Permendagri No. 13 Tahun 2006, sejalan dengan terbitnya Surat Edaran

Mentri Dalam Negri Nomor 900/079/BAKD Tanggal 12 Februari 2008 hal

Pedomanan Penyusunan Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah, dan

memberikan gambaran mengenai operasionalisasi penerapannya dalam proses

pencatatan akuntansi baik pada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah

(SKPKD) maupun satuan kerja pengguna Anggaran (SKPD).

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka, penulis menetapkan

rumusan permasalahan sebagai berikut:

RUMUSAN MASALAH

Perumusan masalah dalam penelitian ini dinyatakan dengan pertanyaan riset

berikut :

Apakah Faktor Organisasi seperti Dukungan Atasan, Kejelasan Tujuan dan

Pelatihan akan berpengaruh langsung meningkatkan kegunaan Sistem Akuntansi

Keuangan Daerah ?

Apakah Faktor organisasi seperti dukungan Atasan, Kejelasan Tujuan dan

Pelatihan dengan variabel intervening dapat meningkatkan konflik kognetif,

menurunkan konflek Afektif yang pada gilirannya akan meningkatkan kegunaan

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ?


ix

TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian dijelaskan sebagai

berikut:

Menguji pengaruh langsung faktor organisasional seperti (Dukungan Atasan,

Kejelasan Tujuan dan Pelatihan) dalam meningkatkan kegunaan Sistem

Akuntansi Keuangan Daerah, Menguji pengaruh tidak langsung faktor organisasi

seperti (Dukungan Atasan, Kejelasan Tujuan dan Pelatihan) melalui variabel

intervening akan dapat meningkatkan konflik kognetif, menurunkan konflik

afektif yang pada gilirannya akan meningkatkan kegunaan Sistem Akuntansi

Keuangan Daerah .

MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak

Akademisi dapat memberika kontribusi dalam menambah literatur mengenai

Faktor Keperilakuan Organisasi Terhadap Kegunaan Sistem Akuntansi

Keuangan Daerah, bagi Praktisi, sebagai bahan pertimbangan dan masukan

bagi pemerintah daerah dalam Implementasi sistem akuntansi keuangan daerah

yang transparansi dan akuntabilitas.


x

BAB.II

LANDASAN TEORITIS

PENELITIAN TERDAHULU

Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

penelitian yang akan Peneliti lakukan yaitu tentang penerapan PP No. 71 tahun 2010

yang menjelaskan tentang penyusunan pelaporan keuangan berbasis akrual. Dari

hasil dari penelitian - penelitian tersebut dijadikan landasan dan keterbedaan dengan

penelitian yang akan dilakukan oleh Peneliti. Adapun penelitian-penelitian

terdahulu yang diambil adalah sebagi berikut:

Table 2.1
Tabel Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Hasil penelitian


Peneliti/Ta
hun
1 Astri Indah Analisis Perlakuan Kantor Pertanahan Kabupaten Sidoarjo belum

Wulan Sari/ Akuntansi Pendapatan sepenuhnya menerapkan Peraturan

2012 Sesuai Standar Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang

Akuntansi Standar Akuntansi Pemerintahan dalam

Pemerintahan (Sap) PP perlakuan untuk pendapatan, Kantor

Nomor 71 Tahun 2010 Pertanahan Kabupaten Sidoarjo masih

Pada Badan Pertanahan menggunakan Peraturan Pemerintah Nomor

Nasional 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi

(BPN) Sidoarjo Pemerintahan.


2 Mochamma d Analisis Implementasi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:

Syaafi Sistem Akuntansi penerapan system akuntansi Badan Layanan

Adriansyah/ Keuangan Badan Umum pada BAUK Universitas Negeri


xi

2013 Layanan Umum (Studi Malang adalah: a) system pencatatan

pada Biro Administrasi menggunakan double entry sesuai dengan

Umum dan Keuangan sisitem akuntansi Badan Layanan Umum yang

Universitas Negeri di amanatkan pada PMK 76/PMK.05/2008, b)

Malang) basis akuntansi menggunakan basis akrual, c)

laporan keuangan

sudah sesuai SAK dan SAP

No Nama Judul Hasil penelitian

Peneliti/Tahun
3 Andi Analisis Kesiapan Hasil penelitian menunjukkan bahwa

Faradillah/ Pemerintah Daerah kesiapan pemerintah Kota Makassar dalam

2013 dalam Menerapkan implementasi standar akuntansi pemerintahan

Standar Akuntansi (SAP) berbasis akrual merupakan refleksi dari

Pemerintahan suatu formalitas. Hal tersebut didukung

(Peraturan dengan adanya peraturan pemerintah yang

Pemerintah Nomor mewajibkan untuk semua pemerintah daerah

71 Tahun 2010) termasuk pemerintah Kota Makassar dalam

menerapkan SAP berbasis akrual.

Kompleksitas laporan keuangan menjadi

faktor utama dalam sikap resisten pengelola

keuangan pemerintah Kota Makassar dalam

implementasi SAP berbasis akrual.

Sedangkan, dari sisi budaya organisasi,

pemerintah Kota Makassar diwajibkan


xii

menerapkan standar akuntansi pemerintahan

berbasis akrual.
4 Rachmat Sandy Analisis Penyajian Hasil Penelitian ini menunjukan Bahwa

Ramadhan, dan Laporan Keuangan berdasarkan komponen Laporan

Akie Rusaktiva Pemerintahaan Keuangannya BPKAD Kabupaten

Rustam / 2013 Kabupaten Tulungagung telah mengikuti SAP No. 71

Tulungagung Tahun 2010 (Lampiran II). Namun pada

laporan realisasi anggarannya, pada penyajian

pos pembiayaan masih belum dikonversi

menurut SAP dan masih mengikuti klasifikasi

atau pemberian nama pos menurut

permendagri atau menurut pos pembiayaan

didalam APBD pemkab Tulungagung.


5 Sitti Maryam Evaluasi Penerapan Akuntansi untuk belanja modal pada Dinas

Mohamad, Akuntansi untuk Pekerjaan Umum Kota Manado sudah sesuai

jantje. J Belanja Modal dengan PP No. 71 Tahun 2010. Sebaiknya

Tinangon, dan Berdasarkan Pimpinan Dinas Pekerjaan Umum Kota

Inggriani Elim/ Peraturan Manado menambah tenaga kerja yang

2014 Pemerintah No. 71 memiliki kealian di bidang akuntansi agar

Tahun 2010 pada dapat menghasilan laporan keuangan yang

Dinas Pekerjaan tepat untuk meningkatkan kinerja institusi.

Umum Kota

Manado
Sumber : Penelitian terdahulu

Berdasarkan tabel penelitian terdahulu diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian-

penelitian yang sudah dilakuakan diatas adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari
xiii

(2012) menghasilkan bahwa Kantor Pertahanan Nasional (BPN) Sidoarjo belum

sepenuhnya menerapkan PP No. 71 tahun 2010 karena dalam pendapatan masih

menggunakan standart yang lama yaitu PP No. 24 tahun 2005. penelitian yang kedua yang

dilakukan Adriansyah (2013) basis akuntansi yang dilakukan dalam penyusunan laporan

Keuangan Adalah Basis Akrual, penelitian ketiga yang dilakukan oleh Simanhuruk

(2013) penelitian ini menghasilkan bahwa penyajian Laporan Realisasi Anggaran

pemerintah Kota Medan adalah masih menggunakan basis kas sehingga pemerintah Kota

Medan dalam penyusunan Laporan Keuangannya adalah masih Cash Towart to Accrual,

Penelitian yang keempat adalah penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (2013) penelitian

ini menghasilkan bahwa Pemerintah Kota Jember dari segi SDM dan sistem informasi

sarana dan prasarana sudah siap dalam mengimplementasi PP No 71 Tahun 2010, yang

kelima adalah penelitian yang dilakukan oleh Faradillah (2013) menghasilkan bahwa

kesiapan Pemerintah Kota Makasar dalam Implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan

(SAP) berbasis akrual merupakan refleksi dari suatu formalitas, penelitihan yang keeman

yang diteliti oleh Ramadan dan Rustam (2013) menghasilkan bahwa Pemerintah Kabupaken

Tulungagung dalam penyusunan Laporan Keuangannya telah mengikuti PP No. 71 Tahun

2010 (Lampiran II) yaitu penyusunan laporan keunagan berbasis kas menuju akrual (Cash

Towart to Accrual), penelitian yang terakhir yang dilakukan oleh Mohammad, Tinongan

dan Elim (2014) menghasilkan bahwa akuntansi belanja modal pada Dinas Pekerjaan

Umum Kota Menado sudah sesuai dengan PP No. 71 Tahun 2010.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan diatas terdapat perbedaan

dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu untuk penelitianpenelitian diatas

dilakukan pada saat penerapan atas PP No. 71 Tahun 2010 pada laporan keuangan masih

pada tahun 2012, 2013 dan 2014 yang masih bisa mengimplementasi pentusunan Laporan

Keuangan berbasis kas menuju akrual (Cash Towart to Accrual) sementara untuk peneitian
xiv

yang dilakukan peneliti yaitu pada tahun 2015, pada periode tersebut semua instansi

pemerintah harus menyusunan Laporan Keuangan dengan basis akrual (Full Accrual))

karena penerapan PP No. 71 tahun 2010 adalah 5 tahun. Sehingga pada tahun 2015 harus

sudah berbasis akrual untuk penyusunan Laporan Keuangannya.

LANDASAN TEORI

Factor keperilukan organisasi

Faktor organisasi dalam implementasi sistem ada tiga aspek, meliputi

dukungan atasan, kejelasan tujuan, dan pelatihan. Faktor - faktor teresut

didefinisikan sebagai berikut (Chenhall,2004): Dukungan Atasan diartikan

sebagai keterlibatan manajer dalam kemajuan proyek dan menyediakan

sumber daya yang diperlukan, Kejelasan Tujuan didefinisikan sebagai

kejelasan dari sasaran dan tujuan digunakannya Sistem Akuntansi Keuangan

Daerah di semua level organisasi, dan Pelatihan merupakan suatu usaha

pengarahan dan pelatihan untuk meningkatkan pemahaman mengenai sistem.

Boston et al (1996) mengidentifikasi Public Choice theory, teori agensi dan

transactional cost economics sebagai paradigma yang dominan ketika siap

untuk mereformasi pemerintah: Public Choice theory menganggap semua

tingkah laku manusia didominasi oleh kepentingan pribadi. Public Choice

diaplikasikan sebagai usaha untuk peran pemerintah, meningkatkan

transparansi dll..

Teori Agensi dengan asumsi peningkatan kepentingan pribadi yang

menyebabkan konflik antara principal dan kontraktual untuk mengatasi

masalah moral hazard dan asimetri informasi, Transactional Cost Economic

berfokus pada struktur pemerintah yang optimal.


xv

Menurut Yin (1994) melakukan penelitian dengan multiple-case design

dengan sub unit yang menjadi peran penting. Fokus pada orang - orang

yang memiliki pengaruh dalam organisasi secara umum dan Pettigrow

(1992) melakukan penelitian yang lebih spesifik yang menyadari pentingnya

kelas eksekutif inti yang mengontrol pengendalian dan alokasi sumber daya.

Dezin (1978) meneliti gambaran dari unsure pokok organisasi yang

terpisah (manajemen dan anggota yang dipilih) dengan menggunakan data,

laporan informasi keuangan dalam local Authorities. Dengan menggunakan

wawancara semi directed. Yang diinterview adalah CEO, direktur keuangan ,

direktur strategi dan orang - orang yang memegang peran pokok (pendidikan,

pelayanan social, ekonomi). Contingency Theory, dipelopori oleh Burn dan

Stalker (Otley, 1980 ), dalam penelitian tahun 1950-an di Inggris tentang

task envoironment, Dalam penelitiannya mengidentifikasi tipe struktur dan

praktek manajemen yang tepat untuk berbagai kondisi lingkungan yang

berbeda.

Hasilnya menunjukkan bahwa Organisasi yang mekanistis (dengan

ciri- ciri pembagian tugas yang spesifik dan tegas) tepat untuk lingkungan

yang stabil, sedangkan organisasi yang dinamis (dengan ciri - ciri struktur

yang fleksibel) tepat untuk lingkungan yang tidak stabil.

Otley (1980), menyatakan Teori kontijensi didasarkan pada premis

bahwa tidak ada sistem yang secara universal selalu tepat diterapkan pada

seluruh organisasi pada setiap keadaan, tetapi sistem akuntansi tersebut

tergantung pada factor - faktor situasional dalam organisasi. Kesesuaian (fit)

yang lebih lebih baik antara sistem pengawasan dengan variabel kontijensi

menghasilakan kinerja organisasi yang meningkat.


xvi

Berdasarkan pada Contingency Theory, dapat dikatakan bahwa

keberhasilan implementasi sistem akuntansi, sistem pengelolaan keuangan

daerah, tergantung pada kondisi Pemda yang bersangkutan.

Variabel Intervening Konflik Kognitif dan Konflik Afektif.

Memaksimalkan konflik kognitif dan meminimalkan konflik afektif

Tuckman (1988) menyatakan bahwa variabel intervening adalah variabel

yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen

dengan dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat

diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela / antar yang

terletak diantara variabel independen dan dependen, sehingga variabel

independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya

variabel dependen.

Konflik kognitif dapat bermanfaat untuk memecahkan masalah dan

mendorong kearah perbaikan pengambilan keputusan. Manfaat yang

diperoleh dari konflik kognitif berasal dari potensinya untuk menyediakan

kesempatan untuk interaksi dengan dialegctical style, berdebat,

mempertahankan argument yang memiliki melawan argument lain dalam

organisasi (Mitroff dan Emshoff, 1979, Janis, 1982; Swhweiger dan

Sandlerg, 1989 dalam henhall, 2004).

Konflik afektif cenderung melibatkan persepsi yang mengancam

posisi seseorang di dalam suatu kelompok, pertikaian, frustasi dan firksi

antara pribadi seseorang dengan nilai norma yang ada (Petersen, 1983; Ross,

1989 dan Amason, 1996 dalam Chenhall, 2004).

Beberapa kasus yang terdapat dalam penelitian Chenhall (2004)

mengenai implementasi Activity Based Costing Manajemen, konflik afektif


xvi
i

ini berpotensi dapat mengurangi kegunaan ABCM untuk perencanaan

produk dan manajemen biaya.

Psikologi kognetif adalah ilmu pengetahuan ilmiah dari psikologi

yang mempelajari kondisi, yaitu proses - proses mental yang mendasari

perilaku .

Psikologi kognetif mempunyai riset dominan yang luas termasuk

bekerja dengan memori, atensi, persepsi dan representasi pengetahuan,

memberi alasan, kreativitas dan pemecahan masalah (Hartono, 2007).

Beberapa penelitian telah menekakankan bahwa pentingnya

cognitive sebagai variabel penting yang mempengaruhi sikap dan

penerimaan pengguna dalam manajemen sistem informasi (Benbansat dan

Taylor, 1978; Lucas 1981; Matson dan Metroff, 1973 : Robey, 1983; Sage,

1981; Zmut, 1975, cognitive berkenaan dengan proses karakeristik individu

dalam analisis, evaluasi dan interpretasi dari data yang digunakan untuk

pengambilan keputusan, sebagai dasar yang mana mereka mengklasifikasikan

sebagai sistematik - hueristics (Bariff dan Lucks, 1997) , analytic heuristics

(Driver dan mock, 1975; Vasarhelyie, 1977) atau sensing - thinking dan

intuition felling (Benbansat dan Taylor, 1978; Henderson dan Nutt, 1980;

Matson dan Mitroff, 1973), dikutif dalam McElroy, 2007. Self efficacy

didefinisikan sebagai kepercayaan atau keyakinan seseorang, menyangkut

kemampuan dia dalam melakukan aktivitas atau tindakan (Bandura 1986).

Adapun seseorang yang memiliki self efficacy yang rendah akan

mudah menyerah ketika menghadapi permasalahan (Bandura 1986). Teori

kognitif sosial mengharapkan self efficacy individu mempunyai pengaruh

langsung pada tugas mereka dan persistensi dalam pencapaian tugas.


xvi
ii

Self efficacy adalah suatu ukuran kepercayaan dalam kemampuan

menggunakan suatu teknologi.

Pengertian System Akuntansi Keuangan Daerah.

Akuntansi adalah suatu sistem. Sistem adalah suatu kesatuan yang

terdiri atas subsistem subsistem atau kesatuan yang terdiri atas kesatuan

yang lebih kecil, yang berhubungan satu sama lain dan mempunyai tujuan

tertentru.

Suatu sistem mengolah input (masukan) menjadi output (keluaran).

Input sistem akuntansi adalah bukti - bukti transaksi dalam bentuk dokumen

atau formulir. Output – nya adalah laporan keuangan. Sistem akuntansi

pemerintah daerah meliputi serangkaian proses ataupun prosedur, yang

dimulai dari pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan / atau

kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka

pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah.

Tahap - tahap dalam siklus akuntansi dimulai dari bukti transaksi, jurnal,

posting ke buku besar, membuat neraca saldo, membuat jurnal penyesuaian,

menyusun neraca saldo, membuat laporan keuangan, jurnal penutupan, dan

neraca setelah penutupan.

Laporan Keuangan, sesuai dengan siklus akuntansi, setelah penyusunan

neraca saldo setelah penyesuaian disusun laporan - laporan keuangan dengan

mengambil data neraca saldo setelah penyesuaian.

Berdasarkan neraca saldo setelah penyesuaian maka dibuatlah: Neraca,

Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Arus Kas dan Catatan Atas

Laporan Keuangan (CALK).


xix

Dalam rangka penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah

daerah yang mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005

tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pasal 97 Peraturan

Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah,

dan dalam pasal 239 Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 13 Tahun

2006, sebagaimna telah diubah dengan Peraturan Mentri Dalam Negeri

Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,

bahwa untuk tertib administrasi pengelolaan keuangan daerah, kepala daerah

menetapkan Peraturan Kepala Daerah tentang kebijakan Akuntansi

Pemerintah Daerah dengan mengacu pada SAP.

Dengan catatan Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 59 tidak

mengatur perubahan atas pasal 239 Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor

13 Tahun 2006. Selanjutnya berdasarkan pasal 308 dan pasal 309 Peraturan

Mentri Dalam Negri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 59 Tahun 2007 tentang

perubahan atas Peraturan Mentri Dalam Negreri Nomor 13 Tahun 2006

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Sistem akuntansi sangat diperlukan untuk menjamin konsistensi dalam

pelaporan keuangan dan dapat dijadikan pedoman dalam menyajikan

informasi yang diperlukan berbagai pihak untuk berbagai kepentingan

(general purposes financial statements), karena sistem akuntansi

memberikan landasan tentang prosedur, teknik, dan metode yang layak

untuk merekam segala peristiwa penting kegiatan pemerintah.


xx

Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan yang

ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna

laporan (Hendriksen 2005).

Tidak adanya sistem akuntansi yang memadai akan menimbulkan

implikasi negatif berupa rendahnya reliabilitas dan objektivitas informasi

yang di sajikan, dan inkonsistensi dalam pelaporan keuangan sehingga

menyulitkan pemeriksaaan (Jones dan Pandlebury 2000). Sistem akuntansi

sangat diperlukan untuk menjamin konsistensi dalam pelaopran keuangan

(Hendriksen 2005).

Dalam Penelitian Abdul Rahman (2009), Hasilnya terbukti bahwa

implementasi sistem akuntansi pemerintahan terdapat kinerja pemda terbukti,

implementasi sistem akuntansi pemerintahan memberikan manfaat dan

kemudahan bagi pemda dalam mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

pengelolaan keuangan daerah.

Hal ini sesuai dengan pendapat Jones dan Pendlebury (2000) dan

Hendriksen et al. (2005).

Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah, merupakan salah satu peraturan operasional dalam

implementasi otonomi Daerah, setelah era reformasi tata kelola keuangan

Negara / daerah yang ditandai dengan disahkannya paket undang - undang

bidang keuangan Negara.

Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 yaitu pasal 54, “ketentuan

lebih lanjut tentang pengelolaan keuangan daerah diatur dengan peraturan

Mentri Dalam Negri”. Lahirlah Permendagri No. 13 tahun 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagai pengganti Kepmendagri No.


xxi

29 tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan Pertanggungjawaban dan

Pengawasan Keuangan Daerah, serta Permendagri No. 13 Tahun 2006 ini

merupakan pedoman umum bagi pemerintah daerah di dalam melaksanakan

tata kelola keuangannya.

Daerah harus menyusun aturan pelaksanaanya disesuaikan dengan

kondisi dan karakeristik daerah, dalam bentuk Perda Pokok - pokok

Pengelolaan Keuangan Daerah dan berbagai Peraturan Kepala Daerah

terkait dengan implementasinya. Ada beberapa hal mendasar yang berubah

dari Kepmendagri No. 29 tahun 2002 ke Permendagri Nomor .13 Tahun

2006 yakni: Dari Sentralisasi ke Desentralisasi.

KERANGKA BERFIKIR

Model faktor keperilakuan organisasi (pelatihan, kejelasan tujuan dan

dukungan atasan ) dengan variable intervening kognetif dan afektif konflik

akan meningkatkan Kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah yang

transparansi dan akuntabilitas dapat digambarkan berikut:

Gambar .1

HIPOTESIS PENELITIAN
xxi
i

Pengujian Hipotesis Hubungan Faktor Organisasional dengan Kegunaan

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah. Hasil pengujian hipotesis penelitian (H1a)

menunjukan bahwa mencari nilai critical ratio (CR) dan nilai probabilitas serta

(hasil uji statistik mencari suatu membuktikan karna adanya hubungan pelatihan

dengan Kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah.

Hasil pengujian hipotesis penelitian (H1b) mencari nilai critical ratio

(CR) dan nilai probabilitas (p) Hasil uji statistik mencari suatu membuktikan

adanya hubungan kejelasan tujuan dengan kegunaan Sistim Akuntansi

Keuangan Daerah karena adanya nilai .

Pengujian hipotesis penelitian (H1c) menunjukan bahwa mencari nilai

critical ratio (CR untuk apa hasil pengujian hipotesis penelitian signifikan atau

tidak dan nilai probabilitas (p) pada Hasil uji statistik membuktikan adanya

hubungan dukungan atasan dengan kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan

Daerah.

Pengujian Hipotesis Hubungan Faktor Organisasional dengan Konflik. Hasil

pengujian hipotesis 2a menunjukan bahwa nilai critical ratio (CR) dan nilai

probabilitas (p) antara training dengan konflik kognitif. Hasil Analisis , Hasil

pengujian hipotesis 2b merupakan nilai critical ratio (CR) dan nilai probabilitas

Hasil pengujian hipotesis 2c merupakan nilai critical ratio (CR) dan

nilai probabilitas (p).

Hasil pengujian hipotesis 3a merupakan nilai critical ratio (CR) nilai

probabilitas (p). Hasil uji statistik berhasil membuktikan adanya hubungan

negatif antara pelatihan dengan konflik afektif.

Hasil pengujian hipotesis 3b menunjukan bahwa nilai critical ratio (CR dan

nilai probabilitas (p).


xxi
ii

Hasil pengujian hipotesis 3c menunjukan bahwa nilai critical ratio (CR)

dan nilai probabilitas (p)

Pengujian Hipotesis Hubungan Konflik dengan Kegunaan Sistem Akuntansi

Keuangan Daerah.

Hasil pengujian hipotesis 4 menunjukan bahwa nilai critical ratio (CR) adalah

dan nilai probabilitas (p) Hasil uji statistik berhasil atau tidak hasil itu

membuktikan adanya hubungan positif konflik kognitif dengan kegunaan Sistim

Akuntansi Keuangan Daerah.

Hasil Analisis pada Tabel 9. Hasil pengujian hipotesis 5 merupakan nilai

critical ratio (CR) dan nilai probabilitas (p) Dengan demikian hasil uji statistik

hasil atau tidak hasil tersebut membuktikan adanya hubungan konflik afektif

dengan kegunaan Sistim Akuntansi Keuangan Daerah.

Pengujian Hipotesis Hubungan Faktor Organisasional dengan Kegunaan

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah yang Dimediasi dengan Konflik Kognitif

dan Afektif.

Pengujian hipotesis 6 menunjukkan besaran efek tidak langsung (indirect

effect) konflik kognitif sebagai variabel penyelang (intervening) di antara faktor

organisasional dengan kegunaan Sistim Akuntansi Keuangan Daerah.Terdapat

hubungan positif atau negative faktor organisasional terhadap kegunaan Sistem

Akuntansi Keuangan Daerah, jika dimediasi oleh konflik kognitif.

Pengujian hipotesis 7 menunjukkan besaran efek tidak langsung (indirect

effect) konflik kognitif sebagai variabel penyelang (intervening) di antara faktor

organisasional dengan Kegunaan Sistim Akuntansi Keuangan Daerah, terdapat

hubungan positif faktor organisasional terhadap Kegunaan Sistem Akuntansi

Keuangan Daerah, jika dimediasi oleh konflik kognitif.


xxi
v

BAB. III

METODE PENELITIAN
xx
v

Jenis Dan Tempat Penelitian

Adapun Jenis dan tempat penelitian Dalam penulisan proposal ini . sebagai

jenis penelitian yang akan di gunakan dalam penelitian adalah deskriptif

kemudiam tempat penelitian yang akan digunakan sebagai objek penelitian

dalam proposal ini adalah pemerintah Kabupaten Jayapura .

Populasi dan Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi

Adapun Populasi dalam penelitian ini, populasi dapat didefinisikan sebagai

kelompok elemen yang lengkap, dimana kita tertarik untuk

mempelajarinya atau menjadi objek penelitian

Sampel

Adapun sampel dalam penelitian ini , Sampel adalah sebagian atau

wakil populasi yang diteliti , Sampel adalah suatu himpunan bagian dari

unit populasi.

Sampel pada penelitian ini diambil dari Pegawai Negeri Sipil

yang mempunyai kewenangan bagian keuangan Jumlah sampel yang

diambil yang sesuai kriteria yang sudah ditetapkan pada Pegawai Negeri

Sipil

Tekmik pengambilan sampel

Adapun Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Penelitian ini menggunakan metode dengan teknik purposive

sampling.Purposive sampling atau pengambilan sampel bertujuan dilakukan

dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu

Teknik pengumpulan data


xx
vi

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut

Wawancara adalah peneliti akan tanya jawab dengan responden atau

pegawai negri sipil kabupaten jayapura

Angket atau kuisioner adalah format berbentuk tabel yang buat

untuk mengisi pertanyaan permasalahan dalam tabel ini

Observasi adalah pengamatan langsung oleh peneliti di tempat

penelitian

Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat serta nilai dari orang atau

obyek kegiatan yang mempunyai variable tertentu yang di tetapkan oleh

peneliti untuk di pelajari dan di tarik kesimpulannya.

Variabel dependen ( terikat)

Variabel dependen adalah variabel yang di pengaruhi atau yang menjadi

akibat , karena adanya variabel bebas.

Variabel independen (bebas)

Variabel independen adalah variabel yang di pengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent.

Uji instrumen

Pengujian instrumen di lakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas

intrumen sehingga dapat di gunakan dalam pengambilan data saat penelitian

Uji validitas adalah instrumen yang valid berarti alat ukur yang di gunakan

apa yang seharus di ukur

Ujia reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu koesioner yang merupakan

suatu indikator dari variabel


xx
vii

Metode analisa data

Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data

yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat

kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi.

Analisa regresi berganda

Uji asumsi klasik

Uji asumsi klasik yang di gunakan dalam penelitian ini, vadalah uji

normalitas ,linearitas ,multikolineritas, dan uji heteroskedastisitas , uji

asumsi klasik dalam penelitian adalah untuk mengestimasikan suatu

garis regresi dengan jalan menimalkan jumlah dari kudrat kesalahan

setiap observasi terhadap garis tersebut

Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel dependen dan variabel independen atau keduanya mempunyai

distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2011:160). Model regresi yang baik

ialah model yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal.

Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting

data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data

residual normal.

Uji Linearitas
xx
viii

Uji ini digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan

sudah benar atau tidak. Dengan uji linearitas akan diperoleh informasi

apakah model empiris dapat dilihat pada output SPSS

Uji Multikolonieritas

Uji multikolinieritas terjadi apabila ditemukan adanya korelasi antar

variabel independen (Ghozali, 2011:105). Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.

. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu ke pengamatan lain antar

variabel bebas (independen).

Pengujian hipotesis

Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

penjelas / idependen secara individual dalam menerangkan variasi

variabel dependen.

Analisis Koefisien Determinasi Parsial (r2)

Digunakan untuk mengetahui seberapa besar persentase pengaruh

variabel X (pelatihan, kejelasan tujuan dan dukungan atasan) terhadap Y

(kegunaan sistem akuntansi keuangan daerah) secara parsial. Untuk

mengetahui koefisien determinasi parsial dibutuhkan bantuan dengan

menggunakan progam SPSS.

DAFTAR PUSTAKA
xxi
x

Abdul Rohman, 2009, Pengaruh Implementasi Sistem Akuntansi, Pengelolaan


Keuangan Daerah Terhadap Fungsi Pengawasan dan Kinerja Pemerintah
Daerah (survey pada Pemda di Jawa Tengah), Jurnal Akuntansi & Bisnis,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Afiah, 2004, Pengaruh kompetensi anggota DPRD, kompetensi aparatur pemerintah


daerah pelaksanaan sisitem informasi akuntansi, pengganggaran serta
kualitas informasi keuangan terhadap prinsip-prinsip tata kelola pemerintah
daerah yang baik (survey pada kabupaten/ kota jawa barat). Desertasi Doktor pada
Universitas Padjadjaran Bandung, Bandung.

Ardi Hamzah, 2009, Pengaruh Ekspektasi Kinerja, Ekspektasi Usaha, Faktor Sosial
sesuaian Tugas dan Kondiisi yang Memfasilitasi Pemakai Terhadap Minat
Pemanfaatan Sistem Informasi ( Studi Empiris pada Pemerintahan Kabupaten di
Pulau Madura), Simposium Nasional Teknologi Informasi, Universitas Gajah
Mada, Yogyakarta.

Alimbudiono, Ria Sandra & Fidelis Arastyo Andono. 2004, Kesiapan Sumber Daya
Manusia Sub Bagian Akuntansi Pemerintah Daerah Kaitannya Dengan
Pertanggung jawaban Keuangan Daerah Kepada Masyarakat: Renungan Bagi
Akuntan Pendidik. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik. Vol. 05 No.
02. Hal. 18–30.

Azhar, 2008, Faktor-faktor yang mempengaruhi Keberhasilan Permendagri Nomor


13 Tahun 2006 Pada Pemerintah Aceh, Thesis S2 Universitas Sumatra Utara.

Bandura,1989, Social Cognitive Theory of Organizational Management, Academy of


Management Review, Vol 14:361-384

Chenhall, R.H (2004), The Role of Cognitif and Affective Conflict in Early
Implementation of Activity-Based Cost Management. Behavioral Reaserch in
Accounting 16:19

Cohen, Sandra. February, 2007. Assessing It As A Key Success Factor for ccrual
Accounting Implementation In Greek Municipalities. Journal of Financial
Accountability & Management.

De Bruijin, Hans, 2002, Performance Measurmenr in The Public Sector: Strategies to


Cope With The Risk of Performance Measuremen, The Intrnational Journal
Of Public Sector Management, Vol. 15. No.7 Hal. 578 – 594.

Dinata & Anton Mulhar. 2004. Tinjauan Atas Kesiapan Sumber Daya Manusia pada
Instansi Pemerintah Kota Palembang dalam Penerapan Akuntansi Daerah
Menuju Terciptanya Good Governance di Era Otonomi Daerah, Skripsi,
Universitas Sriwijaya, Indralaya.
xxx

Djamaluddin, Rahmawati 2009, Pengaruh Faktor Individu dan Teknologi Terhadap


Penerimaan Pembelajaran Berdasarkan Teknologi Web pada Mahasiswa
Akuntansi Di Universitas Sebelas Maret Surakarta, Simposium Nasional
Teknologi Informasi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Donnelly, Mike, John F. Dalrymple, & Ivan P.Hollingsworth.1994. The Use and
Development of Information Systems and Technology in Scottish Local
Goverment. International Journal of Public Sector Management,Vol. 7 No. 3.
Hal 4-15.

Doyle J, W. Ge & Mc Vay. 2006. Determinants of Weaknesses in Internal Control


Over Financial Reporting. Journal of Accounting and Economics.

Dunkk, A dan H. Perera, 1997, The incidence of budgetary slack: A field study
exploration, Accounting Auditing and Accountability, Journal, 10(5): 649-664.

Efferin, Sujoko. 2008. Metode Penelitian Akuntansi: Mengungkap Fenomena dengan


Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Edisi Pertama. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Ellyana, Denovita. Achyar Redy & Ardi Hamzah. 2008. Variabel Anteseden &
Kabupaten di Pulau Madura). Accounting Conference,Doctoral Colloquium and
Accounting Workshop. Jakarta.

Forum Dosen Akuntansi Sektor Publik.2006. Standar Akuntansi Pemerintahan:


Telaah Kritis PP Nomor 24 Tahun 2004. BPFE, Yogyakarta.

Hamzah, Ardi. 2009. Pengaruh Ekspektasi Kinerja, Ekspektasi Usaha, Faktor sosial,
Kesesuaian Tugas dan Kondisi yang Memfasilitasi Pemakai terhadap Minat
Pemanfaatan Sistem Informasi (Studi Empiris PadaPemerintahan
Kabupaten di Pulau Madura).Simposium Nasional Sistem Teknologi Informasi.
UGM.

Hartono, ( 2004), Metodologi Penelitian Salah Kaprah dan pengalaman , BPFE


UGM, Yogyakarta.

Hendriksen, M.C. dan B.M.F. Van. 2005, Accounting Theory, Ed. New Jersey; Person
Education, Inc.

Anda mungkin juga menyukai